BAB IV PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR untuk MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DI RA MUSLIMAT NU BAHRURROHMAH WONOKERTO WETAN Untuk meningkatkan kemampuan kualitas dan efektifitas belajar membaca permulaan siswa, dibutuhkan
proses kreatif dalam pembelajaran. Salah satu proses tersebut yaitu
penggunaan media kartu kata bergambar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh selama penelitian di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan kemudian dianalisis, yaitu: A. Analisis Pelaksanaan Penggunaan Kartu Kata Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan Wonokerto Pekalongan 1. Materi Pembelajaran Membaca Permulaan Dari hasil penelitian materi yang digunakan oleh guru adalah masuk pada lingkup perkembangan bahasa dengan empat tingkat pencapaian perkembangan dan sekaligus empat indikator, hal ini sudah sesuai dengan pedoman penyusunan perangkat pembelajaran di RA/BA yaitu pada lingkup perkembangan bahasa point C bidang Keaksaraan dengan tingkat pencapaian perkembangan yaitu; 1) Mengenal suara huruf awal dari nama benda yang ada disekitar dengan indikator membedakan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama atau suku kata akhir yang sama, 2) Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi huruf awal yang sama dengan indikator membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan/tulisan yang sudah berbentuk huruf/kata, 3)
102
103
Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf dengan indicator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan symbol yang melambangkannya, 4) Membaca beberapa kata berdasarkan gambar benda yang dilihatnya dengan indicator membaca beberapa kata berdasarkan gambar, tulisan, dan benda yang dikenal atau dilihatnya. 1 Materi ini membantu siswa dalam belajar membaca permulaan karena diawali dengan mengenal huruf alphabet sampai merangkai huruf menjadi kata sehingga anak bisa perlahan-lahan bisa belajar secara perlahan-lahan tahap demi tahap. Selain itu juga mengenalkan beberapa benda disekitar anak. Pemberian materi-materi pembelajaran tersebut dengan menggunakan kartu kata bergambar sudah sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan materi pembelajaran dengan menggunakan kartu kata dapat memperkenalkan 26 huruf sejak dini, memperkenalkan benda-benda, mulai yang ada disekitar anak seperti hewan, buah-buahan, dan sebagainya, sehingga perbendaharaan benda yang dilihat semakin banyak.2 Hal ini juga yang menjadi kelebihan dari materi ini. Kelemahan dalam pembelajaran membaca permulaan antara lain memakan waktu yang cukup lama, karena guru harus menerangkan materi ketika proses pembelajaran dan diusahakan anak dapat memahami semua, sedang waktu yang tersedia untuk pembelajaran membaca permulaan tidak begitu banyak. Kelemahan lain yang dimiliki dari materi pembelajaran diatas hanya mematok
1
Kementrian Agama Kantor Wilayah Provinsi jawa Tengah, Pedoman penyusunan Perangkat Pembelajaran RA/BA (sesuai Permendikanas no. 58 thn. 2009 Tentang Standar PAUD) ( Semarang: Kanwil Mapenda Kemenag Jawa Tengah, 2011), hlm. 4 2 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini ( Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 68
104
sampai dimana anak dapat membaca dengan menyesuaikan gambar yang dimaksudkan oleh guru. 2. Metode yang digunakan dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak usia dini dalam pembelajaran, dari hasil penelitian di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan menunjukkan bahwa guru dalam menerapkan metode menyesuaikan keadaan dan kebutuhan anak usia dini, khususnya dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan metode bermain, unjuk kerja, dan pemberian tugas. Metode bermain disukai anak-anak, baik itu permainan yang sederhana sampai permainan yang mengandung tantangan (tugas), selain itu dengan bermain dapat membantu perkembangan anak baik perkembangan afektif, motorik, maupun kognitif anak. Dengan metode unjuk kerja guru dapat mengetahui pencapaian kemampuan anak sehingga gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh,serta dapat mengukur beberapa keterampilan yang tidak dapat diukur melalui tes tulis seperti keterampilan membaca, menulis, dll. Dengan metode pemberian tugas guru dapat melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan , juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan dari guru kepada siswa. Pembelajaran membaca permulaan dengan menerapkan metode-metode di atas dirasakan oleh guru sangat membantu dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan terutama dengan teknik penggunaan kartu kata bergambar. Berdasarkan pengamatan selama observasi, penggunaan metode bermain, unjuk
105
kerja, dan pemberian tugas dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan kartu kata bergambar anak bisa membaca beberapa kata dengan lancar dan benar sekaligus mengenal benda-benda yang ada disekitarnya dengan tepat. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan penggunaan metode dapat menjadikan proses dan hasil belajar mengajar akan lebih berdaya guna, menjadikan proses pendidikan berhasil dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan melalui teknik motivasi yang pada akhirnya akan motivasi itu akan menimbulkan gairah belajar secara mantap.3 Dikatakan dalam teori lain bahwa sebaiknya guru menggunakan metode lebih dari satu, pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain, juga untuk mencapai tujuan yang lain.4 Dari metode yang digunakan memiliki kelemahan dan kelebihan, yaitu metode bermain mempunyai kelebihan dapat mendorong minat anak untuk belajar, dengan bermain anak biasanya tidak menyadari bahwa ia sedang belajar sesuatu sebab yang menjadi fokus utama mereka adalah ketertarikan terhadap bermainnya, sedang kelemahan yang dimiliki metode bermain yaitu apabila metode ini dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka ada kemungkinan tujuan-tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal sebab anak terlalu
3
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam Landasan Teori dan Praktis ( Pekalongan:STAIN Pekalongan Press, 2013), hlm. 116-117 4 Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar – Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep & Konsep Islami (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009) hlm. 56
106
larut dalam proses bermain apalagi misalnya guru kurang memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran melalui metode ini. Penilaian
unjuk
kerja
memiliki
kelebihan
mengukur
beberapa
keterampilan yang tidak dapat diukur melalui tes tulis seperti keterampilan berbicara, menulis, bahasa sedang kekurangannya pelaksanaannya membutuhkan waktu yang panjang, dan untuk metode penugasan memiliki kelebihan membina tanggung jawab dan disiplin siswa dan memiliki kekurangan kalau metode ini terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa. 3. Suasana Pembelajaran Membaca Permulaan Suasana belajar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan mencapai hasil belajar. Pengelolaan kelas adalah merupakan suatu proses kegiatan yang
dilakukan
oleh
guru
atau
wali
kelas
untuk
menciptakan
dan
mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar dengan mendayagunakan potensi kelas dan fasilitas yang ada secara aktif dan effisien. Dalam usaha menciptakan situasi dan kondisi yang demikian maka seorang guru atau wali kelas harus mampu membaca gejala-gejala atau faktorfaktor yang dapat mempengaruhi suasana belajar mengajar di dalam kelas. Seorang guru idealnya kreatif mendesain lingkungan belajar agar tercipta suasana yang menyenangkan, terlebih lagi untuk pembelajaran anak usia dini. Hal ini harus dilakukan agar siswa bisa merasa betah di dalam kelas dan menganggap sekolah sebagai rumah kedua.
107
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru agar suasana belajar bisa menarik yaitu dengan mengatur ulang penataan meja menjadi beberapa bentuk, pemasangan gambar-gambar yang menarik, penampilan dinding agar warna cat tidak monoton. Selama peneliti melakukan observasi, kondisi sekolah tempat penelitian bisa dikatakan cukup inovatif. Ini bisa dilihat dari guru yang mau mengatur penempatan tempat duduk untuk anak menjadi beberapa bentuk yang kemudian setelah pembelajaran selesai harus ditata seperti semula karena kalau sore hari ruang kelas digunakan untuk pembelajaran madrasah diniyah. Pemasangan beberapa gambar atau poster di dinding, misalnya poster binatang, huruf-huruf alphabet, alat transportasi, gambar hasil karya anak. Hanya saja menurut peneliti yang kurang dari sekolah tersebut yaitu pengecatan dinding yang monoton polos yaitu warna putih, kemudian sekat pembatas antar kelas yang hanya menggunakan triplek sehingga suara sering bercampur dan proses belajar mengajar kurang kondusif. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola dalam hal ini pengurus agar bisa memperhatikan hal-hal yang menjadi kekurangan dalam menunjang proses belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan teori yang ada mengenai pengelolaan kelas bahwa pengelolaan kelas merupakan suatu proses seleksi tindakan yang dilakukan guru dalam fungsinya sebagai penanggungjawab kelas dan seleksi penggunaan alat-alat belajar yang tepat sesuai masalah yang ada dan karakteristik yang dihadapi. Jadi, pengelolaan kelas sebenarnya merupakan upaya mendayagunakan seluruh potensi
108
kelas, baik sebagai komponen utama pembelajaran maupun komponen pendukungnya.5 Kelebihan dari pengelolaan kelas ditempat penelitian yaitu suasana pembelajaran sudah sesuai untuk pembelajaran anak usia dini sedang kelemahannya terkadang timbul reaksi negatif dari siswa seperti bertengkar, ribut, ataupun mengucilkan teman.
4. Guru dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu sebagai pendidik,, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi dengan kesadaran, keyakinan, kedisiplinan, dan tanggung jawab secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan siswa optimal, baik fisik maupun psikhis. Kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat tergambarkan dalam rumusan SERVICER, yaitu kepanjangan dari: a. Smile and Simpathy b. Empathy and Enthusiasm c. Respect and Recovery d. Vision and Victory e. Initiative, Impresive, and Inovative f. Care and Cooperative g. Empowering and Enjoying h. Result Oriented6 5
Ibid., hlm. 106
109
Dari kedelapan gambaran dalam rumusan SERVICER, tidak semuanya tercover dalam pribadi guru. Kekurangan yang dimiliki antara lain kurang care and cooperative; kurang empathy and enthusiasm; kurang initiative, impressive and innovative, sedang kelebihan yang dimiliki adalah smile and sympathy; respect and recovery; vision and victory; result oriented. 5. Kendala-kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Dalam setiap proses belajar mengajar pasti ditemui adanya kendalakendala. Kendala-kendala itu bisa dari lingkungan, kurangnya peratalan pembelajaran salah satunya guru harus membuat sendiri kartu kata bergambar yang menarik, metode yang digunakan, guru ataupun dari siswa sendiri. Dalam pembelajaran membaca permulaan dengan media kartu kata bergambar kendalakendala itu terjadi pada siswanya sendiri dan guru kelas. Sepertinya dalam proses pembelajaran guru harus mengerti kendala yang dihadapi siswa. Contohnya siswa belum bisa membedakan antara huruf /b/ dengan /d/. Pada intelegensi anak usia dini yang belum berkembang, ini bisa terjadi karena adanya kesulitan dalam memahami bahasa, dengan begitu guru harus membiasakan melatih anak. Kemudian yang paling mendasar dari semua kendala yang ada adalah kurangnya kesadaran dan kedisiplinan siswa dalam hal ini guru agar selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar atau latihan sendiri. Padahal menurut teori belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin 6
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran ( Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm. 106
110
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi tetntu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak mungkin melakukan aktivitas belajar.7 Guru sebagai pelaksana dalam menggunakan media kartu kata bergambar juga menghadapi kendala. Kendala yang ada, kadang terjadinya kesulitan bagi guru dalam membuat kartu kata bergambar sendiri. Walaupun media ini dapat dibeli, akan tetapi guru juga harus dapat membuat media sendiri. Kelemahan lain yang ada guru kurang menerapkan strategi untuk menumbuhkan motivasi peserta didik. Adanya keterbasan waktu dalam pembelajaran membaca permulaan karena pembelajaran ini masuk pada kegiatan ini dengan durasi waktu 1 (satu) jam dan harus ada aspek atau lingkup perkembangan yang lainnya misalnya lingkup perkembangan kognitif dan fisik motorik halus, jadi guru harus membagi waktunya atau membuat jadwal khusus untuk materi pembelajaran membaca permulaan ataupun guru bisa menambah lagi jam pembelajaran membaca permulaan dilain waktu, misalkan yang tambahan waktu pembelajaran hanya 3 (tiga) hari ditambah menjadi 5 (lima) hari. 6. Evaluasi Pembelajaran Membaca Permulaan Evaluasi dilakukan untuk mengukur keberhasilan setelah materi disampaikan. Evaluasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran membaca permulaan adalah dengan cara evaluasi bentuk tertulis dan lisan dan dilakukan setiap akhir pembahasan atau yang biasa disebut dengan evaluasi formatif. Hal ini 7
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Op. Cit., hlm. 20
111
sesuai dengan teori yang berkembang bahwa evaluasi formatif dilakukan untuk memperbaiki setiap proses belajar mengajar, serta dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok atau topik8, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Dengan tes tertulis dan tes lisan ini adalah untuk melihat kemampuan siswa dalam ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Dalam evaluasi untuk mengukur ranah kognitif adalah dengan tes tertulis dan tes lisan sedang untuk mengukur ranah afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah untuk mengukur dari aspek kemampuan mengingat siswa, yaitu siswa masih ingat atau tidak setelah ia menerima pembelajaran membaca permulaan dengan media kartu kata bergambar. Untuk ranah afektif adalah dengan mengamati penerimaan siswa ketika diberi pelajaran membaca permulaan yaitu berupa repon dan keinginan untuk menerima stimulus. Sedang untuk ranah psikomotorik adalah dengan cara mengukur kecakapan siswa apakah siswa mampu mengucapkan bunyi huruf atau dengan cara hafalan. Adapun test-test yang telah dilakukan oleh guru kelas telah mengungkap keamapuan siswa dalam aspek kognitif level pengetahuan dalam hal ini siswa mampu mengingat huruf-huruf alphabet, dan dalam aspek psikomotorik level kecakapan ekspresi verbal atau mempraktekkan dalam hal ini siswa memiliki kemampuan untuk mengucapkan atau melafalkan huruf alphabet. Selain itu test-test tersebut juga mengungkap kemampuan siswa dalam aspek afektif level penerimaan, hal ini ditunjukkan oleh sikap siswa yang bersedia
8
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hlm. 306
112
mengikuti aktivitas pembelajaran dengan baik sesuai prosedur yang dilaksanakan oleh guru, misalnya ketika guru menanyakan huruf atau menyebutkan gambar pada siswa dipapan panel agar membacanya, maka siswa bersedia membacanya. Dalam teori evaluasi merupakan rangkaian akhir dari suatu proses kependidikan. Jadi evaluasi adalah keharusan yang harus dilakukan oleh orang-orang yang terjun dalam dunia pendidikan terhadap peserta didiknya, sebab berhasil atau tidaknya pendidikan dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap out put yang dihasilkannya. Jadi hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan dalam tujuan pendidikan, maka usaha pendidikan itu dapat dinilai berhasil. Tetapi sebaliknya, maka dinilai gagal. Dari sini dapat dipahami betapa pentingnya evaluasi dalam proses pendidikan,9 dan teori ini juga sudah diterapkan di tempat penelitian yaitu adanya evaluasi dalam proses pendidikan. Dari sini juga dapat dilihat adanya kelebihan bahwa evaluasi yang sudah dilakukan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, aspek psikomotorik dan sudah dilakukan secara kontinu, sedang kelemahan yang ada adalah evaluasi yang dilakukan kurang mendapat umpan balik dari peserta didik. B. Analisis Hasil Setelah Menggunakan Media Kartu Kata Bergambar Semakin berat bahan bacaan semakin sedikit jumlah kata yang berhasil dibaca, demikian sebaliknya semakin ringan bahan bacaan semakin banyak jumlah kata yang berhasil dibaca.10 Tingkat kesiapan siswa dalam menerima pelajaran membaca, belum tentu sama. Namun kesiapan membaca santri dapat disamakan dengan menggunakan media, salah satunya dengan media kartu kata bergambar.
9
Abdul Khobir, Op. Cit.. hlm. 122 Galuh Wicaksana, Buat AnakMu Gila Baca(Jogjakarta: Buku Biru, 2011), hlm. 30
10
113
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama penelitian di RA Muslimat NU Bahrurrohmah Wonokerto Wetan Wonokerto Pekalongan yaitu, ada peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan pada siswa, yang sebelum menggunakan media ini siswa masih perlu dibimbing dan sering lupa ketika membedakan huruf alphabet. Namun setelah guru menggunakan media ini dengan cara menunjukkan satu persatu
dan
hurufnya diacak kemudian menyuruh santri untuk menyusun kata sesuai gambar. Siswa jadi dapat membaca, guru hanya membantu dan mendampingi siswa yang memang belum bisa membaca