56
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI
4.1 Gambaran Responden
Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu yang bekerja full time yang berdomisili di wilayah Jakarta dan Tangerang. Adapun data responden adalah sebagai berikut : 1.
Responden dalam penelitian berdasarkan jenis pekerjaan: Pada penelitian kali ini, responden mempunyai profesi yang berbeda-beda,
ada yang berprofesi sebagai guru sebanyak 170 jadi 43%, pegawai kantor sebanyak 194 jadi 49%, dan pekerja swasta sebanyak 32 jadi 8%. Maka total keseluruhan adalah 396 = 100%. 2.
Responden dalam penelitian berdasarkan lama masa kerja: Pada penelitian kali ini, responden mempunyai masa kerja yang bervariasi
mulai dari tiga tahun sampai dengan 20 tahun bekerja. Masa kerja 3 – 5 tahun sebanyak 129 jadi 32.5%, masa kerja 6 – 10 tahun sebanyak 174 jadi 44%, masa kerja 11-15 tahun sebanyak 79 jadi 20% dan masa kerja 16 – 20 tahun sebanyak 14 jadi 3.5%. Maka total keseluruhan adalah 396 = 100%. 3.
Responden dalam penelitian berdasarkan tingkat pendidikan: Pada penelitian kali ini, responden mempunyai pendidikan terakhir SMA
sebanyak 119 jadi 30%, D3 sebayak 47 jadi 12%, S1 sebanyak 210 jadi 53 % dan S2 sebanyak 20 jadi 5 %. Maka total keseluruhan adalah 396 = 100%.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1
Hasil Uji Reliabilitas
Sebelum menyebarkan kuesioner kepada responden, peneliti melakukan try out untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut reliabel untuk dijadikan instrumen penelitian, melalui perhitungan SPSS 21 dari data try out pada skala PWB menghasilkan nilai alpha cronbach sebesar 0.90 > 0.70 maka skala ini bisa dikatakan reliabel. Pada skala WLB menghasilkan nilai alpha cronbach sebesar 0.79 > 0.70 maka skala ini bisa dikatakan reliabel. Pada skala WS menghasilkan nilai alpha cronbach sebesar 0.85 > 0.70 maka skala ini bisa dikatakan reliabel.
4.2.2
Hasil Uji Validitas
Dari hasil perhitungan SPSS, pada skala PWB menunjukkan r hitung mulai dari 0.275 – 0.599 dimana r tabel sebesar 0.266. Dengan menghilangkan sepuluh item yang tidak valid pada kuesioner, maka skala ini bisa dikatakan valid digunakan sebagai instrumen penelitian. Pada skala WLB menunjukkan r hitung mulai dari 0.268 – 0.798 dimana r tabel sebesar 0.266. Dengan menghilangkan dua item yang tidak valid pada kuesioner, maka skala ini bisa dikatakan valid digunakan sebagai instrumen penelitian. Pada skala WS menunjukkan r hitung mulai dari 0.267 – 0.749 dimana r tabel sebesar 0.266. Dengan menghilangkan enam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
item yang tidak valid pada kuesioner, maka skala ini bisa dikatakan valid digunakan sebagai instrumen penelitian.
4.2.3 Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai karakteristik dari suatu data sehingga pemahaman akan ciri-ciri dari kelompok data tersebut dapat diketahui. Hasil pengolahan data statistik deskriptif adalah sebagai berikut: Jumlah responden (N) ada 396, dari 396 responden ini memiliki Psychological well-Being (PWB) terendah (Minimum) adalah 121 dan tertinggi (Maximum) adalah 183. Rata-rata Psychological well-Being (PWB) dari 396 responden adalah 151.37 dengan standar deviasi sebesar 11.022. Skewness mengukur kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi data. Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness dan kurtosis mendekati nol. Pada tabel menunjukkan nilai skewness dan kurtosis masing-masing -0.035 dan 0.621 sehingga dapat disimpulkan bahwa data PWB terdistribusi secara normal. Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan minimum yaitu sebesar 62 dan nilai sum merupakan penjumlahan dari 396 responden PWB mereka yaitu sebesar 59942. Dari 396 responden tersebut memiliki Work-Life Balance (WLB) terendah (Minimum) adalah 25 dan tertinggi (Maximum) adalah 52. Rata-rata WLB dari 396 responden adalah 38.56 dengan standar deviasi sebesar 3.760. Pada tabel menunjukkan nilai skewness dan kurtosis masing-masing 0.103 dan 1.482
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
sehingga dapat disimpulkan bahwa data WLB terdistribusi secara normal. Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan minimum yaitu sebesar 27 dan nilai sum merupakan penjumlahan dari 396 responden WLB mereka yaitu sebesar 15268. Dari 396 responden tersebut memiliki Work Stress (WS) terendah (Minimum) adalah 30 dan tertinggi (Maximum) adalah 74. Rata-rata WS dari 396 responden adalah 50.12 dengan standar deviasi sebesar 7.595. Pada tabel menunjukkan nilai skewness dan kurtosis masing-masing -0.063 dan 0.982 sehingga dapat disimpulkan bahwa data WS terdistribusi secara normal. Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan minimum yaitu sebesar 44 dan nilai sum merupakan penjumlahan dari 396 responden WS mereka yaitu sebesar 19848.
4.2.4
Hasil Uji Kualitas Data
4.2.4.1 Hasil Uji Normalitas Residual
Uji normalitas secara residual dilakukan dengan menggunakan uji statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian normalitas data residual dari hasil perhitungan SPSS adalah nilai K-S untuk variabel WLB adalah
2.501
dengan probability signifikansi 0.000 dan nilainya jauh dibawah =0.05 hal ini berarti hipotesis nol ditolak. Nilai K-S untuk variabel WS adalah 2.284 dengan probability signifikansi 0.000 dan nilainya jauh dibawah =0.05 hal ini berarti hipotesis nol ditolak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
4.2.5 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.2.5.1 Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian multikolinearitas adalah WLB yang menjadi variabel independen pertama mempunyai nilai tolerance sebesar 0.669 dan WS yang menjadi variabel independen kedua mempunyai nilai tolerance sebesar 0.669. Dari seluruh variabel tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada variabel WLB dan WS sebesar 1.494 yang berarti menunjukkan hal yang sama yaitu tidak ada satu variabel yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
4.2.5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scatterplots.Hasil perhitungan SPSS menunjukkan titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y pada grafik uji heteroskedastisitas,
sehingga
dapat
disimpulkan
hetersokedastisitas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
bahwa
tidak
terjadi
61
4.2.5.3 Hasil Uji Autokorelasi
Hasil analisis Durbin-Watson (DW) dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dalam suatu regresi.Berdasarkan hasil perhitungan SPSS menghasilkan nilai DW adalah 1.928, nilai ini dibandingkan dengan tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 369 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka nilai DW 1.928 lebih besar dari batas bawah dan kurang dari 2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4.2.6
Hasil Uji Hipotesis
4.2.6.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted R2 adalah 0.404, hal ini berarti 40% variasi PWB (Psychological Well-Being) dapat dijelaskan oleh variasi dari ke dua variabel independen WLB (Work-Life Balance) dan WS (Work Stress). Sedangkan sisanya (100% - 40% = 60%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar Error of estimate (SEE) sebesar 8.508. Makin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
4.2.6.2 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F)
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 134.950 dengan probabilitas 0.000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi PWB atau dapat dikatakan bahwa WLB dan WS secara bersama-sama berpengaruh terhadap PWB. Dari kedua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi variabel WLB dan WS signifikan pada 0.05 dan dapat disimpulkan bahwa variabel PWB dipengaruhi oleh WLB dan WS dengan persamaan matematis : PWB = 169.584 + 0.511 WLB - 0.757 WS Dari hasil persamaan diatas dapat diartikan bahwa ibu yang bekerja full time bisa mempunyai Psychological Well-Being yang positif apabila ia bisa menciptakan Work-Life Balance positif dan mengalami Work stress yang rendah. Dengan kata lain, semakin tinggi Work-Life Balance ibu yang bekerja fulltime maka semakin tinggi pula Psychological Well-beingnya dan semakin rendah Work stress pada ibu bekerja full time maka semakin tinggi psychological Well-Being orang tersebut.
4.2.6.3 Hasil Uji signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah WLB (Work-Life Balance) dan WS (Work Stress) secara signifikan berpengaruh terhadap Psychological Well-Being pada ibu yang bekerja full time. Adapun hasil uji statistik t adalah sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dapat disimpulkan dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut: Nilai t dalam output SPSS adalah 3.675 (p = 0.000; p < 0.05). Selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel. t-tabel dilihat dari df = N-k, dimana N adalah jumlah subjek, dan k adalah berapa banyak variabel (df = 396-2, hasilnya adalah 394). t-tabel df 394 = 1.6499. Apabila nilai t-hitung > t-tabel (3.675 > 1.6499), maka dapat disimpulkan bahwa variabel Work-Life Balance (WLB) berpengaruh secara individual terhadap Psychological Well-Being (PWB), artinya hipotesis alternatif pertama (H1) dapat diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang bekerja full time bisa mencapai kesejahteraan psikologis apabila dia bisa menciptakan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan.Variabel Work Stress (WS) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari a (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel Work Stress (WS) berpengaruh secara individual terhadap Psychological Well-Being (PWB), artinya hipotesis alternatif kedua (H2) dapat diterima.
4.2.6.4 Hasil Analisis Linear Regresi Berganda
Model persamaan linear berganda berdasarkan hasil perhitungan SPSS adalah : PWB = 169.584 + 0.511 WLB - 0.757 WS + e Nilai t dalam output SPSS adalah 21.501 (p = 0.000; p < 0.05). Selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel. t-tabel dilihat dari df = N-k, di mana N adalah jumlah subjek, dan k adalah berapa banyak variabel (df=396-2,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
hasilnya adalah 394). t-tabel df 394 = 1.6499. Apabila nilai t-hitung > t-tabel (21.501 > 1.6499), maka dapat disimpulkan bahwa Work-Life Balance dan Work stress mempengaruhi Psychological Well-being, maka hipotesis alternatif ketiga (H3) dapat diterima. Dari hasil persamaan diatas dapat diartikan bahwa ibu yang bekerja full time bisa mempunyai Psychological Well-Being yang positif apabila ia bisa menciptakan Work-Life Balance positif dan mengalami Work stress yang rendah. Dengan kata lain, semakin tinggi Work-Life Balance ibu yang bekerja fulltime maka semakin tinggi pula Psychological Well-beingnya dan semakin rendah Work stress pada ibu bekerja full time maka semakin tinggi psychological Well-Being orang tersebut.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan secara garis besar bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima. Untuk menguraikan hubungan variasi tersebut, selanjutnya diuraikan perpaduan antara temuan empiris dari hasil penelitian sebelumnya sehingga diperoleh suatu konstruk baru dan atau pengembangan teori yang sudah ada. Pada penelitian ini adanya kebaharuan pada penelitian sebelumnya bahwa penelitian kali ini yang berjudul “Pengaruh WorkLife Balance dan Work stress terhadap Psychological Well-Being pada ibu bekerja full time” terdapat tiga variabel yang responden dari penelitian ini dari wilayah Jabodetabek. Hasil dari penelitian bisa menjadi masukan baru bahwa Psychological Well-Being dipengaruhi oleh Work-Life Balance dan Work stress sebesar 40%, selebihnya bisa dipengaruhi oleh variabel lain seperti yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
disampaikan oleh Ryff yaitu usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dukungan sosial, religiusitas dan kepribadian. Dari penelitian kali ini terlihat adanya pengaruh keseimbangan pekerjaan-kehidupan (Work-Life Balance) terhadap kesejahteraan psikologis (Psychological Well-Being) pada ibu yang bekerja full time. Pada penelitian kali ini juga terlihat adanya pengaruh stres kerja (Work stress) terhadap kesejahteraan psikologis (Psychological Well-Being) pada ibu yang bekerja full time. Hal ini ditunjukkan bahwa semakin tinggi keseimbangan pekerjaankehidupan (Work-Life Balance) pada ibu bekerja full time maka semakin tinggi pula kesejahteraan psikologisnya (Psychological Well-Being) begitu pula sebaliknya. Hal lainnya adalah semakin rendah tingkat stres kerja (Work stress) maka semakin tinggi kesejahteraan psikologisnya (Psychological Well-Being) dan semakin tinggi tingkat stres kerja (Work stress) maka semakin rendah kesejahteraan psikologisnya (Psychological Well-Being). Untuk lebih menjelaskan aspek-aspek disetiap penelitian maka akan dijelaskan 3 (tiga) uraian berikut ini : 1.
Pengaruh Work-Life Balance (WLB) terhadap Psychological Well-
Being (PWB) pada ibu bekerja full time. Work-Life Balance (Keseimbangan pekerjaan dan kehidupan) yang selanjutnya akan disebut dengan WLB didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk memenuhi pekerjaan mereka, memenuhi komitmen keluarga, serta tanggung jawab kerja dan kegiatan lainnya seperti kegiatan sosial (Sturges & Guest, 2004). Allen, Herst, Bruck & Sutton (2000) Parkes dan Langford (2008) berpendapat bahwa WLB berhubungan dengan berkurangnya stres dan kepuasan hidup yang lebih besar, dengan beberapa indikasi bahwa hubungan ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
memperkuat dari waktu ke waktu. Nilai t dalam output di atas adalah 3.675 (p = 0.000; p < 0.05). Selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel. t-tabel dilihat dari df = N-k, di mana N adalah jumlah subjek, dan k adalah berapa banyak variabel (df=396-2, hasilnya adalah 394). t-tabel df 394 = 1.6499. Apabila nilai t-hitung > t-tabel (3.675 > 1.6499), dengan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari a (0,05),maka dapat disimpulkan bahwa Work-Life Balance (WLB) memiliki pengaruh terhadap Psychological Well-Being (PWB) pada ibu yang bekerja full time. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H1 diterima. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kluczyk (2013) pada penelitiannya yang berjudul “The Impact of Work-Life Balane on The WellBeing of Employees in The Private Sector in Ireland” yang mengatakan bahwa “Work-LifeBalance yang rendah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis”.
2.
Pengaruh Work stress (WS) terhadap Psychological Well-Being (PWB)
pada ibu bekerja full time. Work Stress (Stres kerja) yang selanjutnya akan disebut WS adalah stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Menurut Charles D, Spielberger (dalam Ilandoyo 2001:63) menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal yang mengenai seseorang misalnya obyek-obyek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (dalam Junita, 2011) didapatkan bahwa wanita yang bekerja mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
dikarenakan Ibu yang bekerja menghadapi stres kerja.Ibu yang mengalami stres kerja kemungkinan kurang mampu mengendalikan emosi dan jarang memiliki perasaan yang positif sehingga kesulitan mencapai kesejahteraan psikologis atau yang biasa disebut dengan Psychological Well-Being. Variabel Work Stress.(WS) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi ini lebih kecil dari a (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel Work Stress (WS) berpengaruh terhadap Psychological Well-Being (PWB). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Goswami dan Burman (2015) yang berjudul “Impact of Work stress on Job satisfaction and Psychological wellbeing amongst Police Officer: Workplace Support as Moderator”yang mengatakan bahwa “Stres kerja mempengaruhi rendahnya kesejahteraan psikologi”.
3.
Pengaruh Work-Life Balance (WLB) dan Work stress (WS) terhadap
Psychological Well-Being (PWB) pada ibu bekerja full time. Psychological Well-Being (kesejahteraan psikologis) yang selanjutnya akan disebut PWB merupakan suatu kondisi tertinggi yang dapat dicapai oleh individu. PWB adalah konsep keberfungsian positif dari seseorang (Ryan & Deci dalam Singh, Mohan & Anasseri, 2012). PWB dapat dicapai oleh individu melalui enam aspek antara lain menerima segala kekurangan dan kelebihan diri, mampu membina hubungan baik dengan orang lain, mandiri, menguasai lingkungan, memiliki tujuan hidup dan terus mengembangkan potensi yang ada (Ryff, 1989). PWB penting untuk dicapai oleh para perempuan terlebih lagi pada perempuan yang memiliki peran sebagai ibu, PWB menggambarkan keadaan mental yang sehat yang mempengaruhi aspek-aspek lain dalam kehidupan. Sebagai seorang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
ibu, sejahtera psikologis akan mempengaruhi keyakinan ibu dalam mengasuh dan mendidik sehingga dapat meningkatkan perkembangan positif dari anakanaknya.Nilai t dalam output SPSS adalah 21.501 (p = 0.000; p < 0.05). Selanjutnya dibandingkan dengan nilai t-tabel. t-tabel dilihat dari df = N-k, di mana N adalah jumlah subjek, dan k adalah berapa banyak variabel (df=396-2, hasilnya adalah 394). t-tabel df 394 = 1.6499. Apabila nilai t-hitung > t-tabel (21.501 > 1.6499), maka dapat disimpulkan bahwa Work-Life Balance dan Work stress mempengaruhi Psychological Well-being pada ibu bekerja full time. Dengan kesejahteraan psikologis bisa memberikan lebih banyak perhatian kemanusiaan dan menjadi keluarga yang ramah bisa mengakomodasi antara keluarga dan kebutuhan kerja mereka dengan demikian bisa mewujudkan WLB yang sehat dan menjadi produktif di tempat kerja, dalam penelitian ini terlihat bahwa mengetahui fakta WLB akan membuat sehat, tenaga kerja positif, dan bisa mengurangi konflik kerja-keluarga dan membantu posisi organisasi perusahaan pilihan (Baral & Bhargava, 2011). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kluczyk (2013) pada penelitiannya yang berjudul “The Impact of Work-Life Balane on The WellBeing of Employees in The Private Sector in Ireland” yang mengatakan bahwa “Work-LifeBalance yang rendah mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kepuasan kerja dan kesejahteraan psikologis”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (dalam Junita, 2011) didapatkan bahwa wanita yang bekerja mengalami stres lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Hal ini dikarenakan Ibu yang bekerja menghadapi stres kerja.Ibu yang mengalami stres kerja kemungkinan kurang mampu mengendalikan emosi dan jarang memiliki perasaan yang positif sehingga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
kesulitan mencapai kesejahteraan psikologis atau yang biasa disebut dengan Psychological Well-Being. Variabel Work Stress. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Goswami dan Burman (2015) yang berjudul “Impact of Work stress on Job satisfaction and Psychological wellbeing amongst Police Officer: Workplace Support as Moderator” yang mengatakan bahwa “Stres kerja mempengaruhi rendahnya kesejahteraan psikologi”.
4.4 Diskusi
Penelitian ini adanya pengaruh antara ketiga variabel yang diteliti oleh peneliti yaitu WLB (Work-Life Balance) dan WS (Work stress) berpengaruh terhadap PWB (Psychological Well-Being) pada ibu bekrja full time yang berdomisili di wilayah Jabodetabek menghasilkan hasil yang positif. Temuan ini dapat dijelaskan melalui adanya kesejahteraan psikologis yang bisa dicapai oleh ibu yang bekerja penuh waktu apabila dia bisa menciptakan keseimbangan pekerjaan dan kehidupannya. Kesejahteraan psikologis juga bisa dicapai oleh ibu yang bekerja penuh waktu yang tidak mengalami stres kerja atau mempunyai stres kerja yang rendah. Hal ini bisa dikatakan bahwa semakin tinggi keseimbangan pekerjaan dan kehidupan maka semakin tinggi pula kesejahteraan psikologisnya begitupun juga semakin rendan tingkat stres kerja maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan psikologisnya.dalam menjalani kehidupan sehari-hari. PWB dapat dicapai oleh individu melalui enam aspek antara lain menerima segala kekurangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
dan kelebihan diri, mampu membina hubungan baik dengan orang lain, mandiri, menguasai lingkungan, memiliki tujuan hidup dan terus mengembangkan potensi yang ada (Ryff, 1989). Penelitian kali ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hadjam dan Nasiruddin (2013) dengan judul “Peranan Kesulitan Ekonomi, Kepuasan Kerja dan Religiusitas Terhadap Kesejahteraan Psikologis” yang menyatakan bahwa kesulitan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan psikologis secara signifikan, kepuasan kerja juga secara signifikan mempengaruhi kesejahteraan psikologis namun religiusitas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kesejahteraan psikologis. Dengan adanya perbedaan hasil penelitian kali ini dengan penelitian sebelumnya maka hasil dari penelitian kali ini bisa menjadi masukan baru bahwa Psychological Well-Being dipengaruhi oleh Work-Life Balance dan Work stress sebesar 40%, selebihnya bisa dipengaruhi oleh variabel lain seperti yang disampaikan oleh Ryff yaitu usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi, dukungan sosial, religiusitas dan kepribadian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/