BAB IV KESIMPULAN
Suporter PSS Sleman yang terorganisir pada mulanya adalah hanya Slemania. Slemania tumbuh menjadi sebuah suporter yang menjadi kebanggaan para warga Sleman, pemain PSS Sleman, dan Menejemen PSS itu sendiri.
Slemania telah
berhasil menjadi wadah bagi para warga Sleman yang setia mendukung klub PSS. Dengan adanya Slemania, seluruh pendukung PSS Sleman menjadi lebih terorganisir daripada sebelumnya. Sebelum berdirinya Slemania, warga Sleman hanya menjadi sekedar penonton yang hanya menjadi penonton tanpa memberi dukungan moral maupun materi. Ketika Slemania tumbuh menjadi komunitas supporter yang besar dan menjadi satu-satunya supporter kepercayaan klub PSS Sleman warga Sleman, muncul kelompok baru yang juga mengaku sebagai pendukung PSS Sleman. Kehadiran kelompok ini, sangat berbeda jauh dengan Slemania yang memiliki ciri khas kedaerahan, kelompok ini pada mulanya dimotori oleh komunitas yang bernama Ultras PSS 1976, yang kemudian mendeklarasikan nama baru yaitu Brigata Curva Sud. Pada saat itu, resmilah klub PSS Sleman, memiliki dua komunitas suporter yaitu Slemania dan Brigata Curva Sud. Latarbelakang mengapa bisa terjadi dualisme suporter di tubuh PSS Sleman, yang utama adalah masuknya pengaruh budaya Ultras italia kepada Brigata Curva
76
Sud, Sehingga menimbulkan perbedaan model atau gaya suporter antara Slemania dan BCS . Ultras merupakan sebuah gaya atau model suporter sepakbola yang sangat berbeda dengan suporter di Indonesia. Perbedaan itu terletak dari performance atau penampilan mereka ketika berada di dalam stadion, maupun diluar stadion. Ultras dinilai sebagai sebuah model suporter yang memiliki banyak ritual dan aksi yang sangat totalitas jika dibandingkan dengan suporter di Indonesia, seperti menyanyikan chants selama 2 x 45 menit tanpa henti-henti, kemudian menyalakan kembang api atau flare, melemparkan gulungan kertas ke dalam arena lapangan ketika pertandingan akan berlangsung, dan melakukan koreografi-koreografi yang indah yang pada saat itu tidak pernah dilakukan oleh suporter-suporter di Indonesia salah satunya Slemania. Selain pengaruh Ultras yang menyebabkan perbedaan antara Slemania dan BCS, Perbedaan persepsi atau penilaian terhadap struktur kepengurusan juga menjadi penyebab terjadinya dualisme. Slemania dikenal sebagai sebuah suporter yang terstruktur dengan sangat rapih, mereka memiliki AD/ART yang mengatur bagaimana struktur kepengurusan dan periode kepengurusan. Struktur kepengurusan bagi Slemania merupakan sebuah gambaran bahwa Slemania sangat menjunjung tinggi peraturan, dengan adanya pengurus, maka para anggota lebih terstruktur dan dapat diatur atau dikoordinasikan dengan mudah. Sementara itu, BCS lebih memilih untuk tidak menggunakan struktur kepengurusan, mereka menggunakan forum yang rutin diadakan guna mengkoordinasikan segala urusan. Struktur kepengurusan dinilai
77
oleh BCS dapat menghalangi solidaritas antara masing-masing anggota, dan rawan untuk dimasuki oleh oknum-oknum yang ingin mengambil keuntungan dari BCS guna kepentingan diluar sepakbola. Perbedaan model antara Slemania dan BCS, juga menimbulkan perbedaanperbedaan standard cara mendukung diantara keduanya, seperti, area mendukung di Stadion Maguwoharjo dan performance. Slemania yang notabennya sebagai komunitas suporter PSS Sleman pertama yang terorganisir berada di tribun utara, karena memang disitulah tempatnya untuk para pendukung PSS Sleman, sementara BCS yang juga sebagai pendukung PSS Sleman, lebih memilih berada di tribun selatan, karena tribun selatan merupakan sebagai sebuah identitas mereka bahwa BCS memiliki cara tersendiri dalam mendukung PSS Sleman, yaitu dengan ciri khas suporter Ultras. Ritual-ritual dan aksi-aksi yang dilakukan oleh BCS di tribun selatan dinilai oleh beberapa warga Sleman dan beberapa anggota Slemania, memiliki animo yang sangat meriah. Totalitas BCS di tribun selatan seperti menyanyikan chants 2x 45 menit, koreografi yang indah, telah menghipnotis warga Sleman, dan beberapa anggota Slemania. Performance dalam hal gaya berpakaian juga terdapat perbedaan diantara BCS dan Slemania, jika kita lihat Slemania lebih memilih untuk menyeragamkan pakaiannya dengan warna hijau dan dengan produk-produk seperti kaos, syal, buatan mereka sendiri, Sementara BCS, yang lebih bersifat “modern” ketimbang Slemania, karena selain menggunakan produk-produk buatan mereka sendiri seperti syal dan
78
kaos, mereka juga menggunakan pakaian-pakaianyang bermerek seperti adidas, dan mereka mewajibkan untuk semua yang berada di Tribun Selatan untuk menggunakan sepatu. Dualisme ini juga menimbulkan perbedaan antara keduanya mengenai respond an sikap dalam menanggapi isu yang telah terjadi, yaitu isu Sepak Bola Gajah, yang melibatkan PSS Sleman, dengan PSIS Semarang. PSSI menjatuhkan sanksi kepada seluruh pemain PSS Sleman, yang hal ini tentu menjadi pukulan terberat bagi suporter PSS Sleman, dan juga menejemen PSS Sleman. Sikap Slemania dalam menanggapi kasus ini, adalah mereka langsung membentuk tim investigasi untuk menguak siapa dalang dibalik Sepak Bola Gajah dan menyelamatkan nama baik para pemain yang terkena sanksi. Sikap mereka ini, terkesan ingin melakukan revolusi di dalam struktur kepengurusan menejemen PT PSS di masa kepemimpinan Pak Parji. Sementara itu BCS lebih memilih untuk memasrahkan kasus Sepak Bola Gajah ini kepada pihak Menejemen, dan mereka tetap fokus untuk memberikan dukungan moral kepada para pemain. Perbedaan-perbedaan antara Slemania dan BCS tak jarang menimbulkan benturan-benturan antara keduanya. Sikap sentiment satu sama lain, muncul ketika terjadi kesalahan interpretai Slemania, yang menganggap bahwa BCS ingin menggeser eksistensi Slemania sebagai suporter PSS Sleman. Padahal, interpretasi tersebut hanya tersebar ditataran para anggota, sedangkan para ketua maupun sesepuh masing-masing pihak tidak ada sikap sentiment satu sama lain, justru mereka
79
menjalin hubungan yang baik demi keberlangsungan PSS. Puncak konflik antara keduanya terjadi justru pada saat mereka sedang membela PSS Sleman yang sedang bertanding melawan Persepar Palangkjaraya di Stadion Maguwoharjo pada tanggal 3 Maret 2012,saat itu terjadi baku hantam antara oknum Slemania dan BCS. Peristiwa tersebut disinyalir sebagai salah satu bentuk kemarahan dari BCS yang selama ini dianggap sebagai suporter yang melenceng oleh Slemania. Untuk mengakomodir perbedaan-perbadaan antara Slemania dan BCS, keduanya bersepakat untuk membuat sebuah solusi dengan mengidentifikasikan apa permasalahan yang sebenarnya terjadi antara Slemania dan BCS. Keduanya sepakat untuk
membentuk
sebuah
Memorandum
of
Understanding
(MoU)
guna
meminimalisir adanya benturan kepentingan dan mencegah terjadinya konflik yang lebih besar antara keduanya. Isi dari MoU tersebut dinilai sebagai sebuah bentuk solusi yang sama-sama memberikan rasa puas terhadap keduanya. Selain MoU pihak Slemania juga memiliki cara untuk mengakomodir BCS dan Slemania dengan memiliki wacana untuk mengangkat anggota BCS untuk membantu di dalam struktur kepengurusan Slemania. Walaupun keduanya memiliki banyak perbedaan-perbedaan cara mendukung, tetapi mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin memberikan dukungan secara total, kepada PSS Sleman, baik dalam bentuk dukungan moral, maupun materi. Karena mereka sadar bahwa Slemania dan BCS merupakan salah satu faktor keberhasilan PSS Sleman.
80
Tabel 4.1: Slemania dan BCS Group
Slemania
BCS
Aspek Tujuan Corak Performance
Ruang Alat Pengontrol
Mendukung PSS Sleman. Mendukung PSS Sleman. Suporter khas Kedaerahan. Mengadaptasi dari suporter Ultras Italia. Berpakaian warna hijau. Berpakaian bebas, namun dominan hitam. Mewajibkan menggunakan sepatu di dalam stadion. Menyanyikan chants/yel- Menyanyikan chants/yelyel dalam bahasa yel dalam bahasa Indonesia atau jawa. Indonesia ataupun bahasa asing (Italia/Inggris). Bernyanyi dengan Bernyanyi dengan di iringi mengangkat-angkat syal koreografi. ataupun menggerakan tangan. Mengunakan kembang api ketika pertandingan akan berjalan. Melemparkan gulungan kertas kedalam pinggir stadion. Tribun Utara Stadion Tribun Selatan Stadion Maguwoharjo Maguwoharjo Struktur kepengurusan Tidak memiliki struktur kepengurusan, akan tetapi memiliki Forum. Sumber: Data Primer
81