BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
IV.1 Analisis Deskriptif IV.1.1 Gambaran Mengenai Return Saham Tabel IV.1 Descriptive Statistics N
Range
Return Saham
45
Valid N (listwise)
45
Minimum
2.09
Maximum
-0.40
1.69
Mean
Std. Deviation
.3562
.46402
Berdasarkan output SPSS diatas, dapat diperoleh informasi bahwa nilai minimum dari return saham dari kelima belas perusahaan pada tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah -0,40 dan nilai maksimum adalah 1,69. Secara rata-rata nilai return saham adalah sebesar 0,3562. Nilai rata-rata ini cukup baik karena masih dalam nilai return saham yang positif.
IV.1.2 Gambaran Mengenai Non Performing Loan (NPL) Tabel IV.2 Descriptive Statistics N
Range
NPL
45
Valid N (listwise)
45
.05
Minimum .00
Maximum .05
Mean .0166
Std. Deviation .01319
Data Non Performing Loan (NPL) memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum sebesar 0,06. Rata-rata nilai Non Performing Loan (NPL) adalah 0,05. Sedangkan nilai standar deviasi cukup kecil sehingga dapat dikatakan bahwa data Capital Adequacy Ratio (CAR) cukup baik. IV.1.3 Gambaran Mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tabel IV.3 Descriptive Statistics N
Range
CAR
45
Valid N (listwise)
45
Minimum
.37
Maximum
.10
.47
Mean .1583
Std. Deviation .05283
Berdasarkan hasil output diatas, Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai minimum sebesar 0,10 dan nilai maksimum sebesar 0,47. Rata-rata nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebesar 0,1583.
IV.1.4 Gambaran Mengenai Return on Equity (ROE) Tabel IV.4 Descriptive Statistics N
Range
ROE
45
Valid N (listwise)
45
.51
Minimum
Maximum
.01
.52
Mean .1710
Std. Deviation .11435
Dari kelimabelas perusahaan, nilai minimum Return on Equity (ROE) pada tahun 2009 sampai 2011 adalah 0,01 sedangkan nilai maksimum adalah sebesar 0,52. Secara ratarata nilai Return on Equity (ROE) adalah sebesar 0,1710.
IV.1.5 Gambaran Mengenai Earning per Share (EPS) Tabel IV.5 Descriptive Statistics N
Range
EPS
45
Valid N (listwise)
45
Minimum
557.25
Maximum
.70
557.95
Mean
Std. Deviation
141.0577
143.58108
Nilai minimum dari Laba Earning per Share (EPS)adalah sebesar 0,70. Sedangkan nilai maksimumnya adalah sebesar 557,95. Rata-rata dari Earning per Share (EPS)dari kelimabelas perusahaan pada tahun 2009 sampai 2011 adalah sebesar 141,0577.
IV.1.6 Gambaran Mengenai Total Asset Tabel IV.6 Descriptive Statistics N Total Asset (dalam Triliunan
Range 45
691.64
Minimum 2.98
Maximum 694.62
Mean 140.3556
Std. Deviation 174.43275
Rupiah) Valid N (listwise)
45
Berdasarkan output diatas, nilai minimum Total Asset adalah sebesar 2,98 triliun rupiah dan nilai maksimum sebesar 694,62 triliun rupiah. Rata-rata Total Asset dari kelimabelas perusahaan pada tahun 2009 sampai tahun 2011 adalah sebesar 140,3556 triliun rupiah.
IV.2 Analisis Data Model Pertama IV.2.1 Model Regresi Linear Berganda Berdasarkan bab sebelumnya telah dijelaskan model regresi berganda yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = a +β1X1+β2X2+β3X3 + β4X4 +e Dimana : Y
= Return saham
a
= Konstanta
β1, β2, β3, β4,
= Koefisien Regresi dari setiap variabel indipenden
X1
= Non Performing Loan (NPL)
X2
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3
= Return on Equity (ROE)
X4
= Earning per Share (EPS)
e
= Eror of Term
IV.2.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala tidak normal, multikolinieritas, dan autokorelasi. Model regresi akan dapat digunakan sebagai alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat multikolinieritas, dan tidak terdapat autokorelasi serta memenuhi asumsi normalitas. Jika residual data tidak normal, maka dapat dikatakan bahwa hasil estimasi yang terbentuk bias. Jika terdapat multikolinieritas, maka
akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variable, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variable tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variable. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variable penelitian. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal probability plot, uji chi-square, skewness dan kurtosis atau uji kolmogorov smirnov. Dalam pengujian ini, akan di tampilkan uji histogram, uji normal probability plot, dan uji kolmogorov smirnov. Pengujian selanjutnya adalah melihat normal probability plot dan histogram dari residual data. Hasil output SPSS adalah sebagai berikut.
Gambar IV.1 Berdasarkan gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa asumsi kenormalan terpenuhi karena titik-titik sebaran data berada sangat dekat dengan garis 450. Berdasarkan gambar tersebut dapat dikatakan bahwa asumsi kenormalan terpenuhi.
Gambar IV.2
Berdasarkan gambar histogram diatas dapat dilihat bahwa nilai residual membentuk kurva normal dengan sangat baik. Dimana dengan melihat histogram tersebut dapat disimpulkan bahwa residual data memenuhi asumsi kenormalan. Kemudian pengujian terakhir dari pengujian kenormalan adalah uji KolmogorovSmirnov test (K-S). uji ini merupakan pengujian paling sering digunakan dalam menentukan apakah data yang digunakan memenuhi asumsi kenormalan. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis : Ho = Data residual terdistribusi normal Ha = Data residual tidak terdistribusi normal α = 0.05 Daerah kritis : p-value< α Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS: Tabel IV.7 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Unstandardized Residual
.102
df
Shapiro-Wilk
Sig. 45
Statistic *
.200
.971
df
Sig. 45
.322
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
sumber : data diolah (SPSS) Berdasarkan hasil output di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan adalah 0.200. Nilai ini lebih besar daripada nilai α yakni 0.05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa hipotesis nol tidak di tolak yang berarti data residual dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variable bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance value lebih tinggi daripada 0,10 atau VIF lebih kecil daripada 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. Hasil Dengan menggunakan output SPSS 20.0 diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel IV.8 a
Coefficients
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) NPL
.877
1.141
CAR
.528
1.895
ROE
.791
1.264
EPS
.659
1.518
sumber : data diolah (SPSS)
Berdasarkan output SPSS diatas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari kelima variabel bebas tidak ada yang lebih dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas antara variabel bebas.
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variable bebas terhadap variable terkait, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Pengujian untuk mendeteksi ada tidaknya auto korelasi yakni dengan menggunakan Uji durbin watson.
Ho = tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha = ada autokorelasi (r ≠ 0)
Daerah kritis : dengan n = 45 dan jumlah variable bebas (k) = 4 dL = 1,3357 ; dU = 1.7200 terima Ho jika : dU < d < 4 - dU atau 1.7200 < d < 2.2800 Gambaran daerah kritis : Kena Autokol 0
Ragu-ragu 1.3357
AMAN
1.7200
Ragu-ragu
2.2800
Kena Autokol
2.6643
4
Hasil Pengujian : Tabel IV.9 Model Summaryb
Model 1
R .664a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.441
a. Predictors: (Constant), EPS, NPL, CAR, ROE b. Dependent Variable: Return Saham
sumber : data diolah (SPSS)
.385
.36396
Durbin-Watson 2.068
Berdasarkan hasil output di atas dapat dilihat bahwa nilai durbin watson yang diperoleh adalah sebesar 2,068. Jika dilihat pada gambar daerah kritis diatas maka nilai ini berada di wilayah aman dari autokorelasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dikatakan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada data yang digunakan pada penelitian ini.
IV.2.3 Pengujian Statistik a. Koefisien Determinasi (R2) Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R2 dapat dilihat melalui output SPSS berikut ini : Tabel IV.10 b
Model Summary
Model 1
R
R Square a
.664
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.441
.385
.36396
a. Predictors: (Constant), EPS, NPL, CAR, ROE b. Dependent Variable: Return Saham
Berdasarkan output diatas diperoleh nilai R2 adalah sebesar 0.441. Hal ini berarti keempat variabel independen yakni Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) mampu menjelaskan return saham sebesar 44,1 persen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara variable independen dalam hal ini Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) terhadap return saham. Dengan menggunakan program pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut: Tabel IV.11 ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
4.175
4
1.044
Residual
5.299
40
.132
Total
9.474
44
F 7.880
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), EPS, NPL, CAR, ROE b. Dependent Variable: Return Saham
Tabel anova diatas menghasilkan nilai F sebesar 7,880 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai signifikansi dati F-hitung ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai α yang sebesar 0.05 atau 5%. oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dapat dikatakan bahwa terdapathubungan regresi antara variable independen dalam hal ini Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) secara bersama-sama terbukti signifikan secara statistik mempengaruhi return saham. Hasil pengujian ini juga dapat dikatakan bahwa minimal terdapat satu variable independen berpengaruh terhadap return saham.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Berdasarkan uji simultan diatas, diketahui bahwa secara bersama-sama atau ada minimal satu diantara keempat variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui variabel manakah yang mempengaruhi return saham tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji parsial. Dengan menggunakan program pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut: Tabel IV.12 a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.043
.264
NPL
6.624
4.678
CAR
-.813
ROE EPS
Coefficients Beta
t
Sig. -.162
.872
.188
1.416
.164
1.109
-.093
-.733
.468
1.417
.660
.349
2.146
.038
.001
.000
.384
2.637
.012
a. Dependent Variable: Return Saham
Hasil output diatas menunjukkan variabel independent mana yang signifikan mempengaruhi return saham. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari empat variable independen yang digunakan dalam penelitian ini, terdapat dua variable yang signifikan mempengaruhi return saham. Variable-variabel yang signifikan tersebut adalah variable Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS), sedangkan variable yang tidak signifikan mempengaruhi return saham adalah variable Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Non Performing Loan (NPL) tidak signifikan memepengaruhi return saham dilihat melalui nilai t-tabel sebesar 1,416. Nilai ini berada pada daerah terima Ho yakni -1,96 sampai 1,96. Adapun dapat dilihat melalui nilai signifikansinya yang sebesar 0,164 dimana nilai ini
lebih besar dari alpha 5%. Oleh karena itu dikatakan bahwa Non Performing Loan (NPL) secara statistic tidak signifikan memepengaruhi return saham. Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan memepengaruhi return saham dilihat melalui nilai t-tabel sebesar -0,733. Nilai ini berada pada daerah terima Ho yakni -1,96 sampai 1,96. Adapun dapat dilihat melalui nilai signifikansinya yang sebesar 0,468 dimana nilai ini lebih besar dari alpha 5%. Oleh karena itu dikatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) secara statistic tidak signifikan memepengaruhi return saham. Return on Equity (ROE) signifikan memepengaruhi return saham dilihat melalui nilai t-tabel sebesar 2,146. Nilai ini lebih besar daripada nilai kritis 1,96. Adapun dapat dilihat melalui nilai signifikansinya yang sebesar 0,038 dimana nilai ini lebih kecil dari alpha 5%. Oleh karena itu dikatakan bahwa Return on Equity (ROE) secara statistic signifikan memepengaruhi return saham. Earning per Share (EPS) signifikan memepengaruhi return saham dilihat melalui nilai t-tabel sebesar 2,637. Nilai ini lebih besar daripada nilai kritis 1,96. Adapun dapat dilihat melalui nilai signifikansinya yang sebesar 0,012 dimana nilai ini lebih kecil dari alpha 5%. Oleh karena itu dikatakan bahwa Earning per Share (EPS) secara statistic signifikan memepengaruhi return saham. d. Interpretasi Hasil Model regresi yang terbentuk dari hubungan antara Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS) terhadap return saham adalah sebagai berikut : Y = - 0,043 +6,624X1– 0,813X2+1,417X3 + 0,001X4
Dimana : Y
= Return saham
X1
= Non Performing Loan (NPL)
X2
= Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3
= Return on Equity (ROE)
X4
= Earning per Share (EPS)
Koefisien regresi dari Non Performing Loan (NPL) adalah sebesar 6,624. Namun berdasarkan uji t diatas diketahui bahwa Non Performing Loan (NPL) tidak signifikan mempengaruhi return saham. Artinya ketika Non Performing Loan (NPL) meningkat 1 satuan maka return saham akan tidak mengalami perubahan. Nilai koefisien regresi dari Capital Adequacy Ratio (CAR) dari model yang terbentuk adalah sebesar -0,813. Namun berdasarkan uji t diatas diketahui bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak signifikan mempengaruhi return saham. Artinya ketika Capital Adequacy Ratio (CAR) neningkat 1 satuan maka return saham akan tidak mengalami perubahan. Koefisien regresi dari Return on Equity (ROE) adalah sebesar 1,417. Nilai koefisien yang positif menggambarkan hubungan dari Return on Equity (ROE) dan return saham juga positif. Artinya ketika Return on Equity (ROE) meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 1,417 poin. Hubungan yang positif ini sesuai dengan teori dimana ketika Return on Equity (ROE) meningkat maka return saham akan meningkat. Koefisien regresi dari Earning per Share (EPS) sebesar 0,001. Nilai koefisien yang positif menggambarkan hubungan dari Earning per Share (EPS) dan return saham juga positif. Artinya ketika Earning per Share (EPS) meningkat 1 satuan maka return saham akan meningkat sebesar 0,001 poin. Hubungan yang positif ini sesuai dengan teori dimana ketika Earning per Share (EPS) meningkat maka return saham akan meningkat. Penulis berpendapat bahwa EPS dan ROE berpengaruh karena rasio tersebut berhubungan langsung dengan tingkat profitabilitas yang dihasilkan perusahaan. Semakin
tinggi pendapatan perusahaan maka potensi pembayaran deviden nya makin besar, yang menyebabkan apresiasi investor terhadap saham tersebut makin meningkat. Bila apresiasi investor meningkat maka investor berani membayar saham tersebut lebih mahal yang berujung pada kenaikan harga saham. Teori ini sesuai dengan teori Bird In Hand. Menurut penulis CAR dan NPL tidak memiliki pengaruh karena kedua rasio tersebut tidak ada hubungan langsung dengan tingkat pendapatan bank. Walau kedua rasio tersebut penting dalam mengukur kesehatan bank, namun rasio tersebut tidak selalu mencerminkan kemampuan manajemen perbankan dalam mencetak laba.
4.3Analisis Data Model Kedua 4.3.1 Model Regresi Linear Sederhana Berdasarkan bab sebelumnya telah dijelaskan model regresi sederhana yang terbentuk adalah sebagai berikut : Y = a +βX+e Dimana : Y
= Return saham
a
= Konstanta
β
= Koefisien Regresi dari variabel indipenden
X
= Total Asset
e
= Eror of Term
4.3.2 Pengujian Statistik a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinan ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel-variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai R2 dapat dilihat melalui output SPSS berikut ini : Tabel IV.13 Model Summary
Model 1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.443
.196
.177
.42084
a. Predictors: (Constant), Total Asset (dalam Triliunan Rupiah)
Berdasarkan output diatas diperoleh nilai R2 adalah sebesar 0.196. Hal ini berarti variabel independen yakni Total Asset mampu menjelaskan return saham sebesar 19,6 persen. Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. Nilai koefisien determinasi ini cukup kecil dikarenakan variable bebas yang digunakan hanya satu variable yakni variable total asset.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara variable independen dalam hal ini Total Asset terhadap return saham. Dengan menggunakan program pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut: Tabel IV.14
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.859
1
1.859
Residual
7.615
43
.177
Total
9.474
44
a. Predictors: (Constant), Total Asset (dalam Triliunan Rupiah) b. Dependent Variable: Return Saham
F 10.494
Sig. a
.002
Tabel anova diatas menghasilkan nilai F sebesar 10,494 dengan signifikansi sebesar 0.002. Nilai signifikansi dari F-hitung ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai α yang sebesar 0.05 atau 5%. oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dapat dikatakan bahwa terdapathubungan regresi antara variable independen dalam hal ini total asset terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa total asset terbukti signifikan secara statistik mempengaruhi return saham.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Berdasarkan uji simultan diatas, variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari variabel tersebut mempengaruhi return saham maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji parsial. Dengan menggunakan program pengolahan data SPSS diperoleh output sebagai berikut:
Tabel IV.15 a
Coefficients
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
.191
.081
Total Asset (dalam Triliunan
.001
.000
Coefficients Beta
T
.443
Sig.
2.359
.023
3.239
.002
Rupiah) a. Dependent Variable: Return Saham
Hasil output diatas menunjukkan variabel independent mana yang signifikan mempengaruhi return saham. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengaruh total asset terhadap return saham sangat kecil hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien regresi dari total asset yakni hanya sebesar 0,001. Nilai koefisien regresi ini berarti bahwa nilai total asset meningkat sebanyak 1 triliun rupiah maka return saham akan meningkat 0,001 poin.
d. Interpretasi Hasil Model regresi yang terbentuk dari hubungan antara total asset terhadap return saham adalah sebagai berikut : Y = 0,191 +0,001X Dimana : Y
= Return saham
X1
= Total Asset
Dari model diatas diperoleh konstanta sebesar 0,191. Artinya ketika total asset tidak mengalami perubahan (tetap/konstan) maka nilai return saham adalah sebesar 0,191. Koefisien regresi dari total asset adalah sebesar 0,001. Nilai koefisien yang positif menggambarkan hubungan dari total asset dan return saham juga positif. Artinya ketika total asset meningkat 1 triliun rupiah return saham akan meningkat sebesar 0,001 poin. Hubungan yang positif ini sesuai dengan teori dimana ketika total asset meningkat maka return saham akan meningkat. Penulis berpendapat bahwa peningkatan total asset memiliki pengaruh terhadap return saham karena dengan semakin besarnya asset maka bank memiliki lebih banyak aktiva produktif yang bisa digunakan untuk menghasilkan laba. Dengan semakin besarnya total asset maka memungkinan untuk bank member kredit lebih banyak yang berujung pada potensi peningkatan laba. Faktor ini mungkin dilihat oleh investor sebagai hal yang positif sehingga meningkatkan apresiasi investor terhadap saham tersebut.