BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh industri kecil, yaitu pabrik jamu Bisma Sehat terkait alat promosi penjualan yang digunakannya, apakah berjalan dengan efektif atau tidak. Peneliti menemukan beberapa kekurangan dan kendala dalam pelaksanaan program, sehingga program berjalan kurang optimal dan kurang efektif, juga keterbatasan data yang diberikan oleh pihak PJ. Bisma Sehat kepada peneliti. Berikut uraian kesimpulan berdasarkan analisa CIPP yang dilakukan oleh peneliti: 1.
Context Data yang diperoleh menyebutkan bahwa seluruh informan dari PJ. Bisma Sehat mengatakan bahwa latar belakang dan tujuan dari program adalah untuk meningkatkan penjualan. Sasaran dari program ini adalah pelanggan/pemilik depot jamu di wilayah kabupaten Sukoharjo dan masyarakat luas, segmentasinya menengah kebawah. Program tersebut merupakan model bisnis ke bisnis, yaitu dengan pembelian beberapa varian produk jamu nominal pembelanjaan Rp 300.000,- dan akan mendapatkan neon box untuk dipasang di depot jamu milik pelanggan.
Pelaksanaan pada bulan Agustus 2015 sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Selain itu program penunjang yang lainnya adalah pemasangan spanduk dan MMT pada angkringan dan rumah makan, mengikuti event-event, menjadi sponsorship pada suatu pameran, blog, membuka booth pada CFD, penyebaran brosur dan kalender, mengikuti seminar-seminar pelatihan, kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik Bisma Sehat, menerima siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi yang sedang magang atau melakukan riset penelitian, kerjasama dengan agen distributor dan ibu-ibu jamu gendong. Walaupun kerjasama dengan ibu-ibu jamu gendong tidak secara langsung, melainkan agen distributor yang melakukannya. Dan baru saja ada publisitas yang dilakukan oleh Trans 7 untuk meliput Kampung Jamu dan Ibu-ibu Jamu Gendong dalam acara “Buka Mata”, Bisma Sehat terpilih menjadi sponsorship pada liputan tersebut. Program tersebut sudah sesuai dengan visi dan misi PJ. Bisma Sehat yaitu mengembangkan nama jamu Bisma Sehat agar familiar di masyarakat dan dapat disejajarkan dengan jamu yang sudah punya nama besar. 2.
Input Data yang diperoleh menyebutkan bahwa seluruh informan dari PJ. Bisma Sehat mengatakan bahwa pelaksana program berasal dari pihak PJ. Bisma Sehat itu sendiri. Bagian marketing mempunyai porsi tanggungjawab yang lebih besar dalam program ini dibandingkan dengan bagian lainnya. Namun semua karyawan juga ikut membantu
dalam kelancaran program. Tingkat pendidikan untuk pelaksananya adalah pendidikan S1. Pelaksana program ditentukan dari skill yang dimiliki, bukan dari berapa lama masa kerjanya. Pelaksana program mengikuti pelatihan dari seminar-seminar dan bimbingan yang diberikan oleh KOJAI. Dalam pelaksanaan program ini, tidak ada pembagian tugas khusus kepada tim pelaksana program. Sarana dan prasarananya adalah neon box, spanduk, MMT, stiker untuk ditempel di etalase, kendaraan operasionalnya mobil dan motor. PJ. Bisma Sehat mengalokasikan anggaran dana untuk program ini setiap bulannya Rp 3.900.000,-. Anggaran dana tersebut bisa bertambah sesuai jumlah permintaan pelanggan terhadap pemberian neon box di depot jamunya. 3.
Process Data yang diperoleh menyebutkan bahwa seluruh informan dari PJ. Bisma Sehat mengatakan bahwa bentuk kegiatan berupa komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Fokus kegiatannya adalah dengan komunikasi secara langsung dan tatap muka. Dalam pelaksanaannya, program ini mendapat dukungan dan antusiasme dari pelanggan, sehingga program ini berjalan lancar. Strategi yang dipilih adalah kunjungan langsung karena dirasa lebih efektif untuk menarik minat pelanggan terhadap program yang ditawarkan. Pemilihan medianya adalah below the line advertising karena lebih memangkas biaya dalam iklan. Program ini akan dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan agar merata di seluruh wilayah kabupaten Sukoharjo.
4.
Product Data yang diperoleh menyebutkan bahwa seluruh informan dari PJ. Bisma Sehat mengatakan bahwa pencapaian tujuan dari program ini adalah apabila masyarakat kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya sudah mengetahui akan adanya produk jamu Bisma Sehat. Parameter keberhasilan dilihat dari tingkat permintaan dan loyalitas pelanggan mengenai program yang diberikan oleh PJ. Bisma Sehat. Kualitas produk yang terjaga mutunya dan juga harga yang relatif terjangkau.
5.
Dampak a.
Dampak Internal Positif Menjadi jembatan antara pelanggan dengan pelaksana program untuk bekerjasama dalam memperkenalkan produk jamu Bisma Sehat kepada konsumen dan masyarakat luas.
b.
Dampak Internal Negatif Jumlah tenaga marketing kurang memadai, sehingga program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat berjalan lambat dan semampunya saja, sehingga banyak konsumen atau masyarakat yang belum mengetahui mengenai merek jamu Bisma Sehat.
c.
Dampak Eksternal Positif Walaupun program masih baru dan belum semua depot jamu di wilayah Sukoharjo memasang neon box, ada beberapa konsumen yang sudah mengetahui produk jamu Bisma Sehat melalui program promosi penunjang lainnya yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Seperti melalui pameran dan sponsorship yang diikuti oleh PJ. Bisma Sehat.
d.
Dampak Eksternal Negatif Penyebaran secara menyeluruh untuk memberikan neon box pada depot-depot jamu di wilayah Sukoharjo tentunya dan juga intensitas
dalam
melakukan
program-program
penunjang
pemasaran lainnya, seperti publisitas, penambahan personal selling. Agar masyarakat menjadi familiar dengan nama jamu Bisma Sehat. Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa adanya program yang sudah dilakukan PJ. Bisma Sehat di wilayah kabupaten Sukoharjo ternyata kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut terlihat dari aspek CIPP didalam pembahasan. Meskipun hasil pelaksanaannya kurang maksimal, melalui usaha yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat berupa pendekatan dan komunikasi secara intensif dengan pelanggan, pelanggan sudah mulai interested dengan adanya program ini. Mereka sangat antusias dan mendukung pelaksanaan program ini
guna memudahkan melakukan promosi penjualan produk jamu Bisma Sehat di depot jamunya. Berikut ini beberapa faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat startegi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat: a.
Faktor pendukung - Dukungan alokasi dana yang mencukupi, pihak PJ. Bisma Sehat telah mengalokasikan anggaran dana sehingga pelaksanaan program dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. - Berinovasi dengan varian produk baru dan tetap menjaga kualitas produk jamu Bisma Sehat, adalah upaya yang dilakukan oleh Bisma Sehat.
Selain
itu
menetapkan
harga
yang terjangkau
dan
mengutamakan mutu dan kualitas produknya. - Dukungan
dari
karyawan
PJ.
Bisma
Sehat
yang
sudah
mengupayakan kualitas dan mutu produk, serta pendekatan komunikasi yang dilakukan terhadap pelanggan, konsumen, dan masyarakat luas. - Pelanggan/pemilik depot jamu dan konsumen, merupakan faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program. Karena mereka merupakan pihak yang menjadi sasaran dari program ini.
b.
Faktor penghambat Kurangnya tenaga marketing dalam menyebarkan dan melakukan kunjungan ke setiap depot jamu di wilayah kabupaten Sukoharjo, sehingga program tersebut penyebarannya berjalan lambat karena hanya memanfaatkan tenaga marketing seadanya saja. Kerjasama dengan petani belum ada sehingga memakan banyak waktu dalam proses disortasi bahan baku jamu karena membeli dari pengepul. Logistik ketersediaan bahan baku produk yang kadang tidak bisa diprediksi ketersediaannya dan kualitasnya. Maraknya jamu yang mengandung BKO beredar, sehingga meresahkan pelanggan jamu. Sikap masyarakat dan konsumen jamu yang tidak memperhatikan adanya media komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat. Kurangnya
kendaraan
operasional,
sehingga
menghambat
pergerakan penyebaran dan pelaksanaan promosi di wilayah Sukoharjo. Kinerja pelaksana program dan manajemennya yang kurang maksimal dan terstruktur dengan baik, sehingga belum ada kenaikan pendapatan/omset perusahaan yang signifikan.
B. Saran 1.
Bagi Pabrik Jamu Bisma Sehat a.
Penambahan
tenaga
personil
marketing
dalam
program
pemasarannya sebaiknya segera dilakukan. b.
Sebaiknya membentuk tim khusus pelaksana program, agar alur kegiatan program berjalan rapi sesuai bidangnya masing-masing dan tidak bercampur dengan anggota karyawan yang lain atau double job, merangkap dua pekerjaan dan dua tanggungjawab dalam kegiatan di PJ. Bisma Sehat.
c.
Prasarana berupa motor dan mobil sebaiknya ditambah lagi agar program dapat berjalan lancar.
d.
PJ. Bisma Sehat sebaiknya memanfaatkan media lain, seperti memasang alat promosi berupa banner atau spanduk pada tempattempat strategis atau di pinggir jalan, menggunakan media elektronik lokal seperti iklan radio.
e.
PJ. Bisma Sehat sebaiknya selalu memberikan pengarahan kepada marketing lama dan marketing baru untuk selalu menjaga intensitas komunikasinya dengan para pelanggan. Sehingga pelanggan menjadi loyal untuk bekerjasama dengan PJ. Bisma Sehat.
f.
PJ. Bisma Sehat sebaiknya tidak menutup mata dan telinga dengan apa yang dilakukan oleh kompetitor, seperti menduplikasi apa yang
dilakukan oleh Bisma Sehat. Selain itu, alangkah lebih baik apabila menetapkan kompetitor khusus sebagai acuan untuk berkembang lebih baik dari kompetitor tersebut. 2.
Bagi Pelanggan dan Konsumen a.
Pelanggan
bersedia
berpartisipasi
dalam
program
yang
dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat, sehingga akan memudahkan penjualan produk jamu Bisma Sehat di depot jamunya. b.
Konsumen dan masyarakat luas peduli dan tanggap terhadap model komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Situasi yang ada di depot jamu milik pelanggan/pemilik depot jamu dengan pemasangan display promosi yang ada di depot jamu tersebut. Setelah itu berkenan untuk mencoba produk jamu Bisma Sehat.
3.
Bagi Peneliti Lain Penelitian ini belum mampu menggali lebih dalam tentang ukuran efektivitas strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh industri pabrik jamu. Sehingga disarankan kepada peneliti lain supaya dapat mengkaji ulang penelitian ini dengan teknik penelitian yang berbeda. Penelitian tersebut bisa berupa: - Penelitian kepuasan pelanggan jamu Bisma Sehat di wilayah kabupaten Sukoharjo, menggunakan teori uses and gratification.
Skema 4.1. Skema Alur Pemikiran Skripsi Evaluasi Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo
Kecamatan Nguter di Kabupaten Sukoharjo adalah Kampung Jamu yang merupakan sentral jamu di Indonesia
Evaluasi Kegiatan dengan Model CIPP
KESIMPULAN Banyak industri jamu, menimbulkan persaingan
Strategi komunikasi pemasaran PJ. Bisma Sehat: Pemberian neon box pada depot jamu milik pelanggan Bisma Sehat Pemberian spanduk di warung makan dan angkringan, booth di CFD, sponsorship event, pameran, brosur, kalender, blog, publisitas, kunjungan dari sekolah maupun instansi
Sasaran program: Pelanggan/pemilik depot jamu di wilayah Kabupaten Sukoharjo
1. Kurangnya tenaga marketing dan prasarana sehingga penyebaran lambat 2. Tidak ada acuan target sehingga program berjalan semampunya pelaksana program bekerja 3. Sikap masyarakat dan konsumen jamu yang tidak memperhatikan adanya alat komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat 4. Konsumen masih ada yang belum tahu tentang jamu Bisma Sehat SARAN 1. Penambahan sarana dan prasarana program 2. Penambahan tenaga marketing dan membuat tim khusus pelaksana program 3. Penambahan media alat promosi yang lain untuk kelancaran strategi komunikasi pemasaran
Konsumen, calon konsumen, masyarakat luas FEEDBACK