BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
4.1 ANALISA KEBUTUHAN SIMULASI
Pada implementasi mode gateway pada jaringan ad hoc hybrid memerlukan beberapa kebutuhan untuk simulasi. Diantaranya kebutuhan pada sistem yang mencakup perangkat keras dan perangkat lunak. Pada kebutuhan perangkat keras akan dijelaskan mengenai alat yang digunakan pada penelitian ini, laptop adalah perangkat keras yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan untuk menjalankan sistem operasi Linux Ubuntu 9.10 dan aplikasi Network Simulator.
4.1.1
Perangkat Keras
Komputer jinjing (Laptop atau notebook) adalah komputer bergerak yang berukuran relatif kecil dan ringan, beratnya berkisar dari 1 sampai dengan 2 Kg, tergantung ukuran, bahan dan sepesifikasi laptop tersebut. Sumber daya komputer jinjing berasal dari baterai atau adaptor AC yang dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai dan menyalakan laptop itu sendiri. Baterai laptop pada umumnya dapat bertahan sekitar 1 hingga 6 jam sebelum akhirnya habis, tergantung dari cara pemakaian, spesifikasi dan ukuran baterai tersebut. Sebagai komputer jinjing, laptop memiliki fungsi yang sama dengan komputer desktop pada umumnya. Komponen yang terdapat didalamnya sama persis dengan komponen pada komputer desktop, hanya saja ukurannya diperkecil, dijadikan lebih ringan, lebih tidak panas, lebih hemat daya, dan mudah dibawa kemanamana. Komputer jinjing kebanyakan menggunakan layar Liquid Crystal Display (LCD) berukuran 10 inchi hingga 17 inchi tergantung dari ukuran laptop itu sendiri. Pada penelitian ini spesifikasi laptop yang digunakan yaitu sebagai berikut : 1) Laptop dengan spesifikasi: -
Intel Celeron CPU 550 2.00 GHz 39
40
-
Memory RAM 512 Mb
-
Hardisk 40 Gb
Gambar 4.1. Perangkat Keras yang digunakan
4.1.2
Perangkat Lunak
Perangkat lunak yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut: 1) Sistem Operasi Linux Ubuntu 9.10 2) AODV-UU 0.9.6 3) Network Simulator 2.34 4) perl dan awk script
4.1.2.1 Linux Ubuntu Versi 9.10
Linux Ubuntu 9.10 adalah salah satu distribusi linux berdasarkan Debian. Versi Ubuntu 9.10 di keluarkan bulan Oktober tahun 2009. Kernel yang terdapat pada Ubuntu 9.10 adalah versi 2.6.31. Pada penelitian ini Ubuntu 9.10 akan di instal Network Simulator 2.34 yang digunakan untuk melakukan proses simulasi. Lalu penginstalan protokol routing AODV. Agar dapat dapat diinstal protokol routing AODV maka Ubuntu 9.10 perlu diinstal paket pendukung, yaitu Buildessensial. Build-essential adalah paket yang dibutuhkan untuk menginstal suatu aplikasi tertentu. Paket Build-essential tidak tersedia secara otomatis, perlu diinstal terlebih dahulu. Paket Build-essential sudah tersedia pada Linux Ubuntu
41
9.10. Paket tersebut dapat di instal di Synaptic Pakage Manager dengan syarat PC atau Laptop terkoneksi oleh internet atau menyediakan DVD Paket Ubuntu. Cara instal Build-essential melalui Synaptic Package Manager pada Gambar 4.2: 1) Klik pada System 2) Lalu buka Administrator 3) Klik Synaptic Package Manager 4) Pada layar Synaptic Package Manager pilih Build-essential pada kotak disebelah kiri nama paket dan pilih mark of installation 5) Lalu tekan apply untuk memulai proses penginstalan Cara instal Build-essential melalui Terminal pada Gambar 4.3: 1) Klik pada Applications 2) Lalu buka Accessories 3) Klik Consule Terminal 4) Pada layar Terminal ketik “sudo apt-get install buld-essential” 5) Dan masukkan password root anda (jika diminta memasukkan password) di proses penginstalan berjalan
Gambar 4.2. Instal paket Build-essential pada Synaptic Package Manager
42
Gambar 4.3. Instal paket Build-essential pada Consule Terminal
4.1.2.2 Network Simulator (NS-2) Versi 2.34
Ada beberapa keuntungan menggunakan NS sebagai perangkat lunak simulasi pembantu analisa dalam penelitian ini, antara lain adalah NS dilengkapi dengan tool validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran pemodelan yang ada pada NS. Secara default, semua pemodelan NS akan dapat melewati proses validasi ini. Pemodelan media, protokol dan komponen jaringan yang lengkap dengan perilaku trafiknya sudah disediakan pada library NS. NS juga bersifat open source dibawah Gnu Public License (GPL), sehingga NS dapat di-download dan digunakan secara gratis melalui website NS yaitu http://www.isi.edu/nsnam/. Sifat open source juga mengakibatkan pengembangan NS menjadi lebih dinamis. NS2 akan di instal pada Ubuntu 9.10. Pada proses instalasi NS2 ini menggunakan ns-allinone-2.34. Langkah-langkah instalasi adalah sebagai berikut: 1) Download paket ns-allinone-2.34.tar.gz http://sourceforge.net/projects/nsnam/file/allinone/ns-allinone-2.34/nsallinone-2.34.tar.gz/download 2) Tentukan terlebih dahulu direktori dimana NS2 akan diinstal, misalkan
43
/home/user/ 3) Extrak paket ns-allinone-2.34.tar.gz $ sudo tar –xzvf ns-allinone-2.34.tar.gz 4) Unduh dan instal beberapa library dari repository $ sudo apt-get install build-essential autoconf automake libxmu-dev 5) Unduh dan instal paket g++-4.3 $ sudo apt-get install g++-4.3 6) Pindah direktori ke folder ns-allinone-2.34 $ cd /home/user/ns-allinone-2.34 7) Lalu jalankan perintah proses instalasi $ ./install 8) Tunggu proses instalasi sampai selesai dan keluar tampilan pada Gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4. Tampilan berakhirnya Proses Instalasi NS-2 9) Lalu lakukan konfigurasi PATH untuk aplikasi NS2 dan NAM (Network Animator), agar sistem operasi mengetahui letak file eksekusi NS2. $ sudo gedit ~/.bashrc 10) Tambahkan skrip di bawah ini pada file tersebut # LD_LIBRARY_PATH OTCL_LIB=/your/path/ns-allinone-2.34/otcl-1.13 NS2_LIB=/your/path/ns-allinone-2.34/lib X11_LIB=/usr/X11R6/lib USR_LOCAL_LIB=/usr/local/lib exportLD_LIBRARY_PATH=$LD_LIBRARY_PATH:$OTCL_LIB:$NS2_LIB: $X11_LIB:$USR_LOCAL
44
# TCL_LIBRARY TCL_LIB=/your/path/ns-allinone-2.34/tcl8.4.18/library USR_LIB=/usr/lib export TCL_LIBRARY=$TCL_LIB:$USR_LIB # PATH XGRAPH=/your/path/ns-allinone-2.34/bin:/your/path/ns-allinone-2.34/tcl8.4.18/unix:/your/path/ns-allinone2.34/tk8.4.18/unix NS=/your/path/ns-allinone-2.34/ns-2.34/ NAM=/your/path/ns-allinone-2.34/nam-1.14/ PATH=$PATH:$XGRAPH:$NS:$NAM
11) Kemudian lakukan validasi untuk NS2 $ cd /home/user/ns-allinone-2.34/ns-2.34 $ ./validate 12) Setelah itu jalankan salah satu skrip NS2 untuk memastikan bahwa NS2 sudah terinstal. $ cd /home/user/ns-allinone-2.34/ns-2.34/tcl/ex/ $ ns simple.tcl
4.1.2.3 Ad hoc On-Demand Distance Vector-Uppsala University (AODV-UU) Versi 0.9.6
Ad hoc On-Demand Distance Vector-Uppsala University (AODV-UU) adalah suatu protokol yang diperlukan oleh jaringan ad hoc jika ingin mencari rute. Protokol ini dapat didapatkan dengan cara men-downloadnya melalui situs tertentu sebagai contoh men-download AODV-UU pada (http://sourceforge.net/projects/aodvuu/ ). Pada Ubuntu 9.10 sebagai contoh harus di instal paket build-essential agar AODV dapat di install, kernel Ubuntu harus sesuai dengan versi AODV-UU. Cara menjalankan AODV-UU adalah sebagai berikut: 1) Download AODV-UU 0.9.6.tar.gz 2) Lalu simpan file AODV tersebut pada direktori, dalam hal ini file AODV tersebut di simpan di direktori /home/user/Network Simulator 2.34/ns2.34/. 3) Lalu keluarkan (extract) file AODV-UU tersebut ~# cd ~/ns-allinone-2.34/ns-2.34 ~# tar zxvf aodv-uu-0.9.6.tar.gz
45
4) Lalu buat simbolik link yang bernama "AODV-UU" yang menunjuk ke direktori "AODV-UU-0.9.6" ~# ln -s ./aodv-uu-0.9.6/aodv-uu (Hal ini diperlukan untuk ns-2 untuk dapat menemukan AODV-UU file). 5) Hal ini juga diperlukan untuk menerapkan patch NS-2 dibundel ke NS-2 sumber, sehingga dukungan yang ditambahkan untuk AODV-UU ~#cd~/ns-allinone-2.34/ns-2.34 ~#patch-p1
4.1.2.4 Instalasi AODV-UU ke NS-2
Sebelum kita menginstal AODV-UU ke NS-2, kita perlu mem-patch AODVUU dan memodifikasi beberapa file yang berada di direktori ns-2.34, yaitu: -
ns-2.34/common/packet.h
-
ns-2.34/Makefile.in
-
ns-2.34/queue/priqueue.cc
-
ns-2.34/tcl/lib/ns-agent.tcl
-
ns-2.34/tcl/lib/ns-default.tcl
-
ns-2.34/tcl/lib/ns-lib.tcl
-
ns-2.34/tcl/lib/ns-mobilenode.tcl
-
ns-2.34/trace/cmu-trace.cc
-
ns-2.34/trace/cmu-trace.h
menginstal AODV-UU-0.9.6 ke direktori ns-2.34 instalasi, maka ns-2.34 perlu dikompilasi ulang sebelum adanya perubahan efek
46
~#cd ~/ns-allinone-2.34/ns-2.34 ~#./configure ~#make distclean ~#/.configure ~#make
4.2 IMPLEMENTASI GATEWAY PADA JARINGAN AD HOC HYBRID
Implementasi ini akan dilakukan di sebuah komputer jinjing (laptop) dimana Untuk mengevaluasi dan menganalisa kinerja dari mode gateway pada jaringan ad hoc hybrid, dilakukan sebuah simulasi dan dilakukan beberapa kali simulasi. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai simulasi, skenario dan parameter yang digunakan dan kinerja yang akan diukur.
4.2.1
Parameter Simulasi
Simulasi ini dilakukan pada sebuah laptop Intel Celeron CPU 550, 2 GHz, RAM 512 MB, dan dengan sistem operasi Linux Ubuntu 9.10. Skenario simulasi yang terdiri dari 3, 5, 7, dan 9 node, 1 gateway, 1 router dan 1 host. Beberapa node tersebut menggunakan tipe data Transmission Control Protocol (TCP). Sedangkan topologi simulasi ini adalah 800 x 600 meter berbentuk persegi panjang. Satu buah gateway diletakkan pada satu titik, menggunakan koordinat X dan Y dalam satuan meter, seluruh simulasi ini berlangsung selama 250 detik. Tabel 4.1. Parameter pada Simulasi Parameter
Nilai
Jangkauan Transmisi
250 m
Waktu Simulasi
250 dtk
Ukuran Topologi
800 x 600 m
Jumlah node Ad hoc
3, 5, 7, 9
Jumlah source
2
47
Jumlah gateway
1
Tipe Trafik
TCP
Packet size
64 bytes
Packet rate
5 paket/ dtk
Pause time
10 dtk
Maximum speed
5 m/ dtk
Jangkauan transmisi adalah jarak maksimum yang masih memungkinkan, antara dua node, yaitu 250 meter. Jika sebuah node bergerak menjauhi node lebih dari 250 meter atau diluar jangkauan transmisi, maka node tersebut disimpulkan tidak dapat berkomunikasi dengan node yang lain. Waktu yang digunakan untuk memulai pengiriman paket data adalah sepuluh detik setelah simulasi berlangsung, setelah itu, mobile node tersebut secara terus menerus mengirimkan paket data sampai satu detik sebelum simulasi berhenti. Node yang dituju oleh setiap node adalah dari host pada Gambar 4.5 adalah contoh dari perancangan skenario simulasi.
mn 3 mn 2
mn 1
gw
rtr
hst
Gambar 4.5. Perancangan Skenario Simulasi
4.2.2
Tahapan Simulasi
48
Pada tahapan simulasi akan dijelaskan dimulai proses perancangan, pembuatan, dan proses simulasi beserta pengujian simulasi. Penentuan Skenario Simulasi
Pembuatan Skenario Simulasi
Melakukan Proses Simulasi di NS-2
Hasil Data Simulasi di NS-2
File Trace
File Network Animator (NAM)
File CSV
Pengukuran dengan PERL
Pengukuran dengan AWK
Gambar 4.6. Tahapan Simulasi 1) Penentuan skenario simulasi merupakan dasar dari rancangan simulasi yang akan dibuat, dimana akan menetapkan topologi, jumlah gateway yang akan dipakai, kejadian simulasi, dan bagaimana proses simulasi berlangsung. 2) Pembuatan skenario simulasi dengan TCL script, menggunakan bahasa pemprograman TCL. Dan pada script akan ditentukan protokol routing yang akan digunakan, bentuk topologi, jarak dan pergerakan node, tipe paket data, waktu proses, serta kecepatan bergerak node. Script yang telah di buat dapat di lihat pada lampiran.
49
3) Melakukan proses simulasi di NS-2, dapat dilakukan dengan cara memanggil atau menjalankan file TCL script pada terminal consule. Contoh perintah adalah sebagai berikut: $ ns mobile3.tcl 4) Hasil dari proses simulasi yang telah dilakukan akan menghasilkan dua buah file, dan file ini hanya dapat di baca (read) serta di cetak. membentuk dua buah file yaitu file trace dan nam. File trace adalah file yang mencatat kejadian-kejadian pada saat simulasi secara terperinci, dan file nam adalah file yang menunjukan kejadian pada saat simulasi yang telah dirancang pada TCL script. 5) Hasil dari file trace akan dilakukan pengukuran dengan perl dan awk script dengan hasil yang dapat di lihat pada Gambar 4.7. 6) Serta dari hasil pengukuran dengan file perl script didapatkan hasil berupa file dengan ekstensi csv.
4.2.3
Pengukuran Hasil Pengujian Simulasi
Beberapa indikator dievaluasi dan dianalisa dari kinerja mode gateway yang digunakan berdasarkan simulasi yang dilakukan. Sebagai berikut: 1) Packet Delivery Ratio 2) End-to-end Delay 3) Routing Overhead
4.2.3.1 Packet Delivery Ratio
Packet delivery ratio adalah jumlah paket data yang diterima dibagi dengan jumlah paket data yang dibangkitkan.
Packet Delivery Ratio =
∑ Paket yang diterima oleh sink ∑ Paket yang dikirim oleh source
50
Packet delivery ratio dinyatakan dalam persentase untuk menunjukan jumlah paket yang sampai ke tujuan (destination). Pengukuran ini dilakukan dengan menjalankan file perl yang sudah dimodifikasi yaitu “analyze.pl”, untuk script “analyze.pl” dapat dilihat pada lampiran.
4.2.3.2 End-to-end Delay
End-to-end Delay adalah waktu kedatangan paket data pada tujuan (destination) dikurangi waktu paket data yang dibangkitkan oleh sumber (source). Hal ini juga termasuk keterlambatan yang disebabkan oleh proses rute penemuan dan antrian dalam transmisi paket data serta hanya paket data yang berhasil ke tujuan maka akan dihitung. End-to-end Delay =
(waktu tiba paket – waktu kirim paket) waktu simulasi
Faktor utama yang mempengaruhi end-to-end delay adalah waktu menemukan rute, dimana hal ini berguna sebelum pesan yang akan dikirim dari sumber (source) harus tahu terlebih dahulu jalur untuk mencapai tujuan (destination). End-to-end delay dinyatakan dalam satuan waktu dan pengukuran ini dilakukan dengan menjalankan file awk yang sudah dimodifikasi yaitu “n-to-n delay.awk”, untuk script “n-to-n delay.awk” dapat di lihat pada lampiran.
4.2.3.3 Routing Overhead
Routing overhead adalah jumlah pesan AODV yang ditransmisikan. Paketpaket yang ditransmisikan melalui mutiple hop, atau setiap transmisi yang melalui satu hop maka dihitung sebagai satu transmisi.
Routing overhead = ∑ pengiriman pesan protokol routing
Routing overhead sangat penting untuk membandingkan masalah skalabilitas dari protokol routing, adaptasi pada lingkungan bandwidth (low bandwidth), dan
51
efesiensi didalam penggunaan sumber daya baterai. Routing overhead dinyatakan dalam bit per satuan waktu dan pengukuran ini dilakukan dengan menjalankan file perl pada Gambar 4.7 yang sudah dimodifikasi yaitu “analyze.pl”.
Gambar 4.7. Hasil Pengukuran dengan perl dan awk script
4.2.4
Pengujian Mode Gateway
Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menambahkan beberapa mobile node pada jaringan ad hoc dengan mode gateway protokol routing AODV-UU dan membandingkan hasil pengukuran yang didapat dari beberapa pengujian. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Pengujian dengan 3 mobile node 2) Pengujian dengan 5 mobile node 3) Pengujian dengan 7 mobile node 4) Pengujian dengan 9 mobile node
4.2.4.1 Pengujian dengan 3 Mobile Node
Pada Gambar 4.8 tiga buah mobile node diletakkan pada beberapa titik, menggunakan koordinat X dan Y dalam satuan meter, seluruh simulasi ini berlangsung selama 250 detik. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan TCL script pada consule terminal dengan mengetikan perintah “$ ns mobile3_1.tcl”.
52
Gambar 4.8. Proses simulasi dengan 3 Mobile Node Dari proeses simulasi yang dilakukan didapatkan file trace, dengan data pada file trace inilah dilakukan pengukuran dengan file perl dan awk yang sebelumnya sudah dibuat dan dijalankan pada consule terminal dengan perintah untuk file perl adalah “$ cat uu-trace-new-aodv_m3_h1.tr | analyze_mobile3.pl” dan untuk perintah file awk adalah “$ gawk –f n-to-n-delay.awk uu-trace-newaodv_m3_h1.tr” didapatkan hasil pengukuran pada Tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Pengujian pada 3 Mobile Node Messages Sent Messages Recieved Messages Dropped Delivery Rate Routing Over Head Average Packet Delay
: : : : : :
10714 10705 0 99.9159977599403 % 11.136 bps 1.0848 ms
4.2.4.2 Pengujian dengan 5 Mobile Node
Pada Gambar 4.9 lima buah mobile node diletakkan pada beberapa titik, menggunakan koordinat X dan Y dalam satuan meter, seluruh simulasi ini berlangsung selama 250 detik. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan TCL script pada consule terminal dengan mengetikan perintah “$ ns mobile5_1.tcl”.
53
Gambar 4.9. Proses simulasi dengan 5 Mobile Node Dari proeses simulasi yang dilakukan didapatkan file trace, dengan data pada file trace inilah dilakukan pengukuran dengan file perl dan awk yang sebelumnya sudah dibuat dan dijalankan pada consule terminal dengan perintah untuk file perl adalah “$ cat uu-trace-new-aodv_m5_h1.tr | analyze_mobile5.pl” dan untuk perintah file awk adalah “$ gawk –f n-to-n-delay.awk uu-trace-newaodv_m5_h1.tr” didapatkan hasil pengukuran pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Pengujian pada 5 Mobile Node Messages Sent Messages Recieved Messages Dropped Delivery Rate Routing Over Head Average Packet Delay
: : : : : :
3518 3505 0 99.6304718590108 % 22.08 bps 1.08477 ms
4.2.4.3 Pengujian dengan 7 Mobile Node
Pada Gambar 4.10 tujuh buah mobile node diletakkan pada beberapa titik, menggunakan koordinat X dan Y dalam satuan meter, seluruh simulasi ini berlangsung selama 250 detik. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan TCL script pada consule terminal dengan mengetikan perintah “$ ns mobile7_1.tcl”.
54
Gambar 4.10. Proses simulasi dengan 7 Mobile Node Dari proeses simulasi yang dilakukan didapatkan file trace, dengan data pada file trace inilah dilakukan pengukuran dengan file perl dan awk yang sebelumnya sudah dibuat dan dijalankan pada consule terminal dengan perintah untuk file perl adalah “$ cat uu-trace-new-aodv_m7_h1.tr | analyze_mobile7.pl” dan untuk perintah file awk adalah “$ gawk –f n-to-n-delay.awk uu-trace-newaodv_m7_h1.tr” didapatkan hasil pengukuran pada Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4. Hasil Pengukuran Pengujian pada 7 Mobile Node Messages Sent Messages Recieved Messages Dropped Delivery Rate Routing Over Head Average Packet Delay
: : : : : :
15643 15619 0 99.8465767435914 % 21.12 bps 1.08479 ms
4.2.4.4 Pengujian dengan 9 Mobile Node
Pada Gambar 4.11 sembilan buah mobile node diletakkan pada beberapa titik, menggunakan koordinat X dan Y dalam satuan meter, seluruh simulasi ini berlangsung selama 250 detik. Pengujian ini dilakukan dengan menjalankan TCL script pada consule terminal dengan mengetikan perintah “$ ns mobile9_1.tcl”.
55
Gambar 4.11. Proses simulasi dengan 9 Mobile Node Dari proeses simulasi yang dilakukan didapatkan file trace, dengan data pada file trace inilah dilakukan pengukuran dengan file perl dan awk yang sebelumnya sudah dibuat dan dijalankan pada consule terminal dengan perintah untuk file perl adalah “$ cat uu-trace-new-aodv_m9_h1.tr | analyze_mobile9.pl” dan untuk perintah file awk adalah “$ gawk –f n-to-n-delay.awk uu-trace-newaodv_m9_h1.tr” didapatkan hasil pengukuran pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Hasil Pengukuran Pengujian pada 9 Mobile Node Messages Sent Messages Recieved Messages Dropped Delivery Rate Routing Over Head Average Packet Delay
: : : : : :
6950 6921 0 99.5827338129496 % 326.88 bps 1.08479 ms
Pengujian dilakukan satu persatu dan didapatkan beberapa hasil simulasi dari pengujian tersebut, yang kemudian hasil diukur dan dibandingkan dengan berupa tabel berikut:
56
Tabel 4.6. Perbandingan Hasil Pengukuran Pengujian 3 Mobile Node 5 Mobile Node 7 Mobile Node 9 Mobile Node Average
Packet Delivery Ratio 99, 916 % 99, 631 % 99, 847 % 99, 583 % 99, 74425 %
End-to-end Delay 1, 0848 ms 1, 08477 ms 1, 08479 ms 1, 08479 ms 1, 0847875 ms
Routing Overhead 11, 136 bps 22, 08 bps 21, 12 bps 326, 88 bps 95, 949 bps
Dari Tabel 4.2 diatas kita dapatkan nilai rata-rata dari semua pengujian yang diukur menggunakan file perl dan awk script. Untuk Packet Delivery Ratio dengan nilai rata-rata 99, 74425%, nilai tersebut didapatkan dari hasil pembagian data yang dikirim dengan data yang diterima pada pengujian dan dikalikan 100. Sedangkan untuk End-to-end Delay dengan nilai rata-rata 1, 0847875 ms, nilai tersebut didapatkan dari hasil pengurangan waktu tiba paket dengan waktu kirim paket yang kemudian dibagi dengan waktu simulasi. Dan untuk Routing Overhead dengan nilai rata-rata 95, 949 bps, nilai tersebut didapatkan dari hasil jumlah pengiriman AODV dengan penerimaan AODV dikali 48 dan dibagi waktu simulasi.
4.2.4.5 Perbandingan Hasil Pengukuran Pengujian
Gambar 4.12 melihatkan grafik perbandingan packet delivery ratio. Hasil yang didapat dengan simulasi memperlihatkan rasio mendekati 99 % untuk 3,5,7,9 mobile node. Pada 5 mobile node dan 9 mobile node, terjadi penurunan. Hal ini dipengaruhi rute tabel yang berubah sehingga tabel rute juga berubah. Sehingga node harus menyebarkan kembali pesan HELLO, route request (RREQ) sampai didapatkan route replay (RREP). Gambar 4.13 menunjukan rata-rata end-to-end delay pada setiap pengujian. Dapat dilihat end-to-end delay terjadi penurunan pada pengujian dengan 5 mobile node kemudian kembali menunjukan kenaikan pada pengujian dengan 7 mobile node dan 9 mobile node. Dengan rata-rata end-to-end delay berkisar 1, 08 detik. Hal ini dipengaruhi oleh waktu delay yang tinggi karena proses pencarian rute.
57
Gambar 4.14 memperlihatkan rata-rata routing overhead dari beberapa pengujian. Terlihat adanya bentuk grafik yang tiba-tiba menaik secara drastis. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya mobile node yang digunakan. Karena semakin banyak mobile node yang dipakai semakin banyak pula node yang menyebarkan RREQ sehingga hal ini membuat tingginya bandwidth.
Packet Delivery Ratio 100.00% 99.90% 99.80% 99.70% 99.60% 99.50% 99.40% 3
5
7
9
Mobile Node
Gambar 4.12. Perbandingan Packet Delivery Ratio pada Hasil Pengujian
End-to-end Delay
(ms) 1.08481 1.08480 1.08480 1.08479 1.08479 1.08478 1.08478 1.08477 1.08477 1.08476 1.08476 3
5
7
9
Mobile Node
Gambar 4.13. Perbandingan End-to-end Delay pada Hasil Pengujian
58
Routing Overhead
(bps) 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0.000 3
5
7
9
Mobile Node
Gambar 4.14. Perbandingan Routing Overhead pada Hasil Pengujian