BAB IV HASIL PENGUJIAN
IV. 1 Tingkat Financial Distress Pada Sampel Penelitian Dalam penelitian ini, mengambil sampel dari perusahaan go public yang terdaftar di BEI, karena data yang digunakan merupakan data sekunder yang berasal dari internet. Perusahaan go public ini berasal dari sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi. Perhitungan rasio keuangan perusahaan go public yang terdapat pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang berdasarkan pada laporan keuangan yang populasinya menggunakan purposive judgement sampling yaitu sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan. Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria sampling, yaitu perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2007-2011. Berikut adalah rincian dari proses pengumpulan sample pada perusahaan go public. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Pengumpulan Sampel Kriteria Pengumpulan Sampel Perusahaan go public yang terdaftar di BEI Perusahaan go public yang bukan berasal dari sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi Perusahaan go public yang terdapat pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi Perusahaan go public yang terdapat pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang laporan keuangannya tidak lengkap (dari tahun 2007-2011) Total perusahaan go public yang terdapat pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi yang memenuhi kriteria
68
Jumlah Sampel 396 perusahaan 357 perusahaan 39 perusahaan 9 perusahaan 30 perusahaan
Perusahaan-perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini dibagi berdasarkan sub sektor, yaitu sebagai berikut: •
Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor energi sebanyak dua (2) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Sampel Penelitian Sub Sektor Energi
•
No
Sub Sektor
1 2
Energi
Kode Perusahaan PGAS RAJA
Nama Perusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Rukun Raharja Tbk
Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor jalan tol, pelabuhan, bandara, dan sejenisnya sebanyak tiga (3) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 3 berikut ini: Tabel 3
Sampel Penelitian Sub Sektor Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan sejenisnya No
Sub Sektor
1 2 3
Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan sejenisnya
•
Kode Perusahaan CMNP JSMR META
Nama Perusahaan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk PT Jasa Marga Tbk PT Nusantara Infrastruktur Tbk
Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor telekomunikasi sebanyak enam (6) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 4 berikut ini:
69
Tabel 4 Sampel Penelitian Sub Sektor Telekomunikasi Kode Perusahaan BTEL EXCL FREN Telekomunikasi ISAT TLKM
No
Sub Sektor
1 2 3 4 5
•
Nama Perusahaan PT Bakrie Telecom Tbk PT XL Axiata Tbk PT Smartfren Telecom Tbk PT Indosat Tbk PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor transportasi sebanyak dua belas (17) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 5 berikut ini Tabel 5 Sampel Penelitian Sub Sektor Transportasi
Kode No Sub Sektor Perusahaan 1 APOL 2 BLTA 3 CMPP 4 GIAA 5 HITS 6 IATA 7 INDX 8 MBSS Transportasi 9 MIRA 10 SAFE 11 SDMU 12 SMDR 13 TMAS 14 TRAM 15 WEHA 16 WINS 17 ZBRA
Nama Perusahaan PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk PT Berlian Laju Tanker Tbk PT Centris Multi Persada PratamaTbk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk PT Indonesia Air Transport Tbk PT Tanah Laut Tbk PT Mitrabahtera Sagara Sejati Tbk PT Mitra International Resources Tbk PT Steady Safe Tbk PT Sidomulyo Selaras Tbk PT Samudera Indonesia Tbk PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk PT Trada Maritime Tbk PT Panorama Transportasi Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Zebra Nusantara Tbk
69
•
Sampel penelitian yang berasal dari sub sektor kontruksi non bangunan sebanyak tiga (3) perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut dijabarkan dalam tabel 6 berikut ini:
Tabel 6 Sampel Penelitian Sub Sektor Kontruksi Non Bangunan No
Sub Sektor
1 2 3
Kontruksi Non Bangunan
Kode Perusahaan INDY TBIG TRUB
Nama Perusahaan PT Indika Energy Tbk PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk PT Truba Alam Manunggal
Dari sampel perusahaan yang akan diteliti yang berjumlah dua puluh lima (25) perusahaan, masing-masing perusahaan akan dihitungrasio-rasio yang ditentukan yaitu Net Profit Margin, Leverage Ratio, Return on Equity, dan Return on Investmentdan indikatorfinancial distressyang digunakan untuk pengujian hipotesis selanjutnya. Berikut adalah fungsi diskriminan dari Z-score yang menggunakan metode Altman Models sebagai berikut:
Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 0,9999 X5 Keterangan:
70
Z
=
Zeta (Z-Skor atau total skor)
X1
=
Modal Kerja / Total Aktiva
X2
=
Laba Ditahan / Total Aktiva
X3
=
Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva
X4
=
Nilai Pasar Saham / Total Hutang
X5
=
Penjualan / Total Aktiva
Apabila: Z < 1,88
Perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan resiko tinggi
1,88 ≤ Z-Skor ≤ 2,99
Grey Area (banyak kemungkinan yang bisa terjadi)
Z > 2,99
Perusahaan dalam keadaan baik atau tidak mengalami kesulitan keuangan
Sampel yang akan dijadikan sebagai contoh untuk menghitung rasio keuangan dan Z-Skor adalah PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, perhitungan rasio-rasio keuangan sebagai berikut: 1. Net Profit Margin Net Profit Margin =
Tahun
Net Income
Net Income Revenue
Revenue
2007 Rp 1,164,995,000,000 Rp 8,801,822,000,000 2008 Rp 633,860,000,000 Rp 12,793,849,000,000 2009 Rp 6,229,043,000,000 Rp 18,024,279,000,000 2010 Rp 6,239,361,000,000 Rp 19,765,716,000,000 2011 Rp 5,933,063,000,000 Rp 19,567,407,000,000 *perhitungan rasio selanjutnya ada pada lampiran L11 tabel 23
Net Profit Margin Ratio 0.13236 0.04954 0.34559 0.31567 0.30321
2. Leverage Ratio LEV =
Total Liability Total Asset
Tahun
Total Liability
Total Asset
2007 2008 2009 2010 2011
Rp 13,687,950,668,142 Rp 17,480,499,661,543 Rp 15,892,103,251,923 Rp 16,986,476,547,117 Rp 13,791,733,833,710
Rp 20,444,622,381,510 Rp 25,550,580,441,639 Rp 28,618,528,893,254 Rp 32,087,430,994,073 Rp 30,976,445,812,225
Leverage Ratio 0.66951 0.68415 0.55531 0.52938 0.44523 71
*perhitungan rasio selanjutnya ada pada lampiran L16 tabel 24 3. Return on Equity Ratio ROE =
Tahun 2007 2008 2009 2010 2011
Net Income
Net Income Equity
Return on Equity
Equity
Rp 1,164,995,000,000 Rp 6,629,239,000,000 Rp 633,860,000,000 Rp 8,041,921,000,000 Rp 6,229,043,000,000 Rp 12,726,426,000,000 Rp 6,239,361,000,000 Rp 15,100,954,000,000 Rp 5,933,063,000,000 Rp 17,184,712,000,000 *perhitungan rasio selanjutnya ada pada lampiran L26 tabel 25
Ratio 0.17574 0.07882 0.48946 0.41318 0.34525
4. Return on Investment ROI =
Tahun
Net Income
Net Income Total Asset
Total Asset
Return on Investment
Ratio 2007 Rp 1,164,995,000,000 Rp 20,444,622,000,000 0.05698 2008 Rp 633,860,000,000 Rp 25,550,580,000,000 0.02481 2009 Rp 6,229,043,000,000 Rp 28,670,440,000,000 0.21726 2010 Rp 6,239,361,000,000 Rp 32,087,431,000,000 0.19445 2011 Rp 5,933,063,000,000 Rp 30,976,446,000,000 0.19153 *perhitungan rasio selanjutnya ada pada lampiran L26 tabel 26 Perhitungan Z-score sebagai berikut •
Periode 2007:
X1 = Working Capital / Total Assets = (Current Assets – Current Liabilities) / Total Assets
72
= (Rp 3.686.366.478.391 – Rp 3.159.996.135.057) / Rp 20.444.622.381.510 = 0,02575 X2 = Retained Earnings / Total Assets = Rp 1.055.797.053.547 / Rp20.444.622.381.510 = 0,05164 X3 = EBIT / Total Assets = Rp 3.081.690.433.920/ Rp 20.444.622.381.510 = 0,15073 X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities = (Shared Issued x Market Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities) = (4.539.855.805 x Rp 15.350) / (Rp 3.159.996.135.057 + Rp 10.527.954.533.085) = Rp 69.687.247.106.750 / Rp 13.687.950.668.142 = 5,09114 X5 = Sales / Total Assets = Rp 8.801.821.549.593 / Rp 20.444.622.381.510 = 0,43048
•
Periode 2008
X1 = Working Capital / Total Assets = (Current Assets – Current Liabilities) / Total Asset = (Rp 7.177.973.412.567 – 3.297.977.346.109) / Rp 25.550.580.441.639 = 0,15186
73
X2 = Retained Earnings / Total Assets = Rp 117.091.796.612 / Rp 25.550.580.441.639 = 0,00458 X3 = EBIT / Total Assets = Rp 4.657.251.785.620 / Rp 25.550.580.441.639 = 0,18228 X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities = (Shared Issued x Par Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities) = (22.967.185.965 x Rp 1.860) / (Rp 3.297.977.346.109 + Rp 14.182.522.315.434) = Rp 42.718.965.894.900 / Rp 17.480.499.661.543 = 2,44381 X5 = Sales / Total Assets = Rp 12.793.848.602.673 / Rp 25.550.580.441.639 = 0,50073
•
Periode 2009
X1 = Working Capital / Total Assets = (Current Assets – Current Liabilities) / Total Asset = (Rp 9.263.400.994.474 – 3.729.795.011.315) / Rp 28.618.528.893.254 = Rp 5.533.605.983.159 / Rp.28.670.439.792.000 = 0,19301 X2 = Retained Earnings / Total Assets = Rp 5.595.183.813.218 / Rp 28.670.439.792.000 = 0,19516
74
X3 = EBIT / Total Assets = Rp 7.676.025.702.640 / Rp 28.670.439.792.000 = 0,26773 X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities = (Shared Issued x Par Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities) = (24.241.508.196 x Rp3.900) / (Rp 3.729.271.879.621 + Rp 12.162.831.372.302) = Rp 94.541.881.964.400 / Rp 15.892.103.251.923 = 5,94879 X5 = Sales / Total Assets = Rp 18.024.278.937.525 / Rp 28.670.439.792.000 = Rp 0,62867
•
Periode 2010
X1 = Working Capital / Total Assets = (Current Assets – Current Liabilities) / Total Asset = (Rp 13.858.679.369.359 – 4.035.777.167.686) / Rp 32.087.430.994.073 = Rp 9.822.9902.201.673 / Rp 32.087.430.994.073 = 0,30613 X2 = Retained Earnings / Total Assets = Rp 5.554.113.820.326 / Rp 32.087.430.994.073 = 0,17309 X3 = EBIT / Total Assets = Rp 9.035.724.843.752 / Rp 32.087.430.994.073 = 0,28160
75
X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities = (Shared Issued x Par Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities) = (24.241.508.196 x Rp 4.425) / (Rp4.035.777.167.686 + Rp 12.950.699.379.431) = Rp 107.268.673.767.300 / Rp 16.986.476.547.117 = 6,31495 X5 = Sales / Total Assets = Rp 19.765.716.397.448 / Rp 32.087.430.994.073 = Rp 0,61600
•
Periode 2011
X1 = Working Capital / Total Assets = (Current Assets – Current Liabilities) / Total Asset = (Rp 13.656.295.463.956 – 2.483.316.997.394) / Rp 30.976.445.812.225 = Rp 11.172.978.466.562 / Rp 30.976.445.812.225 = 0,36069 X2 = Retained Earnings / Total Assets = Rp 5.247.815.783.512 / Rp 30.976.445.812.225 = 0,16941 X3 = EBIT / Total Assets = Rp 7.722.378.097.081 / Rp 30.976.445.812.225 = 0,24930 X4 = Market Value of Equity / Book Value of Total Liabilities = (Shared Issued x Par Value) / (Current Liabilities + Non Current Liabilities)
76
= (24.241.508.196 x Rp 3.175) / (Rp 2.483.316.997.394 + Rp 11.308.416.836.316) = Rp 76.966.788.522.300 / Rp 13.791.733.833.710 = 5,58065 X5 = Sales / Total Assets = Rp 19.567.407.240.330 / Rp 30.976.445.812.225 = Rp 0,63169 Setelah komponen dari Z-Skor dihitung, maka Z-Skor dari perusahaanperusahaan yang akan diteliti dapat dihitung dengan menggunakan rumus 1,2(Working Capital to Total Assets) + 1,4 (Retained Earnings to Total Assets) + 3,3 (Earnings Before Interest and Taxes to Total Assests) + 0,6 (Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities) + 0,999 (Sales to Total Assets). Penelitian ini menggunakan time series selama lima (5) tahun, maka rasio-rasio yang digunakan dihitung rata-ratanya selama lima (5) tahun. Berikut ini perhitungan dari Z-Skor untuk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk: X1 X2 X3 X4 2007 0,02575 0,05164 0,15073 5,09114 2008 0,15186 0,00458 0,18228 2,44381 2009 0,19301 0,19516 0,26773 5,94879 2010 0,30613 0,17309 0,28160 6,31495 2011 0,36069 0,16941 0,24930 5,58065 Total 1,03743 0,59389 1,13164 25,37933 Rata-rata Selama 5 Tahun 0,20749 0,11878 0,22633 5,07587 Koefisien Z-score 1,2 1,4 3,3 0,6 Perkalian Koefisien Z-score 0,24898 0,16629 0,74688 3,04552 *perhitunganZ-score selanjutnya ada pada lampiran L7 tabel 22
X5 0,43052 0,50073 0,62867 0,61600 Z-score 0,63169 2,80760 0,56152 0,9999 0,56146 4,76914
Total Z-Skor untuk PT Perusahaan Gas Negara (Persero)Tbk pada periode 2007-2011 adalah sebesar 4,76914. Pada perhitungan Z-Score diatas, perusahaan ini dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan atau 77
termasuk dalam perusahaan yang sehat, karena kriteria dari perusahaan tersebut tergolong dalam kriteria Z-Skor, yaitu Z >2,99. Berikut ini hasil pengelompokkan Z-Skor sesuai dengan pengelompokkan masing-masing area dari setiap perusahaan: •
Perusahaan yang mengalami financial distress terdapat 13 perusahaan yang dapat dilihat dalam tabel 7. Tabel 7
Pengelompokkan Z-score Berdasarkan Perusahaan Yang Mengalami Financial Distress No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sub Sektor
Kode Perusahaan BTEL Telekomunikasi FREN ISAT APOL BLTA CMPP IATA MIRA Transportasi SAFE SMDR TMAS WEHA ZBRA
78
Nama Perusahaan
< 1,81
PT. Bakrie Telecom Tbk PT. Smartfren Telecom Tbk PT. Indosat Tbk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk PT Berlian Laju Tanker Tbk PT Centris Multi Persada Pratama Tbk PT Indonesia Air Transport Tbk PT Mitra International Resources Tbk PT Steady Safe Tbk PT Samudera Indonesia Tbk PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk PT Panorama Transportasi Tbk PT Zebra Nusantara Tbk
0.89993 -0.64482 1.53927 -0.39463 0.59899 -0.72386 0.27646 0.83471 -10.85289 1.56146 1.08892 1.64906 -0.30975
•
Perusahaan yang mengalami grey area terdapat 8 perusahaan yang dapat dilihat dalam tabel 8. Tabel 8
Pengelompokkan Z-score Berdasarkan Perusahaan Yang Mengalami Grey Area No 1 2 3 4 5 6 7 8
Sub Sektor Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan Sejenisnya Telekomunikasi Transportasi
Bangunan Non Kontruksi
•
Kode Perusahaan CMNP META EXCL GIAA HITS MBSS INDY TBIG
Nama Perusahaan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk PT Nusantara Infrastruktur Tbk PT XL Axiata Tbk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk PT Mitrabahtera Sagara Sejati Tbk PT Indika Energy Tbk PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk
Grey Area 2.27400 2.52146 2.30663 1.98921 2.20190 2.60300 2.10565 1.92842
Perusahaan yang tidak mengalami financial distress terdapat 9 perusahaan yang dapat dilihat dalam tabel 9. Tabel 9
Pengelompokkan Z-score Berdasarkan Perusahaan Yang Tidak Mengalami Financial Distress No
Sub Sektor
1 2
Energi
3
Jalan Tol, Pelabuhan, Bandara dan Sejenisnya
4 5 6 7 8 9
Telekomunikasi
Transportasi
Kontruksi Non Bangunan
Kode Perusahaan PGAS RAJA
Nama Perusahaan
> 2,99
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PT Rukun Raharja Tbk
4.76914 55.37148
JSMR
PT Jasa Marga Tbk
7.28927
TLKM INDX SDMU TRAM WINS TBIG
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk PT Tanah Laut Tbk PT Sidomulyo Selaras Tbk PT Trada Maritime Tbk PT Wintermar Offshore Marine Tbk PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk
4.08252 24.30105 3.99020 3.80397 4.21622 3.907499
79
IV. 2 Statistik Deskriptif Uji statistik ini dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel yang akan diuji disetiap hipotesa, mengetahui bagaimana profil dan distribusi variabel-variabel tersebut. Dari hasil uji statistik ini peneliti mengharapkan secara umum dapat melegitimasi data penelitian pada variabel yang akan digunakan dalam uji statistik ini disetiap hipotesa penelitian. Pengujian dalam penelitian ini yang setiap hipotesisnya menggunakan uji statistik yang sesuai dengan penelitian yang dimaksud. Uji statistik dekriptif ini digunakan untuk mengetahui berapa besar nilai maksimal, nilai minimum, nilai rata-rata, dan standar deviasinya pada seluruh sampel yang dijadikan dalam penelitian ini. Hasil uji statistik deskriptif ini akan di sajikan dalam tabel 10berikut ini: Tabel 10 Hasil Uji Statistik Deskriptif Financial Distress Financial Distress 13 Grey Area 8 Non Financial Distress 9 Variabel Penelitian NPM LEV ROE ROI
N Minimum 30 -17,43662 30 0,00357 30 -1,46960 30 -0,54392
Maximum 2,56657 4,00585 13,44111 9,74302
Mean -0,11587 0,65725 0,25541 0,10685
Std. Deviasi 1,53596 0,42106 1,52115 0,84927
Dari data tabel diatas, hasil uji statistik deskriptif untuk 30 sampel perusahaan dimana ada 13 perusahaan yang tergolong dalam financial distress, ada 8 perusahaan yang tergolong dalam grey area, dan ada 9 perusahaan yang tergolong dalam non financial distress. Dari 30 sampel, terdapat nilai terendah pada Net Profit Margin= 17,43662; nilai tertinggi Net Profit Margin = 2,56657; nilai rata-rata Net Profit
80
Margin= -0,11587; dan standar deviasi Net Profit Margin= 1,53596. Dalam hal ini rata-rata perusahaan dalam laba bersihnya terbilang cukup rendah. Namun data yang terukur dari 30 sampel yang bervariasi, dengan melihat standar deviasi yang lebih besar dari nilai rata-ratanya, sehingga sebaran data Net Profit Margin tidak menyebar jauh dari nilai rata-ratanya. Nilai terendah pada Leverage Ratio = 0,00357; nilai tertinggi Leverage Ratio = 4,00585; nilai rata-rata Leverage Ratio = 0,65725; dan standar deviasi Leverage Ratio = 0,42106. Dalam hal ini perusahaan memiliki hutang daripada aset sebesar 0,65725. Nilai rata-rata ini cukup rendah, karena Leverage Ratio dibawah 10%. Namun data yang terukur dari 30 sampel cukup bervariasi. Nilai terendah Return on Equity = -1,46960; nilai tertinggi Return on Equity = 13,44111; nilai rata-rata Return on Equity = 0,25541; standar deviasi Return on Equity = 1,52115. Dalam hal ini perusahaan menghasilkan laba bersih dari equity atau modal sendiri adalah 0,25541. Nilai tersebut kurang efektif, karena Return on Equity berada di bawah standar deviasi. Namun data yang terukur dari 30 sampel cukup bervariasi, sehingga sebaran data Return on Equity cukup menyebar jauh dari nilai rata-ratanya. Nilai terendah Return on Investment = -0,54392; nilai tertinggi Return on Investment = 9,74302; nilai rata-rata Return on Investment = 0,10685; standar deviasi Return on Investment= 0,84927. Dalam hal ini perusahaan menghasilkan laba bersih dari total asset sendiri adalah 0,10685. Nilai tersebut kurang efektif, karena Return on Investment berada di bawah standar deviasi. Namun data yang terukur dari 30 sampel cukup bervariasi, sehingga sebaran data Return on Investment cukup menyebar jauh dari nilai rata-ratanya. Dari hasil uji statistik deskriptif ini terhadap financial distress yang terbagi dalam 3 kelompok yang menunjukkan bahwa
81
perusahaan go public cenderung yang berpotensi financial distress sebanyak 13 perusahaan, yang berpotensi di daerah grey area ada 8 perusahaan, dan yang berpotensi non financial distress hanya 9 perusahaan.
IV.3 Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik yang terbagi menjadi dua (2) yaitu analisis univariate dan analisis multivariate. Pada analisis univariate digunakan untuk membuktikan hipotesis yang pertama sampai yang ketiga dengan menggunakan uji Independent Samplet-Test jika data pada penlitian tersebut normal dan uji Mann Whitney jika data pada penelitian tersebut tidak normal. Pada analisis multivariate digunakan untuk menguji hipotesis keempat dengan menggunakan analisis regresi logistik. IV.3.1 Pengujian Univariate Dalam penelitian ini, pengujian univariate dilakukan untuk menguji lebih lanjut secara statistik dengan menggunakan spss yang mana variabel-variabel independen berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Dalam pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Independent Samplet-Test jika data pada penlitian tersebut normal dan Mann Whitney jika data pada penelitian tersebut tidak normal. Untuk terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data. Hasil dari pengujian normalitas data dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini:
82
Tabel 11 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test NPM N
150 a,b
Normal Parameters
Mean
150
ROE
ROI
150
150
-.1159
.6573
.2554
.1068
1.53596
.42106
1.52115
.84927
Absolute
.322
.217
.352
.382
Positive
.313
.217
.352
.382
Std. Deviation Most Extreme Differences
LEV
Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-.322
-.174
-.258
-.301
3.948
2.659
4.311
4.674
.000
.000
.000
.000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan kolmogorov smirnov Z didapatkan hasil pengujian normalitas diatas. Pada keempat variableyaitu rasio keuangan perusahaan (Net Profit Margin, Leverage Ratio, Return on Equity, dan Return on Investment) yang diuji normalitas seluruhnya memiliki data yang tidak terdistribusi normal karena memiliki nilai sig < 0,05 IV.3.1.1 Pengujian Hipotesis I Hipotesis pertama dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress”. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Mann Whitney Uyang dapat dilihat pada tabel 12.
83
Tabel 12 Uji Mann Whitney UHipotesis Pertama Ranks Dummy Financial Distress NPM
N 54
92.31
4985.00
Financial Distress (< 1.88)
96
66.04
6340.00
150
Non Financial Distress (> 2.99)
54
49.78
2688.00
Financial Distress (< 1.88)
96
89.97
8637.00
Total ROE
150
Non Financial Distress (> 2.99)
54
90.11
4866.00
Financial Distress (< 1.88)
96
67.28
6459.00
Total ROI
Sum of Ranks
Non Financial Distress (> 2.99)
Total LEV
Mean Rank
150
Non Financial Distress (> 2.99)
54
93.41
5044.00
Financial Distress (< 1.88)
96
65.43
6281.00
Total
150
a
Test Statistics NPM
LEV
ROE
ROI
Mann-Whitney U
1684.000
1203.000
1803.000
1625.000
Wilcoxon W
6340.000
2688.000
6459.000
6281.000
-3.555
-5.438
-3.089
-3.786
.000
.000
.002
.000
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Grouping Variable: Dummy Financial Distress
Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Net Profit Margin memiliki nilai probabilitas p=0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Net Profit Margin yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distress dan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Net Profit Margin pada setiap perusahaan tinggi sehingga perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan atau tingkat pendapatan. 84
Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Leverage Ratio memiliki nilai probabilitas p=0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Leverage Ratio yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distressdan tidak mengalami kondisifinancial distress. Hal ini berarti tingkat Leverage Ratio pada setiap perusahaan rendah sehingga perusahaan dapat melunasi kewajiban hutangnya kepada para kreditor. Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Return on Equity Ratio memiliki nilai probabilitas p = 0,002 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Return on Equity yang signifikan untuk perusahaan yang masuk terkategori kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distressdan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Return on Equity Ratio pada setiap perusahaan tinggi sehingga perusahaan mengalami keuntungan pada tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemegang saham. Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Return on Investmentmemiliki nilai probabilitas p=0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Return on Investment yang signifikan untuk perusahaan yang masuk terkategori kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distress dan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Return on Investment pada setiap perusahaan tinggi sehingga perusahaan mengalami keuntungan pada tingkat keuntunganpengembalian total yang dihasilkan dari sumber pendanaan yaitu utang dan ekuitas. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda signifikan antara perusahaan yang
85
mengalami kondisi financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress” dari semua variabel NPM, LEV, ROE, dan ROI dimana H0 ditolak tetapi Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang secara signifikan. IV.3.1.2 Pengujian Hipotesis II Hipotesis kedua dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)”. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Mann Whitney U yang dapat dilihat pada tabel 13 Tabel 13 Uji Mann Whitney Hipotesis Kedua Ranks group NPM
52.74
4799.00
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
70.85
1417.00
91
61.62
5607.00
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
30.45
609.00
111
Financial Distress (< 1.88)
91
53.47
4866.00
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
67.50
1350.00
111
Financial Distress (< 1.88)
91
52.45
4773.00
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
72.15
1443.00
Total
86
111
Financial Distress (< 1.88)
Total ROI
Sum of Ranks
91
Total ROE
Mean Rank
Financial Distress (< 1.88)
Total LEV
N
111
a
Test Statistics
Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed)
NPM
LEV
ROE
ROI
613.000
399.000
680.000
587.000
4799.000
609.000
4866.000
4773.000
-2.279
-3.921
-1.765
-2.478
.023
.000
.078
.013
a. Grouping Variable: group
Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Net Profit Margin memiliki nilai probabilitas p = 0,023 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Net Profit Marginyang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distress dan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress). Hal ini berarti tingkat Net Profit Margin pada setiap perusahaan tinggi sehingga perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan atau tingkat pendapatan. Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Leverage Ratio memiliki nilai probabilitas p = 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Leverage Ratio yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distressdan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress). Hal ini berarti tingkat Leverage Ratio pada setiap perusahaan rendah sehingga perusahaan dapat melunasi kewajiban hutangnya kepada para kreditor. Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Return on Equity Ratio memiliki nilai probabilitas p = 0,078 > 0,05, sehingga H0 diterima tetapi Ha ditolak. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata Return on Equity yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang 87
mengalami kondisi financial distressdan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress). Hal ini berarti tingkat Return on Equity Ratio pada setiap perusahaan rendah sehingga perusahaan mengalami kerugian pada tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemegang saham. Dari hasil pengujian Mann Whitney test diatas menunjukkan bahwa Return on Investment memiliki nilai probabilitas p = 0,013 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Return on Investment yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami kondisi financial distress dan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress). Hal ini berarti tingkat Return on Investment pada setiap perusahaan tinggisehingga perusahaan mengalami keuntungan pada tingkat keuntungan pengembalian total yang dihasilkan dari sumber pendanaan yaitu utang dan ekuitas. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dengan perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)” dari variabel NPM, LEV, dan ROI yang mana H0 ditolak tetapi Ha diterima yang terdapat perbedaan yang secara signifikan, sedangkan variabel ROEyang mana H0 diterima tetapi Ha ditolak yang berartitidak terdapat perbedaan yang secara signifikan.
88
IV.3.1.3 Pengujian Hipotesis III Hipotesis ketiga dalam penelitian menyatakan bahwa “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress, perusahaan yang berada pada grey area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress), dan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress”. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Uji Kruskal Wallisyang dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 14 Uji Kruskal Wallis Hipotesis Ketiga Ranks group NPM
N
Financial Distress (< 1.88)
91
62.24
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
84.25
Non Financial Distress (> 2.99)
39
101.95
Total LEV
150
Financial Distress (< 1.88)
91
92.32
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
54.40
Non Financial Distress (> 2.99)
39
47.08
Total ROE
150
Financial Distress (< 1.88)
91
65.41
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
82.10
Non Financial Distress (> 2.99)
39
95.67
Total ROI
Mean Rank
150
Financial Distress (< 1.88)
91
61.60
Grey Area (1.88 < z-score < 2.99)
20
85.55
Non Financial Distress (> 2.99)
39
102.77
Total
150 a,b
Test Statistics NPM Chi-Square
LEV
ROE
ROI
23.740
35.048
13.776
25.744
2
2
2
2
.000
.000
.001
.000
df Asymp. Sig. a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: group
89
Dari hasil pengujian Kruskal Wallis test diatas menujukkan bahwa Net Profit Marginmemiliki nilai probabilitas p = 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Net Profit Marginyang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami financial distress, yang berada pada grey area, dan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Net Profit Margin pada setiap perusahaan tinggi sehingga perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan atau tingkat pendapatan. Dari hasil pengujian Kruskal Wallis test diatas menujukkan bahwa Leverage Ratio memiliki nilai probabilitas p = 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Leverage Ratio yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami financial distress, yang berada pada grey area, dan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Leverage Ratio pada setiap perusahaan rendah sehingga perusahaan dapat melunasi kewajiban hutangnya kepada para kreditor. Dari hasil pengujian Kruskal Wallis test diatas menujukkan bahwa Return on Equity memiliki nilai probabilitas p = 0,001 < 0,05, sehingga H0 ditolak tetapi Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Return on Equity yang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami financial distress, yang berada pada grey area, dan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Return on Equity pada setiap perusahaan tinggi sehingga perusahaan mengalami keuntungan pada tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh pemegang saham.
90
Dari hasil pengujian Kruskal Wallis test diatas menujukkan bahwa Return on Investment memiliki nilai probabilitas p = 0,000 < 0,05, sehingga H0 ditolak Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan rata-rata Return on Investmentyang signifikan untuk perusahaan yang terkategori masuk kedalam kelompok yang mengalami financial distress, yang berada pada grey area, dan yang tidak mengalami kondisi financial distress. Hal ini berarti tingkat Return on Investment pada setiap perusahaan tinggisehingga perusahaan mengalami keuntungan pada tingkat keuntungan pengembalian total yang dihasilkan dari sumber pendanaan yaitu utang dan ekuitas. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan “Rasio keuangan perusahaan berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress, perusahaan yang berada pada grey area(kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial distress)” untuk semua variabel, yaitu NPM, LEV, ROE, dan ROI yang mana H0 ditolak tetapi Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan yang secara signifikan. Dari semua hasil kesimpulan pengujian univariate yang secara menyeluruh, berikut hasil kesimpulan pengujian univariate yang akan disajikan dalam tabel 15.
91
Tabel 15 Kesimpulan Pengujian Univariate Rasio Hipotesis Keuangan Hipotesis 1 NPM LEV ROE ROI Hipotesis 2 NPM LEV ROE ROI Hipotesis 3 NPM LEV ROE ROI
p-value 0,000 0,000 0,002 0,000 0,023 0,000 0,078 0,013 0,000 0,000 0,001 0,000
Hasil Pengujian H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak
IV.3.2 Pengujian Multivariate Dalam penelitian ini, pengujianmultivariate digunakan untuk menguji hipotesis keempat yang menyatakan “Rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan”. Analisis multivariate ini menggunakan analisis regresi logistik. Namun demikian sebelum dilakukan uji regresi logistik, terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan. IV.3.2.1Uji Persyaratan Regresi Logistik Sebelum dilakukan pengujian hipotesis pada penelitian ini, akanterlebih dahulu diuji kelayakan dari model regresi logistik yang digunakan. Analisis ini didasarkan pada uji Omnibus Tests of Model Coefficients. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka model regresi tidak layak digunakan. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka model regresi layak digunakan. Hasil pengujian kelayakan model regresi dapat dilihat pada tabel 16. 92
Tabel 16 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square Step 1
df
Sig.
Step
47.904
4
.000
Block
47.904
4
.000
Model
47.904
4
.000
Pada tampilan SPSS dapat dilihat pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients. Tabel tersebut menunjukkan apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan atau tidak. Dari tabel 16 di atas diketahui nilai model sebesar 47.904 dengan nilai signifikan pada probabilitas 0,000. Karena nilai pvalue < 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial perusahaan. Sebelum menganalisis hasil regresi logistic pada penelitian ini, akan diuji terlebih dahulu fit atau tidak model yang akan dianalisis. Statistik yang digunakan berdasarkan fungsi Likelihood. Likelihood L dari model adalah probalitas bahwa model dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL.Pada tampilan SPSS memberikan dua nilai - 2LogL yaitu untuk model yang hanya memasukkan konstanta dan untuk model dengan konstanta dan variabel bebas. Nilai -2LogL yang hanya memasukkan konstanta adalah 47.904 yang ditampilkan pada tabel 16, sedangkan -2LogL untuk model dengan konstanta dan variabel bebas adalah 0,000 yang disajikan pada tabel 17b. Penurunan nilai pada -2LogL dari 47.904 menjadi 0,000 mengindikasikan bahwa model fit dengan data.
93
Tabel 17a Nilai -2LogL untuk Model yang Hanya Memasukkan Konstanta
a,b,c
Iteration History
Coefficients Iteration Step 0
-2 Log likelihood
Constant
1
196.034
.560
2
196.025
.575
3
196.025
.575
a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 196.025 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than .001.
Tabel 17b Nilai -2LogL dengan Konstanta dan Variabel Bebas Model Summary
Step 1
-2 Log likelihood
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
a
148.121
.273
.375
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than .001.
Lalu, untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit) digunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai signifikan (p-value) dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness of Fit Model tidak baik karena tidak memprediksi nilai observasinya. Jika nilai signifikan (p-value) dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak yang berarti bahwa model mampu memprediksi nilai 94
observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya.Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ditampilkan pada tabel 18. Tabel 18 Nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Hosmer and Lemeshow Test Step 1
Chi-square 9.176
df
Sig. 8
.328
Pada tampilan SPSS menunjukkan bahwa besarnya nilai signifikansi (pvalue) Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sebesar 0,328 maka nilai ini lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit) atau model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Selanjutnya untuk menguji ketepatan prediksi dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada tabel 19.
95
Tabel 19 Tabel Klasifikasi a,b
Classification Table
Predicted Dummy Financial Distress Non Financial Distress (>
Financial Distress
Percentage
2.99)
(< 1.88)
Correct
Observed Step 0
Dummy Financial
Non Financial Distress
Distress
(> 2.99) Financial Distress (<
0
54
.0
0
96
100.0
1.88) Overall Percentage
64.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Dari hasil overall classification result untuk regresi binary logistic hasilnyayaitu sebesar 64%. Persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan yang nonfinancial distress 0% sedangkan persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan yangfinancial distress sebesar 100%. IV.3.2.2 Estimasi Hasil Regresi Logistik Uji regresi logistik secara serentak dilakukan terhadap semua variabel independen
dengan
tingkat
signifikansi
5%.
Pengujian
hipotesis
dengan
menggunakan regresi logistik dilakukan dengan memasukkan empat variabel yaitu Net Profit Margin, Leverage Ratio, Return on Equity, dan Return on Investment pada kondisi perusahaan. Dalam pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh secara parsial Net Profit Margin, Leverage Ratio, Return on Equity, dan Return on Investment terhadap kondisi perusahaan yang sehat ataupun mengalami financial distress. Hasil pengujian parameter regresi logistik secara parsial disajikan dalam tabel 20. 96
Tabel 20 Hasil Pengujian Regresi Logistik Secara Parsial
Variables in the Equation 95% C.I.for EXP(B) B Step a
1
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
NPM
-.169
.424
.159
1
.690
.844
.368
1.940
LEV
5.412
1.307
17.137
1
.000
224.067
17.281
2905.265
ROE
-.399
.227
3.089
1
.079
.671
.430
1.047
ROI
-5.198
1.579
10.843
1
.001
.006
.000
.122
Constant
-2.165
.726
8.898
1
.003
.115
a. Variable(s) entered on step 1: NPM, LEV, ROE, ROI.
Dari hasil pengujian diatas didapatkan besarnya pengaruh yang diberikan NPM terhadap probabilitas financial distress adalah sebesar -0,169, yang memberikan pengertian semakin besar NPM maka semakin kecil
kemungkinan
terjadinya financial distress pada perusahaan. Hasil pengujian statistic menunjukkan sig sebesar 0,690 > 0,05 maka H0 diterima dan disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap NPM pada probabilitas perusahaan masuk dalam kategori financial distress. Dari hasil pengujian diatas didapatkan besarnya pengaruh yang diberikan LEV terhadap probabilitas financial distress adalah sebesar 5,412, yang memberikan pengertian semakin besar LEV maka semakin besar
kemungkinan terjadinya
financial distress pada perusahaan. Hasil pengujian statistik menunjukkan sig sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh positif yang
97
signifikan terhadap LEV pada probabilitas perusahaan masuk dalam kategori financial distress. Dari hasil pengujian diatas didapatkan besarnya pengaruh yang diberikan ROE terhadap probabilitas financial distress adalah sebesar -0,399, yang memberikan perngertian semakin besar ROE maka semakin kecil kemungkinan terjadinya financial distress pada perusahaan. Hasil pengujian statistik menunjukkan sig sebesar 0,079 > 0,05 maka H0 ditolak dan disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap ROE pada probabilitas perusahaan masuk dalam kategori financial distress. Dari hasil pengujian diatas didapatkan besarnya pengaruh yang diberikan ROI terhadap probabilitas financial distress adalah sebesar -5,198, yang memberikan pengertian semakin besar ROI maka semakin kecil
kemungkinan terjadinya
financial distress pada perusahaan. Hasil pengujian statistic menunjukkan sig sebesar 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan disimpulkan terdapat pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROI pada probabilitas perusahaan masuk dalam kategori financial distress. Dari hasil analisis multivariate diatas dapat dinyatakan bahwa Leverage Ratio terbukti berpengaruh positif yang secara signifikan terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan dan Return on Investment terbukti berpengaruh negatif yang secara signifikan terhadap kondisi financial distress, sedangkan Net Profit Margi dan Return on Equity tidak terbukti berpengaruh yang secara signifikan terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan. Dengan demikian hipotesis keempat pada penelitian ini terdapat variabel NPM dan ROE ditolak, sedangkan terhadap variabel LEV dan ROI diterima. 98
Dari hasil uji analisis multivariate menunjukkan bahwa rasio keuangan secara signifikan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Hal ini disebabkan karena rasio keuangan yang terdiri dari Net Profit Margin, Leverage Ratio, Return on Equity, dan Return on Investment merupakan bentuk efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dan dalam hal proporsi hutang terhadap aktiva. Semakin besar Leverage maka semakin besar pula hutang yang diperoleh perusahaan. Semakin kecil Return on Investment maka semakin besar keuntungan dalam berinvestasi yang diperoleh perusahaan. Dalam penelitian ini LEV berpengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi financial distress yang berarti perusahaan akan mengalami masalah kesulitan keuangan atau financial dan ROI berpengaruh negatif yang signifikan terhadap kondisi financial distress yang berarti perusahaan akan mengalami masalah keuntungan dalam berinvestasi. Selain itu, perusahaan tidak dapat mengukur tingkat profitabilitas produk sebelum dibebani oleh biaya-biaya yang lain yang terjadi karena perubahan dalam kebijakan penjualan pada tingkat potongan atau adanya produk baru. Leverage Ratio menunjukkan besar hutang yang dimiliki perusahaan. Semakin besar Leverage Ratio, maka artinya semakin besar juga hutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan terus-menerus mengalami kerugian yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai rasio keuangan, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kurangnya modal, investasi dan aktiva secara keseluruhan. Hal ini berdampak pada kurangnya jumlah modal yang tersedia untuk membayar kewajiban-kewajiban sehingga perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban-kewajibannya. Oleh karena itu, perusahaan mengalami masalah keuangan.Jika kondisi seperti ini terus berlangsung maka aspek keuangan perusahaan akansemakin berkurang dan menyebabkan kondisi financial distress perusahaan 99
tersebut. Penelitian terdahulu mengenai financial distress yang dilakukan oleh Luciana (2004) dalam memprediksi financial distress menggunakan rasio keuangan yang berasal dari laporan atas posisi keuangan, laporan laba rugi dan laporan arus kas dapat membuktikan bahwa rasio keuangan dapat untuk memprediksi financial distress. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Luciana (2004) bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Altman (1968) dan hanya Leverage Ratio suatu perusahaan terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan. Pada penelitian ini menggunakan data sekunder dari internet. Data yang digunakan yaitu data yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public yang terdapat pada sektor infrastruktur, utilitas dan transportasiyang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011 yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive judgement sampling. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dengan perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress.Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress dengan perusahaan yang berada pada grey area. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan rasio keuangan antara perusahaan yang mengalami kondisi financial distress, perusahaan yang berada pada grey area dan perusahaan yang tidak mengalami financial distress.Sementara untuk perbandingan rasio keuangan antara perusahaan yang tergolong dalam kategori sehat dengan perusahaan yang termasuk dalam grey area juga memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian 100
membuktikan bahwa dari keempat (4) rasio yang diuji, variable Net Profit Margin, Leverage Ratio, Return on Equity, dan Return on Investment yang terbukti memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan adalah Leverage Ratio. Dengan kata lain, rasio keuangan dapat dijadikan sebagai instrumen untuk memprediksi financial distress.
101