perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari analisis data dan pembahasan yang penulis uraikan pada bab 3 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. PT. Kusumahadi Santosa memperlakukan persediaan bahan baku pembantu sama bobotnya, sehingga belum menerapkan Analisis ABC untuk kebijakan pengelompokan bahan baku pembantu
dengan alasan tidak
begitu banyak stok yang disediakan. Kebijakan pengelompokan bahan baku dilakukan dengan perkirakan sesuai bahan baku yang ada. 2. Pengelompokan persediaan menurut Analisis ABC a. Kelas A memiliki volume tahunan rupiah sebesar Rp 3.496.750.500,atau 80,09% dari total persediaan, yang terdiri dari 5 item persediaan bahan pembantu yaitu EMSIZE E-6, PVA BF.17, KURARAY 117K, JETSIZE CB.52 dan AVIROL NW-94. b. Kelas B memiliki volume tahunan rupiah sebesar Rp 783.694.900,serta 17,95% dari total persediaan, yang terdiri dari 5 item persediaan pembantu yaitu SIZE CE, DEKASIZE N2318, EMSIZE E-18, JETSIZE, QUELAX P24, PVA.K 205 MB, KURARAY 217, dan AVIROL-308 . c. Kelas C memiliki volume tahunan rupiah sebesar Rp 85.813.669,20 serta 1,96% dari total persediaan, yang terdiri dari 13 item persediaan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembantu yaitu QUICK SOLAND, CHLORASIZE 7000, FIBROPUR ST,
JETSIZE 106H,
JEGAFLEX
LV,
CHLORASIZE 9100,
CHLORASIZE 6100, RUCOSIZE 3002, SOLV.WAX S.125, JP-05, LUBRIWAX FS-10, DEKASTAT dan CHLORASIZE 6700. 3. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pembantu Kain Grey pada Departemen Weaving 2 PT. Kusumahadi Santosa berdasarkan Analisis ABC. Pengendalian kelas-kelas itu meliputi : a. Pengendalian untuk bahan baku pembantu pada kelompok A Kelompok A mempunyai nilai investasi sebesar 80,09% dari total investasi bahan baku pembantu, sehingga diperlukan pengendalian yang intensif untuk bahan baku kelompok A. Pengecekan dilakukan secara ketat melihat jumlah pasokan dan monitoring terus-menerus. Peramalan persediaan yang tepat untuk menjaga agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa ada kekurangan persediaan (out of stock) yang akan mengakibatkan adanya hambatan pada proses produksi Porsi kelompok ini menjadi prioritas utama persediaan, oleh karena itu tingkat persediaan minimum harus dipertahankan untuk menjaga terhadap frekuensi permintaan yang tinggi dan kemungkinan terhentinya pasokan bahan baku dari supplier yang dapat memberikan peluang kerugian besar. Penyimpanan secara baik dengan laporan penerimaan dan penggunaan barang berdasarkan pada perhitungan kebutuhan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengendalian untuk bahan baku pembantu pada kelompok B Kelompok B mempunyai nilai investasi sebesar 17,95% dari total investasi bahan baku pembantu, porsi tersebut sebagai prioritas sedang persediaan sehingga pengendalian moderat dilakukan secara normal atau tidak terlalu intensif. Pengendalian pada kelompok B dilakukan dengan serangkaian pengecekan dan monitoring untuk kemungkinan kekurangan persediaan. Pemesanan dilakukan secara berkala, persediaan pengaman sebaiknya dikendalikan dengan baik agar tidak terjadi stock out. c. Pengendalian untuk bahan baku pembantu pada kelompok C Kelompok C mempunyai nilai investasi sebesar 1,96% dari total investasi bahan baku pembantu, sehingga pengendalian dilakukan tidak terlalu fokus atau longgar. Pengendalian pada kelompok C pengecekan sedikit dilakukan, dengan membandingkan terhadap kebutuhan dan monitoring tidak perlu atau sedikit dilakukan. Apabila supplay mencapai titik pemesanan kembali, pemesanan baru kembali dilakukan karena kelompok kelas C biasanya banyak item tetapi memberikan dampak kerugian kecil apabila bahan baku tidak terpenuhi. B. Saran Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis masalah yang dihadapi oleh Departemen Weaving 2 PT. Kusumahadi Santosa, maka penulis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat mengajukan saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan kebijaksanaan pengelompokan bahan baku, adapun saran-saran itu adalah: 1. Perusahaan hendaknya mempertimbangkan penggunaan Analisis ABC dalam kebijakan pengelompokan bahan baku pembantu kain grey yaitu dalam menggunakan analisis ABC akan mempermudah perusahaan dalam menetapkan kebijakan dan pengendalian untuk setiap kelas yang ada. 2. Penerapan kebijakan khususnya pada Departemen Weaving 2 PT. Kusumahadi Santosa sebaiknya
mengelompokan bahan baku sesuai
dengan nilai dan kebutuhannya dengan menggunakan Analisis ABC agar perusahaan lebih efektif dan efisien dalam mengendalikan kebutuhan bahan baku pembanu kain grey. 3. Kebijakan yang dapat didasarkan pada Analisis ABC mencakup hal-hal dibawah ini: a. Kelas persediaan A di PT. Kusumahadi Santosa tidak seperti bahan dengan kelas persediaan B dan C, perlu memiliki kontrol persediaan fisik secara lebih ketat, dan harus dikendalikan lebih intensif. Akurasi catatan persediaannya harus lebih sering di verifikasi dan barangbarang tersebut dapat ditempatkan pada bagian depan yang lebih aman. b. Menjalin hubungan kerjasama yang lebih baik dengan supplier persediaan kelas A dibandingkan dengan persediaan kelas B dan C, karena
perusahaan
dapat
memperoleh
potongan
harga,
serta
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemudahan cara pembayaran biaya-biaya pembelian (biaya angkut, biaya pengiriman, dan sebagainya) c. PT. Kusumahadi Santosa memerlukan perhatian yang lebih dalam meramalkan barang kelas persediaan A dibandingkan dengan barangbarang kelas persediaan lainnya. 4. PT. Kusumahadi Santosa dapat mengadakan pelatihan terhadap karyawan tentang kebijakan pengelompokan bahan baku pembantu kain grey dengan menggunakan
Analisis
ABC,
agar
kedepannya
karyawan
menerapkan pengelompokan Analisis ABC di perusahaan
dapat