BAB IV PENUTUP
4.1
Simpulan Berdasarkan proses analisis makna yang dilakukan, keempat sajak puisi
kartun karya Jeong Heon Jae memiliki hubungan makna dengan ilustrasinya kartunnya. Keempat sajak tersebut adalah ‘Ireoni’ ( 이 러 니 ) - ‘Begini’, ‘Muldeulgi’ (물들기) - ‘Berpadu’, ‘Nae Deung Dwie San’ (내 등 뒤에 산) ‘Gunung Di Balik Punggungku’, dan ‘Sarangi Bunmyeonghande Mariya’ (사랑이 분 명 한 데 마 리 야 ) - ‘Cinta Itu Jelas’. Sajak-sajak tersebut memiliki kesatuan tema yaitu tentang pengalaman cinta. Ada yang bercerita tentang kesetiaan, kekaguman, ketakutan dan suka duka cinta. Keempat puisi tersebut terhubung dengan bentuk visualnya berupa gambar ilustrasi kartun. Fungsi ilustrasi kartun dalam keempat puisi tersebut tidak hanya untuk representatif (ilustratif), tetapi juga untuk mengekspresikan beberapa maksud yang ingin disampaikan kepada pembaca yang diawali dengan penggunaan kata indeks (seperti ini, begini, dan lain-lainnya) sehingga secara tidak langsung pembaca pun diajak atau diarahkan untuk mengamati ilustrasinya. Analisis makna terhadap puisi ‘Ireoni’ (이러니) - ‘Begini’ menghasilkan makna utama berupa kesetiaan cinta. Puisi tersebut menunjukkan bahwa kesetiaan tokoh aku terhadap seseorang yang ia cintai tidak pudar meskipun ada saat ketika hal-hal indah yang ia lalui bersama kekasihnya berubah menjadi kebalikannya atau menjadi hal yang menyakitkan. Tokoh aku tidak peduli seberapa
74
75
menyedihkan dan menyakitkannya pengalaman cinta yang ia alami. Apapun yang akan terjadi di masa yang datang, ia memilih untuk tetap mencintainya. Judul kata ‘Ireoni’ ( 이 러 니 ) - ‘Begini’ digambarkan situasinya dalam sebuah gambar ilustrasi kartun. Ilustrasi tersebut berupa seseorang (ikon tokoh aku) yang menghadapi sekian banyak lubang hitam tersebar di depannya. Semakin ke depan lubang tersebut tidak diperlihatkan secara jelas dan seakan-akan di depannya masih
banyak
lagi.
Lubang
tersebut
tersebar
dimana-mana
sehingga
memungkinkan si aku dapat terjatuh ke lubang-lubang tersebut. Hal tersebut menggambarkan hubungan cinta tokoh aku yang memiliki tantangan, ada masanya jatuh bangun, ada saat bahagia, ada pula saat-saat memilukan, menyakitkan dan segala hal lainnya yang saling berlawanan. Akan tetapi, sudut di depan bidang yang berlubang-lubang tersebut digambarkan ada sebuah latar atau suasana warna putih (terang), sehingga alur komposisi (suasana) yang muncul adalah gelap menuju terang. Latar putih terang tersebut menyimbolkan suatu harapan atau pandangan yang cerah dan positif di masa depan. Hal tersebut merupakan gambaran dari tokoh aku yang memiliki kehendak kuat untuk tetap bertahan dan mencintai kekasihnya meskipun pernah sedih atau sakit hati karenanya. Kemudian sajak kedua, yaitu Muldeulgi ( 물 들 기 ) - ‘Berpadu’ memiliki bentuk tema cinta berupa kekaguman tokoh aku akan pesona seseorang yang telah membuatnya terpikat. Ada kesan romantis yang dimunculkan dalam sajak ‘Berpadu’ ini. Tokoh aku mengibaratkan dirinya seperti spons yang memiliki kemampuan untuk menyerap zat tertentu di sekitarnya. Tokoh aku menerima
76
kehadiran seseorang yang baginya memiliki sisi menarik dan menawan yang disimbolkan dengan warna kuning-oranye. Ia seakan terkagum-kagum, luluh, dan semakin terpikat dengannya sehingga dalam penggambarannya tokoh aku dan latar di sekitarnya semakin dipenuhi warna kuning-oranye tersebut. Kekaguman semacam inilah yang biasanya menjadi bentuk awal pemicu rasa suka atau cinta. Sajak ketiga adalah ‘Nae Deung Dwie San’ (내 등 뒤에 산) – ‘Gunung Di Balik Punggungku’. Yang menjadi ikon pelaku utama dalam sajak ini adalah tokoh aku dan seorang wanita. Tema cinta dalam sajak tersebut ditunjukkan dengan sikap ketakutan atau kekhawatiran tokoh aku dalam menyampaikan perasaannya kepada seseorang (wanita). Kesan yang dimunculkan dalam sajak ini adalah perilaku yang sangat menjaga perasaan wanita (lawan jenisnya) tersebut. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan sikap tokoh yang sangat berhati-hati atau bahkan mengarah pada sikap takut dan gugup ketika ia ingin mengatakan sesuatu kepada wanita tersebut. Itulah sebabnya semua itu ia pendam sendiri dan dibiarkannya berlalu begitu saja. Ketakutan dan kekhawatiran dilambangkan dengan simbol gambar peluh pada ikon tokoh aku yang disertai sikap menunduk ketika ingin berkata, sedangkan gundukan yang semakin menyerupai gunung di belakang sosok tokoh aku adalah simbol beban, kata-kata, atau isi hati yang dipendamnya. Selanjutnya, puisi keempat yang berjudul ‘Sarangi Bunmyeonghande Mariya’ (사랑이 분명한데 마리야) – ‘Cinta Itu Jelas’. Tema cinta dalam puisi tersebut adalah tentang suka duka cinta. Tokoh aku merasa bahwa bentuk simbol cinta seperti yang digambarkan pada umumnya terkadang tidak sesuai dengan
77
suasana yang dirasakan. Pada penggambarannya, wujud cinta hanya memiliki satu sudut meruncing. Akan tetapi, berdasarkan salah satu pengalamannya yaitu ketika tokoh aku merasakan sakit hati karena cinta, ia merasa seluruh hatinya seperti ditusuk-tusuk duri (runcing dan tajam) padahal dalam lambang cinta hanya memiliki satu sudut yang meruncing. Oleh sebab itu, duri-duri tersebut dianggap sebagai salah satu simbol rasa sakit hati atau perasaan yang terluka. Melalui analisis makna sajak beserta ilustrasi dalam sajak ini dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya bentuk-bentuk cinta dapat digambarkan dengan beraneka ragam bentuk sesuai dengan latar belakangnya (hal yang sedang dirasakan, daya kreasi, pengalaman, dan lain-lain) sehingga penggambaran tersebut dapat dijelaskan.
4.2
Saran Penelitian terhadap empat sajak kartun karya Jeong Heon Jae yaitu ‘Ireoni’
(이러니) - ‘Begini’, ‘Muldeulgi’ (물들기) – ‘Berpadu’, ( 내
등
뒤 에
‘Nae Deung Dwie San’
산 ) - ‘Gunung Di Balik Punggungku’, dan ‘Sarangi
Bunmyeonghande Mariya’ ( 사 랑이 분 명한 데 마 리 야 ) - ‘Cinta Itu Jelas’ ini menggunakan kajian makna secara semiotik. Masih sangat banyak kumpulan puisi kartun Jeong Heon Jae yang dapat dikaji menggunakan kajian ini ataupun kajian yang lain. Tidak seperti kebanyakan penyair Korea yang lain, Jeong Heon Jae yang memiliki latar belakang sebagai seorang kartunis esai banyak menghasilkan karya dengan memadukan antara seni sastra atau bahasa dengan unsur-unsur seni rupa berupa gambar kartun yang sudah menjadi paten atau ciri
78
khas karakternya. Selain puisi, Jeong Heon Jae juga pernah membuat karya-karya lain berupa cerpen dan buku cerita. Karya-karya tersebut dapat diteliti menggunakan beragam kajian lainnya.