BAB IV. PEMBAHASAN A.
Profil Peternakan 1. Sejarah Perusahaan Kelompok Ternak Rumaket merupakan usaha yang bergerak dibidang penggemukan sapi potong. Kelompok Ternak Rumaket didirikan pada bulan Sepetember 2013 oleh bapak Budi Saryanto. Lahan yang digunakan sebagai tempat produksi merupakan lahan milik Bapak Budi. Awal mula didirikan Kelompok Ternak Rumaket hanya memelihara lima ekor sapi, kemudian terus berkembang hingga saat ini mencapai 50 ekor sapi. 2. Lokasi Peternakan Santosa (2003) berpendapat bahwa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih lokasi diantaranya adalah keadaan geografis, topografi, ketersediaan air, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan pakan, ketersediaan bakalan, ketersediaan transportasi, ketersediaan pasar dan peraturan pemerintah. Lahan kandang hendaknya dipilih pada suatu tempat yang lebih tinggi dari sekelilingnya dan jauh dari pemukiman penduduk agar limbah ternak tidak mengganggu penghuni pemukiman. Bangunan kandang di dataran tinggi dibuat berbeda dengan dataran rendah. Bangunan kandang di dataran rendah sebaiknya memiliki dinding yang lebih terbuka untuk ventilasi serta karena suhunya lebih panas dibandingkan dataran tinggi. Kelompok ternak rumaket terletak di Dusun Tlukan RT 01/RW 08, Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Lokasi ini cukup bagus untuk usaha peternakan karena sumber air lancar, rumput atau lahan hijauan tersedia dan tidak dekat dengan pemukiman penduduk selain itu akses jalan menuju peternakan cukup memadai karena dapat dilewati mobil maupun truk.
25
26
3. Luas Area Peternakan Kelompok Ternak Rumaket mempunyai luas area peternakan seluas 760 m2 yang terdiri dari bangunan kandang 418 m2 dan lahan hijauan 342 m2. Bangunan kandang yang terdiri dari ruang kandang efektif, tempat pakan, tempat limbah dan penyimpanan peralatan. Lahan hijauan ditanami rumput gajah untuk diberikan kepada ternak. Ukuran untuk satu ekor sapi yaitu 2 x 1,5 m.
2
3 4
1 8
6
7
Gambar 6. Lay Out Kandang Kelompok Ternak Rumaket Keterangan : 1. Jalan masuk 2. Hijauan ( 10 m x 11,5 m) 3. Hijauan ( 10 m x 15,5 m) 4. Penampungan Feses ( 10 m x 4 m) 5. Kandang I ( 22 m x 5,5) 6. Penyimpanan pakan dan Peralatan ( 22 m x 5 m)
Jh
5
27
7. Kandang II (22 m x 5,5) 8. Penyimpanan pakan hijauan ( 22 m x 3 m) 4. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kelompok Ternak Rumaket sudah memiliki struktur organisasi yang jelas. Anggota Kelompok Ternak Rumaket merupakan satu keluarga yaitu saudara kandung dari bapak Budi Saryanto. Tugas dari ketua adalah mengatur dan mengontrol semua kegiatan di peternakan, tugas pengawas yaitu mengawasi kegiatan-kegiatan di peternakan, pembina bertugas menganalisa masalah-masalah yang muncul dan penyelesaiannya, bendahara bertugas mengatur keuangan serta sekretaris bertugas mencatat dan membukukan setiap pendapatan dan pengeluaran. Sedangkan untuk tenaga kesehatan bersifat kondisional artinya hanya datang saat dibutuhkan saja. Karyawan di Kelompok Ternak Rumaket ada dua orang. Karyawan berasal dari warga sekitar peternakan. Sistem upah yang diterapkan di Kelompok Ternak Rumaket adalah sistem upah harian yaiatu Rp. 45.000,-/ hari/ orang. Sedangkan untuk anggota kelompok pembagian keuntungan dilakukan setahun sekali, yaitu dengan membagi keuntungan bersih penjualan ketua 30%, pengawas 20%, pembina 20%, bendahara 15% dan sekretaris 15%.
28
Budi Saryanto Ketua
Agus Mudi S Pengawas
Triyanto Pembina
Sri Sulastri Bendahara
Karjo Wignyo U Sekertaris
karyawan 2 orang Gambar 7. Struktur Organisasi Kelompok Ternak Rumaket B.
Pemeliharaan Sapi Potong 1.
Pemilihan Bakalan Pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan sangat menentukan keberhasilan penggemukan sapi potong. Pemilihan bakalan sebaiknya disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang dijalankan.
Santosa (2003) mengatakan bahwa
pemilihan ternak sapi disesuaikan dengan tujuan usaha peternakan yang dilaksanakan. Tipe ternak yang akan dipelihara untuk tujuan menghasilkan daging, misalnya dipilih ternak sapi tipe pedaging atau sapi potong. Ciri-ciri sapi potong adalah (a) tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat atau balok; (b) kualitas dagingnya maksimum; (c) laju pertumbuhannya cepat; (d) cepat mencapai dewasa dan (e) efisiensi pakannya tinggi. Rukmana (2008) juga berpendapat bahwa pemilihan bakalan yang baik menjadi langkah awal yang sangat mentukan keberhasilan usaha. Salah satu tolok ukur penampilan produksi sapi potong adalah penambahan berat badan harian (PBBH). Dengan bakalan dari genetik bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi dapat optimal.
29
Jenis sapi potong yang ada di Kelompok Ternak Rumaket terdiri dari Peranakan Ongole, Peranakan Simmental dan Peranakan Limousin. Semua sapi berjenis kelamin jantan. Bakalan diperoleh dari pasar Sragen, Karang Pandan dan peternak sekitar yang ingin menjual ternaknya. Harga bakalan berkisar Rp. 16.000.000 – Rp. 20.000.000 untuk bakalan Peranakan Simmental dan Peranakan Limousin dan Rp. 8.000.000 – Rp. 10.000.000 untuk bakalan Pernakan Ongole. Metode pemilihan bakalan yaitu memilih bakalan yang agak kurus namun memiliki tulang yang besar, sehingga hanya perlu menggemukkannya. a) Sapi Peranakan Ongole (PO) Sapi Ongole merupakan sapi keturunan Bos Indicus yang berhasil dijinakkan di India. Sapi Ongole masuk ke Indonesia mulai abad ke 19, dan dikembangkan di pulau Sumba, sehingga lebih dikenal sebagai sapi Sumba Ongole. Persilangan sapi Ongole jantan murni dengan sapi betina Jawa, menghasilkan keturunan yang disebut sapi Peranakan Ongole (PO). Karakteristik sapi PO yaitu punuk yang besar dan kulit yang longgar dengan banyak lipatan
dibawah
leher
dan
perut,
telinga
panjang
serta
menggantung, temperamen tenang dengan mata besar, tanduk pendek hampir tak terlihat dan warna bulu putih agak kehitamhitaman ( Murtidjo, 1990). Kelompok Ternak Rumaket memelihara sapi PO untuk memenuhi permintaan hari raya kurban. Lima sampai enam bulan sebelum hari raya kurban sapi-sapi peranakan Limousin dan Simmental dijual kemudian dibelikan bakalan PO. Semua ternak sapi yang dipelihara berjenis kelamin jantan dan berumur 1 – 1,5 tahun. Pada periode ini Kelompok Ternak Rumaket dapat memelihara ternak 50 ekor. Harga bakalan untuk Peranakan Ongole berkisar Rp. 8.000.000 – Rp. 10.000.000 dengan bobot badan rata-rata 170 kg, hal ini disesuaikan dengan permintaan pasar dimana harga ternak yang laku kurang dari Rp. 15.000.000,-.
30
b) Sapi Persilangan Simmental Sapi Simmental merupakan sapi yang berasal dari daerah Simme di Switzerland, sapi ini berkembang lebih cepat di Benua Eropa dan Amerika. Tipe sapi ini merupakan tipe potong, perah dan kerja. Ciri-ciri sapi Simmental adalah tubuh berukuran besar, tubuh berbentuk kotak pertumbuhan otot bagus, penimbunan lemak dibawah kulit rendah. Warna bulu pada umumnya krem agak coklat atau sedikit merah, sedangkan keempat kaki mulai dari lutut, dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil. Berat sapi betina mencapai 800 kg dan sapi jantan 1000-1500 kg (Sugeng, 2003). Di Kelompok Ternak Rumaket saat ini memelihara 8 ekor sapi persilangan Simmental. Bakalan persilangan Simmental diperoleh dari pasar Sragen dan Karangpandan. Bakalan sapi Simmental berjenis kelamin jantan dengan kisaran umur 1 – 1,5 tahun. Harga bakalan persilangan Simmental berkisar Rp. 16.000.000 – Rp. 20.000.000 dengan rata-rata bobot badan 355 kg. Jenis bakalan ini dipilih karena mempunyai PBBH yang tinggi hingga 1 kg serta ketersediaan bakalan dipasar kontinyu. c) Sapi Persilangan Limousin Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa (Bos taurus) yang berkembang di Perancis. Karakteristik sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1 kg, tinggi mencapai 1,5 m, bulu yang tebal menutupi seluruh tubuh, warnanya mulai dari kuning sampai merah keemasan, tanduknya berwarna cerah, bobot lahir tergolong kecil sampai medium, sapi betina dewasa mencapai 575 kg dan pejantan dewasa mencapai berat 1.100 kg, fertilitasnya cukup tinggi, mudah melahirkan, mampu menyusui dan mengasuh anaknya dengan baik serta pertumbuhannya cepat (Blakely dan Bade,1994). Di Kelompok Ternak Rumaket saat ini memelihara 12 ekor sapi persilangan Limousin. Bakalan persilangan Limousin
31
diperoleh dari pasar Sragen dan Karangpandan. Bakalan sapi persilangan Limousin berjenis kelamin jantan dengan kisaran umur 1 – 1,5 tahun. Harga bakalan persilangan Limousin berkisar Rp. 16.000.000 – Rp. 20.000.000 dengan rata-rata bobot badan 355 kg. Jenis bakalan ini dipilih karena mempunyai PBBH yang tinggi hingga 1 kg serta ketersediaan bakalan dipasar kontinyu. 2. Manajemen Perkandangan Manajemen perkandangan merupakan hal yang sangat penting dalam pendirian sebuah peternakan. Kandang berfungsi sebagai pelindung ternak dari pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan dan menjaga keamanan dari berbagai hal serta memudahkan dalam manajemen pemeliharaan. Kandang yang baik dapat menunjang kenyamanan, keamanan dan kesehatan ternak serta mempermudah tatalaksana pemeliharaan. Bahan bangunan kandang harus memperhatikan segi ekonomis, tahan lama dan tidak menimbulkan refleksi panas sehingga dapat berpengaruh terhadap ternak yang dipelihara, kerangka kandang bisa menggunakan bambu, kayu beton atau baja. Atap kandang yang paling baik adalah genteng karena tidak menimbulkan panas dan dapat mengalirkan udara dari celah-celah genteng. Dinding kandang setengah tembok supaya lebih tahan lama, ketinggian dinding disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, bisa menggunakan bambu, kayu, atau bata. Daerah dingin dan banyak angin, dinding kandang dibuat penuh/tertutup tetapi harus tetap ada ventilasi, sedangkan untuk daerah panas dibuat setengah dinding atau terbuka. Lantai kandang sebaiknya menggunakan semen dibuat kasar sehingga kuat dan tahan lama, dibuat miring ke belakang 5-10 cm. Perlengkapan kandang berupa tempat pakan dan tempat minum yang dibuat permanen dari semen agar lebih tahan lama (BPTP, 2001). Kandang di Kelompok Ternak Rumaket dibuat untuk tempat tinggal ternak dan juga sebagai tempat penyimpanan pakan. Jumlah
32
kandang ada dua kandang. Tipe kandang I di peternakan ini adalah kandang ganda tail to tail dan tipe kandang II adalah head to head. Bangunan kandang dibuat permanen baik lantai, dinding, maupun tiangnya sehingga lebih tahan lama. Biaya pembuatan kandang I sebesar Rp. 60.000.000 dan kandang II sebesar Rp. 80.000.000. Ukuran untuk satu ekor sapi yaitu 2 m x 1,5 m. Satu kandang dapat memuat 28 ekor sapi dewasa. Tempat pakan dan tempat minum dibuat permanen dengan ukuran panjang 150 cm, lebar 75 cm dan tinggi 75 cm. Perlengkapan kandang yang ada di peternakan sapi potong ini antara lain sabit, sekop, gerobak sorong, bak dan diesel. Peralatan kandang tersebut berfungsi untuk memudahkan proses produksi ternak. 3. Manajemen Pakan Pakan mempunyai peranan yang penting bagi ternak, untuk mempertahankan hidupnya dan menghasilkan suatu produksi serta tenaga bagi ternak dewasa dan berfungsi untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Pakan yang diberikan pada seekor ternak harus sempurna dan mencukupi. Sempurna dalam arti bahwa pakan yang diberikan pada ternak tersebut harus mengandung semua nutrien yang diperlukan oleh tubuh dengan kualitas yang baik (BPTP, 2001). Pakan yang diberikan di Kelompok Ternak Rumaket berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang diberikan berupa rumput gajah dan jerami. Jerami diberikan pada pagi hari dan rumput gajah diberikan pada sore hari. Pakan konsentrat yang diberikan kepada ternak bukan berupa pakan completefeed komersil, namun berupa campuran bekatul, dedak gandum, konsentrat dan polar. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB. Jumlah pemberian pakan di Kelompok Ternak Rumaket yaitu 3% dari bobot badan dalam bentuk bahan kering. Total pemberian pakan dalam bentuk segar untuk Peranakan Ongole yaitu hijauan 20 Kg dan konsentrat 5 Kg, sedangkan untuk
33
Persilangan Simmental dan Persilangan Limousin diberikan hijauan 31 Kg dan konsentrat 8 Kg. Tabel 1. Harga Hijauan Hijauan
Pemberian (%)
Harga/kg (Rp)
Jerami
50
500
Rumput gajah
50
500
Jumlah
100
Sumber : Data Sekunder Kelompok Ternak Rumaket Tabel 2. Harga Konsentrat Bahan Pakan
Pemberian (Kg)
Harga/ kg (Rp)
Total Harga (Rp)
Bekatul
30
2800
84.000
Dedak gandum
30
1800
54.000
Konsentrat
20
7600
152.000
Polar
20
1700
34.000
Jumlah
100
324.000
Sumber : Data Sekunder Kelompok Ternak Rumaket 4. Penanganan Penyakit Kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap performan ternak, kesehatan mutlak diperlukan karena dapat mencegah kerugian. Dengan demikian diperlukan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Selama kegiatan KKL di Kelompok Ternak Rumaket tidak ada ternak yang terjangkit penyakit. Pencegahan penyakit di peternakan ini dilakukan dengan pemberian obat cacing tiga bulan sekali. Selama dipelihara ternak sapi diberikan obat cacing dua kali, yaitu pada saat hari pertama masuk kandang dan tiga bulan setelah dipelihara. Pemberian obat cacing yaitu satu bolus untuk satu ekor ternak. Harga obat cacing setiap bolusnya yaitu Rp. 3.000. Selain pemberian obat cacing langkah untuk mencegah ternak terjangkit penyakit yaitu dengan menjaga kebersihan kandang. Pembersihan kandang dilakukan dua kali sehari, yaitu dengan membersihkan lantai kandang dari feses dan membersihkan tempat pakan dan minum dari
34
sisa pakan pada pagi hari dan sore hari sebelum pemberian pakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan anak kandang di Kelompok Ternak Rumaket, penanganan penyakit ketika ada ternak yang sakit yaitu dengan mendatangkan mantri hewan setempat untuk diperiksa dan diberikan obat. Biaya untuk mendatangkan mantri yaitu Rp. 50.000. 5. Manajemen Penanganan Limbah Limbah ternak merupakan sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen dan lain-lain. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar) merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu untuk keperluan rumah tangga (Sofyadi dan Cahyan, 2003). Limbah sapi dapat berupa kotoran/feses dan air kencing. Saat ini, limbah sapi yang dijadikan kompos atau pupuk organik banyak diminati masyarakat. Hal ini disebabkan harga pupuk kimia relatif mahal dan dapat merusak zat hara tanah. Pengolahan limbah sapi menjadi kompos jika dilakukan dengan benar akan menjadi sumber penghasilan tambahan. Pengolahan limbah sapi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari bahan tambahan yang digunakan (Sudono et al., 2003). Kelompok Ternak Rumaket tidak melakukan pengolahan limbah dikarenakan berbagai hal seperti kurangnya sumber daya manusia dari segi jumlah maupun pengetahuan. Limbah yang dihasilkan hanya dikumpulkan pada penampungan feses. Feses yang terkumpul digunakan untuk memupuk rumput gajah dan diberikan kepada warga sekitar yang membutuhkan. Pengolahan limbah feses ini
35
dapat memberikan pendapatan tambahan bagi peternak karena bernilai ekonomis. 6. Pemasaran Lima sampai enam bulan setelah digemukkan ternak kemudian dijual. Sistem penjualan sapi di Kelompok Ternak Rumaket dilakukan dengan cara penafsiran bobot badan (jogrokan) oleh belantik di sekitar peternakan. Lokasi pemasaran sapi di peternakan ini yaitu pasar Sunggingan, pasar Karangpandan dan pasar Sragen. Harga jual sapi rata-rata Rp. 25.500.000 untuk sapi Persilangan Simmental dan Persilangan Limousin dan Rp. 14.000.000 untuk Peranakan Ongole. Dalam melakukan pemasaran Kelompok Ternak Rumaket masih mengalami kendala-kendala, diantaranya yaitu panjangnya rantai pemasaran. Hal ini berpengaruh pada keuntungan, apabila pemasaran langsung kepada konsumen tanpa melewati belantik maka keuntungan akan lebih tinggi. Namun Kelompok Ternak Rumaket belum mempunyai konsumen tetap. C.
Analisis Finansial Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelompok Ternak Rumaket diketahui bahwa usaha penggemukan sapi potong dalam kurun waktu lima sampai enam bulan per periode diketahui data sebagai berikut : 1. Harga jual sapi a. Persilangan Simmental dan Limousin @ 25.500.000 x 20 = Rp 510.000.000 b. Peranakan Ongole @ Rp 14.000.000 x 50 = Rp 700.000.000 Jadi jumlah pendapatan dari penjualan sapi adalah Rp 1.210.000.000 2. Nilai sisa a. Tanah
= Rp 140.000.000
b. Bangunan
= Rp 5.000.000
c. Peralatan
= Rp 500.000
36
3. Penggunaan konsentrat Periode I : 1,6 kg x 20 ekor x 150 hari : 50 kg = 96 karung Periode II : 1 kg x 50 ekor x 150 hari : 50 kg = 150 karung + 246 karung Jadi pendapatan karung dalam satu tahun = @ Rp. 1000 x 246 = Rp. 246.000,00 4. Pembuatan kandang Rp 140.000.000 5. Pembelian peralatan a. Sanyo
= Rp 1.000.000
b. Diesel
= Rp 1.500.000
c. Gerobak sorong
= Rp. 500.000
d. Sekop @ 150.000 x 2 = Rp. 300.000 e. Alat sprayer
= Rp. 500.000
f. Sapu lidi, sabit
= Rp. 200.000 + Rp. 4.000.000
6.
Pemasangan listrik Rp. 1.000.000
7.
Pembuatan sumur Rp 15.000.000
8.
Pembelian tanah Rp. 100.000.000
9.
Gaji pegawai Rp. 45.000/orang/hari 2 x 45.000 x 310 = Rp. 27.900.000
10. THR @ Rp 500.000 x 2 = Rp. 1.000.000 11. Sumbangan Rp. 400.000 12. Penyusutan a. Penyusutan kandang 10% x 140.000.000
= Rp. 14.000.000
b. Penyusutan peralatan 10% x 4.000.000 Jadi total biaya penyusutan
= Rp. 400.000 = Rp. 14.400.000
13. Biaya pakan a. Persilangan Limousin dan Persilangan Simmental
37
Konsentrat : 3.240 x 8 kg x 20 ekor x 150 hari = Rp. 77.760.000
Hijauan
: 500 x 31 kg x 20 ekor x 150 hari = Rp.
46.000.000 Total biaya pakan untuk sapi peranakan Simmental dan Limousin adalah Rp. 124.260.000 b. Peranakan Ongole
Konsentrat : 3240 x 5 kg x 50 ekor x 150 hari = Rp. 121.500.000
Hijauan : 500 x 20 kg x 50 ekor x 150 hari = Rp. 75.000.000
Total biaya pakan untuk sapi Peranakan Ongole adalah Rp. 196.500.000. Jadi total biaya untuk pakan adalah Rp. 320.760.000. 14. Pembelian bakalan a. Persilangan Simmental dan Persilangan Limousin Rp. 17.000.000 x 20
= Rp 340.000.000
b. Peranakan Ongole Rp. 9.000.000 x 50
= Rp. 450.000.000 + Rp. 790.000.000
15. Obat-obatan a. Obat cacing = 3000 x 2 x 70
= Rp 420.000
b. Mengundang mantri : Rp 50.000 x 15 ekor x 3 = Rp. 2.250.000 Rp. 2.670.000 16. Biaya transportasi Rp. 1.000.000 17. Desinfektan Rp. 100.000/ tahun 18. Biaya pajak Rp. 50.000/ tahun 19. Biaya listrik Rp. 1.200.000/ tahun 20. Biaya lain-lain Rp. 500.000 21. Biaya tak terduga Rp. 500.000
38
Tabel 3. Analisis Finansial Cashflow Tahun ke-0 (Rp)
Tahun ke-1 (Rp)
Tahun ke-2 (Rp)
Tahun ke-3 (Rp)
Tahun ke-4 (Rp)
Tahun ke-5 (Rp)
1.210.000.000
1.210.000.000
1.210.000.000
1.210.000.000
1.210.000.000
246.000
246.000
246.000
246.000
246.000
1.210.246.000
1.210.246.000
1.210.246.000
1.210.246.000
1.355.746.000
A. Cash Inflow 1. Penjualan sapi 2. Nilai sisa
145.500.000
3. Penjualan karung Jumlah B. Cash Out Flow 1.
2.
Investasi a.
Pembuatan kandang
140.000.000
b.
Pembelian peralatan
4.000.000
c.
Instalasi listrik
1.000.000
d.
Instalasi air
15.000.000
e.
Tanah
100.000.000
Operasional a.
b.
Biaya tetap
Gaji pegawai
27.900.000
27.900.000
27.900.000
27.900.000
27.900.000
Penyusutan
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
14.400.000
Pajak
50.000
50.000
50.000
50.000
50.000
Biaya variabel
Pakan
320.760.000
320.760.000
320.760.000
320.760.000
320.760.000
Pembelian bakalan
790.000.000
790.000.000
790.000.000
790.000.000
790.000.000
Obat-obatan
2.670.000
2.670.000
2.670.000
2.670.000
2.670.000
THR
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
Sumbangan
400.000
400.000
400.000
400.000
400.000
Transportasi
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.000.000
39
Desinfektan
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
Biaya listrik
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
Biaya tak terduga
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
Biaya lain-lain
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
Jumlah
260.000.000
1.160.480.000
1.160.480.000
1.160.480.000
1.160.480.000
1.160.480.000
Net Cashflow
(260.000.000)
49.766.000
49.766.000
49.766.000
49.766.000
195.266.000
Cummulative Net Cashflow
(260.000.000)
(210.234.000)
(160.468.000)
(110.702.000)
(60.936.000)
144.330.000
40
Tabel 4. Net Present Value (NPV) Tahun
Net Benefit
DF
NPV
(12%)
DF
NPV
(35%)
0
(260.000.000)
1
(260.000.000)
1
(260.000.000)
1
49.766.000
0,893
44.441.038
0,740
36.826.840
2
49.766.000
0,797
39.663.502
0,548
27.271.768
3
49.766.000
0,712
35.433.392
0,406
20.204.996
4
49.766.000
0,636
31.651.176
0,301
14.979.566
5
195.266.000
0,567
110.715.822
0,223
43.544.318
Jumlah
1.904.930
(117.172.512)
Perhitungan analisis usaha penggemukan sapi di Kelompok Ternak Rumaket dalam kurun waktu 5 tahun. 1. Benefit Cost Ratio (BCR) BCR= Total Benefit Total Cost = 261.904.930/ 260.000.000 = 1,01 Menurut pendapat Sugiyono (2009), metode ini digunakan untuk menghitung present value dari cash inflow dibagi dengan present value dari cash outflow. Dijelaskan lebih lanjut oleh Soekarwati (2003) bahwa semakin besar nilai BCR semakin besar pula keuntungan yang diperoleh oleh pelaku usaha tersebut. Suatu usaha dapat dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai BCR lebih dari 1. Nilai BCR dari Kelompok Ternak Rumaket adalah 1,01, jadi usaha penggemukan sapi tersebut masih layak dijalankan. 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR
= = = 12 + = 12 + 0,02x 23 = 12 + 0,46
x 23
41
= 12,46 % Internal Rate of Return (IRR) adalah indikator tingkat efisiensi dari suatu investasi. Suatu proyek atau investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian apabila melakukan investasi di tempat lain (bunga deposito bank, reksadana dan lain-lain). Berdasarkan perhitungan tersebut Kelompok Ternak Rumaket memiliki IRR 12,46%. 3. Payback Period of Credit (PPC) PPC
= = = 5,2 tahun Payback Period of Credit (PPC) digunakan untuk mengukur
lamanya waktu yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi yang dihitung dengan membagi investasi dengan keuntungan ( Sugiyono, 2009). Berdasarkan
perhitungan
diatas
Kelompok
Ternak
Rumaket
dapat
mengembalikan biaya investasi dalam 5,2 tahun. 4.
Break Event Point (BEP) BEP (rupiah)
=
fixed cos t (1 (var iable cos t : penjualan) 42.350.000
1- (1.118.130.000: 1.210.246.000) =
42.350.000 1 – (0,92)
= Rp 529.375.000,BEP adalah suatu nilai dimana keuntungan yang diterima perusahaan sama nilainya dengan total biaya yang dikeluarkan, dengan anggapan bahwa harga jualnya sudah tertentu, sehinga perusahaan tidak untung dan tidak rugi atau impas atau kembali pokok atau pas-pasan. Suatu usaha dikatakan berada pada titik impas (Break Event Point) jika besar penerimaan sama dengan besarnya biaya yang dikeluarkan.
42
Keuntungan diperoleh jika volume produksi atau harga jual melebihi volume produksi atau harga jual mencapai titik impas, hal ini sesuai pendapat Soekartawi (2003). BEP dari Kelompok Ternak Rumaket yaitu Rp 529.375.000,5. Efisiensi usaha Efesiensi usaha
= =
× 100%
= 19% Efisiensi diartikan sebagai kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus dicapai oleh perusahaan (Maulana, 1997). Efesiensi usaha sapi potong di Kelompok Ternak Rumaket didapat sebesar 19 %.