BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
4.1. Konsep Perencanaan Berbasis Pendekatan Desain Ekologis 4.1.1. Konsep Kawasan Kawasan yang akan dipakai yaitu kawasan Sriwedari yang terletak di jalan arteri atau jalan utama kota Surakarta, yaitu Jalan Slamet Riyadi. Kawasan ini mempunyai aspek culture serta alam yang cukup kuat. Desain nantinya diharapkan mampu mengembalikan citra Sriwedari sebagai pusat wisata kota bagi turis kota, lokal, maupun interlokal melalui aktivitas MICE, dimana aspek budaya, alam, masyarakat, serta bangunan saling bersinergi.
Gambar 4.1. Peta Lokasi Kawasan Sumber: Googlemaps.com dinduh tanggal 08 Januari 2013 dan Laporan Akhir RIP Bapeda Surakarta
124
Gambar 4.2. Konsep Zonasi Messo Sumber: Analisis penulis berdasar RIP Kawasan Sriwedari, Bappeda
4.1.2. Konsep Site Site ini berada di lahan Gedung Grha Wisata Niaga, pujasari, restoran boga, serta lahan bekas gedung Solo Theatre. Site ini cukup strategis karena terletak di Sriwedari.
125
Gambar 4.3. Konsep Site Sumber: Laporan Akhir RIP Bapeda Surakarta
4.1.3. Konsep Zoning Site Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: Tabel 4.1. Konsep Zoning Site
Sirkulasi di luar tapak ke dalam tapak
Sirkulasi dalam tapak Sirkulasi dalam tapak ke bangunan Pencahayaan tapak
View tapak dan Orientasi bangunan
Kebisingan
Zona publik diterapkan dengan menggunakan pola pencapaian langsung dan tersamar, zona non-publik dan servis cenderung menerapkan pola pencapaian tersamar dan berputar Menerapkan pola gabungan antar radial dengan linier Melalui ruang-ruang dan menembus ruang-ruang, hal ini dikarenakan faktor pencahayaan dan penghawaan Pencahayaan terbaik dari barat ke timur, namun menghindari sinar cahaya matahari langsung Orientasi bangunan ditekankan terhadap arah-arah yang mempunyai potensi yang baik dalam hal view, penghawaan, maupun pencahayaan Dapat diredam dengan beberapa cara di antaranya vegetasi serta pengadaan silence zone. Serta untuk area yang dekat 126
dari sumber bising, digunakan sebagai area publik. Untuk memaksimalkan penghawaan alami, orientasi serta bentuk bangunan ditekankan pula terhadap aliran pergerakan angin Vegetasi diterapkan untuk menimbulkan lingkungan yang asri. Vegetasi juga digunakan untuk beberapa fungsi antara lain peredam kebisingan, sirkulasi, estetika, peneduh, RTH dan lain sebagainya.
Penghawaan
Vegetasi
Sumber: Analisis Penulis
4.2. Konsep Perancangan Berbasis Pendekatan Desain Ekologis 4.2.1. Konsep Tata Massa dan Bentuk Bangunan Massa disusun atas lebih dari 1 massa bangunan, hal ini dilihat dari faktor efektivitas ruangan, struktur, lahan, bangunan serta culture sekitar, dan efisiensi energy. Selain itu, bangunan menggunakan sistem vertikalisme dengan ketinggian bangunan antara 1 hingga 3 lantai yang dapat menerapkan metode infill design mengingat terdapat beberapa bangunan konservasi di kawasan tapak, sistem vertikalisme dapat menambah ruang terbuka hijau sehingga dapat meminimalisir KDB. Gubahan massa dapat terkonfigurasi dari bentukan penggabungan dan pengurangan bentuk, serta penggabungan
pola bangunan, dan
mampu
memberikan pencitraan yang baik dan kontekstual dengan sekitar. Kemudian bentukan bangunan ini nantinya mampu mendominasi kegiatan utama di Sriwedari yang menjadi sumber utama penarik wisatawan lokal dan interlokal melalui kegiatan konvensi dan ekshibisi, hal ini kemudian dapat diwujudkan melalui peletakan Zonasi secara messo di kawasan Sriwedari.
4.2.2. Konsep Organisasi dan Kebutuhan Ruang 1. Konsep Program Kebutuhan Ruang Ruang dikelompokkan ke dalam 4 kelompok kegiatan. a.
Kegiatan Utama Konvensi
127
Tabel 4.2. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Utama Konvensi
Jenis Ruang Ballroom/ Hall A Ballroom/ Hall B Auditorium Meeting Room 1 Meeting Room 2 Meeting Room 3 Interpreter Booth Projection Booth Operator Booth Main Lobby Pre-function Area R. Pendaftaran Resepsionis Public Lavatory
Luas (m²) 800 400 1200 320 160 80 60 40 12 18 2500 10 10 200
Sumber: Analisis Penulis
Ekshibisi Tabel 4.3. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Utama Ekshibisi
Jenis Ruang R.Pamer Outdoor space Workshop Lobby penerimaan Prre-function space
Luas (m²) 180 90 32 13.5 250
Sumber: Analisis Penulis
b.
Kegiatan Penunjang Tabel 4.4. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Penunjang
Jenis Ruang Ruang Komersial Public Lavatory Kafetaria Medical Room Pelayanan Wartawan Ruang ibadah (mushola)
Luas (m²) 80 150 255 20 60 33.6
Sumber: Analisis Penulis
128
c.
Kegiatan Pengelolaan Tabel 4.5. Tabel Kebutuhan Ruang untuk KegiatanPengelolaan
Jenis Ruang
Luas (m²)
R. Administrasi R. Pimpinan R. Tamu R. Kepala Divisi R. Rapat Staff R. Istirahat Kantin Lavatory Gudang
20 9 50 9 60 50 60 60 40
Sumber: Analisis Penulis
d.
Kegiatan Servis Tabel 4.6. Tabel Kebutuhan Ruang untuk Kegiatan Servis
Jenis Ruang R. MEE R. Satpam Dapur Lavatory Gudang
Luas (m²) 60 24 150 120 40
Sumber: Analisis Penulis
2. Konsep Jenis Ruang Jenis ruangan yang ada pada bangunan konvensi dan eksbisi ini antara lain: a. Zona Publik Zona publik terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan penunjang baik pada bangunan konvensi maupun ekshibisi, jenis ruangnya antara lain: 1) Ballroom/ Hall 2) Auditorium 3) Meeting Room 4) Interpreter Booth 5) Projection Booth 6) Operator Booth 7) Main Lobby 129
8) Pre-function Area 9) R. Pendaftaran 10) Resepsionis 11) Public Lavatory 12) Ruang Komersial 13) Kafetaria 14) Pelayanan Wartawan 15) Ruang ibadah (mushola) 16) R.Pamer 17) Outdoor space 18) Workshop 19) Lobby penerimaan b. Zona Privat Zona privat mewadahi kegiatan pengelolaan. 1) R. Administrasi 2) R. Pimpinan 3) R. Tamu 4) R. Kepala Divisi 5) R. Rapat Staff 6) R. Istirahat 7) Kantin 8) Lavatory 9) Gudang c. Zona Servis Pada zona ini, kegiatan servis dilakukan. 1) R. MEE 2) R. Satpam 3) Dapur 4) Lavatory 5) Gudang
130
3. Konsep Pola Ruang Berdasarkan hasil analisa pada bab sebelumnya, pola ruang yang cocok untuk diterapkan pada bangunan ini yaitu terpusat, linier, radial, serta cluster.
4. Konsep Organisasi Ruang Diagram 4.1. Organisasi Ruang
Sumber: analisis penulis
4.2.3. Konsep Sistem Struktur dan Material Konsep sistem struktur yaitu dengan menggunakan struktur bentang panjang serta struktur balok tertutup dengan memperhatikan besaran serta massa dari tiap-tiap bangunan konvensi ini. Serta penggunaan material-material lokal dan alami di beberapa bagian.
4.2.4. Konsep Sistem Utilitas 1. Sistem Jaringan Air Bersih
131
Sistem pasokan air bersih menggunakan down-feed system karena sistem ini berdasarkan hasil analisa merupakan sistem yang paling efektif dibanding up-feed system. Untuk sumber air bersih berasal dari 2 sumber utama, yaitu PDAM serta pengolahan air bekas, dan menghindari penggunaan air tanah yang dapat mengganggu keseimbangan alam . Pada bangunan konvensi, air bersih digunakan pada kamar mandi, hydrant, menyiram tanaman, dan dapur, serta beberapa spot yang pada perancangannya kemungkinan juga membutuhkan air bersih, seperti kolam.
2. Sistem Jaringan Air Kotor
Gambar 4.4. Jaringan Air kotor Sumber: Analisis Penulis
Air kotor yang dapat diolah kembali dapat dimanfaatkan dalam penyiraman tanaman. Jenis air buangan yang dapat diolah kembali yaitu pembuangan air bekas kamar mandi (grey water) dan pembuangan air hujan (rain water). Untuk jenis air buangan yang tidak dapat diolah lagi menjadi sesuatu yang tidak bermanfaat, dapat dibuang langsung ke riol kota, atau disaring terlebih dahulu untuk kemudian dibuang. Bangunan konvesi ini memanfaatkan sistem pengolahan kembali air buangan. a. Grey Water System b. Rain Water System
132
Gambar 4.5. Rain Water System Sumber: Analisis Penulis
3. Sistem Jaringan Listrik Berdasarkan hasil analisa, sumber jaringan listrik pada bangunan konvensi dan ekshibisi yang utama berasal dari PLN, kemudian menggunakan energi tambahan berupa generator set.
4. Sistem Pencahayaan Sistem pencahayaan yang diterapkan ke dalam bangunan konvensi dan ekshibisi ini terbagi ke dalam 2 macam pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. a. Alami Menggunakan cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama, dengan menerapkan beberapa bukaan dinding. Selain itu, pencahayaan alami di dalam ruang juga dapat diwujudkan melalui perwujudan void yang dapat diterapkan pada bangunan konvensi, maupun melalui bentukan massa bangunan yang mendukung pencahayaan ini yang dapat diterpkan pada massa bangunan ekshibisi atatupun beberapa massa bangunan penunjang.
133
b. Buatan Pencahayaan ini digunakan pada ruang-ruang yang bersifat privat dan membutuhkan tingkat privasi yang tinggi, yang berakibat pada kurangnya bukaan, serta dipergunakan sebagai pencahayaan di malam hari dimana cahaya matahari sudah tidak tampak. Selain itu, pencahayaan ini juga diterapkan untuk pencahayaan stage yang berada di dalam ballroom serta auditorium. Berikut beberapa contoh jenis lampu yang diterapkan untuk stage. Tabel 4.6. Jenis Lampu Stage
1) Bohlam
2) Reflektor
3) Floodlight
4) Scooplight
5) Fresnellight
134
6) profilelight
Sumber: http://id.scribd.com/doc/39335116/Tata-Cahaya, diunduh tanggal 08 Januari 2013
5. Sistem Penghawaan Konsep penghawaan juga menggunakan penghawaan yang berasal dari sumber alami serta buatan (artificial). a. Penghawaan Alami Sama halnya dengan pencahayaan, penghawaan alami dapat diwujudkan melalui bukaan dinding serta void. b. Penghawaan Buatan Diterapkan pada ruang-ruang yang mempunyai tingkar privasi, konsentrasi, serta keamanan yang tinggi. Di antaranya Ballroom, auditorium, ruang rapat, ruang administrasi, dan lain sebagainya. Penghawaan buatan dilakukan dengan Air Conditiong, Kipas Angin, serta exhaust fan tergantung dari kebutuhan masing-masing ruang.
6. Sistem Fire-protection Sistem pencegah kebakaran di bangunan konvensi dan ekshibisi ini menggunakan sistem proteksi aktif, misalnya fire extinguisher, hydrant, detektor asap, fire alarm. Untuk hydrant, sumber air berasal dari PDAM serta olahan air buangan.
7. Sistem Akustik Sistem akustik ruangan untuk ruang-ruang kegiatan utama, digunakan dengan langkah menaikan lantai bagian depan (panggung), lantai yang
135
miring, sumber bunyi dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi, memberikan bahan penyerap suara untuk menghilangkan cacat bunyi.
8. Sistem Pembuangan Sampah Pembuangan sampah disediakan 2 kotak sampah yang berbeda dengan tujuan untuk memisahkan jenis-jenis sampah menjadi organik serta non organik agar memudahkan untuk proses daur ulang sampah. Diagram 4.2. Diagram Skema Pembuangan Sampah
Sumber:Analisis Penulis
4.2.5. Konsep Vegetasi 1. Vegetasi sebagai barrier/ filter kebisingan
Gambar 4.6. Vegetasi sebagai barrier kebisingan Sumber:Analisis Penulis
136
2. Vegetasi sebagai pengarah sirkulasi
Gambar 4.7. Vegetasi sebagai pengarah sirkulasi Sumber:Analisis Penulis
3. Vegetasi sebagai peneduh
Gambar 4.8. Vegetasi sebagai peneduh Sumber:Analisis Penulis
4. Vegetasi sebagai elemen estetika
Gambar 4.9. Vegetasi sebagai elemen estetika Sumber:Analisis Penulis
137
5. Vegetasi sebagai ruang terbuka hijau Dalam ekologis, ruang terbuka hijau dapat bermanfaat untuk menurunkan
tingkat
pencemaran
udara
serta
meningkatkan
kandungan air tanah.
Gambar 4.10. Vegetasi sebagai RTH Sumber:Analisis Penulis
6. Vegetasi sebagai atap Dapat diterapkan melalui 2 cara yaitu melalui perwujudan rooftop terrace ataupun green roof.
Gambar 4.11. Vegetasi sebagai atap Sumber:Analisis Penulis
4.2.6. Konsep Tata Parkir Untuk
parkir
terdapat
2
alternatif
utama,
yaitu
beberapa
memanfaatkan dan mengolah kembali lahan parkir kawasan Sriwedari yang sudah ada sehingga didapatkan satu kesatuan bahwa gedung konvensi dan ekshibisi ini merupakan salah satu bagian dari Sriwedari yang saling berhubungan, serta parkir yang terletak di tapak bangunan itu sendiri untuk memudahkan sirkulas i pengunjung konvensi. Kemudian disediakan pula
138
space parkir bagi difable. Tata parkir menggunakan pola parkir menyudut yang mempunyai ruang parkir yang lebih efektif.
Gambar 4.12. Konsep Tata Parkir Sumber:Analisis Penulis
139