BAB IV PEMBAHASAN
IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1.
Ada beberapa unsur Biaya Bahan Penolong diklasifikasikan sebagai kelompok biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.
2.
Adanya pembebanan biaya administrasi umum yang dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek.
3.
Adanya beberapa unsur biaya penjualan dan pemasaran yang dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek.
4.
Terdapat perhitungan alokasi biaya yang kurang tepat pada unsur biaya overhead proyek.
5.
Perhitungan alokasi biaya overhead proyek berdasarkan output fisik atau unit produksi yaitu perbandingan unit yang diproduksi dikali dengan biaya overhead proyek keseluruhan. Dalam menghitung dan menganalisis harga pokok produksi diperlukan data-data
biaya yang akurat sebagai dasar dalam menentukan harga jual, walaupun biaya bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi harga jual. Faktor lainnya yang mempengaruhi 58
penentuan harga jual adalah konsumen dan pesaing. Namun demikian perhitungan biaya harga pokok produksi yang cermat dan tepat sangat membantu dalam menentukan harga jual. Klasifikasi biaya produksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengikhtisaran data biaya dan dalam penyajian informasi yang lengkap. Jika klasifikasi dan perhitungan biaya tidak dilakukan dengan tepat, maka hasil perhitungan harga pokok produksi perusahaan bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah yang akan dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas, penting dilakukan penelusuran atas klasifikasi dan perhitungan biaya produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead proyek. Setelah itu, dilakukan penilaian atas klasifikasi dan perhitungan biaya produksi yang telah dilakukan perusahaan dengan cara melihat apakah biaya telah diklasifikasikan dengan tepat dan apakah perhitungan biaya telah dilakukan dengan benar. Kemudian dilakukan perbaikan atas kesalahan yang terjadi atas pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi tersebut. PT Grahacitra Adhitama mengklasifikasikan biaya produksinya menjadi 3(tiga) unsur, yaitu : 1. Biaya Bahan Baku Langsung Salah satu unsur biaya yang paling penting dalam proses produksi adalah bahan baku. Biaya bahan baku langsung ini dibebankan pada harga pokok produk pada produk yang dihasilkan. 59
PT Grahacitra Adhitama mencatat unsur yang dimasukkan ke dalam biaya bahan baku langsung adalah : a.
Bahan Baku Utama Merupakan bahan penting dalam pembuatan suatu produk. Bahan yang termasuk ke dalam kelompok bahan baku terdiri dari bahan yang digunakan untuk pekerjaan kayu seperti, triplek, melaminto, kayu jenis nyatoh oven, lem kuning, lem putih, paku tembak dan veneer putih.
b.
Accessories Merupakan bahan penolong yang digunakan untuk memproduksi suatu produk. Bahan yang dimasukkan ke dalam accessories produk CR.A.120 adalah handle, grendel, plat kunci, lem besi, kaki kursi plastik, engsel sendok, pin ambalan, kunci laci dan sekrup. Berikut ini akan dibahas unsur-unsur biaya yang termasuk ke dalam kelompok
bahan baku dan accessories : A. Bahan Baku Utama Seperti yang telah dibahas di atas, perusahaan memasukkan seluruh bahan yang digunakan untuk perkerjaan kayu ke dalam kelompok bahan baku utama. Menurut teori, yang dimaksud biaya bahan baku adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan dalam perhitungan biaya produk. Menurut penulis, pengklasifikasian beberapa bahan yang ada di dalam kelompok bahan baku belum tepat seperti lem kuning, lem putih, paku tembak dan veneer. Hal ini
60
dikarenakan bahan tersebut bukanlah bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi. Kesalahan pengklasifikasian beberapa bahan tersebut dapat mengakibatkan data klasifikasi biaya menjadi kurang tepat, sehingga pengambilan keputusan yang terkait dengan data tersebut menjadi kurang tepat. Menurut penulis, bahan-bahan tersebut lebih tepat diklasifikasikan ke dalam kelompok bahan penolong karena bahan tersebut dapat menunjang proses produksi. B. Accessories Bahan-bahan yang termasuk ke dalam kelompok accessories adalah handle, grendel, plat kunci, lem besi, kaki kursi plastik, engsel sendok, pin ambalan, kunci laci dan sekrup. Berdasarkan teori, bahan baku langsung adalah setiap bahan baku yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Dan berdasarkan teori, biaya overhead pabrik mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya accessories seperti lem besi dan sekrup tidak tepat jika dimasukkan ke dalam kelompok biaya bahan baku karena biaya tersebut bukanlah bahan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi. Akibat dari kesalahan pengklasifikasian ini, data tentang klasifikasi biaya produksi menjadi kurang tepat dan biaya bahan baku dibebankan menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya.
61
Menurut penulis, biaya pemakaian lem besi dan sekrup lebih tepat dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek sebagai bahan penolong karena bahan tersebut dapat menunjang proses produksi tetapi di luar klasifikasi bahan langsung dan tenaga kerja langsung. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, biaya tenaga kerja langsung pada PT Grahacitra Adhitama meliputi, biaya upah langsung bagian kayu dan bagian finishing. Berdasarkan teori, biaya tenaga kerja langsung adalah upah yang diperoleh pekerja yang mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Menurut penulis, pengklasifikasian upah tenaga kerja tersebut ke dalam biaya tenaga kerja langsung sudah tepat, karena perusahaan telah memasukkan semua upah yang dibayarkan untuk melaksanakan produksi secara langsung yaitu memasukan biaya upah dan uang lembur ke dalam perhitungan biaya tenaga kerja langsung. 3. Biaya Overhead Proyek Unsur yang terakhir dalam menentukan harga pokok produksi adalah biaya overhead proyek. PT Grahacitra Adhitama menghitung biaya overhead proyek berdasarkan biaya sesungguhnya. Terdapat beberapa unsur biaya yang bukan merupakan biaya overhead proyek tetapi dibebankan ke dalam biaya overhead proyek. Selain itu, terdapat perhitungan biaya yang tidak sesuai dengan pusat biaya. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah mencakup semua biaya produksi selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi.
62
Akibat dari ketidakakuratan dalam pengklasifikasian biaya tersebut adalah biaya overhead proyek menjadi tidak tepat sehingga proses perencanaan, analisis dan pengendalian atas biaya-biaya tersebut menjadi lebih sulit, karena perusahaan tidak mendapatkan informasi biaya yang tepat. Unsur-unsur biaya overhead proyek yang telah ditentukan oleh perusahaan adalah : 1. Biaya Bahan Penolong Perusahaan membebankan biaya bahan penolong ke dalam biaya overhead proyek. Biaya bahan penolong terdiri dari pemakaian bahan untuk pekerjaan finishing seperti cat, amplas, kain bal, koran, lakban dan thinner. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek meliputi semua biaya produksi di luar biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, namun terkait dengan proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya bahan penolong sebagai biaya overhead proyek sudah tepat karena biaya ini menunjang proses produksi. 2. Biaya Telepon Perusahaan membebankan biaya telepon ini ke dalam biaya overhead proyek. Biaya ini merupakan beban pemakaian telepon yang digunakan untuk kepentingan proyek yang bersangkutan. Pemakaian pulsa telepon ini berupa voucher handphone. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya ini sudah tepat karena penggunaan biaya telepon ini mendukung berjalannya proses produksi.
63
3. Biaya Solar Solar sebagai bahan bakar mesin diesel yang digunakan sebagai sumber daya listrik yang dipergunakan untuk keseluruhan kegiatan yang terjadi di dalam pabrik seperti untuk lampu-lampu pabrik dan mesin-mesin produksi. Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya ini sudah tepat meskipun biaya ini tidak terlibat secara langsung dalam proses produksi tetapi biaya ini mendukung berjalannya proses produksi. 4. Biaya Sewa Gedung Biaya ini timbul karena perusahaan masih menyewa kantor dan pabrik yang ditempati oleh perusahaan pada saat ini. Biaya tersebut meliputi biaya sewa atas gedung perusahaan secara keseluruhan baik kantor maupun pabrik. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, biaya sewa gedung ini sudah tepat dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek tetapi perhitungan atas pembebanan biaya tersebut kurang tepat karena perusahaan membebankan seluruh biaya sewa baik sewa kantor maupun pabrik ke dalam biaya tersebut. Perhitungan biaya sewa gedung yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah seluruh biaya sewa selama sebulan yaitu sebesar Rp. 6.375.000. Luas tanah keseluruhan adalah 4000 m2, yang termasuk luas pabrik sebesar 2500m2 dan luas kantor sebesar
64
1500m2. Perhitungan pembebanan sewa tersebut seharusnya dialokasikan berdasarkan luas tanah pabrik saja yaitu sebesar Rp.3.984.735 {Rp. 6.375.000 x (2500m2 / 4000m2)}. Akibat kesalahan dalam perhitungan biaya tersebut adalah biaya overhead proyek dibebankan lebih tinggi sebesar Rp. 2.390.265 (Rp. 6.375.000 - Rp. 3.984.375), sehingga harga pokok produksi pun menjadi lebih besar dari yang seharusnya. 5. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah bagian workshop. Upah ini hanya terdiri dari upah kotor bagian workshop saja tidak termasuk uang lembur. Pekerja bagian workshop bertugas memantau pekerjaan pabrik dari awal sampai dengan selesai dan melakukan pengendalian mutu dari pekerjaan yang diselesaikan. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya tenaga kerja tidak langsung sudah tepat dimasukkan ke dalam kelompok biaya overhead proyek. Meskipun pekerja bagian workshop tidak terlibat langsung dalam pembuatan produk, tetapi mereka bertanggung jawab atas pekerjaan pabrik dan mengatur proses produksi sehingga tercipta keefisienan dan keefektifan dalam keseluruhan kegiatan yang terlaksana di dalam pabrik sehingga menunjang proses produksi. 6. Biaya Perawatan dan Perbaikan Mesin Biaya perawatan dan perbaikan mesin ini meliputi biaya pembelian suku cadang mesin dan biaya service-nya. Biaya-biaya tersebut digunakan untuk mesin-mesin pabrik yang digunakan dalam proses produksi.
65
Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya tersebut sudah tepat karena biaya ini dikeluarkan untuk mendukung terlaksananya proses produksi. 7. Biaya Penyusutan Mesin Biaya penyusutan ini meliputi biaya penyusutan mesin-mesin pabrik yang digunakan untuk proses produksi. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, biaya tersebut telah diklasifikasikan dengan tepat karena biaya ini berhubungan dengan mesin-mesin pabrik yang digunakan untuk proses produksi. 8. Biaya Perjalanan Dinas Biaya ini berupa biaya yang dikeluarkan untuk transportasi bagian marketing selama melakukan kunjungan ke tempat klien. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Dan secara teori, beban pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk yang di mulai pada saat barang siap dijual. Menurut penulis, biaya perjalanan dinas tidak tepat diklasifikasikan sebagan biaya overhead proyek karena biaya tersebut tidak menunjang proses produksi dan bukan biaya produksi.
66
Pengklasifikasian yang tidak tepat atas biaya tersebut mengakibatkan biaya overhead proyek dibebankan terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dan harga pokok produksi menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Lebih tepat jika biaya perjalanan dinas diklasifikasikan sebagai biaya penjualan dan pemasaran, karena biaya tersebut menunjang proses pemasaran produk perusahaan yang dilakukan sebelum produk dijual. 9. Biaya Pengiriman Barang Biaya ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan barang dari perusahaan sampai dengan tempat klien seperti biaya penyewaan container, biaya tol, dan lain-lain. Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Dan berdasarkan teori, beban pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk yang di mulai pada saat barang siap dijual. Menurut penulis, pengklasifikasian atas biaya pengiriman barang sebagai biaya overhead proyek tidak tepat, karena biaya tersebut tidak berhubungan dengan proses produksi dan bukan biaya produksi. Akibat dari pengklasifikasian biaya yang tidak tepat tersebut mengakibatkan biaya overhead proyek menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya sehingga harga pokok produksi pun menjadi lebih tinggi.
67
Biaya pengiriman lebih tepat jika diklasifikasikan sebagai biaya penjualan dan pemasaran, karena biaya ini berhubungan dengan kegiatan memasarkan, menjual dan mendistribusikan produk. 10. Biaya Packing Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan barang agar barang tahan benturan pada saat perjalanan pengiriman barang ke tempat klien. Perusahaan menggunakan bahan packing berjenis single face. Biaya ini meliputi biaya pembelian kardus, tali rafiah, dan lain-lain. Secara teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi. Menurut penulis, pengklasifikasian biaya tersebut sudah tepat, karena meskipun biaya ini tidak ini tidak terlibat langsung dalam proses produksi tetapi biaya ini menunjang terlaksananya proses produksi. 11. Biaya Overhead Lain-Lain Perusahaan mengklasifikasikan uang lembur karyawan dan biaya fotocopy ke dalam kelompok biaya ini. Uang lembur karyawan terdiri dari uang lembur pekerja bagian workshop dan bagian kantor yang lembur pada saat produksi berlangsung. Berdasarkan teori, biaya overhead proyek adalah biaya yang selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang menunjang proses produksi.
68
Secara teori, biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya untuk pengawas pabrik dan pekerja terlatih lainnya serta tidak terlatih lainnya, seperti pesuruh, petugas reparasi, dan pengawas yang secara nyata tidak mengerjakan produk dan hasil usaha mereka tidak mudah ditelusuri ke produk jadi tetapi menunjang proses produksi. Beban administratif adalah beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Menurut penulis, biaya-biaya tersebut tidak tepat jika diklasifikasikan sebagai biaya overhead lain-lain karena sebagian biaya tersebut adalah biaya yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi tetapi menunjang proses produksi dan biaya yang lainnya tidak terlibat dalam proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung dan bukanlah biaya produksi. Biaya-biaya tersebut seharunya diklasifikasikan berdasarkan pusat biayanya masing-masing. Berikut ini pembahasan klasifikasi biaya-biaya tersebut : 1. Biaya uang lembur a. Uang lembur bagian workshop Menurut penulis, biaya ini seharusnya diklasifikasikan ke dalam biaya tenaga kerja tidak langsung karena biaya ini dikeluarkan untuk pekerja bagian workshop yang memantau kegiatan proses produksi. Biaya ini akan menambah biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp. 1.856.800, sehingga biaya tenaga kerja tidak langsung naik menjadi Rp. 12.106.800 (Rp. 10.250.000 + Rp. 1.856.800).
69
b. Uang lembur bagian kantor Menurut penulis, biaya ini seharusnya diklasifikasikan sebagai biaya administrasi dan umum, karena biaya ini tidak terlibat dalam proses produksi baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.
Biaya fotocopy Biaya ini meliputi biaya fotocopy yang dikeluarkan untuk keperluan administrasi kantor. Menurut penulis biaya ini tidak tepat jika dimasukkan dalam biaya overhead proyek karena biaya ini berhubungan dengan administrasi kantor dan bukanlan biaya produksi. Seharusnya biaya fotocopy ini dibebankan ke dalam biaya administrasi dan umum. Akibat dari pembebanan biaya-biaya tersebut, biaya overhead proyek dibebankan
lebih tinggi dari yang seharusnya, sehingga harga pokok produksi menjadi lebih tinggi. Berikut ini adalah tabel pengklasifikasian biaya sebelum dan setelah dilakukan evaluasi penilaian :
70
TABEL IV.1 PT GRAHACITRA ADHITAMA REKLASIFIKASI BIAYA PRODUKSI Keterangan Lem kuning, lem tembak dan veneer.
putih,
Perusahaan paku
Reklasifikasi
Biaya bahan baku utama baku
Biaya Overhead Bahan Penolong –
Proyek
–
Lem besi dan sekrup
Biaya bahan Accessories
BOP - Bahan Penolong
Biaya Perjalanan Dinas
Biaya Overhead Proyek
Biaya Penjualan dan Pemasaran
Biaya Pengiriman Barang
Biaya Overhead Proyek
Biaya Penjualan dan Pemasaran
Biaya Overhead Lain-Lain : -
Uang Lembur Bagian Workshop
BOP - OH Lain-Lain
BOP - Biaya TKTL
-
Uang Lembur Bagian Kantor
BOP - OH Lain-Lain
Biaya Administrasi dan umum
-
Biaya Fotocopy
BOP - OH Lain-Lain
Biaya Administrasi dan umum
Reklasifikasi Biaya Produksi Sumber: Data diolah penulis
IV.2 Evaluasi Perhitungan Harga Pokok Produksi PT Grahacitra Adhitama. Dalam membuat perhitungan harga pokok produksi furniture, PT Grahacitra Adhitama menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order Costing) karena perusahaan melakukan proses produksi berdasarkan pesanan yang diterima. PT Grahacitra Adhitama menggunakan metode penentuan harga pokok penuh (full costing), karena dalam menghitung harga pokok produksi perusahaan memasukkan
71
semua biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead proyek baik yang bersifat tetap maupun variabel. Berikut ini adalah perhitungan harga pokok produksi credenza tipe a yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode biaya penuh (full costing) : 1. Biaya Bahan Baku Langsung (Lihat kartu biaya bahan baku langsung setelah dilakukan reklasifikasi pada tabel IV.2 dilampiran 5) Perusahaan memasukkan beberapa bahan penolong ke dalam perhitungan biaya bahan baku. Berikut ini adalah tabel reklasifikasi perhitungan biaya bahan baku utama perusahaan sebelum dan setelah dilakukan reklasifikasi:
72
TABEL IV.4 PT. GRAHACITRA ADHITAMA BIAYA BAHAN BAKU UTAMA
Kode
Keterangan
Barang
Perhitungan Perusahaan
Selisih
Reklasifikasi
P01.01100448
Triplek 4mm 4x8”-Meranti
Rp. 1.070.499
Rp. 1.070.499
-
P01.01101248
Triplek 12mm 4x8”-Meranti
Rp. 5.890.000
Rp. 5.890.000
-
P01.01101548
Triplek 15mm 4x8”-Meranti
Rp.
Rp.
350.000
-
P01.01301548
Triplek 15mm lps melaminto
Rp. 5.130.000
Rp. 5.130.000
-
P02.01010148
Melaminto putih dof 4x8
Rp. 3.294.000
Rp. 3.294.000
-
P02.10300348
Nyatoh Plywood 3mm 4x8
Rp. 7.882.494
Rp. 7.882.494
-
K04.1001
Kayu nyatoh oven
Rp. 1.258.881
Rp. 1.258.881
-
L10.01000101
Lem kuning-fox
Rp. 4.021.000
-
Rp. 4.021.000
L10.02000101
Lem putih-fox
Rp.
28.750
-
Rp.
28.750
P05.03010200
Paku tembak 2 cm
Rp.
8.500
-
Rp.
8.500
P05.03010300
Paku tembak 3 cm
Rp.
73.530
-
Rp.
73.530
E01.01000001
Veneer Putih
Rp.
92.625
-
Rp.
92.625
TOTAL
Rp. 29.100.279
350.000
Rp.24.875.874
Rp. 4.224.405
Biaya Bahan Baku Utama sebelum dan setelah Reklasifikasi Sumber : PT Grahacitra Adhitama
Di lihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah bahan baku utama menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp. 29.100.279. Setelah dilakukan reklasifikasi jumlah bahan baku utama mengalami penurunan menjadi
sebesar Rp. 24.875.874.
Akibat dari salah pengklasifikasian biaya tersebut perusahaan membebankan bahan baku utama lebih tinggi sebesar Rp. 4.224.405 (Rp. 29.100.279 – Rp. 24 875.874). 73
PT Grahacitra Adhitama juga membebankan beberapa bahan penolong seperti lem besi dan sekrup ke dalam biaya accessories. Jumlah accessories yang dibebankan perusahaan ke dalam bahan langsung adalah Rp. 2.662.684. Akibat dari pembebanan tersebut total bahan langsung menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya. Berikut ini adalah perhitungan biaya accessories sebelum dan setelah dilakukan reklasifikasi : TABEL IV.5 PT. GRAHACITRA ADHITAMA BIAYA ACCESSORIES
Kode Barang Keterangan
Perusahaan
Reklasifikasi Selisih
Hande pipa 12 X 15cm HUBEN A50.011029902 Grendel stainless A50.004009910 Plat kunci L L50.30990001 Lem besi F50.01309901 Kaki kursi plastik besar A50.1140H201 Engsel sendok biasa -HUBEN A50.03121901 Pin ambalan gepeng (Kayu) A50.01400H103 Kunci laci HUBEN S50.01010100 Sekrup kpl Rt (+) 1 S50.01010125 Sekrup kpl Rt (+) 11/4 S50.01010200 Sekrup kpl Rt (+) 2" S50.01010075 Sekrup kpl Rt (+) 3/4" S50.01010058 Sekrup kpl Rt (+) 5/8"
Rp. 966.000
Rp. 966.000
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
249.500 49.750 20.000 78.000 535.000 284.059 356.750 7.500 52.250 31.500 11.375 21.000
Rp. 249.500 Rp. 49.750 Rp. 78.000 Rp. 535.000 Rp. 284.059 Rp. 356.750 -
Rp. 2.662.684
Rp. 2.519.059
A50.02102505
TOTAL
-
Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
20.000 7.500 52.250 31.500 11.375 21.000
Rp. 143.625
Biaya Accessories sebelum dan setelah Reklasifikasi Sumber : PT Grahacitra Adhitama
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perusahaan telah membebankan biaya accessories lebih tinggi dari yang seharusnya. Perhitungan biaya accessories menurut perusahaan adalah sebesar Rp. 2.662.684 dan biaya accessories setelah dilakukan reklasifikasi adalah sebesar Rp. 2.519.059. Selisih positif yang timbul karena perbedaan 74
perhitungan tersebut sebesar Rp. 143.625. Selisih tersebut akan menambah biaya overhead proyek untuk pekerjaan credenza tipe 120. Berikut ini adalah perhitungan biaya bahan baku langsung sebelum dan setelah dilakukan reklasifikasi : TABEL IV.6 PT GRAHACITRA ADHITAMA REKLASIFIKASI BIAYA BAHAN BAKU LANGSUNG CR . A. 120 Keterangan
Perusahaan
Reklasifikasi
Selisih
Biaya Bahan Baku Utama
Rp. 29.100.279
Rp. 24.875.874
Rp. 4.224.405
Biaya Accessories
Rp. 2.662.684
Rp. 2.519.059
Rp.
Total B.B.Langsung
Rp. 31.762.963
Rp. 27.394.933
Rp. 4.368.030
143.625
Reklasifikasi Biaya Bahan Baku Langsung CR. A. 120 Sumber: PT Grahacitra Adhitama
Dilihat dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa perhitungan biaya bahan baku langsung menurut perusahaan lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 31.762.963. Setelah dilakukan reklasifikasi total biaya bahan baku langsung turun menjadi sebesar Rp. 27.394.933. Besarnya
selisih yang timbul akibat salah pengklasifikasian biaya
accessories adalah sebesar Rp.4.363.030. 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut penulis, perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang dibuat oleh perusahaan sudah tepat. Berikut ini adalah perhitungan biaya tenaga kerja langsung yang dibuat oleh perusahaan (lihat kartu biaya tenaga kerja langsung dilampiran 2).
75
Biaya Tenaga Kerja Langsung Untuk Pekerjaan CR.A.120 1. Bagian Kayu −
Biaya Upah ........................................ Rp. 10.494.000 Total ............................................................................... Rp. 10.494.000
2. Bagian Finishing −
Biaya Upah ........................................ Rp. 6.270.000
−
Biaya Uang Lembur …...................... Rp.
2.095.707
Total ............................................................................... Rp. 8.365.707 Total Biaya Tenaga Kerja Langsung
Rp. 18.859.707
3. Biaya Overhead Proyek Perusahaan mengalokasikan biaya overhead proyek ke dalam setiap jenis produksi berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Dimana semua biaya overhead proyek dijumlahkan dan total biaya tersebut dikalikan dengan jumlah unit yang diproduksi untuk masing-masing jenis pekerjaan yang bersangkutan dan dibagi dengan jumlah keseluruhan unit yang diproduksi. Menurut teori, pemilihan dasar (bases) dalam menghitung biaya overhead adalah suatu hal yang penting. Ada beberapa cara perhitungan pembebanan biaya overhead, yaitu biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, biaya bahan baku, unit yang diproduksi dan sebagainya. 76
Menurut penulis, cara pembebanan biaya overhead proyek pada PT Grahacitra Adhitama kepada setiap masing-masing produk tidak tepat, karena perusahaan tidak memproduksi barang atau produk yang sejenis sehingga penyerapan biaya untuk setiap kode pekerjaan pun tidaklah sama. Oleh karena itu, pembebanan biaya overhead proyek berdasarkan jumlah unit yang diproduksi tidaklah tepat. Hal di atas dapat mengakibatkan pengalokasian biaya overhead untuk setiap jenis produk menjadi tidak adil dan kurang tepat. Biaya overhead yang dibebankan pada setiap jenis produk bisa terlalu tinggi ataupun terlalu rendah. Hal tersebut dapat mempengaruhi besarnya harga pokok produksi, harga jual produk dan laba yang diperoleh perusahaan. Menurut penulis, cara pembebanan biaya overhead proyek pada PT Grahacitra Adhitama lebih tepat jika dihitung dengan menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung. Pemilihan dasar (bases) pembebanan tersebut karena terdapat hubungan yang kuat antara jam tenaga kerja langsung dengan overhead proyek dan selama operasi tenaga kerja merupakan faktor utama dalam produksi. Penggunaan jam tenaga kerja untuk setiap kode pekerjaan berbeda tergantung jenis dan besarnya ukuran produk. Untuk mengalokasikan biaya overhead proyek kepada setiap masing -masing jenis produk perlu dilakukan perhitungan biaya overhead proyek yang tepat. Oleh karena itu, penulis melakukan reklasifikasi biaya bahan penolong untuk proyek Indosat-Balikpapan. Perhitungan reklasifikasi biaya bahan penolong sebagai berikut: Biaya bahan penolong menurut perusahaan
Rp. 8.789.350 77
Ditambah: Biaya bahan penolong berdasarkan reklasifikasi biaya bahan baku CR.A.120
Rp. 4.368.030
Total Biaya Bahan Penolong
Rp. 13.157.380
(Catatan : Penulis hanya memperlihatkan pengaruh biaya bahan penolong berdasarkan reklasifikasi biaya bahan baku langsung kode pekerjaan CR.A.120 saja, apabila bahan baku langsung kode pekerjaan lainnya dilakukan reklasifikasi maka biaya bahan penolong juga berubah.) Berikut ini adalah perhitungan biaya overhead proyek setelah dilakukan reklasifikasi: TABEL IV.7 PT GRAHACITRA ADHITAMA REKLASIFIKASI BIAYA OVERHEAD PROYEK No
Keterangan
Jumlah
1
Biaya Bahan Penolong
Rp.
13.157.380
2
Biaya Telepon
Rp.
225.250
3
Biaya Solar
Rp.
3.547.000
4
Biaya Sewa Gedung
Rp.
3.984.735
5
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rp.
12.106.800
6
Biaya Perawatan dan Perbaikan Mesin
Rp.
1.151.500
7
Biaya Penyusutan Mesin
Rp.
4.725.207
8
Biaya Packing
Rp.
2.156.600
Total Biaya Overhead Bulan Desember
Rp.
41.054.472
Reklasifikasi Biaya Overhead Proyek Sumber: PT Grahacitra Adhitama
78
Sebelum menghitung biaya overhead proyek yang akan dialokasikan untuk credenza tipe A, maka perlu menghitung tarif biaya overhead proyek terlebih dahulu. Berikut ini adalah data-data yang diketahui sebagai informasi biaya dalam menghitung tarif biaya overhead proyek dan alokasi BOP untuk pekerjaan credenza tipe a: -
Biaya Overhead Proyek setelah reklasifikasi adalah Rp. 41.054.472
-
Perhitungan estimasi Jam Tenaga Kerja Langsung : 29 hari x 7 jam x 35 pekerja = 7105 jam
-
Jam Tenaga Kerja Aktual CR.A.120 adalah 2849. 30’ jam (Tabel IV.6)
Perhitungan biaya overhead proyek untuk pekerjaan CR.A.120 sebagai berikut : Tarif BOP = Estimasi biaya overhead proyek : Estimasi JTKL Tarif BOP = Rp. 41.054.472 : 7105 jam Tarif BOP = Rp. 5.778,25 / JTKL Alokasi biaya overhead proyek untuk CR.A.120 (lihat pada tabel IV.4 dilampiran 7). = Tarif BOP x Jumlah pemakaian JTKL untuk CR.A.120 = Rp. 5.778,25 x 2849.30’ jam = Rp. 16.465.123 Untuk lebih jelas dalam melihat unsur-unsur biaya yang dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi, penulis membuatkan kartu harga pokok pesanan 79
untuk kode pekerjaan CR.A.120 dengan menggunakan biaya-biaya yang telah direklasifikasi. Berikut ini kartu harga pokok pesanan CR.A.120: GAMBAR IV.1 PT GRAHACITRA ADHITAMA KARTU HARGA POKOK PESANAN CR.A. 120 Untuk
: PT INDOSAT – BALIKPAPAN
Tanggal Order
Nama Produk
: Credenza tipe A ukuran 120 x 92 x 50 cm
Tanggal Produksi : 01 Desember 2007
Kuantitas Order : 53 Unit Kode Pekerjaan
Tanggal Selesai
: CR.A.120
Tanggal Kirim
Bahan Langsung Keterangan Bahan Baku Utama
Jumlah Rp. 24.875.874
Accessories
Rp. 2.519.059
Total
Rp. 27.394.933
Tenaga Kerja Keterangan
: 15 Desember 2007
: 30 Desember 2007 Overhead
Jumlah
Bagian Kayu
Rp. 10.494.000
Bagian Finishing
Rp.
Total
: 25 November 2007
Jam 2849.30’
Tarif Rp. 5.778,25
Jumlah Rp. 16.465.123
8.365.707
Rp. 18.859.707
Total
Rp. 16.465.123
Ringkasan Biaya : Bahan Baku
Rp. 27.394.933
Tenaga Kerja
Rp. 18.859.707
BOP
Rp. 16.465.123
Total Biaya Produksi
Rp. 62.719.763
Jumlah Unit Produksi
53 Unit
Biaya Produksi per Unit
Rp. 1.183.392
Kartu Harga Pokok Pesanan CR. A. 120 Sumber: PT Grahacitra Adhitama
80
Setelah biaya overhead proyek dilakukan reklasifikasi baik biaya overhead proyek secara keseluruhan maupun perhitungan pembebanan biaya overhead proyek kepada jenis pekerjaan CR.A.120, terdapat selisih yang sangat siginifikan antara perhitungan sebelum reklasifikasi dengan perhitungan setelah reklasifikasi. Perbedaan pembebanan biaya overhead proyek di atas dikarenakan perusahaan membebankan beberapa biaya yang seharusnya dikelompokkan menjadi beban administrasi dan beban penjualan tetapi diklasifikasikan sebagai biaya overhead proyek serta ketidaktepatan dalam pemilihan dasar alokasi biaya overhead proyek. Perusahaan mengalokasikan biaya overhead proyek kepada setiap jenis pekerjaan dengan menggunakan ukuran unit yang diproduksi, sedangkan penulis menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung. Proporsi jumlah jam tenaga kerja yang digunakan untuk membuat credenza tidak sebanding dengan proporsi berdasarkan unit yang diproduksi. Hal tersebut karena ukuran credenza yang tidak terlalu besar, sehingga proporsi penggunaan jam tenaga kerja tidak terlalu besar meskipun jumlah unit yang diproduksi lebih banyak dari jenis pekerjaan yang lainnya. Setelah dilakukan perhitungan reklasifikasi atas semua unsur biaya, maka dapat dibandingkan setiap item biaya harga pokok produksi antara perhitungan biaya menurut perusahaan dan perhitungan biaya setelah dilakukan reklasifikasi dan dapat diketahui juga selisih yang terjadi.
81
TABEL IV.8 PT GRAHACITRA ADHITAMA PERHITUNGAN HPP PERUSAHAAN DAN HPP REKLASIFIKASI Keterangan 1. Biaya Bahan Baku Langsung - Bahan Baku Utama - Accessories 2. B.T.K.Langsung - Bag. Kayu - Bag. Finishing 3. B.Overhead Proyek Harga Pokok Produksi
Perusahaan
Reklasifikasi
Selisih
Rp. Rp.
29.100.279 Rp. 2.662.684 Rp.
24.875.874 2.519.059
Rp. Rp.
4.224.405 143.625
Rp. Rp. Rp.
10.494.000 Rp. 8.365.707 Rp. 38.867.148 Rp.
10.494.000 8.365.707 16.465.123
Rp.
22.402.025
Rp.
89.489.818 Rp.
62.719.763
Rp.
26.770.055
Perhitungan HPP Perusahaan dan HPP Reklasifikasi Sumber: PT Grahacitra Adhitama
Di lihat dari tabel IV.8 dapat diketahui bahwa ketidakakuratan dan kesalahan pengklasifikasian mengakibatkan perhitungan harga pokok produksi menjadi tidak akurat. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan dan harga pokok produksi setelah reklasifikasi. Perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan sebesar Rp. 89.489.818 dan harga pokok produksi setelah dilakukan reklasifikasi sebesar Rp. 62.719.763, sehingga diperoleh selisih positif sebesar Rp. 26.770.055. Hal tersebut berarti perusahaan membebankan harga pokok lebih tinggi dari yang seharusnya. IV.3 Penilaian Atas Perhitungan Harga Jual Harga pokok produksi memiliki peranan penting dalam beberapa hal dan salah satu peranannya adalah sebagai dasar untuk menentukan harga jual. Selain itu, harga pokok juga dapat dijadikan dasar sebagai penilaian atas penetapan harga jual. 82
Penentuan harga jual pada PT Grahacitra Adhitama adalah dengan cara harga pokok produksi ditambah dengan laba yang diinginkan sebesar 20 %. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perbedaan laba yang diperoleh perusahaan berdasarkan perhitungan harga pokok produksi estimasi, aktual dan perhitungan harga pokok produksi setelah dilakukan reklasifikasi : TABEL IV.9 PT.GRAHACITRA ADHITAMA PERBANDINGAN PERSENTASE LABA Keterangan
Biaya Estimasi
Biaya Aktual
Reklasifikasi
Selisih Aktual dengan Reklasifikasi
Harga Jual
Rp. 104.457.588
Rp. 104.457.588
Rp. 104.457.588
HPP
Rp.
87.047.990
Rp.
89.489.818
Rp.
62.719.763
Rp.
26.669.906
Laba
Rp.
17.409.598
Rp.
14.967.770
Rp.
41.737.825
(Rp.
26.769.885)
Persentase
20%
16,73%
66,54%
-
(49,81%)
Perbandingan Persentase Laba Sumber: PT Grahacitra Adhitama
Dari data di atas (Lihat Tabel IV.9) maka dapat diketahui bahwa telah terjadi perbedaan persentase laba yang cukup besar jumlahnya. Perbedaan tersebut dapat mengakibatkan perusahaan menetapkan harga jual terlalu tinggi dari yang seharusnya. Perhitungan persentase laba menurut perusahaan berdasarkan biaya estimasi sebesar 20%, sedangkan berdasarkan biaya aktual sebesar 16,73% dan persentase laba setelah dilakukan reklasifikasi sebesar 66,54%.
83
Selisih persentase laba antara biaya estimasi dengan biaya aktual diakibatkan karena pengklasifikasian biaya yang kurang tepat dan perusahaan kurang akurat dalam mengestimasikan biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama proses produksi berlangsung seperti kesalahan dalam mengestimasikan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead proyek. Ketidakakuratan dalam mengestimasikan biaya produksi dikarenakan bagian marketing selaku pembuat RAB membuat perhitungan biaya tidak menggunakan standar harga serta tidak mendiskusikan terlebih dahulu perhitungan biayanya kepada bagianbagian yang mengetahui perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan seperti kepada bagian workshop. Berdasarkan perhitungan biaya aktual dengan perhitungan biaya setelah dilakukan reklasifikasi, terjadi selisih persentase laba yang cukup besar. Hal tersebut diakibatkan dari kesalahan perusahaan dalam melakukan pengklasifikasian biaya. Perusahaan tidak mengalokasikan biayanya berdasarkan pusat biaya yang tepat sehingga perhitunggan harga pokok produksi pun menjadi tidak akurat. Kesalahan dalam pengklasifikasian biaya dapat menyebabkan keputusan manajemen menjadi tidak tepat seperti keputusan dalam harga pembelian bahan baku, keputusan dalam menetapkan harga jual, serta keputusan-keputusan lainnya. Disarankan perusahaan melakukan pengklasifikasian biaya dengan tepat sesuai dengan pusat biayanya / cost centre. Dengan demikian perusahaan dapat menghitung harga pokok produksi lebih akurat dan menetapkan harga jual yang lebih baik sehingga laba perusahaan dapat dicapai maksimal. 84