46
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1.
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Sepak terjang dari PT. Bintang Advis Multimedia memproduksi tayangan Buletin Sinetron (1994) di RCTI. Momentum terbesar sebagai satu-satunya pelopor tayangan infotainment berhasil diraih dengan memproduksi Cek&Ricek (1997), dilanjutkan dengan produksi Halo Selebriti (1998) di SCTV. PT. Bintang Advis Multimedia kemudian mendirikan anak perusahaan PT. Bintang Advis Megamedia yang menerbitkan tabloid Cek&Ricek (1998). Tayangan Infotainment Cek&Ricek di RCTI, pertama kali ditayangkan tanggal 1 Agustus 1997 sekali seminggu, yaitu pada hari Selasa pukul. 16.00 WIB dengan presenter Fanny Rahmasari, yang mampu bertahan sampai sekarang. Diluar dugaan, tayangan yang berkonsep jurnalistik yang mendasari setiap liputannya dengan berimbang (cover both side), faktual, hangat, dan selalu melakukan penelitian atas informasi yang diterimanya itu, disukai pemirsa. Hal itu dibuktikan dengan perolehan rating dan share audience yang tinggi. Dalam waktu singkat tayangan ini merebut hati pemirsa RCTI di seluruh nusantara dan mengungguli tayangan infotainment sejenis yang telah lebih dulu 46
47
ditayangkan seperti Buletin Sinetron, Kabar-kabari, dan Kiss. Posisi ini diperkuat dengan perolehan 7 Panasonic Award sebagai Infotainment Terfavorit (19982005) dan 5 Panasonic Award untuk Fanny Rahmasari sebagai Presenter Wanita Terfavorit (1998-2003). Dalam perkembangan terakhir, Cek&Ricek ditayangkan 4 kali seminggu yaitu pada hari Selasa, Rabu, Jumat, dan Sabtu pukul 15.00 WIB. Kini Cek&Ricek memasuki tahun ke-14 penayangan di RCTI. Cek&Ricek benar-benar mengandalkan prinsip jurnalistik dalam setiap penayangannya, dengan mewawancarai para selebritis sebagai narasumber. Berbagai peristiwa atau kejadian yang dialami oleh para selebritis, dapat dijadikan bahan tayangan. “Jangan percaya gosip sebelum menyaksikan Cek&Ricek”, inilah pesan yang
disampaikan
presenter
Cek&Ricek
dalam
setiap
penayangannya.
Infotainment yang satu ini selalu mengcover dua sisi dari setiap cerita yang ada dan berusaha menghindari gosip. Cek&Ricek berusaha mengindari gosip dan lebih mengedepankan fakta aktual. Usai menyaksikan infotainment yang dibawakan Fanny Rahmasari ini, pemirsa dijamin bakal memiliki sudut pandang berbeda dalam memandang kehidupan para selebritis. Sukses
tayangan
Infotainment
kemudian
mengilhami
penggagas
Cek&Ricek, H.Ilham Bintang untuk menerbitkan media cetak berbentuk tabloid dengan nama yang sama, yaitu Cek&Ricek atau disingkat C&R. Sehingga sampai hari ini, Cek&Ricek adalah salah satu “media kembar” yang bertahan dan sukses. Yang dimaksud “media kembar” disini adalah, menggunakan satu nama dengan dua jenis media. Yang pertama berupa tayangan infotainment (media
48
elektronik) dan yang kedua berupa tabloid (media cetak) yang diterbitkan oleh PT. Bintang Advis Megamedia. Dalam perjalanannya, media kembar ini ternyata berjalan seiring dan sama-sama mencapai sukses. Perpanjangan kontrak Tayangan Infotainment Cek&Ricek oleh pihak RCTI menunjukkan tayangan infotainment ini disukai oleh pemirsa dan mendatangkan keuntungan bagi pihak stasiun televisi. Tayangan infotainment Cek&Ricek tetap eksis meski jumlah tayangan infotainment semakain bertambah. Setiap hari dari pagi sampai petang, pemirsa disuguhi 25 sampai 30 tayangan infotainment. Banyak tayangan infotainment yang tidak mampu bertahan di layar kaca. Umumnya mereka Cuma mampu bertahan selama 3 sampai enam bulan atau hanya sekitar 13 sampai 26 episode dengan jadwal tayang sekali seminggu. Sementara Cek&Ricek yang tayang 4 kali seminggu, masih tetap ditayangkan sampai saat ini. ini merupakan salah satu bukti eksistensi Infotainment Cek&Ricek.
4.1.2. Visi dan Misi Cek&Ricek a. Visi 1. Menjadi acuan hiburan dan pengetahuan tentang dunia informasi selebritis bagi masyarakat/pemirsa televisi. 2. Membangun suatu masyarakat yang menghargai suatu karya anak bangsa dan kritis terhadapinformasi yang berkembang. b. Misi 1. Menyumbang kepada masyarakat suatu media informasi yang menampung dan menyalurkan informasi yang akurat dan berimbang.
49
2. Menjadi produk media informasi yang kredibel dan independen. 3. Meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, kreativitas dalam bahasa dan visual. 4. Menciptakan karya yang bermutu tinggi dan berpegang teguh pada Kode Etik Jurnalistik. 5. Menghargai kemitraan dengan berbagai institusi dan semua faktor usaha. 6. Membuka
wahana
bagi
kegiatan-kegiatan
kreatif
untuk
memperkaya khasanah artistik dan intelektual.38
4.2.
Hasil Penelitian Pada bagian ini berisikan tentang uraian hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis studi kasus (case study). Hasil penelitian diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview) dengan narasumber utama, yaitu: 1. Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana Tayangan Infotainment Cek&Ricek yang bertanggung jawab terhadap hasil dan isi berita materi Infotainment Ce&Ricek. 2. Andi Mutsmar Usman selaku Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya, dimana pada lembaga ini sudah mengakui keberadaan infotainment sebagai kegiatan jurnalis.
38
Sekretariat Cek & Ricek
50
3. Ezki Tri Rezeki Widianti selaku Pengurus Organisasi AJI, dimana pada lembaga ini tidak mengakui infotainment sebagai produk jurnalistik dan pekerja infotainment sebagai jurnalis. Pemilihan narasumber tersebut berdasarkan keperluan penelitian dan dianggap orang-orang yang berkepentingan yang berkaitan langsung dengan permasalahan dalam penelitian ini yakni mengenai Penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi Pekerja Infotainment Cek&Ricek dalam menjalankan tugasnya, sehingga keterangan-keterangan dari narasumber tersebut sangat dibutuhkan serta memiliki kompetensi dalam memberikan informasi yang benar-benar akurat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi pekerja infotainment Cek&Ricek dalam menjalankan tugasnya. Adapun hasil penelitian yang berdasarkan fokus pada penelitian yakni unuk memperjelas arah penelitian pada penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi pekerja infotainment Cek&Ricek yang didasarkan pada Standar Baku Kode Etik Jurnalistik tahun 2006 yang telah disahkan oleh Dewan Pers dan disetujui oleh organisasi wartawan dan perusahaan pers, yang meliputi tujuan hal seperti dijelaskan antara lain: 1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. 2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. 3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang,
tidak
mencampuradukan
fakta
dan
opini
menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
yang
51
4. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. 5. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. 6. Wartawan
Indonesia
menghormati
hak
narasumber
tentang
kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Untuk hasil penelitian ini akan dilihat tahap awal mengenai pemasalahan Penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi pekerja infotainment Cek&Ricek dalam menjalankan tugasnya, yaitu:
4.2.1. Infotainment sebagai Produk Jurnalistik Infotainment merupakan informasi atau berita yang berisi mengenai seputar kehidupan slebritis atau publik figur. Jadi dapat dikatakan infotainment merupakan informasi atau berita yang ditujukan untuk memberitahukan suatu peristiwa kepada khalayak. Pekerja infotainment itu menurut pengamatan PWI sudah melakukan pekerjaan wartawan seperti mencari, mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan, dan menyebarkan kepada masyarakat melalui media cetak atau media elektronik. Jadi apa yang dikerjakan oleh pekerja infotainment sama dengan pekerja jurnalistik lainnya. Dengan kata lain infotainment juga merupakan sebuah karya jurnalistik yang telah dihasilkan. Oleh karena itu infotainment sudah diakui keberadaannya oleh PWI. hal tersebut seperti yang dikatakan Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana Tayangan Infotainment Cek&Ricek :
52
Kita bilang jangan pekerja infotainment, infotainment tuh wartawan juga. Karena Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), organisasi kewartawanan paling tua di Indonesia sudah mengakomodir bahwa tayangan infotainment adalah jurnalistik. Berarti orang yang meliput disana, orang yang membuat disana, termasuk kategori wartawan juga. Jadi tolong jangan pakai istilah pekerja infotainment, tapi wartawan infotainment. Karena apa yang mereka lakukan itu adalah kegiatan meliput, sama seperti news. Enggak ada bedanya, karena cara kerjanya sama, meliput, mendengar, mengolah berita dan menyajikannya sama-sama dalam bentuk tayangan televisi. Bedanya mungkin ranah peliputannya. Produk infotainment selalu bersinggungan dengan kepentingan publik. Walaupun dunia infotaiment menurut banyak pandangan orang lebih banyak menyoroti masalah pribadi para selebritis, dan nilai kepentingan publiknya ada. Kepentingan publik adalah kepentingan umum yang artinya kepentingan orang banyak juga. para figur itu adalah yang kegiatannya banyak diliput oleh peliput infotainment dan diikuti oleh pembaca atau penonton. Hal yang diharapkan dari infotainment adalah jangan mengikuti hal-hal yang negatif dari selebritis, walau banyak orang juga yang bilang yang akan mengikuti, Itulah kepentingan publik. Kepentingan publiknya yang mau tidak mau berasal dari human interest dari segi hubungan kemanusiaan agar sesuatu yang jadi idola (selebritis) masyarakat terjaga. Jadi jangan sampai dia menjadi contoh yang tidak baik. Telni Rusmitantri memberikan pandangannya pada penulis mengenai hal ini : Kepentingan publik itu kan yang kayak hajat hidup orang banyak kan? Cukup sering kok. Ketika kita mengangkat berita beredarnya video mesum Ariel, kan kalian semua teriak, kepentingan publik dong. LSM anak teriak, tolong dong. Aktivis Perempuan dan Anak teriak, kan banyak yang resah gara-gara peredaran itu. Kita ngeberitain, itu kepentingan publik kan? Yaa kalau misalkan kepentingan publik itu harga BBM naik, ya enggaklah, enggak langsung seperti itu. Tapi lebih kepada Human Interest sih. Human Interest itu kan bisa demi kepentingan publik juga kan. Jadi infotainment tetap memberikan kepentingan seperti memberikan informasi kepada publik tentang sebuah peristiwa yang sebenarnya meresahkan masyarakat sehingga dapat diambil nilai moral dan nilai positif lainnya. Media
53
infotainment yang juga sebagai pihak pengelola mempunyai kewajiban untuk menerapkan nilai seperti itu. ukuran atau standar berita infotainment disesuaikan dengan karakteristik infotainment itu sendiri yakni berita atau informasi yang berhubungan dengan hiburan dan biasanya yang berhubungan dengan dunia hiburan adalah selebritis. Jadi berdasarkan keterangan diatas semua produk infotainment itu secara umum sudah masuk dikategorikan sebagai produk jurnalistik dan karya yang sudah termasuk karya jurnalistik harus tunduk pada Kode Etik Jurnalistik, baik Kode Etik Jurnalistik yang dibuat PWI atau organisasi kewartawanan Indonesia lainnya dan dijamin oleh Undang-Undang. Seperti yang dikatakan oleh Andi Mustmar Usman selaku Anggota PWI Jaya : Menurut kacamata saya sebagai wartawan utama, hasil karya mereka itu hasil karya jurnalistik atau tidak? Di dalam Unang-Undang itu dijawab oleh Undang-Undang No. 40, mereka melakukan mencari, mengumpulkan, mengolah, mendokumentasikan, menyebarkan, masuk kedalam pekerjaan produk jurnalistik. Berdasarkan UU itu termasuk dan itu dijamin oleh Undang-Undang. Dan artinya produk mereka adalah produk jurnalistik. Sedangkan Ezki Tri Rezeki Widianti selaku pengurus organisasi wartawan AJI, Ia tidak mengakui dan tidak menyetujui jika infotainment disebut sebagai produk jurnalistik. Pekerja infotainment menurut pandangannya merupakan pekerjaan yang dijalani bukan untuk untuk kepentingan publik. Jadi produk infotainment itu berbeda dengan produk jurnalistik. Produk jurnalistik yang dihasilkan harus ada kepentingan umumnya, sedangkan produk infotainment menyangkut
kepentingan-kepentingan
pribadi
selebritis.
Karena
didalam
infotainment itu tidak ada unsur-unsur yang menyangkut nilai-nilai untuk kepentingan publiknya. Seperti yang dikatakan Ezki Tri Rezeki Widianti dalam wawancara kepada penulis :
54
Karena menurut saya produknya tidak ada hubungannya dengan kepentingan umum. Kalau jurnalis itu, produk jurnalistik yang didalamnya jurnalis indonesia itu, harus demi kepentingan kepentingan umum. Kepentingan umum itu isinya berkaitan dengan keuangan publik, keuangan negara, dan hukum pidana, misalnya terus, kebijakankebijakan publik. Di infotainment enggak ada itu, dimana ada kepentingan publiknya? Enggak ada! Itu urusan pribadi orang. Jadi kalau dia (infotainment) ingin menjadi produk jurnalistik, yang ada kepentingan umumnya. Apakah ada demi kepentingan umum, siapa pacar namanya siapa? Siapa kawin sama siapa? Kan enggak ada urusannya kita, itu kan privat. Jadi menurut Ezki Tri Rezeki Widianti sebenarnya produk yang dihasilkan oleh pekerja infotainment tidak ada kaitannya dengan kepentingan umum. Walaupun proses pencarian informasi yang dilakukan oleh pekerja infotainment sama dengan jurnalis pada umumnya. Namun tetap saja produk yang dihasilkan berbeda.
4.2.2. Pekerja Infotainment Cek&Ricek dan Tugasnya Syarat untuk menjadi pekerja tayangan infotainment Cek&Ricek, selain pengetahuan teknis video dan naskah, ada pengetahuan kode etik yang menjadi pertimbangan dan dengan melakukan sosialisasi pengetahuan etika jurnalistik kepada pekerja infotainment. Selain itu syarat utamanya ada parameter pendidikan, kemampuan interview, berwawasan, dan mampu bekerja keras. Seperti yang dikatakan Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana Tayangan Infotainment Cek&Ricek : Kita sama sih seperti media penerbitan yang lainnya, merekrut wartawan itu seperti apa sih? Tentu ada parameter pendidikan, itu yang pertama. Kedua, tentu ada kompetensi, karena ini adalah media elektronik, berarti dia mempunyai kemampuan untuk interview, kemampuan untuk menulisnya tidak terlalu dikejar ya, karena kan tidak seperti media cetak, mereka kan tidak menulis sendiri naskah tayangan, itu ada timnya sendiri. Tapi yang jelas, dia harus punya wawasan dan harus punya passion terhadap dunia liputannya. Kalau misalnya dia tidak punya passion, tidak punya minat, susah juga kan. Karena ini kan medianya, narasumbernya selebritis. Dan yang jelas harus bisa bekerja keras.
55
Proses recruitmen pekerja infotainment Cek&Ricek sama standarnya seperti mau menerima wartawan lain. Harus memiliki parameter-parameter yang harus dipatuhi seperti, parameter kompetensi, standar pendidikan, kemampuan untuk fasih berbicara, wawasan yang luas, kerja keras dan yang terpenting mempunyai minat yang besar terhadap dunia yang digelutinya. Dan setiap ada pekerja infotainment yang baru selalu ada masa percobaannya dahulu untuk dilihat kemampuannya dalam bekerja. Walaupun seorang pekerja tayangan infotainment pada Cek&Ricek sudah diterima dan melaksanakan tugas-tugasnya, akan tetapi pengarahan dan bimbingan tetap harus dilakukan oleh PWI, organisasi yang menaungi infotainment tersebut sekaligus jika ingin menjadi anggota PWI. Sehingga kedepannya seorang wartawan memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Sebelum PWI menerima pekerja-pekerja infotainment, PWI seringkali mengadakan pelatihan-pelatihan wartawan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan mereka, seperti yang dikatakan Andi Mutsmar Usman Anggota PWI Jaya : Mengikuti orientasi wartawan calon anggota PWI, Itu kita lakukan selama setengah hari, bisa sampai 4-5 jam lebih lah. Materinya, karena seorang wartawan kan harus setidaknya punya bekal yang namanya UndangUndang, hukum komunikasi, hukum komunikasi itu antara lain adalah Undang-Undang No 40 tentang pers, Undang-Undang No 32 tahun 2002 tentang penyiaran yang dibawah koordinasi KPI, terus ditambah lagi sekarang pada tahun 2008, ada 2 Undang-Undang yaitu, UndangUndang ITE (Informasi Transaksi Elektronika) dan juga Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik. Itu setidaktidaknya wartawan itu tahu mana yang boleh mana yang tidak, jadi itu materi orientasi. Lalu kedua ada yang namanya kode etik, dimana yang kita harapkan agar wartawan dalam menjalankan tugasnya itu semakin profesional dan tidak bermasalah dengan masalah hukum. Yang ketiga materi disampaikan disitu adalah tuntutan dasar dan peraturan rumah tangga. Jadi kalau mau jadi anggota organisasi tidak mungkin tiba-tiba masuk, jadi ada orientasinya.
56
Jadi sangat penting untuk seorang wartawan dalam mengikuti orientasiorientasi yang
diberikan oleh organisasi-organisasi kewartawanan,
agar
wartawan mempunyai bekal dan mengetahui mana yang benar atau salah ketika menjalankan tugasnya sebagai wartawan. Wartawan setidaknya
harus
mengetahui tentang Undang-Undang, Hukum Komunikasi, Kode Etik Jurnalistik, dan Tuntutan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga sehingga tidak bermasalah dengan hukum. Dalam proses mencari berita tersebut sebelumnya dilakukan pengarahan oleh pimpinan yang biasa dilakukan adalah rapat redaksi, karena pengarahan terhadap pekerja tayangan infotainment Cek&Ricek dalam mencari berita biasanya diberlakukan, seperti kepada reporter, kameramen, koordinator liputan, termasuk produser pelaksana. Masing-masing reporter, mengetahui issue di lapangan, angle oleh kameramen dan ada tim penulis naskah juga.
Karena
didalam Cek&Ricek durasi selama 60 menit dan terdapat 6 segmen, itu adalah hasil kerja tim. Seperti yang dikatakan Telni Rusmitantri : Sebuah produk tayangan infotainment selama 60 menit ya kita tayangan Cek & Ricek, itu adalah hasil kerja tim. Termasuk menentukan tema per segmen, per segmen berita. 1 jam biasanya ada 6 segmen, itu biasanya hasil diskusi rapat dari seluruh tim reporter dan kameramen, termasuk disitu ada koordinator liputan dan produser pelaksana. Kan reporter itu yang di lapangan yang tahu isu, sementara penentu kebijaksanaan angle pemberitaan dan lain sebagainya dipegang oleh produser pelaksana. Nanti ada tim yang menuliskan yaitu penulis naskah istilahnya. Dalam mencari informasi berita yang baik seorang pekerja tayangan infotainment Cek&Ricek harus memiliki pengalaman, link, kemampuan lobi yang kuat, dan mungkin keluwesan dari diri reporter itu sendiri untuk mencari berita. Karena informasi itu tidak hanya datang dari sesama wartawan yang ada dilapangan yang sudah banyak mengenal informasi-informasi kegiatan selebritis,
57
melainkan juga mungkin dari PH (Production House) yang membuat sinetron atau dari artis itu sendiri. Setelah melakukan proses peliputan, kemudian reporter dan kameramen menyerahkan hasil liputannya kepada produser pelaksana, untuk kemudian menentukan berita-berita apa saja yang menarik untuk ditayangkan nanti. Proses kerja redaksi dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari biasanya diserahkan hariannya kepada produser pelaksana. Kriteria (ukuran) berita infotainment layak untuk ditayangkan pada infotainment Cek&Ricek, seperti yang dikatakan Telni Rusmitantri: Kalau layak atau enggak, yang jelas dia harus menarik ya. Jadi seperti halnya pemberitaan di news ya di media cetak, yang mainstreem, yang umum, dan juga yang di elektronik yang di televisi-televisi itu, pasti dia harus punya macnitude, harus punya menariklah buat pemirsa atau pembaca. Berita
yang
menarik
yang
akan
ditayangkan
pada
infotainment
Cek&Ricek itu memfokuskan diri pada media hiburan atau informasi, dimana terdapat mainstreem serta mempunyai macnitude yang memang Cek&Ricek sendiri yang menentukan. Tentu penonton juga akan memilih berita-berita yang menurut mereka menarik atau tidak untuk mereka jadikan tontonan. Fakta dan aktual, itu juga merupakan unsur penting untuk Cek&Ricek dalam menyajikan berita. Cek&Ricek tidak ingin apa yang mereka sajikan hanyalah sebuah gosip belaka, untuk itu cover both side pun selalu jadi pegangan ketika akan mencari sebuah berita. Telni Rusmitantri menjelaskan: Berita harus aktual dan faktual, artinya memang fakta bukan berita ngarang. Terus juga standar jurnalistiknya harus dipenuhi cover both side, kalau dia sebuah konflik harus dari 2 versi yang kita muat beritanya, liputannya. Dan ditambah lagi kalau ditayangan Cek & Ricek khusus subyektifnya diluar standar jurnalistik itu adalah harus dramatik, harus dramatik tuh artinya ceritanya itu ada, yang mau kita sampaikan ke pemirsa, bukan sekedar trade news.
58
Sebenarnya adanya konflik dan unsur dramatik termasuk mempunyai bobot yang nilai beritanya sangat tinggi. Namun tetap berpikir bagaimana berita ini dapat bermanfaat atau dapat memberikan informasi yang luas bagi masyarakat yang menonton tayangan infotainment Cek&Ricek ini. Selanjutnya setelah dilakukan proses kerja redaksi yakni hasil kerja dari reporter dan kameramen yang berupa time code atau offline diserahkan kepada penulis naskah yang selanjutnya dimasukkan kedalam proses editing dan sampai akhirnya diyakini bahwa berita itu layak untuk ditayangkan oleh stasiun televeisi RCTI.
4.2.3. Penerapan
Kode
Etik
Jurnalistik
Bagi
Pekerja
Infotainment
Cek&Ricek Pengurus kewartawanan pada Tayangan Infotainment Cek&Ricek sendiri adalah orang-orang yang aktif pada organisasi kewartawanan yaitu PWI, terutama pemimpin redaksi tayangan infotainment Cek&Ricek yaitu H.Ilham Bintang selaku Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat. Tentunya sebagai wartawan harus semaksimal mungkin menerapkan etika-etika jurnalistik yang memang harus dipatuhi karena merupakan alat pengaman, alat pemandu bagi para wartawan bekerja. Kalaupun terjadi pelanggaran pada pada infotainmnet Cek&Ricek, tentunya pasti karena ada human error yang mungkin saja terjadi dan dari situlah fungsi bagaimana seorang koordinator lapangan dan produser pelaksana yang telah mengetahui etika-etika jurnalistik meminimalisir kesalahankesalahan yang dilakukan oleh seorang wartawan. Namun pihak infotainment Cek&Ricek tetap memberikan sangsi namun tidak begitu saja memberikan sanksi yang berat kepada wartawannya yang
59
dianggap
melakukan
kesalahan.
Telni
Rusmitantri,
produser
tayangan
infotainment Cek&Ricek mengatakan : Ada tegurannya. Tapi kalau dibilang melanggar, enggak juga yah. Insya Allah kalau tayangan Cek & Ricek tidak pernah memaksa. Sebenarnya kita tuh kalau mau bertanya kepada narasumber, biasanya kita bikin janji dulu, kita door stop, kita tidak akan membuat narasumber tidak nyaman, kalaupun misalnya kita harus menunggu narasumber yang kita kejar, kita akan memperkenalkan diri dulu, dengan melihat kita dari microphone dia akan tahu kita darimana. Tapi dengan cara-cara yang etis lah, ada etikanya. Sejauh ini Infotainment Cek&Ricek memang belum mendapat teguran dari pihak narasumber, PWI, Dewan Pers ataupun KPI, cuma dalam praktek kesalahan-kesalahan kecil namun tidak sampai mengarang pada berita bohong. Mungkin adanya kekurangsempurnaan dalam mencari sebuah berita, seperti yang dikatakan Telni Rusmitantri : Kalau dalam praktek sih, kalau kurang-kurang iya lah. Tapi kan lagi-lagi kan disini ada pucuk pimpinan, jadi sebelum dia keluar jadi produk tayangan infotainment yang ditonton oleh pemirsa RCTI, itu kan ada tahap-tahapnya, kalau di lapangan misalnya. Sebenarnya melanggarnya itu bukan melanggar yang besar ya, artinya kita mengarang berita, mungkin hanya kurang sempurna dalam menjalankan tugasnya. Kan sebenarnya kode etik itu, sesuatu yang tidak harus diperbincangkan. Orang udah otomatis kalau mau jadi wartawan harus ngerti dong. Kalau misalkan jadi dokter, kalau enggak malapraktek dong. Kembali lagi ke hati nurani. Insya Allah enggak ada sih kalau yang besar-besar dilanggar. Dari
pihak
PWI
sendiri
sebenarnya
ada
pengawasan
terhadap
infotainment terutama infotainment yang telah menjadi anggota PWI, walaupun belum sepenuhnya sempurna. Sejauh PWI hanya memberikan peringatan kepada pekerja infotainment yang melanggar yaitu mencabut keanggotaan organisasi selama 2 tahun. Seperti penjelasan Andi Mutsmar Usman selaku anggota sekaligus Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya:
60
Sampai hari ini belum, tapi karena sanksi yang dikeluarkan oleh organisasi itu pada umumnya apabila melakukan tindak pidana, begitu bermasalah dengan tindak pidana atau perdata, kalau itu jelas, organisasi pasti menjatuhkan sanksi dengan mencabut keanggotaan dari organisasi tersebut selama 2 tahun. Kalau dalam tempo 2 tahun itu dia bisa memperbaiki diri dan menunjukkan, maka keanggotaannya bisa diperbaharui, artinya kembali lagi dari bawah, bukan memperpanjang. Contohnya Nazarudin diberhentikan dari bendahara, karena itu melanggar kan. Jadi Semua organisasi apapun punya kode etik, termasuk dokter. Jadi sanksinya minimal keanggotaannya dicabut. Ibaratnya itu harga diri sudah habis tuh. Jadi untuk sanksi yang dijatuhkan PWI memang belum pernah ada yang dijatuhkan sanksi seperti itu, PWI hanya mengawasi, mengamati dan menegur. Dalam kinerjanya sebagai pekerja infotainment Cek&Ricek mereka selalu berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik, karena mereka menyadari sekali bahwa penonton televisi, tidak hanya masyarakat awam saja, penonton televisi dewasa ini sudah sangat pintar untuk memilih dan menilai sebuah berita. Mereka sudah sangat mengerti informasi mana yang hanya sekedar informasi atau informasi yang bernilai dan berbobot. Untuk itu sebuah Kode Etik Jurnalistik jelas sangat penting dalam mencari sebuah berita. Dan ini di ungkapkan oleh Telni Rusmitantri: Kode Etik bukan hanya untuk wartawan infotainment, tapi untuk semua wartawan. Itu rambu kita bekerja, karena ini adalah profesi. Sama hal seperti dokter, sama hal seperti pengacara. Kode etik dokter, ada, kode etik pengacara, ada. Di profesi itupun masing-masing punya organisasi yang menaungi anggotanya. Kalau untuk wartawan, karena dia adalah meliput, apa yang menjadi rambu-rambunya? Dia tidak boleh ngarang berita, dia hanya boleh mengungkapkan fakta, fakta apa saja yang hanya boleh di ungkapkan, trus apa yang bisa ditangkap dari hasil liputannya itu untuk pemirsa atau untuk pembaca. Wartawan kan ada media cetak, ada media elektronik, kalau media infotainment masuk media elektronik. Jadi kode etik itu ibaratnya, rambu kalau kita sedang berjalan nyetir mobil. Kalau tidak ada rambu, kacau. Pihak PWI pun menyatakan hal yang sama tentang keterkaitan penting sebuah Kode Etik Jurnalistik untuk wartawan khususnya pekerja infotainment. Andi Mutsmar Usman mengatakan:
61
Yaa itu harus, sejauh ini penting dong. Karena kode etik itu sebenarnya, umumnya kalau kita bicara kode etik itu sudah melekat pada diri setiap orang. Karena etika itulah menjadi alat mencegah orang berbuat semenamena. Misalnya, didalam kode etik itu kan tidak boleh memberitakan, men-shoot anak orang dibawah 17 tahun, nah itu juga menyangkut masalah UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Nah wartawan harus tahu itu kan. Walaupun kenyataan masih banyak yang melanggar dan umumnya yang belum ikut orientasi itu yang melanggar. Organisasi AJI pun berpendapat tentang nilai penting Kode Etik Jurnalistik itu sangat penting ketika kita akan melakukan pekerjaan. Kita dituntut untuk bisa mematuhi aturan yang memang telah dibuat. Ezki Tri Rezeki Widianti menjelaskan: Ya penting banget, harus dong. Kita kerja apapun itu harus pakai dasar. Dasarnya apa, Undang-Undang, aturan dan etika segala macam. Kalau kita kerja enggak ada etikanya, kita kerja ga pakai dasar. Undang-Undang pers kalau jurnalis ya, enggak pakai etika itu ada di Kode Etik, mau jadi apa? Yaa harus memang, harus pakai dasar, penting. Apa yang boleh, apa yang tidak boleh? Nah, kalau jurnalis tidak beretika, gimana ya cara nulisnya nanti? Saya juga bingung tuh. Proses mencari berita dalam infotainment Cek&Ricek dilakukan dengan cara yang sopan dan terhormat. Untuk memperoleh bahan karya jurnalistik tersebut perlu pula menyatakan identitasnya kepada narasumber. Telni Rusmitantri mengatakan: Prosedurnya, kita kalau wawancara itu selalu pertama, bikin janji biasanya dengan narasumber, kita akan bilang mau wawancara soal ini dan ketemu atau bisa juga kita wawancara ya ketemu di suatu acara, enggak usah memperkenalkan diri, mereka lihat microphone kita, juga sudah tahu kita dari Cek & Ricek kan, dan biasanya mereka pakai ID card digantung di leher. Dalam
menjalankan
tugasnya,
alangkah
lebih
baik
jika
pekerja
infotainment benar-benar mengikuti sebelas pasal yang terdapat dalam Kode Etik
Jurnalistik.
Sehingga
apabila
menghadapi
narasumber
mempunyai masalah. Hal ini dikatakan Andi Mutsmar Usman:
tidak
akan
62
Kalau didalam kode etik itu kan jelas, ada sebelas pasal, disitu “Wartawan indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik”, “wartawan Indonesia selalu menguji informasi”, nah kalau itu dia mengikuti ini, itu pasti tidak akan dipermasalahkan oleh siapapun. Jadi tinggal ikutin saja. Selanjutnya hasil penelitian mengenai Kode Etik Jurnalistik yang diterapkan bagi pekerja infotainment Cek&Ricek, yang didasarkan pada Standar Baku Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers tahun 2006, meliputi tujuan seperti ini: 1. Wartawan Indonesia bersikap
independen, menghasilkan berita yang
akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Tidak beritikad buruk adalah tidak menghancurkan salah satu pihak dan tidak melecehkan. Sedangkan berimbang atau cover both side itu adalah bagaimana suatu media atau wartawan menyajikan berita secara berimbang dan tidak mencampurkan unsur opini dari wartawan tersebut. Telni Rusmitantri menjelaskan: Tidak beritikad buruk itu ketika kamu menurunkan berita itu, mau kamu apa ngeberitain? Bukan untuk menghancurkan salah satu pihak, berarti kan harus cover both side kalau dia sebuah berita konflik, kalau dia bukan berita konflik, kalau dia misalnya berita prestasi, di narasinya enggak boleh menjelekkan, enggak boleh mencampurkan unsur opini. Terus cara kamu mengeksekusi berita, cara kamu meliput juga tidak boleh melecehkan, bikin nyamanlah. Itu beritikad buruk namanya kalau enggak, maksudnya itu. Tidak terbebani kepentingan segelintir orang untuk menghancurkan narasumberlah. Jadi itikad baik dari infotainment Cek&Ricek bukan untuk menjatuhkan atau membuat narasumber tersebut hancur, namun cover both side untuk infotainment Cek&Ricek itu tergantung dengan situasi dan jika itu sebuah berita konflik. Karena ketika itu bukan berita konflik, tidak boleh menjelekkan dan mencampurkan pendapat sendiri. Mengenai itikad buruk dalam penuturan
63
Andi Mutsmar Usman selaku anggota sekaligus Wakil Sekretraris 1 PWI Jaya, mengatakan mengenai hal tersebut : Tentang pasal 1, ketika dia memberitakan tentang orang bercerai itu, punya itikad buruk atau tidak? Bisa jadi. Atau orang sebenarnya belum bercerai, tapi karena diberitakan terus menerus, akhirnya cerai juga kan. Itu kan itikad buruk namanya, walaupun dia enggak mengaku. 2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Mengenai pasal tersebut, Telni Rusmitantri Produser Pelaksana tayangan infotainment Cek&Ricek memberikan pernyataan dengan mengatakan: Sebenarnya kita tuh kalau mau bertanya kepada narasumber, biasanya kita bikin janji dulu, kita door stop, kita tidak akan membuat narasumber tidak nyaman, kalaupun misalnya kita harus menunggu narasumber yang kita kejar, kita akan memperkenalkan diri dulu. Sedangkan Andi Mutsmar Usman mengatakan: kalau proporsionalkan, harusnya tidak mendesak-desak orang dong. Tapi kalau kita membicarakan mendesak-desak orang, bukan hanya wartawan infotainment, saya bukan membela, tapi bicara fakta ya. Dan lihat saja itu menteri, orang yang berpekara, koruptor, itu microphone kena hidungnya itu loh. Pertanyaannya, itu etika dimana menghargai orang? Itu bukan wartawan infotainment loh. Jadi kita harus lihat secara bijak bahwa perilaku wartawan di lapangan itu memperihatinkan. Untuk peliputan itu sendiri pihak infotainment Cek&Ricek menempuh tata cara yang etis dan baik untuk memperoleh dan dalam penyiaran informasi, serta memberikan identitas kepada narasumber. 3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampuradukan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Dari pernyataan pasal diatas Telni Rusmitantri mengatakan:
64
Kalau menurut aku sih insya Allah kalau di infotainment itu tidak terlalu rentan yang kayak gitu. Malah yang harus hati-hati itu di politik. Kalau kamu misalnya memberitakan soal partai si A, terus ada friksi di partai itu, cara kamu ngeberitain lebih menguntungkan pihak A, sementara pihak B tidak di untungkan, patut ditanya, kenapa nurunin berita begitu, tidak cover both side kan? Enggak imbang. Sementara berita artis apa sih yang dibela itu? Paling mungkin kalau di sebuah pemberitaan, itu kan pelajaran untuk kita semua ya, yang menulis naskah itu memang harus kalau bisa hanya bicara soal fakta, jangan mencampurkan opini. Jadi berita-berita yang didapatkan oleh pekerja infotainment Cek&Ricek itu selalu sesuai dengan fakta-fakta yang dilapangan, bukan sekedar gosip belaka dengan tetap menguji informasi yang didapat melalui opini-opini dari narasumber langsung atau dari orang-orang terdekat narasumber yang dapat dipercaya dan berkompeten. 4. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap. Mengenai pasal ini Telni Rusmitantri mengatakan: Ada peraturannya, di tabloid sendiri ditulis di halaman 2, tidak boleh meminta apapun dari narasumber. Cuma takutnya ada konflik interest, jadi memang dia tidak boleh mengkebiri wartawan untuk memberitakan yang fakta. Uang, materi, ataupun istilahnya keberpihakan satu pihak, itu tidak boleh. Artinya seorang wartawan atau pekerja Infotainment harus mempunyai integritas. Memegang teguh profesinya sebagi suatu kebanggaan dan mampu menjalankan profesionalitas pekerjaan tanpa ada asas untuk menerima suap dalam memberitakan sebuah beita sesuai keinginan narasumber atau dalam hal ini selebritis. 5. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang
tidak
bersedia diketahui
identitas maupun
keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
65
Mengenai
pernyataan
pada
pasal
5
tersebut
Telni
Rusmitantri
mengatakan bahwa : Alhamdulillah dalam infotainment Cek&Ricek tidak pernah, kami tidak menyiarkan suatu keterangan berita yang off the record dan kami juga menerapkan hak tolak. Hak tolak itu adalah bagaimana kami menolak memberikan keterangan siapa sumber berita kami dan itu pernah kami lakukan. Wartawan harus menghormati keinginan narasumber apabila orang tersebut meminta untuk tidak diketahui indentitasnya sebagai narasumber. Wartawan harus mematuhi dan menjalankan segala peraturan tersebut sebagai off the record pemberitaanya sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. 6. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Dewasa ini banyak terjadi bagaimana seorang publik figur atau selebritis datang pada media infotainment. Atau media infotainment yang terlalu ikut campur dalam urusan pribadi selebritis. Namun kehidupan selebritis yang umumnya dikonsumsi oleh publik, ternyata bukanlah suatu rahasia lagi yang harus ditutupi, apalagi jika sudah memasuki masalah hukum. Seperti narkoba ataupun perceraian yang sering terjadi. Hal tersebut menurut Telni Rusmitantri mengatakan: Dia tidak menjadi kehidupan pribadi kalau sudah masuk ranah hukum. Kasus narkoba kenapa harus ditutupin ranah pribadi, orang dia ditangkap sama polisi? Media news aja ngeberitain, kenapa infotainment dilarang? Yang enggak boleh kan kalau sampai lebay, ngulik-ngulik dari yang sampai tidak diberitakan sampai yang diberitakan. Jadi kalau dibilang, kok kasus narkoba dibilang pribadi? Salah. Kita lihat case by case. Terus kedua kalau dibilang berita perceraian, sama seperti perkawinan, perceraian dan perkawinan itu adalah sesuatu yang harus di umumkan. Dalam kultur Indonesia, agamanya apapun harus diumumkan apalagi dia publik figur. Ini pendapat subjektif dari Cek & Ricek ya. Yang enggak boleh adalah kalau pemberitaannya lebay, kan lagi-lagi kamu harus bedain antara substansi dengan kemasan.
66
Dari hasil-hasil seluruh wawancara diatas terlihat bahwa penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi pekerja infotainment Cek&Ricek sudah mengikuti prosedur yang ada pada standar baku Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan oleh Dewan Pers tahun 2006 yang harus ditaati seluruh wartawan Indonesia. Jadi pada hasil wawancara tersebut, dari pihak Produser Pelaksana Cek&Ricek maupun anggota sekaligus Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya, tidak tampak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja infotainment Cek&Ricek itu sendiri. Karena mereka diikat oleh aturan main perusahaan dan kode etik itu sendiri sehingga aturan tesebut sudah melekat dan sudah menempel untuk diberlakukan sebagai standar atau pedoman ketika bekerja sebagai wartawan. Kalaupun ada sifatnya masih relatif rendah dan masih dapat dipertanggung jawabkan. Hal tersebut juga dikatakan Andi Mutsmar Usman selaku anggota sekaligus Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya yang mengaku pernah menonton tayangan infotainment Cek&Ricek yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI. Tapi ia juga menggaris bawahi dalam beberapa hal bahwa infotainment Cek&Ricek ada melakukan sedikit kesalahan tapi hal tersebut dianggap manusiawi karena kadang terpaku oleh deadline pemberitaan. Seperti yang ia katakan : Saya tidak tonton semua yah. Tapi paling tidak, apa yang sudah mereka lakukan itu, namanya juga Cek&Ricek itu, pasti itu salah satu cara dalam mengumpulkan data, bahan untuk dijadikan berita, paling tidak sesuai dengan namanya. Yang tadi saya sebutkan itu, orang yang memberikan komentar tentang itu tidak kompeten, mestinya cari orang yang kompetensi bagaimana kalau perseteruan antara ibu dan anak itu, bagaimana sih seharusnya? Masalah narasumber saja. Ketika saya menyampaikan itu, dia bilang “kita sudah mencari ini, mencari itu, tapi sudah mendesak”. Iya sih memang alibi yang paling kuat itu kan “deadline” dan ini adalah dajjalnya suatu pemberitaan.
67
Penulis memberikan satu contoh kasus yang menurut penulis pada periode tahun 2010 merupakan salah satu fenomena/peristiwa yang akhirnya membuat infotainment dipertanyakan, baik dari status infotainment sendiri ataupun pekerja infotainmentnya. Kasus yang pada saat itu terjadi antara seorang selebritis yaitu Luna Maya dengan para pekerja infotainment. Peristiwa itu terjadi saat kejengkelan artis Luna Maya kepada pekerja infotainment yang mendesak dan mengejarnya untuk interview. Namun kamera salah satu pekerja infotainment terbentur kepala anak Ariel kekasih Luna Maya. Kejengkelan itu pun dituangkannya dalam jejaring sosial Twitter yang memaki-maki pekerja infotainment. Siapakah yang salah dalam hal ini? selebritisnya atau pekerja infotainment? Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana Tayangan Infotainment Cek&Ricek mencoba memberikan pandangannya mengenai hal tersebut dengan mengatakan: Itu hanya insiden, yang namanya orang nyeletuk. Tapi kita yaa jelas enggak setuju, bila profesi kita dilecehkan sama dia. Kita enggak bilang kita paling benar, di profesi kita ada juga orang yang belum sempurna melakukan profesionalitas, tapi bukan berarti harus dilecehkan. Secara manusiawi, saya bilang Luna keceplosan. Tapi kalau secara profesionalitas, yaa biarin aja. Cuma dari mulut seorang Luna yang ngejelekin kayak gitu. Toh, profesi ini tetap menghidupi banyak orang dan profesi ini terhormat. Kita punya organisasi anggotanya, ada PWI, AJI, kita punya medianya yang tetap diapresiasi masyarakat, ada RCTI yang menyiarkan kalau dia sebuah media cetak, infotainment dia ada perusahaan penerbitnya yang mencetak. Terusik iya, tapi tidak cukup untuk menjatuhkan mental kita dari mulut seorang Luna Maya, jalan terus kok. Hal senada juga diungkapkan oleh anggota sekaligus Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya, Andi Mutsmar Usman yang mengatakan: Yah...itu resiko dari seorang publik figur. Itu suka tidak suka memang dikejar-kejar. Apalagi itu kan seorang selebritis, dan pekerjaan infotainment kan memang kerjaannya namanya untuk menghibur. Bahwa wartawan sebenarnya saya lihat itu rekamannya, sebenarnya ujung
68
microphone dari kamera itu, yaa Luna Maya yang nyenggol, bukan disenggolkan. Namun bukan bermaksud untuk membela dan menyetujui pernyataan dari Luna Maya, akan tetapi Ezki Tri Rezeki Widianti selaku pengurus organisasi AJI berkomentar dengan mengatakan bahwa : ee...itu ekspresi orang ya, ketika dia kesal dan segala macam. Kalau kita sih waktu itu AJI berpikirnya kalau harusnya teman-teman infotainment introspeksi. Kenapa sampai ada yang mengatakan seperti itu? Mungkin disisi yang satu, okelah itu kata-katanya kasar, harusnya tidak seperti itu, bisa saja. Kalau saya bisa saja mengatakan tidak kasar seperti itu. Nah kalau di sisi yang lainnya juga, kebetulan AJI kan bertanya kepada Luna Maya waktu itu, kenapa sih? Lalu Luna Maya menjelaskan gitu loh, bahwa dia sudah mengatakan tidak mau di wawancara. Terus dia lagi menggendong anaknya Ariel, kameranya sampai kena kepala anaknya dan segala macam. Jadi, ya ekspresi yang sangat manusiawi ya menurut saya. Terlepas dari kata-katanya kasar atau tidak memang harus ditelitisi, bisa saja kata-katanya tidak seperti itu. Tapi lain sisi orang-orang infotainment juga harus mengerti. Kalau mereka merasa mengatakan mereka adalah jurnalis, di Undang-Undang pers itu ada kok “tidak boleh memaksa narasumber berbicara”. Kan narasumber mempunyai hak tolak untuk tidak berbicara. Iya kan? Narasumber mempunyai hak tolak, jadi ketika narasumber mengatakan tidak, ya tidak. Kita harus hormati gitu loh. Ini sampai dia (Luna Maya) turun, sampai eskalator, diikutin dan segala macam. Nah itu dia yang saya bilang, kepentingan publiknya apa Luna Maya menggendong anak Ariel? Enggak ada.
Peristiwa yang sangat disayangkan dan sebenarnya dapat dihindari tanpa harus ada kata-kata kasar yang dikeluarkan dari mulut seorang Luna Maya. Karena bagaimanapun seorang artis dan infotainment itu keduanya saling membutuhkan untuk kepentingan si artis dan infotainment itu sendiri.
4.3.
Pembahasan Perkembangan dunia hiburan telah menjadi komoditas tersendiri bagi
media-media massa untuk membuat berita yang sifatnya infotainment, tak terkecuali media televisi. Infotainment merupakan gabungan kata informasi dan
69
entertainment yang merupakan informasi atau berita mengenai seputar kehidupan publik figur atau selebritis. Dengan
begitu
berkembangnya
perusahaan
media
dan
adanya
persaingan yang begitu ketat untuk merebut pangsa pasar, merupakan tantangan yang berat bagi suatu rumah produksi untuk mempertahankan Kode Etik Jurnalistik dalam proses kerja mereka. Karena infotainment sendiri baru diakui keberadaannya oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) tepatnya pada tanggal 9 Februari 2005 di Pekanbaru, bertepatan saat Peringatan Hari Pers Nasional. Program infotainment yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah tayangan infotainment Cek&Ricek. Program yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI setiap hari Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu pukul 15.00 WIB ini diproduksi oleh PT. Bintang Advis Multimedia, yaitu sebuah perusahaan milik H.Ilham Bintang yang memproduksi acara serupa seperti infotainment Halo Selebriti di SCTV dan infotainment Eksis di Indosiar. Dari
hasil
permasalahannya,
penelitian yakni
yang
didapat
bagaimana
sebelumnya
pekerja
akan
infotainment
dibahas
Cek&Ricek
menerapkan Kode Etik Jurnalistik dalam menjalankan tugasnya. Penelitian semacam ini menjadi penting diangkat mengingat infotainment adalah produk acara televisi yang digarap dengan cara seperti peliputan sebuah berita atau informasi pada umumnya. Kode Etik merupakan sekumpulan aturan atau patokan yang harus dihormati oleh para pelaku profesi yang bersangkutan. Patokan-patokan tersebut dalam pokoknya membimbing ke arah yang benar, dilakukannya secara
70
terhormat, sehingga profesi yang dijalankan tidak merugikan orang yang tidak besalah.39 Fungsi utama kode etik adalah agar para pengemban profesi berlaku etis, sesuai dengan standar moral yang berlaku. Tujuan standar ini untuk menjamin kaum profesional pers dapat bertanggung jawab dala tingkat tertinggi dari penampilannya dan mempertahankan mereka untuk setia pada kewajiban, kejujuran dan kesetiaan. Untuk pembahasan dalam penelitian ini, akan dilihat hasil tahapan penelitian mengenai Penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi pekerja infotainment Cek&Ricek dalam menjalankan tugasnya.
A. Infotainment Sebagai Produk Jurnalistik. Sudah menjadi perdebatan yang sangat
lama mengenai status
infotainment, apakah karya yang dibuat oleh para pekerja infotainment merupakan sebuah karya jurnalistik atau bukan? Karena karya jurnalistik adalah sesuatu yang menyangkut kepentingan umum dan apabila tidak diberitakan maka akan merugikan masyarakat. Infotainment adalah gabungan antara informasi dan hiburan. Jadi program acara ini berisi seputar kehidupan selebritis atau orang terkenal yang nantinya dapat menjadi suatu hiburan tersendiri bagi khalayak yang melihat. Prof. Sasa Djuarsa menyatakan bahwa “infotainment itu dicaci namun juga disukai, jadi susah juga”, hal tersebut didasari dari jumlah pengaduan yang masuk ke KPI pusat yang relatif tidak banyak dibandingkan dengan sinetron dan
39
H.Rosihan Anwar, wartawan & kode etik wartawan. PT.Jurnalindo Aksara Grafika.1996 hal 21
71
lain-lain. Di sisi lain walaupun aduan tersebut relatif sedikit, namun aduan itu tetap saja harus diproses untuk diverifikasi kebenarannya.40 Infotainment itu menurut PWI sudah melakukan pekerjaan wartawan seperti mencari, mengumpulkan, meliput, mengolah, mendokumentasikan, dan kemudian menyebarkannya melalui media cetak maupun eletronika. Jadi apa yang dikerjakan oleh pekerja infotainment sama dengan pekerja jurnalistik lainnya. Dengan kata lain infotainment juga merupakan karya jurnalistik. Oleh karena itu infotainment telah diakui keberadaannya oleh PWI pada hari pers tanggal 09 Februari 2005. Hal ini juga sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.40 tahun 1999 tentang Pers Bab 1 Ketentuan Umum pasal 1 yang menyebutkan “Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar,suara dan gambar, serta data dan grafik dalam bentuk lainnya denga menggunkan media cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia”.41 Namun ternyata tidak semua organisasi kewartawanan setuju dengan status dari pekerja infotainment ataupun karya yang dibuat oleh media infotainment. AJI (Aliansi Jurnalis Independen) merupakan salah satu organisasi yang menolak anggapan tersebut. AJI menilai bahwa pekerja serta karya yang dihasilkan oleh infotainment bukanlah sebuah karya jurnalistik, namun hanya karya hiburan. Karena menurut AJI, produk yang dihasilkan didalamnya tidak ada
40
41
Newsletter KPI Januari-April 2010
PWI Jaya, Anugerah Jurnalistik M.H. Thamrin PWI Jaya; Lembaga Pengahargaan Tertinggi untuk Media dan Wartawan Jakarta, PWI JAYA, Jakarta. 2009 hal 78
72
hubungannya atau keterkaitan dengan kepentingan umum atau publik. oleh karena itu, AJI menolak menyebut media infotainment adalah bagian dari jurnalis atau pers. Produk infotainment dewasa ini akan selalu bersinggungan dengan kepentingan publik. kepentingan publik adalah kepentingan orang banyak, kepentingan publik itu yang diawasi oleh pers dan dalam konteks infotainment adalah para publik figur. Para publik figur itu adalah yang kegiatannya banyak diliput oleh pekerja infotainment dan diikuti oleh pembaca ataupun penonton. Hal yang diharapkan dari infotainment adalah jangan meniru hal-hal yang negatif dari publik figur, walau banyak orang yang bilang akan banyak yang meniru, itulah kepentingan publiknya. Kepentingan publik yang tidak mau dari human interest, seseorang yang jadi idola masyarakat. Jadi jangan sampai dia menjadi contoh yang tidak baik. Khalayak memang menyukai kisah-kisah pribadi, sebagai gosip dalam komunikasi sosial. Pengelola hanyalah perpanjangan dari para penggunjing, dia punya tempat yang khas dalam kehidupan sosial. Kehidupan sesungguhnya sebagai rahasia pribadi diangkat menjadi urusan publik, tetap menjadi masalah etika yang kunjung usai untuk diperdebatkan. Soalnya kadang-kadang pelaku sendiri, terutama kalangan selebritis memang menyukai kehidupan privacynya dipapar ke publik.42 Menurut Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana Tayangan Infotainment Cek&Ricek yang bertanggung jawab terhadap hasil dan isi berita dari materi Tayangan Infotainment
42
Ashadi Siregar, op.cit., hal 156-17
Cek&Ricek,
Infotainment
tetap ada
73
kepentingan publiknya. Hal ini bisa dilihat dari hasil survei AC Nielsen bahwa infotainment ratingnya ada sekitar 14%, artinya cukup tinggi dan ada atensi dari penonton. Jadi infotainment tetap memberikan kepentingan seperti nilai moral, nilai pendidikan dan bentuk nilai informasi positif lainnya dan media infotainment sebagai pihak pengelola mempunyai kewajiban untuk menerapkan nilai seperti itu. ukuran dan standar berita infotainment disesuaikan dengan karakteristik infotainment itu sendiri yakni berita atau informasi yang berhubungan dengan hiburan, dan biasnya yang berhubungan dengan dunia hiburan adalah selebritis. Jadi
berdasarkan
hasil
wawancara
penulis
dengan
salah
satu
narasumber yakni Andi Mutsmar Usman selaku anggota sekaligus Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya, dimana lembaga ini sudah mengakui keberadaan infotainment sebagai kegiatan jurnalistik, menyatakan bahwa semua produk infotainment itu secara umum sudah masuk dikategorikan sebagai produk jurnalistik. Hal tersebut tertera dalam Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang pers,
mereka
melakukan
mendokumentasikan,
mencari,
menyebarkan,
masuk
mengumpulkan, kedalam
mengolah,
pekerjaan
produk
jurnalistik. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, hal itu termasuk dan dijamin oleh Undang-Undang. Begitu pun juga dengan Telni Rusmitantri sebagai produser pelaksana tayangan infotainment Cek&Ricek, infotainment adalah sebuah karya jurnalistik yang
meliput,
mewawancarai,
mengolah
berita,
menyajikannya
kepada
masyarakat. Semua tahap-tahap itu tentu saja dilakukan sesuai dengan kode etik yang berlaku dan infotainment Cek&Ricek ini adalah perusahaan yang sudah diratifikasi sama PWI sebagai perusahaan pers, perbedaannya hanya pada kemasan.
74
Sedangkan Ezki Tri Rezeki Widianti selaku pengurus Organisasi AJI, beliau sangat menolak jika infotainment itu disebut sebagai produk jurnalis. Produk infotainment itu lebih baik disebut menjadi produk hiburan saja. Karena jika mereka ingin disebut sebagi produk jurnalistik, maka harus ada kepentingan umumnya dulu, yang ada manfaatnya untuk masyarakat. Walaupun proses pencariannya informasinya sama dengan wartawan lain, yaitu ada wawancara, riset dan sebagainya, meskipun output yang dikeluarkan berbeda. Dari hasil tersebut penulis menyimpulkan saat ini, bahwa infotainment sudah dianggap sebagai karya jurnalistik dan pekerja infotainment juga sudah dianggap sebagai pekerja jurnalistik atau wartawan. Hal tersebut didukung dengan data bahwa infotainment sekarang ini sudah bernaung dibawah PWI. Oleh karena itu infotainment juga harus tunduk dan mengikuti kode etik yang diberlakukan oleh PWI. Hanya ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa infotainment tetap berbeda dengan jurnalistik seperti AJI atau IJTI.
B. Pekerja Infotainment Cek&Ricek dan Tugasnya Karena infotainment Cek&Ricek sudah merupakan bagian dari PWI, maka syarat untuk menjadi pekerja tayangan infotainment Cek&Ricek, selain parameter pendidikan dan kompentensi, sebagai jurnalis tentunya harus memahami mengenai pengetahuan Kode Etik Jurnalistik. Syarat utama lainnya adalah kemampuan untuk interview, minat terhadap pekerjaannya, wawasan yang luas serta mampu bekerja keras. Proses
recruitmen yang
diberlakukan untuk
pekerja infotainment
Cek&Ricek, sama standarnya seperti mau menerima wartawan lain. Memiliki parameter-parameter yang harus dipatuhi seperti, parameter kompetensi,
75
standar pendidikan, kemampuan untuk fasih berbicara, wawasan yang luas, kerja keras dan yang terpenting mempunyai minat yang besar terhadap dunia yang digelutinya. Dan setiap ada pekerja infotainment yang baru selalu ada masa percobaannya dahulu untuk dilihat kemampuannya dalam bekerja. Selain itu pihak PWI selaku organisasi yang menaungi wartawan Indonesia juga melakukan pengarahan, pelatihan dan bimbingan langsung terhadap wartawan-wartawan yang ingin menjadi anggota PWI. Dalam pelatihan tersebut dijelaskan mengenai aturan-aturan, hukum, Undang-Undang dan Kode Etik Jurnalistik yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota PWI, termasuk pekerja infotainment. Jadi sangat penting untuk seorang wartawan dalam mengikuti orientasi-orientasi yang diberikan oleh organisasi-organisasi kewartawanan untuk menambah pengetahuan dan kemampuan seorang wartawan sebagai bekal agar kedepannya seorang wartawan memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan tugasnya mencari berita. Proses mencari berita dalam infotainment Cek&Ricek sebelumnya dilakukan pengarahan oleh pimpinan dalam rapat redaksi, seperti kepada reporter, kameramen, koordinator liputan, termasuk produser pelaksana. Masingmasing pada reporter, yang tahu isu di lapangan. Angle oleh kameramen dan ada tim penulis naskah juga. Setelah
melakukan
proses
peliputan,
reporter
dan
kameramen
menyerahkan hasil liputannya kepada produser pelaksana, untuk kemudian menentukan berita-berita apa saja yang menarik untuk ditayangkan nanti. Proses kerja redaksi dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari biasanya diserahkan hariannya kepada produser pelaksana.
76
C. Penerapan Kode Etik Jurnalistik bagi Pekerja Infotainment Cek&Ricek Dalam tahap ini akan dibahas hasil penelitian inti yakni mengenai penerapan Kode Etik Jurnalistik
bagi pekerja
infotainment
Cek&Ricek,
infotainment yang sekarang sudah bernaung dibawah PWI dan harus mengikuti aturan kode etik yang dikeluarkan oleh PWI sebagaimana pekerja jurnalistik lainnya. Dari hasil penelitian didapatkan seluruh pekerja infotainment Cek&Ricek sebagian besar sudah menerapkan etika-etika jurnalistik yang memang harus dipatuhi karena menurut Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana Tayangan Infotainment Cek&Ricek hal tersebut merupakan rambu-rambu dan bendera untuk menjalankan profesi dengan profesional dalam bekerja. Akan tetapi dalam pelaksanaannya menurut hasil wawancara penulis dengan Narasumber tetap ada pelanggaran walaupun jumlahnya sangat kecil. Untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut media infotainment Cek&Ricek biasanya akan melakukan janji terlebih dahulu kepada narasumber untuk melakukan wawancara atau klarifikasi sebuah berita. Kalau terjadi pelanggaran secara organisasi kewartawanan,
misalnya
secara
perdata
atau
pidana,
organisasi pasti
menjatuhkan sanksi dengan mencabut keanggotaan dari organisasi tersebut selama 2 tahun. Kalau dalam tempo 2 tahun itu dia bisa memperbaiki diri dan menunjukkan, maka keanggotaannya bisa diperbaharui, artinya kembali lagi dari bawah, bukan memperpanjang. Dari hasil penelitian, infotainment Cek&Ricek memang belum pernah mendapat teguran dari pihak yang terkait seperti objek yang diberitakan, PWI, Dewan Pers dan KPI. Dari
pihak
PWI
sendiri
sebenarnya
ada
pemantauan
terhadap
infotainment, terutama infotainment yang sudahmenjadi anggota dari PWI
77
walaupun belum seluruhnya sempurna karena aturan-aturannya belum disusun sepenuhnya. Oleh karena itu saat ini PWI hanya bisa menghimbau tayangan infotainment yang ditayangkan oleh stasiun televisi apabila ada yang melanggar itu dilaporkan, diberikan peringatan oleh KPI, KPI memberikan peringatan kepada stasiun televisi, dan kita pun mempunyai kewajiban, apalagi sudah tahu tentang kode etik. Dari hasil penelitian juga diperoleh sampai hari ini baru 150-an pekerja infotainment yang sudah terdaftar menjadi anggota PWI. Dan seluruh pekerja infotainment, tayangan dan tabloid semuanya anggota PWI tanpa terkecuali. Karena pemilik dari PH yang menaungi Infotaiment Cek&Ricek merupakan Sekretaris Dewan Kehormatan PWI yaitu Ilham Bintang. Pekerja infotainment yang sudah masuk menjadi keanggotaan PWI harus ikut koridor PWI dan tunduk pada Kode Etik Jurnalistik yang dikeluarkan. Jadi infotainment Cek&Ricek selalu mengupayakan dalam peliputan beritanya dengan berpedoman kepada Kode Etik Jurnalistik. Karena jika infotainment itu sendiri sudah diakui sebagai karya jurnalistik, Kode Etik Jurnalistik itu menjadi suatu yang sangat penting dan harus dipatuhi oleh pekerja jurnalistik. Selanjutnya hasil penelitian akan membahas Kode Etik Jurnalistik yang diterapkan oleh pekerja infotainment, yang didasarkan pada standar baku Kode Etik Jurnalistik tahun 2006 yang telah diputuskan oleh Dewan Pers yang meliputi tujuan hal seperti : a. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Tidak beritikad buruk adalah tidak menghancurkan salah satu pihak dan tidak melecehkan. Sedangkan berimbang atau cover both side itu adalah
78
bagaimana suatu media atau wartawan menyajikan berita secara berimbang dan tidak mencampurkan unsur opini dari wartawan tersebut. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa infotainment Cek&Ricek sudah semaksimal mungkin melakukan hal itu. infotainment Cek&Ricek selalu menayangkan berita secara cover both side, karena penonton akan tetap tertarik untuk tetap setia menjadi pemirsa setia infotainment Cek&Ricek. Jika infotainment Cek&Ricek tidak dapat konfirmasi informasi dari narasumber yang diberitakan, maka Infotainment Cek&Ricek akan tetap mengusahakan dengan cara lain yaitu dengan cara mencari second opinion yang berkompeten untuk memberikan statement dalam sumber berita. Jadi untuk cover both side dalam infotainment Cek&Ricek tergantung dengan kondisi dan situasi pada saat sumber berita itu diambil. b. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pekerja infotainment Cek&Ricek juga sudah sangat mengerti apa yang harus dilakukan dalam melakukan tugas peliputannya mencari berita.
Mereka akan
bertanya kepada
narasumber, membuat janji dulu, door stop dan tidak akan membuat narasumber tidak nyaman. Kalaupun mereka harus menunggu narasumber yang dikejar, mereka akan terlebih dulu memperkenalkan diri, walaupun dapat terlihat dari microphone yang dibawa. c. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampuradukan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
79
Dalam tayangan infotainment Cek&Ricek masih menggunkan kata-kata yang tidak menyinggung pada sumber berita yang bermasalah. Tetapi kalau memang statusnya sudah dinyatakan resmi oleh pihak kepolisian, pengadilan atau institusi yang berwenang yang menyatakan sumber berita sudah menjadi tersangka, barulah infotainment Cek&Ricek akan mengikuti menggunakan
kata-kata
yang
dikeluarkan
oleh
instansi
tersebut.
Infotainment Cek&Ricek tidak pernah mencampurkan fakta dan opini, jadi kalau di sebuah pemberitaan, itu adalah sebuah pelajaran. Dalam menulis naskah itu memang harus kalau bisa hanya bicara soal fakta, jangan mencampurkan opini. Sehingga supaya tidak dibilang beritikad buruk. b. Wartawan
Indonesia
tidak
menyalahgunakan
profesi
dan
tidak
menerima suap. Pekerja infotainment Cek&Ricek jelas tertulis peraturannya, tidak pernah menerima uang, materi dari narasumber ataupun keberpihakan satu pihak. Dan itu tidak diperbolehkan oleh pihak pimpinan infotainment Cek&Ricek, karena takut ada konflik interest yang tidak boleh mengkebiri wartawan untuk memberitakan yang fakta. Jadi masing-masing pekerja infotainment Cek&Ricek sudah sangat paham bahwa hal ini tidak boleh dilakukan. Hasil kerja jurnalis tidak pernah diberikan langsung oleh khalayak. Informasi selamanya dari media. Jurnalis tidak pernah menggunakan hasil kerjanya untuk kepentingan pribadi yang terlepas dari medianya. Itulah sebabnya seorang jurnalis mengharamkan imbalan dari siapapun atas hasil
80
kerjanya, kecuali dari media yang memuat atau menyiarkan informasinya atau yang memperkejakannya.43 c.
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan. Dari hasil penelitian, dalam infotainment Cek&Ricek tidak menyiarkan suatu berita yang sifatnya off the record dan juga telah menerapkan hak tolak dalam setiap pemberitaanya. Hak tolak itu adalah bagaimana infotainment Cek&Ricek menolak memberika keterangan siapa sumber berita. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa pekerja infotainment Cek&Ricek juga sudah sangat mengerti apa yang harus dilakukan dalam melakukan tugas pemberitaannya. Mereka tidak akan akan mengeluarkan statement atau gambar-gambar yang didapat dengan cara off the record yang artinya narasumber tidak mau ditampilkan atau diberitakan pada saat tayangan Cek&Ricek.
d.
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik. Dari hasil penelitian, ukuran menjunjung kehidupan pribadi seseorang dalam infotainment Cek&Ricek antara ruang publik dan pribadi dikatakan sulit. Alasan yang diberikan karena kedua belah pihak akan merasa diuntungkan dan sekarang banyak terjadi seorang publik figur itu sendiri
43
Rosihan Anwar, op.cit., Hal 190
81
yang datang pada menia infotainment. Namun kehidupan selebritis yang umumnya dikonsumsi oleh publik, ternyata bukanlah suatu rahasia lagi yang harus ditutupi, apalagi jika sudah memasuki masalah hukum. Seperti narkoba ataupun perceraian yang sering terjadi.
Dari hasil penelitian yang penulis dapatkan, maka disimpulkan bahwa Penerapan Kode Etik Jurnalistik Bagi Pekerja Infotainment Cek&Ricek sudah diterapkan atau dijalankan oleh para pekerja infotainment Cek&Ricek dan sudah mengikuti prosedur yang ada sesuai dengan Standar Baku Kode Etik Jurnalistik tahun 2006 yang telah disahkan oleh Dewan Pers dan disetujui oleh organisasi wartawan dan perusahaan pers, yang juga harus ditaati oleh seluruh pekerja infotainment Cek&Ricek dan seluruh wartawan indonesia. Jadi pada hasil penelitian ini tidak tampak pelanggaran-pelanggaran yang besar terkait dengan melanggar Kode Etik Jurnalistik yang dapat merugikan pihak-pihak lain yang dilakukan oleh seluruh pekerja infotainment Cek&Ricek baik Produser Pelaksana, Koordinator Lapangan, Reporter, Kameramen, Penulis Naskah ataupun Production House yang menaungi Cek&Ricek yaitu PT.Bintang Advis Multimedia. Karena pada dasarnya mereka sudah diikat oleh aturan main dari perusahaan yang sangat ketat dan Kode Etik Jurnalistik itu sendiri sehingga aturan tersebut sudah melekat dan menempel untuk diberlakukan sebagai standar, peraturan atau pedoman ketika mereka bekerja sebagai pekerja infotainment. Kalaupun memang ada pelanggaran sifatnya masih dapat ditolerir dan masih dapat di pertanggungjawabkan. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Andi Mutsmar Usman selaku anggota dan Wakil Sekretaris 1 PWI Jaya kepada penulis, bahwa apa yang mereka lakukan dalam mengumpulkan data, bahan
82
untuk dijadikan, paling tidak sudah sesuai dengan namanya yaitu “Cek&Ricek”. Akan tetapi beliau memberikan saran soal orang-orang memberikan komentar itu harus yang berkompeten yang memang ada hubungannya dengan sumbersumber berita yang ditayangkan. Dan hal tersebut dibenarkan oleh Telni Rusmitantri selaku Produser Pelaksana tayangan infotainment Cek&Ricek. Walaupun dari penelitian yang penulis lakukan pada saat wawancara dengan Ezki Tri Rezeki Widianti pengurus Organisasi AJI, masih tetap menolak apabila menyoal infotainment itu sebagai Produk Jurnalistik dan Pekerja infotainment sebagai pekerja jurnalistik. Karena AJI masih berpegang teguh bahwa pekerjaan yang dihasilkan oleh pekerja Infotainment tidak ada urusannya dengan kepentingan publik atau umum. Namun AJI tetap menghormati kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh organisasi lain seperti PWI. Setiap profesi memiliki kode etik, yaitu norma yang berasal dari suatu komunitas profesional sebagai acuan nilai bagi pelaku profesi. Nilai ini diperlukan dalam memelihara keberadaan profesi ditengah masyarakat.44 Dan apa yang telah terjadi pada saat kasus Luna Maya versus pekerja infotainment, itu bisa dikatakan hanya sebuah kesalahpahaman. Peristiwa itu tidak perlu terjadi apabila ada komunikasi yang baik antara selebritis dengan pekerja infotainment. Pekerja infotainment harus tetap menghormati kehidupan pribadi dari si selebritis dengan tetap menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik. Begitu pula selebritis yang harus menghargai pekerja infotainment sebagai pencari berita yang merupakan bagian dari pekerjaannya. Keduanya merupakan simbiosis mutualisme yang bisa saling menguntungkan.
44
Ibid, hal 188
83