BAB IV IMPLEMENTASI & PENGUJIAN 4.1 Implementasi Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi, konfigurasi yang digunakan Indosat dalam melakukan monitoring power PLN di site serta pengujiannya. Pengujian yang dilakukan adalah memastikan bahwa pada saat power PLN di site down sehingga mengakibatkan router wifi yang dimonitor dalam keadaan off, setelah eventhandler melakukan tugasnya dan didapati wifi router yang down karena power problem maka nagios melalui postfix akan mengirimkan email notifikasi yang akan diterima oleh Operasional Local Network. Sehingga Operasional Local Network dapat mengetahui power problem di site bermasalah sebelum node akses yang ada di site tersebut down. Serta pada bab ini juga akan ditampilkan hasil penghitungan CoS setelah dilakukan monitoring menggunakan wifi router via Nagios. Hasil yang didapatkan akan dibandingkan dengan hasil sebelum dilakukannya monitoring power PLN menggunakan router wifi via Nagios dan data setelah pengujian akan disandingkan dengan KPI yang telah ditentukan oleh Divisi Local Network.
4.1.1 Hal – Hal Yang Harus Disiapkan Dalam pengimplementasian proyek akhir ini ada beberapa langkah yang harus dilakukan, diantaranya :
60
a. PC / Laptop PC / Laptop digunakan untuk tempat penginstallan dan konfigurasi perangkat lunak yang akan dibentuk menjadi sebuah sistem monitoring server. PC / laptop nanti juga berfungsi sebagai host server. b. Switch dan Kabel UTP Switch dan kabel UTP digunakan untuk menghubungkan antara server monitoring dan server yang dimonitor (host server). c. CD atau Flashdisk installer Ubuntu Dalam proyek akhir ini sistem monitoring server dan host server berjalan di system operasi Ubuntu. d. Nagios-3.2.3.tar.gz Merupakan package software monitoring server yang diperlukan saat penginstallan Nagios. g. Koneksi Internet Merupakan hal penting dalam proyek akhir ini karena dibutuhkan dalam setiap installasi software yang akan digunakan. Apache2 misalnya, langsung diinstall melalui CLI Ubuntu atau melalui Synaptic Package Manager dengan catatan server terkoneksi ke internet dan repositori ubuntu. Dan masih banyak software lain pendukung sistem monitoring yang diinstall langsung melalui CLI maupun Synaptic Package Manager.
61
h. Router Wifi Router wifi harus dikonfigurasi terlebih dahulu agar bisa melakukan koneksi dengan jaringan UMUX . 4.1.2 Instalasi dan Konfigurasi Pada tahap ini dilakukan instalasi Ubuntu pada PC yang telah disiapkan, intalasi software – software pendukung dan juga pengkonfigurasian pada Nagios dan juga wifi router. 4.1.2.1 Instalasi Ubuntu dan Konfigurasinya Pada PC Server Instalasi Ubuntu akan dilakukan pada PC server dengan spesifikasi Intel Core 2 Duo RAM DDR3 2GB dengan kapasitas hardisk 320GB. Dipilih Linux Ubuntu untuk dijadikan server Nagios karena sistem operasi Linux memiliki ketangguhan sebagai server dan banyak aplikasi yang mensupport Linux dan banyak diantaranya gratis dan juga support dari developer yang terus mengembangkan Linux kearah yang lebih baik. Berikut akan ditampilkan urutan intalasi dari Ubuntu: a. Langkah pertama boot ubuntu installer pada PC anda. pilih start or install Ubuntu. System pada CD akan menggunakan RAM pada PC sebagai media penyimpanan system sementara. System live CD tidak akan berpengaruh pada harddisk PC. Jadi bisa mencoba menggunakan Ubuntu sebelum melakukan instalasi pada system. Setelah System Live CD berjalan, double-klik icon install pada desktop untuk memulai proses instalasi
62
Gambar 4.1 Booting CD Ubuntu b. Proses instalasi berjalan. Pertama memilih bahasa yang ingin digunakan (default english)
Gambar 4.2 Memilih bahasa
63
c. Kemudian memilih zona waktu (Indonesia, Jakarta)
Gambar 4.3 Memilih Zona Waktu d. Selanjutnya membuat partisi baru, yaitu kira - kira 5GB dan partisi swap 500MB.
Gambar 4.4 Mempersiapkan Partisi e. Untuk pemilihan penentuan partisi secara manual, memilih seperti pada tampilan berikut.
64
Gambar 4.5 Pilihan Partisi Manual f. Setelah pemilihan opsi manual, akan terlihat daftar kondisi harddisk, jika harddisk masih kosong, maka tidak terlihat daftar apapun. Jika harddisk sebelumnya terdapat partisi lain, maka partisi tersebut akan ditampilkan. Untuk memulai mengatur partisi, mengklik tombol New Partition Table
Gambar 4.6 Disk belum terpartisi 65
g. Selanjutnya akan tampil partisi yang yang masih kosong beserta dengan ukurannya. Mengklik New Partition untuk memulai membuat partisi baru.
Gambar 4.7 Inisialisasi partisi h. Maka akan muncul tampilan dasar pada pembuatan partisi baru sebagai berikut
Gambar 4.8 Tampilan dasar pembuatan partisi
66
i. Buat partisi awal, sekitar 5GB yang nanti akan digunakanan untuk sistem dasar. Jangan lupa menentukan 'Mount Point' di '/' (baca: slash). Yang utama pada pembuatan partisi adalah tipe partisi (dimana disini sudah ditentukan ext3), ukuran partisi, dan titik mount-nya. Pengaturan tersebut seperti halnya pada gambar berikut:
Gambar 4.9 Pembuatan partisi root j. Selanjutnya buat partisi swap. Swap ini digunakan sebagai virtual
memori.
Jadi
jika seumpama memori utama penuh atau
tidak muat, luapannya akan di letakkan di virtual memori/swap. Swap untuk akhir-akhir ini tidak memiliki ketentuan ukuran khusus. Tinggal diperkirakan saja antara penggunaan dengan RAM yang tersedia. Secara umum swap dapat diberi sebesar 500MB, jika diperkirakan nanti akan banyak menggunakan aplikasi2 besar, dapat dibuat 1GB atau bahkan lebih. Kemudian pada bagian tipe partisi, memilih pada
67
swap dan tidak perlu disebutkan 'mount point'-nya. Pengaturan swap seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4.10 Pembuatan partisi swap k. Kemudian buat partisi sisanya dan berikan 'mount point'-nya adalah /home. Partisi ini akan menyimpan mayoritas data-data yang dibuat oleh pengguna.
Gambar 4.11 Pembuatan partisi home 68
l. Penyusunan partisi yang telah selesai kurang lebih akan tertampil sebagai daftar seperti pada tampilan berikut.
Gambar 4.12 Susunan akhir partisi m. Apabila sistem menemukan sistem operasi Windows pada harddisk, sistem akan menawarkan opsi untuk memindahkan settings pada windows ke sistem Ubuntu.
Gambar 4.13 Pemindahan dokumen & setting
69
n. Ketik nama user anda (boleh asli boleh samaran), kemudian memasukkan nama yang ingin anda gunakan untuk login, dan mengisikan password. Selanjutnya mengklik forward.
Gambar 4.13 Username & password o. Tampilan selanjutnya adalah jendela informasi setting instalasi. Selanjutnya mengklik install untuk memulai proses instalasi
Gambar 4.14 Pilihan instalasi
70
p. Selanjutnya harddisk akan dipartisi ulang dan system Ubuntu akan di install ke harddisk. Proses ini akan memakan waktu beberapa menit (30-45 menit).
Gambar 4.15 Proses instalasi q. Setelah proses instalasi selesai kita harus melakukan reboot agar sistem dapat digunakan. mengklik restart now (jgn lupa untuk mengeluarkan cd installer Ubuntu)
Gambar 4.16 Instalasi selesai, restart system
71
Sytem live CD akan mati, pada proses akhirnya, anda akan melihat tulisan berwarna biru pada bagian layar paling bawah), CD-Rom akan mengeluarkan CD Ubuntu, kemudian tekan enter agar PC melakukan restart. Selanjutnya boot ulang dan masuki sistem Ubuntu baru pada PC anda. System Ubuntu anda telah mulai. Login ke desktop anda menggunakan username dan password yang telah dibuat sebelumnya.
4.1.2.2 Konfigurasi Repositori Ubuntu Konfigurasi
repositori
dimaksudkan
agar server
terkoneksi
ke
repositori lokal sehingga bisa melakukan instalasi software-software yang diperlukan dalam pembuatan server monitoring dan lebih besar kecepatan download paket-paketnya daripada mendownload paket-paket dari repositori luar negeri. Berikut tahapan konfigurasinya : a. Masuk Synaptic Package Manager, pilih Settings -> Repositories, selanjutnya
akan muncul
Software
Source,
Software‟ pada menu „Download from‟
dibagian ”Ubuntu
dipilih “other‟ untuk
memilih server lokal. Pada proyek akhir ini menggunakan server lokal dengan alamat Ubuntu.indika.net.id (server Indonesia). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
72
Gambar 4.17 Update repository Ubuntu b. Selanjutnya memilih server lokal yaitu ubuntu.indika.net.id
Gambar 4.18 Memilih server lokal c. Setelah memilih server, selanjutnya adalah mereload repository agar daftar repository yang ada
diperbarui
73
dengan
repository
dari
ubuntu.indika.net.id Setelah proses daftar repository selesai, maka repository siap digunakan untuk instalasi. Dibawah ini gambar menunjukkan tombol reload dan proses reload repository.
Gambar 4.19 Proses download repository lokal 4.1.2.3 Instalasi & Konfigurasi Nagios Instalasi Nagios bisa dilakukan setelah proses download paket dari repository lokal selesai dilakukan. Untuk melakukan instalasi Nagios ada 2 cara yaitu melalui Terminal atau melalui cara yang lebih mudah melalui Synaptic Packet Manager / repository ubuntu. Disini akan dijelaskan instalasi Nagios melalui Synaptic Packet Manager Ubuntu. Sebelumnya harus menginstal presiquities seperti GD Library , PHP, Apache2, dan Compiler Ubuntu terlebih dahulu. a. Menginstal compiler Ubuntu untuk mengeksekusi bahasa C di Linux root@rascool:~# apt-get install build-essential
74
Gambar 4.20 Instalasi compiler ubuntu b. Menginstal GD Library untuk membuat graph dan chart di web interface Nagios root@rascool:~# apt-get install libgd2-xpm-dev
Gambar 4.21 Instalasi GD Library c. Selanjutnya melakukan instalasi Apache2 untuk web server root@rascool:~# apt-get install apache2
Gambar 4.22 Instalasi Apache2 d. Dilanjutkan dengan instalasi PHP untuk Apache2 root@rascool:~# apt-get install php5-common php5 libapache2-mod-php5
75
Gambar 4.23 Instalasi PHP untuk Apache2 e. Selanjutnya mengkonfigurasi agar Apache2 menggunakan PHP root@rascool:~# /etc/apache2/apache2.conf
Gambar 4.24 Mengkonfigurasi Apache2 f. Setelah selesai melakukan konfigurasi pada Apache, maka Apache harus di restart agar konfigurasi dapat berjalan. root@rascool:~# /etc/init.d/apache2 restart Setelah selesai melakukan instalasi tahap awal maka diteruskan dengan instalasi Nagios dari repository ubuntu. Hal ini lebih mudah dibandingkan melalui command line terminal karena tidak harus melakukan pengetikan command. a. Menjalankan Synaptic Packet Manager yang telah diupdate ke server lokal dan ketikkan “nagios” di search bar sehingga packet-packet nagios termasuk plugin - plugin yang diperlukan untuk instalasi akan otomatis tertandai lalu klik apply dan siap untuk didownload dan diinstal. 76
Gambar 4.25 Instalasi Nagios b. Selama berjalannya instalasi, akan diminta untuk memasukkan password administrator Nagios. Password ini akan menjadi password untuk username nagiosadmin untuk mengakses Nagios di web interface. Password yang digunakan adalah opsln.
Gambar 4.26 Password admin nagios
c. Setelah selesai proses instalasi Nagios, diperlukan verifikasi untuk mengetahui tidak adanya error dalam instalasi Nagios menggunakan
77
command sudo nagios3 -v /etc/nagios3/nagios.cfg. Jika sudah muncul output Total warnings : 0, Total errors : 0, maka berarti instalasi Nagios sudah berhasil dan Nagios perlu diaktifkan dengan command sudo /etc/init.d/nagios start. 4.1.2.4 Instalasi & Konfigurasi Postfix Postfix adalah sebuah program pengirim email yang ditulis oleh Wietse Venema,
yang
mulai
menjadi
alternatif
lain
terhadap
dominasi
penggunaan Sendmail.Postfix berusaha menjadi program yang cepat, mudah dikelola, dan aman, dimana juga harus cukup sesuai dan cocok dengan Sendmail sehingga tidak mengecewakan penggunanya. Berikut instalasi postfix di ubuntu. a. Instalasi Postfix root@rascool:~# apt-get install postfix Selanjutnya akan dihadapkan pada konfigurasi seperti pada gambar, memilih Internet Site dan mengisikan mail name.
Gambar 4.27 Konfigurasi awal postfix
78
Gambar 4.28 Konfigurasi mail pada postfix b. Konfigurasi
postfix
manual,
dilakukan
untuk mengkonfigurasi
SMTP dan IP yang terhubung ke internet. root@rascool:~# cp /etc/postfix/main.cf /etc/postfix/mainbackup.cf root@rascool:~# nano /etc/postfix/main.cf
Gambar 4.29 Konfigurasi utama Postfix c. Melakukan restrart postfix dan tes : root@rascool:~# /etc/init.d/postfix restart
79
4.1.2.5 Konfigurasi Script Monitoring Router Wifi Pada Nagios Dalam hal ini node yang akan dimonitor perlu dikonfigurasi pada Nagios agar node yang dimonitor bisa masuk kedalam cloud jaringan UMUX dan cloud jaringan IT. Ada beberapa draft file konfigurasi yang ada di direktori nagios3 dan perlu digabungkan dalam satu kesatuan yaitu didalam file konfigurasi switch.cfg. File switch.cfg ini berada di direktori /etc/nagios3/objects/switch.cfg. Sebelumnya untuk dapat mengkofigurasi file switch.cfg, harus melakukan edit konfigurasi terlebih dahulu di konfigurasi utama dari Nagios yaitu menghilangkan tanda (#) untuk mengaktifkan fungsi monitoring switch / router. Konfigurasi utama Nagios terdapat di direktori /etc/nagios3/nagios.cfg.
Gambar 4.30 Mengaktifkan monitoring switch / router Setelah itu untuk bisa mengedit file konfigurasi switch.cfg bisa dilakukan melalui Terminal dengan sebelumnya mengubah privilege akses menjadi root pada
server
ubuntu
lalu
menggunakan
command
/etc/nagios3/objects/switch.cfg. Berikut isi dari file konfigurasi switch.cfg:
80
gedit
a. Mengkonfig atau mendefinisikan host yang akan dimonitor yaitu router wifi BRI2 dengan IP 10.4.16.5. IP ini didapat dari IP UMUX BRI2 yaitu 10.4.16.1. Agar router wifi menjadi satu network didalam cloud UMUX BNI 46 maka octet dibelakang harus ditambahkan, penambahan ini bebas asalkan tidak konflik dengan IP lain. define host { use
generic-switch
host_name
PLN_SITE_BRI2_LN
alias
PLN_SITE_BRI2_LN
address
10.4.16.5
hostgroups
SHELTER_LN_HKA
max_check_attempts
5
contact_groups
administrator
}
Max check attempt bisa ditentukan secara bebas. Secara default Nagios melakukan cek ping ke host yang dimonitor tiap 5 menit, jadi jika diset max_check_attemp = 5, ketika suatu host down, Nagios tidak langsung mengirim email notifikasi melainkan mengecek sistem dan service host tersebut tiap 5 menit sampai 5 kali pengecekan. Apabila host tersebut masih down, maka email notifikasi akan dikirimkan. b. Selanjutnya adalah mendefinisikan router wifi BRI2 masuk ke grup Shelter LN HKA, agar semua router wifi yang digunakan untuk memonitor power PLN berada dalam satu grup.
81
define hostgroup { hostgroup_name SHELTER_LN_HKA alias
SHELTER_LN_HKA }
c. Berikutnya adalah mendefinisikan kontak, sehingga ketika terjadi gangguan pada host yang dimonitor, Nagios segera mengirimkan notifikasi ke kontak yang telah didefinisikan. define contact { contact_name
allln
use
generic-contact
alias
dpv1@indosat local
email
dpv1@indosat local
host_notifications_enabled
1
service_notifications_enabled
1
service_notification_period
24x7
host_notification_period
24x7
service_notification_options
c,r,w
host_notification_options
d,u,r
service_notification_commands notify-service-by-email host_notification_commands
notify-host-by-email
}
Kontak
yang
didefinisikan
disini
adalah
ke
distribution
list
[email protected], yaitu alamat distribution list dari All Div. Local Network. Sehingga semua kontak yang ada didalam All Div. Local Network bisa menerima email notifikasi.
82
d. Mendefinisikan kontak group ke Nagios administrator define contactgroup { contactgroup_name
administrator
alias
Nagios Administrators
members
allln }
4.1.2.6 Konfigurasi Pada Router Wifi TP-LINK Setelah semua konfigurasi dari Nagios sudah siap, maka yang dilakukan selanjutnya adalah melakukan instalasi dan konfigurasi pada router wifi TP-Link di shelter Indosat di gedung BRI 2 Jln. Jenderal Sudirman Kav.44-46 Jakarta. Agar router wifi di BRI 2 bisa masuk ke jaringan cloud UMUX Local Network, maka perlu perantara dari UMUX BRI 2. Dengan mengkoneksikan router wifi ke slot RJ-45 yang ada di Card Cobux dan melakukan konfigurasi routing pada router wifi, maka router wifi sudah bisa masuk ke dalam cloud UMUX Local Network dan bisa dimonitor oleh Nagios. UMUX BRI 2 memiliki IP 10.4.16.1, agar router wifi termasuk dalam network yang sama dengan UMUX BRI 2 maka perlu diubah IP default dari 192.168.0.1 menjadi 10.4.16.5. Dengan menambahkan octet terkahir pada IP router wifi, maka router sudah termasuk dalam network UMUX BRI 2. Adapun langkah – langkah konfigurasi pada router wifi adalah sebagai berikut:
83
Mulai
Connect To Wifi SSID : TPLINK
Save
Ubah P default dengan P assign dari UMUX Ex: 10.4.16.5
Save
Set Wireless Setting - Network name : site LN - Region : Indonesia
Save
Set Wireless Security WPA : 77972733
Save
Set Security Firewall Basic Security : Disable
Save
Set Advaced Routing Add new routing: - 10.10.16.0 via IP Cobux - 10.100.16.0 via IP Cobux
Save
Set System Tools - Tme Setting - Set Password: User: admin Pass: 77972733
Save
Reboot
Mengakses wifi dengan konfigurasi & P 10.4.104.5
Gambar 4.31 Flow konfigurasi pada router wifi TP-Link a. Pada saat pertama kali dikonfigurasi, router wifi mempunyai IP default dari produsen yaitu 192.168.0.1. IP ini digunakan untuk memasuki menu konfigurasi pada web base. Dengan login default username : admin, password: admin.
84
b. Masuk ke bagian wireless setting untuk mengubah nama SSID menjadi nama site yang PLNnya akan dimonitor. SSID default diubah menjadi PLN SITE BRI2 LN. c. Lalu pada bagian wireless security, password default: admin, mengubah menjadi password yang sudah ditentukan yaitu 77972733. d. Pada bagian security firewall, firewall di nonaktifkan, agar tiap laptop yang akan melakukan console ke wifi tersebut tidak diblok aksesnya. e. Pada bagian advance routing ditambahkan routing ke gateway router IT yaitu 10.10.16.0, kearah router UNEM yaitu 10.100.16.0 dan kearah gateway umux yaitu 10.4.16.1 agar router wifi bisa masuk kedalam cloud jaringan UMUX LN. f. Berikutnya adalah pengaturan waktu. Agar waktu di router dan waktu global sama. g. Setelah selesai, router akan meminta untuk reboot, setelah reboot selesai maka konfigurasi yang telah dilakukan sudah masuk didalam router. Selanjutnya wifi router sudah bisa diakses dengan menggunakan IP baru yaitu 10.4.16.5
85
4.2 Posisi Nagios & Host Dalam Jaringan Divisi Local Network PC OFFICE
MAIL SERVER IT
SWITCH LANTAI 6 PB
ROUTER IT
PC OPS LN 10.10.16.47
HUB
10.10.16.1
PC OFFICE HUB
10.10.100.X 10.10.16.41
SERVER NAGIOS 10.10.16.130
ROUTER UNEM 10.100.16.65 HUB UMUX ISAT 6A 10.1.X.X
UMUX ISAT 6B
UMUX ISAT 6C
10.2.X.X
10.3.X.X
UMUX ISAT 6F 10.4.X.X
UMUX BRI2 10.4.16.1 WIFI ROUTER 10.4.16.5
WIFI ROUTER
Gambar 4.32 Posisi Nagios & host dalam jaringan LN Pada Gambar 4.32 terlihat topologi yang lebih detail penempatan atau posisi dari server Nagios dan host yang dimonitoring, dalam hal ini adalah router wifi yang berada di site BRI 2. Setelah IP router wifi sudah satu network dengan IP UMUX BRI2 dan terkoneksi secara fisik dengan media Ethernet, maka selanjutnya IP serial dari UMUX BRI 2 yaitu 10.4.161.1 akan terkoneksi dengan IP serial UMUX ISAT 6F yaitu 10.4.100.1 untuk routing secara logic dari UMUX BRI 2 kearah UMUX ISAT 6F.
86
Gambar 4.33 IP Serial dan IP Ethernet UMUX BRI 2
Gambar 4.34 IP Serial dan IP Ethernet UMUX ISAT 6F
87
Untuk koneksi atau routing dari UMUX ISAT 6F kearah router UNEM menggunakan koneksi fisik media kabel Ethernet, dapat dilihat di IP Ethernet ISAT 6F yaitu 10.100.16.110 terhubung satu network dengan router UNEM 10.100.16.65. Selanjutnya dari router UNEM terkoneksi dengan switch di lantai 6 podium belakang Kantor Pusat Indosat. Router UNEM adalah host dari router IT yang mempunyai alokasi IP 10.10.16.1 yang bisa dikembangkan menjadi beberapa host sesuai kebutuhan LAN di Kantor Pusat Indosat. 4.3 Pengaplikasian Access List Pada Router UNEM Pada router UNEM diaplikasikan protocol yang disebut Access List, sehingga hanya host – host tertentu yang telah didaftarkan pada router UNEM yang bisa mengakses masuk kedalam cloud jaringan UMUX. Sebagai contoh access list yang mengizinkan server Nagios dan IP host yang mempunyai 3 octet 10.10.16.x untuk mendapatkan informasi dari router UNEM adalah sebagai berikut: # Konfigurasi ACL (Access List) pada router UNEM Router_UNEM(config)#access-list 20 permit 10.10.16.0 0.0.0.255 Router_UNEM(config)#exit
#Konfigurasi ACL pada interface f0/0 pada router UNEM Router_UNEM(config)#int f0/0 Router_UNEM(config-if)#ip access-group 20 out Router_UNEM(config-if)#exit
88
Konfigurasi diatas menerangkan bahwa hanya host dengan 3 octet terdepan yang bisa mengakses informasi dari router UNEM, selain 3 octet diatas akan ditolak aksesnya. Angka 20 pada konfigurasi access list di router UNEM tersebut nilainya bebas dalam range 1-99 pada ACL standart. Untuk menandakan
paket
yang
didaftarkan dan yang keluar cocok berada di access group 20. Setelah server Nagios dicantumkan dalam Access List di router UNEM, maka selanjutnya untuk memudahkan dalam monitoring via web interface, IP dari server Nagios perlu diubah menjadi alamat web yang lebih mudah untuk diingat dibandingkan harus menghafal IP. Maka setelah melakukan kordinasi dengan tim IT, IP 10.10.16.130 sekarang menjadi alamat web local.network.com/nagios dan Nagios sudah bisa diakses via web browser dari jaringan internet diluar Kantor Pusat Indosat, tidak hanya dari jaringan lokal LN. 4.4 Pengujian Fungsionalitas 4.4.1 Pengujian Terhadap Fungsionalitas Interface Server Nagios Pengujian dilakukan dengan cara melakukan akses ke web interface server nagios locnet.indosat.com/nagios/. Di bawah ini adalah gambar web interface dari nagios, web ini diakses menggunakan alamat localhost, yaitu dengan mengetikkan alamat locnet.indosat.com/nagios/ pada web browser.
89
Gambar 4.35 Interface web Nagios a. Hosts : menunjukkan jumlah server yang dimonitoring beserta status servernya dalam keadaan Up atau Down. Status Up bila server hidup dan terkoneksi ke jaringan, status Down bila server mati atau tidak terkoneksi ke jaringan. b. Services : menunjukkan status dari service yang di monitoring. Terdapat beberapa status yaitu Critical, Warning, Unknown, Ok, dan Pending. c. Monitoring Features : memperlihatkan fitr-fitur pada Nagios yang diaktifkan.
Fitur
tersebut
diantarnya adalah
Flap
Detection,
Noification, Event Handler, Active Checks, Passive Checks. Fitur yang berstatus enable berarti sedang aktif, apabila disable berarti tidak aktif.
90
Di bawah ini adalah gambar interface yang menunjukkan status service dari host server
yang dimonitoring maupun pada localhost, sesuai pada
konfigurasi yang dilakukan.
Service yang tampil pada kolom service juga
merupakan hasil dari konfigurasi.
Gambar 4.36 Router wifi power PLN di site yang dimonitor Pada gambar terdapat bagian„service Host Status Detail For Host Group “Shelter LN HKA” yang terdiri dari 5 kolom yang mempunyai fungsi berbeda-beda : 1. Host : menunjukkan nama host. 2. Status : menunjukkan status dari service . 3. Last Check : menunjukkan waktu terakhir service dicek. 4. Duration : lama service dicek. 5. Status Information : memberikan informasi detail gangguan yang terjadi pada service.
91
Dari
hasil
penelitian
ketika
terjadi
error
terdapat
delay
pada
perubahan statusservice dari ”OK” ke ”CRITICAL” maupun ke status lainnya dan juga sebaliknya. Delay terjadi selama 2-4 menit. Lamanya delay terjadi tergantung pada pendefinisian pada konfigurasi ” normal_check_interval” pada nagios dan pada auto refreshwebbrowser. Sama halnya yang terjadi pada perubahan status host dari ”UP” ke ”DOWN” maupun sebaliknya. 4.4.2 Pengujian Terhadap Fungsionalitas Notifikasi Email Pengujian dilakukan dengan router wifi yang dimonitoring, penonaktifan bias dilakukan dengan mematikan router wifi yang dimonitoring atau dengan memutus koneksi ke server tersebut. Sehingga secara otomatis notifikasi email bahwa router wifi down akan dikirim ke alamat email yang sudah didefinisikan pada saat konfigurasi.
Gambar 4.37 Email notifikasi dari Nagios Waktu dan tanggal pada email menunjukkan waktu dan tanggal saat nagios mengirim notifikasi, yaitu saat pertama kali terjadi error pada wifi router. 92
Apabila
terjadi
delay pengiriman akibat gangguan pada SMTP, tidak
berpengaruh terhadap waktu dan tanggal pengiriman notifikasi oleh Nagios. Waktu dan tanggal sesuai dengan saat pengiriman meskipun diterima pada waktu yang berbeda dan walaupun terdapat 5 kali interval pengecekan sebelum dikirimkannya email notifikasi ini, tanggal dan waktunya tetap sesuai dengan pada saat pertama kali wifi router terdeteksi down. 4.6 Analisa Implementasi 4.6.1 Pengaruh Monitoring Power PLN Site Indosat Terhadap CoS. Pada bab sebelumnya telah dijabarkan bahwa gangguan power PLN di site Indosat menempati prosentase yang cukup besar, maka dengan dilakukannya monitor power PLN di site Indosat ni diharapkan akan menyebabkan penurunan presentase gangguan di site Indosat yang dikarenakan oleh power problem dan menaikkan CoS Local Network. Jika dibandingkan dengan data sebelumnya dimana prosentase gangguan yang diakibatkan power problem di site Indosat sebesar 14 % dengan jumlah durasi gangguan sebesar 1652 menit dalam kurun waktu 6 bulan dimana data diambil pada kurun waktu Juli – Desember 2011, maka setelah dilakukan monitoring power di site Indosat, prosentase gangguan yang diakibatkan oleh power problem turun menjadi hanya 2 % dengan total durasi gangguan sebesar 215 menit. Data diambil dalam kurun waktu 6 bulan berikutnya pada periode Januari – Juni 2012.
93
Tabel 4.1 Sampel CoS bulan Januari – Juni 2012
SITE Kebon Singkong (Sentul) Sarloji Lippo Cikarang Cileungsi BRI 2 TOTAL AVERAGE COS
DOWN WEEK DURATION (MINUTES) 3 35 4 55 4 65 6 25 13 35 14 0 215
COS / WEEK (%) 99,65 99,45 99,36 99,75 99,65 100,00 99,64
Tabel 4.2 Total CoS dari parameter yang diukur RFO LN
KATEGORI POWER METRO ETHERNET TDM Total
DURASI (menit) 215
FREKUENSI 6
63 9313 9591
1 7
2% 1% POWER METRO ETHERNET TDM 97%
Gambar 4.38 Prosentase gangguan power Januari – Juni 2012 Durasi gangguan yang tertera pada tabel diatas turun sangat drastis dikarenakan pada saat notifikasi email Nagios muncul sebenarnya node UMUX
94
masih terbackup batere selama 2 jam kedepan, sehingga sudah mengurangi 2 jam durasi gangguan. Sehingga ketika Field Engineer sampai dilokasi dan melakukan troubleshooting < 2 jam sesuai standart yang ada pada flow penanganan gangguan yang ditentukan Local Network apabila pada akhirnya node UMUX down, setidaknya Field Engineer sudah sampai di site tersebut dan melakukan perbaikan pada sistem power di site sehingga durasi down yang lama dapat diminimalisir.
95