Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
BAB IV LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pulau Sulawesi 1.
Kondisi Geografis
Pulau Sulawesi terletak pada 2o LU – 7o LS, 118o – 130o BT dan berada antara ALKI II dan III. Pulau Sulawesi dibatasi oleh Selat Makassar bagian barat, Laut Sulawesi bagian utara, Laut Maluku dan Laut Banda bagian timur, dan Laut Flores bagian selatan. Secara geografis, Pulau Sulawesi berbatasan langsung dengan Philipina. Peta Pulau Sulawesi dapat dilihat pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Peta Pulau Sulawesi
Final Report
IV - 1
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4.2 Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) Pulau Sulawesi merupakan wilayah strategis bagi pola pergerakan dan perdagangan antar pulau di wilayah Indonesia dan antar negara meliputi wilayah Asean seperti Brunai, negara bagian Malaysia (Serawak), dan Philipina. Pulau Sulawesi memiliki luas wilayah 193.847,09 km2 yang terbagi 6 wilayah Provinsi. Jumlah wilayah kabupaten/kota yang terbanyak adalah Provinsi Sulawesi Selatan, sebagaimana pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Luas Daerah dan Pembagian Daerah Administrasi di Pulau Sulawesi Luas Wil. Banyaknya (km2) Kab./Kota Sulawesi Utara 13.930,73 15 Gorontalo 12.165,44 6 Sulawesi Tengah 68.089,83 11 Sulawesi Barat 16.787,19 5 Sulawesi Selatan 46.116,45 24 Sulawesi tenggara 36.757,45 12 Jumlah 193.847,09 73 Sumber : Statistik Indonesia 2010 Provinsi
% Luas Sulawesi 7,19 6,28 35,13 8,66 23,79 18,96 100.00
Kondisi topografi Sulawesi umumnya pegunungan (60,1%) dan berbukit (18,5%), memanjang mulai dari Sulawesi Utara ke arah selatan, timur dan tenggara. Lahan relatif datar (11,5%) di wilayah pesisir pantai dan banyak dilintasi oleh sungai-sungai. Secara umum Pulau Sulawesi tejadi musim hujan dan kemarau, kondisi iklim di Pulau Sulawesi terjadi suhu minimum 19.93 oC di Provinsi Sulut dan suhu maksimum 32,63 oC di Provinsi Gorontalo. Suhu rata-rata minimum di Pulau Sulawesi 23,77 oC dan maksimum 32,33 oC atau rata-rata 28,98 oC.
Final Report
IV - 2
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Kecepatan angin rata-rata di Pulau Sulawesi 11,51 km/jam terbesar terjadi di Provinsi Sulteng (16,86 km/jam) dan Sulsel (15,62 km/jam). Kelembaban ratarata 71,25% dengan kelembaban tertinggi di Provinsi Sultra 75,42% dan terendah di Provinsi Sulteng 67,18%. Curah hujan terbesar terjadi di wilayah Provinsi Sulsel (3053,9 mm) dan terendah di wilayah Provinsi Sulteng (1003,6 mm). 2.
Kondisi Sosio-Ekonomi Pulau Sulawesi a) Demografi Jumlah penduduk di Pulau Sulawesi tahun 2010 sebanyak 17.371.782 jiwa. Jumlah dan kepadatan penduduk serta pertumbuhan penduduk masingmasing provinsi pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Jumlah Kepadatan Penduduk (jiwa/km) (jiwa) 1 Sulawesi Utara 2.270.596 156,6 2 Gorontalo 1.040.164 86 3 Sulawesi Tengah 2.635.009 39 4 Sulawesi Barat 1.158.651 69 5 Sulawesi Selatan 8.034.776 175 6 Sulawesi Tenggara 2.232.586 59 Jumlah/Rata-ata 17.371.782 97,43 Sumber: BPS masing-masing Provinsi, 2011
No
Provinsi
Pertumbuhan (%) 1,41 2,28 1,95 2,68 1,17 2,25 1,96
Jika melihat data diatas menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang paling besar jumlah penduduknya mencapai 8.034.776 jiwa sedangkan yang terendah adalah Provinsi Gorontalo dengan jumlah penduduk mencapai 1.040.164 jiwa. Begitu pula dengan kepadatan penduduk per km2, Provinsi Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang paling padat sekitar 175 jiwa/km. Sedangkan Provinsi Sulawesi Tengah dengan kepadatan rendah yang hanya mencapai 39 jiwa/km. Pertumbuhan penduduk yang paling besar dengan rata-rata persentase 2,68% yaitu Provinsi Sulawesi Barat dan yang paling rendah pentumbuhan penduduknya adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan 1,17% . Sedangkan pertumbuhan rata-rata penduduk Pulau Sulawesi mencapai 1,96% per tahun b) Indikator Ekonomi 1) PDRB Pulau Sulawesi Indikator ekonomi wilayah di Pulau Sulawesi memperlihatkan keadaan yang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Indikator ini dapat diamati melalui kondisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan salah satu pencerminan kemajuan
Final Report
IV - 3
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dalam waktu tertentu. PDRB Pulau Sulawesi atas harga berlaku pada tahun 2010 sekitar Rp. 39.185.895,97 milyar rupiah. PDRB tiap provinsi dan pertumbuhannya dalam 4 tahun terakhir ditampilkan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3.PDRB Menurut Provinsi (milyar rupiah)
No.
Provinsi
PDRB Harga Berlaku (tahun 2010)
PDRB Harga Konstan 2000 (tahun 2010)
Pertumbuhan (%)
3.683.479,30
1.837.120,10
Harga Berlaku* 15,62
8.056.513,00 3.612.448,60 9.484.834,00 11.783.027,00 2.565.594,07
2.917.419,00 1.209.083,40 5.238.365,00 5.119.703,00 1.076.857,72
23,93 29,42 25,60 22,91 23,51
7,76 7,42 8,54 7,79 7,27
Jumlah/ rata-rata 39.185.895,97 17.398.548,22 * data pertumbuhan 2004-2008 Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011
22,90
7,72
1
Sulawesi Utara
2 3 4 5 6
Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
Harga Konstan* 7,56
Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa PDRB setiap provinsi di Pulau Sulawesi berdasarkan harga berlaku menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan menjadi provinsi dengan jumlah PDRB tertinggi mencapai 11.783.027,00 milyar rupiah sedangkan yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah PDRB mencapai 2.565.594,07 milyar rupiah. Tingkat pertumbuhan PDRB harga berlaku yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Tengah dengan pertumbuhan 29,42% dan pertumbuhan PDRB harga berlaku yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Utara dengan pertumbuhan 15,62%. Sedangkan untuk Nilai PDRB harga Konstan 2000 menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan jumlah PDRB tertinggi mencapai 5.238.365,00 milyar rupiah sedangkan yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan jumlah PDRB mencapai 1.076.857,72 milyar rupiah. Tingkat pertumbuhan PDRB harga konstan yang tertinggi adalah Provinsi Sulawesi Barat dengan pertumbuhan 8,54% dan pertumbuhan PDRB harga berlaku yang terendah adalah Provinsi Sulawesi Tenggara dengan pertumbuhan 7,27%.
Final Report
IV - 4
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
70.00 Kalimantan
Persentase PDRB (%)
60.00 50.00 40.00 30.00
Sulawesi
20.00 Papua
Nusa Tenggara 10.00
Maluku
Papua
Papua Barat
Malut
Maluku
NTT
NTB
Sulbar
Gorontalo
Sultra
Sulsel
Sulteng
Sulut
Kaltim
Kalsel
Kalteng
Kalbar
0.00
Propinsi PDRB Menurut Propinsi (%)
PDRB Menurut Pulau (%)
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan PDRB Pulau Sulawesi Dengan Pulau Lain di KTI
Final Report
IV - 5
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2) PDRB Perkapita Nilai PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku di Pulau Sulawesi dari tahun 2004-2008 yang paling tinggi adalah Provinsi Sulawesi Utara sedangkan yang paling rendah adalah Provinsi Gorontalo selengkapnya perhatikan tabel dan gambar 4.4 berikut. Tabel 4.4 PDRB Perkapita Berdasarkan Harga Berlaku (USD) PROVINSI 2004 2005 7,286 8,752 Sulut 6,507 7,403 Sulteng 6,047 6,914 Sulsel 5,34 6,673 Sultra 3,122 3,717 Gorontalo 4,487 Sulbar 92.037 108.545 Jumlah PDRB Jumlah 14.656.214 15.807.842 Penduduk 5,900 6,864 PDRB Perkapita Sumber : Statistik Indonesia, 2010
2006 9,798 8,203 8,019 7,68 4,284 5,119 125.887
2007 11,012 9,074 8,996 8,837 4,958 6,091 144.003
2008 12,61 11,54 10,909 10,686 6,068 7,535 176.978
16.075.544
16.267.456
16.530.847
7,842
8,839
10,706
8 7 6
sulut
5
sulteng
4
sulsel
3
Sulawesi Tenggara
2
gorontalo sulbar
1 0 2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 4.4 Grafik PDRB Perkapita Berdasarkan Harga Berlaku Seperti halnya Nilai PDRB perkapita berdasarkan harga berlaku, PDRB berdasrakan harga konstan di Pulau Sulawesi dari tahun 2004-2008 juga yang paling tinggi adalah Provinsi Sulawesi Utara sedangkan yang paling rendah adalah Provinsi Gorontalo selengkapnya perhatikan tabel dan gambar 4.5 berikut
Final Report
IV - 6
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.5 PDRB Perkapita Berdasarkan Harga Konstan 2000 (USD) PROVINSI 2004 2005 5,628 5,945 Sulut 4,850 5,083 Sulteng 4,642 4,863 Sulsel 3,890 4,126 Sultra 2,108 2,166 Gorontalo 3,152 Sulbar 69.714 74.080 Jumlah PDRB Jumlah 14.656.21 15.807.84 Penduduk 4 2 4,469 4,685 PDRB Perkapita Sumber : Statistik Indonesia, 2010
2006 6,222 5,383 5,118 4,347 2,294 3,317 79.153 16.075.54 4 4,931
2007 6,559 5,711 5,368 4,594 2,436 3,509 84.599 16.267.45 6 5,193
2008 6,988 6,057 5,708 4,824 2,593 3,751 91.152 16.530.84 7 5,514
8 7 6
sulut
5
sulteng
4
sulsel
3
Sulawesi Tenggara
2
gorontalo
1
sulbar
0 2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 4.5 Grafik PDRB Perkapita Berdasarkan Harga Konstan Sedangkan jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan PDRB perkapita secara nasional menurut provinsi (gambar 4.6), terlihat bahwa Provinsi di Pulau Sulawesi berada pada klasifikasi berkembang cepat tumbuh dan berpotensi tumbuh dan berkembang pada tahun-tahun berikutnya.
Final Report
IV - 7
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
8
IV. Berkembang Cepat Tumbuh
I. Cepat Maju dan Berkembang (11,06) Kaltim (3)
(19,57) Sulbar (31)
6
Pertumbuhan (%)
4
(21,28) Sultra (23) (22,13) Sulteng (21) (34,89) Gorontalo (29) (11,06) Sulut (8) (14,47) Sulsel (19) (39,15) Pabar (24) (7,66) Kalsel (20) (31,49) Maluku (27) (12,77) Kalbar (28) (9,36) Kalteng (26) (16,17) Malut (25)
Rerata Nasional 4.69% (Maju)
(27,23) NTT (33)
2 (24,68) NTB (30)
0
2000
-2 III. Relatif Tertinggal
-4
4000
6000
(Pertumbuhan Ekonomi) Rerata Nasional (7,342)
0 8000
Catatan : (-) = Angka di Belakang Provinsi, % Kemiskinan (±) = Angka di Depan Provinsi, Indeks Disparitas Tingkat Hidup Provinsi 10000 (IDTHAP) 12000 14000 16000 18000 PDRB/Kapita (Milliar)
(40,85) Papua (32)
II. Maju Tapi Tertekan
Gambar 4.6 Tingkat Kemampuan Berkembang Setiap Wilayah Provinsi di KTI menurut PDRB Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi ADHK B.
Pengembangan Wilayah Pulau Sulawesi 1. Koridor Ekonomi Sulawesi dalam MP3EI Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 Tentang MP3EI, selaras dengan visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, yang mana visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah “Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”. Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian (PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,47,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar 8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi 3,0 persen pada 2025.
Final Report
IV - 8
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Oleh sebab itu untuk melakukan akselerasi pembangunan Indonesia diperlukan upaya menyeluruh yang diimplementasikan dalam pembagian koridor ekonomi yang terdiri dari 6 koridor ekonomi Indonesia yaitu 1. Koridor Ekonomi Sumatra 2. Koridor Ekonomi Jawa 3. Koridor Ekonomi Kalimantan 4. Koridor Ekonomi Sulawesi 5. Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara 6. Koridor Ekonomi Papua - Kepulauan Maluku Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai tema Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, serta Pertambangan Nikel Nasional. Koridor ini diharapkan menjadi garis depan ekonomi nasional terhadap pasar Asia Timur, Australia, dan Amerika. Koridor Ekonomi Sulawesi memiliki potensi tinggi di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan-kegiatan unggulannya. Pembangunan Koridor Ekonomi Sulawesi berfokus pada kegiatan-kegiatan ekonomi utama pertanian pangan, kakao, perikanan dan nikel. Selain itu, kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi dapat dikembangkan yang potensial untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di koridor ini.
Gambar 4.7 Pola Pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi
Final Report
IV - 9
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 1.
Pertanian Pangan Kegiatan pertanian pangan di Sulawesi mencakup padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. Kegiatan pertanian pangan, khususnya beras dan jagung, sangat penting, terutama untuk konsumsi domestik di Indonesia. Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga di dunia, yang sebagian besar dari produksinya digunakan untuk konsumsi domestik. Namun, Indonesia masih harus mengimpor 800.000 ton jagung di tahun 2010 untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 5 juta ton. Sulawesi merupakan produsen pangan ketiga terbesar di Indonesia yang menyumbang 10 persen produksi padi nasional dan 15 persen produksi jagung nasional. Pertanian pangan menyumbang 13 persen PDRB Sulawesi.
Gambar 4.8 Proporsi Negara Penghasil Beras di Dunia dan Proporsi Daerah Penghasil Beras di Indonesia
Gambar 4.9 Perbandingan Produktivitas Jagung Koridor Ekonomi Sulawesi dengan Wilayah Lainnya
Final Report
IV - 10
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Pengembangan kegiatan ekonomi utama pertanian pangan memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa: a) Perbaikan akses jalan untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak perantara dagang; b) Peningkatan fasilitas irigasi, dimana kemampuan produksi sangat rentan terhadap perubahan cuaca jika terus bergantung pada irigasi sederhana yang bergantung pada hujan; c) Revitalisasi dan peningkatan kapasitas gudang dan penyimpanan yang ada dapat meningkatkan umur pangan dalam penyimpanan dan mengurangi kerugian yang disebabkan oleh penyimpanan yang tidak baik (jumlah gudang BULOG di Sulawesi berada pada posisi kedua paling banyak di Indonesia); d) Peningkatan akses jalan antara lahan pertanian dan pusat perdagangan,buntuk dapat memfasilitasi petani dalam melakukan penjualan dan mengurangi ketergantungan pada perantara yang menaikkan harga jual hingga 30 persen dari harga final (diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani); e) Pembangunan/perbaikan jaringan irigasi teknis usaha tani (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), dan tata air mikro (TAM), pembangunan/perbaikan pompa, sumur, embung. 2. Kakao Indonesia merupakan produsen kakao kedua terbesar dunia, dengan menyumbang 18 persen dari pasar global. Secara nasional, komoditas kakao menghasilkan devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet. Devisa dari kakao pada tahun 2009 mencapai USD 1,38 miliar (berasal dari biji dan kakao olahan). Biji kakao olahan menghasilkan cocoa butter (lemak kakao) dan cocoa powder (bubuk kakao) yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dunia terutama di Amerika dan Eropa, dimana permintaan kakao mencapai 2,5 juta ton per tahun. Indonesia mentargetkan pada tahun 2025 mampu memproduksi 2,5 juta ton biji kakao dengan nilai ekspor USD 6,25 miliar. Menurut data ICCO (International Coffee and Cocoa Organization) permintaan kakao dunia terus tumbuh sekitar 2 – 4 persen per tahun bahkan dalam 5 tahun terakhir tumbuh 5 persen per tahun (3,5 juta ton/tahun). Negara Cina dan India dengan penduduk yang besar menjadi potensi pasar kakao dari Indonesia. Kegiatan pengembangan perkebunan dan industri kakao bertujuan untuk meningkatkan produksi kakao (biji dan produk olahan kakao) yang berdaya saing internasional; dan mengembangkan industri kakao yang mampu
Final Report
IV - 11
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi memberi peningkatan pendapatan bagi para petani dan pelaku usaha kakao. Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai potensi besar bagi pengembangan kegiatan kakao, baik perkebunan maupun industri pengolahan kakao. Total luas lahan kakao di Sulawesi mencapai 838.037 ha atau 58 persen dari total luas lahan di indonesia. Sebagian besar lahan tersebut dimiliki oleh petani (96 persen). Namun demikian, pengembangan kakao di Pulau Sulawesi menghadapi tantangan berupa kendala produksi, teknologi, kebijakan, dan infrastruktur. Kurang tersedianya infrastruktur jalan, pelabuhan, listrik, dan gas di provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat menyebabkan pula kehilangan peluang pasar sebesar 600 ribu ton yang setara dengan USD 360 juta. Sulawesi menyumbang 63 persen produksi kakao nasional. Produksi kakao di Sulawesi cenderung menurun, walaupun luas areal tanam meningkat. Penyebab utamanya adalah penurunan produktivitas petani kakao yang saat ini hanya 0,4 – 0,6 Juta Ton/Ha, dibandingkan dengan potensi produktivitasnya sebesar 1 – 1,5 Juta Ton/Ha. Penurunan produktivitas kakao berhubungan erat dengan kondisi tanaman pangan yang sudah tua, terkena serangan hama dan penyakit tanaman, rendahnya teknik budidaya pemeliharaan tanaman kakao, serta keterbatasan infrastruktur pendukung bagi kegiatan perkebunan dan industri pengolahan kakao.
Gambar 4.10 Kontribusi Produktivitas Kakao di Koridor Ekonomi Pengembangan kegiatan ekonomi utama kakao memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa: a) Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar, Mamuju dan Manado; b) Penambahan dan peningkatan kapasitas fasilitas penyimpanan di pusat-pusat perdagangan dan pelabuhan;
Final Report
IV - 12
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi c) Peningkatan akses jalan yang lebih baik dari lokasi perkebunan menuju industri pengolahan, pelabuhan dan pusat perdagangan regional maupun ekspor; d) Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi) pada seluruh kawasan produksi dan industri pengolahan kakao. 3. Perikanan Dilihat dari produksi perikanan di Indonesia berdasarkan sebaran wilayahnya, Koridor Ekonomi Sulawesi merupakan wilayah yang memiliki produksi perikanan laut terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perikanan merupakan salah satu kegiatan ekonomi utama di Koridor Ekonomi Sulawesi. Saat ini perikanan berkontribusi sekitar 22 persen dari total PDRB sub sektor pertanian pangan (70 persen tangkapan dan 30 persen budidaya) dimana sekitar 20 persen dari aktivitas perikanan tersebut merupakan perikanan tangkap dan sisanya adalah perikanan budidaya. Potensi pengembangan perikanan terus berkembang secara signifikan karena sebagian besar hasil perikanan di Sulawesi adalah untuk pemenuhan kebutuhan ekspor seiring dengan permintaan global yang terus meningkat.
Gambar 4.11. Produksi Perikanan di Wilayah Indonesia
Final Report
IV - 13
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4.12 Produktivitas Perikanan Budidaya di Sulawesi Pengembangan kegiatan ekonomi utama perikanan memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa: a) Pembangunan balai benih ikan/hatchery untuk menghasilkan bibit unggul; b) Pembangunan dan pengembangan pelabuhan perikanan; c) Pengembangan Unit Pengolahan Ikan (UPI); d) Peningkatan kapasitas pelabuhan di Makassar dan Manado; e) Akses jalan yang lebih baik dari lokasi perikanan menuju pelabuhan dan pusat perdagangan regional; f) Pembangunan fasilitas penyimpanan hasil laut, di tempat-tempat pelelangan maupun di pusat-pusat perdagangan; g) Peningkatan kapasitas infrastruktur (listrik, air, telekomunikasi). 4.
Nikel Indonesia adalah produsen nikel terbesar ke-4 dari 5 besar negara produsen nikel dunia yang bersama-sama menyumbang lebih dari 60 persen produksi nikel dunia. Produksi nikel Indonesia mencapai 190 ribu ton per tahun. Indonesia memiliki 8 persen cadangan nikel dunia, oleh karena itu industri pertambangan dan pengolahan nikel sangat layak untuk dipercepat dan diperluas pengembangannya. Sulawesi merupakan daerah dengan produksi nikel paling maju di Indonesia. Pertambangan nikel di Sulawesi menyumbang sekitar 7 persen terhadap PDRB Sulawesi. Oleh karenanya, kegiatan pertambangan di Koridor
Final Report
IV - 14
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Ekonomi Sulawesi terfokus pada pertambangan nikel yang merupakan potensi pertambangan terbesar di koridor ini. Sulawesi memiliki 50 persen cadangan nikel di Indonesia dengan sebagian besar untuk tujuan ekspor, diikuti oleh Maluku dan Papua. Di koridor ini juga terdapat penambangan komoditas pertambangan lainnya yaitu emas, tembaga dan aspal namun tidak terlalu signifikan dibandingkan potensi bijih nikel. Emas dan aspal lebih bersifat pengoptimalan produksi, sedangkan komoditastembaga berupa kegiatan pembangunan smelter dan bukan penambangannya. Untuk pengembangan smelter tembaga di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, pasokan bahan baku bijih tembaga dari luar Koridor Ekonomi Sulawesi direncanakan berasal dari Papua dan dari Nusa Tenggara. Empat lokasi penting di Sulawesi yang memiliki cadangan nikel berlimpah adalah: 1. Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan; 2. Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah; 3. Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara; 4. Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Gambar 4.13 Sumber Nikel Dunia Pengembangan kegiatan ekonomi utama nikel memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa: a. Pembangkit listrik (ketersediaan energi) untuk memenuhi kebutuhan pemrosesan; b. Akses jalan antara areal tambang dan fasilitas pemrosesan; c. Infrastruktur pelabuhan laut yang dapat melayani pengiriman peralatan dan bahan baku dari daerah lain, misalnya dari Papua – Kepulauan Maluku.
Final Report
IV - 15
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
5. Minyak dan Gas Bumi Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai potensi minyak dan gas bumi yang belum teridentifikasi dan tereksplorasi dengan baik. Industri minyak dan gas bumi memiliki potensi untuk berkembang di Pulau Sulawesi namun menghadapi tantangan berupa kontur tanah dan laut dalam. Hal ini menyebabkan tingkat kesulitan teknis yang tinggi yang berujung pada tingginya biaya eksploitasi migas di Sulawesi. Potensi minyak bumi Koridor Ekonomi Sulawesi relatif kecil dibandingkan wilayah lain Indonesia dengan cadangan sebesar 49,78 MMSTB dari total 7.998,49 MMSTB cadangan minyak bumi Indonesia, atau hanya 0,64 persen dari total cadangan Indonesia.
Gambar 4.14 Cadangan Minyak Bumi di Sulawesi dan Wilayah Lain Indonesia Sedangkan potensi gas bumi Koridor Ekonomi Sulawesi juga relatif tidak besar dibandingkan wilayah lain Indonesia dengan cadangan sebesar 4,23 TSCF dari total 157,14 TSCF cadangan gas bumi Indonesia, atau hanya 2,69 persen dari total cadangan Indonesia. Terlihat jelas bahwa cadangan minyak dan gas bumi di Koridor Ekonomi Sulawesi tergolong kecil, namun harus tetap diperhitungkan mengingat cadangan minyak Indonesia terus mengalami penurunan terutama yang terdapat di wilayah barat Indonesia. Kegiatan ekonomi utama Migas di Koridor Ekonomi Sulawesi akan terpusat pada beberapa lokasi berikut: a) Area
Final Report
eksploitasi gas bumi di Donggi Senoro, Kabupaten
IV - 16
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Banggai, Sulawesi Tengah b) Area eksploitasi minyak bumi di Kabupaten Luwuk, Sulawesi Tengah c) Area eksploitasi gas bumi di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat d) Area eksploitasi gas bumi di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan e) Lapangan Migas Karama, Sulawesi Barat Pengembangan kegiatan ekonomi utama Migas memerlukan dukungan peningkatan konektivitas (infrastruktur) berupa: a) Peningkatan dan pengembangan infrastruktur minyak dan gas bumi untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan bakar gas; b) Peningkatan dan pengembangan akses ke daerah-daerah eksplorasi dan eksploitasi baru, baik di daratan maupun di lepas pantai; c) Pembangunan infrastruktur pengilangan migas; d) Pembangunan fasilitas penimbunan bahan bakar. 6. Kegiatan Ekonomi Lainnnya Selain kegiatan ekonomi utama yang menjadi fokus Koridor Ekonomi Sulawesi di atas, di koridor ini juga terdapat beberapa kegiatan yang dinilai mempunyai potensi pengembangan, seperti tembaga, besi baja, makanan-minuman, kelapa sawit, karet, tekstil, perkayuan dan pariwisata yang difokuskan pada 5 destinasi pariwisata nasional. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan dapat juga berkontribusi di dalam pengembangan Koridor Ekonomi Sulawesi secara menyeluruh. Untuk mempercepat akselerasi pembangunan ekonomi Indonesia yang dituangkan dalam MP3EI, maka dukungan sektor transportasi terhadap pelaksanaan MP3EI Koridor Ekonomi Sulawesi menjadi hal yang sangat urgen untuk dilaksanakan. Dukungan tersebut dilakukan dengan pelaksanaan program kegiatan di setiap provinsi di Koridor Sulawesi antara lain: a) Provinsi Sulawesi Utara Lanjutan pengembangan fasilitas Pelabuhan Bitung Perluasan Pelabuhan Bitung Unit penyelenggara Pelabuhan Tahuna b) Provinsi Gorontalo Lanjutan pengembangan fasilitas Pelabuhan Anggrek Lanjutan pengembangan fasilitas Pelabuhan Gorontalo c) Provinsi Sulawesi Tengah Lanjutan pengembangan fasilitas Pelabuhan Pantoloan
Final Report
IV - 17
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d) Provinsi Sulawesi Selatan Pembangunan Pelabuhan Garongkong (Kab. Barru) Perluasan Pelabuhan Makassar e) Provinsi Sulawesi Tenggara Lanjutan pengembangan fasilitas Pelabuhan Bungkutoko Pembangunan Pelabuhan Bau-Bau Pembangunan pelabuhan Raha 2.
Kebijakan dan Stategi Pemanfaatan Ruang Pulau Sulawesi (RTWP) Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi sebagai tolak ukur pemanfaatan ruang dan perencanaan struktur ruang menjadi menajdi suatu hal yang sangat urgen untuk dilihat secara mendalam dalam upaya mencapai peningkatan percepatan perekonomian Indonesia khususnya di koridor Sulawesi. Kebijakan pemanfaatan ruang Pulau Sulawesi sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Pulau (RTRWP) Sulawesi dilaksanakan dalam rangka operasionalisasi rencana struktur dan pola penataan ruang nasional di Pulau Sulawesi, sekaligus menjawab berbagai isu dan masalah aktual dalam pengembangan wilayah dan sistem trasnportasi. 1) Pengembangan Sistem Perkotaan Nasional Kebijakan dasar pengembangan sistem perkotaan nasional di Pulau Sulawesi antara lain: a) Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk mempertahankan luas lahan pertanian sebagaimana dilakukan di PKN Gorontalo, PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Palu, PKN Kawasan Perkotaan Makassar-Maros-SungguminasaTakalar (Mamminasata), PKN Kendari, PKW Isimu, PKW Kuandang, PKW Tomohon, PKW Tondano, PKW Poso, PKW Buol, PKW Kolonedale, PKW Toli-toli, PKW Pangkajene, PKW Jeneponto, PKW Palopo, PKW Watampone, PKW Bulukumba, PKW Barru, PKW Pare-pare, dan PKW Majene. b) Pengendalian perkembangan PKN dan PKW yang menjalar (urban sprawl) meliputi PKN Gorontalo, PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKN Palu, PKN Kendari, PKW Donggala, PKW Pare-pare, dan PKW Mamuju. c) Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil perikanan yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu meliputi: 1) Pusat pengembangan industri pengolahan hasil perikanan yang berorientasi ekspor di PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, dan PKN Kendari; dan 2) Pusat pengembangan industri pengolahan hasil perikanan di
Final Report
IV - 18
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
d)
e)
f)
g)
Final Report
PKN Gorontalo, PKN Palu, PKN Kendari, PKW Tilamuta, PKW Poso, PKW Luwuk, PKW Buol, PKW Toli-toli, PKW Pangkajene, PKW Jeneponto, PKW Watampone, PKW Bulukumba, PKW Barru, PKW Pare-pare, PKW Majene, dan PKW Raha. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan padi dan jagung, serta sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan meliputi: 1) Pusat industri pengolahan dan industri jasa pertanian tanaman pangan padi di PKW Kotamobagu dan PKW Pare-pare; 2) Pusat industri pengolahan dan industri jasa pertanian tanaman pangan jagung yang berorientasi ekspor di PKN Gorontalo; 3) Pusat industri pengolahan dan industri jasa pertanian tanaman pangan jagung di PKW Isimu, PKW Kuandang, PKW Tilamuta, dan PKW Jeneponto; 4) Pusat pengembangan industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan kakao yang berorientasi ekspor di PKW Mamuju; dan 5) Pusat industri pengolahan hasil perkebunan dan industri jasa hasil perkebunan kakao di PKN Palu, PKW Kotamobagu, PKW Poso, PKW Buol, PKW Kolonedale, PKW Palopo, PKW Majene, PKW Pasangkayu, PKW Unaaha, dan PKW Lasolo. Pengembangan PKW sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan padi dan jagung serta perkebunan kakao meliputi: 1) Pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan padi di PKW Kotamobagu dan PKW Pare-pare; 2) Pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan jagung di PKN Gorontalo; dan 3) Pusat penelitian dan pengembangan perkebunan kakao di PKW Mamuju. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil pertambangan mineral berupa nikel serta minyak dan gas bumi yang ramah lingkungan meliputi: 1) Pusat industri pengolahan hasil pertambangan nikel di PKN Kendari, PKW Kolonedale, PKW Lasolo, dan PKW Kolaka; 2) Pusat industri pengolahan hasil pertambangan minyak dan gas bumi di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKW Luwuk, dan PKW Mamuju. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran meliputi:
IV - 19
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
2)
Final Report
1) Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKW Tondano, PKW Bulukumba, PKW Palopo, PKW Mamuju, dan PKW Baubau; 2) Pusat pariwisata bahari di PKN Gorontalo, PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Palu, PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKN Kendari, PKW Tilamuta, PKW Luwuk, PKW Pangkajene, PKW Jeneponto, PKW Majene, PKW Lasolo, dan PKW Bau-Bau; dan 3) Pusat penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran di PKN Gorontalo, PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Palu, PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, dan PKN Kendari. h) Pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dilakukan di PKSN Melonguane dan PKSN Tahuna. i) Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN berbasis mitigasi dan adaptasi bencana meliputi: 1) Kawasan perkotaan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana gempa bumi di PKN Gorontalo, PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Palu, PKW Isimu, PKW Kuandang, PKW Tilamuta, PKW Poso, PKW Luwuk, PKW Toli-toli, PKW Donggala, PKW Palopo, PKW Mamuju, PKW Majene, dan PKW Pasangkayu; 2) Kawasan perkotaan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana letusan gunung berapi di PKN Kawasan Perkotaan ManadoBitung, PKW Tondano, PKW Tomohon, PKW Kotamobagu, PKSN Melonguane, dan PKSN Tahuna; 3) Kawasan perkotaan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana tsunami di kawasan perkotaan PKN Gorontalo, PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKW Kuandang, PKW Tondano, PKW Toli-toli, PKW Luwuk, PKW Donggala, PKW Jeneponto, PKW Majene, PKW Bulukumba, PKW Mamuju, PKSN Melonguane, dan PKSN Tahuna; 4) Kawasan perkotaan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana banjir di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKN Kawasan Perkotaan Manado Bitung, PKW Palopo, PKW Pangkajene, dan PKW Bau-bau. j) Peningkatan fungsi kawasan perkotaan nasional dilakukan pada peningkatan fungsi PKW Mamuju menjadi PKN Mamuju. Pengembangan Sistem Transportasi Kebijakan dasar pengembangan transportasi di Pulau Sulawesi antara lain sebagai berikut :
IV - 20
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
a)
Strategi operasionalisasi sistem jaringan jalan antara lain - Mengembangkan dan memantapkan jaringan jalan arteri primer, kolektor primer, dan strategis nasional pada Jaringan Jalan Lintas Barat Pulau Sulawesi, Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sulawesi, Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Sulawesi, dan jaringan jalan pengumpan Pulau Sulawesi secara bertahap, untuk meningkatkan keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional dan mendorong perekonomian di Pulau Sulawesi; - Meningkatkan fungsi jaringan jalan nasional untuk mendukung kegiatan ekonomi; - Mengembangkan jaringan jalan nasional untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan pelabuhan dan/atau bandar udara; - Mengembangkan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya untuk mendorong perekonomian; - Mengembangkan jaringan jalan nasional untuk meningkatkan aksesibilitas di kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan - Mengembangkan dan memantapkan jaringan jalan bebas hambatan serta mengendalikan pembangunan pintu masuk/pintu keluar jalan bebas hambatan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan jasa koleksi dan distribusi.
b)
Strategi operasionalisasi sistem jaringan kereta api antara lain - Mengembangkan jaringan jalur kereta api antarkota yang meliputi Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat, dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan; - Mengembangkan jaringan jalur kereta api antarkota yang terpadu dengan jaringan transportasi lainnya untuk menunjang kegiatan ekonomi berdaya saing, membuka keterisolasian wilayah, dan meningkatkan keterkaitan antarwilayah; dan - Mengembangkan jaringan jalur kereta api perkotaan untuk mendukung pergerakan orang dan barang secara massal, cepat, aman, dan efisien.
c)
Strategi operasionalisasi sistem jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan antara lain - Mengembangkan jaringan transportasi danau untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah sekitarnya; dan
IV - 21
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi -
d)
Final Report
Mengembangkan keterisolasian antarprovinsi di Sulawesi dengan antarnegara.
lintas penyeberangan untuk membuka wilayah, meningkatkan keterkaitan Pulau Sulawesi, antarprovinsi di Pulau provinsi di luar Pulau Sulawesi, dan
Strategi operasionalisasi Tatanan Kepelabuhanan antara lain - Mengembangkan dan memantapkan pelabuhan untuk meningkatkan akses kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan menuju tujuan-tujuan pemasaran produk unggulan, baik ke kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik, maupun kawasan internasional lainnya dilakukan pada: Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan utama yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Manado dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Dumoga-Kotamobagu dan Sekitarnya (Bolaang Mongondow), Kawasan Andalan Laut Bunaken dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Laut Batutoli dan Sekitarnya; Pelabuhan Pantoloan sebagai pelabuhan utama yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN Palu sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Palu dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Poso dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Kolonedale dan Sekitarnya; Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar) sebagai pelabuhan utama yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat pengembangan dari Kawasan Andalan Makassar, Maros, Sungguminasa (Mamminasata) dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Bulukumba-Watampone, Kawasan Andalan Laut Selat Makassar, Kawasan Andalan Laut Kapoposang dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Laut SingkarangTaka Bonerate dan Sekitarnya; Pelabuhan Gorontalo sebagai pelabuhan pengumpul yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN Gorontalo sebagai pusat pengembangan dari Kawasan Andalan Gorontalo, Kawasan Andalan Marisa, dan Kawasan Andalan Laut Tomini dan Sekitarnya; Pelabuhan Donggala sebagai pelabuhan pengumpul yang merupakan bagian dari prasarana penunjang fungsi
IV - 22
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
-
-
-
Final Report
pelayanan PKW Donggala sebagai pusat pengembangan dari Kawasan Andalan Palu dan Sekitarnya; Pelabuhan Toli-toli sebagai pelabuhan pengumpul yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW Toli-toli sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Toli-toli dan Sekitarnya; Pelabuhan Pare-pare sebagai pelabuhan pengumpul yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW Pare-pare sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Pare-pare dan Sekitarnya serta Kawasan Andalan Laut Selat Makassar; dan Pelabuhan Belang-belang sebagai pelabuhan pengumpul yang merupakan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKW Mamuju sebagai pusat pengembangan dari Kawasan Andalan Mamuju dan Sekitarnya. Mengembangkan pelabuhan yang terpadu dengan pengembangan jaringan transportasi lainnya meliputi pelabuhan yang terpadu dengan: Jaringan Jalan Lintas Barat Pulau Sulawesi, Jaringan Jalan Lintas Tengah Pulau Sulawesi, Jaringan Jalan Lintas Timur Pulau Sulawesi, dan jaringan jalan pengumpan Pulau Sulawesi; Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan, dan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Barat; Jaringan jalur kereta api perkotaan di PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung dan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata; dan Jaringan penyeberangan sabuk utara, sabuk tengah, sabuk selatan, dan penghubung sabuk yang ada di Pulau Sulawesi. Mengembangkan akses dan jasa kepelabuhanan di sepanjang Alur Laut Kepulauan Indonesia; dilakukan di Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar), Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Donggala, Pelabuhan Toli-toli, Pelabuhan Pare-pare, dan Pelabuhan Belang-belang. Memanfaatkan bersama pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara yang dilakukan di Pelabuhan Bitung, Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar), Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Gorontalo, Pelabuhan Donggala, Pelabuhan Toli-toli, Pelabuhan Pare-pare, dan Pelabuhan Belang-belang.
IV - 23
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
e)
Strategi operasionalisasi perwujudan alur pelayaran antara lain - Pengoptimalan pemanfaatan Alur Laut Kepulauan Indonesia sebagai alur pelayaran internasional dilakukan di Alur Laut Kepulauan Indonesia II yang melintasi Laut Sulawesi dan Selat Makassar serta Alur Laut Kepulauan Indonesia III E yang melintasi Laut Banda dan Laut Maluku. - Pengembangan alur pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan meliputi jaringan pelayaran yang menghubungkan Pelabuhan Bitung, Pelabuhan SoekarnoHatta (Makassar), Pelabuhan Pantoloan, Pelabuhan Donggala, Pelabuhan Gorontalo, Pelabuhan Toli-toli, Pelabuhan Parepare, dan Pelabuhan Belang-belang. - Pengembangan sarana bantu navigasi pelayaran pada kawasan konservasi perairan yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. - Pemanfaatan bersama alur pelayaran guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara dilakukan di seluruh alur pelayaran di Pulau Sulawesi.
f)
Strategi operasionalisasi Tatanan Kebandarudaraan antara lain - Mengembangkan dan memantapkan bandar udara yang terpadu dengan sistem jaringan transportasi darat; - Mengembangkan bandar udara untuk mendukung kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; - Memantapkan fungsi bandar udara sebagai simpul transportasi udara di kawasan perbatasan negara; dan - Memanfaatkan bersama bandar udara guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
g)
Strategi operasionalisasi Perwujudan Ruang Udara Untuk Penerbangan antara lain - Mengendalikan kegiatan budi daya di sekitar bandar udara yang digunakan untuk operasi penerbangan; dan - Memanfaatkan bersama ruang udara untuk penerbangan guna kepentingan pertahanan dan keamanan negara.
IV - 24
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi C. Rencana Pengembangan Kepelabuhanan 1. Pengembangan Kepelabuhanan Nasional Pengembangan kepelabuhanan nasional yang tertuang dalam rencana induk pelabuhan nasional (RIPN) memuat tentang pengaturan ruang kepelabuhanan nasional yang mengatur kebijakan pelabuhan, rencana lokasi dan hierarki pelabuhan secara nasional yang merupakan pedoman dalam penetapan lokasi, pembangunan, pengoperasian dan pengembangan pelabuhan. Dalam RIPN ditetapkan tatanan kepelabuhan nasional yang dapat diwujudkan dalam penyelenggaraan pelabuhan yang andal dan berkermampuan tinggi, menjamin efisiensi dan mempunyai daya saing global untuk menunjang pembangunan nasional dan daerah yang berwawasan nusantara. Untuk mengembangkan sistem kepelabuhanan yang dapat menopang distribusi logistik yang terkait dengan konsep pemerataan barat dan timur maka ditetapkan lokasi dan konsep global hub di wilayah barat dan timur Indonesia sebagaimana diperlihatkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.15 Penetapan Konsep dan Lokasi Pelabuhan Global Hub Penetapan lokasi pelabuhan yang merupakan global hub di kawasan barat dan kawasan timur Indonesia diharapkan dapat menjadi pintu gerbang laut bagi setiap kawasan yang berada dalam jangkuan masing-masing pelabuhan, sehingga diyakini menjadi penopang pengembangan perekonomian Indonesia yang tidak lagi menjadikan Pulau Jawa sebagai
Final Report
IV - 25
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi pusat pengembangan ekonomi utama. Meningkatkan perekonomian yang kuat tidak lepas dari upaya percepatan konektivitas dan pendistibusian logistik yang cepat, efektif dan efisien dan tentunya akan membutuhkan dukungan dan peran pelabuhan sebagai lokasi bongkar muat logistik
Gambar 4.16 Lokasi Pelabuhan Global Hub Selain pelabuhan global hub pada gambar 4.16 yang menjadi prasarana pendistribusian logistik nasional, terdapat juga beberapa pelabuhan di Koridor Sulawesi yang posisinya cukup strategis dan juga berdampak pada upaya pengembangan ekonomi lokal dan regional. Pelabuhan-pelabuhan tersebut antara lain. Tabel 4.6 Pelabuhan dan Hierarkinya Pada Koridor Ekonomi Sulawesi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Final Report
Nama Pelabuhan Bitung (Sulut) Manado (Sulut) Lirung (Sulut) Tahuna (Sulut) Ulu Siau (Sulut) Tilamuta (Gorontalo) Gorontalo (Gorontalo) Pantoloan (Sulteng) Ogoamas (Sulteng) Bajoe (Sulsel) Malili (Sulsel)
Hierarki (TKN) Utama Pengumpul Pengumpan Pengumpul Pengumpan Pengumpan Pengumpul Utama Pengumpul Pengumpul Pengumpul
IV - 26
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Nama Pelabuhan Palopo (Sulsel) Makassar (Sulsel) Siwa (Sulsel) Pare-Pare (Sulsel) Belang-Belang (Sulbar) Budong-Budong (Sulbar) Bau-Bau (Sulawesi Tenggara)
Hierarki (TKN) Pengumpul Utama Pengumpul Pengumpul Pengumpul Pengumpan Pengumpul
Gambar 4.17 Lokasi Pelabuhan di KE Sulawesi Pelabuhan-pelabuhan pada tabel 4.6 tersebut akan bersinergi dan terkait dalam upaya peningkatan perekonomian khusunya untuk mendorong konektivitas pendistribusian logistik di Pulau Sulawesi dan Indonesia umumnya. Kebutuhan pergerakan total pelabuhan di Korodir Ekonomi Sulawesi dari tahun ketahun dapat ditampilkan seperti gambar berikut
Final Report
IV - 27
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4.18 Total Pergerakan di Pelabuhan KE Sulawesi Tahun 2009
Gambar 4.19 Total Pergerakan di Pelabuhan KE Sulawesi Tahun 2020
Gambar 4.20 Total Pergerakan di Pelabuhan KE Sulawesi Tahun 2030
Final Report
IV - 28
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Adapun investasi strategis pada pelabuhan di KE Sulawesi antara lain : Pada tahun 2020 - Pengembangan terminal peti kemas kedua di Makassar dan Terminal peti kemas di Bitung (II) - Pengembangan terminal CPO umum - Pengembangan terminal produk minyak bumi - Pengembangan terminal khusus curah – pertanian untuk umum - Pengembangan terminal bijih nikel Pada tahun 2030 - Pembangunan terminal peti kemas di Makassar dan Bitung 1900 m dermaga kontainer dengan 15 crane peti kemas dan beberapa RGT - Pengembangan terminal CPO umum - Pengembangan terminal produk minyak bumi - Pengembangan terminal khusus curah – pertanian untuk umum - Pengembangan terminal bijih nikel
2.
Rencana Pengembangan Pelabuhan Studi (RIP) a) Pelabuhan Makassar Rencana induk pelabuhan meliputi program pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Makassar yang mencakup keseluruhan kebutuhan dan penggunaan daratan serta perairan untuk kegiatan kepelabuhanan dan kegiatan penunjang pelabuhan dengan mempertimbangkan aspek teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya erta aspek-aspek terkait lainnya. Untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan, pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi lainnya serta pengembangan sesuai rencana infuk dibutuhkan lahan daratan seluas 301,29 Ha dan areal perairan seluas 42.718 Ha. Kebutuhan lahan daratan terdiri dari lahan eksisting untuk kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan seluas 119,29 Ha dan lahan daratan untuk pengembangan pelabuhan seluas 182 Ha. Sedangkan untuk kebutuhan areal perairan terdiri dari perairan untuk kegiatan jasa pelabuhan seluas 2.978 Ha dan areal perairan untuk kegiataan keselamatan seluas 39.740 Ha. Adapun kebutuhan dermaga dan fasilitas di pelabuhan dapat diperlihatkan seperti pada tabel dibawah ini.
Final Report
IV - 29
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
No. 1.
2.
3. 4. 5. 6.
Tabel 4.7 Rencana Kebutuhan dermaga dan fasilitas di Pelabuhan Makassar Jenis fasilitas 2003 2007 2015 2025 Dermaga 360 m2 1.030 m2 1.030 m2 1.030 m2 - Penumpang 2 2 2 670 m 850 m 1.030 m 1.330 m2 - Petikemas 2 2 2 820 m 1.410 m 2.090 m 2.370 m2 - General Cargo 360 m2 360 m2 1.010 m2 1.810 m2 - Curah 2 2 2 60 m 110 m 270 m 270 m2 - Ro-ro Lapangan 60.511 m2 160.511 m2 340.511 m2 340.511 m2 - General Cargo 2 2 2 114.416 m 164.416 m 214.416 m 514.416 m2 - Kontainer Gudang CFS Terminal Penumpang
19.200 m2 4.000 m2 4.000 m2
23.200 m2 8.000 m2 8.000 m2
27.200 m2 16.000 m2 16.000 m2
27.200 m2 20.000 m2 20.000 m2
Industri Pendukung 50.000 m2 70.000 m2 370.000 m2 Area Break Bulk 30.000 m2 30.000 m2 50.000 m2 Sumber: Dokumen RIP Makassar Selain penambahan kebutuhan fasilitas, di Pelabuhan Makassar juga akan dilakukan pengembangan Pelabuhan yang akan direncanakan secara bertahap yaitu tahap I (2007 – 2015) dan tahap II (2015 – 2025) sebagaimana yang ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 4.8 Rencana Tahapan Pembangunan di Pelabuhan Makassar Tahap I (2007 – 2015) Konstruksi 2006-2008 Besaran /Unit/Luas 1. Pengerukan 3.200.000 m3 2. Urugan 1.280.000 m3 3. Dermaga 600 m’ (3 Berth) - Penumpang 570 m’ (3 Berth) - Petikemas 360 m’ (2 Berth) - Gencar 140 m’ (1 Berth) - Ro-ro 128,64 Ha 4. Kolam pelabuhan 3.270 m’ 5. Breakwater 6. Lapaangan penumpukan 100.000 m2 - Lap. Petikemas 100.000 m2 - Lap. General Cargo 36 Plug 7. Fasilitas Reefe 4.000 m2 8. Gudang / CFS 60.000 m2 9. Jalan dan perkantoran 1 set 10. Utilitas dan Fasilitas Kelistrikan, saluran 1 set 11. Water supply
Final Report
IV - 30
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 12. Sistem informasi H/W 1 set 13. Area industri pendukung 30 Ha 14. Car terminal 15 Ha 15. Area Marina/pariwisata 5 Ha Tahap II (2015 – 2025) Konstruksi 2013-2015 1. Pengerukan 5.290.112 m3 2. Urugan 4.103.600 m3 3. Dermaga 650 m’ (3 Berth) - Kapal Curah 680 m’ (3 Berth) - Kapal Peti kemas 360 m’ (2 Berth) - Kapal Gencar 160 m’ (2 Berth) - Kapal Service (pandu, tunda, kepit, dll) 348.038 m2 4. Lapaangan penumpukan 180.000 m2 - Lap. Petikemas 36 plug - Lap. General Cargo 4.000 m2 5. Fasilitas Reefe 60.000 m2 6. Gudang / CFS 1 set 7. Jalan dan perkantoran 1 set 8. Utilitas dan Fasilitas Kelistrikan, saluran 2 1 set 9. Water supply, Resevoir (2x1300 m ) 30 Ha 10. Sistem informasi H/W 25 Ha 11. Area industri pendukung 12. Area Break (liquid & Dry) Daftar Gedung di daerah Terminal Penumpang (luas total s.d 2015 = 1.100 m2) 1. Terminal Penumpang 800 m2 2. Kantor CIQ 200 m2 3. Kantor Syahbandar 100 m2 Sumber: Dokumen RIP Makassar
Final Report
IV - 31
Gambar 4.21 Tahapan Rencana Pengembangan Pelabuhan MAkassar
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
IV - 32
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi b) Pelabuhan Bitung Rencana induk pelabuhan meliputi program pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Bitung yang mencakup keseluruhan kebutuhan dan penggunaan daratan serta perairan untuk kegiatan kepelabuhanan dan kegiatan penunjang pelabuhan dengan mempertimbangkan aspek teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya. Untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada Pelabuhan Bitung yang meliputi pelayanan jasa kepelabuhanan, peaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi serta pengembangan sesuai rencana induk, dibutuhkan lahan daratan seluas 90 Ha dan areal perairan seluas 4.588 Ha. Kebutuhan lahan daratan terdiri dari lahan daratan eksisting untuk kegiatan pelayanan jasa kepelabuhanan seluas 80 Ha dan lahan daratan untuk pengembangan pelabuhan seluas 10 Ha. Sedangkan kebutuhan areal perairan terdiri dari: Area labuh kapal kontainer seluas 280 Ha Area labuh kapal general cargo 217 Ha Area kapalcurah cair seluas 198 Ha Area alih muat antar pulau seluas 241 Ha Area cadangan seluas 370 Ha Area barang berbahaya seluas 110 Ha Area karantina kapal seluas 120 Ha Area kapal mati seluas 110 Ha Area labuh kapal tanker seluas 115 Ha Area labuh ikan seluas 57 Ha Area labuh kapal pelayaran rakyat, kapal negara dan perbaikan kapal seluas 70 Ha. Adapun rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas pelabuhan Bitung untuk memenuhi kebutuhan pelayanan jasa kepelabuhanan dilakukan berdasarkan perkembangan angkutan laut dengan tahapan-tapahan sebagai berrikut: - Tahap I, jangka pendek dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 - Tahap II, jangka menengah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 - Tahap III, jangka panjang dari tahun 2013 sampai dengan 2028. Selengkapnya tapahan pengembangan Pelabuhan Bitung dapat dilihat pada gambar 4.22.
Final Report
IV - 33
Gambar 4.22 Tahapan Rencana Pengembangan Pelabuhan Bitung
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
IV - 34
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi c) Pelabuhan Anggrek Rencana induk pelabuhan meliputi program pembangunan dan pengembangan Pelabuhan Anggrek yang mencakup keseluruhan kebutuhan dan penggunaan daratan serta perairan untuk kegiatan kepelabuhanan dan kegiatan penunjang pelabuhan dengan mempertimbangkan aspek teknis, pertahanan keamanan, sosial budaya serta aspek-aspek terkait lainnya. Untuk menyelenggarakan kegiatan kepelabuhanan pada Pelabuhan Anggrek yang meliputi pelayanan jasa kepelabuhanan, peaksanaan kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi serta pengembangan sesuai rencana induk, dibutuhkan lahan daratan seluas 23,1 Ha dan areal perairan seluas 7.643,7 Ha (perairan untuk faslitas pokok 627 Ha dan perairan untuk fasilitas penunjang 7.016,7 Ha). Adapun tahapan pengembangan Pelabuhan Anggrek direncanakan dilakukan secara bertahap yaitu antara lain - Tahap I, jangka pendek sampai dengan tahun 2005 - Tahap II, jangka menengah sampai dengan tahun 2010 - Tahap III, jangka panjang sampai dengan tahun 2020 Dermaga dan fasilitas yang terkait dibangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan menurut prakiraan jumlah muatan dan penumpang. Adapun kebutuhan dermaga dan fasilitas tersebut antara lain. Tabel 4.9 Kebutuhan Dermaga dan Fasilitas Yang Terkait di Dermaga Multi-fungsi Pelabuhan Anggrek. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Item Pembangunan Satuan 2005 2010 2020 Total panjang dermaga m 210 210 300 Penambahan Trestel m 2x63x10 63x10 Penambahan area reklamasi m2 29.850 17.500 Penambahan lapangan peti m2 26.250 17.500 kemas Penambahan CFS m2 1.200 1.200 Pengadaan Fork-Lift kapasitas 5 nos 5 3 ton Pengadaan Fork-Lift kapasitas nos 8 1 1 30 ton Penambahan pagar m 540 275 Penambahan gerbang nos 2 Penambahan jalan m 70 Sumber: Dokumen RIP Pelabuhan Anggrek
Final Report
IV - 35
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.10 Kebutuhan Dermaga dan Fasilitas Yang Terkait di Dermaga Barang Curah (jagung) di Pelabuhan Anggrek. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Item Pembangunan Satuan 2005 2010 2020 Total panjang dermaga m 200 200 200 Penambahan trestel m 63x10 Penambahan area reklamasi m2 18.060 20.250 Penambahan lapangan barang m2 14.570 16.650 curah (jagung) Penambahan area muat untuk m2 975 1200 truk Pengadaan ship loader (1.000 nos 1 1 ton/jam) Penambahan silo nos 36 48 72 Penambahan fasilitas pengerinan nos 4 3 3 jagung (2.500 bph) Penambahan konveyer m 1.775 585 735 Penambahan pagar m 300 230 Penambahan gerbang nos 4 Timbangan truk nos 3 Penambahan jalan m 100 Kantor terminal dermaga barang m2 1.600 curah Ruang perawatan peralatan m2 684 360 Ruang kontrol utama m2 384 384 Ruang kontrol m2 144 144 Sumber: Dokumen RIP Pelabuhan Anggrek
Final Report
IV - 36
Gambar 4.23 Layout Rencana Pengembangan Pelabuhan Anggrek
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
IV - 37
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi D. Potensi Ekonomi dan Hinterland Pulau Sulawesi 1. Potensi Ekonomi Potensi wilayah yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap PDRB di Pulau Sulawesi dalam kurun waktu 2005-2009 adalah sektor pertanian sebesar 30,81% menyusul perdagangan, restouran dan hotel sebesar 14,51% dan jasajasa sebesar 12,57%. Sektor pertanian yang memiliki kontribusi cukup besar adalah tanaman pangan, karena termasuk provinsi yang berhasil swasembada pangan serta holtikultura khususnya di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan dari sektor perkebunan adalah kakao, cengkeh, kelapa sawit dan pala. Untuk sektor pertambangan dan industri adalah batu gamping, semen dan nikel di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Sektor pariwisata yang cukup mengundang wisatawan mancanegara adalah wisata bahari Bunaken di Sulawesi Utara, budaya adat Toraja di Sulawesi Selatan. Potensi yang banyak berkembang di Sulawesi adalah perikanan laut, perikanan darat, pertanian, perkebunan dan kehutanan. Tabel 4.11 Wilayah Potensi Budidaya di Pulau Sulawesi Potensi Perikanan
Jenis Perikanan laut Perikanan Darat
Perkebunan
Kelapa sawit Kelapa Kakao Karet
Pertanian
Padi
Wilayah Seluruh provinsi dengan persentase terbesar (309,890 ton/tahun, 39.75%) adalah Provinsi Sulawesi Selatan Seluruh provinsi dengan persentase terbesar (157,798 ton/tahun, 56.40%) adalah Provinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Seluruh provinsi dengan persentase terbesar (2,525,842 ton/tahun, 74.56%) adalah Provinsi Sulawesi Selatan
Sumber : Balitbang Dephub, 2010, BPS 2010 Pulau Sulawesi dengan pola pengembangan kawasan dan fungsi kota sesuai dengan sektor unggulan wilayah kawasan darat maupun kawasan laut untuk masing-masing provinsi, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.12.
Final Report
IV - 38
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.12. Pola Pengembangan Kawasan dan Fungsi Kota-Kota di Pulau Sulawesi No A
Provinsi/Kawasan Darat SULUT & GORONTALO Kaw.Gorontalo ds. Sektor Unggulan - Tanaman Pangan - Perikanan dan Perkebunan - Pertambangan Kaw.Manado ds. Sektor Unggulan - Perkebunan - Industri dan Pariwisata - Perikanan Laut
B
SULAWESI TENGAH Kaw.Palu ds. Sektor Unggulan - Tanaman Pangan - Perkebunan dan Industri - Peternakan & Perikanan Laut Kaw.Poso ds. Sektor Unggulan - Tanaman Pangan - Perkebunan dan Peternakan Kaw.Luwuk ds. Sektor Unggulan - Perkebunan - Peternakan
C
SULAWESI TENGAH Kaw.Makassar ds. Sektor Unggulan - Tanaman Pangan
Final Report
Kawasan Laut Yang Terkait Kaw. Laut Tomini. Sektor Unggulan - Perikanan - Pariwisata Kota Orientasi : Gorontalo Kaw. Laut Bunaken ds Sektor Unggulan - Perikanan - Pariwisata Kota Orientasi : Manado Kaw. Laut Batuboli Sektor Unggulan - Perikanan dan Pariwisata - Pertambangan Kota Orientasi : Bitung
Kaw. Laut Tomini ds Sektor Unggulan - Perikanan dan Pariwisata Kota Orientasi : Poso Kaw. Laut Tolo Sektor Unggulan - Perikanan dan Pariwisata Kota Orientasi : Luwuk
Fungsi Kota Secara Nasional
PKL
PKN
PKL
PKW
PKW
Kaw. Laut Sangkaran ds. Sektor Unggulan - Perikanan &
IV - 39
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No
Provinsi/Kawasan Darat - Perikanan dan Industri Kaw.Palopo ds. Sektor Unggulan - Tanaman Pangan - Perkebunan dan Peternakan Kaw.Wt.Pone-Bulukumba ds. Sektor Unggulan - Pariwisata - Tanaman Pangan Kaw.Parepare ds. Sektor Unggulan - Tanaman Pangan - Perkebunan dan Peternakan
D
SULAWESI TENGGARA Kaw.Kendari ds. Sektor Unggulan - Perkebunan - Tanaman Pangan - Industri dan Pariwisata Kaw.Kolaka ds. Sektor Unggulan - Perkebunan & T. Pangan - Peternakan & Pertambangan Kaw.Muna-Buton. Sektor Unggulan - Perkebunan & Pertambangan
Final Report
Kawasan Laut Yang Terkait Pertambangan - Pariwisata Kota Orientasi : Makassar Kaw. Laut Bone ds. Sektor Unggulan - Perikanan & Pertambangan - Pariwisata Kota Orientasi : Palopo Kaw. Laut Bone ds. Sektor Unggulan - Perikanan & Pertambangan - Pariwisata Kota Orientasi : Watangpone Kaw.Laut Selat Makassar ds. Sektor Unggulan - Perikanan - Pariwisata Kota Orientasi : Parepare Kaw. Laut Tolo ds. Sektor Unggulan - Perikanan - Pariwisata Kota Orientasi : Kendari Kaw. Laut Bone ds Sektor Unggulan - Perikanan & Pertambangan - Pariwisata Kota Orientasi : Kolaka Kaw. Laut Tukang Besi Sektor Unggulan - Perikanan dan
Fungsi Kota Secara Nasional PKN
PKW
PKW
PKW
PKW
PKL
IV - 40
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Kawasan Laut Yang Fungsi Kota Terkait Secara Nasional Pariwisata - Perikanan - Pertambangan Kota Orientasi : Raha PKL Bau-Bau PKL Sumber : Studi Alternatif Percepatan Pengembangan Infrastruktur Pelabuhan di KTI, 2003 No
Provinsi/Kawasan Darat
Dilihat dari sektor-sektor yang berkontribusi pada PDRB dan juga dengan memperhatikan MP3EI Koridor Sulawesi, jelas terlihat potensi ekonomi di Pulau Sulawesi adalah sektor tanaman pangan dan perkebunan, perikanan, peternakan, kehutanan, pariwisata dan pertambangan, berikut uraian tentang potensi tersebut. a) Sektor Pertanian Salah satu sektor kegiatan ekonomi di Pulau Sulawesi adalah kegiatan sektor pertanian. Sektor pertanian ini terdiri atas sub sektor tanaman pangan, tanaman palawija dan holtikultura. Produksi sektor pertanian penting di Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Produksi Sektor Pertanian di Pulau Sulawesi Menurut Provinsi (ton) Wilayah Provinsi
Jenis Produksi
Sulut
Tanaman Pangan Padi Sawah
Gorontalo
Sulteng
Sulbar
Sulsel
Sultra
Jumlah (ton)
554.642
252.243
935.536
352.512
4.345.805
429.150
6.869.888
29.388
1.320
21.571
10.338
36.836
25.494
124.947
584.030
253.563
957.107
362.850
4.382.641
454.644
6.994.835
Tanaman Palawija dan Holtikultura Jagung 446.144 679.168
162.306
58.020
1.343.043
74.840
2.763.521
Padi Ladang Jumlah
Ubi Jalar
51.838
2.926
26.333
15.666
57.513
25.304
179.580
Ubi Kayu
84.083
6.171
74.129
46.369
601.437
163.350
975.539
Kacang Tanah
8.671
2.262
8.424
2.022
41.898
4.942
68.219
Kedelai
7.626
3.402
3.555
3.195
35.710
3.203
56.691
Kacang Hijau
2.184
280
1.031
839
26.456
900
31.690
Sayur-Sayuran
301.182
24.924
85.297
7.161
131.961
67.027
617.552
Buah-buahan
164.215
14.350
1.580.107
116.871
383.523
202.705
2.461.771
1.065.943
733.483
1.941.182
250.143
2.621.541
542.271
7.154.563
1.649.973
987.046
2.898.289
612.993
7.004.182
996.915
14.149.398
Jumlah (ton) Jumlah Total (ton)
Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011 Jumlah produksi hasil pertanian (tanaman pangan dan tanaman palawija) di Pulau Sulawesi mencapai 14.149.398 ton per tahun. Dari jumlah tersebut
Final Report
IV - 41
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Provinsi yang paling banyak menghasilkan produsi sektor pertanian adalah Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah produksi mencapai 7.004.182 ton (tanaman pangan 4.382.641 ton dan tanaman palawija & holtikultura 2.621.541 ton) sedangkan provinsi yang paling sedikit menghasilkan produksi pertanian adalah Provinsi Sulawesi Barat dengan jumlah produksi 612.993 ton (tanaman pangan 362.850 ton dan tanaman palawija & holtikultura 250.143 ton) Lokasi produksi pertanian di Pulau Sulawesi tersebar di hampir disemua wilayah Sulawesi. Namun simpul utama ada pada beberapa daerah yang terindentifikasi di beberapa simpul antara lain seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.24 Lokasi Simpul Pertanian di Pulau Sulawesi Dari persebaran lokasi simpul produksi di Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi Selatan yang paling kontribusinya dengan persentase 50% dari total keseluruhan hasil produksi pertanian di Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi
Final Report
IV - 42
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Utara 12%, Gorontalo 7%, Sulawesi Tengah 20%, Sulawesi Barat 4 % dan Sulawesi Tenggara 7%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Persentase Produksi Sektor Pertanian di Pulau Sulawesi 7%
12%
7%
Sulut Gorontalo
20%
50%
Sulteng Sulbar
4%
Gambar 4.25 Persentase Produksi Pertanian di Pulau Sulawesi b) Sektor Perkebunan Dari sektor tanaman perkebunan yang diusahakan di Pulau Sulawesi mencakup tanaman kelapa, kopi, kapok, cengkeh, coklat, kemiri, jambu mete, dan beberapa jenis tanaman perkebunan lainnya. Produksi tanaman perkebunan di Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Produksi Sektor Perkebunan Menurut Provinsi (ton) Jenis Produksi Kelapa Dalam Kelapa Hibrida Kopi Robusta Kopi Arabika Cengkeh Coklat/kakao Aren Lada Kapas Kapuk Kemiri Jambu Mente Asam Jawa Kenari Pinang
Final Report
Sulut 267.770,14
Wilayah Provinsi Sulteng Sulbar 40.755 58.804 202.629 3.601
Sulsel 72.954
Sultra 33.027
10.770
1.228
4.812 4.552 611 101.011 393 65 -
13.747 22.807 16.385 173.555 3.909 5.811 1.816 3.120 20.321 19.753 56 240 731
Gorontalo
2.935,76
929
6.695
35.680,76 3.783,46 5.171,87 68,58 302,34 53,23 -
683 3.669 583 51 10.065 523 -
14.588 186.875 480 276 1.463 2.778 -
3.095 5.872 147.917 393 4.546 449 927 13.191 259 289
IV - 43
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Wilayah Provinsi Jenis Produksi Sulut Gorontalo Sulteng Sulbar Vanili 180,90 22 266 Sagu Pala 9.202,80 64 Jahe Tebu 23.207 Siwalan Nipah Rami Wijen Nilam Jarak Sere Wangi Temulawak Kencur Lempunyang Lengkuas Cassiavera 156,32 Karet 3.005 Kayu Manis Kunyit Tembakau Kelapa sawit 751.834 Jumlah Total 325.306,16 98.536 1.170.953 155.800 (Ton) Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011
Sulsel 630 1.068 504 186 64.190 814 48 9 567 190 79 92 20 25 58 242 5.136 61 498 1.757 82.711
Sultra 87 6.083 -
524.997
217.363
Provinsi Sulawesi Tengah menjadi penyumbang terbesar komoditi perkebunan di Pulau Sulawesi dengan capaian 47%, kemudian Provinsi Sulawesi Selatan dengan persentase hasil produksi 21%, Provinsi Sulawesi Utara dengan persentase hasil produksi 13%, menyusul Provinsi Sulawesi Tenggara dengan persentase hasil produksi 9% dan Provinsi Gorontalo dengan hasil produksi 4%.
Final Report
IV - 44
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Persentase Produksi Hasil Perkebunan di Pulau Sulawesi 9%
13% 4%
Sulut Gorontalo
21%
Sulteng 47% 6%
Sulbar Sulsel Sultra
Gambar 4.26 Persentase Produksi Perkebunan di Pulau Sulawesi Lokasi simpul kegiatan perkebunan di Pulau Sulawesi terindentifikasi di beberapa simpul antara lain seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.27 Lokasi Simpul Perkebunan di Pulau Sulawesi
Final Report
IV - 45
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi c) Sektor Perikanan Pulau Sulawesi memiliki wilayah kabupaten umumnya berada di pesisir pantai dengan potensi pengembangan perikanan darat maupun laut cukup besar. Saat ini jenis budidaya perikanan yang diusahakan adalah laut, sungai, danau, sawah, keramba, sungai, tambak dan kolam. Total produksi yang dicapai pada tahun 2010 masing-masing provinsi ditampilkan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15 Produksi Sektor Perikanan Menurut Provinsi Tahun (ton) Jenis Produksi
Jumlah Produksi (Ton) Sulteng 140.466
Sulbar 17.559
Sulsel 215.097
Sultra 218.338
606
19.714
966
594.456
46.962
Kolam
6.915
4.335
426
4.692
3.730
Sawah
7.582
1
142
2.125
Danau
-
519
-
4.951
28
-
1.230
-
-
266
11
-
Perikanan Laut Tambak Air
Rawa
Sulut 220.760
Gorontalo 61.271
93.659
-
Jaring Apung
7.977
Keramba
3.372
Sungai
-
-
59
-
1.466
waduk
-
-
-
-
69
-
770
-
17.552
1.087.678
247.212
155.700
165.388
36.655
1.911.764
Perairan Umum Jumlah
56.495
325.525
Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011 Persentase Produksi Hasil Perikanan di Pulau Sulawesi 11%
9%
6%
6% 1%
Sulut Gorontalo Sulteng
67%
Sulbar Sulsel Sultra
Gambar 4.28 Persentase Produksi Perikanan di Pulau Sulawesi
Final Report
IV - 46
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Pencapaian produksi perikanan di Pulau Sulawesi didominasi oleh Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah produksi 1.911.764 ton atau sekitar 67% dari total produksi perikanan Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Tenggara menghasilkan produksi mencapai 325.525 ton atau sebanding dengan 11% dari total produksi perikanan Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Utara menghasilkan produksi 247.212 ton atau sebanding dengan 9% dari total produksi perikanan Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Tengah dan Gorontalo menghasilkan produksi mencapai 165.388 ton dan 155.700 ton atau sebanding dengan 6% dari total produksi perikanan Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Barat mencapai 325.525 ton atau sebanding dengan 1% dati total produksi perikanan Pulau Sulawesi.
Gambar 4.29 Lokasi Simpul Perikanan di Pulau Sulawesi
Final Report
IV - 47
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d) Sektor Peternakan Jenis usaha peternakan yang dibudidayakan di Sulawesi dibagi atas dua jenis yakni ternak besar meliputi: sapi, kerbau, kuda, babi, domba dan kambing, sedangkan ternak unggas adalah ternak ayam kampung, ayam ras dan itik. Produksi ternak tahun 2010 masing-masing provinsi di Sulawesi dapat dilihat pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Jenis Produksi
Produksi Sektor Peternakan Menurut Provinsi Jumlah Hewan Ternak (Ekor)
Sulut 98.539
Gorontalo 252.747
Sulbar 931.060
Sulsel 848.737
Sapi Perah
-
21
-
2.156
Kerbau
-
-
4.202
80.715
130.097
5.294
7.457
7.782
4.294
480
133.430
3.465
44.991
10.109
416.231
144.524
477.068
117.819
-
-
9.136
468
161
Babi
345.926
12.658
207.255
1.426.034
608.333
34.617
Itik
109.350
-
246.512
8.053.779
3.144.268
482.069
Sapi Potong
Kuda Kambing Domba
Ayam Ras
Sulteng 211.769
Sultra 268.138
895.822
42.392
394.741
44.473
6.485.425
188.083
Ayam Pedaging
1.218.390
1.316.000
5.172.902
-
17.928.549
1.185.021
Ayam Kampung
2.156.106
1.071.227
3.748.952
3.054.997
14.765.444
10.716.956
Jumlah (Ekor)
4.876.581
2.712.936
10.415.994
13.736.062
44.523.975
13.001.623
Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011 Persentase Jumlah Hasil Ternak di Pulau Sulawesi 15%
5% 3%
Sulut
12%
Gorontalo 50%
15%
Sulteng
Sulbar Sulsel
Gambar 4.30 Persentase Hasil Ternak di Pulau Sulawesi
Final Report
IV - 48
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi e)
Sektor Kehutanan
Sektor kehutanan di Pulau Sulawesi menghasilkan berbagai jenis kayu maupun hasil hutan lainnya seperti kayu, rotan, damar, dan getah pinus. Produksi kehutanan di Sulawesi pada tahun 2010 ditampilkan pada tabel 4.17 Tabel 4.17 Produksi Hasil Hutan Menurut Provinsi Jenis Produksi
Jumlah Produksi (Ton) Sulut Gorontalo Sulteng Sulbar Sulsel 19.478,00 5.289,44 18.529,77 59.262,34 24.754,00 20.257,00 3.057,87 25.159,19 33.368,92 6.002,55 4.581,43 640,00 377,00 - 11.140,79 -
Sultra 74.950,37
Kayu Gelondongan (m3) Kayu Gergajian (m3) 27.606,85 Rotan (ton) 2.192,00 Damar (ton) Kayu Rimba Campuran (ton) Getah Pinus (ton) Jumlah 39.735,00 14.349,86 59.788,18 25.394,00 92.631,26 104.749,22 Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011 Jumlah produksi hasil hutan di Pulau Sulawesi mencapai 336.647 ton_m3. Dari hasil produksi didominasi oleh kayu gelondongan dan kayu gergajian. Sedangkan berdasarkan provinsi penghasil, Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi produksi hasil hutan terbanyak dengan hasil capaian mencapai 104.749,22 ton atau sebanding dengan 31% dari total produksi hutan di Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi mencapai 92.631,26 atau sebanding dengan 27% dari total produksi hutan di Pulau Sulawesi. Provinsi Tengah mencapai 59.788,18 atau sebanding dengan 18% dari total produksi hutan di Pulau Sulawesi. Provinsi Sulawesi Utara mencapai 39.735,00 atau sebanding dengan 12% dari total produksi hutan di Pulau Sulawesi. Provinsi Barat mencapai 25.394,00 atau sebanding dengan 8% dari total produksi hutan di Pulau Sulawesi. Provinsi Gorontalo mencapai 14.349,86 atau sebanding dengan 4% dari total produksi hutan di Pulau Sulawesi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.31.
Final Report
IV - 49
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Persentase Produksi Hasil Hutan di Pulau Sulawesi 12%
4%
31%
Sulut Gorontalo
18%
Sulteng Sulbar
27% 8%
Sulsel
Sultra
Gambar 4.31 Persentase Hasil Hutan di Pulau Sulawesi f) Sektor Industri Jenis industri yang berkembang di Pulau Sulawesi terdiri atas dua golongan yaitu jenis industri IKAHH (Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan) dan industri ILMEA (Industri Logam, Mesin, Alat Angkut Tekstil, Elektronika dan Aneka). Jumlah industri IKAHH dan industri ILMEA menurut provinsi di Pulau Sulawesi dapat dilihat pada tabel 4.18 Tabel 4.18 Potensi Usaha Industri dan Tenaga Kerja Industri Menurut Provinsi Industri Kimia, Agro dan Industri Logam, Mesin Hasil Hutan dan Aneka Provinsi Jumlah Tenaga Jumlah Tenaga Usaha Kerja Usaha Kerja Sulut 72 10.305 28 1.850 Gorontalo 7.146 19.609 4.611 17.765 Sulteng 33 2.787 22 1.277 Sulbar 1.887 14.159 6.238 13.906 Sulsel 204 3.565 169 23.544 Sultra 44 3.086 14 517 Jumlah 9.386 53.511 11.082 58.859 Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011 Lokasi simpul kegiatan industri di Pulau Sulawesi terindentifikasi di beberapa simpul antara lain seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.32
Final Report
IV - 50
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4.32 Lokasi Simpul Industri di Pulau Sulawesi g) Sektor Pertambangan Sektor pertambangan di wilayah Sulawesi termasuk mempunyai potensi tinggi seperti bahan mineral, minyak dan gas alam. Belum seluruhnya potensi tambang tersebut diekspoitasi sehingga belum memberi manfaat ekonomis bagi warga maupun bagi negara. Potensi hasil tambang di Sulawesi diperlihatkan pada Tabel 4.19 Tabel 4.19 Potensi Tambang di Sulawesi menurut Provinsi No 1
Provinsi Sulawesi Utara
2 3
Gorontalo Sulawesi Tengah
4 Sulawesi Barat 5
Final Report
Sulawesi Selatan
Potensi Tambang Emas, Minyak Bumi, Perak, Besi, Belerang, Kaolin, Pasir dan Sirtu, Tras, Andesit, bentonit, Obsidian Emas, Granit, Besi, Emas, Pasir Kuarsa, Batu Giok, Marmer Besi, Marmer, Granit, Kaolin, Bentonit, Tembaga, zeolit, Mika, Andesit, Pasir silika Nikel, Biji Besi, Batu Bara, batu
Ket
IV - 51
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No
Provinsi
6 Sulawesi Tenggara
Potensi Tambang Gamping, Marmer, Feldspar, Khromit Aspal, Nikel dan Marmer, Emas, Magnesit, Kromit, Besi, Khromit, Kobal, Batubara,
Ket
Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011 Lokasi simpul kegiatan pertambangan di Pulau Sulawesi terindentifikasi di beberapa simpul antara lain seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah ini
Gambar 4.33 Lokasi Simpul Pertambangan di Pulau Sulawesi h) Sektor Perdagangan Kegiatan perdagangan di Pulau Sulawesi terdiri dari perdagangan ekspor dan impor serta perdagangan antar pulau. Jenis barang perdagangan ekspor antar pulau meliputi komoditas hasil pertambangan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Sedangkan perdagangan impor, barang impor yaitu barang modal dan bahan baku untuk industri. Nilai Ekspor masing-masing provinsi di Sulawesi pada tahun 2010 ditampilkan pada Tabel 4.20.
Final Report
IV - 52
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.20 Volume dan Nilai Ekspor Provinsi di Sulawesi Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6
i)
Provinsi
Volume (Ton)
Sulawesi Utara proses pendataan Gorontalo 83.816.120,00 Sulawesi Tengah 2.799.839,45 Sulawesi Barat proses pendataan Sulawesi Selatan 375.458.496,00 Sulawesi Tenggara 2.992.035,84 Total 465.066.491,29 Sumber: BPS masing-masing provinsi, 2011
Nilai Ekspor Ket. (000 US$) 15.755.622,00 14.348.040,00 441.918,11 24.006.610,00 2.266.063.178,00 392.459,84 2.321.007.827,95
Sektor Pariwisata
Wilayah Sulawesi sangat kaya akan objek wisata, baik yang tlah berkembang seperti Bunaken, Wakatobi, Toraja dan Tomohon mauun beberapa potensi objek wisata yang sangat prospektif untuk dikembangkan. Secara singkat potensi wisata yang tergolong unggulan di Sulawesi ditampilkan pada tabel 4.21. Tabel 4.21 Objek Wisata Unggulan di Pulau Sulawesi No 1
Provinsi Sulut
2
Gorontalo
3
Sulteng
4
Sulbar
5
Sulsel
6
Sultra
Final Report
Objek Wisata Unggulan Taman Laut Bunaken, Danau Linuw, Amfittheater Woloan, Gunung Lokon, Gonung Mahawu, Rurukan, Goa Jepang, Danau Limboto, Air Panas Lombogo, Pentadio Resort, Benteng Otohana, Makam Ju Panggola, Benteng Orange, Tahulu Barakati. Pulau Togean Una-una, Danau Poso, Hutan Lindung Morowali, Pantai Talise, Taman Nasional Lore Lindu, Taman Wisata Wera Donggala Pantai Manakarra, Pantai Palippis, Pantai wisata Lombang-Lombang, Perahu Sandeq, Pesta Adat Sayyang Pattudu Air Terjun Bantimurung, Pantai Losari, pantai Tanjung Bira,Taman Laut Takabonerate, Danau Tempe, Danau Towuti, Benteng Somba Opu, Museum Balla Lompoa. Taman nasional wakatobi, Pulau Liwutongkidi, Taman Raya Hutan Murhum, Air Terjun Moramo, Pantai Nambo, Taman Nasional Rawa Aopa
IV - 53
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No
Provinsi
Objek Wisata Unggulan Watumohai, Air Terjun Moramo, Danau Napabale, Pantai Mayaria, Pulau Bokori
Sumber: BPS masing-masing Provinsi, 2011
2. Potensi Hinterland Untuk lebih jelasnya potensi hinterland tiap provinsi di Pulau Sulawesi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Provinsi Sulawesi Selatan 1) Potensi Pertanian dan perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dikenal sebagai lumbung beras dan penghasil terbesar tanaman pangan di kawasan timur Indonesia, dan memposisikan Sulsel sebagai produsen pangan yang cukup potensial. Hasil pertanian daerah Sulawesi Selatan berupa tanaman pangan, sayur - sayuran dan buah - buahan, meliputi padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, kentang, kubis, tomat, bawang merah, daun bawang, sawi, terong, ketimun,wortel, kacang panjang, alpukat, jeruk, durian,markisa, jambu bol, pepaya, pisang, salak, mangga, nangka, dan sebagainya. Produksi padi Sulsel berdasarkan data BPS tahun 2009 adalah sebesar 3.365.509 ton tahun 2006, tahun 2007 sebanyak 3.589.740 ton dan tahun 2008 sebanyak 3.697.990 ton. Terlihat, bahwa produksi padi mengalami pertumbuhan rata-rata 4,84% per tahun. Produktifitas pertanian jenis tanaman padi di Provinsi Sulsel memperlihatkan bahwa kebutuhan beras dapat mencukupi kebutuhan penduduk Provinsi Sulsel dengan kebutuhan konsumsi sebasar 954.843,40 ton beras. Kondisi ini memperlihatkan bahwa wilayah Provinsi Sulsel mengalami surplus sebesar 2.743.146,60 ton beras. Surplus beras tersebut diperdagangkan antar wilayah Provinsi dalam pulau maupun antar Provinsi dan antar pulau di Indonesia, terutama tujuan perdagangan pada umumnya meliputi wilayah di KTI, termasuk Kalimantan Timur. Untuk produksi jagung Sulsel pada tahun 2009 sebesar 135.572 ton dengan tingkat konsumsi sebesar 70.440,5 ton, maka wilayah Provinsi Sulsel merupakan wilayah yang surplus jenis komoditi jagung sebesar 65.131,5 ton. Perdagangan komoditi jagung tersebut dilakukan ke Pulau Jawa dan Kalimantan untuk diolah sebagai bahan dasar pakan ternak. Jenis tanaman kacang kedelai diusahakan pada tahun 2008 dengan luas areal 14.955 Ha dan jumlah produksi sebesar 23.390 ton atau 1,56 ton/ha. Kebutuhan kacang kedelai di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan pada dasanya surflus sebesar 2.778,71 ton.
Final Report
IV - 54
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Kelebihan produksi tersebut umumnya diperdagangkan ke Pulau Jawa, disamping perdagangan antar Provinsi di Pulau Sulawesi. Sedangkan hasil produksi jenis komoditas buah - buahan dan jenis tanaman sayur-sayuran umumnya memenuhi kebutuhan wilayah Provinsi Sulsel. Sedangkan perdagangan antar pulau untuk jenis tanaman ini lebih banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perdagangan antar pulau, terutama ke wilayah Provinsi Kalimantan Timur. 2)
Final Report
Potensi Perikanan dan Peternakan Potensi perikanan di Sulsel sangat menjanjikan, apalagi digali dan dikembangkan secara lebih maju dan modern. Potensi sumber daya perikanan di daerah ini, baik perikanan laut maupun darat, memiliki prospek yang baik, khususnya untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun internasional. Komoditas andalan sektor ini adalah udang, ikan tuna, cakalang, dan bawal, serta beberapa jenis perikanan lainnya, baik berupa perikanan tangkap maupun budidaya. Wilayah-wilayah yang merupakan sentra produksi perikanan tangkap maupun budidaya di Provinsi Sulsel adalah Kota Makassar, Maros, Gowa, Takalar, Parepare, Barru, Pangkep, Palopo, dan Watampone. Hasil produksi perikanan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan di Provinsi Sulsel dan bahkan sebagian diperdagangankan, baik antar pulau untuk kebutuhan industri dan kegiatan ekspor. Perdagangan ikan segar antar pulau umumnya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jakarta dan adanya permintaan ikan bandeng yang cukup meningkat. Sedangkan untuk kegiatan peternakan di Sulsel termasuk provinsi surplus daging yang mencapai 7.969 ton (Balitbang Perhubungan 2010). Pusat produksi ternak di Sulsel meliputi Kabupaten Bone yang mencapai 15,21%, Kabupaten Bulukumba 9,65%, Kabupaten Gowa, Maros, Barru sebesar 38,49%. Ternak unggas seperti ayam, itik dan telur ayam, Provinsi Sulsel juga memperlihatkan sebagai wilayah yang surflus, khususnya daging ayam. Untuk produksi telur, Provinsi Sulawesi Selatan termasuk provinsi surplus telur dengan pusat produksi di Kabupaten Sidrap, Maros, Barru, Soppeng dan Pinrang. Telur dari daerah tersebut diangkut dengan truk yang rata-rata memuat 2.000 rak/trip atau setara dengan 60.000 butir atau 4.000 kg. Terdapat 20 s.d. 30 trip truk/hari mengangkut telur dari kabupaten tersebut ke Makassar dan Parepare, dan beberapa truk yang diantar pulaukan ke Provinsi Kalimantan Timur melalui Pelabuhan Parepare tujuan Balikpapan dan Nunukan atau Tarakan, atau melalui pelabuhan penyeberangan Mamuju-Balikpapan dan BajoE-Kolaka. Sedangkan yang diantar
IV - 55
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi pulaukan ke Provinsi Maluku dan Papua, dan Papua Barat dengan menggunakan kapal ekspres milik PT. Pelni. Salah satu prodok logistic yang terkait dengan kegiatan peternakan adalah susu. Pemeliharaan dan produksi susu di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dapat dikatakan beum dikembangkan, kecuali di beberapa wilayah yang telah memproduksi susu secara tradional untuk diolah sebagai bahan makanan melalui industry mikro, seperti yang terdapat di Kabupaten Enrekang dengan produk Dangke (keju). Ntuk memenuhi kebutuhan susu tersebut masih sangat mengandalkan bersumber dari Pulau Jawa yang berupa produk hasil olahan industry. 3)
Potensi Kehutanan Potensi kehutanan di daerah Sulsel terutama dimiliki oleh Kabupaten Luwu, Luwu Timur, luwu Utara, dan Palopo, dengan komoditas andalannya antara lain kayu hitam, rotan dan damar. Hutan di Sulawesi Selatan seluas 3.264.713 Ha yang antara lain terdiri dari 1.207.301,90 Ha hutan lindung, 488.551,00 Ha hutan produksi terbatas, dan 13.041,10 Ha hutan produksi biasa. Produksi hasil hutan di Provinsi Sulsel pada dasarnya hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya. Dalam rangka pemenuhan hasil-hasil hutan untuk kebutuhan industry manufaktur banyak didatangkan dari Pulau Kalimantan dan Papua yang diolah di kawasan industry Makassar dan di beberapa pusat pengolahan kayu lainnya. Hasil hutan yang menjadi barang logistic nasional adalah kertas yang bahan bakunya adalah kayu ataupun bamboo. Kebutuhan kertas pada wilayah Sulawesi Selatan masih sangat besar yang dalam skala regional tidak diproduksi, melainkan didatangkan dari Pulau Jawa dan umumnya melalui Pelabuhan Tanjung Perak Jakarta dan Tanjung Priok Surabaya.
4)
Perindustrian Sektor industri yakni industri besar, menengah / sedang, dan kecil/ rumah tangga : industri makanan, minuman, tembakau, industri kayu, pertanian dan perkebunan (agroindustri). Dalam pembahasan ini tidak diuraikan secara terperinci mengenai jumlah kegiatan industry menurut klasifikasinya maupun jumlah tenaga kerja yang bekerja pada setor perindustrian, melainan hanya menguraikan kegiatan industry yang dapat meningkatkan perdagangan antar pulau/Provinsi di KTI berdasarkan potensi dan kondisi di masing-masing wilayah Provinsi. Jenis kegiatan perindutrian yang terdapat di Provinsi Sulawesi Selatan, baik sebagai pemasok maupun sebagai sentra distrbusi ke
Final Report
IV - 56
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi beberapa wilayah di KTI adalah industry semen, gula pasir, tepun terigu, minyak goreng, garam beryodium, Pulp kertas, dan pupuk. a) Hasil produksi industry berupa semen yang berlokasi di kabupaten Pangkep (PT. Semen Tonasa) dan Maros (PT. Semen Bosowa) telah menjadikan Provinsi Sulawesi Selatan sebagai wilayah pemasok kebutuhan semen nasional, terutama pada wilayah KTI. Kebutuhan produksi semen di wilayah Sulsel sangat mencukupi sehingga sebagian besar produksi semen yang diproduksi oleh 2 industri semen tersebut diantar pulaukan. b) Jenis produksi gula pasir di Provinsi Sulsel diperoduksi di Kabupaten Takalar dan Bone (PTP. Nusantara XIV). Kapasitas produksi gula pasir pada kedua industri tersebut masih defisit sehingga impor gula pasir dan sebagian yang didatangkan dari Pulau Jawa merupakan cara untuk memenuhi kebutuhan dan kestabilan harga gula pasir secara nasional. Pusat pelabuhan pasokan gula pasir utama secara Nasional adalah Tg. Perak, Makassar, Telukbayur, dan Panjang. Pelabuhan Makassar mendistribusikan gula pasir sebanyak 6.115 ton tahun 2006 untuk KTI. c) Kegiatan industri penghasil produksi tepung terigu secara nasional, wilayah Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah yang memproduksi hasil industri tersebut. PT. Berdikari Sari Utama yang berlokasi di Kota Makassar dengan kapasitas 2.146 Mt/hari. Sedangkan kebutuhan konsumsi terigu untuk Kawasan Timur Indonesia mencapai 89.682 MT/tahun, sehingga terjadi defisit -693.318 MT/tahun, dan hal tersebut dibutuhkan supply dari pusat produksi yang berlokasi di Kawasan Barat Indonesia. Kedudukan wilayah Provinsi Sulsel di KTI merupakan sentra distribusi tepung terigu, baik yang dilakukan secara nasional maupun impor ke wilayah-wilayah yang ada di KTI. d) Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi garam untuk konsumsi rumah tangga di KTI terus mengusahakan pengembangan produksi. Usaha penggaraman di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulsel merupakan suatu potensi ekonomi yang sangat besar, karena didukung oleh iklim dan kondisi geografis serta areal penggaraman yang cukup luas, yaitu 567 hektar dengan tenaga kerja sebanyak 2.400 orang yang cukup terampil dalam proses produksi garam dan mampu menghasilkan produksi garam sebesar 26.910 ton/tahun (Disperindag Kab Jeneponto). Oleh karena dikembangkan program proses pengolahan dari garam rakyat menjadi garam beriodium yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan Program Gerbang Emas di Kecamatan Arungkeke dan Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Kondisi usaha tani garam rakyat dengan areal
Final Report
IV - 57
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi penggaraman seluruhnya di Kabupaten Jeneponto sebesar 567 ha dengan produksi 26.910 ton atau rata-rata 47 ton/ha/hari mempunyai daya saing produksi garam masih sangat rendah, sehingga masih kalah bersaing dengan garam dar Pulau Madura apalagi garam impor. Kualitas garam masih sangat rendah yaitu kadar air tinggi, kotoran banyak, Natrium Clorida (NaCl) rendah. Pangsa pasar garam dari Kabupaten Jeneponto, Takalar, Pangkep dan Maros masih sangat terbatas yaitu hanya dapat dipasarkan pada pasar-pasar tradisional di Provinsi Sulawesi Selatan. Meskiupun demikian, untuk memenuhi kebutuhan garam di wilayah Sulsel masih dipasok garam impor dengan pintu masuk melalui Pelabuhan Makassar yang kemudian terdistribusi ke wilayah-wilayah lainnya. e) Hasil Industri Pulp dan kertas di wilayah Provinsi Sulsel masih mengandalkan supply dari Kawasan Barat Indonesia karena wilayah Sulsel tidak memiliki industri Pulp dan kertas. f) Hasil pupuk untuk kebutuhan kegiatan pertanian di wilayah Provinsi Sulsel masih disuplai dari Kalimantan Timur dan Gresik (Jawa Timur). Produksi pupuk yang berkembang masih memiliki kapasitas produksi terbatas dan belum mampu memenuhi kebutuhan pupuk untuk satu wilayah kabupaten. 5)
Final Report
Potensi Pertambangan Dibidang pertambangan, Provinsi Sulsel memiliki berbagai potensi mineral dan bahan galian lainnya, seperti emas di Luwu, Mamuju, dan Tana Toraja; bijih besi di aliran Sungai Walanae dan Luwu; timah hitam dan seng di Mamuju, Tana Toraja dan Gowa; gips di Luwu; batuan tras di Pangkajene Kepulauan; dan pasir besi di Takalar. Di Kabupaten Wajo terdapat deposit gas alam yang cukup besar dan potensial untuk dikembangkan lebih lanjut. Selain itu, Provinsi ini memiliki bahan galian golongan C yang cukup besar dan tersebar di seluruh daerah Sulsel. Bahan galian yang berupa pasir, batu, kapur, batu kali, tanah liat, dan dolomit sangat bermanfaat bagi industri bahan bangunan. Hasil bahan galian utama di Sulsel antara lain adalah batu gamping sebesar 4.072.066 ton dan nikel pasir 32.012.192 ton. Untuk jenis tambang minyak dan gas bumi, wilayah Sulsel hanya disuplai dari beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan pusat-pusat suplai kilang minyak yang ada di KTI, hanya terdapat di Kalimantan Timur dan Papua. Adapun potensi gas bumi yang berada di beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti di Kabupaten Wajo lebih diprioritaskan sebagai energy pembangkit listrik yang saat ini sudah mulai dikembangkan.
IV - 58
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi b. Provinsi Sulawesi Tenggara 1) Potensi Pertanian dan perkebunan Hasil pertanian berupa tanaman pangan, buah - buahan, dan sayur - sayuran antara lain adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kubis, petai, kacang panjang, cabe, terung, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, tomat, mangga, jeruk, duku, jambu biji, pepaya, jambu air, pisang, nenas, nangka, kedondong, durian, dan salak. Produksi padi yang sudah diolah menjadi beras pada tahun 2006 mencapai 349.429 ton, tahun 2007 sebanyak 423.316 ton dan tahun 2008 sebanyak 420.411 ton atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 10,23% per tahun. Jika dilihat kebutuhan konsumsi pada tahun 2008 yang mencapai 229.756,39 ton, maka produksi beras di wilayah ini adalah surflus sebanyak 190.654,61 ton. Luas areal lahan pertanian dan jumlah produksi komoditas utama : padi sawah dan tegalan 87.682 Ha, hasil produksinya 276.913 ton; jagung 44.594 Ha, hasil produksinya 97.308 ton; ubi kayu 13.859 Ha, hasil produksinya 169.272 ton; ubi jalar 1.939 Ha, hasil produksinya 13.794 ton; kacang tanah 8.647 Ha, hasil produksinya 6.605 ton; dan kedelai 5.782 Ha, hasil produksinya 5.711 ton. Hasil buah - buahan dan sayur - sayuran yaitu : mangga 12.332 kuintal, langsat 280.945 kuintal, jeruk 213.279 kuintal, pisang 284.100 kuintal, nangka 70.994 kuintal, kacang panjang 33.190 kuintal, cabe 12.020 kuintal, tomat 16.680 kuintal, terung 21.081 kuintal, dan ketimun 11.247 kuintal. Jenis komoditi ini masih dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan wilayah dan hanya sebagian diperdagangkan antar pulau melalui kapal-kapal barang dengan orientasi pergerakan ke Pulau Papua, Maluku dan selebihnya dikembangkan sebagai bahan baku industry mikro. Adapun jenis tanaman jagung di wilayah Provinsi ini pada dasarnya mengalami surplus, hal ini dapat dilihat adanya perdagangan komoditi jagung ke Surabaya, Makassar dan Kalimantan untuk memenuhi kebutuhan industry. Sementara kacang kedelai yang memiliki tingkat pengusahaan yang relative kecil, sehingga kebutuhan kacang kedelai masih didatangkan dari wilayah-wilayah pulau lainnya untuk pembuatan tempe dan tahu skala local. Hasil perkebunan rakyat terdiri dari kelapa dalam, kopi, kapuk, lada, pala, cengkeh, jambu mete, kemiri, coklat, enau, vanili, pinang, asam jawa, tembakau, kelapa hibrida, kapas rakyat, tebu, jahe dan sagu. Yang sangat dikembangkan karena sangat potensial untuk ekspor baru yaitu kelapa, kopi, lada, cengkeh, jambu mete, coklat, dan sagu. Produksi tanaman perkebunan tahun 2005 yang tertinggi adalah tanaman coklat 126.812 ton yang tersebar di seluruh wilayah
Final Report
IV - 59
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi kabupaten dan kota. Kemudian diikuti tanaman jambu mete dengan produksi 35.367 ton yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan kota.
2) Potensi Perikanan dan Peternakan
Komoditas andalan : ikan cakalang, ikan tuna, ikan teri, ikan layang, dan ikan kerapu yang banyak terdapat di Londano, Bungkinalo, Lakare, Runa, dan Lasolo. Daerah penghasil ikan terbesar adalah Kabupaten Kolaka dan Kendari. Perdagangan hasil perikanan pada wilayah ini dilakukan dalam wilayah Provinsi dan produksi perikanan yang diusahakan mngalami surplus sehingga dikembangkan perdagangan perdagangan antar pulau ataupun ekspor. Populasi ternak utama di Sultra : sapi 292.846 ekor, kerbau 11.488 ekor, kambing 46.825 ekor, ayam kampung 1.447.427 ekor, dan itik 82.933 ekor. Ketersediaan hewan ternak sapi pada wilayah ini belum dapat memenuhi tingkat konsumsi atau dengan kata lain mengalami defisit. Sedangan daging ayam berdasarkan ketersediaan daging ayam terhadap kebutuhan mengalami surflus sebanyak 2.782,03 ton. Salah satu prodok logistik nasional yang terkait dengan kegiatan peternakan adalah susu. Pemeliharaan dan produksi susu di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara belum dikembangkan sehingga kebutuhan produk susu masih mengandalkan dari Puau Jawa yang umumnya berupa hasil produk olahan.
3) Potensi Kehutanan
Potensi kehutanan di Sultra terutama banyak terdapat di Kabupaten Kolaka, Kendari, dan Muna, dengan komoditas utamanya antara lain kayu cendana, kayu hitam, kayu rimba, bakau, rotan, dan damar. Luas areal hutan di Sulawesi Tenggara adalah sekitar 2.600.137 hektar, terdiri dari hutan produksi biasa 633.431 hektar; hutan produksi terbatas 419.244 hektar; hutan lindung 1.061.279 hektar; hutan wisata (PPA) 274.069 hektar, dan hutan konversi 212.123 hektar. Produksi kayu (hutan) di Sultra berturut - turut sebagai berikut : kayu jati logs (bulat) 5.707,07 m3 dan 3.074,99 m3 (menurun); kayu jati gergajian 4.816,78 m3 dan 1.908,15 m3 (menurun); kayu rimba bulat 142.237 m3 dan 81.313,24 m3 (menurun), kayu rimba gergajian 5.502,12 m3 dan 15.115,31 m3, serta hasil rotan 9.724,82 ton dan 10.189,19 ton. Selain hasil rotan (non kayu), sebagian besar produksi hutan di Sultra menurun. Hanya rotan yang merupakan hasil hutan non kayu yang mengalami peningkatan.
Final Report
IV - 60
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
4) Potensi Industri
Industri baik yang berbasis sumber daya alam, khususnya industri pengolahan hasil hutan dan hasil kelautan (industri maritim dan kelautan serta bioteknologi), mempunyai potensi yang masih dapat dikembangkan secara lebih optimal, jenis industri, jumlah tenaga kerja, investasi dan nilai produksinya secara total adalah sebagai berikut : ada 9.332 perusahaan; terdiri dari industri kimia, industri logam dan mesin, industri hasil pertanian dan kehutanan, dan aneka industri. Banyaknya industri besar/sedang adalah 9.312 unit perusahaan. Industri kimia berjumlah 1.386 unit, industri logam dan mesin 1.565 unit, industri aneka 1.384 unit, serta industri hasil pertanian dan kehutanan 4.797 unit. Banyaknya industri kecil (industri hasil pertanian dan kehutanan serta industri logam dan mesin) mencapai 9.224 unit. Lokasi industri kebanyakan ada di Kota Kendari, Kabupaten Kendari dan Buton. Adapun jenis kegiatan industri untuk kebutuhan logistik adalah : Kebutuhan produksi industry berupa semen di wilayah ini umumnya disuplai dari Provinsi Sulawesi Selatan, selebihnya berasal dari wilayah KBI, yaitu melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Jenis produksi gula pasir di Provinsi Sultra masih disuplai dari KBI dan ekspor melalui pelabuhan Tg. Perak, Makassar, Telukbayur, dan Panjang Kebutuhan hasil industri berupa tepung terigu masih disuplai dari Pelabuhan Makassar dan KBI melalui pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Produksi garam di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya masih disuplai dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi garam untuk konsumsi rumah tangga di KTI. Selain itu, suplai juga dilakukan dari Pulau Jawa melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kebutuhan hasil Industri Pulp dan kertas di wilayah Provinsi Sultra masih mengandalkan supply dari Kawasan Barat Indonesia. Kebutuhan hasil pupuk untuk kebutuhan kegiatan pertanian di wilayah Provinsi Sultra masih disuplai dari Kalimantan Timur dan Gresik (Jawa Timur). 5) Potensi Pertambangan Di sektor pertambangan dan galian, Sultra memiliki potensi yang cukup besar, khususnya nikel di daerah Pomala dan Kolaka, aspal di Buton, serta bahan lainnya, seperti chromit, pasir, batu koral, marmer, batu gamping, yang tersebar dalam jumlah yang cukup besar. Potensi ini dapat dikembangkan secara lebih optimal lagi.
Final Report
IV - 61
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Di daerah Provinsi Sultra terdapat 3 perusahaan pertambangan besar yaitu PT. Antam Tambang (Pertambangan Nikel) terletak di Pomala Kabupaten Kolaka, PT. Sarana Karya (Pertambangan Aspal) terletak di Banabungi Kabupaten Buton dan PT. Bakrie Prima yang mengelola Pertambangan Marmer di Kecamatan Moramo Kabupaten Kendari. Sedangkan hasil tambang berupa minyak dan gas bumi disuplai dari Kalimantan Timur, Papua dan wilayah KBI. c. Provinsi Sulawesi Barat 1) Potensi Pertanian dan perkebunan Komoditas unggulan : padi, jagung, kedelai, ubi kayu, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar, durian, manggis, mangga, langsat, dan rambutan. Produksi padi pada tahun 2006 sebanyak 301.616 ton, tahun 2007 sebanyak 312.676 ton, dan tahun 2008 sebanyak 321.002 ton atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,16% per tahun. Kebutuhan produksi beras pada wilayah ini masih mencukupi jika dibandingkan dengan kebutuhan beras tahun 2008 sebanyak 125.870,86 ton atau mengalami surflus sebesar 195.131,14 ton. Adapun wilayah sentra produksi beras terbanyak pada wilayah Provinsi Sulbar adalah Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan Mamasa. Adapun kegiatan perdagangan beras yang banyak dilakukan melalui pelabuhan Majene, Polman dan Mamuju ke beberapa wilayah di Kalimantan Timiur. Jenis produk jagung yang banyak diusahakan oleh masyarakat di wilayah Provinsi Sulawesi Barat telah meningkatkan pola perdagangan antar wilayah karena jenis komoditi jagung di wilayah ini relative surflus. Sedangkan kacang kedelai yang memiliki pengusahaan yang masih rendah dan jika divandingkan dengan tingkat kebutuhan kacang kedelai yang relative tinggi, wilayah Sulbar merupakan wilayah deficit kacang kedelai. Kebutuhan kacang kedelai di wilayah ini adalah sebagai bahan dasar pembuatan bahan makanan seperti tempe dan tahu. Komoditas perkebunan yang banyak dihasilkan adalah kakao, kopi, kelapa, cengkeh, kemiri, dan jambu mete. Luas areal tanaman perkebunan rakyat secara keseluruhan sebesar 81.276,12 Ha. Sebesar 65.444,03 Ha merupakan luas tanaman perkebunan rakyat yang paling menghasilkan.
2) Potensi Perikanan dan Peternakan
Garis pantai sepanjang kurang lebih 89,07 kilometer dan dengan luas perairan 86.921 km2. Selain hasil tangkapan nelayan (ikan tuna, cakalang, tongkol), ikan juga dibudidayakan dengan sistem pertambakan (bandeng dan udang). Dengan demikian, potensi perikanan Kabupaten Polewali Mandar (laut maupun tambak) sangat besar.
Final Report
IV - 62
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Selain kegiatan perikanan tangkap yang diusahakan pada wilayah ini, juga dikembangkan perikanan budidaya yang produksinya diperdagangkan antar wilayah. Produksi perikanan juga tersuplai ke beberapa wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan, seperti ke Tana Toraja, Enrekang, dan Sidrap. Disamping perdagangan tersebut, kegatan ekspor hasil perikanan juga dilakukan melalui wilayah Provinsi Sulsel karena produk perikanan wilayah Sulbar surplus sehingga dapat mengembangkan perdagangan antar daerah dalam wilayah Pulau Sulawesi mauoun antar pulau, baik untuk kebutuhan bahan makan maupun untuk kebutuhan industri pengolahan. Untuk produk susu melalui pengembangan ternak sapi perah pada wilayah ini belum dikembangkan sehingga kebutuhan susu masih disuplai dari Pulau Jawa melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok Jakarta. Sementara kegiatan pengussahaan perahan susu sapi atau kerbau secara tradisional juga belum dikembangkan.
3) Potensi Kehutanan
Komoditas andalan seperti rotan, pinus, damar, dan kayu. Luas kawasan hutan di daerah ini seluas 72.814 Ha yang terdiri dari 55. 375 Ha hutan lindung, 16.539 Ha hutan produksi, dan 900 Ha merupakan cagar alam. Adapun wilayah penghasil hasil-hasil hutan ada wilayah ini adalah Mamasa, Mamuju dan Polman.
4) Industri Potensi industri berbasiskan pada industri kecil yang menyebar di seluruh kabupaten seperti industri gerabah, meubel rotan, kerajinan kayu, meubel kayu, kapal rakyat, batu bara, ikan kering, minyak kelapa, tahu / tempe. Untuk hasil industri skala besar yang berupa kebutuhan logistik dalam memenuhi kebutuhan seluruh wilayah di Provinsi Sulawesi Barat masih disuplai dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan, seperti semen, gula pasir, tepung terigu, garam, kertas, dan pupuk. Pengangkutan dilakukan lebih dominan melalui jalur jalan darat yang berlangsung setiap hari. Sedangkan minyak goreng pada wilayah ini merupakan wilayah yang surplus seiring dengan pemngembangan perkebunan kelapa sawit maupun kelapa dalam yang banyak dikembangkan oleh masyarakat. Meskipun demikian, pola aliran barang untuk jenis minyak goreng dalam kemasan masih disuplai dari Pulau Jawa melalui Pelabuhan Makassar.
Final Report
IV - 63
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d. Provinsi Sulawesi Tengah 1) Potensi Pertanian dan perkebunan Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah merupakan sentra produksi beras. Jumlah produksi pada tahun 2006 sebanyak 739.777 ton, tahun 2007 sebanyak 839.944 ton dan tahun 2008 sebanyak 849.907 ton atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 7,36% per tahun. Jika dilihat kebutuhan konsumsi beras tahun 2008 yang dapat mencapai sebesar 283.774,70 ton, maka wilayah ini mengalami surflus sebesar 566.132,30 ton. Adapun wilayah sentra produksi beras pada wilayah ini adalah Kabupaten Morowali, dan Parigi Moutong. Perdagangan beras dari wilayah ini umumnya mengarah ke Kalimantan dan beberapa wilayah lainnya di KTI. Tanaman palawija terdiri atas tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar,kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Untuk tanaman sayur - sayuran meliputi tujuh belas jenis tanaman sayur - sayuran mulai dari bawang daun, kentang, kubis, sampai dengan kangkung. Jenis tanaman buah-buahan mencakup 21 jenis tanaman buah buahan diantaranya jeruk, pisang, nenas, durian dan lain sebagainya. Produksi tanaman bawang pada wilayah ini dapat mensuplai ke wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan untuk jenis tanaman lainnya masih merupakan jenis produk untuk kebutuhan konsumsi pada wilayah tersebut. Untuk jenis komoditi jagung yang banyak dikembangkan oleh masyarakat, terutama pada wilayah Kabupaten Morowali, Parimo, Buol dan beberapa wilayah lainnya, sehingga produk tanaman jagung mengalami surplus. Kegiatan perdagangan komoditi jagung ini dilakukan antar pulau dan sebagian memenuhi permintaan di Provinsi Gorontalo sebagai sentra produsi jagung. Sedangkan jenis produk tanaman kacang kedelai masih deficit karena tingkat pengusahaan oleh masyarakat masih rendah. Untuk memenuhi kebutuhan kacang kedelai di wilayah ini lebih banyak di suplai dari Pulau Jawa maupun impor. 2) Potensi Perikanan dan Peternakan Produksi perikanan pada wilayah Provinsi Sulawesi Tengah dapat dikembangkan disemua wilayah kabupaten karena berada pada wilayah pesisir, baik yang menghadap ke Selat Makassar maupun Teluk Tomini. Selain perikanan tangkap, juga dkembangkan perikanan darat termasuk hasil budidaya tambak, kolam, keramba, dan sebagainya. Hasil produksi perikanan pada wilayah ini memperlihatkan adanya perdagangan ke wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara melalui transportasi laut. Selain itu, kegiatan ekspor ke beberapa negara. Hal ini mengindikasikan bahwa wilayah Sulteng merupakan wilayah yang surplus jenis produk perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Final Report
IV - 64
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Sedangkan sub sektor peternakan yang diusahakan pada wilayah ini yang meliputi ternak sapi, kerbau, kambing, kuda, babi, domba, ayam ras, ayam kampung dan itik. Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah defisit 970 ton/th, yang mana populasi ternak terbesar untuk sapi di Kabupaten Banggai yang mencapai 39.205 ekor atau 20,90%, menyusul Kabupaten Donggala, Parigi Moutong, dan Morowali, sedangkan untuk ternak kerbau dijumpai terbanyak di Kabupaten Poso yang mencapai 2.931 ekor atau 65,70%. Kekurangan daging Provinsi Sulawesi Tengah didapatkan dari Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Luwu Timur dan Luwu Utara. Sedangkan pengembangan sapi perah untuk memenuhi produk susu segar di wilayah ini belum dikembangkan. Untuk memenuhi kebutuhan susu di wilayah ini masih disuplai dari wilayah KBI. 3) Potensi Kehutanan Daerah Sulteng memiliki potensi hasil hutan yang cukup besar, terutama kayu bakau, kayu hitam, kayu meranti, kayu kuning, serta hasil hutan lainnya, seperti rotan dan damar. Luas hutan di Sulteng adalah sebagai berikut : hutan lindung 1.489.923 hektar; hutan produksi biasa 483.034 hektar; hutan produksi terbatas 1.476.316 hektar; hutan konversi 269.411 hektar; hutan suaka alam dan hutan wisata 676.246 hektar. Hasil produksi hutan di Sulteng meliputi kayu rimba, kayu hitam, dan kayu bakau. Sementara itu, produksi hasil hutan di Sulteng menurut jenisnya adalah kayu bulat 250.443 m3; kayu gergajian 34.306 m3; kayu hitam gergajian 109 m3; rotan 20.959 ton; dan damar 582 ton. 4) Industri Sektor industri andalan Provinsi Sulawesi Tengah seperti industri makanan, minuman, tembakau, industri kayu dan barang dari kayu, industri kertas dan barang dari kertas, industri kimia dan barang dari kimia. Hasil industri tersebut umumnya masih berskala regional dalam rangka pemenuhan kebutuhan wilayah Provinsi Sulteng. Untuk hasil industri jenis barang-barajg logistik di wilayah ini adalah : Hasil industri berupa semen di wilayah ini umumnya disuplai dari Provinsi Sulawesi Selatan, selebihnya berasal dari wilayah KBI. Jenis produksi gula pasir di Provinsi Sulteng masih disuplai dari KBI dan ekspor melalui pelabuhan Tg. Perak dan Makassar Kebutuhan hasil industri berupa tepung terigu masih disuplai dari Pelabuhan Makassar dan KBI melalui pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Produksi garam di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara
Final Report
IV - 65
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi umumnya masih disuplai dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi garam untuk konsumsi rumah tangga di KTI. Selain itu, suplai juga dilakukan dari wilayah KBI melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kebutuhan hasil Industri Pulp dan kertas di wilayah Provinsi Sulteng masih mengandalkan supply dari Kawasan Barat Indonesia. Kebutuhan hasil pupuk untuk kebutuhan kegiatan pertanian di wilayah Provinsi Sultra masih disuplai dari Kalimantan Timur dan Gresik (Jawa Timur). 5) Potensi Pertambangan Sektor pertambangan, daerah Sulawesi Tengah memiliki berbagai bahan mineral seperti emas, nikel, bijih besi, mangan, mika skis, limestone, granit, marmer, kaolin, gypsum, dan batubara. Seluruh potensi tambang mineral tersebut tersebar di berbagai wilayah kabupaten. Sementara itu, cadangan (deposit) minyak bumi dan gas terdapat di Kabupaten Donggala dan Poso. Dengan melihat potensi pertambangan di wilayah ini, untuk jenis minyak dan gas bumi masih disuplai dari wilayah-wilayah yang memiliki kilang minyak di Indonesia, seperti Kaltim, Papua dan beberapa wilayah di KBI. Kegiatan pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi dilakukan secara nasional. e. Provinsi Gorontalo 1) Potensi Pertanian dan perkebunan Dari seluruh luas lahan di Provinsi Gorontalo 1,02 juta Ha atau 83,74 % merupakan lahan pertanian, sementara potensi areal perkebunan 180.019,81 Ha, yang tersebar di Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango sebesar 115.061,51 Ha serta Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato sebesar 64.958,30 Ha. Komoditas pertanian yang digalakkan di daerah Gorontalo adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Hasil produksi beras pada tahun 2006 mencapai 192.583 ton, tahun 2007 mencapai 195.901 ton, dan tahun 2008 mencapai 201.443 ton atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 2,28% per tahun. Wilayah ini termasuk wilayah yang surflus produksi beras yang mencapai 88.206,50 ton pada tahun 2008. Kegiatan perdagangan beras antar pulau yang banyak disuplai adalah ke wilayah Maluku dan Papua. Untuk jenis tanaman jagung di wilayah Gorontalo merupakan salah satu jenis komoditi unggulan, sehingga pengembangan lahanlahan pertanian tanaman jagung digalakkan. Wilayah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah Provinsi di KTI menjadi sentra komoditi jagung dengan skala perdagangan ekspor.
Final Report
IV - 66
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Sedangkan kegiatan perkebunan yang dikembangkan di Provinsi Gorontalo yaitu : kelapa, kakao, jambu mete, kopi, cassiavera, pala, vanili, aren, cengkeh, lada, tebu, dan kemiri. Luas areal perkebunan 83.277,25 Ha untuk pengembangan 12 komoditi perkebunan. Dari luasan pengembangan komoditi perkebunan tersebut 58.906,37 Ha atau 70,74 % dilakukan oleh perkebunan rakyat. 2) Potensi Perikanan dan Peternakan Provinsi Gorontalo memiliki perkiraan garis pantai sepanjang 590 km dan jumlah luas wilayah perairan laut sebesar 50.500 km2, dengan 2 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yaitu WPP Teluk Tomini sampai dengan Laut Seram dan WPP Laut Sulawesi sampai dengan Samudera Pasifik memiliki potensi perikanan yang cukup besar yaitu perkiraan jumlah ikan laut (pelagis dan demersal) sebesar 1.226.090 ton / thn (19,5 % dari potensi perikanan laut seluruh Indonesia) dengan tingkat pemanfaatan baru sebesar 434.760 ton (28,22 %). Teluk Tomini mempunyai potensi besar sebagai perairan yang mempunyai kekayaan hayati yang disinyalir terlengkap di dunia. Sumber Daya Perikanan adalah : Budidaya Laut (Rumput Laut, Ikan dan Mutiara) 275.280 ton / tahun dengan tingkat pemanfaatan baru sebesar 2,09 %, Budidaya Air Payau (Udang Windu, Bandeng, Kepiting) 59.770 ton / tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 95,87 %, Budidaya Air Tawar 4.218 ton / tahun dengan tingkat pemanfaatan sebesar 59,59 %. Melihat tingkat pengembangan pada sub sector perikanan pada wilayah Gorontalo tersebut menempatkan wilayah tersebut sebagai wiayah surplus komoditi perikanan. Kegiatan perdagangan hasil komoditi perikanan dilakukan melalui perdagangan antar pulau dan ekspor. Sedangkan kegiatan peternakan yang meliputi ternak besar, ternak kecil dan unggas, masih dikembangkan secara tradisional dan hanya dapat memenuhi kebutuhan secara local. Kebutuhan daging sapi di wilayah ini masih mengalami deficit dan daging ayam termasuk telur ayam mengalami surplus. Dalam pemenuhan daging ayam maupun telur ayam telah dikembangkan pembudidayaan, sehingga sebagian produk daging ayam dan telur ayam diperdagangkan antar pulau yang berorientasi pada wilayah Pulau Maluku dan Papua. Sedangkan kebutuhan susu di wiayah ini masih disuplai dari Pulau Jawa. Jenis produk susu yang diusahakan dalam bentuk susu hasil olahan industry.
Final Report
IV - 67
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 3) Potensi Kehutanan Provinsi Gorontalo mempunyai luas kawasan hutan sebesar 826.378,12 Ha yang tersebar di kabupaten dengan luas masing masing sebagai berikut : Luas Kawasan Hutan Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Pohuwato : 490.991,90 Ha. Luas Kawasan Hutan Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bolango : 335.436,22 Ha. Luas lahan kritis di Provinsi Gorontalo adalah 151.628 Ha yang meliputi tingkat kekritisan I - II, sedangkan potensi kayu yang ada di Provinsi Gorontalo adalah 77,19 m3 / Ha dan potensi rotan adalah 0,92 ton / Ha. Luasan hutan provinsi Gorontalo berdasarkan fungsi : Hutan Lindung (HL) : 165.448,67 (20,03 %). Hutan Suaka Alam (HSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) : 197.586,85 (23,91 %). Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 342.449,55 (41,44 %). Hutan Produksi Tetap (HP) : 100.684,45 (12,18 %). Hutan Produksi Konversi (HPK) : 20.168,60 (2,44 %). 4) Industri Kegiatan industrialisasi pada wilayah Provinsi Gorontalo dalam kaitannya dengan hasil produk logistik dapat adalah sebagai berikut : Hasil industri berupa semen di wilayah ini umumnya disuplai dari Provinsi Sulawesi Selatan, selebihnya berasal dari wilayah KBI. Pola perdagangan semen dari wilayah Provinsi Sulsel ke wilayah ini dilakukan melalui jalur transportasi laut dan jalan darat. Jenis produksi gula pasir, Provinsi Gorontalo merupakan salah satu wilayah produsen daqn berdasarkan hasil produksi dan kebutuhan pada tahun 2008, wilayah ini adalah surflus gula pasir. Sehingga wilayah iji menjadi pemasok gula pasir bagi wilayah di KTI, terutama ke Sulawesi Utara, Maluku dan Papua, termasuk ke Sulawesi tengah sebagai wilayah yang berbatasan langsung. Kebutuhan hasil industri tepung terigu masih disuplai dari Pelabuhan Makassar dan KBI melalui pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Produksi garam di wilayah Provinsi Gorontalo umumnya masih disuplai dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi garam untuk konsumsi rumah tangga di KTI. Selain itu, suplai juga dilakukan dari wilayah KBI melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kebutuhan hasil Industri Pulp dan kertas di wilayah Provinsi Gorontalo masih mengandalkan supply dari Kawasan Barat
Final Report
IV - 68
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Indonesia. Kebutuhan hasil pupuk untuk kebutuhan kegiatan pertanian di wilayah Provinsi Gorontalo masih disuplai dari Kalimantan Timur dan Gresik (Jawa Timur). 5) Potensi Pertambangan Potensi pertambangan di Provinsi Gorontalo cukup beragam dan tersebar di beberapa wilayah. Salah satu bahan tambang yang menonjol adalah emas, disamping terdapat pula beberapa bahan galian yang juga bernilai diantaranya granit, batu gamping, dan lain lain. Potensi Non Logam, Logam Emas dan Tembaga adalah : ANDESIT, lokasi : Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bongalo, sumber daya : 2.506.000.000 ton. GRANIT, lokasi : Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, sumber daya : 5.065.278.340 ton. BATU GAMPING, lokasi : Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Bone Bongalo, sumber daya : 35.099.583.500 ton. SIRTU, lokasi : Kota Gorontalo, Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango, sumber daya : 473.915.000 ton. LEMPUNG, lokasi : Kabupaten Gorontalo, sumber daya : 750.000.000 ton. TOSEKI, lokasi : Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Pohuwato, sumber daya : 31.900.000 ton. DASIT, lokasi : Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango, sumber daya : 2.026.125.000 ton. FELSPAR, lokasi : Kabupaten Gorontalo, sumber daya : 2.500.000 ton. BASAL, lokasi : Kabupaten Bone Bolango, sumber daya : 2.375.000.000 ton. EMAS, lokasi : Motomboto / Tombulilato, Tapadaa, G. Pani / Marisa, sumber daya : 500.000 kg. TEMBAGA, lokasi : Motomboto / Tombulilato, Tapadaa, sumber daya : 3.300.000 kg. Potensi Panas Bumi dan Energi Air : terdapat tiga lokasi yaitu Lombongo di Suwawa dengan total cadangan 9 MW, Pentadio di Telaga Biru 7,5 MW, dan Mootilango di Limboto 10 MW. Dan Potensi Energi Air berasal dari Sungai Bone 1 di Suwawa sebesar 10,5 MW, Bone 2 di Suwawa 5,5 MW dan Bone 3 juga berada di Suwawa 6,4 MW.
Final Report
IV - 69
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Untuk pemenuhan kebutuhan minyak dan gas bumi, wilayah ini tidak memiliki ekspolitasi, sehingga disuplai dari Kalimantan, Papua dan beberapa wilayah di KBI. Mekanisme kegiatan suplai minyak dan gas bumi tersebut dilakukan pemasaran secara nasional. f.
Provinsi Sulawesi Utara 1) Potensi Pertanian dan perkebunan Hasil produksi pertanian pangan, yakni padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau, kacang tanah, sayur - sayuran dan buah - buahan. Produksi padi yang telah dikonversi menjadi beras pada tahun 2006 mencapai 454.902 ton, tahun 2007 mencapai 494.95 ton, dan tahun 2008 mencapai 506.107 ton atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 5,53% per tahun. Jika didasarkan pada produksi dan konsumsi pada tahun 2008, maka wilayah Provinsi Sulawesi Utara sebagai wilayah yang surflus beras mencapai 247.536,59 ton. Pada kondisi ini, produksi beras diperdagankan antar pulau untuk memasok kebutuhan ke wilayah Maluku dan Papua. Sedangkan jenis tanaman palawija yang merupakan jenis komoditi logistic nasional seperti jagung dan kacamg kedelai, wilayah Provinsi Sulawesi Utara merupakan wilayah surplus untuk komoditi jagung. Sedangkan jenis komoditi kacang kedelai masih mengalami deficit karena tingkat produksi kacang kedelai lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan rata-rata penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan kacang kedelai tersebut, masih disuplai dari wiolayah KBI maupun dari ekspor. Adapun orientasi pemanfaatan kacang kedelai di wilayah ini adalah untuk pemenuhan kebutuhan industry mikro pembuatan bahan makanan berupa tahu dan tempe. Komoditi perkebunan yang dihasilkan berupa kelapa, kopi, cengkeh, pala. Produksi Hasil perkebunan tersebut diperdagangkan ke wilayah Pulau Jawa. 2) Potensi Perikanan dan Peternakan Potensi sumber daya perikanan di Sulawesi Utara sangat potensial. Tetapi, hingga sekarang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah perairan laut utara Sulut, perairan Teluk Tomini, serta perairan darat di Bolaang Mongondow dan Minahasa. Hasil perikanan laut : mencapai 181.376,7 ton, terdiri dari ikan laut 175.018 ton, binatang berkulit keras 220 ton, binatang berkulit lunak 731,2 ton, rumput laut 5.367,1 ton, dan binatang laut lain 39,7 ton. Hasil total produksi laut mencapai Rp 944.961.376.000,00. Sumbangan terbesar berasal dari penangkapan ikan laut, yakni Rp 938.519.533.000,00 dan dari rumput laut Rp 1.116.892.000,00.
Final Report
IV - 70
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Produksi perikanan darat : ikan dari perairan umum menghasilkan 175.018 ton, ikan tambak 220,7 ton, ikan kolam 731,2 ton, ikan sawah 5.367,1 ton dan ikan dari keramba 39,7 ton. Nilai produksinya dari perairan umum mencapai Rp 935.519.533.000,00; hasil tambak Rp 2.850.975.000,00; hasil kolam Rp 2.735.588.000,00; hasil ikan sawah Rp 1.116.892.000,00; dan hasil dari ikan keramba Rp 856.280.000,00. Produk perikanan di wilayah ini dengan memperhatikan jumlah produksi dan kebutuhan akan ikan, mka wilayah Sulawesi Utara merupakan wilayah surplus. Kegiatan perdagangan produksi perikanan dilakukan dengan perdagangan antar pulau mauun untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Sedangkan populasi ternak antara lain sebagai berikut : sapi 294.666 ekor, kambing 104.604 ekor, babi 505.051 ekor, kuda 4.657 ekor, jenis unggas seperti itik 359.972 ekor, ayam ras 3.142.131 ekor, dan ayam kampung 2.254.930 ekor. Dari kegiatan peternakan tersebut, jenis ternak sapi yang jika ditimasikan dengan daging sapi terhadap kebutuhan wiayah, maka mengalami defisit. Kondisi ini juga terjadi pada kebutuhan telur, ddimana produk telur ayam belum dapat memenuhi kebutuhan wilayahnya. Sedangkan daging ayam mengalami surplus karena adanya sentra-sentra peternakan ayam di beberapa bagian wilayahnya. Sedangkan produksi susu sapi pada wilayah ini belum dikembangkan sehingga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat masih disuplai dari Pulau Jawa. Adapun jenis susu yang tersuplai tersebut dalam bentuk susu hasil pengolahan industri. 3) Potensi Kehutanan Provinsi Sulut memiliki kawasan hutan yang potensial. Pemanfaatan hasil hutan di Sulawesi Utara sampai sekarang baru mencapai sekitar 47,5 % dari seluruh areal hutan produksi yang ada. Jenis hutan yang ada di Sulut adalah hutan lindung, hutan PPA, hutan bakau, dan hutan produksi yang terdiri dari hutan produksi tetap, terbatas, dan konversi. Luas hutan di daerah Sulut adalah seperti berikut ini : hutan lindung 331.254,90 Ha, hutan PPA 396.565 Ha, hutan bakau 23.776 Ha, hutan produksi tetap 568.380 Ha, hutan produksi terbatas 169.966 Ha, dan hutan konversi 35.487 Ha. Produksi kayu pertukangan di Sulut adalah kayu bulat sebanyak 250.443 m3 dan kayu gergajian 5.103.123 m3. Produksi hasil hutan ikutan tahun meliputi rotan 29.959 ton, kayu kemedang 34.778 ton, kayu gaharu 9.125 ton.
Final Report
IV - 71
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 4) Industri Di sektor industri, khususnya agroindustri : industri pengolah hasil pertanian, perikanan dan sumber alam lainnya. Banyaknya perusahaan (menurut jenis industri) di Sulut adalah sebagai berikut : industri makanan, minuman, dan tembakau berjumlah 85 unit, industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit berjumlah 35 unit, industri kayu, barang - barang dari kayu termasuk alat - alat rumah tangga berjumlah 32 unit, industri kertas dan barang - barang dari kertas 6 unit, industri kimia dan barang - barang dari kimia, minyak bumi dan plastik berjumlah 5 unit, industri barang - barang galian bukan logam 2 unit, industri logam 2 unit, dan industri barang - barang dari logam berjumlah 10 unit. Terkait dengan hasil industri untuk jenis barang logistik pada wilayah ini adalah : Kebutuhan produksi industry berupa semen di wilayah ini umumnya disuplai dari Provinsi Sulawesi Selatan, selebihnya berasal dari wilayah KBI. Jenis produksi gula pasir di Provinsi Sultra masih disuplai dari KBI dan Gorontalo serta ekspor melalui pelabuhan Tg. Perak, Makassar, Telukbayur, dan Panjang Kebutuhan hasil industri berupa tepung terigu masih disuplai dari Pelabuhan Makassar dan KBI melalui pelabuhan Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Produksi garam di wilayah Provinsi Sulawesi Utara umumnya masih disuplai dari wilayah Provinsi Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi garam untuk konsumsi rumah tangga di KTI. Selain itu, suplai juga dilakukan dari Pulau Jawa melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kebutuhan hasil Industri Pulp dan kertas di wilayah Provinsi Sulawesi Utara masih mengandalkan supply dari Kawasan Barat Indonesia. Kebutuhan hasil pupuk untuk kebutuhan kegiatan pertanian di wilayah Provinsi Sulawesi Utara masih disuplai dari Kalimantan Timur dan Gresik (Jawa Timur). 5) Potensi Pertambangan Di bidang pertambangan, sumber daya mineral, seperti tembaga, bijih besi, nikel, emas, serta bahan galian batu kapur, kaolin, sangat potensial untuk dikembangkan secara optimal. Selain itu, di daerah Lahendong telah ditemukan panas bumi yang potensial untuk dikembangkan menjadi tenaga listrik dengan kekuatan ribuan megawatt. Untuk terpenuhinya kebutuhan sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi di wilayah ini masih disuplai dari wiayah KBI,
Final Report
IV - 72
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Kaltim dan Papua. Mekanisme penyaluran jenis produk logistic nasional tersebut melalui pola perdagangan secara nasional. Jika melihat peta surplus defisit barang logistik per provinsi di Pulau Sulawesi terlihat bahwa Provinsi Sulawesi Selatan memiliki surplus terbesar barang yaitu 8 jenis (50%), Provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Sulawesi Tenggara terdapat 5 jenis barang (31,25%), dan provinsi lainnya terdapat empat, tiga, dua dan satu jenis barang yang mampu surplus. Kondisi ini mencerminkan bahwa pemerintah daerah perlu menyusun strategis agar wilayahnya kedepan secara bertahap dapat memenuhi kebutuhan logistik, khususnya komoditi pertanian dan peternakan mengingat setiap provinsi masih memiliki lahan yang potensial untuk dikembangkan dalam sub sektor tersebut. Selain itu, bagi provinsi yang memiliki bahan baku untuk kebutuhan industri tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan industri seperti gula pasir, minyak goreng, garam, tepung terigu, kertas, semen, pupuk dan minyak tanah dan gas. Beberapa wilayah provinsi yang memiliki potensi untuk dikembangkan pembangunan industri adalah Industri gula pasir; Sulawesi Utara dan Gorontalo Industri minyak goreng; Mamuju (Sulbar), Luwu Utara (Sulsel), Industri garam; Jeneponto dan Takalar (Sulsel), Toli-Toli dan Donggala (Sulteng) Industri semen; Maros, Pangkep (Sulsel) Industri pupuk; Mamuju (Sulbar), Kolonodale (Sulteng) Industri minyak dan gas; Kolonodale (Sulteng), Sengkang (Sulsel)
Final Report
IV - 73
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi E.
Kondisi Jaringan Prasarana dan Pelayanan Transportasi 1. Transportasi Jalan Secara umum pelabuhan yang tergolong sebagai pelabuhan utama atau pelabuhan pengumpul dapat diakses dengan jalan negara. Pelabuhan pengumpul dan pelabuhan pengumpan dapat diakses dengan jalan provinsi atau jalan kabupaten. Panjang masing-masing kelas jalan pada tiap provinsi dapat dilihat pada Tabel 4.22 Tabel 4.22 Panjang Jalan (km) Menurut Kewenangan di Sulawesi
No. 1 2 3 4 5 6
Provinsi
Jalan Negara
Jalan Provinsi
Sulawesi Utara 1.319 941 Gorontalo 607 408 Sulawesi Tengah 2.182 1.649 Sulawesi Barat 572 441 Sulawesi Selatan 1.723 1.260 Sulawesi Tenggara 1.397 1.187 7.800 5.886 Jumlah (Km) Sumber: Statistik Transportasi Indonesia,2010
Jalan Kabupaten
Total
4.935 3.449 14.110 6.410 29.698 8.247 66.849
7.195 4.464 17.941 7.423 32.681 10.831 80.535
Komposisi masing-masing kelas jalan secara persentase terlihat pada Gambar 4.34 Diagram Persentase Jenis Jalan di Pulau Sulawesi 10%
7% Jalan Negara
83%
Jalan Provinsi Jala Kabupaten
Gambar 4.34 Persentase masing-masing Jenis Jalan Dari segi kondisi jalan negara, secara umum panjang jalan dan masingmasing kondisinya ditampilkan pada gambar 4.35, 4.36dan 4.37.
Final Report
IV - 74
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Diagram Persentase Jalan Negara Menurut Kondisi 10%
7%
Baik
49%
Sedang
34%
Rusak
Sangat Rusak
Gambar 4.35 Persentase Kondisi Jalan Negara di Sulawesi
Diagram Persentase Jalan Provinsi Menurut Kondisi 10%
Baik
14% 51% 25%
Sedang Rusak Sangat Rusak
Gambar 4.36 Persentase Kondisi Jalan Provinsi di Sulawesi Diagram Persentase Jalan Kabupaten/Kota Menurut Kondisi
22%
41%
Baik Sedang
21% 16%
Rusak Sangat Rusak
Gambar 4.37 Persentase Kondisi Jalan Kabupaten di Sulawesi
Final Report
IV - 75
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2. Transportasi Penyeberangan Transportasi penyeberangn sangat berperan di kawasan kepulauan di Sulawesi Utara (Kab Sangihe dan Kab Talaud), di Sulawesi Tengah (kab Banggai kepulauan) dan di Sulawesi Tenggara (Kab Muna, Buton, dan Kota baubau). Dari sembilan pelabuhan yang dikaji dalam penelitisn ini, Pelabuhan Bitung, Tahuna (Sulut) dan Pelabuhan Raha dan Baubau (Sultra) merupakan pelabuhan yang melayanai lintasan penyeberangan. Untuk pelabuhan tersebut, perlan lintasan pennyeberangan sangat penting. Pelayanan transportasi penyeberangan Pulau Sulawesi sebagaimana dilihat pada Tabel 4.23. Tabel 4.23. Lokasi Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Sulawesi
5 6 7 8 9
Lintas Penyeberangan Bajoe-Kolaka Siwa-Lasusua Bira-Tondasi PattumbukangLabuan Bajo/Reo Mamuju-Balikpapan Taipa-Balikpapan Pagimana-Gorontalo Bitung-Ternate Bira-Pamatata
10 11
Kendari-Langara Torobulu-Tampo
Kendari (Sultra) Kendari-Muna (Sultra)
12
Baubau-Waara
Buton-Muna (Sultra)
13
Muna (Sultra)
14
WawasangkaDongkala Luwuk-Salakan
15 16
Salakan-Banggai Bitung-Pananaru
Banggai (Sulteng) Bitung-Sangile (Sulut)
17
Bitung-Melonguane
Bitung-Talaud (Sulut)
18
Bitung-Siau
Bitung-Sangile (Sulut)
19
Bitung-P.Lembeh Bitung (Sulut) Sumber : Statistik Perhubungan setiap Provinsi (2010)
No 1 2 3 4
Provinsi/Kab/Kota
Fungsi
Sulsel-Sultra Sulsel-Sultra Sulsel-Sultra Sulsel-NTT
Lintas Provinsi Lintas Provinsi Lintas Provinsi Lintas Provinsi
Sulbar-Kaltim Sulteng-Kaltim Sulteng-Gorontalo Sulut-Maluku Utara Bulukumba-Selayar (Sulsel)
Lintas Provinsi Lintas Provinsi Lintas Provinsi Lintas Provinsi Lintas Kabupaten Dalam Kab. Lintas Kabupaten Lintas Kabupaten Dalam Kab.
Luwuk-Banggai (Sulteng)
Lintas Kabupaten Dalam Kab. Lintas Kabupaten Lintas Kabupaten Lintas Kabupaten Dalam Kab.
Produksi lintas penyeberangan antar provinsi baik dalam wilayah maupun luar Pulau Sulawesi belum menunjukkan hasil menggembirakan,
Final Report
IV - 76
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi meskipun produksinya tetap ada. Salah satu faktor berpengaruh adalah adanya beberapa alternatif untuk memilih moda transportasi antar pulau dengan pelayanan yang sama, baik melalui pelabuhan penyeberangan atau menggunakan kapal Ro-Ro melalui pelabuhan laut. 3. Transportasi Laut Prasarana dan sarana transportasi laut di Pulau Sulawesi masih memadai dan dilayani berbagai jenis pelayaran di antaranya pelayaran nusantara, perintis dan pelayaran rakyat yang mengangkut barang dan manusia. Transportasi laut dibutuhkan dalam pergerakan barang dan manusia dari dan ke pulau Sulawesi. Hal ini ditunjang dengan ketersediaan jaringan prasarana transportasi laut berupa pelabuhan. Jumlah pelabuhan yang dapat disinggahi oleh kapal di Pulau Sulawesi sebanyak 220 yang terdiri atas 146 pelabuhan umum dan 74 pelabuhan khusus seperti pada Tabel 4.15. Hal ini menunjukkan bahwa pulau Sulawesi sangat terbuka dan dapat diakses pada beberapa titik. Tabel 4.24. Jumlah Pelabuhan di Pulau Sulawesi Provinsi Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Total
Pelabuhan Umum Khusus 29 23 13 5 27 35 11 3 32 3 34 5 146 74
Total 52 18 62 14 35 39 220
Sumber : Statistik Perhubungan setiap Provinsi (2010) Dari jumlah pelabuhan umum tersebut dikelompokkan dalam beberapa pelabuhan berdasarkan fungsinya seperti yang terlihat pada Tabel 4.16. Sebagian besar pelabuhan umum di Pulau Sulawesi adalah pelabuhan lokal yang hanya melayani kapal-kapal kayu. Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa di Pulau Sulawesi terdapat dua pelabuhan Internasional yaitu pelabuhan Makassar di Provinsi Sulawesi Selatan dan pelabuhan Bitung di Provinsi Sulawesi Utara. Sementara pelabuhan Internasional hub belum terdapat di Pulau Sulawesi.
Final Report
IV - 77
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.25.
Jumlah Pelabuhan Umum di Pulau Sulawesi Berdasarkan Fungsi
Provinsi Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Total
Fungsi Pelabuhan PL PR PN PU 18 1 9 1 9 1 3 0 9 6 12 0 13 5 13 1 8 1 2 0 25 3 6 0 82 17 45 2
Total 29 13 27 32 11 34 146
PL : Pengumpan Lokal PR : Pengumpan Regional PN: Pengumpul Nasional PU : Pelabuhan Utama Penyelenggaran pelabuhan umum dapat dibedakan atas pelabuhan umum yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat/daerah yang selanjutnya disebut sebagai pelabuhan tidak diusahakan dan pelabuhan yang penyelenggaraan oleh BUMN disebut pelabuhan yang diusahakan. Sementara kunjungan kapal pada pelabuhan yang tidak diusahakan terjadi pada provinsi Sulawesi Selatan/Barat namun dari GT kapal yang berkunjung yang terbesar adalah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini menunjukan kapal-kapal yang berkunjung di pelabuhan yang tidak diusahakan pada provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai ukuran (GT) yang lebih besar dari pelabuhan lainnya di Pulau Sulawesi. Volume bongkar muat barang yang terbesar baik melalui pelabuhan yang diusahakan maupun yang tidak diusahakan terjadi pada provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini mengindikasikan bahwa hingga saat ini provinsi Sulawesi Selatan menjadi outlet utama dalam pergerakan barang di pulau Sulawesi. Hingga tahun 2010 trayek PT. PELNI melayani trayek pulau-pulau yang ada di Sulawesi sebagaimana pada Tabel 4.27. Trayek tersebut menghubungkan beberapa kota di Indonesia dengan kota di pulau Sulawesi dengan frekuensi 2 kali sebulan setiap trayek. Berdasarkan hal tersebut, setiap minggu beberapa kota di Pulau Sulawesi dikunjungi kapal PT. PELNI. Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi yang ditunjukkan dengan mobilitas penduduk dan/atau barang dari dan ke Pulau Sulawesi ke beberapa kota di Indonesia cukup signifikan. Selain itu kondisi tersebut menunjukkan bahwa transportasi laut mempunyai peran cukup signifikan dalam pergerakan barang dan/atau manusia dari dan ke pulau Sulawesi.
Final Report
IV - 78
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.26. Angkutan PT. PELNI yang Melayani Pulau Sulawesi
Nama Kapal
GT
KM. Umsini KM. Tidar KM. Dobonsolo KM. Sinabung KM. Nggapulu KM. Tilong Kabila Sumber : PT. Pelni (2010)
13.900 13.900 13.900 13.900 13.900 5.700
Kap. Penumpang (org) 1.729 1.974 1.974 1.906 2.206 969
Jaringan trayek perintis yang berhome base dan melintasi kota-kota di Pulau Sulawesi terlihat trayek perintis melintasi kota-kota di pulau Sulawesi sebanyak 8 trayek dengan ukuran kapal 500 s.d. 750 DWT. Frekuensi pelayaran berkisar 1 s.d. 2 kali perbulan. Pelayaran ini pada umum membawa barang seperti kebutuhan pokok (sembako) dan beberapa barang industri seperti semen. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar kota yang sudah berkembang dengan beberapa kota masih tertinggal (terisolir) dengan sarana kapal perintis sudah terjadi, namun belum intensif. Hal ini dikarena hanya terjadi sekali atau dua kali dalam sebulan. Guna mengantisipasi kebutuhan interaksi penduduk di Pulau Sulawesi maka dibeberapa kota melakukan pelayaran rakyat dengan menggunakan kapal-kapal yang cukup modern (fiber) atau kapal-kapal tradisonil (kapal kayu). Adapun trayek pelayaran rakyat di operasikan di pulau Sulawesi disajikan pada Tabel 4.28. terlihat bahwa beberapa kota telah melakukan interaksi yang cukup signifikan namun beberapa lainnya masih belum signifikan. Signifikan atau tidak suatu interaksi sangat ditentukan oleh potensi yang akan berinteraksi. Tabel 4.27. Trayek Angkutan Pelayaran Rakyat di Pulau Sulawesi TRAYEK -
Final Report
Kolaka – Siwa Lasusua Siwa Kendari – Raha Kendari – Baubau Buapinang – Bajoe Sikeli – Kasihpute Kendari – Bungku Kendari – P.Wohoni Kendari – Ereke Ereke – Wanci –
ARMADA/KAPASITA S (ORG) Kapal fiber kap. 100 Kapal fiber kap. 100 Kapal fiber kap. 100 Kapal fiber kap. 100 Kapal fiber kap. 100 Kapal fiber kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100
FREKUENSI 1 x seminggu Setiap hari Setiap hari Setiap hari Setiap hari 2 x seminggu Setiap hari 1 x seminggu Setiap hari 1 x seminggu
IV - 79
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi TRAYEK -
Kaledupa Lasalimu – Wanci Baubau – Wakatobi Baubau – Sakeli Baubau – Kasihpute Baubau - Buapinang Banggai - Luwuk
- Luwuk - Balonan - Luwuk - Salakan - Wani – Tolitoli – Leok – Lokodidi – Kwandang - Bitung - Wani – Tolitoli - Ampana - Wakai - Bulukumba - Benteng
ARMADA/KAPASITA S (ORG)
FREKUENSI
Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Kayu kap. 100 Kapal Fiber kap. 200 350 Fiber kap. 50 - 150 Fiber kap. 50 - 100 Kapal Kayu Kap 100 450
1 x seminggu 1 x seminggu 1 x seminggu 1 x seminggu 1 x seminggu Setiap hari
Kapal Kayu kap. 450 Kapal Kayu kap. 350 Kapal Kayu/fiber kap. 100 Kapal kayu kap. 50 100 Kapal Kayu kap. 50 100 Kapal Kayu kap. < 50
1 x seminggu 1 x seminggu setiap hari
Setiap Hari Setiap Hari 1 x seminggu
- Bulukumba - Benteng 1 x seminggu - Jampea - Makassar – Kep. Setiap hari Spermonde - Pangkep – Kep. Setiap Hari Spermonde Sumber : Statistik Perhubunagn setiap Provinsi (2010) Tabel 4.28 Kunjungan Kapal Pelayaran Dalam Negeri menurut Provinsi di Pelabuhan yang Diusahakan
Provinsi / Pelabuhan Sulawesi Utara Bitung Manado Gorontalo Gorontalo Sulawesi Tengah Toli-Toli Pantoloan Donggala Sulawesi Selatan Makassar Final Report
Kunjungan Kapal Unit Jumlah / Total GT 4 322 1 359
13.337.158 534.720
343
847.436
270 1 677 85
878.393 3.857.709 28.688
3 631
18.594.042 IV - 80
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Pare-Pare 1 005 Sulawesi Tenggara Kendari 4 781 Sumber: Statistik Transportasi, 2010
4.521.156 8.282.138
Tabel 4.29 Kunjungan Kapal Pelayaran Luar Negeri menurut Provinsi di Pelabuhan yang Diusahakan
Provinsi / Pelabuhan
Kunjungan Kapal Unit Jumlah / Total GT
Sulawesi Utara Bitung Gorontalo Gorontalo Sulawesi Tengah Toli-Toli Pantoloan Sulawesi Selatan Makassar Pare-Pare Sulawesi Tenggara Kendari Sumber: Statistik Transportasi, 2010
294
5.490.284
10
6.644
2 71
7.217 224.304
259 22
2.544.358 126.866
147
4.302.521
Tabel 4.30 Kunjungan Kapal Pelayaran Dalam Negeri menurut Provinsi di Pelabuhan yang Tidak Diusahakan Provinsi / Pelabuhan Sulawesi Utara Lirung Belang Kotabunan Labuhan Uki Likupang Tagulandang Ulu Siau Tahuna Gorontalo Kwandang Tilamuta
Final Report
Kunjungan Kapal / Ship Call Unit / Units Jumlah / Total GT 544 727 111 1 578 493 703 738 1 077
234 453 22 454 155 055 119 466 50 142 182 631 287 633 565 875
706 221
23 277 59 939
IV - 81
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Provinsi / Pelabuhan Anggrek Sulawesi Tengah Leok Ogoamas Poso Parigi Moutong Ampana Banggai Kolonodale Luwuk Wani Salakan Sulawesi Selatan Malili Awerange Jeneponto Bajoe Pattirobajo Palopo Galesong Kading Bantaeng Sulawesi Barat Mamuju Majene Polewali Mandar Mamuju Utara Belang Belang Bambaloka Ujung Lero Tinambung Sendana Sampaga Malunda Marabombang Budong Budong Labuang Langnga Palipi Pamboang
Final Report
Kunjungan Kapal / Ship Call Unit / Units Jumlah / Total GT 108 144 890 129 15 28 62 125 200 1 298 748 1 532 860 811
67 187 4 118 36 267 41 130 123 121 71 118 967 912 395 368 871 242 513 727 180 591
208 374 677 54 141 408 64 105 127
233 028 78 643 16 498 1 975 5 505 411 876 3 002 4 913 981
473 449 65 227 151 98 38 39 42 62 2 202 122 83 5 111 199
409 332 3 039 4 547 217 751 50 268 88 382 157 140 120 669 12 3 243 2 422 1 422 25 17 789 1 823
IV - 82
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Provinsi / Pelabuhan Pasang Kayu Sulawesi Tenggara Pomalaa Raha Wanci Sikeli Boe Pinang Dawi dawi Dongkala/Talaga Kaledupa Kasipute Lasalimu Lasusua-Tobaku Banabungi/Pasar Wajo Tampo Tanggetada Maligano Tondasi Tomia Sumber: Statistik Transportasi, 2010
Kunjungan Kapal / Ship Call Unit / Units Jumlah / Total GT 166 153 516 243 2 766 1 283 698 418 233 216 231 962 236 915 37 362 37 51 50 418
420 603 546 642 256 677 147 049 31 274 10 673 16 545 17 860 44 062 8 929 330 892 5 632 500 981 1 092 11 432 45 127 33 274
Tabel 4.31 Kunjungan Kapal Pelayaran Luar Negeri menurut Provinsi di Pelabuhan yang tidak Diusahakan Provinsi / Pelabuhan Sulawesi Utara Tahuna Gorontalo Tilamuta Anggrek Sulawesi Tengah Leok Poso Banggai Kolonedale Sulawesi Selatan Malili Sulawesi Barat Mamuju Utara Bambaloka
Final Report
Kunjungan Kapal / Ship Call Unit / Units Jumlah / Total GT 3
1 496
3 22
15 252 42 243
10 1 24 50
5 859 93 18 157 1 340 055
54
581 004
19 6
42 637 18 244
IV - 83
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Pasang Kayu 4 Sulawesi Tenggara Pomalaa 85 Banabungi/Pasar Wajo 16 Sumber: Statistik Transportasi, 2010
11 110 2 300 690 3 936
Tabel 4.32 Penumpang Kapal Pelayaran Dalam Negeri menurut Provinsi di Pelabuhan yang Diusahakan Provinsi / Pelabuhan
Penumpang Datang Berangkat
Sulawesi Utara Bitung Manado Gorontalo Gorontalo Sulawesi Tengah Toli-Toli Pantoloan Sulawesi Selatan Makassar Pare-Pare Sulawesi Tenggara Kendari Sumber: Statistik Transportasi, 2010
70 513 221 102
64 430 268 510
6 225
10 494
11 183 41 235
10 794 41 147
309 705 247 852
387 623 318 974
221 193
243 308
Tabel 4.33 Penumpang Kapal Pelayaran Luar Negeri menurut Provinsi di Pelabuhan yang Diusahakan
Provinsi / Pelabuhan
Penumpang Datang Berangkat
Sulawesi Selatan Makassar
2 984
2 984
Sumber: Statistik Transportasi, 2010
4. Transportasi Udara Pulau Sulawesi memiliki 22 Bandar Udara, baik yang dikelola oleh PT. Persero Angkasa Pura I, Pemerintah Pusat maupun Perusahaan Swasta yang bergerak dalam industri pertambangan ( KM 68 Tahun 2002) Dari 22 bandar udara 2 di antaranya dikelola oleh PT Angkasa Pura I yaitu bandar udara Hasanuddin Makassar dan bandar udara Sam Ratulangi
Final Report
IV - 84
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Manado, 17 Bandar udara di kelola oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, sedangkan 3 lainnya dikelola bandar udara khusus masing-masing PT. Aneka Tambang Pomala dan PT. Inco Soroako dan PT. Wakatobi Resort. Dari segi fungsi, bandar udara Sam Ratulangi Manado dan Hasanuddin Makassar termasuk Bandar udara Pusat penyebaran, sedangkan Bandar udara Jalaluddin – Gorontalo, Mutiara – Palu, Wolter Monginsidi – Kendari, Bubung – Luwuk termasuk Bandar udara bukan pusat penyebaran. Bandar udara yang termasuk kelas IV, V, dan satuan kerja pada umumnya melayani angkutan udara perintis, sehingga fungsinya masih dikategorikan bandar udara perintis. Pelayanan jasa transportasi udara didasarkan atas jumlah rute dari dan ke Bandar udara tersebut, mengingat rute penerbangan dikategorikan atas rute utama, pelayanan dan perintis. Tidak samua bandar udara tersebut di atas dioperasikan karena pertimbangan, sulit mendapatkan Traffic perusahaan penerbangan mengingat lancarnya moda transportasi jalan. Bandara Hasanuddin-Makassar memiliki 18 rute penerbangan langsung domestik, menyusul Bandara Sam Ratulangi Manado 9 rute, Bandara Mutiara-Palu 5 rute dan rute internasional terbanyak adalah Bandara Sam Ratulangi Manado yaitu 2 rute. Pelayanan angkutan perintis terbanyak adalah Bandara Hasanuddin Makassar sebanyak 6 rute yaitu melayani tujuan Bandara Tampa Padang-Mamuju, Pongtiku-Tana Toraja, Andi JemmaMasamba, H.Aroepala-Selayar, Soroako dan Pomalaa. Bandara Hasanuddin Makassar menunjukkan bahwa termasuk bandar udara tersibuk di KTI dengan jumlah pergerakan pesawat rata-rata per hari adalah 124 kali, bahkan pada hari selasa mencapai 134 kali pergerakan. Hal ini disebabkan, pada hari selasa beberapa perusahaan penerbangan melayani angkutan udara perintis. Bandar udara Hasanuddin selain sebagai bandar udara tujuan, juga sebagai bandar udara transit terutama untuk refueling bahan bakar pesawat dan penggantian pesawat bagi penumpang, dengan demikian terbukti bahwa Bandara Hasanuddin-Makassar berfungsi sebagai bandar udara pusat penyebaran. Jaringan prasarana bandar udara di Pulau Sulawesi terdiri atas bandar udara yang berfungsi sebagai simpul dan ruang udara berfungsi sebagai ruang lalu lintas udara. Jaringan prasarana antar bandar udara didasarkan atas jaringan rute penerbangan antar bandar udara dengan type pesawat yang dilayaninya. Pengoperasian pesawat pada setiap bandar udara didasarkan atas kapasitas landasan pacu yang tersedia baik dari segi dimensi, jenis konstruksi serta kawasan keselamatan operasional penerbangan. Untuk mengetahui dimensi landasan pacu, konstruksi dan kapasitas bandar udara di Pulau Sulawesi dipelihatkan pada Tabel 4.34.
Final Report
IV - 85
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.34.
Dimensi Landasan Pacu, Jenis Konstruksi dan Kapasitas Bandar Udara di Pulau Sulawesi
No
Bandar Udara
1
Sam RatulangiManado Naha-Tahuna Melanggoane-Sangir Jalaluddin-Gorontalo Mutiara-Palu Bubung-Luwuk Lalos-Tolitoli Pogogul-Buol Kasiguncu-Poso W. MongisidiKendari Beto Ambari-Buton Sugi Manuru-Muna Pomalaa Tampa PadangMamuju HasanuddinMakassar Pongtiku-Tator Andi JemmaMasamba H. Aroepala-Selayar Seko Rampi Soroako Maranggo-Tania
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Dimensi Landasan Pacu (m) 2650 x 45
Konstruksi
Kapasitas
Aspal Beton
1100 x 30 850 x 23 2250 x 30 2067 x 30 1850 x 30 900 x 23 750 x 23 1117 x 23 2100 x 30
Aspal Penetrasi Aspal Kolakan Aspal Beton Aspal Beton Aspal Kolakan Aspal Kolakan Aspal Penetrasi Aspal Kolakan Aspal Beton
MD-11/DC10 C-212 C-212 B-737 B-737 F-28 C-212 C-212 C-212 B-737
821 x 23 750 x 23 1050 x 30 1200 x 23
Aspal Penetrasi Aspal Penetrasi Aspal Penetrasi Aspal Penetrasi
C-212 C-212 C-212 C-212
2500 x 45
Aspal Beton
1240 x 23 900 x 23
Aspal Kolakan Aspal Kolakan
MD-11/DC10 C-212 C-212
900 x 23 1020 x 18 700 x 18 1050 x 23 1500 x 30
Aspal Kolakan Aspal Penetrasi Aspal Penetrasi Aspal Kolakan Aspal Penetrasi
C-212 C-212 C-212 C-212 DASH-7
Sumber : Bandar Udara, Pulau Sulawesi
Final Report
IV - 86
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi F.
Kondisi Pelayanan dan Fasilitas Pelabuhan Studi a. Pelabuhan Makassar Pelabuhan Makassar merupakan prasarana transportasi wilayah sebagai pintu masuk dan keluarnya barang dan penumpang, khususnya pada wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Pelabuhan Makassar mencakup tiga pelabuhan yang dijadikan sebagai prasarana bongkar muat barang, yakni peabuhan Soekarno-Hatta, UPTM dan Pelabuhan Paotere. Masing-masing pelabuhan tersebut memiliki peranan dan jangkauan pelayanan bongkar muat barang yang diantar pulaukan. Untuk Pelabuhan Paotere merupakan pelabuhan rakyat yang memiliki jangkauan pelayanan untuk pergerakan antar pulau, dengan kapasitas yang sangat terbatas karena jenis dan volume Traffic kapal yang digunakan adalaah kapalkapal kayu. Untuk Pelabuhan Soekarno Hatta merupakan pelabuhan barang dan penumpang, dimana jenis barang yang di bongkar muat pada pelabuhan ini berupa barang dengan kemasan berupa barang general cargo, bag cargo, petikemas, barang curah dan jenis barang lainnya. Sedangkan pelabuhan UPTM merupakan pelabuhan khusus yang menangani barang petikemas dengan jangkauan pelayanan untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri. Untuk mengetahui jenis pelayanan dan prasarana pada ketiga pelabuhan tersebut akan dibahas selanjutnya. 1) Pelayanan Pelabuhan a) Kondisi Oceanografi Panjang Alur Pelayaran : 2,5 mil Lebar Alur Pelayaran : 150 meter Kedalaman Minimum (alur) : 10 meter Luas Kolam Pelabuhan : 315,20 Ha Kedalaman kolam minimum (kolam) : 9,7 meter Kedalaman kolam dermaga : 12 meter Kecepatan Angin : 11 knot b) Kondisi Traffic Penumpang dan Barang Kondisi kedatangan dan keberangkatan penumpang di Pelabuhan Makassar dari tahun 2006 sampai 2011cenderung menurun. Untuk tahun 2006 kedatangan dan keberangkatan dalam dan luar negeri mencapai 1.042.956 orang, namun pada tahun 2011 menurun mendekati angka 838.785 orang. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Final Report
IV - 87
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.35 Jumlah Kedatangan dan Keberangkanan Penumpang di Pelabuhan Makassar TAHUN
URAIAN
2006
2007
2008
2009
2010
2011
LUAR NEGERI Debarkasi
269
1.676
0
4.424
3.741
1.326
Embarkasi
269
1.676
0
4.424
3.741
1.326
538
3.352
0
8.848
7.482
2.652
Debarkasi
456.406
338.307
384.438
370.580
294.289
366.443
Embarkasi
586.550
454.300
552.041
525.396
386.379
469.690
1.042.956
792.607
936.479
895.976
680.668
836.133
JUMLAH 1 + 2 1.043.494 Sumber: Pelondo IV, 2012
795.959
936.479
904.824
688.150
838.785
JUMLAH 1 DALAM NEGERI
Jumlah 2
Arus traffic jenis petikemas yang melewati pelabuhan Makassar selama 13 tahun terakhir (1999-2010) dibagi dua, yaitu Pelabuhan Makassar belum mengoperasikan Terminal petikemas Makassar (TPM) tahun 1998-2006 dan masa TPM telah beroperasi tahun 2007-2010. Sebelum TPM dioperasikan arus petikemas mengalami tingkat pertumbuhan sebesar 10,50 % yaitu 102.418 Teus tahun 1998 menjadi 256.071 Teus pada tahun 2006. Setelah TPM dioperasikan jumlah petikemas berkurang jumlahnya yaitu 982 Teus pada tahun 2007 menjadi 4.824 tahun 2010, dengan pertumbuhan rata-rata 53 %. Sebelum TPM dioperasikan arus bongkar terdiri atas perdagangan luar negeri dan perdagangan dalam negeri dengan pertumbuhan rata-rata – 19,91 % untuk luar negeri dan 10,57 % untuk dalam negeri. Arus muat luar negeri dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 4,19 % dan dalam negeri sebesar 11,14 %. Setelah TPM dioperasikan arus bongkar dan muat petikemas luar negeri tidak ada, sedang arus muat petikemas dalam negeri tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 28 %, dan arus bongkar petikemas dalam negeri rata-rata 62 %. Tabel 4.36 Arus Kapal dan Traffic Petikemas Pelabuhan Makassar 1998-2011 Arus Kapal Tahun 1998 1999 2000 2001 2002
(Call) 4.689 4.463 5.138 5.333 5.770
(GT) 12.907.026 13.486.403 15.784.071 18.842.851 18.654.377
Final Report
Perd. LD Impor 824 177 41 1.035 2.318
ekspor 7.989 8.738 10.682 10.167 7.671
Perd. DN Bongkar 50.398 64.487 83.176 87.861 101.865
Muat 43.207 55.612 70.785 78.353 95.631
Total Bongkar (Ton) 51.222 64.664 83.217 88.896 104.183
Total Muat (Ton) 51.196 64.350 81.467 88.520 103.302
Total B/M (Ton)
IV - 88
102.418 129.014 164.684 177.416 207.485
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Arus Kapal Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
(Call)
(GT)
5.389 4.991 4.839 4.985 5.396 5.216 5.320 5.553 5.504
18.917.871 17.615.889 17.988.255 18.440.551 19.187.416 18.362.425 20.024.059 20.723.078 22.727.693
Perd. LD Impor 1.536 1.957 1.425 1.262 906
Perd. DN
ekspor 8.604 9.783 10.618 12.283 8.626
Bongkar 114.796 123.325 121.173 127.266 82.594 507 1.647 3.616 3.721
Muat 107.218 114.779 110.983 115.260 72.714 475 1.303 1.208 1.676
Total Bongkar (Ton) 116.332 125.282 122.598 128.528 83.500 507 1.647 3.616 3.721
Total Muat (Ton) 115.822 124.562 121.601 127.543 81.340 475 1.303 1.208 1.676
Total B/M (Ton) 232.154 249.844 244.199 256.071 164.840 982 2.950 4.824 5.397
Sumber: Pelindo IV, 2012
Tabel 4.37 Arus Barang Berdasarkan Arus Perdagangan di Pelabuhan Makassar No 1
2
Uraian
Sat uan
TAHUN 2007
2008
2009
2010
2011
806.723 0
848.289 0
800.580 0
873.957 0
1.112.110 0
1.305.807 0
T/M3 T/M3
1.110.486 0
967.868 0
434.289 0
319.991 0
347.019 0
356.743 0
Jumlah : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum JUMLAH 1
T/M3 T/M3 T/M3
1.917.209 0 1.917.209
1.816.157 0 1.816.157
1.234.869 0 1.234.869
1.193.948 0 1.193.948
1.459.129 0 1.459.129
1.662.550 0 1.662.550
PERD. DALAM NEGERI a. Bongkar : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum
T/M3 T/M3
3.299.270 1.349.278
3.540.642 1.087.237
1.743.911 1.267.867
1.752.853 1.578.172
2.028.004 2.046.086
2.217.848 1.096.275
b. Muat : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum
T/M3 T/M3
2.754.699 416.615
2.980.326 440.155
1.269.862 531.202
1.052.638 790.933
1.179.141 762.276
1.622.263 441.663
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
6.053.969 1.765.893 7.819.862 7.971.178
6.520.968 1.527.392 8.048.360 8.337.125
3.013.773 1.799.069 4.812.842 4.248.642
2.805.491 2.369.105 5.174.596 3.999.439
3.207.145 2.808.362 6.015.507 4.666.274
3.840.111 1.537.938 5.378.049 5.502.661
T/M3 T/M3
1.765.893 9.737.071
1.527.392 9.864.517
1.799.069 6.047.711
2.369.105 6.368.544
2.808.362 7.474.636
1.537.938 7.040.599
PERD. LUAR NEGERI a. Impor : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum
T/M3 T/M3
b. Ekspor : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum
Jumlah : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum JUMLAH 2 JML. DERUM (LN+DN) JML. NON DERUM (LN+DN) JUMLAH 1 + 2
2006
Sumber: Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 89
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.38 Arus Barang Berdasarkan Jenis Distribusi di Pelabuhan Makassar Sat uan
Uraian DERMAGA UMUM a. Langsung b. Gudang c. Lapangan
2006
TAHUN 2008 2009
2007
2010
2011
T/M3 T/M3 T/M3
2.970.679 305.220 4.695.279
2.673.836 222.072 5.441.217
2.507.580 153.654 1.587.408
2.372.043 173.966 1.453.430
2.908.922 110.220 1.647.132
3.543.773 113.812 1.845.076
Jumlah 1 DERMAGA NON UMUM a. Rede Transport b. Dermaga Khusus : 1. Milik Sendiri 2. Milik Pihak Ketiga c. Pelabuhan Khusus d. Loading Point
T/M3
7.971.178
8.337.125
4.248.642
3.999.439
4.666.274
5.502.661
T/M3
0
0
0
0
0
0
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
1.765.893 0 0 0
1.527.392 0 0 0
1.799.069 0 0 0
2.369.105 0 0 0
2.808.362 0 0 0
1.537.938 0 0 0
Jumlah 2
T/M3
1.765.893
1.527.392
1.799.069
2.369.105
2.808.362
1.537.938
JUMLAH 1 + 2
T/M3
9.737.071
9.864.517
6.047.711
6.368.544
7.474.636
7.040.599
Sumber: Pelindo IV, 2012
Tabel 4.39 Arus Barang Berdasarkan Jenis Kemasan di Pelabuhan Makassar TAHUN 2008 2009
Uraian
Sat uan
2006
2007
General Cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Petikemas Lain-lain
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
88.538 1.443.437 1.857.291 2.178.446 3.303.012 866.347
82.935 1.341.066 1.599.840 2.023.925 3.929.704 887.047
71.099 1.287.304 1.843.281 1.496.816 12.495 1.336.716
65.044 1.216.288 2.438.152 1.603.265 30.876 1.014.919
JUMLAH T/M3 Sumber: Pelindo IV, 2012
9.737.071
9.864.517
6.047.711
6.368.544
Final Report
2010
2011
126.637 1.176.024 2.954.828 1.615.256 52.839 1.549.052
1.216.634 1.430.265 1.592.477 2.006.372 65.415 729.436
7.474.636
7.040.599
IV - 90
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2) Prasarana Pelabuhan a) Fasilitas Umum Fasilitas umum pada pelabuhan Cabang Makassar yang terdiri atas pelabuhan Soekarno, Pelabuhan Hatta, Pelabuhan Paotere dan Pelabuhan TPM meliputi sisi perairan dan sisi daratannya. Keempat pelabuhan tersebut menjadi satu kesatuan pengembangan kawasan pelabuhan Makassar dengan luas kolam perairan adalah 319,38 Ha dengan kedalaman kolam 16-18 m. Untuk menunjang aktivitas pada daerah dermaga pelabuhan telah dilengkapi dengan breakwater dengan panjang 2.802 m yang dibangun pada tahun 1921 dengan kondisi bangunan mencapai 50%. Pada bagian sisi daratan pada pelabuhan tersebut yang mencapai 66,66 Ha dengan jenis bangunan pelabuhan berupa terminal penumpukan 3.619 m2, lapangan parkir 5.390 m2, dan areal perkantoran 2.171 m2. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.40. Tabel 4.40. Jenis dan Luasan Fasilitas Pada Pelabuhan Makassar N0
Nama Fasilitas
Volume
1 Daratan 66.66 2 Kolam perairan 319.38 3 Dasar perairan 16 - 18 4 Breakwater 2,802.00 5 Galangan kapal 6 Gedung kantor 2,171.00 7 Terminal penumpang 3,619.00 8 Lapangan parker 5,390.00 Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Satuan
Tahun Pembuatan
Kondisi (%)
Ha Ha M M M M2 M2 M2
1921 1986 1981 1986
50 60 60 90
b) Fasilitas Tambat Fasilitas tambat pada Pelabuhan Makassar untuk pangkalan Soekarno, Hatta dan Paotere memiliki ukuran luas sebesar 7.677,1 m/35.617,1 m2 dan pada pangkalan TPM dengan memanfaatkan pangkalan Hatta seluas 850 m/50 m2. Pangkalan yang memiliki luas fasilitas tambat yang terluas pada Pelabuhan Makassar adalah Pangkalan Hatta, yakni 1.158 x 15 m/ 15.998 m2 yang dibangun pada tahun 1994-1997, kemudian Pangkalan Soekarno, yakni 1.310 x 11 m / 14.410 m2 yang dibangun tahun 1917. Untuk pangkalan TPM sendiri dibangun pada tahun 1997 bersamaan dengan pangkalan Hatta. Adapun jenis konstruksi lantai tambat adalah berupa caison & lantai beton PC Block pada
Final Report
IV - 91
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Pangkalan Soekarno Hatta, termasuk TPM dan pelabuhan Paotere dengan konstruksi T. panc.beton,lant.beton dan sebagian dari konstruksi kayu. Tabel 4.41. Jenis Fasilitas Tambat Pada Pelabuhan Makassar No 1 2 3 4 5 6
Nama Fasilitas Dermaga 100 Dermaga 101 Dermaga 102 Dermaga 103 Dermaga 104
Ukuran (M)/ Luas (M2) 100.00 x 11 / 1,100.00 330.00 x 11 / 3.630.00 230.00 x 11 / 2,530.00 290.00 x 11 / 3,190.00 180.00 x 11 / 1.980.00 180.00 x 11 / 1,980.00
Caison & lantai beton Caison & lantai beton caison & lantai beton Caison & lantai beton Caison & lantai beton Caison & lantai beton
1.158 x 15 / 15.998 180 x 15 / 2,700.00
Caison & lantai beton
180 x 15 / 2,700.00
Caison & lantai beton
270 x 15 / 4,050.00 220 x 15 / 3,300.00 210 x 15 / 3.150 98 x 1 / 50.00
Caison & lantai beton Caison & lantai beton PC Block PC Block
C 1 2
Dermaga 105 Pangkalan Hatta Dermaga Multipurpose 1 Dermaga Multipurpose 2 Dermaga Container 1 Dermaga Container 2 Dermaga Roro Dermaga kapal-kapal service Kawasan Paotere Dermaga I Dermaga II
3 4 5 6
Dermaga III Dermaga IV Dermaga V Dermaga VI
33,5 x 10 / 335 52,36 x 10 / 523,60 52,36 x 10 / 523,6 100 x 10 /1.000
7 8 9 10 11
Dermaga VII Dermaga VIII Dermaga IX Dermaga X Dermaga XI Jumlah
33,33 x 10 / 333,3 33,33 x 10 / 333,3 33,33 x 10 / 333,3 33,5 x 10 / 335 50 x 10 / 500 7677.1/35,617.1
B 1 2 3 4 5 6
525,71 x 10 / 5.257,10 52 x 10 / 520 52 x 10 / 520
Konstruksi
T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,blk & lantai kayu T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,blk & lantai kayu T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,lant.beton T. panc.beton,lant.beton
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 92
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Gudang Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang yang di B/M ke pelabuhan. Fasilitas gudang tersebut pada pelabuhan Makassar sebanyak 7 unit yang kesemuanya berlokasi pada Pangkalan Soekarno. Fasilitas gudang TPM dimanfaatkan gudang pada salah satu gudang di Pangkalan Soekarno berupa gudang CFS yang dibangun tahun 1997. Luas total gudang pada Pelabuhan makassar adalah 19.800 m2 ditambah dengan gudang CFS sebesar 4.000 m2, jadi total luas gudang adalah 23.800 m2. Jenis konstruksi lantai gudang berupa lantai beton, dinding tembok dengan rangka baja, atap aluminium. Kondisi konstruksi pemanfaatan bangunan umumnya masih mencapai 75%, kecuali gudang api yang hanya mencapai 60% dan gudang 103 mencapai 70%. Tabel 4.42. Fasilitas Gudang di pelabuhan Makassar N0
Nama Fasilitas
Luas (M2)
Lokasi
Konstruksi Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium
1
Gudang 101 (38x100)
3,800.00
Soekarno
2
Gudang 102 (38x100)
3,800.00
Soekarno
3
Gudang 103 (38x105)
4,000.00
Soekarno
4
Gudang 104 (38x100)
3,800.00
Soekarno
5
Gudang 105 (38x100)
3,800.00
Soekarno
6
Gudang Api (30x20)
600.00
Soekarno
4.000,00
Soekarno
7
TPM (Gudang CFS) Jumlah
19,800.00
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 Lapangan Penumpukan Lapangan penumpukan adalah parasarana yang dimanfaatkan untuk menumpuk barang yang di B/M ke/dari atas kapal. Jenis fasilitas ini pada dasarnya tidak berwujud bangunan, melainkan
Final Report
IV - 93
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi pelataran yang cukup luas dalam kawasan pelabuhan. Jumlah area lapangan penumpukan pada pelabuhan Makassar sebanyak 21 area pada 3 (tiga) lokasi pangkalan. Pada pangkalan Soekarno, luas lapangan penumpukannya adalah 56.086,78 m2, Pangkalan Paotere dengan luas 7.962,13 m2, dan untuk Pangkalan Hatta yang sekaligus dimanfaatkan sebagai lapangan penumpukan TPM dengan luas lapangan 114.446 m2. jenis konstruksi permukaan lapangan penumpukan berupa konstruksi aspal, paving blok, dan lantai beton. Kondisi pemanfaatan fasilitas adalah 50-100%. Tabel 4.43. Kondisi lapangan Penumpukan Pelabuhan Makassar No
Nama Fasilitas
Luas (M2)
Lokasi
1
Ex. Gudang 100
1,254.00
Soekarno
2
Lapangan 101
1,213.00
Soekarno
3
1,930.00
Soekarno
4
Lapangan 102 (Silo Bosowa mulai thn 2007) Lapangan 103
3,374.00
Soekarno
5
Lapangan 104
1,376.00
Soekarno
6
Lapangan 105
1,216.00
Soekarno
7
Lapangan 106
925.00
Soekarno
8
Ex. Container Yard
11,163.60
Soekarno
9
Ex. Container Yard
7,008.26
Soekarno
10
Ex. Container Yard
3,765.08
Soekarno
11
Ex. Empty Container
2,986.29
Soekarno
12
Ex. Empty Container
361.03
Soekarno
13
Ex. Kaporlap
8,000.52
Soekarno
14
Ex. Pusri
5,754.00
Soekarno
15
Ex. Gudang IMCO
5,760.00
Soekarno
Final Report
Konstruksi Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Aspal Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Aspal Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Aspal Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Aspal Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Aspal Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Aspal Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Paving Block
IV - 94
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 16
Lapangan 1
1,801.00
Paotere
17
Lapangan 2
1,974.00
Paotere
18
Lapangan 3
4,187.13
Paotere
19
Lap. Pen. Peti Kemas PTM Lap. Multi Purpose I PTM Lap. Multi Purpose II PTM
75,000.00
Hatta
Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Lantai Beton Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Lantai Beton Lapisan Dasar Sirtu, Permukaan Lantai Beton Paving Block
17,000.00
Hatta
Paving Block
22,446.00
Hatta
Paving Block
20 21
178.494,90
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 c) Sarana Pelabuhan Kapal Pelabuhan Makassar dalam operasionalisasinya pelabuhan, baik untuk pelayanan angkutan penumpang maupun angkutan barang dilengkapi dengan kapal-kapal tunda mauun kapal pandu dengan jumlah masing-masing sebanyak 4 kapal tunda dan 3 unit kapal pandu. Kapasitas kapal tunda dan kapal pandu, masing-masing sebesar 24 – 361 GT dengan jenis kapal yang paling awal pengadaannya adalah KT. Selat Tanakeke yang berkapasitas 160 GT dan diproduksi tahun 1976. kedua jenis kapal tersebut ditambatkan pada Pangkalan Soekarno dan kondisi kapal mencapai 60-90%. Tabel 4.44. Jenis dan Jumlah Kapal Tunda dan Kapal Pandu di Pelabuhan Makassar No 1 2 3 4 II 4 5 6
Nama Kapal KT. Anggada IX KT. Selat Tanakeke KT. Anoman VIII KT. Anoman IX Kapal Pandu KP. MPI 029 KP. MPS 029 *) KK. MPC LAE-LAE
Ukuran (GRT) 212.00 160.00 324.00 361.00
Lokasi Soekarno Soekarno Soekarno Soekarno
54.00 25.00 24.00
Soekarno Soekarno Soekarno
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 95
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Peralatan Pelabuhan Untuk menunjang kegiatan B/M pada pelabuhan Makassar sangat dibutuhkan beberapa jenis peralatan, guna meningkatkan kinerja pelabuhan. Jenis peralatan pelabuhan berupa Crane Darat, Reachstaker, Forklift, Mobil PMK dan Head Truck. Sedangan dalam pengelolaan PTM, jenis peralatan yang dimiliki oleh Pangkalan PTM adalah berupa container crane, Transtainer, Reach Stacker, Top Loader, Forklift, Head Truck, Chassis Trailer , dan Reefer Plug. Jenis peralatan tersebut umumnya masih berfungsi dengan kondisi 60-100% dan hanya terdapat satu jenis alat yang rusak, yakni Crane Darat 35 T, sedangkan peralatan yang digunakan pada Pangkalan PTM memiliki kondisi 65-99%. Tabel 4.45. Jumlah dan Jenis Peralatan Pelabuhan No A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B 1 2 3 4 5 6 7
Nama Alat
Kap. (Ton)
Merk
Jumlah
Model/ Type
IHI IHI IHI
1.00 1.00 1.00
KONECRANES
1.00
TCM
1.00
KOMATSU
1.00
TH.350 TH-350 TH.350 L SMV 4531 TB5 FD70Z8 FB 20EX/25EX
Mobil PMK
MISTUBISHI
1.00
220PS
Mobil PMK
MISTUBISHI
1.00
220PS
HINO
1.00
FM320TI
5000 Ltr 5000 Ltr 40 FT
NOELL IHI NOELL MITSUIPACECO FANTUZZI
2.00 1.00 5.00
STS STS RTG
40 40 40
2.00
RTG
40
1.00
40
KALMAR
1.00
Top Loader Forklift 7 Ton
MITSUBISHI TOYOTA
1.00 1.00
Forklift Battery
KOMATSU
7.00
ISUZU
4.00
CS 42 DRF 45060S5K FD 400 5 FD 70 FB 20EX/25EX CXZ & VXZ
Soekarno Hatta Crane Darat 25 T Crane Darat 35 T Crane Darat 40 T Reachstaker Forklift 7 Ton Forklift Batterey
Head Truck Pangkalan TPM Container Crane Transtainer Reach Stacker
Head Truck
Final Report
25 35 40 45 7 2
40 36 7 2 40
IV - 96
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No 8 9 10 11
Nama Alat Head Truck Chassis Trailer 40' Chassis Trailer 20' & 40' Reefer Plug Container Crane 01 Container Crane 02 Container Crane 03 Container Crane 04 Container Crane 05 Transtainer 01 Transtainer 02 Transtainer 03 Transtainer 04 Transtainer 05 Transtainer 06 Transtainer 07 Transtainer 08 Transtainer 09 Transtainer 10 Reach Stacker 02 Reach Stacker Top Loader 02 Mobil Crane - 40.04 Mobil Crane - 25.07 Head Truck 01 Head Truck 02 Head Truck 03 Head Truck 04 Head Truck 05 Head Truck 06 Head Truck 07 Head Truck 08 Head Truck 09 Head Truck 10 Head Truck 11 Head Truck 12 Head Truck 13 Head Truck 14 Chassis 01-20 Chassis 02-20 Chassis 05-20
Final Report
Merk
Jumlah
Model/ Type
NISSAN BUKAKA
10.00 4.00
CWB450 -
Kap. (Ton) 40 45
PATRIA
20.00
-
45
NOELL NOELL MITSUBISHI MITSUBISHI IHI NOELL NOELL NOELL NOELL NOELL MITSUI MITSUI MITSUI MITSUIPACECO MITSUIPACECO FANTUZZI
-
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
-
KALMAR MITSUBISHI IHI IHI ISUZU ISUZU ISUZU ISUZU NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN NISSAN PATRIA PATRIA PATRIA
-
40 40 CS-42 S DRF 45060S5K FD-400 TH-350 TH-250 CXZ CXZ VXZ VXZ CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 CWB450 -
42 40 40 35 25 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 25 25 25
IV - 97
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No
Nama Alat Chassis 07-20 Chassis 08-20 Chassis 09-20 Chassis 01-40 Chassis 02-40 Chassis 03-40 Chassis 04-40 Chassis 05-40 Chassis 06-40 Chassis 07-40 Chassis 08-40 Chassis 10-40 Forklift Battery 01 Forklift Battery 02 Forklift Battery 04 Forklift Battery 07 Forklift Battery 08 Forklift Battery 09 Forklift Battery 10 Mobil PMK
Merk
Jumlah
Model/ Type
PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA PATRIA KOMATSU KOMATSU KOMATSU KOMATSU KOMATSU KOMATSU KOMATSU -
-
25 25 25 40 40 40 40 40 40 40 40 40 2 2 2 2 2 2 2 4
Kap. (Ton)
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 Fasilitas Lainnya Pelabuhan Makassar dalam operasionalnya didukung dan ditunjang fasilitas energi, keterediaan air bersih dan pemadam kebakaran. Pada Pangkalan Soekarno dan Paotere memiliki kapasitas reservoir 800 m3 dengan kemampuan pengaliran menggunakan pompa dapat mencapai 175 T/jam. Kapasitas terpasang jaringan listrik mencapai 496,3 kW dan yang terpakai 228,957 KwH. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kapasitas energi listrik masih sangat tersedia karena baru mencapai 50% terpakai. Disamping itu, terdapat tabung pemadam dengan kapasitas 1-10 kg. Pada Pangkalan PTM yang sekaligus bagian dari pangkalan Hatta, didukung/ditunjang dengan reservoar kapasitas 1.000 m3 dengan kapasitas pompa 180 T/jam. Untuk instalasi listrik yang terpasang 734 kVA dan yang terpakai 710 kVA yang mengindikasikan bahwa energi listrik yang tersedia sudah sangat terbatas. Sementara ketersediaan alat PMK berupa pompa hydran dengan kapasitas pompa 1560 HP.
Final Report
IV - 98
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.46. Keadaan Fasilitas Listrik, Air Bersih dan PMK Pada Pangkalan Soekarno dan Paotere No 1
2
3
Nama Fasilitas Instalasi air minum - Reservoir - Pompa
Lokasi Soekarno Soekarno
Instalasi listrik - Daya terpasang - Daya terpakai
Soekarno/Paotere Soekarno/Paotere
Kapasitas 800 M3 175 T/jam
496,3 kW 228.957 KwH 1 kg, 10 kg & 10 kg keatas
Tabung pemadam
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 Tabel 4.47. Keadaan Fasilitas Listrik, Air Bersih dan PMK Pada Pangkalan TPM No 1
2
Nama Fasilitas Instalasi air minum - Reservoir - Pompa Instalasi listrik TPM - Daya terpasang PLN
- Daya Supl. Genset
3
Alat PMK - Pompa Hydrant - Pompa Hydrant
Lokasi
Kapasitas
Hatta Hatta
1000 M3 180 T/jam
Kantor TPM CY + Refeer Kantor Waka CY CFS Kantor TPM baru Supl. IT/Server CY + Refeer
150 KVA 555 kVA 16.5 kVA 12.5 kVA 250 kVA
Kantor TPM CY Hatta
110 kVA 350 kVA 15 HP 60 HP
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 99
Gambar 4.38 Layout Eksisting Pelabuhan Makassar
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
IV - 100
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi b. Pelabuhan Pantoloan Pelabuhan Pantoloan merupakan salah satu pelabuhan kelas 2 dan berperan penting bagi wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Operasional dan pelayanan pelabuhan Pantoloan sangat ditentukan oleh keberadaan prasarana dan sarana pelabuhan dalam rangka kelancaran kegiatan B/M. 1) Pelayanan Pelabuhan a) Kondisi Oceanografi Pelabuhan Tempat berlabuh sebelah selatan dermaga, jaraknya 600 m pada kedalarnan air 37. Pasang Surut di Pelabuhan Pantoloan dengan sifat pasut : Campuran, yang condong keharian ganda. Tunggang air rata-rata maksimum 280 cm, muka surutan (ZO) 140 cm. Kecepatan arus di daerah ini mencapai 1,0 -1,5 knots dengan arah 183. b) Kondisi Traffic Kondisi pelayanan pelabuhan untuk pengangkutan penumpang baik dalam dan luar negeri dari tahun 2006 sampai 2011 cenderung berfluktuasi. Pada tahun 2007 terjadi penurunan penumpang dari tahun 2006 dan kemudian sedikit mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan menurun pada tahun 2009 dan 2010. Dan akhirnya meningkat pada tahun 2011. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.48 Jumlah Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang Pelabuhan Pantoloan URAIAN
di
TAHUN 2006
LUAR NEGERI: Debarkasi Embarkasi JUMLAH 1 DALAM NEGERI: Debarkasi Embarkasi Jumlah 2 JUMLAH 1 + 2
2007
2008
2009
2010
2011
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
115.840 119.884 235.724 235.724
65.274 74.482 139.756 139.756
64.085 78.630 142.715 142.715
57.623 57.263 114.886 114.886
44.592 41.343 85.935 85.935
41.855 44.984 86.839 86.839
Sumber: Pelindo IV, 2012 Kecenderungan (trend) perkembangan potensi penumpang di Pelabuhan Pantoloan digambarkan pada grafik berikut ini.
Final Report
IV - 101
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi total penumpang (DN + LN) 250.000
237.730
200.000
144.723
150.000
141.763
100.000
116.895 87.945 88.850
50.000 0 2006
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 4.39 Grafik kecenderungan perkembangan potensi penumpang di Pelabuhan Pantoloan Tabel 4.49 Arus Kapal dan Traffic Petikemas Pelabuhan Pantoloan Arus Kapal Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011
(Call)
(GT)
2.348 1.950 2.152 2.015 1.823 1.911
5.380.296 4.107.867 4.261.020 4.211.570 4.126.977 10.090.291
Perd. LD Imp eksp or or 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perd. DN Bongkar
Total Bongkar (Teus) 18.772 22.276 25.902 29.415 34.748 37.780
Muat
18.772 22.276 25.902 29.415 34.748 37.780
18.986 21.878 26.203 28.886 34.646 37.857
Total Muat (Teus) 18.986 21.878 26.203 28.886 34.646 37.857
Total B/M (Teus) 37.758 44.154 52.105 58.301 69.394 75.637
Sumber: Pelindo IV, 2012 Tabel 4.50 Arus Barang Berdasarkan Arus Perdagangan di Pelabuhan Pantoloan Uraian PERD. LUAR NEGERI a. Impor : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum b. Ekspor : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum Jumlah : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum JUMLAH 1 PERD. DALAM NEGERI a. Bongkar : 1) Dermaga Umum
Final Report
Sat uan
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
2011
T/M3 T/M3
3.152
0 0
0 0
0 0
5.230 0
23.328 0
T/M3 T/M3
135.402
124.219 0
111.009 0
102.025 0
116.395 0
67.943 0
T/M3 T/M3 T/M3
138.554 0 138.554
124.219 0 124.219
111.009 0 111.009
102.025 0 102.025
121.625 0 121.625
91.271 0 91.271
T/M3
507.221
477.141
620.611
651.490
757.757
818.333
IV - 102
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2) Non Dermaga Umum b. Muat : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum Jumlah : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum JUMLAH 2 JML. DERUM (LN+DN) JML. NON DERUM (LN+DN) JUMLAH 1 + 2
T/M3
338.763
261.102
299.338
470.218
527.073
347.598
T/M3 T/M3
209.074 1.127.707
294.345 1.425.413
249.244 1.232.944
233.850 1.014.898
279.537 297.740
291.034
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
716.295 1.466.470 2.182.765 854.849
771.486 1.686.515 2.458.001 895.705
869.855 1.532.282 2.402.137 980.864
885.340 1.485.116 2.370.456 987.365
1.037.294 824.813 1.862.107 1.158.919
1.109.367 347.598 1.456.965 1.200.638
T/M3
1.466.470
1.686.515
1.532.282
1.485.116
824.813
347.598
T/M3
2.321.319
2.582.220
2.513.146
2.472.481
1.983.732
1.548.236
Sumber: Pelindo IV, 2012 Tabel 4.51 Arus Barang Berdasarkan Jenis Distribusi di Pelabuhan Pantoloan Sat uan
Uraian DERMAGA UMUM a. Langsung b. Gudang c. Lapangan Jumlah 1 DERMAGA NON UMUM a. Rede Transport b. Dermaga Khusus : 1. Milik Sendiri 2. Milik Pihak Ketiga c. Pelabuhan Khusus d. Loading Point Jumlah 2 JUMLAH 1 + 2
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
TAHUN 2006 920 258.627 595.302 854.849
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
328.818 1.137.652 0 0 1.466.470 2.321.319
2007
2008
2009
2010
2011
0 219.682 676.023 895.705
0 225.453 755.411 980.864
0 191.926 795.439 987.365
1.604 210.528 946.787 1.158.919
0 142.001 1.058.637 1.200.638
0
0
0
0
0
261.102 1.425.413 0 0 1.686.515 2.582.220
299.338 1.232.944 0 0 1.532.282 2.513.146
305.654 1.179.462 0 0 1.485.116 2.472.481
527.073 297.740 0 0 824.813 1.983.732
347.598 0 0 0 347.598 1.548.236
Sumber: Pelindo IV, 2012 Tabel 4.52 Arus Barang Berdasarkan Jenis Kemasan di Pelabuhan Pantoloan Uraian
Satuan
General Cargo T/M3 Bag Cargo T/M3 Curah Cair T/M3 Curah Kering T/M3 Petikemas T/M3 Lain-lain T/M3 JUMLAH T/M3 Sumber: Pelindo IV, 2012
Final Report
TAHUN 2006 111.074 243.132 329.008 1.137.652 500.453 0 2.321.319
2007 71.862 218.443 274.488 1.425.413 592.014 0 2.582.220
2008 61.743 228.574 310.389 1.232.944 679.496 0 2.513.146
2009 43.782 185.651 324.866 1.179.462 738.720 0 2.472.481
2010 46.979 223.929 375.001 471.174 866.649 0 1.983.732
2011 32.917 203.261 263.975 103.557 944.526 0 1.548.236
IV - 103
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2) Fasilitas Pelabuhan a) Fasilitas Umum Pelabuhan Pantoloan berada pada areal daratan dengan luas 10,50 Ha dengan kolam perairan yang mencapai luas 20,00 Ha. Jenis fasilitas pada tata massa bangunan pelabuhan meliputi bangunan perkantoran dengan luas terbangun mencapai 600 m2 dan untuk terminal penumpang dan lapangan parkir berdasarkan data yang diperoleh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Pelabuhan Donggala, sehingga untuk terminal penumpang dengan luas 2.000 m2 dan lapangan parkir dengan luas 10.000 m2. Tabel 4.53. Jenis dan Luasan Fasilitas di Pelabuhan Pantoloan
Nama Fasilitas Daratan Kolam perairan Dasar perairan Breakwater Galangan kapal Gedung kantor Terminal penumpang Lapangan parkir
Volume 10.50 20.00 10.50 600.00 2,000.00 10,000.00
Satuan Ha Ha M M M M2 M2 M2
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 b) Fasilitas Tambat Fasilitas tambat pada Pelabuhan Pantoloan terbagi atas 2 lokasi berdasarkan lokasi kawasan dermaga dengan luas total sebesar 277 m2. Luas dermaga I sebesar 13 x 150 m dan dermaga II dengan ukuran 45 x 18 x 55 x 13 + 30 x 22 m. Pada tahun 2009 terjadi penambahan dermaga sebesar 30 x 22 m. Jenis konstruksi fasilitas tambat pada pelabuhan tersebut berupa tiang pancang beton, lantai beton dan Sheet Pile. Kondisi fasilitas tambat atas pemanfaatannya adalah antara 60-100%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Final Report
IV - 104
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.54. Jenis Fasilitas Tambat Pada Pelabuhan Pantoloan Nama Fasilitas
Ukuran (m)
Konstruksi
Dermaga I Dermaga II
13 x 150 T.panc.beton,blk & lan.beton (45 x 18 x 55 Sheet Pile & lantai beton x 13 + T.panc.beton,blk & lan.beton 30 x 22) Total 277.00 Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 c) Gudang Fasilitas pergudangan yang tersedia ada Pelabuhan Pantoloan sebanyak 5 unit bangunan dengan luas bangunan secara keseluruhan adalah 3.700 m2. Fasilitas pergudangan tersebut terdapat pada 2 (dua) kawasan pelabuhan, yaitu pada kawasan Pelabuhan Pantoloan dengan luas 2.000 m2 dan kawasan Pelabuhan Donggala dengan luas 1.700 m2. Pada kawasan Pelabuhan Donggala, salah gudang merupakan milik Pemda dengan luas 300 m2. Kondisi bangunan pergudangan terdiri atas lantai beton, dinding tembok, rangka baja, atap aluminium dan atap seng dengan kondisi pemakaian bangunan antara 40-80%. Tabel 4.55. Fasilitas Gudang Pada pelabuhan Pantoloan N0
Nama Fasilitas
Luas (m2)
Konstruksi
A 1
Gudang 101
2
Gudang 102
25 x 40 1,000.00 25 x 40 1,000.00
Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium
B 1
Gudang 01
20 x 30 = 600
2
Gudang 02
20 x 40 = 800
3
Gudang Pemda
20 x 15 = 300
Lantai beton, dinding tembok rangka baja, atap aluminium Lantai beton, dinding tembok rangka kayu, atap seng Lantai beton, dinding tembok rangka kayu, atap seng
Total
3,700.00
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 105
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d) Lapangan Penumpukan Lapangan penumpukan pada Pelabuhan Pantoloan memiliki luas keseluruhan 17.900 m2 yang terdiri atas lapangan penumpukan kawasan Pelabuhan Pantoloan sebesar 16.400 m2 dan kawasan Pelabuhan Donggala sebesar 1.500 m2. Konstruksi lapangan penumpukan pada pelabuhan Pantoloan terdiri atas paving block dan pengerasan sirtu dengan kondisi pemakaian bangunan 40100%. Tabel 4.56. Kondisi lapangan Penumpukan Pelabuhan Pantoloan
N0 A
B
Nama Fasilitas
Ukuran
Pantoloan Lapangan 50 x40 penumpukan Petikemas 1 Lapangan 100 x 75 penumpukan Petikemas 2 Lapangan 64 x 25 penumpukan Petikemas 3 (Pemkot Palu) Lapangan 60 x 65 penumpukan 95 x 24 Petikemas 3 (Pemkot Palu) Kawasan Donggala Lapangan 30 x 50 penumpukan Total
Luas (m2)
2,000
Konstruksi
1,600
Lapisan dasar sirtu Lapisan perm. Pav. block Lapisan dasar sirtu Lapisan perm. Pav. block Lapisan dasar sirtu
3,000
Lapisan perm. Pav. block Lapisan dasar sirtu
2,300
Lapisan perm. Pav. block
7,500
1,500 17,900
Perkerasan sirtu
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 3) Sarana Pelabuhan a) Kapal Pelabuhan Pantoloan dalam operasionalisasinya, baik untuk pelayanan angkutan penumpang maupun angkutan barang dilengkapi dengan kapal Kapal Kepil/Speedboat 40 PK dan Kapal Tunda Anggada 90 GT.
Final Report
IV - 106
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.57.Jenis Kapal Yang Dimiliki Pada Pelabuhan Pantoloan Nama Kapal Kapal Kepil/Speedboat Kapal Tunda Anggada VII
Ukuran (GT) 40 PK 94.00
Tahun Pembua tan 2000 1967
Kondisi (%) 10 55
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 b) Peralatan Pelabuhan Untuk menunjang kegiatan B/M pada pelabuhan Pantoloan sangat dibutuhkan beberapa jenis peralatan, guna meningkatkan kinerja pelabuhan. Jenis peralatan pelabuhan pada Pelabuhan Pantoloan meliputi Top Loader kapasitas 40 ton, Reachstacker kapasitas 40 ton dan Forklift berkapisitas 3-5 ton. Jika dilihat dari tahun pembuatan peralatan tersebut terlihat jenis Forklift merupakan peralatan yang dibuat tahun 1974 dan 1983 dengan kondisi pemakaian fasilitas 50%. Tabel 4.58. Jumlah dan Jenis Peralatan Pelabuhan Pantoloan
Nama Alat
Merk
Model/ Kapasitas Tahun Kondisi Type (ton) Pembuatan (%)
Top Loader Mitsubishi FD 400 Reachstacker Fantuzzi CS 42 Forklift Toyota 3 FD 50 Forklift Datsun EGF 02 Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
40 40 5 3
1980 1996/1997 1974 1983
45 80 50 50
c) Fasilitas Lainnya Fasilitas lainnya di Pelabuhan Pantoloan yang merupakan fasilitas pendukung dan penunjang terhadap operasional pelabuhan adalah berupa jaringan listrik, air bersih dan PMK. Kapasitas energi listrik yang terpasang adalah 66 kVA dan yang terpakai sebesar 54 kVA. Jaringan energi listrik masih cukup tersedia dan mampu memenuhi kebutuhan listrik dalam kawasan pelabuhan. Untuk penyediaan jaringan air bersih telah dilengkapi dengan reservoir dengan kapasitas 800 m3 dan dilengkapi dengan pompa kapasitas 50 T/jam. Sedangkan fasilitas PMK tersedia kendaraan PMK kapasitas 5 ton .
Final Report
IV - 107
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.59.
N0
Keadaan Fasilitas Listrik, Air Bersih dan PMK Pada Pelabuhan Pantoloan Tahun 2011 NAMA FASILITAS
1
Instalasi air minum - Reservoir - Pompa (Kubota) Instalasi listrik - Daya terpasang - Daya terpakai - Genset (Perkins) - Mobil PMK (isuzu)
2
3
KAPASITAS
TAHUN PEMBUATAN
800 M3 50 Ton/Jam
1983 -
66 KVA 54 KVA 80 KVA 5 Ton
2007 1984
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
c. Pelabuhan Bitung Pelabuhan Bitung dalam pengembangannya ditetapkan sebagai pelabuhan internasional hub. Guna menunjang operasional kegiatan B/M pada Pelabuhan Bitung, terdapat beberapa prasarana dan sarana pelabuhan yang telah dibangun atau disediakan untuk kelancaran kegiatan B/M. 1) Pelayanan Pelabuhan a) Kondisi Oceanografi Pelabuhan - Panjang Alur Pelayaran - Lebar Alur Pelayaran - Kedalaman Minimum (alur) - Luas Kolam Pelabuhan - Kedalaman kolam minimum (kolam) - Kedalaman kolam dermaga - Kecepatan Angin - Kecepatan Arus - Tinggi Gelombang meter - Pasang surut (High Water Spring) - Pasang surut (Low Water Spring)
: 9 mil : 600 meter : 12 meter : 4,20 Ha : 7 meter : 12 meter : 3 knot : 3 knot : 1,00 : 1,8 meter : 1,2 meter
b) Kondisi Traffic Kegiatan kedatangan dan keberangkatan apenumpang di Pelabuhan Bitung dari tahun ketahun cenderung berfluktuasi. Dari tahun 2006 sampai 2011 jumlah keberangkatan dan kedatangan yang terbesar adalah tahun 2010 dengan jumlah 624.565 orang sedangkan yang paling sedikit tingkat kedatangan
Final Report
IV - 108
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi dan keberangkatannya terjadi pada tahun 2011 sebesar 168.564 orang. Tabel 4.60 Jumlah keberangkatan dan kedatangan penumpang di Pelabuhan Bitung SAT UAN
URAIAN LUAR NEGERI : Debarkasi Embarkasi JUMLAH 1 DALAM NEGERI : Debarkasi Embarkasi Jumlah 2 JUMLAH 1 + 2
2006
TAHUN 2008 2009
2007
Orang Orang Orang
168 168 336
378 378 756
0 0 0
116 116 232
Orang Orang Orang Orang
226.811 216.053 442.864 443.200
245.188 258.491 503.679 504.435
170.069 163.300 333.369 333.369
262.694 313.646 576.340 576.572
2010
2011
80 80 160
1.293 1.293 2.586
327.381 72.637 297.024 93.341 624.405 165.978 624.565 168.564
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 Arus Traffic petikemas yang melewati pelabuhan Bitung periode 1999-2010 mengalami peningkatan. Dari 48.674 Teus yang dibongkar muat tahun 1999 menjadi 166.298 Teus tahun 2010, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 10,23 %. Untuk kegiatan bongkar dari 24,667 Teus tahun 1999 menjadi 84,479 Teus tahun 2010, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata, 10,28 %, sedang kegiatan muat dari 24,007 Teus tahun 1999 menjadi 81,819 Teus pada tahun 2010, dengan tingkat pertumbuhan ratarata 10,17 %. Tabel 4.61 Arus Kapal dan Traffic Petikemas Pelabuhan Bitung Arus Kapal Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
(Call) 3.905 4.849 4.967 5.217 4.340 4.315 5.992 5.478 6.436 6.300 5.395 4.698 3.179
(GT) 5.733.271 6.451.212 6.121.238 7.986.587 6.807.596 6.517.855 7.382.166 7.075.624 7.522.645 7.400.714 7.321.383 10.612.226 10.846.347
Perd. LD Impor 16 46 36 611 226 151 1 1 53 1
Perd. DN
ekspor 1.564 1.589 993 1.917 686 338 115 -
Bongkar 24.651 33.380 39.251 40.863 46.533 51.412 50.858 50.279 59.390 67.615 74.860 84.426 40.999
Muat 22.443 31.722 40.106 40.470 45.453 50.747 52.291 50.654 57.727 67.141 73.893 81.819 41.537
Total Bongkar (Teus) 24.667 33.426 39.287 41.474 46.139 51.653 50.859 50.279 59.390 67.615 74.861 84.479 41.000
Total Muat (Teus) 24.007 33.311 41.099 42.387 46.139 51.085 52.406 50.654 57.727 67.141 73.893 81.819 41.537
Total B/M (Teus) 48.674 66.737 80.386 83.861 92.898 102.648 103.265 100.933 117.117 134.756 148.754 166.298 82.537
Sumber: Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 109
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.62 Arus Barang Berdasarkan Arus Perdagangan di Pelabuhan Bitung Uraian PERD. LUAR NEGERI a. Impor : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum b. Ekspor : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum Jumlah : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum JUMLAH 1 PERD. DALAM NEGERI a. Bongkar : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum b. Muat : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum Jumlah : 1) Dermaga Umum 2) Non Dermaga Umum JUMLAH 2 JML. DERUM (LN+DN) JML. NON DERUM (LN+DN) JUMLAH 1 + 2
Sat uan
TAHUN 2006
2007
2008
2009
2010
2011
T/M3 T/M3
57.180
51.348 0
14.489 0
12.603 0
24.818 0
80.322 0
T/M3 T/M3
217.138 195.053
225.332 187.953
168.634 125.220
167.462 147.590
158.885 207.405
169.604 109.850
T/M3 T/M3 T/M3
274.318 195.053 469.371
276.680 187.953 464.633
183.123 125.220 308.343
180.065 147.590 327.655
183.703 207.405 391.108
249.926 109.850 359.776
T/M3 T/M3
1.218.732 1.091.663
1.012.452 1.685.910
953.596 1.813.711
1.042.392 2.181.561
1.731.410 1.618.196
1.198.627 1.839.270
T/M3 T/M3
409.814 393.200
393.459 557.231
332.394 563.294
383.843 582.847
586.952 435.658
432.488 460.061
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
1.628.546 1.484.863 3.113.409 1.902.864
1.405.911 2.243.141 3.649.052 1.682.591
1.285.990 2.377.005 3.662.995 1.469.113
1.426.235 2.764.408 4.190.643 1.606.300
2.318.362 2.053.854 4.372.216 2.502.065
1.631.115 2.299.331 3.930.446 1.881.041
T/M3 T/M3
1.679.916 3.582.780
2.431.094 4.113.685
2.502.225 3.971.338
2.911.998 4.518.298
2.261.259 4.763.324
2.409.181 4.290.222
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 Tabel 4.63 Arus Barang Berdasarkan Jenis Distribusi di Pelabuhan Bitung Uraian DERMAGA UMUM a. Langsung b. Gudang c. Lapangan Jumlah 1 DERMAGA NON UMUM a. Rede Transport b. Dermaga Khusus : 1. Milik Sendiri 2. Milik Pihak Ketiga
Final Report
Sat uan T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
TAHUN 2006 483.694 82.352 1.336.818 1.902.864
T/M3 T/M3 T/M3
514.738 0
2007
2008
2009
2010
2011
473.997 88.054 1.120.540 1.682.591
458.322 77.389 933.402 1.469.113
467.453 78.507 1.060.340 1.606.300
385.835 86.603 2.029.627 2.502.065
484.020 45.214 1.351.807 1.881.041
500.379
754.202
790.186
0
0
529.657 0
412.736 0
594.005 0
654.662 16.080
497.162 0
IV - 110
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Sat uan
Uraian c. Pelabuhan Khusus d. Loading Point Jumlah 2
T/M3 T/M3 T/M3
JUMLAH 1 + 2
T/M3
TAHUN 2006 1.165.178 1.679.916
2007 1.401.058 0 2.431.094
2008 1.335.287 0 2.502.225
2009 1.527.807 0 2.911.998
2010 1.590.517 0 2.261.259
2011 1.912.019 0 2.409.181
3.582.780
4.113.685
3.971.338
4.518.298
4.763.324
4.290.222
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 Tabel 4.64 Arus Barang Berdasarkan Jenis Kemasan di Pelabuhan Bitung Uraian
Sat uan
General Cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Petikemas Lain-lain JUMLAH
T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3 T/M3
TAHUN 2006 164.695 371.462 1.607.211 362.139 1.044.717 32.556 3.582.780
2007 185.079 388.202 1.870.094 414.275 1.219.376 36.659 4.113.685
2008 190.618 338.095 1.617.127 415.290 1.374.621 35.587 3.971.338
2009 137.475 311.956 1.997.258 514.481 1.513.541 43.587 4.518.298
2010 204.833 314.546 2.042.673 524.609 1.676.663 0 4.763.324
2011 444.506 328.109 2.203.804 415.701 898.102 0 4.290.222
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 c) Fasilitas Pelabuhan a) Fasilitas Umum Fasilitas umum pada Pelabuhan Bitung meliputi areal daratan dengan luas 388,5 Ha, kolam perairan 2.672 Ha dengan dasar perairan 4-40 m dan dilengkapi dengan breakwater dengan panjang 100 m. Adapun jenis bangunan dan prasarana lainnya, berupa gedung kantor 3.280,80 m2, terminal penumpang 2.655 m2 dan lapagan penumpukan seluas 3.772 m2. kondisi tingkat pemanfaatan tersebut masih berkisar 70-100%. Tabel 4.65. Jenis dan Luasan Fasilitas Pada Pelabuhan Bitung No 1 2 3 4 5 6
Final Report
Nama Fasilitas Daratan Kolam perairan Dasar perairan Breakwater Galangan kapal Gedung kantor - Kantor lama ( tingkat 2 )
Volume
Satuan
388.05 2,672.00 4 - 40 100.00 -
Ha Ha M M M
2,145.80
M2
IV - 111
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi - Kantor TPB ( tingkat 3 ) 972.00 - Kantor Kawasan Manado 163.00 7 Terminal penumpang - Terminal Penumpang Bitung 2,399.00 (tingkat 2 ) - Terminal Penumpang Manado 256.00 8 Lapangan parkir 3,772.00 Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
M2 M2 M2 M2 M2 M2
b) Fasilitas Tambat Fasilitas tambat pada Pelabuhan Bitung berdasarkan jumlah dermaga yang ada, maka terdapat 11 lokasi tambat. Penggunaan atau kegiatan pertambatan kapal dilakukan berdasarkan pelayaran kapal yang meliputi pelayaran samudea, nusantara dan pelra. Ukuran tambat kapal secara total pada Pelabuhan Bitung adalah 1.622 m2 yang masing-masing tambat terbuat dari konstruksi beton dan tiang pancang dengan kondisi pemakaian antara 80100%. Pembangunan tambat kapal yang lebih dibangun adalah tambat ada dermaga 1, 2, dan 5, yakni masing-masing dibangun pada tahun 1964. Tabel 4.66. Jenis Fasilitas Tambat Pada Pelabuhan Bitung Nama Fasilitas Dermaga I
Ukuran (M) 190 x 10
Dermaga II
243 x 10
Dermaga III
175 x 15
Dermaga IV
146 x 20
Dermaga V
251 x 10
Dermaga VI
146 x 10
Dermaga VII
207 x 20
Dermaga VIII TPB Dermaga TPB (APBN) Dermaga IX -
182 x 10
Dermaga Samudera Konv. Dermaga Samudera Konv. Dermaga Samudera Konv. Dermaga IKD Konv. Dermaga NusantaraKonv. Dermaga NusantaraKonv. Dermaga NusantaraKonv. Dermaga TPB
110 x 25
Dermaga TPB
Idem
60 X 10
Dermaga Pelra - TPB
Idem
Final Report
Lokasi
Konstruksi Beton, t.pancang Idem Idem Idem Idem Idem Idem Idem
IV - 112
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Pelra Dermaga X 20 x 10 Dermaga Samudera LCT Konv. Jumlah 1,622.00 Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Idem
c) Gudang Fasilitas gudang Pelabuhan Bitung sebanyak 15 unit dengan luas total bangunan adalah 20.749,45 m2 terdiri atas luas gudang di Manado seluas 6.154,45 m2 dan Pelabuhan Bitung seluas 14.595 m2. Bangunan gudang dengan konstruksi rangka baja, dinding batu bata dan atap seng yang secara keseluruhan memiliki kondisi bangunan antara 60-95%. Tabel 4.67. Fasilitas Gudang Pada pelabuhan Bitung Nama Fasilitas Gudang A Gudang C (berubah lap.B2) Gudang D Gudang Butler Gudang CFS Gudang No. 1 Gudang No. 2 Gudang No. 3 Gudang No. 4 (dibongkar) Gudang No. 5 Gudang No. 6 Gudang No. 7 Gudang No. 8 Gudang No. 9 Gudang No. 10 Jumlah
Luas (M2)
Lokasi
Tahun
4,320.00 4,321.00
Bitung Bitung
1957 1953
4,322.00 432.00 1,200.00 2,174.00 360.00 200.00 393.34
Bitung Bitung Bitung Manado Manado Manado Manado
1954 1968 2005 1965 1935 1935 1948
392.73 468.46 1,257.00 156.00 368.96 383.96 20,749.45
Manado Manado Manado Manado Manado Manado
1948 1948 1955 1955 1948 1948
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 113
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d) Lapangan Penumpukan Lapangan penumpukan adalah parasarana yang dimanfaatkan untuk menumpuk barang yang di B/M ke/dari atas kapal. Jenis fasilitas ini pada dasarnya tidak berwujud bangunan, melainkan pelataran yang cukup luas dalam kawasan pelabuhan. Jumlah area lapangan penumpukan pada pelabuhan Bitung sebanyak 9 area pada 2 (tiga) lokasi pangkalan. Pada pangkalan Bitung, luas lapangan penumpukannya adalah 65.329,55 m2 dan pangkalan TPB seluas 33.000 m2. jenis konstruksi lapangan penumpukan dibuat dari konstruksi beton, pa ving blok, lapisan dasar sirtu, sebagian masih berupa tanah dan beton reklamasi pantai. Tabel 4.68. Kondisi Lapangan Penumpukan Pelabuhan Bitung Nama Fasilitas A1
Ukuran 143,5 x 50
A2 B1
72.5 x 35.1 116.5 x 46.35
B2 C1 C2 D1
230.5 x 40 225 x 100 220 x 150
D2 E
Luas (M2)
Lokasi
7,177.00
Bitung
2,473.40 2,544.75
Bitung Bitung
Lapisan dasar Beton, Sirtu Lapisan paving block Tanah Dasar Tanah Dasar
5,400.00
Bitung
Lapisan dasar sirtu
6,611.00 9,325.40 9,298.00
Bitung Bitung Bitung
22,500.00
Bitung
33,000.00
Bitung, TPB
Konstruksi
Lapisan paving block Lapisan dasar sirtu Lapisan paving block Lapisan dasar sirtu, LPA Tanah dasar Lapisan dasar reklamasi Lapisan beton
Jumlah
98,329.55
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 114
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d) Sarana Pelabuhan a) Kapal Pelabuhan Bitung dalam operasionalisasinya, baik untuk pelayanan angkutan penumpang maupun angkutan barang dilengkapi dengan kapal-kapal tunda maupun kapal pandu dengan jumlah sebanyak 4 kapal. Kapal-kapal tersebut semuanya berpangkalan pada Pelabuhan Bitung dengan ukuran kapal antara 49-209 GT dengan kondisi pemakaian antara 70-90%. Tabel 4.69. Jenis dan Jumlah Kapal Tunda dan Kapal Pandu Pada Pelabuhan Bitung Nama Kapal KT. Selat Lembeh KT. Bunaken KP. Siladen KK. Sirena
Ukuran (GT) 158.73 209.00 19.00 49.00
Lokasi
Tahun
Bitung Bitung Bitung Bitung
1978 2005 2005 2005
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012 b) Peralatan Pelabuhan Jenis peralatan pelabuhan pada Pelabuhan Bitung meliputi Rail Mounted Tyred Gantry Crane, Rubber Tyred Gantry Crane, Reach Stacker, Head Truck, Chasis, Forklift, Tronton, dan Mobile Crane jumlah peralatan pelabuhan menurut typenya sebanyak 13 type dengan jumlah alat sebanyak 26 unit. Untuk Rail Mounted Tyred Gantry Crane dan Rubber Tyred Gantry Crane, masing-masing dapat mengangkat 27 ton dan 37 ton. Sedangkan untuk Reach Stacker memiliki kapasitas 42-45 ton dengan kondisi peralatan secara keseluruhan antara 70-100%. Tabel 4.70. Jumlah dan Jenis Peralatan Pelabuhan Bitung Nama Alat Rail Mounted Tyred Gantry Crane #02 Rubber Tyred Gantry Crane Reach Stacker #01 Reach Stacker #02 Head Truck Head Truck Head Truck
Final Report
Merk Mitsubishi
1
Kap. (Ton) 26.5
Sumitomo
2
36.5
1 1 3 1 1
42 45 24 24 24
Fantuzzi PPM-Terex Isuzu Hino Hino
Model/ Type
CS 42 S TFC 45 R CXZ FM 320 P FM 320 P
Jmlh
IV - 115
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Chasis Chasis Forklift Forklift Battery Tronton Mobile Crane
Tokyu Patria TCM Komatsu Nissan Diesel IHI
40' 20' FC 50 7S FB20FXZ NEGT
4 4 3 2
36 24 5 2
2
10
TH 350 S
1
35
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2012
c) Fasilitas Lainnya Fasilitas lainnya di Pelabuhan Bitung berupa ketersediaan energi, air bersih dan PMK merupakan hal yang sangat mendasar dalam operasionalisasi berbagai kegiatan pada pelabuhan tersebut. Kapasitas reservoar yang terpasang adalah 780 ton dengan water suplay dapat mencapai 15 m3/H, dan ditunjang beberapa pompqa air yang mendistribusikan sesuai dengan alokas pemanfaatannya yang kesemuanya di adakan pada tahun 2004. Sedangkan ketersediaan energi terpasang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penggunaan dala kawasan peabuhan, baik pada Pelabuhan manado maupun Pelabuhan Bitung sendiri. Sementara ketersediaan fasilitas PMK dialokasikan pada beberapa bagian yang penting, termasuk pada kapal pandu dan tunda serta dilengkapi dengan mobil pemadam kebakaran kapasitas 5000 liter sebanyak 2 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.71. Keadaan Fasilitas Listrik, Air Bersih dan PMK Pada Pelabuhan Bitung No 1
2
Nama Fasilitas Instalasi air minum - Reservoir - Water supply pump 1 set - Transfer pump 2 set - Chiller water circulation pump 4 set - Chiller water pump 4 set - Jockey pump fire hidrant 1 set - Electrical fire pump 1 set - Diesel fire pump 1 set Instalasi listrik - Daya terpasang - Daya terpakai
Final Report
Lokasi
Kapasitas
TPB TPB TPB TPB
780 Ton 15 m3/H 100 m3/H 111 m3/H
TPB TPB TPB TPB
111 m3/H 4 m3/H 100 m3/H 100 m3/H Terpasang 41 KW 38 KW
Kantor cabang Kantor cabang
IV - 116
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai - Daya terpasang - Daya terpakai 3
Tabung pemadam - Yamato - Protec - Yamato
- Yamato - Protec
Final Report
Dermaga samudera Dermaga samudera Dermaga Nusantara Dermaga Nusantara Lapangan Tenis Lapangan Tenis Ukespel Ukespel Terminal penumpang Terminal penumpang Pos I Pos I Pos IV Pos IV Terminal petikemas Terminal petikemas Kantor kawasan Manado Kantor kawasan Manado Term. penumpang Manado Term. penumpang Manado Gedung Kws. Manado Gedung Kws. Manado
Kantor cabang Kantor cabang Terminal penumpang Terminal penumpang Terminal penumpang Pos IV Pos IV
41 KW 35 KW 23 KW 29 KW 7.7 KW 5 KW 7.7 KW 4 KW 6.6 KW 6 KW 450 Watt 400 Watt 450 Watt 400 Watt 11 KW 11 KW 7.7 KW 7.7 KW 5.5 KW 5.5 KW 7.7 KW 7.7 KW
10 Ltr 3.5 Kg 10 Ltr 20 Ltr 40 Kg (pakai roda) 15 Ltr 3.5 Kg
IV - 117
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi - Protec - Protec - Protec - Protec - Protec - Viking - Yamato - Yamato - Apron - Foam AB - Apron - CO2 - Mobil PMK
Pos AB Pos I Rudin GM & Manager Alat B/M Konv. CRANE IHI Workshop Alat B/M Konv TPB TPB TPB Kapal Tunda Kapal Tunda Kapal Tunda Kapal Pandu Kapal Tunda Kapal Pandu Cabang Bitung Cabang Bitung
3.5 Kg 3.5 Kg 3.5 Kg 3.5 Kg 3.5 Kg 3.5 Kg 20 Ltr 40 Kg (pakai roda) 10 Ltr 6 Kg 9 Kg 6 Kg 6.8 kg 6.8 kg 5000 Ltr 5000 Ltr
Sumber : PT. (Persero) Pelindo IV, 2011
Final Report
IV - 118
Gambar 4.40 Layout Eksisting Pelabuhan Bitung
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
IV - 119
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d. Pelabuhan Gorontalo Pelabuhan Gorontalo terletak di Propisi Gorontalo Pantai bagian Selatan (Perairan Teluk Tomini). Dengan Posisi : 000 29’56" LU di. Muara Sungai Bone 1230 03' 16* T 1. Pelayanan Pelabuhan a) Kondisi Oceanografi 1) Hidrografi : Sepanjang Pantai berbatu dan pasir. Dasar lautan (Kolam Pelabuhan) lumpur pasir. 2) Pasang surut : - Waktu Tolok : GMT + 08.00 - gerakan Pasang Surut 12 DM dibawah DT. 3) Gelombang : - Di luar Kolam Bandar: Pada musim Selatan ketinggian 1-2 meter Pada muim Barat ketinggian s/d 1 meter - Di dalam Kolam Bandar: Pada musim Selatan ketinggian 0,50-1 meter Pada musim Barat ketinggian 0,00-0,50 meter 4) Arus : Utara - Selatan Angin : Musim Selatan dari Bulan Mei - oktober, Musim Barat dari Bulan Desember-Pebruari. Temperatur : ± 28o C 5) Tekanan Udara : ± 1014 mb b) Kondisi Traffic Kondisi aktifitas penumpang di Pelabuhan Gorontalo dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2001 jumlah penumpang yang naik (berangkat) tercatat 56.800 orang dan yang turun (datang) 52.215 orang. Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2002 dimana jumlah penumpang yang naik (berangkat) tercatat 46.992 orang dan yang turun (datang) 43.367 orang. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2003 dan 2004 sedangkan pada tahun 2005 kembali mengalami peningkatan.
Final Report
IV - 120
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.72 Jumlah Penumpang Naik dan Turun di Pelabuhan Gorontalo
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan Rata-rata
Kegiatan Penumpang Naik Turun 56.800 52.215 46.992 43.367 35.076 36.335 35.443 44.388 42.526 38.127 32.923 33.299 71.109 41.125 49.403 51.589 48.412 48.426 55.719 53.106 58.639 55.515 0,32 %
0,61 %
Sumber: Pelindo IV, 2012 Dari tabel diatas diketahui jumlah rata-rata pertumbuhan arus naik turunnya penumpang dipelabuhan Gorontalo 10 tahun terakhir mencapai 0,31% untuk naik (berangkat) dan 0,61% untuk turun (datang). Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
80.000 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 10.000 0
2001
2002
2003
2004 TURUN
2005
2006
2007
2008
2009 NAIK
2010
2011
Gambar 4.41 Grafik Arus Naik Turun Penumpang Di Pelabuhan Gorontalo
Final Report
IV - 121
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Prosentase Kenaikan Tiap Tahun 120 100 80 60 40 20 0 TURUN
-20 -40
2001
2002
2003
NAIK 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 4.42 Grafik Persentase Kenaikan Tiap Tahun Naik Turunnya Penumpang di Pelabuhan Gorontalo Selain aktifitas penumpang, kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Gorontalo juga mengalami fluktuasi khususnya pada tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya. Untuk rata-rata pertumbuhan 10 tahun terakhir untuk aktifitas bongkar mencapai angka 11,96% dan untuk aktifitas muat mencapai angka 10,29%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini. Tabel 4.73 Jumlah Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo (Ton/M3)
Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan rata-rata
Bongkar 181.165 162.999 224.995 383.290 356.675 327.638 715.758 184.051 473.371 474.144 560.889
Muat 52.818 68.498 171.722 183.343 190.077 189.298 435.558 154.390 128.199 173.889 140.636
11,96%
10,29%
Sumber: Pelindo IV, 2012
Final Report
IV - 122
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 Bongkar
300.000
Muat
200.000 100.000 0
200 200 200 200 200 200 200 200 200 201 201 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1
Bongkar 181. 162. 224. 383. 356. 327. 715. 184. 473. 474. 560. Muat
52.8 68.4 171. 183. 190. 189. 435. 154. 128 173 140
Gambar 4.43 Fluktuasi jumlah kegiatan bongkat muat Barang di Pelabuhan Gorontalo
200
150 100 50 0
BKR
MUAT
-50 -100
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Gambar 4.44 Grafik Persentase Kenaikan Tiap Tahun Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo Sedangkan untuk kunjungan kapal di pelabuhan Gorontalo, jika membandingkan data kunjungan kapal pada tahun 2011 tercatat kapal yang datang mencapai 1.998 kapal dan yang berangkat 1.997 kapal. Sangat jauh dengan kunjungan kapal pada tahun 2001 yang hanya mencapai 733 kapal
Final Report
IV - 123
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi yang tiba dan 733 kapal yang berangkat. Dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 10,55% untuk kapal yang tiba (datang) dan 10,54% untuk jumlah kapal yang berangkat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel 4.74 Jumlah Kapal Yang Tiba dan Berangkat di Pelabuhan Gorontalo
TAHUN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan Rata-rata
TIBA BERANGKAT 733 733 737 737 825 825 707 707 723 747 671 651 513 499 440 435 909 914 1.976 1.976 .998 1.997 10,55 % 10,54 %
Sumber: Pelindo IV Berangkat 2011 2009 2007 2005 2003 2001
914 909 435 440 499 513 651 671 747 723 707 707 825 737825 737 733 733
Tiba 1.997 1.998 1.976 1.976
Gambar 4.45 Grafik Jumlah Kapal Yang Tiba dan Berangkat di Pelabuhan Gorontalo
Final Report
IV - 124
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Prosentase Kenaikan Tiap Tahun 800 600 400 200 0 Tiba
-200 2001
Berangkat
Prosentase Kenaikan Per Tahun 2005 2002 2003 2004
2006
Gambar 4.46 Grafik Persentase Kenaikan Tiap Tahun Kunjungan Kapal di Pelabuhan Gorontalo 2. Fasilitas Pelabuhan a. Ukuran kapal maximum yang dapat masuk di Pelabuhan: - Panjang : 125 M, - Draft : 6 meter - Batas Tonose kapal wajib Pandu: Belum wajib Pandu. b. Tempat sandar Dermaga Umum 1: Panjang : 59 M Kadalamon : 6-11 M Dibuat dari : Beton Dermaga Umum H: Panjang : 75 M Kedalaman : 6-14 M Dibuat dari : Beton Dermaga Khusus (Pertamina) Panjang :15 M Kedalaman : 5-15 M Dibuat dari : Beton DERSUS BPPPl : Panjang : 26 M Kedalaman : 6-10 M c. Alat Bongkar Muat : Forklif : 2 Buah Kapasitas 2,5 Ton Mobil Crane : tidak ada Gerobak Dorong : ada, cukup Pallet : ada, cukup Jalo/Slong : ada, cukup d. Gudang/Lap.Penumpukan : Gudang 01: 582 M2 Kontruksi Beton
Final Report
IV - 125
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Gudang 02 :1.000 M2 Kontruksi Beton Gudang SLuasta : 2 Bauh Kapasitas : 2.100 T/M2 Lapangan Penumpukan : Luas : 800 M2 e. Terminal Penumpang : Ada Lebih lengkapnya fasilitas Pelabuhan Gorontalo dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.75 Fasilitas di Pelabuhan Gorontalo No
Fasilitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Dermaga I Dermaga II Dermaga III Trestle Dermaga III Kantor Lapangan Penumpukan Terminal Penumpang Gudang I Gudang II Fasilitas Dermaga I Dermaga II Dermaga III Trestle Dermaga III Kantor Lapangan Penumpukan Terminal Penumpang Gudang I Gudang II Fasilitas Dermaga I Dermaga II Dermaga III Trestle Dermaga III Kantor Lapangan Penumpukan Terminal Penumpang Gudang I Gudang II
Final Report
2001 60 m X 10,5 m 120 m X 10 m 250 m2 1.000 m2 800 m2 560 m2 1.000 m2 2005 60 m X 11 m 120 m X 10 m 250 m2 1.000 m2 800 m2 560 m2 1.000 m2 2009 60 m x 11 m 120 m X 10 m 21 m x 15 m 250 m2 1.000 m2 800 m2 560 m2 1.000 m2
Kondisi 2002 2003 60 m X 10,5 60 m X 10,5 m m 120 m X 10 m 120 m X 10 m 250 m2 250 m2 1.000 m2 1.000 m2 800 m2 800 m2 560 m2 560 m2 1.000 m2 1.000 m2 2006 2007 60 m x 11 m 60 m x 11 m 120 m X 10 m 120 m X 10 m 250 m2 250 m2 1.000 m2 1.000 m2 800 m2 800 m2 560 m2 560 m2 1.000 m2 1.000 m2 2010 2011 60 m x 11 m 60 m x 11 m 120 m X 10 m 120 m X 10 m 39 m x 15 m 39 m x 15 m 21 m x 15 m 21 m x 15 m 250 m2 250 m2 1.000 m2 1.000 m2 800 m2 800 m2 560 m2 560 m2 1.000 m2 1.000 m2
2004 60 m X 10,5 m 120 m X 10 m 250 m2 1.000 m2 800 m2 560 m2 1.000 m2 2008 60 m x 11 m 120 m X 10 m 250 m2 1.000 m2 800 m2 560 m2 1.000 m2
IV - 126
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 3. Pelayanan pelabuhan 1). Kepanduan : tidak ada 2). Kapal Tunda : tidak ada 3). Air Tawar : 30 T/M2 (PDAM) 4). Kemampuan B/M: Cargo Umum : 20 T/G/J Curah Kering . 18 T/G/J Curah Cair :18 T/G/J 5). Tenaga Kerja pelabuhan : 540 orong 5. Pelayanan Umum :, EMKL : 11 Buah PBM : 5 Buah Pelayanan : PELDAGRI : 6 Bh : PELRA : 1 Bh : NON PEL : 2 Bh Bank: ada (BDN,BNI 46,BBD, BPD, DANAMON, BTN) Telkom dan Kantor Pos : ada Pemadam Kebakaran : ada (PEMDA dan PERTAMINA) Depo Alat Navigasi : tidak ada Hotel/Penginapan ada (10 Buah) Rumah Sakit : 4 Buah (sate diantaranya type C) e. Pelabuhan Belang-Belang
Secara administrasi Pelabuhan Belang-belang terletak di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Dari segi geografis letak Pelabuhan Belang-belang sangat strategis sebab berada di selat Makassar yang berdekatan dengan pulau Jawa dan Kalimantan. [
Alur pelayaran di Pelabuhan Belang-belang melalui 3 buah rambu suar yang dipasang di sisi barat pelabuhan. Total panjang alur berkisar 1,65 km dengan kedalaman berkisar -25 hingga -100 LWS. Kolam Pelabuhan berbentuk memanjang dengan lebar 300 m, kedalaman kolam berkisar -7,00 hingga -35 m LWS. Secara geografis berada pada koordinat : 002°028΄025˝ Lintang Selatan dan 119°007΄030˝ Bujur Timur dengan Peta Laut Nomor 175 Secara umum kondisi gelombang di Pelabuhan Belang-belang cukup tenang. Hal ini diakibatkan karena adanya pulau Liupang yang terletak di depan dermaga Pelabuhan Belang-belang. Sama halnya dengan gelombang, keadaan arus di Pelabuhan Belang-belang cukup tenang. Kecepatan arus yang paling besar 0,05 m/s dan yang terendah 0,02 m/s.
Final Report
IV - 127
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 1) Fasilitas Pelabuhan Pelabuhan Belang – Belang memiliki areal darat seluas 5 hektare yang diperuntukkan sebagai lapangan penumpukan, gudang dan kantor. Sebagai penghubung antara dermaga dengan fasilitas darat adalah tretle dan causeway. Trestle dibangun dengan konstruksi beton bertulang di atas tiang pancang, sedangkan konsntuksi causeway berupa timbunan tanah dan pasir serta pelindung dari timbunan batu kali. Dermaga I terbuat dari beton bertulang dengan ukuran (15 x 62)m², panjang trestle adalah 19 meter dan lebar 6,4 meter sedangkan causeway dengan panjang 22 meter dan lebar 6,4 meter. Dibangun tahun 1989 . Dermaga II terbuat dari beton bertulang dengan ukuran (101 x 15,7)m², dibangun tahun 2009 dengan biaya Rp. 86.000.000.000.Lapangan Penumpukan 138.000 m², gudang 3 buah dan Ship Call 631 unit. Kondisi eksisting dermaga pelabuhan Belng-Belang dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 4.47 Kondisi Eksisting Dermaga Pelabugan Belang - Belang Alat bongkar muat secara mekanik di pelabuhan Belang – Belang belum tersedia, sehingga proses bongkar muat dilakukan dengan tenaga manual, sehingga prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama dan mahal. Saat ini kegiatan bongkar muat dilakukan oleh perusahaan jasa bongkar muat, salah satunya adalah PT. CITRA BERSAMA. Untuk memudahkan proses
Final Report
IV - 128
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi bongkar muat, pada umumnya kapal dilengkapi dengan self sustained container crane. Jaringan air bersih sudah ada namun kapasitasnya relative masih kecil sehingga belum mampu mensuplay kebutuhan air tawar baik untuk MCK maupun untuk kapal – kapal yang berlabuh waluoun sarana air bersih tersebut sudah dilengkapi dengan tendon air. Saat ini pelabuhan belang – Belang telah ada pihak investor yang bergerak pada penyediaan aspal curah yang siap melayani permintaan aspal curah untuk kebutuhan pembangunan jalan di wilayah Sulawesi Barat. Di Pelabuhan telah dibuat tangki penampungan kapasitas 2.300 ton. Untuk memudahkan para pelanggang saat ini telah tersedia lima unit mobil tangki aspal. Tangki aspal PT. Bumi Sarana dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 4.48 Tangki Aspal PT Bumi Sarana Utama Fasilitas lainnya yang ada saat ini adalah base came untuk pegawai dan karyawan pelabuhan. Disamping itu pula terdapat sarana operasional untuk mendukung kegiatan SAR dan patroli di Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan (DLKP), selain itu pula telah ada menara suar sebanyak 3 buah sebagai sarana bantu navigasi guna memandu kapal untuk memasuki area dermaga dengan aman tanpa harus dilakukan pemanduan dengan kapal pandu
Final Report
IV - 129
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2) Arus Bongkar Muat Kegiatan bongkar muat di pelabuhan Belang-Belang berdasarkan data – data selama 6 tahun terakhir sejak 2005 hingga tahun 2010. Kegiatan bongkar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun . Untk tahun 2005 terjadi aktivitas bongkar sebanyak 7.815 ton, tahun 2007 menjadi 29.425 ton, bahkan tahun 2009 naik menjadi 47.124 ton. sebagaimana ditunjukkan pada tabel 7. Untuk kegiatan traffic yang terjadi peningkatan dari tahun 2005 yakni 45.574 ton kemudian pada tahun 2008 mengalami kenaikan yang cukup tinggi menjadi 353.584 ton, namun mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi 343.974 ton kemudian naik lagi pada tahun 2010 menjadi 365.729 ton Tabel 4.76 Kegiatan bongkar muat di pelabuhan Belang – Belang tahun 2005 – 2009 (Ton)
Tahun
Bongkar
Muat
Jumlah
2005 7.815 45.574 2006 12.716 53.813 2007 29.425 254.169 2008 36.338 353.584 2009 47.124 343.974 2010 67.535 365.729 Sumber ; Laporan KPP Belang-Belang 2010
53.389 66.529 283.594 389.922 391.098 433.264
3) Arus Kunjungan Kapal Realisasi arus kunjungan kapal di Pelabuhan Belang – Belang menurut jenis pelayaran yaitu PELNAS, PELNI dan PELRA. Tabel 4.77 Data Kunjungan Kapal Menurut Jenis Pelayaran
Tahun Jenis Pelayaran PELNAS PELNI PELRA Jumlah
Satu an Call Call Call
2005 59 0 51 110
2006 77 0 56 133
2007 184 11 280 475
2008 267 10 352 629
2009 282 15 284 581
2010 272 16 285 573
Sumber : Laporan KPP Belang – Belang, 2010.
Final Report
IV - 130
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 4) Arus Bongkar Muat Menurut Jenis Komoditi Arus bongkar barang di Pelabuhan Belang – Belang selama 5 tahun terakhir memperlihatkan adanya kenaikan pada barang – barang tertentu, dan arus muat pada beberapa komuditas mengalami kenaikan dan ada juga yang cenderung menurun, dalam hal ini akan diambil 5 macam barang dan 5 macam komoditi. Tabel 4.78. Data Arus Bongkar TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Semen 5350 8450 13305 20365 29690 42060
Pupuk 2415 4266 13105 15508 14496 20265
BONGKAR BBM Gencar 0 0 0 0 230 2600 265 65 115 2749 0 3638
Aspal 0 0 0 0 0 0
Sumber : Laporan KPP Belang – Belang, 2010 Tabel 4.79 Data Arus Muat Muat Tahun Kayu Pasir/Sirtu Jagung 2005 1114 31453 0 2006 12386 37607 0 2007 22378 36941 2854 2008 19892 50247 3044 2009 2389 61808 2645 2010 1204 36481 2986 Sumber : Laporan KPP Belang – Belang, 2010.
Final Report
Kornel 0 0 32402 43763 42307 36383
CPO 0 0 156010 234461 234070 241556
IV - 131
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi f.
Pelabuhan Tahuna Pelabuhan Tahuna secara geografis berkedudukan di Ibu kota Kabupaten Kepulauan Sangihe berjarak sekitar 142 mil dari Pelabuhan Manado dan terletak disebelah barat pantai Pulau Sangihe pada posisi 30º 36’ 16’’ Lintang Utara,125º 30’ 10’’ Bujur Timur. 1) Keadaan Alam/Geografis : a) Pasang surut : Campuran yang condong keharian ganda b) Gelombang : Ketinggian 0,5 (pada bulan November s/d Pebruari ) c) Arus : Kecepatan Maximum 2 knot/jam arah mengikuti arus pasang surut. d) Angin : Pada musim selatan dari bulan Juni s/d September, dan pada musim barat dari bulan Oktober s/d Desember. Kedua musim ini yang sangat mempengaruhi masuk keluar kapal di Pelabuhan Tahuna. e) Temperatur : Rata-rata 31º C. f) Alur : Panjang 1.950 m lebar 650 m Kedalaman 60 m g) Keadaan perairan : Berupa teluk. 2) Sarana Bantu Navigasi : a) Rambu suar Pelabuhan Tahuna. DSI (Daftar Suar Indonesia) Nomor ; 5.431. Posisi : 03º 35’ 55’’ U/125º 29’ 06’’T Periode : Terang 05 – Gelap 1,5 – Terang 05 Gelap 7,5 Jumlah 8 detik. Jarak Tampak : 16 mil Tinggi : 30 meter Elevasi: 32 meter
3). Status Pelabuhan : 1. Pelabuhan Tahuna berstatus Pelabuhan yang diselenggarakan oleh Pemerintah artinya Kantor Pelabuhan disamping melaksanakan fungsi pemerintahan di Pelabuhan juga mengelola Jasa Pelabuhan, sesuai dengan keputusan Menteri Perhubungan nomor : KM. 63 Tahun 2002 tanggal 2 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan. 2. Pelabuhan Tahuna diklasifikasikan sebagai Pelabuhan Kelas IV dari jenis kegiatannya masih berstatus Pelabuhan Nusantara belum terbuka untuk perdagangan Luar Negeri.
Final Report
IV - 132
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 4). Fasilitas Pelabuhan. Tabel 4.80 Fasilitas Pelabuhan Tahuna No
Nama Fasilitas
Volume Barang 3 8 M² 8 M² 8 M² 8 M² 8 M² 6 M²
Tahun Pero lehan 4 1979 1991 1998 2003 2004 2008
Kond isi Baik Rsk 5 6a 64 x 8 M² 46 x 8 M² 15 x 8 M² 40 x 8 M² 35 x 8 M² 90 x 6 M² -
Rss 6b -
1 1.
2 Dermaga – 1 Dermaga – 2 Dermaga – 3 Dermaga – 4 Dermaga – 5 Dermaga Rakyat
64 x 46 x 15 x 40 x 35 x 90 x
2.
Trestle – 1 Trestle – 2 Trestle - 3
10 x 6 M² 35 x 6 M² 37 x 6 M²
1979 1991 2004
10 x 6 M² 35 x 6 M² 37 x 6 M²
-
-
3.
Lapangan Penumpukan-1 Lapangan Penumpukan-2 Lapangan Penumpukan-3
1.000 M²
1991
1.000 M²
-
-
2.250 M²
2005
2.250 M²
-
3.250 M²
2006
3.250 M²
-
1991 1999
1.000 M² 1.250 M²
-
-
4.
Lapangan Parkir Lapangan Parkir
1.000 M² 1.250 M²
5.
Gudang Tertutup Gudang Tertutup
15 x 40 M ² 1990 15 x 40 M ² 2009
15 x 40 M² 15 x 40 M²
-
6.
Terminal Penumpang Gedung Kantor Ex Kanpel Tahuna Gedung Kantor Gedung Kantor KPLP Gedung Kantor Gedung Kantor
12 x 25M²
1992
12 x 25M²
-
42 M² 162 M² 42 M² 150 M² 150 M²
1972 1979 1989 2007 2009
162 M² 42 M² 150 M²
7.
8.
Jalan Pelabuhan Tahuna (keluar) Jalan Pelabuhan
Final Report
6 x 400 M² 1991
6 x 400 M²
42 M² -
KET 6c Replacement 29,2x8 m² T.A.2005 Pjg.Dermaga s/d T.A.2009 = 200 M Dermaga Rakyat Pjg = 90 M Replacemen 10x6 m² T.A.2005 Pjg.Trestle s/d T.A.2009 = 82 M2
Luas Lapangan - Penumpukan s/d T.A.2009 - = 6.500 M2
-
-
Hotmix T.A.2007
IV - 133
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tahuna (masuk) 9. 10 11. 12.
6,5 x M²
219 1998
6,5 x 219M²
-
-
Bak Penampung Air Bersih Pagar Pengaman Pagar BRC
50 Ton 700 M² 325 M²
1991 1991 2009
50 Ton 600 M² 325 M²
-
-
Gedung Pos Jaga 1 Gedung Pos Jaga 2 Gedung Pos Jaga 3 Talud – 1 Talud – 2 Talud – 3 Talud - 4
20 M² 09 M² 09 M² 100 M² 130 M² 115 M² 260 M²
1985 1986 2000 1991 1998 2003 2007
20 M² 09 M² 09 M² 100 M² 130 M² 115 M² 260 M²
-
-
Sumber: Adpel Pelabuhan Tahuna, 2012 Menara Suar Tg.Tahuna. DSI (Daftar Suar Indonesia) Nomor ; 5.430. Posisi : 03º 35’ 55’’ U/125º 29’ 06’’T Periode : Terang 1 – Gelap 2 – Terang 3 Jarak Tampak : 25 mil Tinggi : 130meter Stasion Radio Pantai : Tahuna Radio /PKM 25 Jam kerja H 8 Frekuensi 2.182 KHZ,6.215 KHZ VHF Ch. 16. Fasilitas Lainnya : 1. Demaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) Pertamina Panjang 15 M’ 2. Depot BBM Buah kapasitas 500 Ton 3. Pool Konsumen Kapasitas 30 Ton 5. Kegiatan Operasional Pelabuhan Tahuna Tabel 4.81 Kegiatan Operasional Bongkar Muat Barang dan Naik Turun Penumpang di Pelabuhan Tahuna Kegiatan Operasional Tahun Kunjungan Bongkar Muat Penumpang Penumpang Kapal (call) (Ton/M3) (Ton/M3) Naik (Orang) Turun (Orang) 2004 1.438 50.358 21.740 77.128 81.267 2005 1.198 51.669 16.842 69.594 67.491 2006 1.238 51.087 23.144 81.267 69.622 2007 986 55.262 19.908 79.452 53.574 2008 1.114 49.627 25.855 68.178 79.983 2009 1.123 87.874 26.915 92.275 101.256 2010 1.048 85,473 20,839 107.003 138,074 2011 1.048 82,256 8.336 110.772 119.565
Final Report
IV - 134
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tenaga Kerja Pelabuhan Tahuna : Tenaga Kerja Bongkar/Muat (TKBM) = 400 orang Tenaga Kerja Bagasi = 104 orang
6. Perusahaan Pelayaran/Penunjang Angkutan Laut. 1. Perusahaan Angkutan Laut Dalam Negeri : Status Cabang : PT. Pelni : PT. Fajar lines : PT. Tri Karya Raya Lines PT. Lintas Utara Lines PT. Agra Marisetia Lines PT. Sakti Inti Makmur 2. Perusahaan Pelayaran Rakyat Status Cabang
: : PT.Sinar Bahtera : PT. Yedutun. : PT.Nusa Aldus
Status Pusat 3. Non Pelayaran: Pertamina 4. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) Status Pusat : PT. Eka Jaya Sakti : PT. Kakendage
PT. Ci Jasa 5. Perusahaan Ekspedisi Traffic Kapal Laut (EMKL) : Status Pusat : PT. Tahuna Mentari : PT. Seltovone Status Cabang : PT. Idola Permai 7. Armada Laut yang tersedia : Tabel 4.82 Nama Kapal Yang Melayani Pelabuhan Tahuna NAMA KAPAL KM. BERKAT TALODA KM. BERKAT TALODA
KM. DARAKI NUSA KM. SANGIANG
Final Report
TRAYEK Tahuna, Kawaluso, Kawio, Matutuang, Ke Kep. Talaud (R.18) Tahuna, Kawaluso, Kawio, Matutuang, Ke Kep. Talaud (R.17) Kahakitang, Tahuna,Lipang, Kawaluso, Kawio, Matutuang, Ke Kep. Talaud (R.16) Tahuna, Lirung, Kakorotan,
TRIP Seminggu Sekali Seminggu Sekali
Seminggu Sekali Dua Minggu Sekali
IV - 135
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Miangas. PP KM. MARINE TERATAI
Tahuna - Manado PP
KM. TERA SANCTA
Tahuna - Manado PP
KM. KARYA INDAH KM. SUNLIA KM. EKSPRES BAHARI C KM. PRIMA OASIS
Tahuna - Manado PP Tahuna - Manado PP
Setiap hari secara bergantian Setiap hari secara bergantian Selasa - Sabtu Senin.
Tahuna – Manado PP
Selasa, Kamis, Sabtu
Tahuna – Manado PP Tahuna, P. Tatoareng, Manado/Bitung
Senin, Rabu, Jumat
Kapal Pelra
Sumber: Adpel Pelabuhan Tahuna, 2012
Gambar 4.49 Kondisi Eksisting Pelabuhan Tahuna, Pelabuhan Induk (Kiri) Dermaga Rakyat (Kiri)
Final Report
IV - 136
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi g. Pelabuhan Bau-Bau 1. Letak / Posisi Pelabuhan Bau-Bau terletak di Pulau Buton dibagian Tenggara pulau Sulawesi poda, posisi 05°-27'-22" LS / 1220-36’-48” BT adalah lebih dominan sebagai Pelabuhan Transit karena tempat persinggahan kapal-kapal dari Barat ke Timur dan sebaliknya serta dari Utara ke Selatan, Timur Indonesia. Pelabuhan ini didukung pula oleh beberapa Pelabuhan Khusus salah satu diantaranya adalah Pelabuhan Khusus Aspal di Banabungi. 2. Keadaan Hidro Oseanografi a. Hidrografi Sepanjang pantai Pelabuhan Bau-Bau adalah merupakan pemukimam sebahagian penduduk kota Bau-Bau baik yang di Timur maupun di bagian Barat Pelabuhan dan hanya kurang lebih 500 meter kearah Barat pantai langsung dibatasi oleh Jalan Yos sudarso dari permukiman penduduk. Pintu masuk Pelabuhan Bau-Bau berada di antara Tg.Pangela (Ujung Barat Daya Pulau Muna dan Tg. Kaubula daratannya curam tetapi tidak tinggi. Memasuki Pelabuhan Bau-Bau dapat dilakukan dari 2 arah yaitu dari arah Barat titik pengenal yang utama ialah mesjid berwarna putih dengan tiang bendera istana, , mesjid itu letaknya kira-kira 20 meter dari tiang bendera, lebih setengah jam perjalanan sebelah Selatan Pelabuhan Bau-Bau dari jurusan Laut kelihatan jelas sedangkan dari Utara melalui selat Buton melewati alur sempit pada umumnya tepi pantai sebelah menyebelah rendah dengan daratan yang berbukit-bukit b. Pasang Surut Sifat pasut : Campuran yang condong kehadiran ganda. Tunggang air rata-rata pada - pasang purnama : 140 Cm pasang mati : 70 Cm
c. Angin Angin di Pelabuhan Bau-Bau di dominasi oleh dua musim yaitu musim Barat dan musim Timur yang terjadi sebagai berikut : 1) Angin Barat terjadi pada bulan Desember s/d awal April. 2) Angin Pancaroba terjadi pada bulan April s/d pertengahan buan Mei. 3) Angin Timur pada pertengah bulan Mei s/d awaI bulan Oktober. 4) Angin Pancaroba terjadi pada awal bulan Oktober s/d awal bulan December. d. Temperatur Berkisar 28° C. e. Tekanan Atmosfir : 1012,8 milibar f. Fasilitas Pelabuhan
Final Report
IV - 137
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Ukuran kapasitas kapal masuk dalam Pelabuhan - Paniang : 200 meter Draft : ± -9 meter g. Fasilitas : 1) Tempat sandar - Dermaga Umum : 180 meter - Konstruksi : Beton - Border Laut : 2 buah 2) Alur navigasi panjang 9,63 mil Lebar 21 meter Kedalaman minimum -14 Lws Dasar pasir dan karang 3) Kolam Luas 1,0404 Ha Kedalaman minimum kolam -10 Lws Kedalaman maksimum kolam -14 mLws Kedalaman sisi dermaga -7 mLws s/d -10 mLws 4) Alat bongkar must : tidak ada 5) Gudang/lapangan penumpukan : 2.400 m2 6) Terminal Penumpang : 1 buah dengan Luas : 780 m2 7) Dermaga Khusus - Khusus Penyeberangan: Panjang : 47 meter Konstruksi : Beton - Khusus Pertamina Panjang : 110 meter Konstruksi : Beton Border Laut : 2 buah - Khusus Perikanan/Perken Panjang : 40 meter Konstruksi : Tiang beton lantai kayu - Tambang Aspal Panjang : 60 meter Konstruksi : Beton Border laut 3 buah f. Pelayanan Pelabuhan 1) Kepanduan : tidak ada 2) Kapal Tunda : tidak ada 3) Air tawar : dapat melayani 500 ton/hari 4) Kemampuan bongkar muat : 40 ton/jam 5) Pelayanan Umum : a) EVXL : 3 buah b) Bank : 4 buah (dari pelabuhan +200 m s/d 750 m) c) Telkom : 2 buah (dari pelabuhan 50 m)
Final Report
IV - 138
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
d) Rumah Sakit : 1 buah (dari pelabuhan 100 m) 6) PBM : 5 buah 7) Petugas Port State Control ada dan tersedia 3. Aktivitas Pelabuhan Arus kunjungan kapal di Pelabuhan Bau-Bau pada tahun 2010 untuk pelayaran rakyat mencapai 2.028 Call dengan 108.561 GRT, pelayaran perintis mencapai 115 Call dan dengan 62.432 GRT, Pelayaran luar negeri mencapai 28Call dengan 212.083 GRT dan Pelayaran dalam negeri mencapai 2.903 Call dengan 4.616.481 GRT. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.83 Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Bau-Bau Tahun 2010 ARUS KUNJUNGAN KAPAL GRT/ CALL GRT KAPAL
NO
JENIS PELAYARAN
1
Pelayaran Rakyat
2.028
108.561
53,53
2
Pelayaran Perintis Pelayaran Luar Negeri Pelayaran Dalam Negeri
115
62.432
542,89
28
212.083
7.574,39
2.903
4.616.481
1.590,24
Jumlah
5.074
4.999.557
985,33
3 4
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bau-Bau, 2012 Untuk arus barang di Pelabuhan Bau-Bau, pelayaran rakyat jumlah barang yang di bongkar sebesar 37.400 ton dan barang yang dimuat sebesar 21.353 ton. Pelayaran luar negeri, jumlah barang yang di bongkar sebesar 75.596 ton. Sedangkan untuk pelayaran dalam negeri, jumlah barang yang di bongkar mencapai 643.949 ton dan yang di muat mencapai 309.801 ton. Tabel 4.84 Arus Barang dan Penumpang di Pelabuhan Bau-Bau Tahun 2010 NO
JENIS PELAYARAN
ARUS BARANG (TON)
BONGKAR MUAT Pelayaran Rakyat 37.400 21.353 Pelayaran Perintis Pelayaran Luar 3 75.596 Negeri Pelayaran Dalam 4 643.949 309.801 Negeri Jumlah 756.945 331.154 Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bau-Bau, 2012 1 2
Final Report
ARUS PENUMPANG
JUMLAH 58.753 0
NAIK 12.475 510
TURUN 12.490 388
JUMLAH 24.965 898
75.596
0
953.750
387.969
333.893
721.862
1.088.099
400.954
346.771
747.725
IV - 139
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Arus kunjungan penumpang di Pelabuhan Bau-Bau tahun 2010 untuk pelayaran rakyat yang naik sebesar 12.490 orang dan yang turun sebesar 12.490 orang. Untuk pelayaran perintis jumlah penumpang yang naik sebesar 510 orang dan yang turun 388 orang. Sedangkan pelayaran dalam negeri jumlah penumpang yang naik mencapai 387.969 orang dan yang turun mencapai 333.893 orang.
Final Report
IV - 140
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi h. Pelabuhan Anggrek 1) Fasilitas Pelabuhan Fasilitas yang terdapat dipelabuhan Anggrek hampir sama dengan fasilitas di beberapa pelabuhan lain di Pulau Sulawesi antara lain Dermaga, Terminal Penumpang, Kantor, Lapangan Penumpukan, Gudang dan Tempat parkir. Dari tahun 2001 sampai tahun 2011 tidak terjadi penambahan jumlah fasilitas hanya penambahan dimensi (ukuran) untuk setiap fasilitas yang ada. a) Luas Area : 66 Ha b) Panjang Dermaga : 200 m c) Luas Gudang : 600 m2 & 300 m2 d) Luas Lapangan Penumpukan : 24.000 m2 e) Kedalaman Kolam Pelabuhan : 12 s.d 15 m f) Terminal Penumpang : 500 m2 g) Tanki Gula Tetes : 1 Unit DIA. 28 m h) Tanki Aspal Cair : 1 Unit DIA. 15 m Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.85 Fasilitas di Pelabuhan Anggrek No 1 2 3 4 5 6
Fasilitas Dermaga Terminal Penumpang Kantor Lapangan Penumpukan Gudang Tempat Parkir
2009 153 m X 12 m 600 m2 480 m2 3.900 m2 30 m2 1.546 m2
Kondisi 2010 153 m X 12 m 600 m2 480 m2 3.900 m2 30 m2 1.546 m2
2011 153 m X 12 m 600 m2 480 m2 3.900 m2 30 m2 1.546 m2
Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Gorontalo, 2012 2) Kunjungan Kapal Kunjungan kapal pada suatu pelabuhan merupakan aktivitas yang terjadi dalam serangkaian keseluruhan aktivitas dalam areal pelabuhan. Untuk di Pelabuhan Anggrek dari tahun ke tahun jumlah kunjungan kapal cenderung berfluktuasi tergantung kondisi ekonomi dan aktivitas masyarakat yang terjadi pada saat itu. Pada tahun 2003 jumlah kunjungan kapal yang tiba di Pelabuhan Anggrek mencapai 193 kapal dan yang berangkat mencapai 187 kapal. Kemudian terjadi penurunan pada tahun 2004 dimana kapal yang tiba berjumlah 80 kapal dan yang berangkat berjumlah 79 kapal. Dan meningkat kembali pada tahun 2005 dimana jumlah kapal yang tiba mencapai 123 kapal dan yang berangkat mencapai 123 kapal, dan jumlah tersebut menurun kembali pada tahun 2006. Jumlah kunjungan kapal yang paling rendah terjadi pada tahun 2008 yaitu hanya mencapai 22 kapal tiba dan 20 kapal berangkat. Selengkapnya
Final Report
IV - 141
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Anggrek dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.86 Jumlah Kunjungan Kapal di Pelabuhan Anggrek Tahun Tiba Berangkat 0 0 2001 0 0 2002 193 187 2003 80 79 2004 123 123 2005 72 72 2006 102 97 2007 22 20 2008 68 70 2009 94 93 2010 73 73 2011 -11,44% -11,09% Pertumbuhan rata-rata Sumber : Dinas Perhubungan Gorontalo, 2012 193
200
187
2001
180
2002
160
2003
140
123
120
123 102
100
80
80
72
2004 97
94 79
68 73
72
93
2005
70 73
2006 2007
60
40 20
22 0 0
20 0 0
2009 2010
0 Tiba
2008
Berangkat
2011
Gambar 4.50 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Anggrek
Final Report
IV - 142
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 3) Arus Bongkar Muat Arus bongkat muat barang di Pelabuhan Anggrek Cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 24,84% untuk kegiatan bongkar barang dan 6,06% untuk kegiatan muat barang. Dari angka pertumbuhan tersebut, pada tahun 2007 terjadi aktvitas bongkar muat yang paling tinggi sebesar 162.068 untuk kegiatan bongkar dan 134.562 untuk kegiatan muat. Sedangkan yang terendah kegiatan bongkar pada tahun 2004 dengan jumlah traffic yang dibongkar sebesar 20.421 ton dan yang dimuat sebesar 9.609 ton pada tahun 2005. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut ini. Tabel 4.87 Bongkar Muat Barang (Ton) di Pelabuhan Anggrek Tahun Bongkar Muat 22.605 22.579 2003 20.421 19.926 2004 23.878 9.609 2005 42.863 21.101 2006 162.068 134.562 2007 20.756 6.268 2008 44.249 30.013 2009 100.778 74.181 2010 133.337 36.122 2011 24,84% 6,05% Pertumbuhan rata-rata Sumber : Dinas Perhubungan Gorontalo, 2012
Muat 0 0
Bongkar 0 0
0
36.122 74.181 30.013 6.268 21.101 9.60919.926 22.579
44.249 20.756 42.863 23.878 20.421 22.605
50.000
2011 2010 134.562
2009 2008
133.337 100.778 162.068
100.000 150.000 200.000
2007 2006 2005
2004 2003
Gambar 4.51 Grafik Kegiatan Aktivitas Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Anggrek
Final Report
IV - 143
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.88 Jenis Komoditas di Pelabuhan Anggrek No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Gula Tetes Jagung Semen Raw Sugar Aspal Pupuk Campuran
Arus Kapal (Call) s/d Nov 2010 2011 7 1 17 5 29 30 2 6 4 12 8 6 7 77 57
Arus Barang (Ton/M3) 2010
s/d Nov 2011
1.340 46.407 61.250 6.057 19.550 10.446 175.050
10.206 23.072 66.600 20.000 5.136 17.404 11.262 153.680
Ket
Sumber : Dinas Perhubungan Gorontalo, 2012
Selain kegiatan bongkar muat barang di Pelabuhan Anggrek, aktivitas lain yang terjadi di Pelabuhan Anggrek adalah kegiatan naik turunnya penumpang. Di Pelabuhan Anggrek terjadi penurunan aktivitas kegiatan penumpang dati tahun ke tahun tercatat pada tahun 2003 jumlah penumpang yang naik berjumlah 2.450 orang dan yang turun berjumlah 1.880 orang. Dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2006 yang hanya mencapai 261 orang yang naik dan 155 orang yang turun. Dari penurunan tersebut terakumulasi penurunan pertumbuhan rata-rata antara -52,24% sampai -56,11%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.89 Jumlah Kegiatan Naik dan Turun Penumpang Di Pelabuhan Anggrek Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan rata-rata
Naik 2.450 1.320 261 -52,24%
Turun 1.880 980 155 -56,11%
Sumber : Dinas Perhubungan Gorontalo, 2012
Final Report
IV - 144
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
2.500
2.450 2001 2002
1.880
2.000
2003 2004
1.320
1.500
2005 980
2006
1.000
2007
500
261
00
0
00000
155
00
0
00000
0
2008 2009 2010
Naik
Turun
2011
Gambar 4.52 Grafik Naik Turun Penumpang di Pelabuhan Anggrek
Final Report
IV - 145
Gambar. 4.53 Layout Eksisting Pelabuhan Anggrek
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Final Report
IV - 146
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi j. Pelabuhan Garongkong Eksisting pelabuhan garongkong merupakan pelabuhan ferry, namun kedepannya akan direncanakan sebagai salah satu Pelabuhan Kontainer di Sulawesi Selatan. Keberadaan pelabuhan ini diharapkan dapat mendukung Pelabuhan Makassar sebagai outlet di hinterland Sulawesi Selatan. 1) Kondisi Hidrografi Pelabuhan Garongkong berada di dalam teluk yang memiliki kedalaman antara 0 – 40 mLWS. Teluk ini dikelilingi oleh bukit dengan elevasi 50 – 70 m di atas permukaan laut. Pantai Garongkong yang terletak di sebelah Timur Selat Makassar memiliki ketinggian gelombang rata-rata di pantai sekitar 0,5 meter sampai dengan 1,5 meter. Pada saat musim angin kencang ketinggian gelombang dapat mencapai 2,0 meter. Sementara itu, tinggi muka air saat pasang mencapai 2,0 meter dengan kecepatan arus maksimum sekitar 2 knot bergerak dari arah Utara ke Selatan. Data iklim yang disajikan berupa data sekunder yang bersumber dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Klimatologi Kelas I Panakkukang Maros hasil pengukuran pada periode 1998 – 2007. Data iklim yang disajikan meliputi curah hujan, hari hujan, temperature dan kelembaban udara, kecepatan angin dan arah angin. 2) Kondisi Pelabuhan Pada kawasan Pelabuhan Garongkong sedang dikembangkan (dalam proses pembangunan) sebuah pelabuhan penyeberangan Ferry. Pelabuhan penyeberangan ini direncanakan akan melayani kapal ferry yang menghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Batulicin, Provinsi Kalimantan Selatan. Direncanakan, pelabuhan penyeberangan ferry yang akan mengambil nama Pelabuhan Ferry Andi Mattalatta ini akan melayani Kapal Ferry dengan bobot 3000 GRT. Sistem dermaga yang digunakan adalah sistem Dolphin. Untuk sarana bongkar muat akan digunakan sistem pelencengan.
Final Report
IV - 147
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4. 54 Layout Rencana Pelabuhan Ferry Garongkong Pada gambar diatas disajikan layout rencana Pelabuhan Ferry Garongkong hasil review design tahun 2006. Sebagai penghubung antara dermaga dengan fasilitas darat adalah trestle dan causeway trestle dengan konstruksi dari beton bertulang di atas tiang pancang. Konstruksi causeway berupa timbunan tanah dan pasir serta pelindung lereng berupa timbunan batu kali. Panjang trestle adalah 84 m dan lebar 6.5 m dengan lebar lajur kendaraan 5 m dan lajur pejalan kaki 1.5 m. Panjang causeway adalah 65.5 m dengan lebar jalur kendaraan 6.5 m. Tabel 4.90 Fasilitas Pelabuhan Ferry dan Kebutuhan Ruang JENIS FASILITAS FASILITAS UTAMA Panjang Dermaga Gedung Terminal Kantor Pelabuhan Parkir Kendaraan Menyeberang Parkir Kendaraan Antar/Jemput Fasilitas BBM Fasilitas Air Bersih Generator FASILITAS PENUMPANG Terminal Kendaraan Umum dan parker Fasilitas Peribadatan Fasilitas Kesehatan
Final Report
KEBUTUHAN 120 3260 136
m2 m2 m2
2794 575 68 84 150
m2 m2 m2 m2 m2
288 60 60
m2 m2 m2
IV - 148
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Fasilitas Perdagangan Fasilitas Pos dan Telekomunikasi TOTAL A DAN B Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Barru
60 60 7595
m2 m2 m2
Selain pelabuhan ferry, di sebelah utara kawasan pelabuhan juga akan dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PLN, PLTU yang sedang dikembangkan akan membangun dermaga khusus dalam rangka pemenuhan kebutuhan pasokan batu bara. Jarak antara kawasan pelabuhan dan PLTU ±13 Km
Final Report
IV - 149
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi G. Kondisi Kinerja dan Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan 1. Pelabuhan Makassar a. Komoditi Utama Komoditi utama pelabuhan Makassar dibedakan menurut jenis perdagangan: 1). Perdagangan Luar Negeri a). Impor Komoditi utama impor adalah gandum dari Canada, Australia dan Amerika. Gandum tersebut langsung masuk ke dalam pabrik terigu PT. Eastern Indonesia yang berada di dalam areal Pelabuhan Makassar. Komoditi impor lainnya adalah furniture dari China, spare part dari Singapura, peralatan listrik maupun elektronik dari China, Jepang dan Singapura, pupuk dari Korea dan Vietnam, besi, koil dan kabel dari Singapura dan China. b). Eksport Komoditi ekspor yang keluar melalui Pelabuhan Makassar antara lain adalah clinker, biji gandum, dedak gandum, coklat, gaplek, semen, gula tetes dan jagung. Clinker diekspor ke India, Malaysia dan Vietnam. Dedak gandum, dengan negara tujuan Korea, Philipina dan Vietnam. Biji gandum bukan produk dari hinterland Pelabuhan Makassar, tetapi hanya transit dari Australia dikirim ke Malaysia dan Vietnam. Coklat diekspor ke Amerika, Malaysia dan Singapura. Gaplek ke China dan Korea, jagung ke Malaysia, gula tetes ke Korea. Komoditi-komoditi ekspor ini berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan dan sebagian dari , Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Tenggara. 2). Perdagangan Dalam Negeri a). Bongkar Komoditi bongkaran dari dalam negerei adalah barang konsumsi masyarakat Makassar dan Sulsel seperti gula pasir, minyak goreng, bahan makanan, makanan jadi, pakaian, alat-alat rumah tangga, alatalat listrik, elektronik, alat tulis, mesin-mesin, bahan bangunan, pupuk dan sebagainya dari Surabaya dan Jakarta. b) Muat Komoditi yang dimuat di Pelabuhan Makassar untuk tujuan dalam negeri berasal dari produk perkebunan, pertanian dan perikanan. Komoditi-komoditi tersebut antara lain beras dikirim ke pelabuhanpelabuhan di KTI antara lain Bitung, Ambon, Kalimantan dan Papua. Jagung, coklat, biji mente, kopi, karet dan hasil perkebunan lainnya sebagian besar dikirim ke Surabaya dan Jakarta.
Final Report
IV - 150
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi b. Aksesibilitas Transportasi dari hinterland Pelabuhan Makassar sudah terhubung melalui jalan darat dengan baik. Komoditi-komoditi dari kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara dan kabupaten Selayar dikirim dengan truk melalui pelabuhan penyeberangan yang cukup lancar. Komoditi-komoditi dari daerah asal pada umumnya dikumpulkan terlebih dahulu oleh perusahaanperusahaan pengumpul di gudang-gudang yang berlokasi di daerah pergudangan Makassar yang lokasinya tidak jauh dari Pelabuhan Makassar dan terhubung melalui hjalan bebas hambatan. Pabrik-pabrik pengolah komoditi agar memiliki nilai tambah seperti coklat dan kopi terdapat di Kawasan Industri Makassar yang lokasinya tidak jauh dari Pelabuhan Makassar dan terhubung melalui jalan bebas hambatan c. Pola Aktivitas Pelabuhan Arus Barang di Pelabuhan Makassar dari tahun 2005 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada Gambar berikut ini: 9000000,0 8000000,0 7000000,0 6000000,0
a. Impor
5000000,0
b. Ekspor
4000000,0
c. Bongkar
3000000,0
d. Muat
2000000,0
Jumlah
1000000,0 0,0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 4. 55 Grafik Arus Barang di Pelabuhan Makassar Grafik tersebut memperlihatkan bahwa arus barang pada tahun 2008 menurun tajam dengan beralihnya pelayanan petikemas ke Terminal Petikemas Makassar. Namun kemudian beraangsur naik dengan pertumbuhan rata-rata antara 5 % sampai dengan 15% per tahun.
Final Report
IV - 151
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d. Kinerja Pelayanan dan Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan 1) Kinerja Pelayanan Kapal Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Makassar diambil dari tahun 2008 – 2011 setelah pelayanan petikemas berdiri sendiri. Tabel 4.93 menunjukkan bahwa secara keseluruhan waktu tunggu dermaga (waiting time net) baik kapal luar negeri maupun dalam negeri kecil sehingga rasio antara waktu tunggu dan waktu pelayanan juga kecil. Tabel 4.91 Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Makassar 2008 - 2011 No 1
2
Uraian Kapal Luar Negeri a. Turn Round Time (TRT) b. Waiting Time : 1). Waiting Time Net (WTN) 2). Postpone Time (PT) 3). Approach Time (AT) 4). Waiting Time Gross (WTG) c. Berthing Time (BT) 1). Effective Time (ET) 2). Not Operating Time (NOT) 3). Idle Time ( IT ) 4).ET/BT 5).WTN/BT Kapal Dalam Negeri a. Turn Round Time (TRT) b. Waiting Time : 1). Waiting Time Net (WTN) 2). Postpone Time (PT) 3). Approach Time (AT) 4). Waiting Time Gross (WTG) c. Berthing Time (BT) 1). Effective Time (ET) 2). Not Operating Time (NOT) 3). Idle Time ( IT ) 4).ET/BT
5).WTN/BT Sumber: Pelindo IV dan Hasil Analisis 2012
Satuan
2008
2009
2010
2011
Jam
70,15
67,35
63,36
61,33
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam % %
0,00 0,53 2,87 3,40 66,74 52,06 7,71 6,97 78,00 0,00
0,23 0,91 2,24 3,38 63,97 55,24 4,50 4,23 86,35 0,36
0,18 0,43 1,95 2,56 60,80 51,48 5,19 4,13 84,67 0,30
0,05 0,15 1,84 2,04 59,29 50,85 5,01 3,43 85,76 0,08
Jam
34,79
32,84
31,57
23,52
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam %
0,00 3,72 2,71 6,43 28,36 21,89 3,57 2,90 77,19
0,23 1,08 1,54 2,85 29,99 24,74 3,19 2,06 82,49
0,15 3,23 1,50 4,88 26,69 20,58 3,39 2,72 77,11
0,05 0,89 1,50 2,44 21,08 16,99 3,85 2,87 80,60
%
0,00
0,77
0,56
0,24
Jam kerja Pelabuhan Makassar adalah 24 jam dan dibagi atas 3 gilir kerja yaitu gilir I jam 08.00 – 16.00, gilir II jam 16.00 – 24.00 dan gilir III jam 00.00 – 08.00. Pada tiap gilir kerja terdapat jam istirahat (Non Operation Time) 1 jam dan tiap pergantian gilir tentu memerlukan waktu. Waktu yang tidak terpakai untuk kegiatan bongkar muat adalah waktu terjadi kerusakan alat, waktu menunngu kesiapan alat, barang maupun dokumen, waktu buka tutup palka, waktu hujan, dan hambatan-hambatan lainnya. Rasio waktu
Final Report
IV - 152
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi efektif terhadap waktu tambat kapal di Pelabuhan Makassar masih bagus, yaitu berkisar antara 77 % sampai dengan 86%. 2) Kinerja Pelayanan Barang Tabel 4.92 Kinerja Pelayanan Barang di Pelabuhan Makassar Uraian a
b
Satuan
2008
2009
2010
2011
Pelayaran Luar negeri 1. General Cargo
T/G/J
2. Bag Cargo
T/G/J
3. Curah Kering
T/G/J
4. Curah Cair
T/G/J
16,23 18,72 58,90 0,00
15,98 21,14 79,08 0,00
18,92 20,75 78,33 0,00
22,00 23,00 83,71 0,00
Pelayaran Dalam negeri 1. General Cargo
T/G/J
2. Bag Cargo
T/G/J
3. Curah Kering
T/G/J
4. Curah Cair
T/G/J
22,65 19,87 90,23 76,08 10,00
22,18 29,88 96,95 74,57 12
24,11 27,32 94,19 74,98 12
22,51 27,96 92,92 78,00 12
5. Peti Kemas B/C/J Sumber: Pelindo IV dan Hasil Analisis 2012
Produktivitas bongkar muat general cargo dan bag cargo di Pelabuhan Makassar sudah sesuai standar yang ditetapkan oleh ADPEL setempat. 3) Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.93 Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Uraian a.
Satuan
2008
2009
2010
2011
a. B O R
%
b. B T P
Ton/M'
49,15 1.275,82
44,99 1.738,89
52,02 2.028,82
48,05 1.764,78
17,65 13,31
17,08 15,22
5,40 11,74
10,68 12,44
2,97 32,44
13,85
57,56
23,83 88,01
Fasilitas 1. Dermaga
2. Gudang a. S O R
%
b. S T P
Ton/M2
3. Lapangan a. Y O R / O S O R
%
b. Y T P / O S T P Ton/M2 Sumber: Pelindo IV dan Hasil Analisis 2012
Final Report
IV - 153
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tingkat pemakaian dermaga yang ditunjukkan dengan BOR (berth occupancy ratio), masih cukup aman dari batas toleransi menurut UNCTAD. Tingkat pemakaian gudang atau SOR dan tingkat pemakaian lapangan YOR, juga masih rendah.
e. Prospek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) memberikan arahan dan gambaran terhadap kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan pada masing-masing cluster untuk koridor Sulawesi. Pada cluster Sulawesi Selatan, yang merupakan bagian dari hinterland pelabuhan Makassar, kegiatan ekonomi utama difokuskan pada komoditas pertanian tanaman pangan dan perikanan. Sulawesi Selatan merupakan pintu masuk utama Pulau Sulawesi dari daerah lain, maupun negara lain. Hal ini tidak lepas dari peran pelabuhan dan bandara yang menjadi simpul pergerakan orang maupun barang. Pada saat ini dapat dikatakan bahwa Makassar merupakan pusat perekonomian Kawasan Indonesia Timur. Dengan kondisi yang demikian, maka pemenuhan kebutuhan menjadi hal penting, baik kebutuhan pangan, perikanan, perindustrian dan energi. Oleh karena itu, berdasarkan MP3EI, Pelabuahn Makasar direncanakan sebagai alternatif pelabuhan hub internasional. Sedangkan fokus kegiatan ekonomi utama yaitu pertanian tanaman pangan dan perikanan. Dengan peranan yang besar yaitu sebgai pusat perekonomian, maka diperlukan infrastruktur penunjang yang memadahi dalam mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di koridor Sulawesi. Oleh karena itu dibutuhkan investasi infrastruktur di Pulau Sulawesi sebagai berikut.
Gambar 4.56 Indikasi Investasi Infrastruktur di pulau Sulawesi dalam menunjang MP3EI Adapun kegiatan proyeksi komoditas ekonomi utama di Sulawesi Selatan dengan asumsi pertumbuhan produksi rata-rata per tahun untuk padi sebesar 4,98%, jagung 11,93% dan perikanan 16,06%.
Final Report
IV - 154
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.94 Potensi Komoditas Utama pada Cluster Sulawesi Selatan
Padi
2011 4.537.741
2012 4.763.629
Produksi (Ton) 2013 2014 2015 5.000.761 5.249.697 5.511.026
2020 5.785.364
2025 6.073.358
Jagung
1.387.957
1.553.478
1.738.738
1.946.091
2.178.172
2.437.931
2.728.666
Perikanan 1.556.386 1.806.352 Sumber: Hasil Analisis 2012
2.096.464
2.433.169
2.823.951
3.277.496
3.803.882
Lokus
Komoditi
Makasar, Wajo, Maros Makasar
Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Sulawesi Selatan berdasarkan MP3EI (Ton) 7.000.000 6.000.000 5.000.000 4.000.000 3.000.000 2.000.000 1.000.000 0
2011
2012 Padi
2013
2014 Jagung
2015
2020
2025
Ikan
Gambar 4.57 Proyeksi Peningkatan Produksi Komoditas Utama di Sulawesi Selatan Selain program dan target yang dicanangkan dalam MP3EI, komoditi hasil perkebunan coklat, merupakan komoditi utama yang menjadi andalan Pelabuhan Makassar. Prospek pertumbuhan coklat menurut Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, pada tahun-tahun mendatang akan mengalami pertumbuhan 7 % sampai dengan 15%. f.
Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Makassar Berdasarkan pola pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya dan melihat prospek ke depan baik dari RPJMD maupun MP3EI, dibuat perkiraan arus barang tahun 2012 – 2030 dengan tingkat pertumbuhan medium. Tingkat pertumbuhan rendah mengikuti tingkat pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya dan prospek ke depan yaitu 10 % untuk barang masuk dan 15 % untuk barang keluar.
Final Report
IV - 155
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.95 Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Makassar URAIAN Non Petikemas Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
5,780,598
6,084,190
6,399,360
7,890,252
11,593,368
14,313,302
Ton Teu
8,384,074 531,310
9,213,656 583,882
10,122,313 641,465
16,385,507 1,038,372
24,075,685 1,525,709
38,096,240 2,414,210
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa arus barang petikemas meningkat secara signifikan pada tahun 2030 sekitar 4 kali dari tahun 2013. g. Perkiraan Arus Kapal Perkiraan arus kapal barang didasarkan pada rata-rata jumlah ton per kapal dan jumlah GT per kapal pada tahun 2011 sedangkan perkiraan arus kapal penumpang dan kapal lainnya didasarkan pada trend tahun 2005 – 2011 yaitu sebesar 3%/tahun. Perkiraan arus kapal di Pelabuhan Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.96 Perkiraan Arus Kapal Kapal di Pelabuhan Makassar URAIAN Sat 2013 5,365 Call Arus Kapal GT 22,938,829 Sumber: Hasil Analisis 2012
2014 5,440 24,062,832
2015 5,516 25,241,911
2020 5,914 32,062,669
2025 6,339 40,726,502
2030 6,796 51,731,438
h. Perkiraan kebutuhan Fasilitas Dermaga dan Fasilitas Lainnya Perkiraan kebutuhan fasilitas dermaga Pelabuhan Makassar didekati dengan formula: BOR = n. (l + 5) . BT L.360.24 L = n (l + 5). BT 360 . 24. 0,6
Rata-rata waktu tambat kapal luar negeri tahun 2011 adalah 59 jam dan kapal dalam negeri 24 jam dengan panjang kapal rata-rata 200 m. Kapal dalam negeri, rata-rata waktu tambat 24 jam dan panjang rata-rata 150 m.
Final Report
IV - 156
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Perkiraan kebutuhan dermaga di Pelabuhan Makassar dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.97 Prediksi Kebutuhan Dermaga Non Petikemas di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Makassar Dermaga Non Sat Petikemas 2013 Tersedia m2 1,360 Kebutuhan m2 1,161 Penambahan m2 Sumber: Hasil Analisis 2012
2014 1,360 1,222 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 1,360 1,360 1,360 1,285 1,584 2,328 224 744
2030 1,360 2,874 546
Tabel 4.98 Kebutuhan Gudang di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Makassar Tahun Pengembangan 2013 2014 2015 2020 2025 Tersedia m2 15,800 15,800 15,800 15,800 15,800 Kebutuhan m2 2,140 2,253 2,369 2,921 4,292 Penambahan m2 Sumber: Hasil Analisis 2012 Gudang
Sat
2030 15,800 5,299 -
Tabel 4.99 Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Makassar Lapangan Sat Penumpukan 2013 Tersedia m2 56,086 Kebutuhan m2 25,682 Penambahan m2 Sumber: Hasil Analisis 2012
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 56,086 56,086 56,086 56,086 27,031 28,431 35,054 51,507 -
2030 56,086 63,591 7,505
Tabel 4.100 Prediksi Kebutuhan Dermaga Non Petikemas di Terminal Petikemas Pelabuhan Makassar Dermaga Non Sat Petikemas 2013 Tersedia m 850 Kebutuhan m 830 Penambahan m Sumber: Hasil Analisis 2012
Final Report
2014 850 912 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 850 850 850 1,002 1,622 2,384 152 620 761
2030 850 3,772 1,388
IV - 157
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.101 Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Terminal Petikemas Pelabuhan Makassar Lapangan Petikemas
Sat
2013 Tersedia m2 114,446 Kebutuhan m2 236,542 Penambahan m2 21,364 Sumber: Hasil Analisis 2012
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 114,446 114,446 114,446 114,446 259,947 285,584 462,289 679,254 23,405 25,636 176,705 216,965
2030 114,446 1,074,820 395,566
2. Pelabuhan Bitung a. Komoditi Utama 1) Perdagangan Luar Negeri Komoditi utama pelabuhan Bitung dibedakan menurut jenis perdagangan a) Impor Komoditi utama impor adalah alat-alat rumah tangga, alat-alat elektronik dan listrik, spare part dan mesin-mesin dari China, Singapura dan Filipina. b) Ekspor Komoditi ekspor yang keluar melalui Pelabuhan Bitung antara lain adalah hasil laut, tepung kelapa, cengkeh dan pala yang diekspor ke Filipina, Jepang, Singapura, Eropa dan Amerika. 2) Perdagangan Dalam Negeri a) Bongkar Komoditi bongkaran dari dalam negeri adalah barang konsumsi masyarakat Bitung, Manado dan sekitarnya bahkan seluruh Sulut, Ternate, Halmahera dan pulau-pulau kecil di Maluku Utara. Jenis komoditi antara lain gula pasir, minyak goreng, bahan makanan, makanan jadi, pakaian, alat-alat rumah tangga, alat-alat listrik, elektronik, alat tulis, mesin-mesin, bahan bangunan, pupuk dan sebagainya dari Surabaya dan Jakarta. b) Muat Komoditi yang dimuat di Pelabuhan Bitung untuk tujuan dalam negeri berasal dari produk perkebunan, pertanian dan perikanan. Komoditi-komoditi tersebut antara lain minyak goreng, dikirim ke pelabuhan-pelabuhan di KTI. Ambon, Kalimantan dan Papua. Pala, cengkeh dikirim ke Makassar, Surabaya dan Jakarta b. Aksesibilitas Transportasi dari hinterland Pelabuhan Bitung sudah terhubung dengan baik melalui jalan darat maupun laut. Kapal-kapal laut setiap harinya siap melayani di Pelabuhan Manado maupun Bitung.
Final Report
IV - 158
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi c. Pola Aktivitas Pelabuhan Arus Barang di Pelabuhan Bitung dari tahun 2005 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada gambar berikut ini: 6.000.000 5.000.000 4.000.000
a. Impor b. Ekspor
3.000.000
c. Bongkar 2.000.000
d. Muat Jumlah
1.000.000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Gambar 4. 58 Grafik Arus Barang di Pelabuhan Bitung Tahun 2005 – 2007 Grafik tersebut memperlihatkan bahwa arus barang pada tahun 2008 sempat menurun, namun mengalami peningkatan kembali saampai dengan tahun 2010. Pada tahun 2011 mengalami penurunan tajam karena pelayanan petikemas telah berpindah ke Terminal Petikemas Bitung (TPB). d. Kinerja Pelayanan dan Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan 1) Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Bitung tahun 2010 -2011 adalah seperti pada Tabel berikut ini. Tabel 4.102 Pelayanan Kapal dan Barang di Pelabuhan Bitung URAIAN
SATUAN
2010
2011
Kapal Luar Negeri 1. Turn Round Time (TRT)
Jam
56,00
54,37
2. Waiting Time :
Jam
0,43
0,41
3. Berthing Time (BT)
Jam
51,88
51,85
a. Effective Time (ET)
Jam
33,82
33,90
b. Not Operating Time (NOT)
Jam
16,56
16,50
c. Idle Time ( IT )
Jam
1,50
1,45
%
0,65
0,65
d. ET/BT
Final Report
IV - 159
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Kapal Dalam Negeri 1. Turn Round Time (TRT)
Jam
56,00
55,00
2. Waiting Time :
Jam
0,45
0,39
3. Berthing Time (BT)
Jam
53,24
52,57
a. Effective Time (ET)
Jam
33,48
33,87
b. Not Operating Time (NOT)
Jam
18,56
17,62
c. Idle Time ( IT )
Jam
1,20
1,08
%
0,63
0,64
Pelayaran Luar negeri 1. General Cargo
T/G/J
18,00
18,00
2. Bag Cargo
T/G/J
23,00
23,00
3. Curah Kering
T/G/J
40,00
40,00
4. Curah Cair
T/G/J
150,00
150,00
a. Terminal Petikemas
B/G/J
22,00
22,00
b. Terminal Konvensional
B/G/J
9,00
9,00
d. ET/BT
5. Kapal Peti Kemas :
Jenis Pelayaran 1. Samudera
T/KPL/HR
110,00
110,00
2. Nusantara
T/KPL/HR
100,00
100,00
Sumber: Hasil Analisis, 2012
2) Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Bitung tahun 2010 -2011 adalah seperti pada Tabel berikut ini. Tabel 4.103 Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan URAIAN Fasilitas 1. Dermaga a. B O R b. B T P 2. Gudang a. S O R b. S T P 3. Lapangan Konvensional a. O S O R b. O S T P
SATUAN
2010
2011
% Ton/M'
64,15 1.265,00
60,72 646,00
% Ton/M2
60,18 4,10
60,33 4,18
% Ton/M2
61,12 6,95
60,57 4,62
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 160
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi BOR di Pelabuhan Bitung telah mencapai 60,72% pada tahun 2011, namun dilihat dari ratio waktu efektif dengan waktu tambat, maka waktu pelayanan bongkar muat masih dapat lebih diefisienkan lagi sebelum dilakukan npenambahan dermaga. e. Prospek Kondisi produksi perikanan di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik serta potensi pengembangan sektor perikanan sesuai dengan strategi percepatan produksi perikanan nasional guna mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini : Tabel 4.104 Potensi Sektor Perikanan pada Cluster Sulawesi Utara Produksi (Ton)
Komoditi Perikanan
2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
362.956
437.326
526.934
634.903
764.995
921.742
1.110.607
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Sulawesi Utara berdasarkan MP3EI (Ton) 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000
0 2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Komoditi Perikanan
Gambar 4.59 Grafik Proyeksi Produksi Perikanan Bitung
Final Report
IV - 161
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Sulawesi Utara berdasarkan MP3EI (Ton) 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 0
2011
2012
2013
Padi
2014 Jagung
2015
2020
2025
Ikan
Gambar 4. 60 Proyeksi Peningkatan Produksi Komoditas Utama di Sulawesi Utara Selain program dan target yang dicanangkan dalam MP3EI, komoditi hasil perkebunan coklat, merupakan komoditi utama yang menjadi andalan Pelabuhan Makassar. Prospek pertumbuhan coklat menurut Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan, pada tahun-tahun mendatang akan mengalami pertumbuhan 7 % sampai dengan 15%. f.
Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung Berdasarkan pola pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya dan melihat prospek ke depan baik dari RPJMD maupun MP3EI, dibuat perkiraan arus barang tahun 2012 – 2030 dengan tingkat pertumbuhan rendah, medium dan tinggi. Tingkat pertumbuhan rendah mengikuti tingkat pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya dan prospek ke depan yaitu 5 % untuk barang masuk dan 7 % untuk barang keluar. Tingkat pertumbuhan tinggi dengan melihat prospek ke depan yang dipicu oleh keberhasilan target MP3EI dengan pertumbuhan 12 % untuk barang masuk dan 15 % untuk barang keluar. Sedangkan tingkat pertumbuhan medium berada diantara keduaanya yaitu masing-masing 7 % untuk barang masuk dan 9 % untuk barang keluar Tabel 4.105. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bitung
Uraian Arus Barang Non Petikemas Arus Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
1,146,500
1,238,220
1,337,277
1,858,964
2,648,658
3,648,513
Ton Teu
2,140,433 209,846
2,311,667 226,634
2,496,601 237,772
3,774,261 331,076
5,628,398 461,344
8,513,197 697,803
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 162
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi g. Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Bitung Perkiraan arus kapal barang didasarkan pada rata-rata jumlah ton per kapal dan jumlah GT per kapal pada tahun 2011 sedangkan perkiraan arus kapal penumpang dan kapal lainnya didasarkan pada trend tahun 2005 – 2011 yaitu sebesar 3%/tahun. Perkiraan arus kapal di Pelabuhan Bitung pada tabel berikut ini. Tabel 4.106 Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Bitung URAIAN Arus Kapal
Sat Call GT
2013 2,518 6,425,981
2014 2,526 6,683,021
2015 2,533 6,950,341
2020 2,571 8,456,153
2025 2,610 10,288,203
2030 2,650 12,517,172
Sumber: Hasil Analisis, 2012
h. Perkiraan Kebutuhan Dermaga dan Fasilitas Lainnya Perkiraan kebutuhan fasilitas dermaga Pelabuhan Bitung menggunakan pendekatan yang sama dengan Pelabuhan Makassar Tabel 4.107 Perkiraan Kebutuhan Dermaga Non Petikemas di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Bitung Dermaga Non Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m m m
2013 1,358 836 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 1,358 1,358 1,358 1,358 903 975 1,356 1,932 574
2030 1,358 2,661 729
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Adapun prediksi kebutuhan gudang diterminal Non Petikemas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.108 Prediksi Kebutuhan Gudang di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Bitung Gudang
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m2 m2 m2
2013 9,072 7,479 -
2014 9,072 8,077 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 9,072 9,072 9,072 8,723 12,126 17,278 3,054 5,151
2030 9,072 23,800 6,522
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Perkiraan kebutuhan lapangan penumpukan diteminal non petikemas di Pelabuhan Bitung dapat dilihat pada tabel berikut ini
Final Report
IV - 163
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.109 Prediksi kebutuhan Lapangan Penumpukan di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Bitung Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 61,558 61,558 61,558 61,558 12,116 13,085 18,189 25,916 -
2013 61,558 11,218 -
2030 61,558 35,700 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.110 Perkiraan Kebutuhan Dermaga Petikemas di Terminal Petikemas Pelabuhan Bitung Dermaga Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat
2013 292 328 -
m m m
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 292 292 292 292 354 372 517 721 62 17 146 204
2030 292 1,090 369
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.111 Perkiraan Kebutuhan Lapangan Petikemas di Terminal Petikemas Pelabuhan Bitung Lapangan Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 33,000 93,425 6,920
2014 33,000 100,899 7,474
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 33,000 33,000 33,000 105,857 147,397 205,393 4,958 41,539 57,996
2030 33,000 310,666 105,273
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 164
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 3. Pelabuhan Pantoloan a. Aksesibilitas Aksesibilitas (tingkat pencapaian) menuju lokasi pelabuhan Pantoloan sudah baik dan terintegrasi dengan moda transportasi darat. Hal ini memudahkan dalam proses distribusi barang/penumpang dari dan ke pelabuhan . b. Pola Aktivitas Pelabuhan Arus barang di Pelabuhan Pantoloan dari tahun 2005 sampai 2011 dapat dilihat pada grafik dibawah ini
1.400.000 1.200.000
Axis Title
1.000.000 800.000 600.000 400.000 200.000 Luar Negeri
2006 138.554
2007 124.219
2008 111.009
2009 102.025
2010 121.625
2011 91.271
Dalam Negeri
854.849
895.705
980.864
987.365
1.158.919
1.200.638
Gambar 4.61 Grafik arus barang di Pelabuhan Pantoloan Grafik ditas memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan arus barang di Pelabuhan Pantoloan dari tahun 2006 sampai tahun 2011, baik barang perdagangan luar negeri maupun dalam negeri. c. Kinerja Pelayanan dan Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan 1) Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang Tabel 4.112 Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Pantoloan URAIAN PELAYANAN KAPAL a. Kapal Luar Negeri 1. Turn Round Time (TRT) 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) b. Postpone Time (PT) c. Approach Time (AT)
Final Report
SATUAN
2010
2011
Jam
149.83
148.26
Jam Jam Jam
60.46 0.00 2.40
42.68 0.00 1.72
IV - 165
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi URAIAN
b.
d. Waiting Time Gross (WTG) 3. Berthing Time (BT) a. Effective Time (ET) b. Not Operating Time (NOT) c. Idle Time ( IT ) Kapal Dalam Negeri 1. Turn Round Time (TRT) 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) b. Postpone Time (PT) c. Approach Time (AT) d. Waiting Time Gross (WTG) 3. Berthing Time (BT) a. Effective Time (ET) b. Not Operating Time (NOT) c. Idle Time ( IT ) Sumber: Pelindo IV
SATUAN
2010
2011
Jam Jam Jam Jam Jam
62.86 86.97 38.48 42.77 5.72
44.40 103.86 78.46 20.85 4.55
Jam
79.04
107.50
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
19.89 0.00 1.78 21.67 57.37 25.76 30.74 0.87
16.15 0.00 1.38 17.53 89.97 54.96 33.84 1.17
Tabel 4.113 Kinerja Pelayanan Barang di Pelabuhan Pantoloan URAIAN PELAYANAN BARANG a. Pelayaran Luar negeri 1. Kapal General Cargo 2. Kapal Bag Cargo 3. Curah Kering 4. Curah Cair 5. Kapal Peti Kemas : a. Terminal Petikemas b. Terminal Konvensional b. Pelayaran Dalam negeri 1. Kapal General Cargo 2. Kapal Bag Cargo 3. Curah Kering 4. Curah Cair 5. Kapal Peti Kemas : a. Terminal Petikemas b. Terminal Konvensional c. Jenis Pelayaran 1. Samudera 2. Nusantara
SATUAN
2010
2011
T/G/J T/G/J T/G/J T/G/J
22.74 22.74 0.00 0.00
16.27 16.27 0.00 0.00
B/G/J B/G/J
0.00 0.00
0.00 0.00
T/G/J T/G/J T/G/J T/G/J
12.11 12.11 0.00 0.00
6.66 6.66 0.00 0.00
B/G/J B/G/J
0.00 0.00
0.00 20.22
545.76 193.76
292.86 106.56
T/KPL/HR T/KPL/HR
Sumber: Pelindo IV
Final Report
IV - 166
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 2) Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.114 Kinerja Pemakaian Fasilitas di Pelabuhan Pantoloan URAIAN Fasilitas 1. Dermaga a. B O R b. B T P 2. Gudang a. S O R b. S T P 3. Lapangan Konvensional a. O S O R b. O S T P 3. Lapangan Petikemas a. Y O R b. Y T P b. Peralatan Darat 1. Kran Darat 2. Reach Stacker 3. Forklift 5 Ton 4. Top Loader 5. Head Truck/ Chasis 6. Bottom Lift 7. Mobil Tronton 8. Mobill / Tabung P M K 9. Transtainer / RTG 10. Container / Gantry Crane 11. Side Loader 12. Forklift 2 Ton c. Peralatan Apung 1. Kapal Tunda 2. Kapal Pandu
SATUAN
2010
2011
% Ton/M'
72.91 967.83
80.69 898.20
% Ton/M2
14.68 146.24
10.76 172.27
% Ton/M2
5.28 18.11
5.45 15.29
% Ton/M2
20.75 151.46
12.22 89.20
% % % % % % % % % % % %
9.23 27.86 23.11 39.58 50.76 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
45.33 15.15 0.00 18.92 78.90 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
% %
28.37 0.00
30.93 0.00
a.
Sumber: Pelindo IV
d. Prospek Prospek Pelabuhan Pantoloan sebagai Outlet di Provinsi Sulawesi Tengah sangat menjanjikan ditunjang dengan pogram MP3EI yang memberikan arahan dan gambaran terhadap kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan pada masing-masing cluster untuk koridor Sulawesi. Pada cluster Sulawesi Tengah,
Final Report
IV - 167
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi kegiatan ekonomi utama difokuskan pada komoditas Pertambangan nikel, kakao dan perikanan. Pertambangan nikel di sulawesi Tengah berada di Kabupaten Morowali. Sedangkan perikanan berpusat di Kabupaten Morowali, Luwuk dan Banggai. Khusus produksi kakao yang berada di sekitar Kota Palu, merupakan hinterland langsung dari Pelabuhan Pantoloan. Berdasarkan MP3EI Indonesia merupakan produsen kakao kedua terbesar dunia, dengan menyumbang 18 persen dari pasar global. Secara nasional, komoditas kakao menghasilkan devisa terbesar ketiga setelah kelapa sawit dan karet. Koridor Ekonomi Sulawesi mempunyai potensi besar bagi pengembangan kegiatan kakao, baik perkebunan maupun industri pengolahan kakao. Total luas lahan kakao di Sulawesi mencapai 838.037 ha atau 58 persen dari total luas lahan di indonesia. Produksi kakao di Sulawesi cenderung menurun, walaupun luas areal tanam meningkat. Penyebab utamanya adalah penurunan produktivitas petani kakao yang saat ini hanya 0,4 – 0,6 Juta Ton/Ha, dibandingkan dengan potensi produktivitasnya sebesar 1 – 1,5 Juta Ton/Ha. Sesuai dengan tabel diatas, dan data yang diolah dari BPS, dapat dilakukan proyeksi untuk mengetahui produksi kakao di Sulawesi Tengah sebagai imbas dari percepatan Kegiatan Ekonomi khususnya produksi kakao. Tabel 4.115 Potensi Komoditas Kakao pada Cluster Sulawesi Tengah Produksi (Ton) Cluster Komoditi 2013 2014 2015 2020 2025 226.395 258.311 294.727 336.277 383.684 Sulteng Kakao Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Sulawesi Tengah berdasarkan MP3EI (Ton) 500.000
400.000 300.000 200.000 100.000
0 2011
2012
2013
2014
2015
2020
2025
Kakao
Gambar 4.62 Proyeksi Peningkatan Produksi Kakao Sulawesi Tengah e. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Pantoloan Prediksi arus barang di Pelabuhan Pantoloan didasarkan pada produktivitas dari tahun-tahun sebelumnya. Hasil prediksi yang digunakan berupa pendekatan moderat. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Final Report
IV - 168
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.116 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Pantoloan Uraian Non Petikemas Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
308,093
332,741
359,360
480,016
705,301
1,036,319
Ton Teu
1,092,331 87,473
1,179,717 94,471
1,274,095 102,029
1,920,065 153,758
2,821,205 225,921
4,145,276 331,951
Sumber: Hasil Analisis, 2012
f.
Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Pantoloan Tabel 4.117 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Pantoloan
Uraian Arus Kapal
Sat Call GT
2013
2014
2015
2020
2025
2030
2,583 3,145,003
2,606 3,251,933
2,630 3,362,499
2,750 3,974,338
2,876 4,697,508
3,008 5,552,266
Sumber: Hasil Analisis, 2012
g. Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.118 Prediksi Kebutuhan Dermaga Non Petikemas di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Pantoloan Dermaga Non Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m m m
2013 277 225 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 277 277 277 277 243 262 350 514 73 164
2030 277 756 242
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.119 Prediksi Kebutuhan Gudang di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Pantoloan Gudang
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m2 m2 m2
2013 3,700 1,105 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 3,700 3,700 3,700 3,700 1,194 1,289 1,722 2,530 -
2030 3,700 3,718 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 169
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.120 Prediksi Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Terminal Non Petikemas Pelabuhan Pantoloan Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 11,000 884 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 11,000 11,000 11,000 11,000 955 1,031 1,378 2,024 -
2030 11,000 2,974 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.121 Prediksi Kebutuhan Dermaga Petikemas di Terminal Petikemas Pelabuhan Pantoloan Dermaga Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m m m
2013 219 250
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 236 255 384 565 250 250 134 181
2030 830 265
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.122 Prediksi Kebutuhan Lapangan Petikemas di Terminal Petikemas Pelabuhan Pantoloan Lapangan Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 6,900 38,944 9,785
2014 6,900 42,059 32,274
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 6,900 6,900 6,900 45,424 68,454 100,581 13,149 55,304 45,277
2030 6,900 147,787 102,510
Sumber: Hasil Analisis, 2012
4. Pelabuhan Gorontalo a. Aksesibilitas Aksesibilitas (tingkat pencapaian) menuju lokasi pelabuhan Gorontalo sudah baik dan terintegrasi dengan moda transportasi darat. Hal ini memudahkan dalam proses distribusi barang/penumpang dari dan ke pelabuhan b. Pola Aktivitas Pelabuhan Pola Aktivitas Pelabuhan Goromtalo diperlihatkan oleh kegiatan bongkar muat barang. Kegiatan bongkar-muat berfluktuasi, yang paling besar terjadi pada tahun 2007 dan yang paling rendah terjadi pada tahun 2001. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Final Report
IV - 170
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 800.000 Bongkar
700.000
Muat
600.000 500.000 400.000 300.000
200.000 100.000 0
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Bongkar
181.165
162.999
224.995
383.290
356.675
327.638
715.758
184.051
473.371
474.144
560.889
Muat
52.818
68.498
171.722
183.343
190.077
189.298
435.558
154.390
128.199
173.889
140.636
Gambar 4.63 Grafik Kegiatan Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Gorontalo c. Kinerja Pelayanan dan Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan 1) Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang Tabel 4.123 Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Gorontalo a.
b.
Final Report
URAIAN Kapal Luar Negeri 1. Turn Round Time (TRT) 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) b. Postpone Time (PT) c. Approach Time (AT) d. Waiting Time Gross (WTG) 3. Berthing Time (BT) a. Effective Time (ET) b. Not Operating Time (NOT) c. Idle Time ( IT ) Kapal Dalam Negeri 1. Turn Round Time (TRT) 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) b. Postpone Time (PT) c. Approach Time (AT) d. Waiting Time Gross (WTG) 3. Berthing Time (BT) a. Effective Time (ET) b. Not Operating Time (NOT) c. Idle Time ( IT )
SATUAN
2010
2011
Jam
84.00
82.00
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
1.00 2.00 1.00 4.00 80.00 38.00 40.00 2.00
1.00 2.00 1.00 4.00 78.00 34.00 42.00 2.00
Jam
102.00
98.00
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
1.00 4.00 1.00 6.00 96.00 62.00 30.00 4.00
1.00 3.00 1.00 5.00 93.00 61.00 30.00 2.00
IV - 171
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Tabel 4.124 Kinerja Pelayanan Barang di Pelabuhan Gorontalo URAIAN Pelayaran Luar negeri 1. Kapal General Cargo 2. Kapal Bag Cargo 3. Curah Kering 4. Curah Cair 5. Kapal Peti Kemas : a. Terminal Petikemas b. Terminal Konvensional b. Pelayaran Dalam negeri 1. Kapal General Cargo 2. Kapal Bag Cargo 3. Curah Kering 4. Curah Cair 5. Kapal Peti Kemas : a. Terminal Petikemas b. Terminal Konvensional c. Jenis Pelayaran 1. Samudera 2. Nusantara
SATUAN
2010
2011
a.
T/G/J T/G/J T/G/J T/G/J
0.00 65.00 0.00 0.00
0.00 75.00 0.00 0.00
B/G/J
0.00
0.00
B/G/J
0.00
0.00
T/G/J T/G/J T/G/J T/G/J
0.00 45.00 0.00 0.00
0.00 60.00 0.00 0.00
B/G/J
10.00
0.00
B/G/J
0.00
10.00
500.00 450.00
550.00 500.00
T/KPL/HR T/KPL/HR
2) Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.125 Kinerja Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Gorontalo a.
Final Report
URAIAN Fasilitas 1. Dermaga a. B O R b. B T P 2. Gudang a. S O R b. S T P 3. Lapangan Konvensional a. O S O R b. O S T P 3. Lapangan Petikemas
SATUAN
2010
2011
% Ton/M'
80.25 1,625.00
85.00 850.00
% Ton/M2
0.65 3.40
0.25 1.25
% Ton/M2
56.75 615.00
155.00 550.00
IV - 172
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
b.
c.
URAIAN a. Y O R b. Y T P Peralatan Darat 1. Kran Darat 2. Reach Stacker 3. Forklift 5 Ton 4. Top Loader 5. Head Truck/ Chasis 6. Bottom Lift 7. Mobil Tronton 8. Mobill / Tabung P M K 9. Transtainer / RTG 10. Container / Gantry Crane 11. Side Loader 12. Forklift 2 Ton Peralatan Apung 1. Kapal Tunda 2. Kapal Pandu
SATUAN % Ton/M2
2010 0.00 0.00
2011 0.00 0.00
% % % % % % % % % % % %
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
% %
0.00 0.00
0.00 0.00
d. Prospek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) memberikan arahan dan gambaran terhadap kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan pada masing-masing cluster untuk koridor Sulawesi. Kegiatan pertanian pangan di Sulawesi mencakup padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. Kegiatan pertanian pangan, khususnya beras dan jagung, sangat penting, terutama untuk konsumsi domestik di Indonesia. Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga di dunia, yang sebagian besar dari produksinya digunakan untuk konsumsi domestik. Namun, Indonesia masih harus mengimpor 800.000 ton jagung di tahun 2010 untuk memenuhi kebutuhan domestik sebesar 5 juta ton. Pada cluster Gorontalo, yang dalam hal ini merupakan bagian dari hinterland pelabuhan Gorontalo, kegiatan ekonomi utama difokuskan pada komoditas pertanian tanaman pangan, terutama padi dan jagung. Hal ini didukung dengan produktivitas yang tergolong tinggi dibandingkan dengan daerah lain, bahkan produktivitas beras Gorontalo merupakan yang terbesar di Sulawesi.
Final Report
IV - 173
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4.64 Perbandingan Produktivitas Beras Koridor Ekonomi Sulawesi dengan beberapa Lumbung Beras Nasional Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa produktivitas beras Gorontalo berada diatas rata-rata produksi beras nasional. Oleh karena itu pada Masterplan P3EI, ditekankan untuk melakukan percepatan dalam pemenuhan target produktivitas tanaman pangan khususnya beras, yang mana hal ini harus didukung dengan infrastruktur penunjang yang memadahi.
Gambar 4.65 Perbandingan Produktivitas Jagung Koridor Ekonomi Sulawesi dengan beberapa Koridor Ekonomi Lain Indonesia merupakan produsen jagung terbesar di Asia Tenggara, namun kebutuhan jagung nasional belum dapat terpenuhi dari produksi domestik. Rendahnya pemenuhan kebutuhan jagung berkaitan dengan tingkat produktivitas jagung nasional. Produktivitas jagung di Sulawesi masih dibawah rata-rata produktivitas nasional, namun demikian Gorontalo dan
Final Report
IV - 174
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Sulsel memiliki produktivitas yang cukup tinggi sehingga komoditas jagung dikembangkan sebagai kegiatan ekonomi utama. Kondisi produksi beras dan jagung di Provinsi Gorontalo berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik serta potensi pengembangan sektor pertanian tanaman pangan sesuai dengan strategi percepatan produksi tanaman pangan nasional guna mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini : Tabel 4.126 Potensi Sektor Pertanian Tanaman Pangan pada Cluster Gorontalo Produksi (Ton) 2013 2014 2015 2020 2025 360.365 396.686 436.667 480.679 529.125 821.648 898.996 983.626 1.076.222 1.177.535
Komoditi Beras Jagung
Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Gorontalo berdasarkan MP3EI (Ton) 1.400.000 1.200.000 1.000.000 800.000 600.000
400.000 200.000 0 2011
2012
2013 Padi
2014
2015
2020
2025
Jagung
Gambar 4.66 Proyeksi Peningkatan Produksi Pertanian Lokus Gorontalo e. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Gorontalo Tabel 4.127 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Gorontalo URAIAN Non Petikemas Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
111,931
120,885
130,556
191,829
245,096
360,126
Ton Teu
374,724 30,943
404,702 33,419
437,078 36,092
642,211 53,031
980,384 80,957
1,440,505 118,952
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 175
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi f.
Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Gorontalo Tabel 4.128 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Gorontalo
URAIAN
Sat Call GT
Arus Kapal
2013 207 790,498
2014 208 861,642
2015 208 939,190
2020 209 1,445,061
2025 210 2,223,405
2030 211 3,420,984
Sumber: Hasil Analisis, 2012
g. Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Gorontalo berupa dermaga dan lapangan penumpukan dengan karakteristik untuk fasilitas dermaga yaitu 200 m2 dan fasilitas lapangan penumpukan seluas 2.000 m². Dengan melihat kondisi fasilitas pelabuhan pada Pelabuhan Gorontalo maka kedepan dalam rangka mendukung percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia sesuai dengan cita-cita dan harapan MP3EI maka akan dilakukan sinkronisasi antara rencana pengembangan Pelabuhan Gorontalo sesuai dengan dokumen masterplan pelabuhan yang ada dengan peramalan peningkatan komiditi unggulan serta rekomendasi apabila terjadi rencana kapasitas pelabuhan (dermaga & lapangan penumpukan) tidak sesuai dengan kebutuhan kedepan Tabel 4.129 Kebutuhan Dermaga Non Petikemas di Pelabuhan Gorontalo Dermaga Non Petikemas
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m m m
2013 219 221 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 219 219 219 219 238 258 378 534 19 39 159 315
2030 219 785 566
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.130 Prediksi Kebutuhan Gudang di Pelabuhan Gorontalo Gudang Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 264 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 285 308 332 488 -
2030 624 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 176
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.131 Prediksi Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Gorontalo Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 10,194 755
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 11,009 11,890 16,813 25,562 815 881 4,923 8,749
2030 37,046 11,484
Sumber: Hasil Analisis, 2012
5. Pelabuhan Anggrek a. Aksesibilitas Secara keseluruhan kondisi aksesibilitas menuju Pelabuhan Anggrek sudah cukup baik dari akses darat. Namun masih diperlukan perbaikan akses ketika terjadi peningkatan jumlah petikemas yang akan masuk ke wilayah Gorontalo. b. Pola Aktivitas Pelabuhan Pola aktivitas Pelabuhan Anggrek dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan, khususnya tahun 2007 terjadi pertumbuhan yang tidak wajar dari tahun sebelumnya hal tersebut disebabkan oleh hampir sebagian besar kapal yang masuk ke Gorontalo tidak melalui Pelabuhan Gorontalo karena dialihkan ke Angrek, namun tahun 2008 cenderung stabil kembali. 180000 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Bongkar 22605 20421 23878 42863 162068 20756 44249 100778 133337 Muat
22579 19926 9609 21101 134562 6268 30013 74181 36122
Gambar 4.67 Arus Bongkar Muat Barang di Anggrek
Final Report
IV - 177
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi c. Prospek Prospek Pelabuhan Anggrek diasumsikan sama dengan prospek Pelabuhan Gorontalo karena berada pada satu lokus perencanaan yaitu Provinsi Gorontalo. d. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Anggrek Perkiraan arus barang, petikemas, dan barang non petikemas di Pelabuhan Anggrek di proyeksikan berdasarkan pendekatan yang ditampilkan pada table dibwah ini. Tabel 4.132 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Anggrek URAIAN Non Petikemas Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
194824
208544
223636
288120
371812
482944
Ton Teu
218,265 18,189
233,544 19,462
362,806 30,234
468,020 39,002
603,746 50,312
778,832 64,903
Sumber: Hasil Analisis, 2012
e. Perkiraan Arus Kunjungan Kapal Tabel 4.133 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Anggrek URAIAN Arus Kapal
Sat Call GT
2013 190 233,717
2014 203 250,123
2015 270 331,796
2020 348 427,807
2025 449 551,948
2030 580 713,884
Sumber: Hasil Analisis, 2012
f.
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.134 Prediksi Kebutuhan Dermaga Non Petikemas di Pelabuhan Anggrek Dermaga Non Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat
2013 153 142 -
m m m
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 153 153 153 153 152 163 210 271 -
2030 153 352 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.135 Prediksi Kebutuhan Gudang di Pelabuhan Anggrek Gudang Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 1,330 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 1,424 1,527 1,967 2,539 -
2030 3,298 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 178
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.136 Prediksi Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Anggrek Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat
2013 3,900 2,288 -
m2 m2 m2
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 3,900 3,900 3,900 3,900 2,449 2,626 3,383 4,366 466
2030 3,900 5,671 1,305
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.137 Prediksi Kebutuhan Dermaga Petikemas di Pelabuhan Anggrek Dermaga Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m m m
2013 118 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 126 196 253 327 -
2030 421 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.138 Prediksi Kebutuhan Lapangan Petikemas di Pelabuhan Anggrek Lapangan Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 5,153 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 5,513 8,565 11,049 14,253 -
2030 18,386 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 179
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 6. Pelabuhan Belang-Belang a. Aksesibilitas Aksesibilitas (tingkat pencapaian) menuju lokasi pelabuhan Belang-belang masih kurang baik dan masih dalam tahap pembangunan dan pengintegrasian dengan moda transportasi darat b. Pola Aktivitas Pelabuhan Pola aktivitas pelabuhan Belang-Belang dari tahun 2005 sampai 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Khususnya pada tahun 2007 meningkat tajam dari tahun 2006, hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat yang berdampak pada tingginya kegiatan perdagangan khususnya bongkar muat barang di Pelabuhan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Gambar 4.68 Arus Barang di Pelabuhan Belang-Belang c. Prospek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia memfokuskan Sulawesi Barat dan hinterland pelabuhan Belang-Belang dengan kegiatan ekonomi utama kakao dan perikanan. Seperti halnya Sulawesi Tengah, sulawesi barat juga merupakan daerah yang memiliki perkebunan kakao, namun dari tahun-ke tahunmengalami penurunan baik produksi maupun luas lahan.
Final Report
IV - 180
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
Gambar 4.69 Produksi kakao di Sulawesi dalam kurun waktu 5 tahun Luas Lahan Kakao Sulawesi Barat (Ha) 160.000
140.000 120.000
100.000 80.000 60.000 40.000 20.000
0 2006
2007
2008
2009
Luas Lahan Kakao
Gambar 4.70 Luas Lahan Kakao di Sulawesi Barat Berdasarkan kedua gambar grafik diatas, dapat dilihat penurunan produksi maupun luas lahan kakao yang ada di Sulawesi Barat, dimana luas lahan mengalami penurunan sebesar – 20,59% per tahun. Hal ini dikarenakan alih fungsi lahan dengan berbagai kegiatan perkebunan lainnya. Adapun produksi kakao di Sulawesi Barat dapat diasumsikan akan mengalami peningkatan sebesar 2,4% per tahun sebagaimana rata-rata produksi nasional, maka dapat di proyeksikan sebagai berikut.
Final Report
IV - 181
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Selain produksi kakao, Sulawesi Barat juga diarahkan sebagai sentra produksi perikanan. Berdasarkan data dari BPS, dapat diketahui bahwa produkasi perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya mengalami peningkatan yang cukup signifikan dimana rata-rata pertumbuhannya mencapai 27,16 %. Namun demikian apabila dibandingkan dengan cluster lain di Sulawesi, jumlah produksi perikanan Sulbar tergolong masih kecil. Berikut adalah proyeksi peroduksi kakao dan perikanan di Sulawesi Barat. Tabel 4.139 Potensi Komoditas pada Cluster Sulawesi Barat Komoditi
2011 40.539 165.267
Kakao Ikan
2012 41.512 210.149
Produksi (Ton) 2013 2014 2015 42.508 43.528 44.573 267.220 339.791 432.070
2020 45.643 549.409
2025 46.738 698.616
Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Sulawesi Barat berdasarkan MP3EI (Ton) 800.000 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 0 2011
2012
2013 Kakao
2014
2015
2020
2025
Ikan
Gambar 4.71 Proyeksi Peningkatan Produksi Kakao dan Perikanan Sulawesi Barat d. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Belang-Belang Tabel 4.140 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Belang-Belang Uraian Non Petikemas Petikemas
Sat Ton Ton Teu
2013 461,104 327,473 27,289
2014 511,826 353,671 29,473
2015 568,127 445,625 37,135
2020 637,462 654,769 54,564
2025 892,446 962,071 80,173
2030 1,249,425 1,413,597 117,800
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 182
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi e. Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Belang-Belang Tabel 4.141 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Belang-Belang Uraian
2013 291 523,080
Sat Call GT
Arus Kapal
2014 291 524,649
2015 292 526,223
2020 297 534,164
2025 298 535,766
2030 299 537,373
Sumber: Hasil Analisis, 2012
f.
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.142 Prediksi Kebutuhan Dermaga di Pelabuhan Belang-Belang Dermaga
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m m m
2013 263 336 33
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 263 263 263 263 373 414 465 650 37 41 51 186
2030 263 911 260
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.143 Prediksi Kebutuhan Gudang di Pelabuhan Belang-Belang Gudang
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m2 m2 m2
2013 3,008 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 3,339 3,706 4,158 3,888 -
2030 5,453 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.144 Prediksi Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Belang-Belang Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 138,000 23,554 -
2014 138,000 24,998 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 138,000 138,000 138,000 30,245 41,223 59,850 -
2030 138,000 86,930 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 183
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 7. Pelabuhan Garongkong a. Aksesibilitas Lokasi Pelabuhan Garongkong dapat dicapai dari Kota Makassar dalam waktu 1,5 sampai dengan 2 jam. Akses yag dihubungkan dengan kondisi jalan yang baik (beton) dan sedang dilakukan proses pelebaran b. Pola Aktivitas Pelabuhan Aktifitas pelabuhan Garongkong eksisting lebih kepada aktifitas ferry namum kedepan akan dikembangkan sebagai pelabuhan petikemas. c. Prospek Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Pare-pare merupakan wilayah yang sangat berpotensi sebagai pernghasil kargo bagi Pelabuhan Garongkong. Keberadaan Pelabuhan Garongkong tentu saja bukan untuk menurunkan atau mengurangi kegiatan Pelabuhan Pare-pare, akan tetapi potensi dari kondisi perairan Pelabuhan Garongkong yang memungkinkan Kapal besar, dapat digunakan untuk hasil kegiatan KAPET yang memerlukan kapal besar d. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Garongkong Tabel 4.145 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Garongkong Uraian Non Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
-
-
250,688
332,253
483,586
744,056
Sumber: Hasil Analisis, 2012
e. Perkiraan Arus Kunjungan Kapal Tabel 4.146 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Garongkong Uraian Arus Kapal
Sat Call GT
2013 -
2014 -
2015 179 196,969
2020 237 261,056
2025 345 379,960
2030 531 584,616
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 184
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi f.
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.147 Prediksi Kebutuhan Dermaga Pelabuhan Garongkong Dermaga Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m m m
2013 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 209 277 403 -
2030 620 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.148 Prediksi Kebutuhan Gudang Pelabuhan Garongkong Gudang
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m2 m2 m2
2013 -
2014 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 3,925 5,202 7,571 -
2030 11,649 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.149 Prediksi Kebutuhan Lapangan Penumpukan Pelabuhan Garongkong Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
Tahun Pengembangan 2013 -
2014 -
2015 7,849 -
2020 10,403 -
2025 15,142 -
2030 23,297 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 185
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 8. Pelabuhan Bungkutoko a. Aksesibilitas Aksesibilitas (tingkat pencapaian) menuju lokasi pelabuhan Bungkutoko sudah baik dan terintegrasi dengan moda transportasi darat. Hal ini memudahkan dalam proses distribusi barang dari dan ke pelabuhan. b. Kinerja Pelayanan dan Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan 1) Kinerja Pelayanan Kapal dan Barang Tabel 4.150 Kinerja Pelayanan Kapal di Pelabuhan Bungkutoko a.
b.
URAIAN Kapal Luar Negeri 1. Turn Round Time (TRT) 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) b. Postpone Time (PT) c. Approach Time (AT) d. Waiting Time Gross (WTG) 3. Berthing Time (BT) a. Effective Time (ET) b. Not Operating Time (NOT) c. Idle Time ( IT ) Kapal Dalam Negeri 1. Turn Round Time (TRT) 2. Waiting Time : a. Waiting Time Net (WTN) b. Postpone Time (PT) c. Approach Time (AT) d. Waiting Time Gross (WTG) 3. Berthing Time (BT) a. Effective Time (ET) b. Not Operating Time (NOT) c. Idle Time ( IT )
Final Report
SATUAN
2010
2011
Jam
0.00
0.00
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Jam
125.95
98.29
Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam Jam
2.75 8.25 5.50 16.50 109.45 46.75 35.75 26.95
2.15 6.44 4.29 12.88 85.41 36.48 27.90 21.03
IV - 186
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.151 Kinerja Pelayanan Barang di Pelabuhan Bungkutoko URAIAN a. Pelayaran Luar negeri 1. Kapal General Cargo 2. Kapal Bag Cargo 3. Curah Kering 4. Curah Cair 5. Kapal Peti Kemas : a. Terminal Petikemas b. Terminal Konvensional b. Pelayaran Dalam negeri 1. Kapal General Cargo 2. Kapal Bag Cargo 3. Curah Kering 4. Curah Cair 5. Kapal Peti Kemas : a. Terminal Petikemas b. Terminal Konvensional c. Jenis Pelayaran 1. Samudera 2. Nusantara
SATUAN
2010
2011
T/G/J T/G/J T/G/J T/G/J
0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00
B/G/J B/G/J
0.00 0.00
0.00 0.00
T/G/J T/G/J T/G/J T/G/J
8.00 77.00 0.00 0.00
6.66 66.36 0.00 0.00
B/G/J B/G/J
0.00 13.00
0.00 9.88
T/KPL/HR T/KPL/HR
0.00 187.41
0.00 191.65
2) Tingkat Pemakaian Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.152 Kinerja Pemakaian Fasilitas Pelabuhan di Pelabuhan Bungkutoko URAIAN SATUAN 2010 2011 a. Fasilitas 1. Dermaga a. B O R % 64.66 56.50 b. B T P Ton/M' 2.52 2,965.43 2. Gudang a. S O R % 11.64 24.19 b. S T P Ton/M2 31.65 35.60 3. Lapangan Konvensional a. O S O R % 40.74 60.59 b. O S T P Ton/M2 97.62 124.80 3. Lapangan Petikemas a. Y O R % 0.00 0.00
Final Report
IV - 187
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
b.
c.
URAIAN b. Y T P Peralatan Darat 1. Kran Darat 2. Reach Stacker 3. Forklift 5 Ton 4. Top Loader 5. Head Truck/ Chasis 6. Bottom Lift 7. Mobil Tronton 8. Mobill / Tabung P M K 9. Transtainer / RTG 10. Container / Gantry Crane 11. Side Loader 12. Forklift 2 Ton Peralatan Apung 1. Kapal Tunda 2. Kapal Pandu
SATUAN Ton/M2
2010 0.00
2011 0.00
% % % % % % % % % % % %
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.30 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.62 0.00 0.00 0.00 0.00
% %
0.00 54.97
0.00 62.47
c. Prospek Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) memberikan arahan dan gambaran terhadap kegiatan ekonomi utama yang dikembangkan pada masing-masing cluster untuk koridor Sulawesi. Pada cluster Sulawesi Tenggara, yang dalam hal ini merupakan bagian dari hinterland pelabuhan Kendari, kegiatan ekonomi utama difokuskan pada komoditas kakao, nikel dan perikanan. Pertambangan nikel Sulawesi Tenggara berada di Kabupaten Kolaka dan Konawe. Indonesia adalah produsen nikel terbesar ke-4 dari 5 besar negara produsen nikel dunia yang bersama-sama menyumbang lebih dari 60 persen produksi nikel dunia. Produksi nikel Indonesia mencapai 190 ribu ton per tahun. Indonesia memiliki 8 persen cadangan nikel dunia, oleh karena itu industri pertambangan dan pengolahan nikel sangat layak untuk dipercepat dan diperluas pengembangannya. Sulawesi merupakan daerah dengan produksi nikel paling maju di Indonesia. Pertambangan nikel di Sulawesi menyumbang sekitar 7 persen terhadap PDRB Sulawesi. Oleh karenanya, kegiatan pertambangan di Koridor Ekonomi Sulawesi terfokus pada pertambangan nikel yang merupakan potensi pertambangan terbesar di koridor ini. Produksi nikel yang tercatat di BPS Sulawesi Tenggara yaitu pada Kabupaten Konawe dan Pomalaa menunjukkan angka yang fluktuatif dimana
Final Report
IV - 188
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi produksi Bijih Nikel tahun 2009 menunjukan penurunan. Produksi biji nikel tahun 2008 sebesar 1.782.356 ton atau turun sebesar 42,38 persen, bila dibandingkan dengan tahun 2009 menjadi 1.026.975 ton. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah. Produksi Nikel Sulawesi Tenggara(Ton) 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000
1.000.000 500.000
0 2005
2006
2007
2008
2009
Nikel
Gambar 4.72 Produksi Nikel di Sulawesi Tenggara Selain poduk pertambangan (nikel), Sulawesi Tenggara juga menjadi fokus produksi kakao dan perikanan sebagaimana amanat MP3EI. Berikut ini adalah proyeksi komoditas yang ada di Sulawesi Tenggara, dengan asumsi pertumbuhan nikel 2,95 %, pertumbuhan produksi kakao mencapai 7,52 % dan produksi perikanan 13% per tahun. Tabel 4.153 Potensi Komoditas Utama pada Cluster Sulawesi Tenggara Lokus Kolaka, Pomalaa Kendari Kolaka, Konawee
Final Report
Komoditi
Produksi (Ton) 2015 2020
2013
2014
1.153.627
1.187.659
1.222.695
1.258.764
1.295.898
Perikanan
167.824
180.444
194.014
208.603
224.290
Kakao
669.403
756.412
854.730
965.827
1.091.365
Nikel
2025
IV - 189
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Proyeksi Komoditas Unggulan Cluster Sulawesi Tenggara berdasarkan MP3EI (Ton) 1.500.000 1.000.000 500.000 0 2011
2012
2013
Kakao
2014
2015
Ikan
2020
2025
Nikel
Gambar 4.73 Proyeksi Peningkatan Produksi Komoditas Utama di Sulawesi Tenggara d. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bungkutoko Tabel 4.154 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Kendari/Bungkutoko Uraian
Sat Ton TEU
Petikemas
2013 720,861 58,134
2014 792,948 63,947
2015 868,278 70,022
2020 1,366,876 110,232
2025 2,151,790 173,531
2030 3,387,431 273,180
Sumber: Hasil Analisis, 2012
e. Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Bungkutoko Tabel 4.155 Prediksi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Bungkutoko Uraian Arus Kapal
Sat Call GT
2013 354 640,911
2014 363 662,702
2015 372 685,234
2020 418 809,919
2025 471 957,292
2030 530 1,131,481
Sumber: Hasil Analisis, 2012
f.
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.156 Prediksi Kebutuhan Dermaga Petikemas Pelabuhan Bungkutuko Dermaga Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m m m
2013 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 242 265 417 657 -
2030 1,034 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 190
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.157 Prediksi Kebutuhan Lapangan Petikemas Pelabuhan Bungkutuko Lapangan Petikemas Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 -
2014 28,018 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 30,680 48,297 76,031 -
2030 119,691 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
9. Pelabuhan Tahuna a. Aksesibilitas Pelabuhan Tahuna berada di Pulau Tahuna di wilayah kepulauan Provinsi Sulawesi Utara. Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan yang menjadi inlet bagi kawasan kepulauan di sekitarnya. Akses darat hanya untuk dalam pulau, namun untuk daerah di luar pulau harus diakses dengan kapal dari akses laut. Untuk akses laut sering terkendala pada jadwal kapal yang masuk ke Pelabuhan Tahuna sehingga terjadi ketidakpaduan moda ketika akan dilakukan distribusi barang dari dan ke Pelabuhan Tahuna. b. Pola Aktivitas Pelabuhan Pola aktivitas di Pelabuhan Tahuna dilihat dari kegaitan bongkar muat barang. Secara umum aktivitas bongkar lebih besar dari pada aktivitas muat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aliran barang masuk di Pelabuhan Tahuna cukup besar sekitar 82,256 Ton pada tahun 2011, tapi tidak berimbang dengan barang yang keluar yang hanya sebesar 8.336 Ton. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar diberikut ini.
Gambar 4.74 Arus Bongkar muat barang di Pelabuhan Tahuna
Final Report
IV - 191
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi c. Prospek Pelabuhan Tahuna mempunyai prospek yang cukup besar jika dilihat dari posisinya yang berada di kawasan kepulauan Provinsi Sulawesi Utara. Tahuna akan menjadi Inlet dan Outlet bagi kawasan di sekitarnya. Komoditi utama di kawasan tersebut adalah hasil perikanan laut. d. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Tahuna Tabel 4.158 Prediksi Arus Barang di Pelabuhan Tahuna Uraian Non Petikemas Petikemas
Sat Ton Ton Teu
2013 103,549 34,516 2,876
2014 110,798 36,933 3,078
2015 110,650 47,421 3,952
2020 144,107 77,596 6,466
2025 186,570 124,380 10,365
2030 218,062 218,062 18,172
Sumber: Hasil Analisis, 2012
e. Perkiraan Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tahuna Tabel 4.159 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tahuna URAIAN Arus Kapal
Sat Call GT
2013 112 138,066
2014 120 147,730
2015 129 158,072
2020 180 221,703
2025 253 310,951
2030 355 436,124
Sumber: Hasil Analisis, 2012
f.
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.160 Prediksi Kebutuhan Dermaga di Pelabuhan Tahuna Dermaga
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m m m
2013 198 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 243 270 468 697 -
2030 975 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.161 Prediksi Kebutuhan Gudang Petikemas di Pelabuhan Tahuna Gudang
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m2 m2 m2
2013 675 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 723 722 940 1,217 -
2030 1,422 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 192
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.162 Prediksi Kebutuhan Lapangan di Pelabuhan Tahuna Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
Tahun Pengembangan 2013 2,151 -
2014 2,302 -
2015 2,647 -
2020 3,969 -
2025 5,927 -
2030 9,325 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
10. Pelabuhan Bau-Bau a. Aksesibilitas Aksesibilitas menuju Pelabuhan Bau-Bau cenderung baik, hal tersebut disebabkan oleh letak Pelabuhan Bau-Bau yang berada di dalam Kota BauBau, sehingga akses darat masih dalam kategori baik. Akses kepelabuhan merupakan akses jalan umum yang jua digunakan oleh aktifitas lain. b. Pola Aktivitas Pelabuhan
Gambar 4.75 Grafik Aktifitas Bongkar muat di Pelabuhan Bau-Bau tahun 2010 c. Prospek Pelabuhan Bau-Bau merupakan pelabuhan yang terletak di Pulau dan memiliki hinterland kawasan kepulauan di kawasan selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Sebagian besar komoditi yang memiliki prospek besar terhadap Pelabuhan Bau-Bau antara lain produk perikanan luat dan hasil pertambangan.
Final Report
IV - 193
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi d. Perkiraan Arus Barang di Pelabuhan Bau-Bau Tabel 4.163 Prediksi Arus Barang Di Pelabuhan Bau-Bau Uraian Non Petikemas Petikemas
Sat
2013
2014
2015
2020
2025
2030
Ton
1,245,765
1,332,968
1,426,276
2,000,426
2,805,700
3,935,140
Ton Teu
311,441 25,953
333,242 27,770
427,883 35,657
700,149 58,346
1,122,280 93,523
1,967,570 163,964
Sumber: Hasil Analisis, 2012
e. Perkiraan Arus Kapal di Pelabuhan Bau-Bau Tabel 4.164 Prediksi Arus Kunjungan Kapal di Pelabuhan Bau-Bau Uraian
Sat Call GT
Arus Kapal
2013 5,279 5,201,547
2014 5,385 5,305,578
2015 5,492 5,411,689
2020 6,064 5,974,942
2025 6,695 6,596,819
2030 7,392 7,283,421
Sumber: Hasil Analisis, 2012
f.
Perkiraan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan Tabel 4.165 Prediksi Kebutuhan Dermaga di Pelabuhan Bau-Bau Dermaga
Sat
Tersedia Kebutuhan Penambahan
m m m
2013 381 201
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 408 418 530 687 27 10 112 157
2030 802 115
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.166 Prediksi Kebutuhan Gudang di Pelabuhan Bau-Bau Gudang Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 6,095 -
2014 6,521 -
Tahun Pengembangan 2015 2020 2025 6,513 8,482 10,981 -
2030 12,835 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Tabel 4.167 Prediksi Kebutuhan Lapangan Penumpukan di Pelabuhan Bau-Bau Lapangan Penumpukan Tersedia Kebutuhan Penambahan
Sat m2 m2 m2
2013 19,413 -
Tahun Pengembangan 2014 2015 2020 2025 20,772 23,880 35,813 53,483 -
2030 84,139 -
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 194
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi H. Strategi Pengembangan Pelabuhan Pembangunan sektor transportasi dipengaruhi oleh berbagai variabel, diantaranya adalah kondisi perekonomian suatu daerah yang biasa disebut PDRB dan kondisi kependudukan. Variabel tersebut memiliki korelasi yang tinggi dan sekaligus sebagai indikator dalam mendukung penyelenggaraan transportasi. Peranan dari pada transportasi mempengaruhi pertumbuhan yang terjadi pada keadaan perekonomian suatu daerah, (PDRB) sebagai media penggerak dalam meningkatkan aktivitas perekonomian. Sedangkan aspek kependudukan terkait dengan perolehan memenuhi kebutuhannya yang kemudian akan melahirkan suatu pergerakan, mengingat kondisi dan karakteristik suatu wilayah berbedabeda dalam mendukung kegiatan produksi, termasuk dalam rangka menunjang kegiatan social ekonomi penduduk. Peranan transportasi tentu saja menjadi penentu dan pemicu terlaksananya suatu pembangunan di berbagai aspek dan secara geografis, wilayah Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan sangat memerlukan dukungan transportasi. Bagi wilayah daerah yang membentuk suatu gugusan pulau memiliki permasalahan sendiri dalam mendistribusi dan mengoleksi potensi-potensinya. 1. Alternatif Pengembangan Pelabuhan Berdasarkan karakteristik kondisi eksternal dan internal, demand (permintaan) di Pelabuhan, serta persepsi pembangunan kepelabuhanan di Pulau Sulawesi, merumuskan beberapa rencana arah pengembangan strategis yang diharapkan dapat menjawab tentang harapan pembangunan kepelabuhanan di Pulau Sulawesi. Penjabaran rekomendasi kebijakan strategis yang dimaksud, adalah untuk menjawab permasalahan mengenai kepelabuhanan dengan dasar pemikiran atas hasil kajian dalam studi ini, sebagai berikut: a) Gambaran kondisi dan keadaan pelabuhan di tiap objek studi. b) Hasil analisis terhadap kinerja pelabuhan yang diharapkan dapat menjadi efisien ketika terjadi kegiatan di pelabuhan baik kinerja kapal, kinerja barang dan kinerja pemanfaatan fasilitas pelabuhan. c) Fakta yang menunjukan masalah di Pelabuhan yang kinerjanya masih rendah dan penyelenggaraannya belum optimal. d) Menkritisi beberapa kebijakan pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan di bidang transportasi laut khususnya kepelabuhanan yang terlaksana maupun yang belum terealisasi sepenuhnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap kinerja dan fasilitas pelabuhan dilihat dari aspek pengaruh eksternal maupun internal, terdapat beberapa dasar pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan maupun pembangunan pelabuhan di Pulau Sulawesi, didaptkan hasil analisis swot tentang pembangunan pelabuhan di Pulau Sulawesi. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) biasa digunakan dalam perencanaan strategic untuk menilai kekuatan dan kelemahan internal, serta peluang dan tantangan eksternal. Kelebihan dari metode ini
Final Report
IV - 195
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi adalah tidak membatasi tujuan dan informasi yang digunakan, dapat menggunakan infbrmasi dari media mass, hasil interview dst. Kelemahannya hasilnya dapat bervariasi tergantung pada sudut pandang atau variasi dari personel yang terlibat (World Bank, 2001). Untuk melihat Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam penyusunan kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Penyusunan strategi didasarkan pada analisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Analisis SWOT yang digunakan dalam penentuan kejakan dan pengembangan pelabuhan merupakan suatu analisis yang mengindetifikasi secara sistematik situasi dan kondisi internal yang mengekspresikan kekuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman sebagai faktor eksternal pada masing-masing pelabuhan sebagai suatu proses perencanaan strategik. Faktor internal dan eksternal diindetifikasi dari unsur kesesuaian karakteristik permintaan (barang dan penumpang) kaitannya dengan upaya strategi pengembangan pelabuhan di objek studi, seperti pada gambar berikut ini.
Industri Jasa & Pariwisata
Ekonomi
Pelabuhan di Pulau Sulawesi Sos- Bud & Politik
Eksternal
Pertanian
SWOT
& Kelautan
(Kondisi Saat Ini)
Internal
Kebijakan dan Strategi Pembangunan Pelabuhan
Gambar 4.76 Model Pengembangan Pelabuhan Adapun prioritas pengembangan pelabuhan di Pulau Sulawesi tersebut antara lain; 1) Mengusulkan kepemerintah Pusat agar mendapat perhatian khusus pembangunan pelabuhan di KTI agar dapat mengurangi kesenjangan pembangunan dengan Provinsi lain.
Final Report
IV - 196
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18)
Final Report
Diperlukan kebijakan khusus dengan menambah dana khusus untuk pembangunan prasarana (pelabuhan) sektor transportasi laut Meningkatkan keterpaduan perencanaan sector transportasi oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab./Kota yang mendukung kegiatan pelabuhan. Peningkatan SDM dibidang pelabuhan dengan mengikuti diklat didalam dan diluar negeri. Memanfaatkan adanya perhatian Pemerintah Pusat dengan menyiapkan perencanaan dan pengusulkan kebutuhan dana untuk mempercepat pembangunan prasararana dan sarana pelabuhan. Program pembangunan sektor pelabuhan yang telah ditetapkan dalam RIP tiap pelabuhan supaya diimplementasikan untuk mendukung kegiatan MP3EI. Optimalisasi fasilitas yang telah ada dan perencanan fasilitas baru yang belum ada.. Penyelengaraan transportasi khususnya di Pelabuhan harus memenuhi persyaratan kelaikan, keselamatan, keamanan dengan memperhatikan peraturan per UU dan konversi-konvensi internasional yang berlaku dan yang telah diratifikasi. Mendorong pihak swasta meningkatkan Investasinya untuk membangun sarana dan prasarana di Pelabuhan melalui pemberian insentif khusus. Mendorong Profesionalisme dan keterpaduan berbagai pihak di Pelabuhan guna mendukung mata rantai sistem logistik khususnya perusahan transportasi agar lebih efektif dan efisien. Meningkatkan kewaspadaan terhadap aspek keamanan dan penciptaan lapangan kerja kepada masyarakat setempat dengan melibatkan dalam pembangun pelabuhan. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi pada wilayah perbatasan untuk meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Pengembangan Aksesibiltas antara pelabuhan dengan wilayah hinterland untuk meningkatkan interaksi perdagangan antar dan inter provinsi di Pulau Sulawesi . Kemampuan keuangan daerah masih terbatas sehingga perlu dukungan dana dari pemerintah pusat atau investor. Pelayanan pelabuhan seharusnya memiliki standar operasional yang baku sehingga pemakai jasa tidak hanya menerima pelayanan apa adanya. Manajemen pelabuhan merupakan hirarki dalam organisasi yang berdampak pada percepatan pengambilan keputusan. Etos kerja adalah kondisi dimana seseorang atau pekerja dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal. Kinerja fasilitas pelabuhan adalah utilitas dermaga (BOR) dalam memberikan pelayanan kapal.
IV - 197
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
19) Pemberian pelayanan prima adalah tuntutan jasa dalam penerpan
20) 21) 22) 23) 24) 25) 26) 27) 28)
manajemen modern saat ini dan begitu pula peningkatan pelayanan kapal dalam proses bongkar muat merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pelabuhan. Kapasitas peralatan bongkar muat memegang peranan penting pada pelabuhan Belang-Belang karena merupakan Variabel terhadap tingkat pelayanan yang diberikan. Sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penentu dalam penelolaan pelabuhan. SDM ditentukan dari tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman kerja seseorang. Terbangunnya akses jalan dari dan ke daerah hinterland. Kebijakan pengembangan ekonomi khusus berupa agro industry seperti kakao, kelapa sawit dan holtikultura serta industry pertambangan berupa emas, mangan, minyak dan gas. Pelayanan pelabuhan selama 24 jam kepada pengguna psilitas pelabuhan dalam rangka proses bongkar muat dan pelayanan jasa lainnya. Harmonisasi mitra kerja, dalam pengelolaan pelabuhan perlu kerjasama dengan mitra kerja yang dalam operasionalnya sering berjalan tidak tidak harmonis. Kebijakan pengembangan kawasan ekonomi perlu dukungan ketersediaan lahan yang memadai. Selain itu juga sumber bahan baku industry harus terkelola dengan baik. Stabilitas politik dan persaingan dunia usaha seringkali terjadi benturan. Para pelaku ekonomi biasanya enggang menanamkan modalnya di daerah yang tidak kondusif. Falitas penunjang seperti sarana dan prasarana pelabuhan yang tidak sesuai kebutuhan sehinngga menghambat proses bongkar muat maupun pertukaran antar moda.
2. Kebijakan Pengembangan Pelabuhan Kebijakan pengembangan pelabuhan di Pulau Sulawesi dalam rangka mendukung MP3EI Koridor Sulawesi diarahkan guna mendukung peningkatan infrastruktur dasar kaitanya dengan pengembangan wilayah di Pulau Sulawesi. Pengembangan infrastruktur pelabuhan disesuaikan dengan berperan dan berfungsi pelabuhan tersebut dalam perdagangan dan pembangunan regional, nasional dan internasional yaitu sebagai pintu gerbang keluar-masuk barang dan penumpang ke dan dari suatu daerah, dimana pelabuhan tersebut berada. Peranan dan fungsi pelabuhan meliputi berbagai aspek yaitu: a. Ketersediaan prasarana dan sarana pelabuhan melayani kegiatan B/M barang dan kunjungan kapal, berkaitan dengan daerah belakang yang dihubungkan oleh transportasi darat, investasi, teknologi, manajemen dan kualitas pelayanan.
Final Report
IV - 198
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi
KEBIJAKAN 4:
Pengembangan & Pembangunan Fasilitas baik darat Dan perairan
Permintaan Muatan Barang di Pelabuhan
b. Keterkaitan pelabuhan dengan pelabuhan di pulau lain (nasional dan internasional), dan pelabuhan sekitarnya, sebagai asal dan tujuan pergerakan barang. c. Keterkaitan suatu pelabuhan aspek-aspek yang berdampak sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dari pengembangan pelabuhan terhadap daerah sekitarnya. Berdasarkan analisis eksternal dan internal (SWOT) diatas, maka dirumuskan rencana arah kebijakan strategis yang diharapkan dapat dijadikan bahan masukan kebijakan pemerintah dalam pengembangan kepelabuhanan di Pulau Sulawesi didasarkan pada pertimbangan strategi yang akan disusun dan dikelompokkan dalam 4 kuadran SWOT seperti pada gambar berikut ini
STRATEGI :
1. Pembangunan infrastruktur pelabuhan 2. Meningkatkan pelayanan di Pelabuhan 3. Meningkatkan perencanaan & studi kepelabuanan
KEBIJAKAN 1: Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
STRATEGI : 1. Peningkatan produktifitas pelabuhan 2. Pengembangan sistem I pemindahan barang antar moda
SWOT KEBIJAKAN 3: Pengembangan Sumber Daya Pelabuhan STRATEGI : 1. Meningkatkan peran serta masyarakat & swasta 2. Sinergi sumber dana pemerintah 3. Meningkatkan sumber dana APBD kepelabuhanan
Infrastruktur Pelabuhan
KEBIJAKAN 2: Pengembangan SDM dan Manajemen Pelabuhan STRATEGI : 1. Meningkatkan SDM & koordinasi stakeholder dalam sistem kepelabuhanan. 2. Mengembangkan manajemen IT pelabuhan
Gambar 4.77. Kebijakan dan Strategi terhadap Kinerja dan Fasilitas Pelabuhan Kebijakan pengembangan pelabuhan berorientasi pada upaya peningkatan fasilitas dan kapasitas pelabuhan dalam mendukung pengembangan ekonomi wilayah hinterland. Sektor ekonomi yang berhubungan dengan sektor transportasi, menunjukkan bagaimana interaksi yang terjadi antara sektorsektor ekonomi dengan sektor transportasi, dimana sektor-sektor tersebut berfungsi sebagai pendukung dan atau pengguna sektor transportasi.
Final Report
IV - 199
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Berdasarkan kondisi eksisting dan hasil analisa secara umum, kebijakan pengembangan pelabuhan di Pulau Sulawesi diarahan pada: 1) Pengembangan dan peningkatan kapasitas pelabuhan 2) Pengembangan SDM dan manajemen pelabuhan 3) Pengembangan Sumberdaya Pelabuhan 4) Pengembangan dan Pembangunan Fasilitas Baik Perairan dan Daratan di Pelabuhan
Final Report
IV - 200
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.168 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pelabuhan di Pulau Sulawesi Alternatif kebijakan Kebijakan 1: Kondisi Fasilitas dan Permintaan Pelabuhan Baik (+)
Kebijakan 2: Kondisi Fasilitas Baik (+), dan Permintaan Pelabuhan Kurang (–) Kebijakan 3: Kondisi Fasilitas dan Permintaan Pelabuhan Kurang (–)
Kebijakan 4: Kondisi Fasilitas Kurang (–) dan Permintaan Pelabuhan di nilai Baik (+)
Kebijakan Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
Strategi Pengembangan Peningkatan produktifitas pelabuhan dan pengembangan system pemindahan barang antar moda
Program Perubahan pola shipment (small bag ke jumbo bag, bagging ke curah), optimalisasi kinerja peralatan yang ada dan peningkatan kinerja perusahaan bongkar muat/TKBM, peningkatan waktu operasional pelabuhan Peningkatan fasilitas pelabuhan, Keterpaduan Perencanaan, penerapan support (IT)., dan mendorong Investasi pihak swasta
Pengembangan SDM dan Manajemen Pelabuhan
Meningkatkan SDM dan koordinasi stakeholder dalam system kepelabuhanan dan pengembangkan manajemen IT pelabuhan
Pengembangan Sumber Daya Pelabuhan
Peningkatan Peran serta masyarakat dan Swasta , sinergi sumber dana pemerintah dan meningkatkan sumberdaya APBD kepelabuhanan
Konsistensi pelaksanaan aturan atau Regulasi, Koordinasi stakeholder di pelabuhan, , standarisasi fasilitas dan peralatan optimasi SDM dan dana
Pengembangan dan Pembangunan Fasilitas Baik daratan maupun perairan
Pembangunan infrastruktur peabuhan, meningkatkan pelayanan di Pelabuhan dan meningkatkan perencanaan dan studi kepelabuhanan
Dedicated terminal untuk cargo volume besar, pembangunan infrastruktur, pengadaan peralatan bongkar muat barang dan petikemas, sistem gudang pengganti truck loosing
Sumber: Hasil analisis, 2012
Final Report
IV - 201
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Berdasarkan maksimalisasi kekuatan dan peluang, dan meminimalkan kelemahan dan ancaman sesuai kerangka dasar pengembangan Kebijakan pelabuhan dapat dijelaskan, sebagai berikut; a. Kebijakan I, Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Pelabuhan dengan strategi Peningkatan produktifitas pelabuhan dan pengembangan system pemindahan barang antar moda. Meliputi aspek-aspek Perubahan pola shipment (small bag ke jumbo bag, bagging ke curah), optimalisasi kinerja peralatan yang ada dan peningkatan kinerja perusahaan bongkar muat/TKBM, peningkatan waktu operasional pelabuhan. b. Kebijakan II, k Pengembangan SDM dan Manajemen Pelabuhan dengan strategi Meningkatkan SDM dan koordinasi stakeholder dalam system kepelabuhanan dan pengembangkan manajemen IT pelabuhan. Strategi ini meliputi upaya-upaya Peningkatan fasilitas pelabuhan, Keterpaduan Perencanaan, penerapan support (IT), dan mendorong Investasi pihak swasta. c. Kebijakan III, Pengembangan Sumber Daya Pelabuhan dengan strategi meningkatkan Peningkatan Peran serta masyarakat dan Swasta , sinergi sumber dana pemerintah dan meningkatkan sumberdaya APBD kepelabuhanan. Upaya ini, meliputi aspek-aspek Konsistensi pelaksanaan aturan atau Regulasi, Koordinasi stakeholder di pelabuhan, , standarisasi fasilitas dan peralatan optimasi SDM dan dana. d. Kebijakan IV, Pengembangan dan Pembangunan Fasilitas Baik daratan maupun perairan dengan strategi Pembangunan infrastruktur peabuhan, meningkatkan pelayanan di Pelabuhan dan meningkatkan perencanaan dan studi kepelabuhanan. Upaya aksi meliputi dedicated terminal untuk cargo volume besar, pembangunan infrastruktur, pengadaan peralatan bongkar muat barang dan petikemas, sistem gudang pengganti truck loosing.
Final Report
IV - 202
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.169 Strategi Pengembangan Tiap Pelabuhan Pelabuhan Makassar
I Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
II
Arah Kebijakan (Kuadran) III
Pengembangan dan Pembangunan Fasilitas Baik daratan maupun perairan
Bitung Gorontalo
Ket.
IV
Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
Pantoloan
Pengembangan SDM dan Manajemen Pelabuhan Pengembangan Sumber Daya Pelabuhan
Anggrek
Pengembangan dan Pembangunan Fasilitas Baik daratan maupun perairan Pengembangan dan Pembangunan Fasilitas Baik daratan maupun perairan
Belang-Belang Bungkutoko Pengembangan Sumber Daya Pelabuhan Pengembangan Sumber Daya Pelabuhan
Garongkong Tahuna Bau-Bau
Pengembangan SDM dan Manajemen Pelabuhan
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 203
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi 3.
Program Pembangunan Berdasarkan kebijakan dan stategi yang ditemukan, maka ditentukan program Pembangunan berjangka yang diharapkan dapat menjadi acuan dalam kegiatan implementasi pengembangan pelabuhan di Pulau Sulawesi. Program kebijakan tersebut diperlihatkan pada tabel berikut ini
Final Report
IV - 204
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi Tabel 4.170 Program Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan di Pulau Sulawesi No. 1
PROGRAM KEGIATAN
SATUAN
JUMLAH
m m m m2 m m m m2 m2 m2
224 744 546 7505 438 604 1102 61.664 82.653 150.692
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Paket Paket
1 1
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Paket
1
2013 - 2015
TAHAPAN PENGEMBANGAN 2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
PENANGGUNG JAWAB
INSTANSI TERKAIT
Pelabuhan Makassar Penambahan dermaga Penambahan Lapangan penumpukan Penambahan Dermaga Petikemas
Penambahan Lapangan Petikemas Penyusunan MOU Pemerintah Prov. Sulsel-Pelindo tentang pelaksanaan dan pengawasan pelabuhan Penyusunan Perda tentang penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri dalam bidang angkutan laut Penyusunan sistem dan administrasi berbasis teknologi Penyusunan SOP kepelabuhanan Modernisasi peralatan di Pelabuhan Penyusunan SPM layanan angkutan laut Penyusunan SPM layanan terminal penumpang dan peti kemas di Pelabuhan Pelaksanaan layanan angkutan laut sesuai SPM Studi Pencanangan pelabuhan Makassar sebagai The Best of
Final Report
IV - 205
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No.
PROGRAM KEGIATAN
2.
International Port di KTI Kampanye Pelabuhan Makassar sebagai salah satu daya tarik PMA dan PMDN Penerapan Program Quick Respons Law Enforcement di Pelabuhan Pembentukan partnership PEMDAPT.PELINDO IV-Stakehoder Pembentukan simpul keterpaduan kawasan andalan-bandara-pelabuhankawasan pemukiman Penerapan konsep pemadu moda Penyelenggaraan DIKLAT pengelola pelabuhan Pembangunan jalan dan perkantoran Pengadaan utilitas dan fasilitas kelistrikan, saluran Pembangunan reservoir Pengembangan area industri pendukung Pembangunan Car Terminal Pengembangan Marina Area/pariwisata Pelabuhan Bitung Penambahan dermaga Penambahan Gudang Penambahan Dermaga Petikemas
Penambahan Lapangan Penumpukan
Final Report
SATUAN
JUMLAH
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Paket
1
Set
1
Set
1
Ha
30
Ha
15
Ha
5
m m m2 m m m m2 m2 m2
574 1.303 3.051 119 161 293 61.095 36.924 51.552
2013 - 2015
TAHAPAN PENGEMBANGAN 2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
PENANGGUNG JAWAB
INSTANSI TERKAIT
IV - 206
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No.
3.
PROGRAM KEGIATAN Pengadaan alat B/M Under deck repair dermaga konvensional Pengadaan alat untuk Container Yard Pengadaan kapal tunda dan pandu Pelabuhan Gorontalo Penambahan Dermaga Petikemas
4.
Studi Pengembangan dry port Pengadaan Peralatan B/M Penambahan Jam Kerja Peningkatan produktivitas bongkar muat melalui penertiba aturan kerja TKBM dan kelengkapan PBM Pelabuhan Pantoloan Penambahan Dermaga Petikemas
Penambahan Gudang Penambahan Lapangan Penumpukan Penambahan Lapangan Penumpukan Petikemas Pengadaan Gantry Crane Pengadaan RTG
Final Report
SATUAN
JUMLAH
m2 paket
93.576 1
paket
1
Paket unit
1 2
m m m m peket paket Jam
55 110 145 231 1 1 24
Paket
1
m m m m m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 unit unit
130 129 181 265 289 433 808 1.188 2.000 13.560 14.623 20.398 29.972 1 2
2013 - 2015
TAHAPAN PENGEMBANGAN 2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
PENANGGUNG JAWAB
INSTANSI TERKAIT
IV - 207
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No.
5.
6.
PROGRAM KEGIATAN
SATUAN
JUMLAH
Pembangunan trestel Penataan CY petikemas Pelabuhan Anggrek Penambahan Dermaga Penambahan Lapangan Petikemas Penambahan Trestel Penambahan area reklamasi di Dermaga multi fungsi Penambahan CFS di Dermaga multi fungsi Pengadaan Fork-lift 5 dan 30 ton di Dermaga multi fungsi Penambahan area reklamasi di Dermaga Barang Curah (jagung) Penambahan Lapangan Barang Curah Penambahan area muat untuk truk Pengadaan ship loader (1.000 ton/jam) Penambahan Silo Penambahan Fasilitas Pengeringan Jagung (2.500 bph) Pengadaan Container Crane Pengadaan Transtainer Pengadaan Reach Stacker 45 ton Pengadaan Head Tuck & Chassis Peningkatan produktivitas bongkar muat melalui penertiba aturan kerja TKBM dan kelengkapan PBM Pelabuhan Belang-Belang Pengembangan lahan pelabuhan Penambahan lapangan penumpukan Pembangunan gedung kantor Pembangunan rumah operasional Pembangunan dermaga kontainer
m2 paket
1000 1
m m2 m m2 m2 m2
63x10 29.850 17.500 1.200
nos nos
5 8
m
20.250
2
m m2 nos nos
16.650 1.200 1 72
nos
7
unit unit unit unit
1 2 1 4
Paket
1
Ha m2 m2 unit m2
30 10.000 550 10 200 x 25
Final Report
2013 - 2015
TAHAPAN PENGEMBANGAN 2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
PENANGGUNG JAWAB
INSTANSI TERKAIT
IV - 208
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No.
7.
8.
PROGRAM KEGIATAN Pengadaan Alat B/M Penambahan Jam Kerja Pelabuhan Bungkutoko Pembangunan Dermaga Bungkutoko Pembangunan Trestel Dermaga Pengadaan alat B/M Pelabuhan Tahuna Penambahan Dermaga Non Petikemas
9.
Lapangan Penumpukan Penambahan Jam Kerja Peningkatan produktivitas bongkar muat melalui penertiba aturan kerja TKBM dan kelengkapan PBM Pelabuhan Garongkong Penambahan Dermaga Sarana Bantu Navigasi (Navigation Aids) berupa rambu suar, leading light dan rambu suar penuntun. Pembangunan lapangan penumpukan
Pembangunan Gudang CFS
Pembangunan Bangunan Perkantoran Pembanguan Fasilitas penerimaan dan Pelayanan
Final Report
SATUAN
JUMLAH
unit Jam
5 24
Paket Paket Paket
1 1 1
m m m m2 Jam
44 106 151 4.628 24
Paket
1
m m m
150 300 775
peket
2013 - 2015
TAHAPAN PENGEMBANGAN 2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
PENANGGUNG JAWAB
INSTANSI TERKAIT
1
Ha Ha Ha Ha Ha Ha m2 m2 m2
10 20 50 2,2 4,5 12,8 5.000 10.000 25.000
m2
5.000
IV - 209
Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi No.
PROGRAM KEGIATAN Pembangunan Fasilitas umum
Pembangunan lapangan parkir
10.
Fasilitas peralatan bongkar muat, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Pembangunan breasting dolphin dan mooring dolphin di kanan dermaga serta areal tangki penampungan Penambahan areal tangki penampungan Pelabuhan Bau-Bau Penambahan Dermaga
Penambahan Gudang
Lapangan Penumpukan Penambahan Jam Kerja Peningkatan produktivitas bongkar muat melalui penertiba aturan kerja TKBM dan kelengkapan PBM
SATUAN
JUMLAH
m2 m2 m2 m2 m2 m2
20.000 40.000 100.000 250.000 375.000 500.000
Paket
1
Ha
1
Ha
2
m m m m m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 Jam
450 600 802 1005 6.513 8.482 10.981 12.835 9.769 12.723 16.472 19.252 24
Paket
1
2013 - 2015
TAHAPAN PENGEMBANGAN 2016 - 2020 2021 - 2025 2026 - 2030
PENANGGUNG JAWAB
INSTANSI TERKAIT
Sumber: Hasil Analisis, 2012
Final Report
IV - 210