BAB IV PEMBAHASAN
1. Latar belakang audit
Saat ini merupakan masa reformasi, salah satu yang diharapkan dalam era reformasi ini adalah pemberantasan korupsi. Masyarakat senantiasa merasa senang apabila ada indikasi korupsi di suatu instansi atau perusahaan Negara terbukti dan pelakunya dibawa ke pengadilan. BUMN merupakan entitas yang distigmakan sebagai pusat terjadinya praktik korupsi. Ketika ada pihak yang mengungkapkan informasi tentang adanya dugaan korupsi di suatu BUMN maka informasi tersebut akan menjadi berita yang “bagus” di media masa, apalagi bila hal tersebut terjadi pada BUMN yang besar seperti PT Pertamina (Persero). Demikianlah ketika isu dugaan adanya korupsi dalam proses pengadaan minyak mentah zatapi di Pertamina, hal ini menjadi berita yang menarik untuk dikabarkan oleh hampir seluruh Koran nasional. a. Adanya Kasus strategis Pada oktober 2008, kasus ini mulai menjadi bahan pemikiran tim audit. “Tim agar segera ke kantor ditungu di ruang rapat” itulah bunyi pesan singkat (sms) yang ditunjukkan oleh ketua Tim Audit kami, Pak Adrin,
kepada kami. Saat itu kami sedang dikendaraan dinas B1529 K, kendaraan yang selalu kami pakai bila kami sedang malakukan audit atau kegiatan konsultasi ke BUMN. “Coba bos tanya ada rapat apaan? tanggap asep salah seorang angota tim termuda yang agak kritis. Tanpa berkata apa-apa Pak Adrin tampak langsung membuat sms dalam nokia antiknya. Tak berapa lama dia menunjukkan kembali sms : “zatapi, makanya cepat ke kantor nanti juga tahu” Di ruang rapat lantai 8, telah hadir, Direktur kami, Kasubdit kami, Direktur investigasi BUMN dan stafnya, dan Deputi Kepala Bidang Akuntan Negara juga sudah berada ditengah bangku sedang berdiskusi dengan seseorang berambut putih walaupun dari raut mukanya tidak terlalu tua, orang ini belum kami kenal.” Karena peserta rapat sudah lengkap, rapat bisa kita mulai ya” begitu pak Direktur berkata setelah melihat kami sudah duduk di ruang rapat. Setelah membuka rapat dan memperkenalkan peserta rapat pak direktur memberi kesempatan pak deputi untuk menyampaikan arahannya. “Di banyak media masa saat ini ada berita yang sangat panas tentang dugaan kerugian Negara pada pengadaan minyak mentah zatapi di PT Pertamina kemudian ditunjukkan salah satu Koran yang berjudul : “Usut Kasus Minyak Zatapi, Polisi Geledah Pertamina”. Begitu inti pengarahan deputi kami. Ternyata masih banyak berita yang senada di
media lain, misalnya : “Bos Pertamina digoyang zatapi”. Kami seperti biasanya akan di plot untuk dibentuk menjadi satu tim audit. b.
Mengapa BPKP harus melakukan audit Karena semakin besarnya berita isu zatapi ini, BPKP selaku aparat pengawas intern pemerintah menganggap perlu mengetahui secara obyektif atas isu zatapi ini. Terdapat beberapa alasan yang menjadi dasar BPKP melakukan audit, pertama isu ini menyangkut kerugian Negara yang terjadi pada BUMN, kedua Pertamina merupakan BUMN strategis, ketiga BPKP telah menacanangkan visinya sebagai “auditor presiden yang proaktif dan terpercaya dalam mentransformasikan manajemen pemerintahan menuju pemerintahan yang baik dan bersih”, dan salah satu misinya adalah “mendorong tata kelola pemerintahan yang baik, meningkatkan kinerja program pemerintah, serta terwujudnya iklim yang mencegah KKN untuk keberhasilan pencapaian target-target dan prioritas
pembangunan
nasional.”,
keempat
untuk
kepentingan
stakeholder utama, Presiden, perlu diberikan informasi yang cepat tentang kebenaran isu yang berkembang di masyarakat berdasarkan proses audit yang dapat dipertanggungjawabkan.
2.
Proses Pra Audit a.
Menentukan Jenis Audit
Setelah kami mendapat arahan dari pimpinan kami maka yang didiskusikan adalah jenis audit yang digunakan. “ Kasus ini mengarah ke indikasi korupsi sehingga kita harus mendekatinya dengan audit invesyigatif,” salah satu dari peserta rapat menusulkan. “Walaupun ada pernyataan tentang indikasi kerugian Negara di koran, tetapi kita tidak punya data valid tentang indikasi kerugian Negara tersebut, kita harus lebih konservatif atau hati-hati untuk menyatakan ada atau tidak kerugian Negara tanpa dasar yang bisa kita yakini selaku auditor” pendapat yang lain. Setelah rapat cukup lama, mengingat tim audit belum memiliki data yang valid maka rapat menentukan bentuk audit yang akan digunakan adalah audit operasional lebih dahulu, bila ada indikasi kuat fraud atau korupsi akan dilanjutkan dengan audit investigative. b. Mendapatkan informasi awal Proses audit secara umum dimulai dengan mendapatkan informasi awal tentang obyek audit. Tim ingin mendapatkan informasi untuk dapat menetapkan skop audit yang perlu dibuat dan tujuan audit sementaranya. Tim melakukan wawancara dengan panitia lelang dan atasan yang mengontrol proses lelang ini. Menurut manajemen pengadaan minyak mentah secara periodic dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kilang. Pengadan zatapi dilakukan untuk periode pebruari 2008. Satu hal yang agak khusus dinyatakan oleh manajemen adalah besarnya keinginan manajemen untuk dapat melakukan terobosan dalam pengadaan minyak
mentah untuk menekan harga karena selama ini kebutuhan pertamina mudah diketahui pihak supplier dan supply di pasar memang terbatas. Di samping itu, indikator kinerja dalam pengadaan adalah dimulai dengan harga yang ekonomis disamping masalah efisiensi dan efektivitas. Berdasarkan penelursuran informasi awal maka didapat informasi tentang pengadaan minyak mentah zatapi sebagai berikut : No Uraian 1
Jenis Kegiatan
Keterangan : Pengadaan Minyak Mentah Zatapi
ke UP IV Cilacap 2
Tanggal Lelang
: 12 Desember 2007
3
Nama Rekanan
: GMI
4
Alamat
: British Virgin Island
5
No PO
: xxx/E00200/2008-S2, 15 Januari 2008
No SP3
: yyy/E00200/2008-S4 18 Maret 2008
Jumlah Pengadaan
: 596.588 BBL
Harga satuan
: US $ 92,19/BBL
Nilai Kontrak
: US $ 54.999.447,72
c. Menentukan ruang lingkup dan tujuan Audit Berdasarkan informasi awal yang di dapat, maka tim menetapkan bahwa tujuan audit pengadaan Minyak Mentah Zatapi pada PT PERTAMINA
(PERSERO) bertujuan untuk menilai apakah pengadaan Minyak Mentah (MM) Zatapi pada Desember 2007 telah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis serta sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menunjang pencapaian tujuan perusahaan. Ruang lingkup audit meliputi kegiatan pengadaan minyak mentah Zatapi oleh PT PERTAMINA (PERSERO) untuk kebutuhan bulan Februari 2008 yang pelaksanaan tender pada bulan Desember 2007
3.
Proses Audit : Setelah mendapatkan informasi awal, menetapkan tujuan dan ruang lingkup audit, tim audit pada posisi sudah siap dapat melakukan audit sesuai tahapan yang harus dilakukan. Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah sumber daya yang tersedia, khususnya tentang waktu yang disediakan dan jumlah tenaga auditor yang diperlukan. Untuk mendapatkan waktu yang cukup dalam pelaksanaan audit, perlu diperhitungkan kebutuhan waktu audit yang dianggap memadai. Pada tahap awal Tim Audit diberi waktu selama 25 hari kerja, namun karena belum mendapatkan data yang cukup, akhirnya pelaksanaan audit menjadi 36 hari kerja. Pelakasanan audit oleh tim dibagi menjadi tiga tahap, tahap perencanaan 5 hari, tahap pendalaman audit 15 hari, dan tahap laporan 5 hari.
a. Perencanaan
Tahap ini sudah dimulai sejak pengumpulan informasi awal, penetapan skop dan tentative audit objective dan penyusunan program audit. Jadi tahap perencanaan ini sudah terlaksana selama lima hari sesuai jadwal. 1) Program Audit Umum
Dari proses perencanaan ini akan berupa program audit beserta auditor yang harus melaksanakan dan alokasi waktunya. Audit program dalam audit operasional pendaan zatapi Tim audit secara umum memfokuskan kepada enam hal, yaitu : • Menguji keandalan pengendalian intern •
Menguji ketaatan pada kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
•
Menguji keekonomisan asset yang diadakan
•
Menguji keefisienan asset yang dibeli dalam proses produksi
•
Menguji keefektifan dan optimasi asset yang dibeli dalam proses produksi
•
Hal-hal lain yang terkait pengadaan zatapi
2) Survei Pengendalian Intern Penilaian internal control dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan pengadaan barang, penerimaan barang dan pembayaran telah didasarkan pada prosedur dan ketentuan yang berlaku serta dikendalikan oleh pejabat bewenang secara memadai sehingga tujuan
pengadaan barang yaitu mendapatkan barang dan jasa dengan harga yang memadai, waktu yang tepat dan harga kontrak yang menguntungkan dan dilakukan dengan cara efisien, efektif dan hemat dalam penggunaan sumber daya perusahaan. Penilaian ini meliputi unsur-unsur Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian, Informasi dan Komunikasi serta Monitoring. Kelemahan yang terjadi dalam pelaksanaan unsur tersebut berpotensi menghambat tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa. Dalam audit ini, sebagaimana tim audit kebanyakan, tim lebih memperhatikan unsur-unsur yang lemah, berikut adalah kondisi internal control yang dianggap lemah : 1) Lingkungan Pengendalian Berikut ini uraian komponen lingkungan pengendalian yang masih mengandung kelemahan: a.
Uraian tugas panitia pengadaan Belum ada uraian tugas panitia pengadaan, uraian tugas yang ada dalam pedoman hanya menjelaskan uraian tugas tim pelelangan/ pemilihan langsung, tidak ada uraian masing– masing individu yang terlibat dalam kegiatan pengadaan barang.
Hal ini mengakibatkan pertanggungjawaban tiap individu menjadi
tidak
jelas
mengalokasikan/mengarahkan
dan personil
sulit
untuk
tertentu
untuk
pembebanan kerugian. b. Kebijakan/ aturan penggunaan discrecy oleh Manajemen. Belum ada prosedur/kebijakan bagi manajemen untuk melakukan intervensi atau tindakan yang melewati aturan (overrule) yang bertujuan untuk mengatasi kebuntuan yang terjadi untuk kepentingan perusahaan. Sehingga apabila tidak diambil tindakan intervensi maka kerugian yang timbul akan lebih besar ataupun hilangnya keuntungan. 2) Penilaian risiko Berikut ini uraian komponen penilaian risiko yang masih mengandung kelemahan : a) Pengelolaan risiko PT PERTAMINA (PERSERO) telah menyusun
prosedur
pengadaan barang dan jasa untuk mengatasi berbagai risiko yang timbul dalam pengadaan MM dan Intermedia, termasuk penggunaan software optimasi. Dalam kegiatan sehari-hari belum ada mekanisme untuk melakukan pengelolaan risiko. Dengan tidak adanya mekanisme pengelolaan risiko, maka
risiko yang timbul dan terkait dengan pengadaan barang dan jasa tidak seluruhnya diidentifikasi b)
Ukuran kinerja terpilih (UKT) belum dibuat Dalam kegiatan pengadaan MM dan Intermedia telah dibuat Indikator dan ukuran keberhasilan. Akan tetapi ukuran tersebut belum memadai, karena belum dikuantifisir yang memudahkan pengukurannya. Tidak adanya UKT membuat kesulitan dalam mengukur keberhasilan pengadaan MM dan Intermedia.
3) Aktivitas Pengendalian Berikut ini uraian komponen aktivitas pengendalian yang masih mengandung kelemahan : a.
Negosiasi Dalam laporan pelaksanaan lelang telah dilakukan negosiasi akan tetapi tidak ada dokumen yang mendukung hal tersebut. Ketiadaan dokumen ini menyebabkan sulitnya verifikasi akuntabiltas petugas yang melaksanakan negosiasi.
b.
Harga Perkiraan Sendiri Perhitungan
HPS
belum
dilengkapi
dengan
dokumen
pendukung. Hal ini menyebabkan sulitnya mengetahui HPS
yang dibuat apakah telah akurat dan sulit dijadikan dasar dalam mengevaluasi penawaran rekanan. 4) Informasi dan Komunikasi. Pada komponen informasi dan komunikasi masih dijumpai kelemahan yaitu : a.
Tidak adanya prosedur yang mengatur penyampaian informasi penyimpangan
internal perusahaan kepada pihak eksternal
maupun ke internal. b.
Belum ada aturan sanksi kepada pegawai yang membocorkan rahasia perusahaan yang berakibat kerugian bagi perusahaan.
5) Monitoring Dalam proses monitoring telah berjalan cukup baik, hanya ada kelemahan dalam hal memonitor dan mengambil keputusan saat terjadi perbedaan opersional di tingkat teknis. Hal ini menyebabkan ketidaksamaan penerimaan sikap saat diskresi diambil oleh manajemen yang lebih tinggi.
b. Audit Mendalam (Field work) 1)
Pengujian perencanaan pengadaan
Sebagai auditor tim audit perlu memahami latar belakang suatu kegiatan menjadi obyek audit. Hal ini ditujukan untuk meyakini bahwa pengadaan
suatu
asset
memang
telah
sesuai
dengan
rencana
kegiatan/produksi perusahaan. Terhadap pengadaan zatapi ini berikut informasi latar belakang yang didapat oleh Tim. Untuk memenuhi kebutuhan BBM dan produk minyak lainnya PT PERTAMINA (PERSERO) melakukan dua strategi yaitu
membuat
produk jadi di kilang sendiri dan mengimpor produk jadi jika hasil produksi kilang tidak mencukupi. Untuk membuat BBM dan produk minyak lainnya di kilang sendiri, diperlukan minyak mentah (MM). Minyak mentah merupakan bahan baku utama untuk memproduksi BBM dan produk minyak lainnya sehingga pengadaan minyak mentah oleh PT PERTAMINA (PERSERO) merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan BBM dan produk minyak lainnya di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kekurangan pasokan minyak mentah dapat mengakibatkan kekurangan produksi BBM, kelangkaan BBM serta impor BBM yang berarti meningkatkan penggunaan devisa. Pengadaan minyak mentah dilakukan dengan dua cara yaitu contract (pengadaan
term
yang dilakukan untuk jangka panjang yang
pengirimannya di atas tiga bulan) dan spot (pengadaan yang pengirimannya di bawah tiga bulan).
Pengadaan MM Zatapi pada bulan Desember 2007 merupakan bagian dari kegiatan pengadaan yang pengirimannya di bawah tiga bulan (short term spot) untuk kebutuhan intake kilang bulan Februari 2008. Perencanaan pengadaan untuk kebutuhan Februari 2008 didasarkan rapat persediaan (stok) minyak mentah yang dilakukan pada tanggal 4 Desember 2007 antara Unit Kilang dan Unit Perencanaan Operasi Kantor Pusat. Berdasarkan rapat tersebut dan analisis kebutuhan minyak mentah bulan Februari 2008 yang dilaksanakan pada bulan Desember 2007 ditentukan kebutuhan
minyak mentah yang harus dipenuhi melalui pengadaan
spot. Secara rinci, perencanaan ini didasarkan pada : a.
Laporan prediksi stok minyak mentah awal bulan Februari 2008 di kilang Balikpapan
b.
Perkiraan stok minyak mentah akhir bulan Januari 2008 kilang Cilacap
c.
Memo manajer pengadaan Minyak Mentah dan Intermedia perihal rencana arus minyak Domestik Desember 2007, Januari 2008 dan Februari 2008 .
d.
Hasil rapat perkiraan stok MM awal Februari 2008 dan perkiraan kebutuhan MM impor bulan Februari 2008 untuk kilang Cilacap
dan Kilang Balikpapan yang dilakukan pada tanggal 4 Desember 2007.
2)
Pengujian berjalannya proses pengadaan dan ketaatan pada prosedur i. Kebijakan dan Prosedur Baku Pengadaan Pertama yang harus didapatkan oleh Tim Audit adalah : apakah perusahaan telah memiliki aturan untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengadaan. Berdasarkan hasil audit menunjukkan bahwa PT Pertamina telah memiliki kebijakan pengadaan yang dituangkan dalam Keputusan Direksi No SK 021/C00000/2007-S0 tanggal 10 Mei 2007 tentang Buku Manajemen Pengadaan Barang/Jasa. Kebijakan inilah yang akan dipakai oleh Tim audit untuk analisa apakah telah memenuhi prinsip-prinsip pengadaan yang baik, seperti fairness, transparansi, dan akuntabilitas. Bila telah memuat prinsipprinsip pengadaan yang baik, maka akan digunakan sebagai kriteria untuk menguji pelaksanaanya.
ii. Organisasi/Panitia pengadaan Tim audit juga mencari informasi tentang organisasi yang menangani pelaksanaan pengadaan. Berdasarkan telaahan dokumen, seperti Surat penunjukkan panitia, notulen-noyulen rapat panitia, dan memo atau nota dinas lainnya didapat informasi bahwa ada panitia yang ditunjuk
untuk melaksanakan kegiatan pengadaan minyak mentah bulan Desember 2007 yang ditunjuk oleh Direktur disertai uraian tugasnya. Panitia pengadaan adalah sebagai berikut : Ketua
Manajer Pengadaan Minyak Mentah & Intermedia
Sekretaris
Wakii Fungsi Pengadaan Minyak Mentah & Intermedis
Anggota
1. Manajer Perencanaan Operasi Pengoiahan Dit. Pengolahan 2. Wakil Bagian Pengadaan Minyak Mentah Fungsi Pengadaan Minyak Mentah & Intermedia 3. Wakil Bagian Pengadaan Intermedia - Fungsi Pengadaan Minyak Mentah & Intermedia 4. Wakil Bagian Adm. & Komersial Pengadaan MM & Intermedia 5. Wakil Fungsi Perencanaan Operasi Pengoiahan Dit. Pengolahan 6. Wakil Fungsi Supply Chain BBM Dit. Pengolahan 7. Wakil Fungsi Hukum Pengoiahan Dit. Pengolahan 8. Wakil Fungsi Pengeluaran Dana Dit. Keuangan 9. Wakil Fungsi Keuangan Hilir 10. Wakil Fungsi Ren, Ekon. dari Unit Pengolahan terkait
Sedangkan uraian tugasnya adalah : •
Meneliti,
mengevaluasi
penawaran
yang
undangan) dan membuat rekapitulasi/tabulasi diterima
clan
membubuhkan
paraf
masuk penawaran
(sesuai yang
pada penawaran dan
rekapitulasi penawaran. •
Mengevaluasi Harga Perkiraan Sendiri dengan harga penawaran pemasok.
•
Meiakukan klarifikasi penawaran jika dianggap perlu.
•
Menyaksikan input data Minyak Mentah / Intermedia baik Impor / Lokal yang diikutkan da'am evaluasi dengan menggunakan program Optimal dengan Linear Programming yang dilaksanakan oleh Fungsi Perencanaan Operasi Dit. Pengolahan.
•
Merekomendasikan dipilih
minyak mentah/intermedia yang
akan
untuk dibeli berdasarkan hasil perhitungan program
optimasi Linear
Programming, dan melaporkan kepada pejabat
yang berwenang di Pertamina. •
Membuat dan menanda tangani Berita Acara pelaksanaan pelelangan.
•
Menjaga kerahasiaan data dan dokumen yang berkaftan dengan pelelangan.
iii.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pengadaan
Berdasarkan pengumpulan informasi mengenai proses pengadaan, Tim audit mendapat gambaran sebagai berikut : Dalam melaksanakan proses pengadaan ini, panitia telah melaksanakan berbagai langkah/tindakan sesuai ketentuan yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Pengolahan tentang pengadaan minyak mentah dan
intermedia untuk kebutuhan kilang di lingkungan PT PERTAMINA (PERSERO) dan pedoman aplikasi software optimasi. (1) Pengiriman Undangan Undangan dikirim kepada calon peserta pelelangan telah dilaksanakan sesuai ketentuan, karena telah menyebutkan secara jelas persyaratan pengadaan yang ditetapkan dan dikirimkan kepada perusahaan yang tercantum dalam daftar mitra usaha terseleksi. (2) Penerimaan Penawaran Dari 27 rekanan yang telah dikirim undangan hanya 9 rekanan yang memenuhi undangan dengan menawarkan 16 jenis minyak mentah dan 18 cargo dengan rincian sebagai berikut : No
Rekanan
Jenis MM
Grade
1
Kpc
Bebatik
Medium
2
GM
Kikeh
Medium
Zatapi Blend
Medium
Azeri
Heavy
Estifa
Medim/High Sulfur
3
Ptns
Labuan
Medium
4
Crcd
Kikeh
Medium
Saharan
Light
Bonny Light + Qua Iboe
Heavy + Medium (1paket)
Rang Dong
Heavy
5
Pt
Seria
Medium
Qua Iboe + Erha
Medium+MM baru (1 paket)
6
JNSS
Qua Iboe
Heavy
7
Ptr
Sarir
Heavy
8
Sntr
Saharan
Light
9
Smtm
Enfield
Heavy
Dari hasil penelitian dokumen semua rekanan telah memasukan crude assay versi masing- masing rekanan. Khusus penawaran GM untuk jenis minyak mentah Zatapi menawarkan harga dengan basis TAPIS dan menginformasikan kepada Panitia Pelelangan bahwa minyak mentah Zatapi berasal dari Malaysia. Dari data tersebut, terlihat bahwa telah muncul jenis minyak mentah baru dengan basis harga TAPIS yang layak dipertimbangkan karena dapat memberikan saingan terhadap minyak mentah jenis Medium Sweet regional yang pasokannya sangat terbatas dan cenderung menurun sehingga minyak mentah regional yang dominant tersebut, misalnya TAPIS dapat ditekan harganya.
(3) Evaluasi penawaran Evaluasi penawaran dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria yang dilakukan secara bertahap yaitu :
a. Crude Assay untuk minyak mentah jenis baru b. Grade c. Landed Price Diatas atau dibawah HPS d. Pembayaran dan Jumlah cargo e. Alokasi kilang (3. a) Crude assay (untuk jenis minyak mentah baru) Untuk jenis minyak mentah yang pernah dibeli oleh PT PERTAMINA (PERSERO), pada dasarnya tidak diperlukan crude assay karena sudah berada dalam library crude assay PT PERTAMINA (PERSERO). Zatapi dan Estifa adalah minyak mentah baru sehingga rekanan harus menyerahkan crude assay. Crude assay zatapi yang disampaikan bulan Oktober 2007 telah diminta untuk diuji ke manajer evaluasi kinerja pada tanggal 14 Nopember 2007. Akan tetapi karena crude assay yang diserahkan belum sesuai dengan medium analisis type C maka minyak mentah tersebut tidak dapat divalidasi oleh manajer evalkin. Akan tetapi VP Perencanaan dan Pengadaan membuat memo tanggal 10 dan 12 Desember 2007 yang merekomendasikan agar zatapi dan estifa tetap diikutkan lelang walaupun crude assaynya belum memenuhi medium analisis type C. Keputusan tersebut diambil karena adanya peluang yang dihasilkan dari minyak mentah zatapi serta upaya inovasi/terobosan dalam mencapai
target kontrak manajemen VP dan menyikapi harga minyak mentah yang cenderung meningkat pada saat itu. (3. b) Grade/Spesifikasi Langkah ini dilaksanakan untuk melihat kesesuaian spesifikasi barang yang ditawarkan. Dari proses tersebut, maka rekanan dan minyak mentah yang terpilih menawarkan medium atau light : No
Rekanan
Jenis MM
Grade
1
Kpc
Bebatik
Medium
2
GM
Kikeh
Medium
Zatapi Blend
Medium
3
Ptrns
Labuan
Medium
4
Ccrd
Kikeh
Medium
Saharan
Light
5
Pt
Seria
Medium
6
JNSS
Qua Iboe
Medium
7
Sntr
Saharan
Light
(3. c) Landed price Setelah tahapan evaluasi grade, maka dievaluasi landed price
tiap
minyak mentah, yaitu menghitung harga dasar ditambah taksiran premi. Landed Price dibandingkan dengan penawaran dari rekanan
untuk
memilih minyak mentah yang harga penawarannya di bawah taksiran
landed price dan diperoleh 5 minyak mentah medium yang penawarannya di bawah HPS yaitu :
No Rekanan
Jenis MM
Jumlah Ditawarkan
HPS
MB
Harga Penawaran (US $)
(US $)
1
Kpc
Bebatik
600
96,41
97,62
2
GM
Kikeh
600
96.42
97.64
3
Pt
Seria
600
96.91
97.82
4
Ccrd
Kikeh
600
97.26
97.53
5
Ptrns
Labuan
600
97.53
97.64
Qua Iboe dan Zatapi tidak dipiilh karena harga penawarannya di atas landed price. (3. d) Persyaratan pembayaran dan lainnya Evaluasi berikutnya dilaksanakan atas term of payment, lay time dan negosiasi harga penawaran. Hasilnya adalah: - Labuan yang ditawarkan Ptrns dibatalkan karena tidak bersedia merubah term of payment dari 30 hari menjadi 60 hari. - Kikeh yang dtawarkan Ccrd dibatalkan karena setelah dinegosiasi tidak bersedia menurunkan harga menjadi sama dengan Kikeh yang ditawarkan oleh GM
Selanjutnya sebagai dasar penentuan minyak mentah yang dipilih adalah: •
Harga penawaran terbaik
•
Besaran parcel terbesar yang terpilih oleh software
•
Laytime terpanjang
•
Persyaratan payment
Dengan demikian terpilih tiga rekanan dengan tiga jenis minyak mentah medium yaitu :
No Rekanan
Jenis MM
Jumlah Ditawarkan
HPS
MB
Harga Penawaran (US $)
(US $)
1
Kpc
Bebatik
600
96,41
97,62
2
GM
Kikeh
600
96.42
97.64
3
Ppt
Seria
600
96.91
97.82
(3. e) Pemilihan Zatapi Dari uraian di atas terlihat bahwa perusahaan masih membutuhkan lagi satu cargo minyak mentah medium. Selanjutnya dipertimbangkan kembali penawaran yang di atas HPS yang dapat menghasilkan margin kilang paling optimal. Hal ini Sesuai TKO Pengadaan Minyak Mentah/Intermedia untuk kebutuhan kilang No B-001/E00200/2006-S0 poin VII A.3 c.1 tentang Evaluasi Pengadaan Minyak Mentah, yang antara lain menyatakan
bahwa dalam hal terdapat “Landed Price dengan penawaran over HPS tetapi lebih rendah daripada “landed Price yang penawarannya under HPS’ maka terhadap landed Price dengan penawaran over HPS tersebut akan diikutsertakan dalam running software optimasi. Konkritnya dipilih mana landed price yang lebih rendah antara Zatapi dan Qua Iboe. Karena harganya lebih rendah, maka yang terpilih adalah Zatapi. Oleh karenanya MM Zatapi akan diikutkan dalam software optimasi untuk menentukan alokasi kilang yang paling optimal dari empat minyak mentah yang terpilih. (3. f)
Penunjukan Pemenang
Dari evaluasi dan hasil analisis software optimasi yang telah dilaksanakan, VP Perencanaan dan Pengadaan mengusulkan kepada Direktur Pengolahan pemenang pelelangan spot pembelian minyak mentah Februari 2008 dengan Memorandum No R-32/E00220/2007-S3 tanggal 12 Desember yang disetujui oleh Direktur Pengolahan yaitu :
No Rekanan
Jenis MM
MB
Penawaran
HPS
(US $)
(US $)
Harga
Tujuan
1
Kpc
Bebatik
600
96,41
97,62
OSP Bebatik + US$1.30
BPP
2
GM
Kikeh
600
96.42
97.64
OSP Tapis + US$0.73
CLP
3)
3
Ppt
Seria
600
96.91
97.82
OSP Seria + US$1.70
BPP
4
GM
Zatapi
600
90.71
90.47
APPI Tapis US$2,28
CLP
Pengujian keberadaan barang yang diadakan
a.
Pengiriman dan Penerimaan Barang VP Perencanaan dan Pengadaan menerbitkan Purchase Order of Zatapi Crude Oil tanggal 15 Januari 2008 sebanyak 600.000 net US Barel dengan toleransi 10%
aproximately delivery date
(ADD) tanggal 4-5 Februari 2008, dengan harga rata-rata APPI Tapis bulan terbitnya B/L. Minyak mentah Zatapi diangkut dengan Kapal MT. FOUR SPRINGS dari pelabuhan Tanjung Pelepas Malaysia ke tangki Minyak mentah PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap sesuai B/L tanggal 9 February 2008 sejumlah 596.588 Barel. Kapal tersebut mulai bongkar muatan pada
tanggal 12
Februari 2008 dan selesai pada tanggal 14 Februari 2008 sebanyak 596.365.169 Barel. Sesuai certificate of quantity yang dikeluarkan Surveyor tanggal 11 Februari 2008 sejumlah 593.474 barel.
Berdasarkan
informasi
yang
tercantum
dalam
dokumen
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) tanggal 21 Februari 2008 menyatakan bahwa MM Zatapi diterima sebanyak 596.365,169 barels. Laporan penerimaan barang oleh surveyor dalam negeri sesuai certificate of quantity discharge tanggal 14 Februari 2008 menyatakan Ship’s Figures After Loading 594.373,001 sedangkan Ship’s Figures Before Discharging menyatakan 594.365,006. Oleh karena penerimaan barang (ADD) sesuai dengan Purchase Order adalah tanggal 4-5 Februari 2008, kami menilai telah terjadi keterlambatan 7 hari dari jadwal yang sudah ditetapkan dan wajib dikenakan denda. Denda keterlambatan sebesar US$123,180.17 akhirnya dibayar oleh GM pada tanggal 18 Desember 2008. b. Pembayaran Zatapi Zatapi dibayar berdasarkan Surat Perintah Pembayaran tanggal 18 Maret 2008 yang ditandatangani oleh VP Perencanan dan Pengadaan
sejumlah
US $54.999.474,72 dan telah ditransfer
melalui Bank Mandiri tanggal 9 April 2008. Nilai tersebut merupakan perhitungan dari nilai rata-rata APPI Tapis
selama bulan Februari 2008 minus US$ 2,29 dikalikan
dengan volume sesuai B/L tertanggal 9 Februari 2008 sebanyak 596.588 barel. Akan tetapi berdasarkan hasil survey oleh surveyor di pelabuhan Tanjung Pelepas Malaysia jumlah minyak mentah yang dimuat ke kapal sebanyak 593.474 barel sesuai Certificate of Quantity tanggal 11 Februari 2008. Dengan demikian jumlah muatan dalam B/L terlalu besar sebanyak 3.114 barel. Untuk itu PT Pertamina mengajukan
klaim
atas
selisih
dengan
B/L
sebesar
US$287.079,66 (3.114 barel) x US$92,19). Klaim tersebut telah dikembalikan oleh Gold Manor ke rekening PT Pertamina pada Bank BNI tanggal 11 April 2008.
4)
Pengujian Keekonomisan pengadaan Keekonomisan zatapi dapat diukur dengan jumlah cash out
yang
dikeluarkan jika memilih minyak mentah jenis kikeh yang digantikan zatapi. Menurut Data Basis Harga Aktual bulan Pebruari 2008, harga realisasi
pembayaran minyak mentah Kikeh US$ 97.94 sedang
realisasi pembayaran minyak mentah zatapi US$ 92,19 (terdapat selisih keekonomisan
US$ 5.75 /barel). Dengan menghitung
jumlah/volume minyak mentah zatapi yang dibeli sebanyak 593,474 barel, dari transaksi ini didapat penghematan cash out sebesar US$ 5.75 x 593,474 = US$.3.412.476.
5)
Pengujian keefisienan barang yang dibeli Minyak Zatapi sebanyak 596.365,169 barel tersimpan di dalam tanki T16 sebanyak 246.991,049 barel dan tanki T12 sebanyak 341.612,453 barel serta dalam pipeline sebanyak 7.761,667 barel, yang selanjutnya diproses ke dalam Kilang Unit Pengolahan IV Cilacap FOC II bersama dengan minyak mentah lain (cocktail) mulai tanggal 15 Februari 2008 sampai dengan 1 Maret 2008. Dari hasil analisa Lab UP IV Cilacap, ternyata yield Zatapi yang diterima berbeda dengan yield dari crude assay pemasok sebesar US$ 0.85/ barel (basis MOPS bulan Februari 2008), dengan rincian sebagai berikut : PEMASOK No
1
Uraian
Nilai US$
Yield
Nilai
%
US$
Produk 1. 2. 3. 4. 5. 6.
2
Harga Yield US$/bbl %
LAB UP-IV
Gas LT Naphta HV Naphta Kerosene Gasoil Residu
Revenue
71.89
3.73
2,6816
4.25
3.0555
93.43
18,27
17.0689
25.35
23.6835
93.43
20.79
19.4233
16.84
15.7329
106.19
15.55
16.5127
14.11
14.9836
105.70
10.28
10.8661
7.00
7.3991
78.82
31.38
24.7350
32.45
25.5784
100.00
91.2875
100.00
90.4329
Selish
0.85
Jika dilihat dari tabel di atas, ternyata produk Light Naptha yang dihasilkan oleh minyak mentah Zatapi yang diterima sebesar 25,35% menunjukkan yield yang lebih besar sebanyak 7,08% dibanding crude assay-nya. Produk Light Naptha yang dihasilkan minyak mentah Zatapi di atas rata-rata produk Light Naptha yang dihasilkan minyak mentah lain. Oleh karena komponen yield bukan merupakan spesifikasi yang mengikat dalam transaksi minyak mentah, maka PT PERTAMINA (PERSERO) tidak melakukan klaim kepada GM. Adapun hasil analisis Yield tersebut bila konsistensinya dapat diyakini dan selalu di luar range crude assay, maka analisis tersebut akan digunakan sebagai dasar revisi data dalam perhitungan selanjutnya. Hasil produksi selama bulan Februari 2008 (dimana terdapat minyak mentah Zatapi sebanyak 450 53 MB barel) sebagai berikut : I
Input - Minyak Mentah - Lain-lain
Barel 8.116.815 796.354 8.913.169
II
Hasil
- BBM
7.103.018
- Non BBM
1.637.359 8.740.377
III Flare, Losses dan lainnya
172.792
Persentase hasil dengan Input (8.740.377 : 8.913.169)
x 100%
=
98,06%. Rasio hasil dengan input di bulan Februari tersebut cukup wajar jika dibanding dengan bulan Januari 2008 sebesar 98,37% dan Maret 2008 sebesar 96,08%. 6)
Pengujian keefektivan pemanfaatan barang yang dibeli Hasil pengolahan kilang PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Cilacap dengan menggunakan minyak mentah Zatapi ini mampu memberikan gross margin $1,79/barel.
minyak mentah sebesar US$14.544.682 atau Keputusan
US
menggunakan Zatapi juga ternyata
menguntungkan karena berdasarkan simulasi jika dibandingkan dengan pengolahan tanpa menggunakan Zatapi ataupun
jika dibandingkan
dengan melakukan impor BBM untuk memenuhi target produksi. Hal ini dapat dilihat pada hasil perhitungan simulasi margin minyak mentah pada bulan Februari 2008 sebagai berikut : URAIAN
Gross margin
Menggunakan Zatapi
Tanpa Zatapi
Mengimpor Produk
US$
US$
US$
14.544.682
12.735.512
11.805.380
US$/BBL
1.79
1,69
1,57
Dalam situasi harga minyak mentah yang meningkat, untuk memperoleh margin kilang yang optimal, strategi Pertamina untuk memperoleh minyak mentah alternatif, seperti Zatapi, akan mendorong tambahan minyak mentah jenis medium sweet di pasar regional dan memberikan tekanan pada harga minyak mentah jenis medium sweet regional seperti Tapis. Belakangan terbukti bahwa dampak dari diperlukannya minyak mentah alternatif, di pasaran telah muncul minyak mentah baru, yaitu jenis Lawu dari BrtP, yang berarti menambah supply. Tambahan supply tersebut memberi tekanan harga kepada pasar regional sebagai akibat perubahan supply dan demand. Oleh karenanya, strategi penggunaan minyak mentah alternatif perlu dipertimbangkan untuk kelanjutannya. 7)
Penyimpulan Hasil Audit Berdasarkan hasil audit yang telah dilakukan dan melakukan konfirmasi seta melengkapi data, tim audit dapat mengambil simpulan berikut : a.
Proses pengadaan telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
b.
Pengadaan minyak mentah zatapi didasarkan perencanaan yang secara periodik dilakukan
c.
Jenis Minyak mentah Zatapi sesuai dengan kebutuhan kilang, yaitu type medium
d.
Format content crude assay (hasil uji laboratorium spesifikasi minyak) Zatapi belum terinci untuk memenuhi crude analysis, namun data Zatapi tersebut dapat disimulasikan untuk optimasi kilang
e.
Harga zatapi adalah lebih murah dibandingkan dengan jenis minyak mentah medium lainnya, walaupun lebih tinggi dari harga perkiraan sendiri (HPS)
f.
Zatapi dapat digunakan dan menghasilkan kinerja produksi yang wajar sebagaimana minyak mentah lainnya.
g.
Berdasarkan simulasi, Zatapi menghasilkan margin kilang yang optimal jika dibandingkan dengan produksi dengan tidak menyertakan zatapi dan jika dibanding dengan membeli bahan bakar jadi.
h.
strategi Pertamina untuk memperoleh crude alternatif seperti Zatapi, akan mendorong tambahan medium sweet crude di pasar dan memberikan tekanan pada harga crude medium sweet regional seperti Tapis.
c.
Pelaporan
Sebagai hasil akhir dari proses suatu audit akan dituangkan dlam bentuk laporan hasil audit. Dalam kondisi tertentu dapat dibuatkan laporan interim atau sementara yaitu saat proses audit telah dapat mengambil simpulan
sementara dari hasil audit sementara pihak pengguna laporan perlu segera ingin mendapatkan informasi tersebut. Dalam kasus pengadaan zatapi, dibuat laporan interim yang ditujukan kepada presiden selaku stakeholders BPKP pada tanggal 4 November 2009. Sementara tim audit melakukan penyelesaian audit sampai 19 Desember 2009
4. Timbulnya pro kontra terhadap hasil audit BPKP dan Institusi Lain
Sebagaimana dikemukakan di awal, kasus pengadaan zatapi ini banyak menyita perhatian baik di kalangan bisnis, politis, terutama di kalangan aparat penegak hokum. Bahkan laporan interim yang disampaikan oleh BPKP kepada Presiden dapat diketahui oleh media masa. Hasil audit sementara yang terpublikasi tidak menghentikan polemik khususnya pihak kepolisian yang bersikukuh ingin membuktikan adanya kerugian Negara hal ini didukung kuat oleh kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat sampai akhirnya pada kepolisian menerbitkan SP3 (Surat Penghentian Penyidikan) kasus zatapi sebagaimana diberitakan pada pertengahan Februari 2010. 5. Lesson Learned (Hal yang dapat diambil pelajaran) dari Kasus a. Informasi yang berkembang terhadap suatu masalah betapapun kuatnya harus dibuktikan dengan metodologi pembuktian yang professional.
Dalam hal ini dugaan adanya indikasi fraud/korupsi dan kerugian Negara dalam pengadaan minyak mentah zatapi dibuktikan dengan proses audit. b.
Jenis Audit perlu ditetapkan dengan cermat sesuai dengan kondisi permasalahannya. Sebelum dilakukan audit investigatif dapat dilakukan lebih dahulu audit operasional untuk mendapatkan bukti awal adanya indikasi fraud atau korupsi.
c.
Audit operasional yang dilakukan sesuai standar sudah seharusnya dapat membuktikan apakah suatu aktivitas seperti pengadaan menaati prosedur dan memenuhi prinsip “value for money” yaitu memenuhi pencapaian 3E, Ekonomis, Efisien, dan Efektif.