BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4.1. KONSEP MESO Site memiliki luas 3293,5 m2 dengan KDB 80 %. Site memiliki batas samping selebar 2 m yang berbatasan dengan rumah penduduk dan cagar budaya. Luas total bangunan yang akan digunakan adalah 2623,5 m sehingga masih memungkinkan untuk membuat bangunan satu lantai. Perencanaan dan perancangan harus sesuai dengan prinsip konservasii arsitektur yaitu adaptasi dan infill yang memiliki nuansa lokalitas lokalitas Pura Pakualaman. Sehingga bangunan mampu bersimbiosis dengan cagar budaya. 4.1.1. Konsep Orientasi Site
Gambar 4.1. Orientasi view site kedalam radiasi dan keluar linier Sumber : Analisis Penulis Orientasi harmoni dengan BCB yaitu bangunan memiliki memiliki orientasi view kedalam dan keluar. Kedalam yaitu radial dengan konsep atraksi memasak. Kemudian orientasi view keluar secara linier dengan visualisasi cagar budaya. Orientasi juga disesuaikan dengan sunpath yang meenunjukkan pukul 11.30-12.oo 11.30 WIB adalah lah saat paling terik terhadap matahari sehingga diperlukan peneduh dan bukaan yang cukup dari arah timur.
104
41.1.2.
Konsep Zonasi Site
Gambar 4.2. Zonasi Tapak Sumber : Analisis penulis
Zonasi yang dinamis disesuaikan dengan karakter aktivitas pengunjung dimana inlet dan outlet di tempat yang sama. Pengunjung menuju galeri kemudian membeli di area foodcourt, cafe bar, dan restoran. Lalu pengunjung dapat menikmati pertunjukkan dimana dibagi menjadi 3 yaitu pertunjukan komunitas panahan, atraksi memasak, dan pertunjukan music bergantung di area mana pengunjung ngunjung makan. 4.1.3. Konsep Aksesibilitas Site Terdapat dua macam aksesibilitas yaitu akses luar dan akses dalam. Akses luar pencapaian site yaitu dengan signage yang jelas dari arah Jalan Sultan Agung. Kemudian akses juga dibuat fleksible dengan banyak yak arah jalan yang mengarahkan kearah Kawasan Pura Pakualaman.
Gambar 4.3. 4.3 Akses inlet-outlet dari arah yang sama Sumber : Analisis Penulis 105
Sirkulasi pada site hendaknya dinamis dengan sekitarnya. Untuk sirkulasi umum terdiri dari kendaraan bermotor dengan drop odd di bagian depan. Kemudian untuk sirkulasi servis diakses dari depan secara linier melewati jalan utama menuju site masuk kea rah belakang tapak. Kemudian untuk pejalan kaki diakses secara langsung masuk kemudian memutar untuk pulang sehingga inlet dan outlet dari arah yang sama. Akses pejalan kaki cenderung menyebar / tersamar kedalam dengan sekat bangunan yang minimal. 4.2. KONSEP MIKRO 4.2.1. Konsep Gubahan Massa Bagian dari infill terhadap bangunan cagar budaya dan adaptif dengan lingkungan sekitarnya. Menggunakan gubahan massa jamak yang terdiri dari bangunan outdoor dengan atap smi permanen, semi outdoor serupa dengan bangunan yang terdiri dari atap, lantai yang ditinggikan, dan kolom penunjang yang slebihnya memiliki dinding fleksibel yang dapat dibuka dan ditutup apabila diperlukan, dan juga indoor dengan selasar yang cukup luas.
Gambar 4.4. konsep gubahan massa Sumber : Analisis penulis Massa pada bagian zona tengah/center hendaknya memiliki ceiling yang ditinggikan. sebagai zona berkumpul sehingga keramaian paling utama terjadi di bagian tengah. Material yang digunakan cenderung menggunakan material lokal karena untuk menonjolkan potensi alam Yogyakarta. Depan : bagian fasad menggunakan bentukan massa dengan atap limasan menyesuaikan dengan nuansa yang ada di Bangsal Parangkarsa Tengah : area tengah merupakan area titik berkumpulnya pengunjung sehingga posisi ceiling dan atap lebih tinggi supaya penghawaan tetap terjaga dengan optimal. Belakang : sebagai area komunitas latihan panahan dengan pendhopo Luar : area luar merupakan area lansekap dan area yang harusnya didesain atraktif, terbuka, hiruk pikuk, dan memiliki konsep kuat untuk menyokong aktivitas utama didalam bangunan. 106
kan) : untuk menambah kualitas ruang hendaknya area atas juga dapat Atas (apabila memungkinkan) dimanfaatkan sebagai pengganti lahan terbuka hijau sehingga seluruh area bisa dimanfaatkan dengan optimal. 4.2.2. Konsep Lansekap
Gambar 4.5. Lansekap pada tapak Sumber : Analisis Penulis Bagian depan memiliki lansekap yang lebih kaku adaptasi dari Pura, baik dari segi layout tanaman vegetasi yang ditanami seperti vegetasi shrubs thaumatococcus danielii, pandan, pleomele, dan philodendron. Sedangkan untuk area dalam lebih organic supaya mendukung aktivitas makan dan panahan yaitu dengan layout taman yang lebih rekreatif disertai kolam. Untuk taman yang lebih organik memiliki vegetasi yang lebih berwarna warni missal dengan tanaman bunga sepatu, Ixora coccinea, heliconia caribae, teratai, dan lain sebagainya. Lansekap harus atraktif dan adaptif menyesuaikan lansekao di sekitarnya karena memiliki fungsi oenting dalam area makan.
107
4.2.3. Konsep Citra Bangunan Untuk memperoleh citra bangunan yang memiliki prinsip konservasi arsitektur, maka terdapat aspek terkait pada pencitraan bangunan : -
Infill desain : merupakan upaya menambah dan membangun fasilitas yang mampu menyokong area wisata budaya dengan memiliki infill building, infill interior, infill constructive, dan lain sebagainya di sebelah BCB.
-
Adaptive : memanfaatkan fungsi lahan yang kurang terolah seperti ruang kosong untuk pembuangan sampah dan terbengkalai menjadi lebih berkualitas dengan adanya wisata kuliner dengan citra pengolahan fungsi ruang yang memiliki orientasi lebih menyatu dengan sekitarnya misalnya lansekap yang tetap digunakan sebagai pengarah yang baik.
-
Lokalitas : merupakan citra arsitektur dengan elemen jawa baik dari segi pelayanan, interior, dan cara memasaknnya. Begitu juga mempengaruhi materialnya dimana kayu jati mendominasi sedangkan kaca merupakan bagian dari infill agar mengalami perwujudan yang berbeda pada eranya.
-
Invite : bangunan memiliki citra yang memiliki kesan mengajak pengunjung masuk lebih dalam lagi. Misalnya di siang hari terdapat area pameran atau kesenian yang mengundang kemudian di malam hari pengolahan lighting dapat mengundang wisatawan untuk datang.
-
Dinamis & Harmoni : citra yang harmoni dengan bangunan budaya disekitarnya dapat ditunjukkan pada fasadnya. Misalkan elemen dari material yang sama atau warna yang sama.
-
Atraktif : sebagai bangunan fasilitas wisata hendaknya aktif sehingga perlu adanya lansekap yang atraktif tidak hanya sebagai elemen hijau tapi memiliki makna penting dalam pengalaman ruang yang ada. Kesimpulannya, bangunan hendaknya bersimbiosis dengan wisata budaya yang ada. Sehingga mampu menjadi fasilitas penyokong yang baik bagi lingkungan sekitarnya pula.
4.2.4. Konsep Ruang Ruang saling berintegrasi dengan area atraksi memasak di tengah/center. Lalu kegiatan komunitas panahan yang ada saat ini justru bukan untuk dihindari, melainkan bisa dijadikan potensi view yang baik pula ketika sedang menyantap makanan. 108
Sebisa mungkin meminimalisir sekat ruang permanen sehingga sekat ruang makan juga bisa dibuat fleksibel.
Sistem penyajian, pelayanan, dan display Sistem jual beli pada restoran dan selain restoran pengunjung melakukan pembayaran di kasir. Tak lupa pelayanan tetap memperhatikan lokalitas sesuai dengan menu yang dijual untuk dikemas secara atraktif. Area foodcourt :sistem pelayanan dilayani oleh pedagang kios yang mengantarkan makanan langsung ke meja setelah pengambilan nomor meja. Terdapat kios yang menggunakan gerobak sebagai furniture memasak dan ada juga yang menggunakan stand. Display makanan sesuai dengan makanan aslinya seperti menggunakan piring, atau daun pisang, sesuaikan dengan jenis makanannya. Area makan berada di tengah sehingga dapat mengamati seluruh kios. Bahkan juga terintegrasi dengan dapur memasak sehingga dapat menarik visual pembeli. Area galeri : pengunjung dilayani dalam belajar memasak, mencicipi, dan membuat jajanan kuliner seperti apem di tempat. Pengunjung dapat mempelajari seni dalam makanan khas. Jajanan kuliner disajikan secara langsung ditempat dalam keadaan baru matang dengan pincuk pisang. Kemudian displaynya pembuat apem ditengah dikelilingin galeri alat makan tempo dulu dan barang-barang lain yang dipamerkan. Seperti minuman tradisional instant, etalase jajanan, dan lain sebagainya. Restoran : pengunjung dapat menikmati makanan bisa dengan meja dan kursi yang berderet maupun lesehan. Penyajian makanan bisa diantarkan atau juga prasmanan. Tapi terlebih dahulu menu dipilih sendiri dan bisa memasak sendiri bila ingin disajikan dalam keadaan panas. Pelayanan pengunjung setelah memilih bahan bisa diserahkan kepada chef untuk melihat atraksi memasak yang mana display makanan bisa dilakukan sendiri. Piring menggunakan material reuseable. Cafe – bar : wedangan disajikan berderet menggunakan kendi dan bakul dibantu dengan pelayan yang menggunakan baju tradisional. Sistem pelayanannya memilih yang disukai kemudian bisa dilayani oleh pelayan yang membantu. Display menggunakan gelas yang terbuat dari bambu. 109
Interior Memiliki nuansa seperti ada di Bangsak Parangkarsa yaitu material lantai dengan warna cenderung gelap, kemudian dinding keemasan. Material yang banyak digunakan adalah kayu seperti pada jendela yang berwarna kuning dan hijau. Pencahayaan diperlukan untuk penarik perhatian pengunjung sebagai bangunan komersial. Kemudian lighting juga dibutuhkan dalam display makanan maupun area makan. Penerangan yang cukup sebagai daya tarik tersendiri. Area makan bisa dengan lesehan maupun meja panjang dengan kursi berderet. Area makan cenderung semi terbuka. Lokalitasbegitukuat pada interior. Tabel 4.1. Konsep Ruang
Sasaran Pelaku Pengelola/Pegawai
Pengunjung
Nama Ruang
Luas
R. manajer + kantor
25.8
R. Ganti pegawai
22.5
R. pelayan
5.52
Drive Thru
19.8
Kasir
2.88
Gudang makanan
86.4
Gudang barang
1080
Dapur tertutup
37.7
Kios jajanan
360
Bar
5.52
Cafe
17.6
Resto
88.5
Gallery
9.8
R. makan
338.4
Panggung pertunjukkan
3.4
Toilet
13.4
Musholla
2.2
Parkir
38
Playground
302.4 110
R. pendukung
Kolam
48
Community space
115.2
Luas Total
2623.4
Hendaknya padaa area makan memiliki daya tampung tampu 250-500 500 orang bahkan lebih.
Pola Ruang Bangunan
Gambar 4.7. Pola ruang bangunan yang berkesinambungan dan harmoni Sumber : Analisis Penulis Zona kuliner dibagi menjadi 3 lingkup, yaitu zona outdoor terdiri dari foodcourt yang berdekatan dengan inlet disertai dengan taman. Zona semi outdoor memiliki orientasi kearah taman. Serta terdapat retail yang dikemas sebagai food gallery. Kemudian indoor berupa restoran yang terintegrasi langsung dengan community space. Untuk memberikan kesan yang konservatori makan di restoran dapat menikmati panahan di community space. Kemudian zona servis diletakkan di timur fungsinya untuk memudahkan lalu lintas as servis kea rah bangunan dengan mengakses jalan setapak di kanan jalan. Area mezanin memiliki fungsi untuk mengembalikan fungsi untuk mengembalikan fungsi komunitas panahan di lahan tersebut. Dengan konsep pengunjung dapat menyantap makanan dengan menikm menikmati latihan panahan tersebut.
111
4.2.5. Konsep Struktur Struktur bangunan menggunakan unsure lokalitas seperti kolom dengan umpak, atap limasan, kaso, ander, dan blandar. 4.2.6. Konsep Utilitas Furniture street seperti lampu dan tempat sampah di ekspose karena memiliki unsure lokal menyesuaikan dengan lampu Pakualaman. Kemudian wastafel terbuat dari kendi dengan material tanah liat. Semua sentuhan memiliki nilai lokalitas dengan bahan yang awet.
Sistem Pencahayaan dan Penghawaan Pencahayaan alami begitu penting adanya, kemudian juga penyimpanan sinar matahari dengan panel surya untuk listrik. Untuk penghawaan, ceiling yang ditinggikan ke atas menuju nok dan peran lubang-lubang udara sebagai cross ventilation di area dalam.
Jaringan Air Bersih, Kotor, Drainase 1.) Jaringan Air Bersih Jaringan distribusi
Groundtank Jaringan transmisi
Uppertank
Jaringan distribusi
Sumur & PDAM
Sumur & PDAM
Diagram 4.2. Jaringan Air Bersih Sumber : Analisis Penulis
Air bersih dari sumur, apabila memungkinkan juga menggunakan air PDAM. Selain itu air hujan juga apabila memungkinkan di simpan dengan rain harvesting supaya dapat digunakan ketika terjadi kemarau panjang el-nino. 2.) Jaringan Air Kotor Septictank Black Water
Air Limbah Diolah
Resapan
Diagram 4.3. Jaringan Air Kotor Sumber : Analisis Penulis 112
Untuk air kotor juga diresapkan kedalam tanah namun ada juga yang hendaknya diolah kembali untuk dijadikan penyiraman tanaman disekitar tapak seperti lansekap,dsb. 3.) Saluran Drainase Tampung
Diolah
Biopori
Tanah
Digunakan kembali Tanah
Air Hujan
Diagram 4.4. Saluran Drainase Sumber : Analisis Penulis Untuk saluran drainase selain diresapkan kembali ke tanah juga dialirkan ke riol kota. Letak site yang lebih tinggi dari jalan raya Sultan Agung memudahkan akses saluran drainase untuk dialirkan ke riol kota.
Jaringan Listrik dan Telekomunikasi 1.) Jaringan Listrik
Diagram 4.5. Jaringan Listrik Sumber : Analisis Penulis Bangunan komersial seperti restoran tentunya membutuhkan atraksi lampu-lampu yang membutuhkan daya listrik cukup tinggi. Karena lampu juga menunjukkan display makanan agar tampak lezat. Jaringan listrik selain dari PLN juga dengan genset seperti pada area eksisting juga terdapat ruang khusus untuk genset. 2.) Jaringan Telekomunikasi Informasi Asal (Telkom)
Pengirim
Saluran
Penerima
Informasi Tujuan
/Kanal
(Kuliner)
Diagram 4.6. Jaringan Telekomunikasi Sumber : Analisis Penulis 113
Sedangkan untuk telekomunikasi bisa dengan jaringan telekomunikasi yang terdapat di kota seperti pada umumnya. Dengan Telkom yang kemudian di salurkan dari panel listrik di jalan utama kota menuju panel pada kawasan site.
Sistem Keamanan Kebakaran
Diagram 4.7. Sistem Keamanan Kebakaran Sumber : Analisis Penulis Selain dengan alat alat yang mampu menangani kebakaran seperti Fire Hydrant, alarm, detector, sprinkler dan lain sebagainya, sebaiknya penanganan antisipasi juga dilaksanakan. Mengingat kawasan masih berdekatan dengan kawasan cagar budaya sehingga perlu antisipasi yang lebih sebelumnya. Seperti menggunakan material bangunan yang isolasi terhadap api.
Sistem Pengolahan Limbah Sampah Sampah Organik
Pupuk/pelet ikan Diseleksi
Diolah
Sampah Anorganik
Kerajinan Kreatif
Truk Pengangkut
Digunakan/ dijual
TP
Diagram 4.8. Sistem Pengolahan Limbah Sampah Sumber : Analisis Penulis 114
Untuk pengolahan limbah sampah dibagi menjadi dua yaitu limbah cair dan limbah makanan. Limbah cair berupa air cuci dan air kotor yang bisa dimanfaatkan ulang menjadi elemen kolam maupun untuk menyiram area lansekap. Mengingat bahwa dominasi fasilitas ini berupa area terbuka lansekap. Bisa menggunakan pengolahan limbah grey water dengan media kerikil, pasir dan jerami. Selain itu sisa bekas makanan juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk maupun pelet bagi ikan hias yangakan diolah menjadi makanan. Bahkan pelet yang dibuat sendiri oleh pengelola bisa lebih berkhasiat dan memiliki vitamin bagi ikan. Pengolahan limbah sampah merupakan hal yang begitu penting disini karena sampah memiliki dampak lingkungan yang tinggi terhadap area wisata cagar budaya. Ditakutkan dengan adanya fasilitas kuliner disitu, limbah sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mencemarkan bangunan cagar budaya maka dari itu adanya konsep gallery dalam bangunan memberikan edukasi terhadap pengelolaan sampah nantinya.
115