BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi profil sekolah a. Akreditasi sekolah Dari keseluruhan sampel sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti, terdapat sebanyak 11 sekolah (34%) yang berakreditasi A, 14 sekolah (44%) yang berakreditasi B, 2 sekolah (6%) yang berakreditasi C, dan 5 sekolah (16%) yang tidak terakreditasi (TT). Tingkatan berdasarkan hasil akreditasi pada sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti ini telah mewakili populasi sekolah menengah atas (SMA) yang ada di provinsi Gorontalo. Hasil akreditasi sekolah pada populasi SMA yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.1. Hasil akreditasi SMA di Provinsi Gorontalo
N o 1 2 3 4 4 6
Kabupaten / Kota
Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo Jumlah
Jumlah Sekolah dengan Akreditasi A 4 Sekolah 1 sekolah 2 Sekolah 3 Sekolah
Jumlah Sekolah dengan Akreditasi B 3 Sekolah 3 Sekolah 2 Sekolah 2 Sekolah
Jumlah Sekolah dengan Akreditasi C 1 Sekolah 1 Sekolah -
Jumlah Sekolah yang tidak terakreditasi (TT) 1 Sekolah 1 Sekolah 2 Sekolah
-
4 Sekolah
-
4 Sekolah
4 Sekolah 14 Sekolah (30%)
5 Sekolah 19 Sekolah (40%)
1 Sekolah 3 Sekolah (6%)
3 Sekolah 11 Sekolah (23%)
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Adapun sebaran sekolah berdasarkan akreditasinya di setiap Kabupaten / kota dapat dilihat pada grafik berikut. Perbandingan Jumlah Sekolah Berdasarkan Akreditasi 5 4,5 4 3,5 3
A
2,5
B
2
C
1,5
TT
1 0,5 0 Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Gorontalo Pohuwato Boalemo Bone Gorontalo Gorontalo Bolango Utara
Gambar 4.1. Grafik sebaran sekolah di Kabupaten / Kota berdasarkan pencapaian akreditasi sekolah
Dari grafik tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa daerah yang paling baik kualitas sekolahnya berdasarkan akreditasinya adalah kota Gorontalo karena semua SMA telah berakreditasi A dan B. Adapun daerah yang paling buruk kualitas sekolahnya adalah kabupaten Gorontalo Utara karena belum memiliki SMA yang berakreditasi A, dan sebagian dari SMA yang ada belum terakreditasi. Secara keseluruhan, berdasarkan tabel diatas, Populasi SMA yang ada di provinsi Gorontalo didominasi oleh sekolah yang berakreditasi B (baik) dengan jumlah persentasi sebanyak 40%. Fakta bahwa Provinsi Gorontalo masih memiliki SMA yang belum terakreditasi dengan persentasi yang cukup besar yakni sebanyak 23% (11 sekolah), juga perlu dicermati. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat 23% SMA yang belum Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
memiliki kelayakan, ditinjau dari indikator penilaian badan akreditasi nasional (BAN). Keberadaan sekolah – sekolah yang belum terakreditasi ini disebabkan oleh faktor kelayakan dan kesiapan sekolah. Sekolah – sekolah tersebut belum mendapat kunjungan visitasi dari Badan Akreditasi Provinsi karena faktor kelayakan sekolah yang masih sangat kurang. Lima diantara SMA yang belum terakreditasi tersebut merupakan sekolah baru, dimana faktor kelayakannya masih sangat kurang bila ditinjau dari kelengkapan sarana dan prasarana serta jumlah guru. b. Status sekolah Dari keseluruhan sampel sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti, terdapat sebanyak 27 sekolah (84%) yang berstatus sekolah negeri dan sebanyak 5 sekolah (16%) yang berstatus sekolah swasta. Status sekolah menengah atas (SMA) yang diteliti ini telah mewakili populasi sekolah menengah atas (SMA) yang ada di provinsi Gorontalo. Keseluruhan data status SMA yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.2. Data status SMA di setiap Kabupaten / Kota
No
Kabupaten / Kota
Jumlah SMA dengan status Sekolah Negeri 4 Sekolah
Jumlah SMA dengan status Sekolah Swasta 3 Sekolah
1
Kota Gorontalo
2
Kabupaten Pohuwato
6 sekolah
-
3
Kabupaten Boalemo
6 Sekolah
-
4
Kabupaten Bone Bolango
6 Sekolah
1 Sekolah
4
Kabupaten Gorontalo Utara
7 Sekolah
1 Sekolah
6
Kabupaten Gorontalo
11 Sekolah
2 Sekolah
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Jumlah
40 Sekolah (85%)
7 Sekolah (15%)
Merujuk pada tabel diatas, populasi SMA yang ada di provinsi Gorontalo didominasi oleh sekolah dengan status sekolah negeri yakni sebanyak 85%. Empat diantara
sekolah
swasta
yang
ada,
dikelola
oleh
yayasan
organisasi
Muhammadiyah dan tiga lainnya dikelola oleh yayasan lainnya. c. Lokasi sekolah Secara keseluruhan populasi sekolah menengah atas (SMA) di provinsi Gorontalo, sebagian besar berada di daerah pedesaan. Terdapat sebanyak 34 sekolah atau sebesar (73%) dari seluruh SMA di provinsi Gorontalo, yang berlokasi di daerah pedesaan, dan 13 sekolah atau sebesar (27%) dari seluruh SMA di provinsi Gorontalo, yang berlokasi di daerah perkotaan / ibukota kabupaten. Keseluruhan sekolah di daerah pedesaan tersebut berada pada rentang jarak yang jauh hingga terjauh dari daerah kota / ibukota kabupaten. Delapan diantara SMA yang ada merupakan sekolah dengan jarak terjauh dan dengan medan tempuh yang sulit. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan No 60 Tahun 2002 tentang pedoman pendirian sekolah, pendirian sebuah SMA diutamakan untuk daerah yang APK nya rendah, daerah terpencil atau daerah di wilayah perbatasan antar negara yang memerlukan layanan pendidikan SMA, sedangkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah, menyebutkan bahwa minimum satu SMA disediakan untuk satu kecamatan. Dengan demikian, sekolah dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan seluruh peserta didik. Untuk kesesuaian kondisi dengan peraturan tersebut dapat dibandingkan dalam tabel berikut: Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 4.3. Daftar SMA di setiap kecamatan
No 1
Kabupaten / Kota Kota Gorontalo
Kecamatan Kota Barat Dungingi Kota Selatan Kota Timur Kota Tengah Dumbo Raya Sipatana Hulontalangi Kota Utara
Jumlah SMA 1 SMA 3 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA
Kecamatan Terjauh
Jumlah SMA
Lanjutan Tabel 4.3. Daftar SMA di setiap kecamatan
No 2
Kabupaten / Kota Kabupaten Pohuwato
3
Kabupaten Boalemo
4
Kabupaten Bone Bolango
Kecamatan Paguat Dengilo Marisa Buntulia Duhiadaa Patilanggio Randangan Taluditi Wonggarasi Lemito Popayato Barat Popayato Tilamuta Botumoito Paguyaman Dulupi Mananggu Wonosari Kabila Tilongkabila Botupingge Kabila Bone Tapa Bolango Selatan Bulango Utara Bulango Timur Bulango Ulu Suwawa Suwawa Timur Suwawa Selatan Suwawa Tengah
Jumlah SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 2 SMA 1 SMA -
Kecamatan Terjauh Popayato Timur
Paguyaman Pantai
Bone Raya Bone
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Jumlah SMA -
-
1 SMA
5
Kabupaten Gorontalo Utara
6
Kabupaten Gorontalo
Bonepantai Bulawa Kwandang Anggrek Monano Tomilito Atinggola Biawu Limboto Limboto Barat Telaga Tilango Talaga Jaya Telaga Biru Batudaa Tabongo Bongomeme Tibawa
1 SMA 2 SMA 1 SMA 1 SMA 2 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA 1 SMA
Ponelo Kepulauan Gentuma Raya Sumalata Tolinggula Sumalata Timur
1 SMA 1 SMA 1 SMA -
Batudaa Pantai Tolangohula Biluhu
2 SMA 1 SMA
Lanjutan Tabel 4.3. Daftar SMA di setiap kecamatan
No
Kabupaten / Kota
Kecamatan Pulubala Boliyohuto Asparaga Mootilango Bilato
Jumlah SMA 1 SMA 1 SMA -
Kecamatan Terjauh
Jumlah SMA
Merujuk pada Keputusan Menteri Pendidikan No 60 Tahun 2002 tentang pedoman pendirian sekolah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah, tabel diatas mengindikasikan masih kurangnya jumlah unit SMA di Provinsi Gorontalo dikarenakan masih terdapat 35 kecamatan yang belum memiliki unit SMA dan enam diantaranya merupakan kecamatan / daerah terjauh, yang seharusnya diprioritaskan untuk pembangunan unit SMA baru. d. Jumlah pendidik dan tenaga kependidikan Secara keseluruhan, populasi sekolah menengah atas (SMA) di provinsi Gorontalo, memiliki variasi jumlah pendidik dan tenaga kependidikan yang sangat besar di Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
setiap kabupaten / kota. Keseluruhan data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut. Tabel 4.4. Data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA di Provinsi Gorontalo
No 1
2
Kabupaten / Kota Kota Gorontalo
Kabupaten
Nama Sekolah SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Kota Gorontalo SMA Tridharma Kota Gorontalo Jumlah SMAN 1 Buntulia
Jumlah Pendidik 80 57 10 23 25 73 16 284 orang 26
Jumlah Tenaga Kependidikan 8 10 4 5 3 10 5 45 orang
Lanjutan Tabel 4.4. Data jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMA di Provinsi Gorontalo Pohuwato 2
3
Kabupaten Boalemo
4
Kabupaten Bone Bolango
4
Kabupaten Gorontalo Utara
6
Kabupaten
SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Marisa Jumlah SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Dulupi SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMAN 1 Mananggu SMAN 1 Wonosari Jumlah SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Bonepantai SMAN 1 Suwawa Timur Jumlah SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Tolinggula SMAN 1 Sumalata SMA Islam Al Akhyar SMAN 1 Atinggola Jumlah SMAN 1 Bongomeme
22 39 23 28 38 176 orang 23 15 32 53 13 24 160 orang 25 38 34 54 12 24 12 199 orang 50 27 23 23 23 7 35 188 orang 26
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
6 7 7 9 7 38 orang 4 3 12 7 9 7 42 orang 8 1 3 12 1 5 0 30 orang 6 0 4 3 3 1 3 20 orang 7
No
Kabupaten / Kota Gorontalo
Nama Sekolah
SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Tibawa SMAN 1 Biluhu SMAN 1 Asparaga SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Jumlah Jumlah keseluruhan
Jumlah Pendidik
Jumlah Tenaga Kependidikan
13 25 45 15 38 11 9 39 41 55 15 8 340 orang 1347 orang
0 4 6 6 6 0 0 0 6 5 1 2 43 orang 218 orang
Sebaran Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Kabupaten / Kota 350 300 250 Jumlah Pendidik
200 150 100 50 0 Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Gorontalo Pohuwato Boalemo Bone Gorontalo Gorontalo Bolango Utara
Jumlah Tenaga Kependidik an
Gambar 4.2. Grafik sebaran pendidik dan tenaga kependidikan di SMA di Provinsi Gorontalo
e. Jumlah siswa dan rombongan belajar. Secara keseluruhan, populasi sekolah menengah atas (SMA) di provinsi Gorontalo, memiliki jumlah siswa dan rombongan belajar yang sangat bervariasi di setiap kabupaten / kota. Keseluruhan data jumlah siswa dan rombongan belajar di SMA
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
yang ada di provinsi Gorontalo dan sebarannya di setiap kabupaten / kota dapat dilihat dalam tabel dan grafik berikut. Tabel 4.5. Data jumlah siswa dan rombongan belajar SMA di Provinsi Gorontalo
No 1
2
3
4
5
6
Kabupaten / Kota Kota Gorontalo
Jumlah Jumlah Siswa Rombel SMAN 3 Kota Gorontalo 784 29 SMAN 2 Kota Gorontalo 930 28 SMA Muh. Kota Gorontalo 113 6 SMAN 4 Kota Gorontalo 581 20 SMA Prasetya Kota Gorontalo 403 14 SMAN 1 Kota Gorontalo 878 30 SMA Tridharma Kota Gorontalo 104 5 Jumlah 3793 siswa 132 rombel Kabupaten SMAN 1 Buntulia 309 13 Pohuwato SMAN 1 Lemito 398 12 SMAN 1 Randangan 443 16 SMAN 1 Popayato 638 16 Lanjutan Tabel 4.5. SMAN Data jumlah siswa dan rombongan belajar 370 SMA di Provinsi14 1 Paguat SMAN 1 Marisa 942 23 Gorontalo Jumlah 3100 siswa 94 rombel Kabupaten SMAN 1 Botumoito 344 11 Boalemo SMAN 1 Dulupi 206 9 SMAN 1 Paguyaman 324 18 SMAN 1 Tilamuta 703 26 SMAN 1 Mananggu 190 8 SMAN 1 Wonosari 387 14 Jumlah 2154 siswa 86 rombel Kabupaten SMA Terpadu Wirabakti 209 11 Bone Bolango SMAN 1 Bulango Timur 366 15 SMAN 1 Suwawa 324 15 SMAN 1 Kabila 847 27 SMAN 1 Bone 174 6 SMAN 1 Bonepantai 390 20 SMAN 1 Suwawa Timur 128 5 Jumlah 2438 siswa 99 rombel Kabupaten SMAN 1 Kwandang 314 18 Gorontalo SMAN 1 Anggrek 275 9 Utara SMAN 2 Kwandang 528 16 SMAN 1 Tolinggula 357 11 SMAN 1 Sumalata 377 12 SMA Islam Al Akhyar 100 13 SMAN 1 Atinggola 458 13 Jumlah 2409 siswa 92 rombel Kabupaten SMAN 1 Bongomeme 669 22 Gorontalo SMAN 1 Tolangohula 318 9 SMAN 1 Telaga Biru 368 13 Nama Sekolah
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No
Kabupaten / Kota
Jumlah Siswa 742 292 694 304 231 685 728 762 236 123 6152 siswa 20.046 siswa
Nama Sekolah SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Tibawa SMAN 1 Biluhu SMAN 1 Asparaga SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Jumlah
Jumlah
Sebaran Rombongan Belajar di SMA di Provinsi Gorontalo 200 150 197
100 50
123 78
59
93
90
0 Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Gorontalo Pohuwato Boalemo Bone Gorontalo Gorontalo Bolango Utara Gambar 4.3. Grafik sebaran rombel SMA di Provinsi Gorontalo
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Jumlah Rombel 25 10 22 12 8 24 26 27 9 4 211 rombel 714 rombel
Sebaran Siswa SMA di Provinsi Gorontalo 7000 6000 5000 4000
6152
3000
3793
2000
3100
1000
2154
2438
2409
0 Kota Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Gorontalo Pohuwato Boalemo Bone Gorontalo Gorontalo Bolango Utara
Gambar 4.4. Grafik sebaran siswa SMA di Provinsi Gorontalo
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah, sebuah SMA diharuskan memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar. Merujuk pada tabel dan grafik diatas, ketentuan tentang jumlah rombongan belajar ini telah terpenuhi kecuali untuk kota Gorontalo dimana tiga sekolahnya memiliki jumlah rombongan belajar yang melebihi ketentuan tersebut. Hal ini disebabkan oleh kepadatan penduduk dan jumlah lulusan SMP yang tinggi di kota Gorontalo. Untuk mengatasi hal tersebut, kota Gorontalo harus merujuk pada ketentuan selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana sekolah yang menyebutkan bahwa minimum satu SMA disediakan untuk satu kecamatan. Dengan demikian, sekolah dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan seluruh peserta didik. Secara keseluruhan, perbandingan jumlah pendidik, tenaga kependidikan terhadap jumlah siswa dan rombongan belajar dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut: Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 4.6. Rasio jumlah pendidik dan tenaga kependidikan terhadap jumlah siswa di SMA di Provinsi Gorontalo
No
Kabupaten / Kota
1 2 3 4 5 6
Kota Gorontalo Kabupaten Pohuwato Kabupaten Boalemo Kabupaten Bone Bolango Kabupaten Gorontalo Utara Kabupaten Gorontalo
Rasio Jumlah Tenaga Kependidikan Terhadap Jumlah Siswa 1 : 84 1 : 82 1 : 51 1 : 81 1 :120 1 :143
Rasio Jumlah Tenaga pendidik Terhadap Jumlah Siswa 1 : 13 1 : 18 1 : 13 1 : 12 1 : 13 1 : 18
Perbandingan Jumlah Pendidik, Tenaga Kependidikan dan Rombel Kota 350
Gorontalo
300
Kabupaten Pohuwato
250 200
Kabupaten Boalemo
150
Kabupaten Bone Bolango
100 50 0 Jumlah Guru
Jumlah Tenaga Kependidikan Jumlah Rombel
Kabupaten Gorontalo Utara
Gambar 4.5. Grafik perbandingan jumlah pendidik, tenaga kependidikan dan rombongan belajar di SMA di Provinsi Gorontalo
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rasio jumlah guru terhadap jumlah siswa di SMA di seluruh kabupaten / kota telah sesuai dengan standar yakni maksimal 1 : 32. Jika dibandingkan, daerah yang memiliki rasio tertinggi adalah kabupaten Gorontalo dan kabupaten Pohuwato. Secara logis, dapat dikatakan bahwa hal ini sesuai dengan kondisi jumlah sekolah dan kondisi geografis, dimana kabupaten Gorontalo merupakan daerah terluas dengan jumlah sekolah dan siswa terbanyak, Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
sedangkan kabupaten Pohuwato merupakan kabupaten terjauh yang memiliki jumlah guru yang minim. Tabel diatas juga mengindikasikan bahwa SMA di provinsi Gorontalo masih kekurangan jumlah tenaga kependidikan karena masih terdapat enam sekolah yang belum memiliki tenaga kependidikan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, sebuah SMA sekurang – kurangnya memiliki tenaga kependidikan yang terdiri dari Kepala Sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium dan tenaga kebersihan sekolah. Dalam grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah guru berbanding lurus dengan jumlah rombongan belajar di setiap kabupaten / kota dan Sebaliknya, jumlah tenaga kependidikan tidak berbanding lurus dengan jumlah rombongan belajar, terutama di Kabupaten Gorontalo yang memiliki jumlah rombel sebanyak 211 dan jumlah siswa sebanyak 6152 orang dan hanya dilayani oleh 43 orang tenaga kependidikan, sementara Kabupaten Boalemo yang hanya memiliki jumlah rombel sebanyak 86 dan jumlah siswa sebanyak 2154 orang dilayani oleh 42 orang tenaga kependidikan.
4.1.2 Gambaran kinerja Sekolah Menengah Atas (SMA) berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu (TQM). Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, diperoleh sejumlah data dan informasi tentang kualitas kinerja sekolah yang diukur berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu (TQM). Gambaran kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Sub variabel Planning / Perencanaan. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel perencanaan di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.7. Data statistik sub variabel planning / perencanaan Statistics Totalkeseluruhan N
Valid
32
Missing
0
Mean / rata – rata
78.9063
Median / nilai tengah
78.5000
Mode / modus
78.00
Std. Deviation / simpangan baku Variance / tingkat penyebaran data
8.83672 78.088
Range / rentang data
36.00
Minimum / nilai terendah
60.00
Maximum / nilai tertinggi
96.00
Sum / jumlah nilai
2525.00
Sub variabel perencanaan didukung oleh tiga komponen yakni pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi, partnership dan desain mutu. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel perencanaan dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Persentase Pencapaian Sub Variabel Perencanaan 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
76%
Pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
76%
Partnership
77%
Desain mutu
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Gambar 4.6. Persentase pencapaian sub variabel perencanaan
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa desain mutu merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 77%. Komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi serta partnership memiliki nilai pencapaian yang sama yakni sebesar 76%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel perencanaan adalah sebesar 76,33%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel perencanaan ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.8. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti
Nilai Capaian 36 36 32 37 39 30 41 35 27 32 32 36 34 34
Nilai Rata – Rata 4,00 4,00 3,56 4,11 4,33 3,33 4,56 3,89 3,00 3,56 3,56 4,00 3,78 3,78
Persentase Capaian 80% 80% 71% 82% 87% 67% 91% 78% 60% 71% 71% 80% 76% 76%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total Nilai
33 34 32 27 38 28 31 42 37 41 35 34 34 30 31 35 35 37 1095
3,67 3,78 3,56 3,00 4,22 3,11 3,44 4,67 4,11 4,56 3,89 3,78 3,78 3,33 3,44 3,89 3,89 4,11 𝑥 = 3,80
73% 76% 71% 60% 84% 62% 69% 93% 82% 91% 78% 76% 76% 67% 69% 78% 78% 82% 76%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.80. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat dua sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMA 1 Popayato dan SMA 1 Bone dengan pencapaian sebesar 60%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Atinggola Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dengan pencapaian sebesar 93%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi, dapat dilihat pada grafik berikut. Detail Pencapaian komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
120
137
131
130
106
135 133 126
77
Kesesuaian visi dan misi dengan RKS Pengembangan misi menjadi tujuan terukur Pengembangan misi ke dalam RKS Penyusunan RKS Kelengkapan RKS Tindak lanjut RKS Pemanfaatan RKS Orientasi RKS terhadap kualitas Detail RKS
Grafik 4.7. Detail Pencapaian komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategis adalah kesesuaian visi dan misi dengan rencana kerja sekolah, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penyusunan rencana kerja sekolah. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.9. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategi
Elemen dalam Komponen Pengembangan dan Penyebaran Kebijakan dan Strategi Kesesuaian visi dan misi
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
137
Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Pengembangan dan Pencapai Keterangan Pencapaian -an nilai Penyebaran Kebijakan dan Strategi Lanjutan Tabel 4.9.kerja Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan dan visi dengan rencana rencana kerja sekolahnya telah sesuai dengan penyebaran kebijakan dan strategi
sekolah
dan misi sekolah.
Gorontalo
Pengembangan misi ke dalam
rencana
135
dan misi sekolah benar – benar dijadikan pijakan
kerja
sekolah Tindak
Sebanyak 28 sekolah (87%) menyatakan bahwa visi
dalam penyusunan RKS. lanjut
rencana
133
kerja sekolah
Sebanyak 27 sekolah (84%) menyatakan bahwa penyusunan
RKS
ditindak
lanjuti
dengan
pembentukan tim kerja. Orientasi RKS terhadap
131
kualitas
RKS telah disusun dengan berorientasi kualitas.
Pengembangan
misi
menjadi
yang
tujuan
130
Sebanyak 29 sekolah (90%) menyatakan bahwa misi sekolah telah dikembangkan menjadi tujuan –
terukur
tujuan yang lebih terukur.
Kelengkapan
rencana
126
kerja sekolah Detail
Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa
Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa rencana kerja sekolahnya lengkap.
rencana
kerja
120
sekolah
Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa rencana kerja sekolahnya dilengkapi dengan detail tentang prosedur dan cara kerjanya.
Pemanfaatan
rencana
106
kerja sekolah
Sebanyak 16 sekolah (50%) menyatakan bahwa rencana
kerja
sekolah
sekedar
dijadikan
dokumentasi sekolah. Penyusunan rencana kerja
77
sekolah
Sebanyak 21 sekolah (45%) menyatakan bahwa sekolah menyusun rencana kerjanya hanya dengan mengadaptasi rencana kerja sekolah lainnya atau mengulang dari rencana kerja tahun sebelumnya.
2) Partnership
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen partnership dapat dijabarkan dalam tabel berikut:
Tabel 4.10. Pencapaian sekolah terhadap komponen partnership
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total Nilai
Nilai Capaian 11 11 8 10 11 9 13 11 10 10 8 11 13 11 13 11 10 8 9 9 11 10 12 12 11 11 11 11 10 13 12 10 341
Nilai Rata – Rata 1,57 1,57 1,14 1,43 1,57 1,29 1,86 1,57 1,43 1,43 1,14 1,57 1,86 1,57 1,86 1,57 1,43 1,14 1,29 1,29 1,57 1,43 1,71 1,71 1,57 1,57 1,57 1,57 1,43 1,86 1,71 1,43 𝑥=1,52
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Persentase Capaian 79% 79% 57% 71% 79% 64% 93% 79% 71% 71% 57% 79% 93% 79% 93% 79% 71% 57% 64% 64% 79% 71% 86% 86% 79% 79% 79% 79% 71% 93% 86% 71% 76%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen partnership mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 1.52. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat tiga sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMA Muh. Kota Gorontalo, SMAN 1 Botumoito dan SMAN 1 Bone dengan pencapaian sebesar 57%, serta terdapat empat sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Lemito, SMAN 1 Tilamuta, SMAN 1 Bulango Timur dan SMAN 1 Limboto dengan pencapaian sebesar 93%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut. Detail Pencapaian Komponen Partnership Kerjasama dengan WI LPMP Kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa
34
60
64
36
Kerjasama dengan institusi/organisasi lain Kerjasama dengan dunia usaha/industri
56
52 39
Kerjasama dengan PT lokal Kerjasama dengan PT luar daerah Kerjasama dengan SMA lain
Gambar 4.8. Detail pencapaian komponen partnership
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan partnership adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
adalah kerjasama dengan LPMP terutama dengan tenaga widyaiswara. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.11. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen partnership
Elemen dalam Komponen Partnership Kegiatan yang
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
64
Semua sekolah menyatakan bahwa sekolah membuat
berhubungan
perencanaan
dan
melaksanakan
kegiatan
yang
dengan orang tua
berhubungan dengan orang tua siswa.
menyatakan
bahwa
siswa Kerjasama dengan
60
SMA lain
Sebanyak
28
sekolah
(86%)
sekolahnya mengadakan kerjasama dengan SMA lain.
Lanjutan Tabel 4.11. 56 Keterangan pencapaian24sekolah terhadap(75%) komponen partnership bahwa Kerjasama dengan Sebanyak sekolah menyatakan
perguruan
tinggi
sekolahnya mengadakan kerjasama dengan perguruan
lokal
tinggi lokal.
Kerjasama dengan organisasi
52
/
sekolahnya
institusi lainnya Kerjasama dengan
Sebanyak
20
sekolah
(63%)
mengadakan
menyatakan kerjasama
bahwa dengan
organisai/institusi lainnya. 39
Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa sekolah
dunia usaha / dunia
tidak mengadakan kerjasama dengan dunia usaha/dunia
industri
industri.
Kerjasama dengan
36
Sebanyak 28 sekolah (86%) menyatakan bahwa sekolah
perguruan tinggi di
tidak mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi di
luar daerah
luar daerah.
Kerjasama dengan LPMP
34
Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa sekolah tidak mengadakan kerjasama dengan LPMP terutama dengan tenaga widyaiswara.
3) Desain Mutu Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen desain mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.12. Pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Nilai Rata Rata 1 SMAN 3 Kota Gorontalo 41 4,10 2 SMAN 2 Kota Gorontalo 39 3,90 3 SMA Muh. Kota Gorontalo 39 3,90 4 SMAN 4 Kota Gorontalo 35 3,50 5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 45 4,50 6 SMAN 1 Buntulia 28 2,80 7 SMAN 1 Lemito 47 4,70 8 SMAN 1 Randangan 38 3,80 9 SMAN 1 Popayato 28 2,80 10 SMAN 1 Paguat 41 4,10 11 SMAN 1 Botumoito 41 4,10 12 SMAN 1 Paguyaman 39 3,90 13 SMAN 1 Tilamuta 37 3,70 14 SMA Terpadu Wirabakti 40 4,00 15 SMAN 1 Bulango Timur 44 4,40 16 SMAN 1 Suwawa 38 3,80 17 SMAN Kabila 41 Lanjutan Tabel1 4.12. Pencapaian sekolah terhadap komponen desain 4,10 mutu 18 SMAN 1 Bone 30 3,00 19 SMAN 1 Kwandang 38 3,80 20 SMAN 1 Anggrek 30 3,00 21 SMAN 2 Kwandang 38 3,80 22 SMAN 1 Atinggola 46 4,60 23 SMAN 1 Bongomeme 44 4,40 24 SMAN 1 Tolangohula 38 3,80 25 SMAN 1 Telaga Biru 38 3,80 26 SMAN 1 Telaga 41 4,10 27 SMAN 1 Limboto Barat 31 3,10 28 SMAN 1 Boliyohuto 37 3,70 29 SMAN 2 Limboto 43 4,30 30 SMAN 1 Limboto 41 4,10 31 SMA Muh. Batudaa 43 4,30 32 SMA Muh. Tolangohula 32 3,20 𝑥 =3,85 Total Nilai 1231
No
Nama Sekolah Sampel
Nilai Capaian
Persentase Capaian 82% 78% 78% 70% 90% 56% 94% 76% 56% 82% 82% 78% 74% 80% 88% 76% 82% 60% 76% 60% 76% 92% 88% 76% 76% 82% 62% 74% 86% 82% 86% 64% 77%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu mencapai 77% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.87. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Popayato dengan pencapaian sebesar 56%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
tertinggi yakni SMAN 1 Lemito dengan pencapaian sebesar 94%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Detail Pencapaian Komponen Desain Mutu Penyusunan Silabus Kelengkapan RPP 115
111
132
Penyediaan layanan bimbingan dan konseling bagi siswa Pemeriksaan kesiapan silabus dan RPP
134
111
118
113 128
137
Penyusunan rencana penilaian hasil belajar siswa Penyusunan SOP perencanaan Penyusunan SOP monitoring dan supervisi Penyusunan SOP administrasi Penyusunan SOP evaluasi kerja
Gambar 4.9. Detail pencapaian komponen desain mutu
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan desain mutu adalah pemeriksaan kesiapan silabus dan RPP yang dilakukan oleh kepala sekolah, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penyusunan SOP (Standard Operating Procedure) kegiatan. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.13. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu Elemen dalam Komponen Pencapai Keterangan Pencapaian -an nilai Desain Mutu
Pemeriksaan
kesiapan
137
silabus dan RPP
Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa kepala sekolah memeriksa kesiapan silabus dan RPP secara periodik.
Kelengkapan RPP
134
Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa para guru menyusun silabus secara lengkap.
Penyusunan silabus
132
- Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Desain Mutu
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian para guru memperbaharui silabus secara periodik. - Sebanyak 8 sekolah (25%) menyatakan bahwa para guru menyalin silabus dari guru yang lain.
Perencanaan
penilaian
128
hasil belajar siswa Penyediaan
Sebanyak 28 sekolah (88%) para guru menyusun perencanaan penilaian hasil belajar siswa.
layanan
118
Sebanyak 11 sekolah (34%) menyatakan bahwa
bimbingan dan konseling
sekolah tidak menyediakan layanan bimbingan dan
bagi siswa
konseling bagi siswa.
Penyusunan SOP kegiatan
115
evaluasi kerja
Sebanyak 11 sekolah (34%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating Procedure) kegiatan evaluasi kerja
Penyusunan SOP kegiatan
113
perencanaan
Sebanyak 10 sekolah (31%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating Procedure) kegiatan perencanaan.
Penyusunan SOP kegiatan
111
administrasi
Sebanyak 14 sekolah (44%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating Procedure) kegiatan administrasi.
Lanjutan Tabel 4.13. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen desain mutu
Penyusunan SOP kegiatan
111
monitoring dan supervisi
Sebanyak 13 sekolah (41%) menyatakan bahwa sekolah tidak menyusun SOP (Standard Operating Procedure) kegiatan monitoring dan supervisi.
b. Sub Variabel People / Karyawan Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, nilai sub variabel Karyawan di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan secara berikut : Tabel 4.14. Data statistik sub variabel people / karyawan Statistics Total N
Valid Missing
32 0
Mean / rata – rata
79.28
Median / nilai tengah
81.50
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Mode / modus
82
Std. Deviation / simpangan baku
10.161
Variance / tingkat penyebaran data Range / rentang data
103.241 45
Minimum / nilai terendah
55
Maximum / nilai tertinggi
100
Sum
2537
Sub variabel karyawan ini didukung oleh tiga komponen yakni team work, kreatifitas dan inovasi dan pengembangan kapasitas guru. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel karyawan dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Persentase Pencapaian Sub Variabel karyawan
100% 80% 60% 40%
75%
75%
76%
20% 0% Team work
Kreatifitas dan inovasi
Pengembangan kapasitas guru
Gambar 4.10. Persentase pencapaian sub variabel people / karyawan
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan kapasitas guru merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 76%. Komponen team work serta kreatifitas dan inovasi memiliki nilai pencapaian yang sama yakni sebesar 75%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel karyawan adalah sebesar 75,33%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel karyawan ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Team work
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen team work dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.15. Pencapaian sekolah terhadap komponen team work
Nilai Rata Rata 1 SMAN 3 Kota Gorontalo 29 4,14 2 SMAN 2 Kota Gorontalo 24 3,43 3 SMA Muh. Kota Gorontalo 25 3,57 4 SMAN 4 Kota Gorontalo 26 3,71 5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 34 4,86 6 SMAN 1 Buntulia 19 2,71 7 SMAN 1 Lemito 23 3,29 8 SMAN 1 Randangan 26 3,71 9 SMAN 1 Popayato 23 3,29 10 SMAN 1 Paguat 28 4,00 11 SMAN 1 Botumoito 33 4,71 12 SMAN 1 Paguyaman 28 4,00 13 SMAN 1 Tilamuta 28 4,00 14 SMA Terpadu Wirabakti 28 4,00 15 SMAN 1 Bulango Timur 30 4,29 16 SMAN 1 Suwawa 27 3,86 17 SMAN 1 Kabila 27 3,86 18 SMAN 1 Bone 16 2,29 19 SMAN 1 Kwandang 24 3,43 20 SMAN 1 Anggrek 19 2,71 21 SMAN 2 Kwandang 24 3,43 22 SMAN 1 Atinggola 30 4,29 23 SMAN 1 Bongomeme 31 4,43 24 SMAN 1 Tolangohula 22 3,14 25 SMAN 1 Telaga Biru 28 4,00 26 SMAN 1 Telaga 27 3,86 Lanjutan Tabel 4.15. Pencapaian sekolah terhadap komponen team work 27 SMAN 1 Limboto Barat 27 3,86 28 SMAN 1 Boliyohuto 24 3,43 29 SMAN 2 Limboto 28 4,00 30 SMAN 1 Limboto 28 4,00 31 SMA Muh. Batudaa 31 4,43 32 SMA Muh. Tolangohula 24 3,43 𝑥=3,75 Total Nilai 841 No
Nama Sekolah Sampel
Nilai Capaian
Persentase Capaian 83% 69% 71% 74% 97% 54% 66% 74% 66% 80% 94% 80% 80% 80% 86% 77% 77% 46% 69% 54% 69% 86% 89% 63% 80% 77% 77% 69% 80% 80% 89% 69% 75%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen team work mencapai 75% dengan nilai rata – rata skor Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
jawaban 3.75. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Bone dengan pencapaian sebesar 46%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 97%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Detail Pencapaian Komponen Team Work Kerjasama antar guru
114
Kerjasama antar guru dan pengawas
124
Program mentoring
112
116 Kerjasama antar guru dan kepala sekolah
Gambar 4.11. Detail pencapaian komponen team work
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan team work adalah kerjasama antar sesama guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah pelaksanaan program mentoring. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.16. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen team work
Elemen dalam komponen team work Kerjasama antar sesama guru
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
124
- Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi tentang penyusunan silabus dan RPP dan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
- Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki guru senior tempat bertanya dan berbagi. Kerjasama antar guru
116
dan
- Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan pengawas dalam menyusun
pengawas
silabus dan RPP - Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan pengawas tentang kesulitannya dalam bekerja.
Kerjasama antar guru
114
dengan
Sebanyak 19 sekolah (59%) menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi dengan kepala sekolah tentang kinerjanya.
kepala sekolah Program
112
mentoring.
Sebanyak 19 sekolah (59%) menyatakan bahwa sekolah mereka memiliki program mentoring.
2) Kreatifitas dan inovasi Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen kreatifitas dan inovasi dapat dijabarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.17. Pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi
Nilai Rata - Persentase Rata Capaian 1 SMAN 3 Kota Gorontalo 16 4 80% 2 SMAN 2 Kota Gorontalo 18 4,5 90% 3 SMA Muh. Kota Gorontalo 14 3,5 70% 4 SMAN 4 Kota Gorontalo 14 3,5 70% 5 SMA Prasetya Kota Gorontalo 18 4,5 90% 6 Lanjutan SMAN 1 Buntulia 2,75 dan inovasi 55% Tabel 4.17. Pencapaian sekolah terhadap11 komponen kreatifitas 7 SMAN 1 Lemito 15 3,75 75% 8 SMAN 1 Randangan 14 3,5 70% 9 SMAN 1 Popayato 13 3,25 65% 10 SMAN 1 Paguat 16 4 80% 11 SMAN 1 Botumoito 16 4 80% 12 SMAN 1 Paguyaman 16 4 80% 13 SMAN 1 Tilamuta 15 3,75 75% 14 SMA Terpadu Wirabakti 17 4,25 85% 15 SMAN 1 Bulango Timur 16 4 80% 16 SMAN 1 Suwawa 17 4,25 85% 17 SMAN 1 Kabila 15 3,75 75%
No
Nama Sekolah Sampel
Nilai Capaian
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total Nilai
Nilai Capaian 11 14 11 12 16 17 15 16 16 13 12 16 16 17 15 478
Nilai Rata Rata 2,75 3,5 2,75 3 4 4,25 3,75 4 4 3,25 3 4 4 4,25 3,75 𝑥=3,73
Persentase Capaian 55% 70% 55% 60% 80% 85% 75% 80% 80% 65% 60% 80% 80% 85% 75% 75%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi mencapai 75% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.73. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat tiga sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia, SMAN 1 Bone dan SMAN 1 Anggrek dengan pencapaian sebesar 55%, serta terdapat dua sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 2 Kota Gorontalo dan SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 90%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Detail Pencapaian Komponen Kreatifitas dan Inovasi
134
Metode pembelajaran yang bervariasi
121
Alat bantu pembelajaran yang bervariasi 110
113
Pemanfaatan teknologi
Motivasi Kepsek kepada para guru Gambar 4.12. Detail pencapaian komponen kreatifitas dan inovasi
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan kreatifitas dan inovasi adalah motivasi kepala sekolah kepada para guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah penggunaan alat bantu pembelajaran yang bervariasi. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.18. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen kreatifitas dan inovasi
Elemen dalam Komponen Kreatifitas dan Inovasi Motivasi kepala sekolah
Pencapaian nilai 134
kepada para guru
Keterangan Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada para guru untuk lebih kreatif dan inovatif.
Metode Pembelajaran yang
121
bervariasi
Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa para guru sering menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
Pemanfaatan teknologi
113
Sebanyak 18 sekolah (56%) menyatakan bahwa para guru sering memanfaatkan teknologi
dalam
merencanakan
dan
melaksanakan pembelajaran. Alat bantu Pembelajaran
110
Sebanyak 16 sekolah (50%) menyatakan
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
yang bervariasi
bahwa para guru sering menggunakan alat bantu pembelajaran yang bervariasi.
3) Pengembangan kapasitas guru Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen pengembangan kapasitas guru dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.19. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula
Nilai Capaian 40 37 27 35 37 32 40 38 34 35 39 34 34 35 40 34 32 26 30 22 28 39 39 36 34 38 30 30 34 36 34 35
Nilai Rata – Rata 4,44 4,11 3,00 3,89 4,11 3,56 4,44 4,22 3,78 3,89 4,33 3,78 3,78 3,89 4,44 3,78 3,56 2,89 3,33 2,44 3,11 4,33 4,33 4,00 3,78 4,22 3,33 3,33 3,78 4,00 3,78 3,89
Persentase Capaian 89% 82% 60% 78% 82% 71% 89% 84% 76% 78% 87% 76% 76% 78% 89% 76% 71% 58% 67% 49% 62% 87% 87% 80% 76% 84% 67% 67% 76% 80% 76% 78%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No
Nama Sekolah Sampel
Nilai Capaian
Total Nilai
1094
Nilai Rata – Rata 𝑥3,80
Persentase Capaian 76%
Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru mencapai 76% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.82. Dari tabel dan grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Anggrek dengan pencapaian sebesar 49%, serta terdapat tiga sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 3 Kota Gorontalo, SMAN 1 Lemito, SMAN 1 Bulango Timur dengan pencapaian sebesar 89%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen partnership, dapat dilihat pada grafik berikut. Detail Pencapaian Komponen Pengembangan Kapasitas Guru
Keterlibatan guru dalam MGMP
92
Fasilitasi kepsek untuk kegiatan MGMP 133
120 134 127
131
Motivasi kepsek kepada para guru
Kesempatan guru mengikuti diklat Anggaran sekolah untuk pengembangan kapasitas guru In House Training dan seminar
Gambar 4.13. Detail pencapaian komponen pengembangan kapasitas guru
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengembangan kapasitas guru adalah fasilitasi kepala sekolah untuk kegiatan MGMP, sedangkan elemen yang paling buruk Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pelaksanaannya adalah pelaksanaan in house training dan seminar. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.20. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen pengembangan kapasitas guru
Elemen dalam Komponen Pengembangan Kapasitas Guru Fasilitasi kepala sekolah
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
134
Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering memfasilitasi kegiatan –
untuk
kegiatan MGMP Keterlibatan
kegiatan MGMP. guru
133
- Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa para
dalam MGMP
guru
sering
memanfaatkan
MGMP
untuk
memudahkan penyusunan silabus dan RPP. - Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa para guru terlibat secara aktif dalam kegiatan MGMP. - Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa MGMP membantu pengembangan kapasitas guru. Motivasi
kepala
131
Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa
sekolah kepada para
kepala sekolah sering memotivasi para guru untuk
guru.
meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya.
Kesempatan
guru
127
mengikuti diklat.
Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan bahwa kepala sekolah memberikan kesempatan yang sama pada semua guru untuk mengikuti diklat di lembaga lain.
Anggaran
sekolah
120
Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa
untuk pengembangan
sekolah menyediakan anggaran untuk pengembangan
kapasitas guru
kapasitas guru.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
In House Training dan
92
- Sebanyak 17 sekolah (53%) menyatakan bahwa
seminar.
sekolah sering mengadakan In House Training. - Hanya terdapat 3 sekolah (9%) sekolah menyatakan bahwa sekolah sering mengadakan seminar.
c. Sub Variabel Process / Proses Kerja. Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel proses kerja di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.21. Data statistik sub variabel proses kerja Statistics N
Valid Missing
32 0
Mean / rata – rata
100.25
Median / nilai tengah
103.00
Mode / modus Std. Deviation / simpangan baku Variance / tingkat penyebaran data Range / rentang data
106 11.162 124.581 49
Minimum / nilai terendah
73
Maximum / nilai tertinggi
122
Sum / jumlah nilai
3208
Sub variabel proses kerja didukung oleh dua komponen yakni manajemen proses dan sistim manajemen mutu. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel proses kerja dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Persentase Pencapaian Sub Variabel Proses
100% 80%
60% 77%
70%
40% 20% 0%
Penjaminan Mutu
Sistim Manajemen Mutu
Gambar 4.14. Persentase pencapaian sub variabel proses kerja
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistim manajemen mutu merupakan komponen yang paling baik pelaksanaannya dengan pencapaian sebesar 77% sedangkan komponen penjaminan mutu mencapai 70%. Secara keseluruhan, nilai pencapaian sub variabel proses kerja adalah sebesar 73,5%. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel proses kerja ini secara lengkap dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Penjaminan mutu. Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen penjaminan mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.22. Pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu
No 1 2 3 4 5 6
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia
Nilai Capaian 65 62 57 61 68 46
Nilai Rata - Rata 3,82 3,65 3,35 3,59 4,00 2,71
Persentase Capaian 76% 73% 67% 72% 80% 54%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total Nilai
Nilai Capaian 61 58 52 60 58 60 61 68 69 66 61 47 57 48 60 65 76 59 54 60 54 56 63 59 62 49 1902
Nilai Rata - Rata 3,59 3,41 3,06 3,53 3,41 3,53 3,59 4,00 4,06 3,88 3,59 2,76 3,35 2,82 3,53 3,82 4,47 3,47 3,18 3,53 3,18 3,29 3,71 3,47 3,65 2,88 3,50
Persentase Capaian 72% 68% 61% 71% 68% 71% 72% 80% 81% 78% 72% 55% 67% 56% 71% 76% 89% 69% 64% 71% 64% 66% 74% 69% 73% 58% 69,93%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu mencapai 70% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,5. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat dua sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dan SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 54%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Bongomeme dengan pencapaian sebesar 89%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Detail Pencapaian Komponen Penjaminan Mutu
124
Monitoring dan supervisi
120,0
Kesiapan guru 83
115
Kesiapan sarana prasarana
97 Kesiapan buku ajar Kesiapan peserta didik Grafik 4.15. Detail Pencapaian komponen penjaminan mutu
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan penjaminan mutu adalah memastikan kesiapan peserta didik yang dilakukan oleh guru, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah kesiapan buku ajar. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.23. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu
Elemen dalam Komponen Penjaminan Mutu Kesiapan
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
124
Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa para guru
peserta didik
sering memastikan kesiapan peserta didik sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Monitoring
120
dan supervisi
- Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa pengawas sekolah sering melakukan monitoring dan supervisi. - Sebanyak 23 sekolah (72%) menyatakan bahwa kepala
Lanjutan Tabel 4.23. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen penjaminan mutu
sekolah sering melakukan monitoring dan supervisi.
- Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa para guru menerima catatan supervisinya dari pengawas. Kesiapan guru
115
- Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa kepala sekolah dan pengawas memiliki data / peta kompetensi dan kinerja guru.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Penjaminan Mutu
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian - Sebanyak
30
guru
(94%)
yang
menjadi
responden
menyatakan bahwa mereka tahu kekurangan kompetensi mereka. - Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan bahwa para guru melakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi dan kinerjanya. - Sebanyak
28
guru
(88%)
yang
menjadi
responden
menyatakan bahwa mereka yakin telah memberikan nilai tambah bagi siswa. - Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa jumlah guru tidak sesuai dan dibawah standar yang ditetapkan. - Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa jumlah tenaga kependidikan sesuai standar yang ditetapkan - Sebanyak 5 sekolah (16%) menyatakan bahwa penempatan kelas dan beban mengajar guru, berat. Kesiapan
97
sarana prasana
Hanya terdapat 6 sekolah (19%) yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana sekolahnya lengkap.
Kesiapan
83
buku ajar
- Sebanyak 28 sekolah (88%) yang menyatakan bahwa buku ajar yang disediakan oleh sekolah kurang lengkap dan tidak lengkap. - Sebanyak 19 sekolah (60%) menyatakan bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mamiliki buku ajar yang lengkap.
2) Sistim Manajemen Mutu Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen sistim manajemen mutu dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.24. Pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total nilai
Nilai Capaian 49 45 45 43 51 31 49 42 40 47 49 48 43 50 53 49 50 36 47 37 50 53 54 49 48 44 39 39 50 51 52 39 1472
Nilai Rata - Rata 4,08 3,75 3,75 3,58 4,25 2,58 4,08 3,50 3,33 3,92 4,08 4,00 3,58 4,17 4,42 4,08 4,17 3,00 3,92 3,08 4,17 4,42 4,50 4,08 4,00 3,67 3,25 3,25 4,17 4,25 4,33 3,25 3,8
Persentase Capaian 82% 75% 75% 72% 85% 52% 82% 70% 67% 78% 82% 80% 72% 83% 88% 82% 83% 60% 78% 62% 83% 88% 90% 82% 80% 73% 65% 65% 83% 85% 87% 65% 77%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu mencapai 77% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,8. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 52% serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 1 Bongomeme dengan pencapaian sebesar 90%. Secara spesifik, Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu, dapat dilihat pada grafik berikut. Detail Pencapaian Komponen Sistim Manajemen Mutu
111
125
122
110
Realisasi layanan bimbingan dan konseling bagi siswa Penggunaan bentuk assessment yang beragam Penerapan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan Persepsi guru
125
129
Pembinaan khusus bagi siswa
140
Kesesuaian kegiatan dengan SOP Pengorganisasian dan pengelolaan data dan informasi Gambar 4.16. Detail pencapaian komponen sistim manajemen mutu
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan sistim manajemen mutu adalah persepsi guru terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah kesesuaian kegiatan dengan SOP yang telah disusun. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.25. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu
Elemen dalam Komponen Sistim Manajemen Mutu Persepsi guru terhadap siswa
sikap dalam
proses pembelajaran.
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
140
- Semua guru yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka suka ketika siswa banyak bertanya. - Sebanyak 22 guru (69%) menyatakan bahwa mereka suka ketika siswa tidak sependapat dan berargumentasi. - Sebanyak 29 guru (91%) menyatakan bahwa mereka sering mengarahkan siswa untuk berpikir dan mengkaji.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Pencapai Sistim Keterangan Pencapaian -an nilai Manajemen Lanjutan Tabel 4.25. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen sistim manajemen mutu Mutu Pembinaan 129 Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa para guru khusus
bagi
selalu melakukan pembinaan khusus bagi siswa yang
siswa.
mengalami kesulitan belajar.
Penerapan
125
Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa para guru
pembelajaran
menerapkan
pembelajaran
yang interaktif
menyenangkan.
yang
interaktif
dan
dan menyenangkan. Pengorganisasi -an
125
dan
27
sekolah
(84%)
menyatakan
bahwa
pengumpulan, pencatatan, pengorganisasian dan sistim
pengelolaan data
- Sebanyak
dokumentasi data sekolah, baik. dan
- Semua sekolah (100%) menyatakan bahwa sekolah
informasi.
memiliki data jumlah siswa, sarana prasarana sekolah, penjadwalan kegiatan belajar mengajar, serta rencana pembiayaan dan keuangan sekolah. - Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data hasil supervisi pengawas dan hasil evaluasi siswa. - Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data profil seluruh guru dan staf serta rencana dan pelaksanaan perawatan sarana prasarana sekolah. - Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data tentang latar belakang sosial dan ekonomi siswa. - Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa sekolah memiliki data portofolio seluruh guru dan staf.
Penggunaan bentuk
122
Sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa para guru menggunakan bentuk assessment yang beragam.
assessment yang beragam. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Sistim Manajemen Mutu Realisasi
Pencapai -an nilai
111
layanan
Keterangan Pencapaian
Hanya
terdapat
menyatakan
Sebanyak
bahwa
18
sekolah
sekolah
(56%)
merealisasikan
yang
layanan
Lanjutan Tabel pencapaiandan sekolah terhadap komponen sistim maksimal. manajemen mutu bimbingan dan4.25. Keteranganbimbingan konseling bagi siswa secara
konseling.
Kesesuaian
110
Hanya
terdapat
Sebanyak
15
sekolah
(47%)
yang
kegiatan dengan
menyatakan bahwa sekolah menyusun SOP kegiatan dan
SOP.
melaksanakan kegiatan sesuai dengan SOP yang telah disusun.
d. Sub Variabel Performance / Pengukuran Kinerja Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel pengukuran kinerja di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan secara berikut : Tabel 4.26. Data statistik sub variabel performance / pengukuran kinerja Statistics N
Valid Missing
32 0
Mean / rata – rata
43.34
Median / nilai tengah
45.00
Mode / modus Std. Deviation / simpangan baku Variance / tingkat penyebaran data
46 6.694 44.814
Range / rentang data
28
Minimum / nilai terendah
27
Maximum / nilai tertinggi Sum / jumlah nilai
Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel
55 1387
pengukuran kinerja
digambarkan dalam grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dapat
Persentase Pencapaian Sub Variabel Pengukuran Kinerja 100% 80% 60% 40%
68%
69%
73%
79%
73%
78%
84%
72% 48%
20%
Persepsi tentang Benchmarking
Benchmarking
Persepsi tentang EDS
Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil EDS
Catatan dan dokumentasi hasil EDS
Pemahaman terhadap EDS
Evaluasi Diri Sekolah
Penelusuran kepuasan siswa
Penetapan rencana pengukuran kinerja
0%
Gambar 4.17. Persentase pencapaian sub variabel pengukuran kinerja
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi tentang EDS merupakan komponen yang paling baik pencapaiannya yakni sebesar 84% sedangkan komponen benchmarking merupakan komponen yang paling rendah pencapaiannya yakni sebesar 48%. Secara keseluruhan, berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk sub variabel pengukuran kinerja dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.27. Pencapaian sekolah terhadap komponen pengukuran kinerja
No 1 2 3 4 5 6
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia
Nilai Capaian 46 46 42 49 55 31
Nilai Rata – Rata 3,83 3,83 3,50 4,08 4,58 2,58
Persentase Capaian 77% 77% 70% 82% 92% 52%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nilai Persentase Nilai Rata – Rata Capaian Capaian SMAN 1 Lemito 46 3,83 77% Lanjutan Tabel 4.27. Pencapaian sekolah terhadap kinerja 75% SMAN 1 Randangan 45 komponen pengukuran 3,75 SMAN 1 Popayato 27 2,25 45% SMAN 1 Paguat 44 3,67 73% SMAN 1 Botumoito 42 3,50 70% SMAN 1 Paguyaman 47 3,92 78% SMAN 1 Tilamuta 38 3,17 63% SMA Terpadu Wirabakti 48 4,00 80% SMAN 1 Bulango Timur 50 4,17 83% SMAN 1 Suwawa 45 3,75 75% SMAN 1 Kabila 45 3,75 75% SMAN 1 Bone 30 2,50 50% SMAN 1 Kwandang 41 3,42 68% SMAN 1 Anggrek 30 2,50 50% SMAN 2 Kwandang 37 3,08 62% SMAN 1 Atinggola 52 4,33 87% SMAN 1 Bongomeme 52 4,33 87% SMAN 1 Tolangohula 46 3,83 77% SMAN 1 Telaga Biru 47 3,92 78% SMAN 1 Telaga 46 3,83 77% SMAN 1 Limboto Barat 39 3,25 65% SMAN 1 Boliyohuto 41 3,42 68% SMAN 2 Limboto 47 3,92 78% SMAN 1 Limboto 44 3,67 73% SMA Muh. Batudaa 49 4,08 82% SMA Muh. Tolangohula 40 3,33 67% Total nilai 1387 3,61 72% Nama Sekolah Sampel
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap sub variabel pengukuran kinerja mencapai 72% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.61. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Popayato dengan pencapaian sebesar 45%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 92%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap sub variabel pengukuran kinerja, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Detail Pencapaian Sub Variabel Pengukuran Kinerja Penetapan rencana pengukuran kinerja 77
115
109
Penelusuran kepuasan siswa 110
134
Evaluasi Diri Sekolah
117
Pemahaman terhadap EDS Catatan dan dokumentasi hasil EDS
125
126
116
Pemanfaatan dan tindak lanjut hasil EDS Persepsi tentang EDS Benchmarking Persepsi tentang Benchmarking
Gambar 4.18. Detail pencapaian sub variabel pengukuran kinerja
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan pengukuran kinerja adalah persepsi tentang evaluasi diri sekolah, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah pelaksanaan benchmarking. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.28. Keterangan pencapaian sekolah terhadap sub variabel pengukuran kinerja
Komponen dalam Sub Variabel Pengukuran Kinerja Persepsi
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
134
Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa evaluasi diri
tentang EDS Pemahaman
sekolah, bermanfaat dalam peningkatan mutu sekolah. 126
terhadap EDS Pemanfaatan dan
tindak
lanjut EDS
Sebanyak 27 sekolah (84%) menyatakan bahwa kepala sekolah, guru dan staf, paham tentang evaluasi diri sekolah.
125
- Sebanyak 27 sekolah (84%) menyatakan bahwa hasil – hasil EDS dipertimbangkan dalam perumusan perencanaan tahunan. - Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa pimpinan sekolah menginformasikan temuan dalam EDS pada seluruh guru dan staf.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Komponen dalam Sub Pencapai Variabel Keterangan Pencapaian -an nilai Pengukuran Lanjutan Tabel 4.28. Keterangan pencapaian sekolah terhadap sub variabel pengukuran kinerja Kinerja - Sebanyak sebanyak 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa sekolah melakukan perbaikan setelah melakukan EDS.
Pelaksanaan
117
EDS
- Sebanyak 10 sekolah (31%) menyatakan bahwa sekolah melaksanakan EDS setiap tahun. - Sebanyak 9 sekolah (28%) menyatakan bahwa sekolah melaksanakan EDS lebih dari 2 kali. - Sebanyak 6 sekolah (19%) menyatakan bahwa sekolah melaksanakan EDS sebanyak 2 kali. - Sebanyak 6 sekolah (19%) menyatakan bahwa sekolah pernah melaksanakan EDS, 1 kali. - Sebanyak 1 sekolah (3%) menyatakan bahwa sekolah tidak pernah melaksanakan EDS.
Catatan
dan
116
dokumentasi
Sebanyak 21 sekolah (%) menyatakan bahwa catatan dan dokumentasi temuan dari EDS, terorganisir dengan baik.
hasil EDS Persepsi
115
tentang
Sebanyak 26 sekolah (%) menyatakan bahwa benchmarking bermanfaat dalam peningkatan mutu sekolah.
benchmarking Penelusuran
110
Hanya terdapat 16 sekolah (50%) yang menyatakan bahwa
kepuasan
sekolah sering melakukan penelusuran kepuasan siswa
siswa
terhadap cara dan metode pengajaran guru.
Penetapan
109
rencana
sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa sekolah menetapkan rencana pengukuran kinerja setiap tahun.
pengukuran kinerja Benchmarking
77
- Hanya terdapat 1 sekolah (3%) yang menyatakan bahwa sekolah melaksanakan benchmarking setiap tahun. - Sebanyak 5 sekolah (16%) menyatakan bahwa sekolah melaksanakan benchmarking lebih dari 2 kali.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Komponen dalam Sub Variabel Pengukuran Kinerja
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
- Sebanyak 8 sekolah (25%) menyatakan bahwa sekolah melaksanakan benchmarking 2 kali. - Sebanyak 10 sekolah (31%) menyatakan bahwa sekolah pernah melaksanakan benchmarking 1 kali. - Sebanyak 8 sekolah (25%) menyatakan bahwa sekolah tidak pernah melaksanakan benchmarking.
e. Sub Variabel Culture / Budaya Kerja Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel budaya kerja di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.29. Data statistik sub variabel Budaya Kerja Statistics N
Valid Missing
32 0
Mean / rata – rata
47.88
Median / nilai tengah
48.00
Mode / modus Std. Deviation / simpangan baku Variance / tingkat penyebaran data
49 3.490 12.177
Range / rentang data
15
Minimum / nilai terendah
40
Maximum / nilai tertinggi Sum / jumlah nilai
55 1532
Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel budaya kerja dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Persentase Pencapaian Sub Variabel Budaya Kerja 100% 80%
74%
81%
Penghargaan
Keadilan
Kompensasi
84%
82%
83%
Orientasi orang
76%
Ketelitian
82%
Rasa ikut memiliki
77%
Pemberian wewenang
40%
Informasi kinerja dan kualitas
60%
20% 0%
Gambar 4.19. Persentase pencapaian sub variabel budaya kerja
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa rasa ikut memiliki merupakan komponen yang paling baik pencapaiannya yakni sebesar 84% sedangkan komponen keadilan merupakan komponen yang paling rendah pencapaiannya yakni sebesar 78%. Secara keseluruhan, berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk sub variabel budaya kerja dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.30. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel budaya kerja
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan
Nilai Capaian 47 46 50 55 55 43 49 47
Nilai Rata - Rata 3,92 3,83 4,17 4,58 4,58 3,58 4,08 3,92
Persentase Capaian 78% 77% 83% 92% 92% 72% 82% 78%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total nilai
Nilai Capaian 45 47 48 48 49 49 48 46 44 40 45 42 49 54 53 52 49 47 46 45 49 46 49 50 1532
Nilai Rata - Rata 3,75 3,92 4,00 4,00 4,08 4,08 4,00 3,83 3,67 3,33 3,75 3,50 4,08 4,50 4,42 4,33 4,08 3,92 3,83 3,75 4,08 3,83 4,08 4,17 3,99
Persentase Capaian 75% 78% 80% 80% 82% 82% 80% 77% 73% 67% 75% 70% 82% 90% 88% 87% 82% 78% 77% 75% 82% 77% 82% 83% 80%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap sub variabel budaya kerja mencapai 80% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3,99. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Bone dengan pencapaian sebesar 67%, serta terdapat dua sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 4 Kota Gorontalo dan SMA Prasetya Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 92%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap sub variabel budaya kerja, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Detail Pencapaian Sub Variabel Budaya Kerja 132
Informasi kinerja dan kualitas
123
Pemberian wewenang
131
130
Penghargaan 122
134 130
Keadilan Kompensasi
118
Rasa ikut memiliki Ketelitian Orientasi orang Gambar 4.20. Detail pencapaian sub variabel budaya kerja
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan budaya kerja adalah rasa ikut memiliki, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah azas keadilan. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.31. Keterangan pencapaian sekolah terhadap sub variabel budaya kerja
Elemen dalam Sub Variabel Budaya Kerja Rasa ikut
Pencapai an Nilai
Keterangan Pencapaian
134
- Sebanyak 31 kepala sekolah (97%) yang menjadi responden
memiliki
menyatakan bahwa sekolah merupakan bagian hidup mereka. - Sebanyak
30 guru (94%) yang menjadi responden
menyatakan bagiankerja dari hidup Lanjutan Tabel 4.31. Keterangan pencapaianbahwa sekolahsekolah terhadap merupakan sub variabel budaya mereka.
Orientasi
132
orang
Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa kepala sekolah memperhitungkan dampak dari setiap keputusan dan kebijakan terhadap guru, staf dan siswa.
Pemberian wewenang
131
- Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa kepala sekolah memberikan wewenang penuh untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. - Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa kepala sekolah dan pengawas memberikan kebebasan yang lebih besar terhadap gaya dan teknik mengajar guru di dalam kelas.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Sub Variabel Budaya Kerja Ketelitian
Pencapai an Nilai
130
Keterangan Pencapaian - Sebanyak
29
guru
(91%)
yang
menjadi
responden
menyatakan bahwa kepala sekolah dan pengawas sekolah sering memperhatikan ketelitian dalam bekerja. - Sebanyak 30 kepala sekolah (94%) yang menjadi responden menyatakan
bahwa
para
guru
sering
memperhatikan
ketelitian dalam bekerja. Kompensasi
130
Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa pemberian insentif didasarkan pada pencapaian dan tanggung jawab.
Informasi kinerja
123
- Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan
dan
bahwa hasil
supervisi dan evaluasi pekerjaan diinformasikan oleh kepala
kualitas
sekolah dan pengawas kepada para guru dan staf. - Sebanyak
16
guru
(50%)
yang
menjadi
responden
menyatakan bahwa mereka sering / kadang – kadang diadili oleh kepala sekolah dan pengawas terkait dengan hasil supervisi. Penghargaan
122
Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan
bahwa kepala
sekolah dan pengawas menghargai prestasi dan kinerja guru. Keadilan
118
Sebanyak 28 sekolah (88%) menyatakan
bahwa kepala
sekolah memperlakukan semua guru dan staf dengan adil.
f. Sub Variabel Communication / Komunikasi Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel komunikasi di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan secara berikut.
Tabel 4.32. Data statistik sub variabel Komunikasi Statistics N
Valid Missing
32 0
Mean / rata – rata
47.91
Median / nilai tengah
48.00
Mode / modus Std. Deviation / simpangan baku
48 4.321
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Variance / tingkat penyebaran data
18.668
Range / rentang data
16
Minimum / nilai terendah
39
Maximum / nilai tertinggi
55
Sum / jumlah nilai
1533
Sub variabel komunikasi ini didukung oleh dua komponen yakni fungsi komunikasi dan media komunikasi. Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel komunikasi dapat digambarkan dalam grafik berikut.
Persentase Pencapaian Sub Variabel Komunikasi
100% 80% 60%
98%
80%
40% 20% 0%
Fungsi Komunikasi
Media Komunikasi
Gambar 4.21. Persentase pencapaian sub variabel komunikasi
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa media komunikasi merupakan komponen yang paling baik pencapaiannya yakni sebesar 98% sedangkan komponen fungsi komunikasi mencapai 80%. Secara keseluruhan, sub variabel komunikasi mencapai 89%. Pencapaian sekolah untuk sub variabel komunikasi ini dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
1) Fungsi komunikasi
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen fungsi komunikasi dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.33. Pencapaian sekolah terhadap komponen fungsi komunikasi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total nilai
Nilai Capaian 48 48 48 55 54 42 52 49 44 47 46 50 53 49 49 45 47 39 48 41 47 54 54 54 48 49 41 41 43 48 48 52 1533
Nilai Rata - Rata 4 4 4 4,58 4,50 3,50 4,33 4,08 3,67 3,92 3,83 4,17 4,42 4,08 4,08 3,75 3,92 3,25 4,00 3,42 3,92 4,50 4,50 4,50 4,00 4,08 3,42 3,42 3,58 4,00 4,00 4,33 3,99
Persentase Capaian 80% 80% 80% 92% 90% 70% 87% 82% 73% 78% 77% 83% 88% 82% 82% 75% 78% 65% 80% 68% 78% 90% 90% 90% 80% 82% 68% 68% 72% 80% 80% 87% 80%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen fungsi komunikasi mencapai 80% dengan nilai rata – rata skor jawaban 3.99. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pencapaian terbawah yakni SMA 1 Bone dengan pencapaian sebesar 65%, serta terdapat satu sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 4 Kota Gorontalo dengan pencapaian sebesar 92%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen fungsi komunikasi, dapat dilihat pada grafik berikut. Detail Pencapaian Komponen Fungsi Komunikasi Fungsi Kendali 131
130
134
Fungsi Motivasi Fungsi Pengungkapan Emosi
133
Fungsi Informasi
115
Komunikasi eksternal
Gambar 4.22. Detail pencapaian komponen fungsi komunikasi
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan fungsi komunikasi adalah fungsi informasi, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah fungsi pengungkapan emosi. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.34. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen fungsi komunikasi
Elemen dalam Komponen Fungsi Komunikasi Fungsi
Pencapai -an nilai
Keterangan Pencapaian
134
- Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa semua
informasi
pengambilan keputusan di sekolah melibatkan guru dan staf. - Sebanyak
29
guru
(91%)
yang
menjadi
responden
menyatakan bahwa mereka mengetahui informasi tentang keputusan dan kebijakan sekolah . Fungsi motivasi
133
- Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa kepala sekolah menjelaskan tentang tugas – tugas yang harus
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Pencapai Komponen Keterangan Pencapaian -an nilai Fungsi Lanjutan Tabel 4.34. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen fungsi komunikasi Komunikasi dikerjakan oleh guru dan staf.
- Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa kepala sekolah memberikan pandangan dan ide tentang bagaimana seharusnya bekerja dengan benar. - Semua sekolah (100%) menyatakan bahwa kepala sekolah selalu menggunakan kata – kata yang baik dan simpatik dalam berkomunikasi. Komunikasi
131
eksternal
Semua 24 sekolah (75%) menyatakan bahwa para guru selalu menginformasikan pencapaian siswa kepada orang tuanya.
Fungsi
130
kendali.
- Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa kepala sekolah selalu menginformasikan pada semua guru dan staf tentang semua aturan yang diberlakukan di sekolah. - Sebanyak 26 sekolah (81%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering menegur staf yang melakukan kesalahan.
Fungsi
115
- Sebanyak 22 sekolah (69%) menyatakan bahwa para guru
pengungkap
dapat mengungkapkan kekecewaan atau rasa puasnya dalam
an emosi
berbagai kesempatan. - Sebanyak 20 sekolah (63%) menyatakan bahwa kepala sekolah menyediakan sarana yang memungkinkan guru dan staf untuk menyampaikan keluh kesahnya. - Sebanyak 25 sekolah (78%) menyatakan bahwa kepala sekolah sering mendengarkan keluhan dan harapan para guru dan staf.
2) Media komunikasi
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk komponen media komunikasi dapat dijabarkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.35. Pencapaian sekolah terhadap komponen media komunikasi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula
Nilai Capaian 12 12 12 12 12 9 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 12 12 12 12 11 12 12 12 12 11
Nilai Rata - Rata 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,5 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,8 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,8 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 1,8 2,0 2,0 2,0 2,0 1,8
Persentase Capaian 100% 100% 100% 100% 100% 75% 100% 100% 100% 100% 100% 91,7% 100% 100% 100% 100% 100% 91,7% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 91,7% 100% 100% 100% 100% 91,7%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No
Nilai Capaian 377
Nama Sekolah Sampel Total nilai
Nilai Rata - Rata 1,96
Persentase Capaian 98,18%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap komponen media komunikasi mencapai 98% dengan nilai rata – rata skor jawaban 1,96. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Buntulia dengan pencapaian sebesar 75%, serta terdapat 27 sekolah dengan pencapaian tertinggi dengan pencapaian sebesar 100%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap komponen media komunikasi, dapat dilihat pada grafik berikut.
Detail Pencapaian Komponen Media Komunikasi Job Description 62
Peraturan kerja
63
64
63 61
64
Papan pengumuman Surat edaran Rapat rutin Pertemuan informal
Gambar 4.23. Detail pencapaian komponen media komunikasi
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik pelaksanaannnya terkait dengan media komunikasi adalah media papan pengumuman, sedangkan elemen yang paling buruk pelaksanaannya adalah media surat edaran. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.36. Keterangan pencapaian sekolah terhadap komponen media komunikasi Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Komponen Media Komunikasi Media papan
Pencapaian nilai
Keterangan Pencapaian
64
Seluruh sekolah (100%) menyatakan bahwa sekolah
pengumuman
memiliki papan pengumuman.
Media rapat rutin
64
Seluruh sekolah (100%) menyatakan bahwa sekolah mengadakan rapat rutin.
Media
Job
63
Description Media
sekolah memiliki job description.
Peraturan
63
kerja Media
Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa Sebanyak 31 sekolah (97%) menyatakan bahwa sekolah memiliki peraturan kerja.
pertemuan
62
informal
Sebanyak 30 sekolah (94%) menyatakan bahwa sekolah mengadakan pertemuan informal.
Media surat edaran
61
Sebanyak 29 sekolah (91%) menyatakan bahwa sekolah memiliki media komunikasi berupa surat edaran.
g. Sub Variabel Commitment / Komitmen Terkait dengan sub variabel komitmen ini, hal yang diukur hanyalah komitmen kepala sekolah. Pengukuran komitmen guru dan staf tidak bisa dilakukan disebabkan keterbatasan waktu dan biaya. Berdasarkan data sampel yang diperoleh, secara statistik, sub variabel komitmen di SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan secara berikut : Tabel 4.37. Data statistik sub variabel Komitmen Statistics N
Valid
32
Missing
0
Mean / rata - rata
53.34
Median / nilai tengah
55.50
Mode / modus Std. Deviation / simpangan baku Variance / tingkat penyebaran data
47
a
5.020 25.201
Range / rentang data
16
Minimum / nilai terendah
44
Maximum / nilai tertinggi Sum / jumlah nilai
60 1707
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Secara keseluruhan, pencapaian sub variabel komitmen dapat digambarkan dalam grafik berikut. Persentase Pencapaian Sub Variabel Komitmen
94%
80%
Keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi.
Keterlibatan sesuai dengan peran dan tanggungjawab pekerjaan
Identifikasi terhadap organisasi
85%
Kesediaan untuk memajukan organisasi.
91%
89%
Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi.
100% 80% 60% 40% 20% 0%
Gambar 4.24. Persentase pencapaian sub variabel komitmen
Sesuai dengan grafik tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kesediaan untuk memajukan organisasi merupakan komponen yang paling baik pencapaiannya yakni sebesar 94% sedangkan komponen keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi merupakan komponen yang paling rendah pencapaiannya yakni sebesar 80%. Secara keseluruhan, berdasarkan data yang diperoleh dari keseluruhan sampel (32 sekolah), pencapaian sekolah untuk sub variabel komitmen dapat dijabarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.38. Pencapaian sekolah terhadap sub variabel komitmen
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato
Nilai Capaian 55 49 51 59 56 47 59 56 44
Nilai Rata - Rata 4,58 4,08 4,25 4,92 4,67 3,92 4,92 4,67 3,67
Persentase Capaian 92% 82% 85% 98% 93% 78% 98% 93% 73%
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Total nilai
Nilai Capaian 57 59 53 57 58 57 47 55 46 52 45 47 59 56 58 57 50 47 49 58 56 58 48 1705
Nilai Rata - Rata 4,75 4,92 4,42 4,75 4,83 4,75 3,92 4,58 3,83 4,33 3,75 3,92 4,92 4,67 4,83 4,75 4,17 3,92 4,08 4,83 4,67 4,83 4,00 4
Persentase Capaian 95% 98% 88% 95% 97% 95% 78% 92% 77% 87% 75% 78% 98% 93% 97% 95% 83% 78% 82% 97% 93% 97% 80% 89%
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pencapaian sekolah terhadap sub variabel komitmen mencapai 89% dengan nilai rata – rata skor jawaban 4. Dari tabel tersebut juga dapat terlihat bahwa terdapat satu sekolah dengan pencapaian terbawah yakni SMAN 1 Popayato dengan pencapaian sebesar 73%, serta terdapat empat sekolah dengan pencapaian tertinggi yakni SMAN 4 Kota Gorontalo, SMAN 1 Atinggola, SMAN 1 Lemito dan SMAN 1 Botumoito dengan pencapaian sebesar 98%. Secara spesifik, pencapaian sekolah terhadap sub variabel komitmen, dapat dilihat pada grafik berikut.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Detail Pencapaian Sub Variabel Komitmen Identifikasi terhadap organisasi 128
142
Keterlibatan sesuai dengan peran dan tanggungjawab pekerjaan
150
145 136
Kehangatan, afeksi dan loyalitas terhadap organisasi. Kesediaan untuk memajukan organisasi.
Keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi. Gambar 4.25. Detail pencapaian sub variabel komitmen
Dari grafik tersebut diatas dapat terlihat bahwa elemen yang paling baik terkait dengan komitmen kepala sekolah adalah kesediaan untuk memajukan organisasi, sedangkan elemen yang paling buruk adalah keinginan untuk tetap tinggal dalam organisasi. Secara spesifik, grafik diatas dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.39. Keterangan pencapaian sekolah terhadap sub variabel komitmen
Elemen dalam Sub Variabel Komitmen Kesediaan untuk
Pencapaian nilai 150
Keterangan - Sebanyak 31 kepala sekolah (97%) yang menjadi
memajukan
responden menyatakan bahwa mereka ingin sekolahnya
organisasi.
lebih maju dan lebih baik. - Semua kepala sekolah (100%) yang menjadi responden menyatakan
bahwa
mereka
berusaha
memajukan
sekolahnya. - Semua kepala sekolah (100%) yang menjadi responden Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Elemen dalam Sub Variabel Komitmen
Pencapaian nilai
Keterangan menyatakan bahwa mereka terobsesi terhadap kualitas sekolah.
Keterlibatan sesuai
145
- Sebanyak 31 kepala sekolah (97%) yang menjadi
dengan peran dan
responden menyatakan bahwa mereka menerima semua
tanggungjawab
tugas yang dibebankan pada mereka.
pekerjaan.
- Semua kepala sekolah (100%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka berusaha menyelesaikan semua tugas dengan baik. - Semua kepala sekolah (100%) yang menjadi responden menyatakan bahwa tingkat kehadiran mereka disekolah, baik.
Identifikasi
142
terhadap organisasi.
- Semua kepala sekolah (100%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka bangga terhadap sekolah tempat mereka bertugas saat ini. - Sebanyak 31 kepala sekolah (97%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka memiliki misi dan tujuan yang sama dengan misi dan tujuan sekolah.
Kehangatan, afeksi dan
136
loyalitas
- Sebanyak 31 kepala sekolah (97%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka peduli terhadap
terhadap organisasi.
masalah yang terjadi di sekolah. - Sebanyak 18 kepala sekolah (56%) yang menjadi responden
menyatakan
bahwa
mereka
banyak
menikmati waktu luang dengan para guru dan staf. - Semua kepala sekolah (100%) yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka memperlakukan para guru Lanjutan Tabel 4.39. Keterangan pencapaian sekolahpartner terhadapyang sub variabel komitmen dan staf sebagai harus dihargai.
Keinginan
untuk
128
Sebanyak 23 kepala sekolah (72%) yang menjadi
tetap tinggal dalam
responden menyatakan bahwa mereka ingin menjalani sisa
organisasi.
karirnya di sekolah tempat mereka bertugas saat ini.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Secara keseluruhan, pencapaian kinerja TQM sekolah berdasarkan indikator – indikator tersebut di atas dapat digambarkan dalam grafik berikut: Tabel 4.40. Grafik pencapaian kinerja TQM sekolah secara keseluruhan
COMMITMENT (X7)
COMMUNICATION (X6)
CULTURE (X5)
PERFORMANCE (X4)
PROCESS (X3)
PEOPLE (X2)
PLANNING (X1)
4,75 4,50 4,25 4,00 3,75 3,50 3,25 3,00 2,75 2,50 2,25 2,00 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 0,25 0,00
Dari ketujuh aspek yang mendukung kinerja TQM sekolah, aspek tertinggi yang dipenuhi dengan baik adalah aspek komitmen sedangkan aspek terendah yang adalah aspek pengukuran kinerja. Secara keseluruhan, analisis dari pencapaian ketujuh aspek tersebut akan dikupas dalam bagian pembahasan, adapun nilai pencapaian dan rata – rata kinerja TQM sekolah secara keseluruhan, terdapat dalam lampiran.
4.1.3 Gambaran hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa SMA yang akan di analisis, diwakili oleh hasil pencapaian Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Sekolah (UAS) siswa SMA di Provinsi Gorontalo. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
a. Hasil Pencapaian Ujian Nasional (UN) Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementrian Pendidikan Nasional, pencapaian ujian nasional siswa SMA di Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut: Tabel 4.41. Pencapaian nilai ujian nasional (UN) siswa SMA di Provinsi Gorontalo
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Sekolah Sampel SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Rata - rata keseluruhan
Nilai UN 2009/2010 6,45 5,19 3,27 4,94 5,73 4,72 4,38 5,84 3,41 3,76 6,36 5,49 6,28 4,15 4,69 6,31 6,23 4,69 3,48 3,36 3,58 6,29 6,2 6,44 6,75 5,93 6,77 6,89 6,94 6,19 5,74 5,20
Nilai UN 2010/2011 8,08 6,08 5,3 6,15 6,23 6,98 7,73 7,45 7,31 6,9 7,44 7,75 7,51 7,46 7,32 7,74 7,74 7,55 7,15 7,52 7,25 7,08 7,65 6,82 7,75 7,94 7,49 7,29 7,45 8 7,56 6,23 7,25
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Nilai UN 2010/2011
Nilai UN 2009/2010
0
2
4
6
8
10
Gambar 4.26. Grafik Pencapaian nilai ujian nasional (UN) siswa SMA di Provinsi Gorontalo
Adapun klasifikasi nilai ujian nasional yang ditetapkan oleh pemerintah adalah sebagai berikut: Tabel 4. 42. Klasifikasi nilai ujian nasional (UN)
a. Baik Sekali
: A (rata-rata nilai UN > 7,50)
b. Baik
: B (6,50 < rata-rata nilai UN ≤ 7,50)
c. Sedang
: C (5,50 < rata-rata nilai UN ≤ 6,50)
d. Kurang
: D (4,50 < rata-rata nilai UN ≤ 5,50)
e. Kurang Sekali : E (rata-rata nilai UN ≤ 4,50)
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Berdasarkan klasifikasi tersebut, distribusi data nilai ujian nasional dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4. 43. Distribusi nilai UN tahun 2009/2010 dan tahun 2010/2011
Frekuensi Nilai UN Tahun 2009/2010
Frekuensi Nilai UN Tahun 2010/2011
Klasifikasi Nilai Ujian Nasional
A (rata-rata nilai UN > 7,50)
-
11
Baik Sekali
B (6,50 < rata-rata nilai UN ≤ 7,50)
4
16
Baik
C (5,50 < rata-rata nilai UN ≤ 6,50)
13
4
Sedang
D (4,50 < rata-rata nilai UN ≤ 5,50)
5
1
Kurang
E (rata-rata nilai UN ≤ 4,50)
9
-
Kurang Sekali
Interval Nilai UN
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa distribusi nilai ujian nasional siswa SMA di Provinsi Gorontalo untuk tahun ajaran 2009/2010 lebih banyak berada pada klasifikasi sedang sedangkan nilai ujian nasional untuk tahun ajaran 2010/2011 lebih banyak berada pada klasifikasi baik. Adapun pencapaian nilai berdasarkan nilai rata – rata, ujian nasional siswa SMA di Provinsi Gorontalo untuk tahun ajaran 2009/2010 termasuk dalam klasifikasi kurang dengan nilai rata – rata 5,2, sedangkan pencapaian untuk tahun ajaran 2010/2011 termasuk dalam klasifikasi baik dengan nilai rata – rata 7,25. Berdasarkan tabel dan grafik tersebut diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pencapaian siswa dalam ujian nasional tahun ajaran 2009/2010 ke tahun ajaran 2010 / 2011 sebesar 20%. Secara statistik, pencapaian nilai ujian nasional dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.44. Data statistik nilai ujian nasional (UN) siswa SMA di Provinsi Gorontalo UN1 N
Valid Missing
Mean / rata – rata
UN2 31
32
2
1
5.37
7.25
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Median / nilai tengah Mode / modus
5.74
7.45
5
6
a
Std. Deviation / simpangan baku
1.199
.636
Variance / tingkat penyebaran data
1.437
.404
Range / rentang data
4
3
Minimum / nilai terendah
3
5
Maximum / nilai tertinggi Sum / jumlah nilai
7
8
166
232
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
b. Hasil Pencapaian Ujian Akhir Sekolah (UAS) Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementrian Pendidikan Nasional, pencapaian ujian akhir sekolah (UAS) siswa SMA di Provinsi Gorontalo adalah sebagai berikut: Tabel 4.45. Pencapaian nilai ujian akhir sekolah (UAS) siswa SMA di Provinsi Gorontalo
No
Nama Sekolah Sampel
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
SMAN 3 Kota Gorontalo SMAN 2 Kota Gorontalo SMA Muh. Kota Gorontalo SMAN 4 Kota Gorontalo SMA Prasetya Kota Gorontalo SMAN 1 Buntulia SMAN 1 Lemito SMAN 1 Randangan SMAN 1 Popayato SMAN 1 Paguat SMAN 1 Botumoito SMAN 1 Paguyaman SMAN 1 Tilamuta SMA Terpadu Wirabakti SMAN 1 Bulango Timur SMAN 1 Suwawa SMAN 1 Kabila SMAN 1 Bone SMAN 1 Kwandang SMAN 1 Anggrek SMAN 2 Kwandang SMAN 1 Atinggola SMAN 1 Bongomeme SMAN 1 Tolangohula SMAN 1 Telaga Biru SMAN 1 Telaga SMAN 1 Limboto Barat
Nilai UAS 2010/2011 8,44 7,99 7,71 7,92 8,09 7,6 7,64 7,15 7,25 7,57 8,27 8,35 8,52 8,23 7,85 8 7,93 8,08 8,06 8,24 7,94 7,93 8,48 7,98 8,28 8,13 8,35
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
No
Nama Sekolah Sampel
28 29 30 31 32
Nilai UAS 2010/2011
SMAN 1 Boliyohuto SMAN 2 Limboto SMAN 1 Limboto SMA Muh. Batudaa SMA Muh. Tolangohula Rata - rata keseluruhan
8,21 8,29 8,35 8,09 7,74 8,02
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Nilai UAS 2010/2011
6
6,5
7
7,5
8
8,5
9
Gambar 4.27. Grafik pencapaian nilai ujian akhir sekolah (UAS) siswa SMA di Provinsi Gorontalo
Berdasarkan klasifikasinya, distribusi data nilai ujian akhir SMA di Provinsi Gorontalo dapat dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 4. 46. Distribusi nilai UAS tahun 2010/2011
Interval Nilai UAS
Frekuensi Nilai UAS Tahun 2010/2011
Klasifikasi Nilai Ujian Nasional
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
A (rata-rata nilai UN > 7,50) B (6,50 < rata-rata nilai UN ≤ 7,50) C (5,50 < rata-rata nilai UN ≤ 6,50) D (4,50 < rata-rata nilai UN ≤ 5,50) E (rata-rata nilai UN ≤ 4,50)
Baik Sekali Baik Sedang Kurang Kurang Sekali
30 2 -
Berdasarkan distribusi data dan nilai rata – rata secara keseluruhan dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian nilai ujian akhir sekolah siswa SMA di Provinsi Gorontalo untuk tahun ajaran 2010/2011 termasuk dalam klasifikasi sangat baik dengan nilai rata – rata 8,02. Secara statistik, pencapaian nilai ujian nasional dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.47. Data statistik nilai ujian akhir sekolah (UAS) siswa SMA di Provinsi Gorontalo Statistics N
Valid Missing
32 1
Mean / rata – rata
8.02
Median / nilai tengah
8.07
Mode / modus
8
Std. Deviation / simpangan baku
.333
Variance / tingkat penyebaran data
.111
Range / rentang data
1
Minimum / nilai terendah
7
Maximum / nilai tertinggi
9
Sum / jumlah nilai
257
4.1.4 Pengujian Hipotesis. Pada bagian ini akan dilakukan pengujian hipotesis melalui teknik analisis regresi linear sederhana dan regresi linear berganda, untuk melihat pengaruh kinerja TQM sekolah terhadap hasil belajar siswa baik secara simultan maupun secara parsial. Analisis ini diawali dengan melihat hubungan / korelasi antara setiap aspek kinerja TQM sekolah dengan hasil belajar siswa. Hubungan tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 4.48. Hubungan antara sub variabel kinerja TQM sekolah dengan hasil belajar siswa PLAN NING Planning
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N People
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Proses
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
PerforMance
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
PEOPLE
PROCESS
PERFOR CULTUR COMMUNIC COMMITM MANCE E ATION ENT
HASIL BELAJAR
.798**
.825**
.895**
.695**
.753**
.750**
-.002 .993
.000
.000
.000
.000
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
.798**
1
.809**
.831**
.629**
.632**
.714**
.111
.000
.000
.000
.000
.000
.546
32
32
32
32
32
32
1
**
**
**
**
.143
.000
.435
.000 32
32
**
**
.825
.000
.809
.000
.832
.000
.603
.000
.585
.000
.657
32
32
32
32
32
32
32
32
.895**
.831**
.832**
1
.723**
.676**
.744**
-.053
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.772
Lanjutan Tabel 4.48. Hubungan antara sub variabel kinerja N 32 32 32 32 TQM32sekolah dengan 32 hasil belajar 32 ** ** ** ** siswa Culture Pearson .695 .629 .603 .723 1 .836** .614**
32 -.388*
Correlation Sig. (2-tailed) N Communi- Pearson Cation Correlation Sig. (2-tailed) N CommitMent
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Hasil Belajar
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.000
.000
.000
.000
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
.753**
.632**
.585**
.676**
.836**
1
.634**
-.257
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.156
32
32
32
32
32
32
32
32
.750**
.714**
.657**
.744**
.614**
.634**
1
.076
.000
.000
.000
.000
.000
.000
32
32
32
32
32
32
32
32
*
-.257
.076
1
.679
-.002
.111
.143
-.053
-.388
.993
.546
.435
.772
.028
.156
.679
32
32
32
32
32
32
32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa sub variabel budaya kerja, memiliki hubungan / korelasi yang paling kuat (-0,388) dengan hasil belajar siswa dan sub variabel perencanaan merupakan sub variabel yang memiliki hubungan / korelasi yang paling lemah (-0,02) dengan hasil belajar siswa. Sub variabel budaya kerja tersebut merupakan satu – satunya aspek yang secara signifikan, memiliki korelasi
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
.028
32
dengan hasil belajar siswa namun hubungan tersebut merupakan hubungan yang berbanding terbalik. Uji Hipotesis Setelah mendapatkan data dari lapangan, pengujian statistik dilakukan untuk mendapatkan teknik pengolahan yang paling tepat digunakan. Setelah melakukan uji asumsi, analisis data dilanjutkan dengan melakukan regresi berganda untuk menguji hipotesis yakni untuk mendapatkan gambaran pengaruh kinerja TQM sekolah terhadap hasil belajar siswa. Perhitungan dilakukan sacara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS versi 17. Dari perhitungan tersebut, pengaruh kinerja sekolah berdasarkan indikator TQM terhadap hasil belajar siswa dapat dijelaskan lewat tabel berikut.
Tabel 4.49. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7 Model 1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
5.645
7
.806
Residual
6.888
24
.287
12.534
31
Total
F 2.810
Sig. .028
a
a. Predictors: (Constant), COMMITMENT, CULTURE, PROCESS, PEOPLE, COMMUNICATION, PERFORMANCE, PLANNING b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut: Ho :
Kinerja TQM sekolah tidak berkorelasi signifikan terhadap hasil belajar siswa
Ha :
Kinerja TQM sekolah berkorelasi signifikan terhadap hasil belajar siswa
Pengujian signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas pada nilai significant (sig) pada tabel diatas. Berdasarkan Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
tabel tersebut, diketahui nilai significance (sig) adalah sebesar 0,028. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas (0,028 < 0,05), yang artinya koefisien korelasi signifikan. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seluruh aspek kinerja TQM berkorelasi secara simultan terhadap hasil belajar siswa. Adapun nilai kontribusi kinerja TQM terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.50. Ringkasan model X1, X2, X3, X4, X5, X6 , X7 , Y Change Statistics Model 1
R .671
R Square a
.450
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .290
R Square Change F Change
.536
.450
2.810
df1
df2 7
Sig. F Change
24
.028
a. Predictors: (Constant), Commitment, Culture, Process, People, Communication, Performance, Planning b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai koefisien determinasi (R square) adalah 0,45. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja TQM sekolah memberikan kontribusi sebesar 45% terhadap hasil belajar siswa. Adapun 55% dari hasil belajar siswa dipengaruhi oleh variabel – variabel lainnya. Berdasarkan tabel tersebut di atas juga dapat dijelaskan bahwa kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa memiliki hubungan yang kuat yang ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi ganda ( R ) yakni 0,671. Setelah mengetahui pengaruh secara simultan seluruh sub variabel TQM terhadap hasil belajar siswa, maka selanjutnya perlu diketahui pengaruh setiap sub variabel tersebut secara parsial terhadap hasil belajar siswa. a. Pengaruh sub variabel planning / perencanaan terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.51. Ringkasan model X1, Y Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Change Statistics
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Square
the Estimate R Square Change
.002a
1
.000
-.033
.646
F Change
.000
df1
Sig. F Change
df2
.000
1
30
.993
a. Predictors: (Constant), PLANNING b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.52. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X1 Standardized Coefficients
Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
7.257
1.043
PLANNING
.000
.013
T
-.002
Sig. 6.958
.000
-.009
.993
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa aspek perencanaan tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas signifikansi (0,993 > 0,05). Tabel tersebut di atas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek perencanaan tidak memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.00. b. Pengaruh sub variabel people / karyawan terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.53. Ringkasan model X2, Y Change Statistics Model 1
R
R Square
.111a
Adjusted R Square
.012
Std. Error of the Estimate
-.021
R Square Change
.642
F Change
.012
.372
df1
df2 1
30
Sig. F Change .546
a. Predictors: (Constant), PEOPLE b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.54. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X2 Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) PEOPLE
Std. Error 6.670
.952
.007
.012
Standardized Coefficients Beta
T
Sig. 7.010
.000
.610
.546
.111
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa aspek karyawan tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas signifikansi (0,546 > 0,05). Tabel tersebut diatas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek karyawan hanya memberikan kontribusi sebesar 1,2% terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.012. c. Pengaruh sub variabel process / proses kerja terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.55. Ringkasan model X3, Y Change Statistics Model 1
R
R Square
.143a
Adjusted R Square
.020
Std. Error of the Estimate
-.012
.640
R Square Change
F Change
.020
df1
.627
Sig. F Change
df2 1
30
.435
a. Predictors: (Constant), PROCESS b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.56. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X3 Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
6.435
1.032
PROCESS
.008
.010
Standardized Coefficients Beta
T
Sig. 6.237
.000
.792
.435
.143
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa aspek proses kerja tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas signifikansi (0,435 > 0,05). Tabel tersebut di atas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek proses kerja hanya memberikan kontribusi sebesar 2% terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.02. d. Pengaruh sub variabel performance / pengukuran kinerja terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 4.57. Ringkasan model X4, Y Change Statistics Model
R
1
.053a
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate Change F Change
R Square .003
-.030
.645
.003
df1
.085
Sig. F Change
df2
1
30
.772
a. Predictors: (Constant), PERFORMANCE b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.58. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X4 Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Beta
(Constant)
7.466
.759
PERFORMANCE
-.005
.017
t
-.053
Sig.
9.834
.000
-.292
.772
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa aspek pengukuran kinerja tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas signifikansi (0,772 > 0,05). Tabel tersebut di atas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek pengukuran kinerja kerja hanya memberikan kontribusi sebesar 0,3% terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.003. e. Pengaruh sub variabel culture / budaya kerja terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut.
Tabel 4.59. Ringkasan model X5, Y Change Statistics Model
R
1
.388a
R Square
Adjusted R Std. Error of R Square Square the Estimate Change F Change
.150
.122
.596
.150
df1
5.311
Sig. F Change
df2 1
30
a. Predictors: (Constant), CULTURE b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.60. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X5 Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
T
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Sig.
.028
1
(Constant)
10.566
1.444
CULTURE
-.069
.030
-.388
7.317
.000
-2.305
.028
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa aspek budaya kerja memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari nilai probabilitas signifikansi (0,028 < 0,05). Tabel tersebut di atas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek budaya kerja memberikan kontribusi sebesar 15% terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.15. f. Pengaruh sub variabel communication / komunikasi terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.61. Ringkasan model X6, Y Change Statistics Model
R
1
.257a
R Square
Adjusted R Square
.066
Std. Error of the Estimate
.035
.625
R Square Change
F Change
.066
df1
2.120
1
df2
Sig. F Change
30
.156
a. Predictors: (Constant), COMMUNICATION b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.62. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X6 Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
9.058
1.249
COMMUNICATION
-.038
.026
Standardized Coefficients Beta
t
-.257
Sig.
7.253
.000
-1.456
.156
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa aspek komunikasi tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas signifikansi (0,156 > 0,05). Tabel tersebut diatas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek pengukuran kinerja kerja hanya memberikan kontribusi sebesar 6,6% terhadap
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.066. g. Pengaruh sub variabel commitment / komitmen terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh tersebut dapat dijelaskan oleh tabel berikut. Tabel 4.63. Ringkasan model X7, Y Change Statistics
Model
R
1
.076a
R Adjusted R Std. Error of Square Square the Estimate Change F Change
R Square .006
-.027
.644
.006
.175
df1
df2 1
Sig. F Change
30
.679
a. Predictors: (Constant), COMMITMENT b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Tabel 4.64. Uji keberartian persamaan regresi Y atas X7 Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) COMMITMENT
Std. Error 6.726
1.252
.010
.023
Standardized Coefficients Beta
t
.076
Sig.
5.372
.000
.418
.679
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa aspek komitmen tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap hasil belajar siswa yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas signifikansi (0,679 > 0,05). Tabel tersebut di atas juga menunjukkan bahwa bila diukur secara parsial, aspek pengukuran kinerja kerja hanya memberikan kontribusi sebesar 0,6% terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan lewat nilai koefisien determinasi (R square) yakni 0.006. Secara keseluruhan, melalui analisis data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya kerja merupakan satu – satunya aspek yang mempengaruhi hasil belajar siswa jika kinerja TQM ini diukur secara parsial. Rangkuman dari nilai pengaruh kinerja TQM terhadap hasil belajar siswa, baik secara parsial maupun secara simultan, terdapat dalam tabel berikut. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel 4.65. Rangkuman nilai pengaruh kinerja TQM sekolah terhadap hasil belajar siswa
No
Pengaruh antar variabel
1 2 3 4 5 6 7 8
X1 terhadap Y X2 terhadap Y X3 terhadap Y X4 terhadap Y X5 terhadap Y X6 terhadap Y X7 terhadap Y X1, X2, X3, X4, X5, X6 dan X7 terhadap Y
Koefisien (R)
Nilai Sig
0,002 0,111 0,143 0,053 0,388 0,257 0,076 0,671
0,993 0,546 0,435 0,772 0,028 0,156 0,679 0,028
Koefisien Determinan (R square) 0 % 1,2 % 2 % 0,3 % 15 % 6,6 % 0,6 % 45
Koefisien variabel lain / sisa ( ε ) 55
4.1.5 Hubungan karakteristik sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa. Dalam hal ini, karakteristik dipandang sebagai salah satu faktor yang turut mempengaruhi pelaksanaan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu melihat perbandingan pencapaian kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa berdasarkan karakteristik sekolah, serta melihat hubungannya. Perbandingan dan hubungan tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Perbandingan dan hubungan antara pencapaian akreditasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa. Perbandingan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 4.66. Perbandingan nilai kinerja TQM dan hasil belajar siswa berdasarkan peringkat akreditasi
Akreditasi Sekolah
A
B
C
TT
Kinerja TQM Sekolah
4
4
3,84
3,46
6,62
6,24
5,97
6,24
Hasil Belajar Siswa
Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja TQM sekolah berbanding lurus dengan pencapaian akreditasinya, kecuali untuk sekolah – sekolah yang Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
berakreditasi A dan B, yang memiliki skor rata – rata kinerja TQM yang sama. Hal ini mengindikasikan adanya kedekatan dan kesamaan indikator diantara kedua komponen tersebut. Adapun pencapaian hasil belajar siswa ternyata tidak berbanding lurus dengan pencapaian akreditasi sekolah, dimana sekolah yang berakreditasi B dan sekolah yang tidak terakreditasi memiliki skor rata – rata yang sama. Hal ini mengindikasikan adanya faktor – faktor lain yang turut mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Hubungan antara akreditasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam tabel berikut. Lanjutan Tabel 4.67. antara Korelasi antara akreditasi sekolahkinerja denganTQM kinerja hasilsiswa Tabel 4.67. Korelasi akreditasi sekolah dengan danTQM hasil dan belajar belajar siswa KINERJATQM
KINERJATQM
Pearson Correlation
HASIL BELAJAR
1
Sig. (2-tailed) N HASIL BELAJAR
.006
.447*
.973
.010
32
32
32
Pearson Correlation
.006
1
.050
Sig. (2-tailed)
.973
N AKREDITASI
AKREDITASI
.786
32
32
32
Pearson Correlation
.447*
.050
1
Sig. (2-tailed)
.010
.786
32
32
N
32
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa nilai korelasi kinerja TQM sekolah dengan akreditasi sekolah adalah 0,447, dengan nilai signifikansi 0,01. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara akreditasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah dengan kategori hubungan yang sedang. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa adanya perbandingan lurus antara kinerja sekolah berdasarkan akreditasi sekolah dengan kinerja sekolah berdasarkan manajemen mutu terpadu. Semakin tinggi pencapaian akreditasi sekolah, akan semakin tinggi pula pencapaiannya dalam hal manajemen mutu Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
terpadu. Demikian pula sebaliknya, apabila sekolah menerapkan falsafah manajemen mutu terpadu dengan baik, akan baik pula pencapaian akreditasi sekolah. Adapun nilai korelasi akreditasi sekolah dengan hasil belajar siswa adalah 0,05, dengan nilai signifikansi 0,786. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara akreditasi sekolah dengan hasil belajar siswa. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah tidak ada perbandingan yang konsisten antara hasil belajar siswa dengan pencapaian akreditasi sekolah. Sekolah dengan pencapaian akreditasi yang baik belum tentu menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. b. Perbandingan dan hubungan antara status sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa. Perbandingan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 4.68. Perbandingan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa SMA berdasarkan status sekolah
Status Sekolah
Sekolah Negeri
Sekolah Swasta
Kinerja TQM Sekolah
3,86
4,06
Hasil Belajar Siswa
6,33
5,8
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa skor rata – rata kinerja TQM di sekolah yang berstatus sekolah negeri lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata – rata kinerja TQM di sekolah yang berstatus sekolah swasta. Demikian pula skor rata – rata pencapaian hasil belajar siswa di sekolah yang berstatus sekolah negeri lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata – rata pada sekolah yang berstatus sekolah swasta. Hal ini mengindikasikan dua hal yakni: 1) Sekolah negeri memiliki pengelolaan manajemen mutu dan budaya mutu yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
2) Pengelolaan pembelajaran di sekolah negeri lebih baik dibandingkan dengan sekolah swasta sehingga mampu menghasilkan pencapaian hasil belajar siswa yang lebih baik. Hubungan antara status sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam tabel berikut: Tabel 4.69. Korelasi antara status sekolah dengan kinerja TQM sekolah Directional Measures Value Nominal by Nominal
Lambda
Asymp. Std. Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
Symmetric
.176
.067
2.288
.022
KINERJATQM Dependent
.034
.034
1.016
.310
1.000
.000
2.434
.015
.034
.002
.368c
1.000
.000
.271c
STATUS SEKOLAH Dependent Goodman and KINERJATQM Kruskal tau Dependent STATUS SEKOLAH Dependent a. Not assuming the null hypothesis.
Tabel 4.70. Korelasi antara status sekolah dengan hasil belajar siswa Directional Measures Value Nominal by Nominal
Lambda
Approx. Tb
Approx. Sig.
Symmetric
.200
.062
2.993
.003
HASIL BELAJAR Dependent
.067
.046
1.461
.144
1.000
.000
2.434
.015
.045
.012
.089c
1.000
.000
.271c
STATUS SEKOLAH Dependent Goodman and Kruskal tau
Asymp. Std. Errora
HASIL BELAJAR Dependent STATUS SEKOLAH Dependent
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on chi-square approximation
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai korelasi antara status sekolah dengan kinerja TQM sekolah adalah 0,176 dengan nilai signifikansi 0,022. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara kinerja TQM sekolah dengan status sekolah namun termasuk dalam hubungan yang sangat lemah. Kesimpulan yang bisa didapatkan adalah bahwa status sekolah Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
tidak terlalu mempengaruhi kinerja TQM sekolah, dimana masih terdapat berbagai aspek lain yang lebih mempengaruhi kinerja TQM sekolah. Hal yang membedakan kinerja sekolah bukanlah statusnya, melainkan kualitas manajemen yang dijalankan serta komitmen dan budaya kerja yang dimiliki. Adapun nilai korelasi antara status sekolah dengan hasil belajar siswa adalah 0,2 dengan nilai signifikansi 0,003. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara status sekolah dengan hasil belajar siswa namun termasuk dalam hubungan yang lemah. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa status sekolah tidak terlalu mempengaruhi hasil belajar siswa, karena terdapat banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Sekolah yang berstatus sebagai sekolah negeri dan sekolah swasta memiliki peluang yang sama untuk menghasilkan hasil belajar siswa yang baik. c. Perbandingan dan hubungan antara lokasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa. Perbandingan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel 4.71. Perbandingan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa SMA berdasarkan lokasi sekolah
Lokasi Sekolah
Kota / Ibukota Kabupaten
Desa
Kinerja TQM Sekolah
3,98
3,83
Hasil Belajar Siswa
6,36
6,17
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa skor rata – rata kinerja TQM di sekolah yang berlokasi di kota / ibukota kabupaten lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata – rata kinerja TQM di sekolah yang berlokasi di desa. Demikian pula skor rata – rata pencapaian hasil belajar siswa di sekolah yang berlokasi di kota / ibukota kabupaten lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata – rata di sekolah yang berlokasi di desa. Rendahnya kualitas kinerja TQM dan hasil belajar Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
siswa di sekolah – sekolah yang berlokasi di desa ini mengindikasikan beberapa kemungkinan, yakni: 1) Sekolah – sekolah yang berlokasi di desa atau di daerah – daerah yang sulit dijangkau, memiliki keterbatasan dalam hal kelengkapan sarana prasarana serta jumlah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, yang berimplikasi pada sulitnya pelaksanaan penjaminan mutu. 2) Sekolah – sekolah yang berlokasi di desa atau di daerah – daerah yang sulit dijangkau, memiliki keterbatasan dalam hal akses informasi, teknologi serta akses kepada kegiatan – kegiatan pengembangan kapasitas tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga sekolah secara umum dan guru secara khusus, sulit mengembangkan kapasitasnya, yang berimplikasi pada rendahnya kompetensi guru. 3) Sekolah – sekolah yang berlokasi di desa atau di daerah – daerah yang sulit dijangkau, memiliki keterbatasan dalam hal akses pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah maupun peninjauan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota atau LPMP, yang berimplikasi pada lambatnya perkembangan mutu sekolah. Hubungan antara lokasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.72. Korelasi antara lokasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah Value Nominal Lambda by Nominal
Asymp. Std. Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
Symmetric
.262
.083
2.651
.008
KINERJATQM Dependent
.000
.084
.000
1.000
LOKASI SEKOLAH Dependent
.846
.109
3.623
.000
.032
.006
Goodman KINERJATQM and Kruskal Dependent
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
.456c
tau
LOKASI SEKOLAH Dependent
.849
.501c
.038
a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c. Based on chi-square approximation
Tabel 4.73. Korelasi antara lokasi sekolah dengan hasil belajar siswa Directional Measures Value Nominal Lambda by Nominal
Asymp. Std. Errora
Approx. Tb
Approx. Sig.
Symmetric
.256
.072
3.026
.002
HASIL BELAJAR Dependent
.033
.073
.449
.654
LOKASI SEKOLAH Dependent
.769
.117
3.814
.000
Goodman HASIL BELAJAR and Dependent Kruskal LOKASI SEKOLAH tau Dependent
.028
.005
.670c
.806
.006
.576c
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa nilai korelasi kinerja TQM sekolah dengan lokasi sekolah adalah 0,262 dengan nilai signifikansi 1,00. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara lokasi sekolah dengan kinerja TQM sekolah. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa lokasi sekolah tidak mempengaruhi kinerja TQM sekolah. Lokasi sekolah hanya salah satu aspek yang dapat membantu mempermudah perbaikan mutu sekolah namun terdapat aspek lainnya yang lebih mempengaruhi kinerja sekolah seperti komitmen yang tinggi dari seluruh warga sekolah. Adapun nilai korelasi lokasi sekolah dengan hasil belajar siswa adalah 0,256 dengan nilai signifikansi 0,654. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan
antara
mengindikasikan
lokasi bahwa
sekolah lokasi
dengan sekolah
hasil bukan
belajar
siswa.
merupakan
Hal
aspek
ini yang
mempengaruhi hasil belajar siswa. Lokasi sekolah dapat mengindikasikan lokasi siswa, yang juga mengindikasikan akses teknologi, informasi dan sumber – sumber belajar, yang dapat membantu pencapaian hasil belajar siswa, namun terdapat Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
aspek lainnya yang lebih mempengaruhi pencapaian tersebut seperti kinerja dan kompetensi guru serta motivasi dan kemampuan siswa. d. Perbandingan dan hubungan antara besaran jumlah guru dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa. Perbandingan tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 4.74. Perbandingan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa berdasarkan jumlah guru
Jumlah Guru
Kinerja TQM Sekolah Hasil Belajar Siswa
8 – 18 19 – 29 30 – 40 41 – 51 52 – 62 63 – 73 74 – 84
3,74 3,89 4,01 3,91 3,94 4,06
6 6,08 6,17 6,67 6,75 7
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa berbanding lurus dengan jumlah guru sekolah. Hubungan antara jumlah guru sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa dapat digambarkan dalam tabel berikut. Tabel 4.75. Korelasi antara jumlah guru dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa KINERJATQM KINERJATQM
Pearson Correlation
HASIL BELAJAR 1
Sig. (2-tailed) N HASIL BELAJAR
Pearson Correlation
JUMLAH GURU
.006
.216
.973
.236
32
32
32
.006
1
.375*
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Sig. (2-tailed)
.973
N JUMLAH GURU
.034
32
32
32
Pearson Correlation
.216
*
.375
1
Sig. (2-tailed)
.236
.034
32
32
N
32
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa nilai korelasi kinerja TQM sekolah dengan jumlah guru adalah 0,216 dengan signifikansi 0,236. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara jumlah guru dengan kinerja TQM sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah guru tidak akan memberikan pengaruh terhadap kinerja TQM sekolah. Kuantitas guru tidak akan berarti jika tidak terdapat kualitas didalamnya. Hal yang akan mempengaruhi kinerja sekolah adalah kompetensi dan kinerja guru, dimana jumlah guru yang tidak terlalu banyak namun memiliki kualitas yang baik akan memberikan kontribusi yang lebih terhadap kinerja sekolah dibandingkan dengan jumlah guru yang banyak namun memiliki kualitas yang buruk. Adapun nilai korelasi jumlah guru dengan hasil belajar siswa adalah 0,375 dengan nilai signifikansi 0,034. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah guru memiliki korelasi signifikan dengan hasil belajar siswa dengan kategori hubungan yang lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah guru merupakan aspek yang memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswa namun tidak terlalu dominan. Secara logis, dapat dijelaskan bahwa semakin besar jumlah guru, akan semakin kecil
jumlah
rombongan
belajar
sehingga
guru
akan
semakin
mudah
memperhatikan pencapaian dan nilai tambah setiap siswa. Namun faktor kuantitas ini masih dipengaruhi oleh faktor kualitas sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Secara ringkas, perbandingan dan hubungan antara karakteristik sekolah Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.76. Ringkasan perbandingan dan hubungan karakteristik sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa
Perbandingan
Akreditasi
dan
Status sekolah
sekolah
hubungan
Lokasi sekolah
Pencapaian
Jumlah guru
Kinerja TQM
Pencapaiannya
Pencapaian
Pencapaiannya
Sekolah
berbanding
sekolah negeri > sekolah di kota >
berbanding
lurus,
sekolah swasta,
sekolah di desa,
lurus,
memiliki
tidak memiliki
tidak memiliki
tidak memiliki
korelasi (sedang) korelasi
korelasi
korelasi
Hasil belajar
Pencapaiannya
Pencapaian
Pencapaian
Pencapaiannya
siswa
tidak berbanding
sekolah negeri > sekolah di kota >
berbanding
lurus,
sekolah swasta,
sekolah di desa,
lurus,
tidak memiliki
tidak memiliki
tidak memiliki
memiliki
korelasi
korelasi
korelasi
korelasi (lemah)
Setelah melihat perbandingan dan hubungan antara setiap komponen karakteristik sekolah dengan kinerja TQM sekolah dan hasil belajar siswa maka perlu kiranya mengetahui pengaruh dan kontribusi karakteristik sekolah terhadap hasil belajar siswa sebagai pembanding dengan pengaruh dan kontribusi kinerja TQM sekolah terhadap hasil belajar siswa. Kontribusi karakteristik sekolah terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 4.77. Uji keberartian persamaan regresi hasil belajar siswa atas karakteristik sekolah Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
1.870
4
.468
Residual
10.663
27
.395
Total
12.534
31
F 1.184
Sig. .340a
a. Predictors: (Constant), JUMLAH TENAGA KEPENDIDIKAN, AKREDITASI, JUMLAH SISWA, JUMLAH GURU b. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Tabel tersebut diatas memperlihatkan nilai signifikansi pengaruh karakteristik sekolah terhadap hasil belajar siswa adalah 0,340. Hal ini mengindikasikan bahwa karakteristik sekolah tidak memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kesimpulan ini didapat dengan membandingkan nilai probabilitas dengan nilai signifikansi (0,340 > 0,05). Adapun perbandingan nilai koefisien kinerja TQM sekolah dengan karakteristik sekolah terhadap hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.78. Koefisien korelasi kinerja TQM sekolah dan karakteristik sekolah terhadap hasil belajar siswa Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
t
(Constant)
9.411
1.985
PLANNING
-.001
.036
-.018
PEOPLE
.022
.023
PROCESS
.024
.019
PERFORMANCE
-.026
.047
CULTURE
-.156
.081
COMMUNICATION
.004
.059
COMMITMENT
.041
.036
AKREDITASI
-.023
JUMLAH GURU
-.003
Sig.
4.740
.000
-.035
.972
.332
.956
.351
.446
1.280
.215
-.279
-.567
.577
-.875
-1.926
.068
.026
.063
.950
.321
1.147
.265
.131
-.037
-.174
.864
.013
-.064
-.196
.847
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
JUMLAH SISWA JUMLAH TENAGA KEPENDIDIKAN
.000
.001
.158
.565
.579
-.025
.042
-.128
-.583
.566
a. Dependent Variable: HASIL BELAJAR
Dari tabel tersebut diatas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien pengaruh (B) dari aspek – aspek TQM sekolah lebih tinggi daripada aspek – aspek karakteristik sekolah. hal ini mengindikasikan bahwa aspek – aspek TQM memberikan kontribusi yang lebih dibandingkan dengan karakteristik sekolah.
4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis kinerja sekolah berdasarkan indikator manajemen mutu terpadu. a. Aspek perencanaan. Secara keseluruhan, aspek perencanaan termasuk dalam kategori tinggi. Dalam aspek perencanaan ini, komponen yang paling baik pelaksanaannya adalah komponen desain mutu. Secara spesifik, temuan dalam aspek perencanaan adalah: 1) Terkait dengan pengembangan dan penyebaran kebijakan dan strategis, seluruh sekolah menyatakan memiliki visi dan misi sekolah, dan sebagian besar menyatakan bahwa visi dan misi tersebut benar – benar menjadi pijakan dalam penyusunan rencana kerja sekolah. Sebagian besar sekolah juga menyatakan bahwa
visi
dan
misi
sekolah
berorientasi
pada
kualitas.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa visi dan misi sekolah tidak dijadikan sekedar slogan semata dan bahwa salah satu unsur pokok TQM yakni obsesi terhadap kualitas, telah terpenuhi. Namun terdapat hal yang perlu menjadi perhatian dalam hal penyusunan rencana kerja sekolah ini, yaitu cara penyusunannya. Sebagian sekolah menyatakan bahwa sekolah menyusun RKS
hanya dengan
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
mengadaptasi rencana kerja sekolah lainnya atau mengulang dari rencana kerja tahun sebelumnya. Fakta lainnya adalah sebagian sekolah menyatakan bahwa rencana kerja sekolah dijadikan sekedar bahan dokumentasi sekolah. Kedua fakta ini mengindikasikan kurangnya kreatifitas sekolah dan bahwa pengelolaan sekolah tidak didasarkan pada rencana kerja sekolah. Benang merah dari kedua fakta tersebut adalah adanya kemungkinan bahwa warga sekolah, terutama pimpinan sekolah, tidak menganggap penting rencana kerja sekolah, sehingga penyusunan dan pemanfaatannyapun tidak maksimal. 2) Terkait dengan partnership, semua sekolah menyatakan bahwa mereka membuat perencanaan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan orang tua siswa, demikian pula, sebagian besar menyatakan bahwa sekolahnya mengadakan kerjasama dengan SMA lainnya. Hal ini mengindikasikan bahwa sekolah telah membangun kerjasama dengan lingkungan terdekatnya yakni orang tua siswa dan sekolah lainnya. Hal penting terkait dengan partnership ini adalah fakta bahwa hampir seluruh sekolah meyatakan bahwa sekolah, atas inisiatif sendiri, tidak pernah mengadakan kerjasama dengan LPMP. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan LPMP dengan sekolah selama ini masih terbatas pada hubungan sepihak, dimana para pendidik dan tenaga kependidikan menganggap bahwa LPMP merupakan sebesar – besarnya peluang dalam mencari informasi, ilmu, serta bantuan finansial dalam pengembangan kapasitas mereka. Kondisi ideal dimana LPMP dan sekolah membangun kerjasama atas dasar saling membutuhkan, belum tercapai. Pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pelanggan utama LPMP seharusnya memiliki kedekatan akses dan kedekatan emosional dengan LPMP. Fakta lain Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
tentang partnership adalah bahwa sebagian besar sekolah menyatakan bahwa sekolah tidak mengadakan kerjasama dengan perguruan tinggi di luar daerah. Hal ini mengindikasikan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan pelanggan utamanya yakni siswa. Siswa SMA yang diproyeksikan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi seharusnya mendapatkan sebesar – besarnya akses dan informasi tentang perguruan tinggi yang akan dipilih. Kurangnya kerjasama dengan perguruan tinggi lokal dan di luar daerah, akan mengurangi akses dan informasi tersebut. Dengan demikian, salah satu unsur pokok TQM yakni fokus pada pelanggan, kurang terpenuhi. 3) Terkait dengan desain mutu, sebagian besar sekolah menyatakan bahwa kepala sekolah memeriksa kesiapan silabus secara periodik dan para guru telah menyusun silabus secara lengkap. Hal ini mengindikasikan kesiapan bahan pembelajaran yang berarti pula awal dari kegiatan desain mutu telah dilaksanakan dengan baik. Namun demikian, terdapat sebagian kecil sekolah yang menyatakan bahwa para guru melengkapi silabus dan RPP tersebut hanya dengan menyalin dari guru yang lain. Hal ini berarti masih terdapat sebagian kecil sekolah yang tidak memperhatikan kebutuhan peserta didik, sebab salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan silabus dan RPP adalah karakteristik peserta didik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masih terdapat sebagian kecil sekolah yang tidak memenuhi salah satu unsur pokok TQM yakni fokus pada pelanggan. Temuan negatif lainnya menyangkut desain mutu adalah tidak disusunnya prosedur dan tata kerja dari kegiatan – kegiatan utama yang terjadi di sekolah sehingga dapat dikatakan bahwa proses penjaminan konsistensi dan kualitas dari kegiatan – kegiatan utama yang terjadi Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
di sekolah tidak dilaksanakan. Implikasi lainnya adalah bahwa sekolah belum memahami penjaminan mutu sehingga belum melaksanakan sistim manajemen mutu dengan baik. b. Aspek karyawan. Secara keseluruhan, aspek karyawan termasuk dalam kategori tinggi. Secara spesifik, temuan dalam aspek karyawan adalah: 1) Terkait dengan team work, kerjasama antar sesama guru merupakan elemen yang telah terlaksana dengan baik, dimana sebagian besar sekolah menyatakan bahwa para guru sering berdiskusi satu sama lain dalam penyusunan silabus dan RPP serta saling berdiskusi tentang proses pembelajaran. Namun kerjasama ini belum diperkuat dengan perencanaan dan pelaksanaan secara kelembagaan, dengan kegiatan pendampingan antar sesama guru. Sebagian sekolah menyatakan bahwa mereka belum menjalankan program mentoring / coaching di antara sesama guru, sehingga pengawas menjadi satu – satunya pihak yang mengawasi, membimbing dan mengarahkan para guru dalam menjalankan pekerjaannya. Demikian pula kerjasama antar guru dan pengawas. Masih terdapat sebagian kecil sekolah yang menyatakan bahwa para guru jarang berdiskusi dengan pengawas tentang kesulitannya dalam bekerja. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa team work sebagai salah satu unsur pokok TQM, belum terpenuhi dengan baik. 2) Terkait dengan kreatifitas dan inovasi, sebagian besar sekolah menyatakan bahwa kepala sekolah sering memberikan motivasi kepada para guru untuk lebih kreatif dan inovatif. Indikasi baik dari hal ini adalah bahwa kepala sekolah telah melaksanakan salah satu fungsi kepemimpinan yakni fungsi Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pengarahan. Dapat dikatakan pula bahwa pilar kepemimpinan sebagai salah satu pilar TQM terbangun dengan baik. Implikasi dari hal tersebut adalah bahwa para guru menyatakan bahwa mereka menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, namun tidak demikian halnya dengan alat bantu pembelajaran.
Temuan
menggunakan
alat
data
bantu
menyebutkan pembelajaran
bahwa yang
para
guru
bervariasi.
jarang
Hal
ini
mengindikasikan kemungkinan bahwa lebih mudah bagi para guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi daripada alat bantu pembelajaran yang bervariasi. 3) Terkait dengan pengembangan kapasitas, sebagian besar sekolah memiliki persepsi yang baik tentang MGMP, dimana sebagian besar sekolah menyatakan bahwa MGMP benar – benar membantu dalam pekerjaan guru terutama dalam penyusunan silabus dan RPP serta membantu dalam pengembangan kapasitas guru. Sebagian besar guru menyatakan bahwa kepala sekolah sering memfasilitasi kegiatan MGMP dan mereka aktif terlibat dalam kegiatan MGMP. Hal ini mengindikasikan bahwa MGMP merupakan sarana yang sangat efektif dalam membantu para pendidik untuk saling bekerjasama yang bertujuan untuk memperkuat kompetensinya. Temuan lainnya yang didapatkan adalah bahwa sebagian besar sekolah menyatakan bahwa mereka jarang melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan seperti in house training dan seminar secara mandiri. Kegiatan – kegiatan tersebut masih dilaksanakan secara bersama oleh sekolah – sekolah, yang dipusatkan di ibukota kabupaten, dikarenakan keterbatasan dana dan waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
salah satu unsur pokok TQM yakni pendidikan dan pelatihan belum terpenuhi dengan baik. c. Aspek proses kerja. Secara keseluruhan, aspek proses kerja termasuk dalam kategori tinggi. Secara spesifik, temuan dalam aspek proses kerja adalah. 1) Terkait dengan penjaminan mutu, terdapat dimensi yang telah dilaksanakan dengan baik namun ada pula yang belum terlaksana dengan baik. Terdapat dua hal penting dalam pelaksanaan penjaminan mutu yakni memastikan kesiapan seluruh komponen pembelajaran dan kegiatan monitoring dan supervisi. Terkait dengan kesiapan seluruh komponen, kesiapan peserta didik merupakan elemen yang terpenuhi dengan baik karena sebagian besar sekolah menyatakan bahwa para guru sering memastikan kesiapan peserta didik sebelum memulai aktivitas pembelajaran. Sebaliknya, kesiapan guru, sarana dan prasarana serta buku ajar belum terpenuhi dengan baik. Ketidaksiapan guru lebih banyak disebabkan oleh jumlah guru yang tidak sesuai dengan standar dimana sebagian besar sekolah menyatakan bahwa jumlah guru yang dimiliki kurang dari standar yang telah ditetapkan. Selain itu, jumlah tenaga kependidikan yang ada juga sangat minim sehingga tugas guru menjadi berlebih. Fakta negatif lain berdasarkan temuan data adalah adanya sebagian kecil sekolah yang menyatakan bahwa pengawas sekolah dan kepala sekolah melakukan kegiatan monitoring dan supervisi dengan intensitas yang masih kurang. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat sebagian kecil pengawas sekolah yang belum melaksanakan tugasnya dengan maksimal dan kepala sekolah belum sepenuhnya melaksanakan salah satu bagian dari tugasnya yakni supervisi. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Terdapat kemungkinan yang perlu dikaji lebih dalam yakni tentang efektifitas tugas supervisi yang dibebankan pada kepala sekolah. Pertanyaan yang kemudian mencuat adalah seberapa efektif tugas supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, dan bagaimana pengaruhnya terhadap tugas manajerial yang diembannya. Kecenderungan penjaminan mutu yang kurang baik ini mengindikasikan belum terpenuhinya salah satu prinsip TQM yakni kepuasan pelanggan. 2) Terkait dengan sistim manajemen mutu, terdapat dimensi yang telah dilaksanakan dengan baik namun ada pula yang belum terlaksana dengan baik. Terdapat dua hal penting dalam sistim manajemen mutu yakni kesesuaian dan konsistensi pelaksanaan kegiatan dengan perencanaan serta pengelolaan data dan
informasi.
pembelajaran
Untuk
dengan
mengetahui tuntutan
kesesuaian
persyaratan
pelaksanaan
standar
proses,
kegiatan peneliti
mengumpulkan data persepsi guru tentang sikap siswa dalam pembelajaran. Temuan data menyebutkan bahwa guru memiliki persepsi yang baik dimana sebagian besar guru menyatakan bahwa mereka senang menanggapi siswa yang bertanya, berpendapat dan berargumentasi. Sebagian besar guru juga menyebutkan bahwa mereka sering mengarahkan siswa untuk berpikir dan mengkaji. Kesesuaian lainnya adalah bahwa para guru telah menerapkan pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan serta telah melakukan pembinaan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Temuan negatif tentang kesesuaian adalah tidak terlaksananya layanan bimbingan dan konseling bagi siswa. Hal ini mengindikasikan tidak terpenuhinya salah satu kebutuhan peserta didik yakni bimbingan dan Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
konseling. Hal penting yang tidak terpenuhi dalam komponen sistim manajemen mutu ini adalah bahwa tidak terbangunnya sistim manajemen mutu di sekolah karena sekolah tidak menyusun prosedur dan tata kerja seluruh kegiatan – kegiatan inti yang terjadi di sekolah sehingga tidak terjadi konsistensi dan peningkatan kualitas pelaksanaan kegiatan sekolah. Kecenderungan penjaminan mutu dan sistim manajemen mutu yang kurang baik ini mengindikasikan belum terpenuhinya salah satu prinsip TQM yakni kepuasan pelanggan. d. Aspek pengukuran kinerja. Secara keseluruhan, aspek pengukuran kinerja termasuk dalam kategori tinggi. Dari aspek pengukuran kinerja, diketahui bahwa SMA yang ada di Provinsi Gorontalo telah melakukan pengukuran kinerja yang beragam yakni evaluasi diri sekolah (EDS), audit ISO, dan benchmarking, namun pelaksanaannya belum optimal. Temuan negatif tentang pengukuran kinerja ini adalah bahwa sebagian sekolah tidak melakukan perencaaan pengukuran kinerja di awal tahun. Pengukuran kinerja belum menjadi agenda kegiatan tahunan dan berjalan tanpa perencanaan. 1) Terkait dengan pelaksanaan EDS, Aspek terbaiknya adalah persepsi yang baik tentang EDS, dimana sebagian besar sekolah menyatakan bahwa EDS benar – benar bermanfaat bagi peningkatan mutu sekolah. Namun demikian masih terdapat sebagian kecil sekolah yang tidak menindaklanjuti hasil EDS dengan malakukan perbaikan mutu. Fakta ini diperkuat dengan temuan tentang pencatatan dan dokumentasi hasil EDS yang kurang baik. Hal ini mengindikasikan bahwa masih terdapat sekolah yang melaksanakan EDS Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
namun belum mampu memanfaatkan hasil EDS tersebut sebagai bahan perbaikan mutu sekolah. 2) Terkait dengan pelaksanaan benchmarking, sebagian besar sekolah menyatakan pernah melaksanakan program ini, bahkan sebagian sekolah melaksanakan benchmarking dengan sekolah – sekolah di daerah lain. Namun demikian, pelaksanaannya belum menjadi sebuah program yang dilakukan secara periodik. Kesimpulan yang dapat ditarik dari temuan ini adalah kemungkinan akan kurangnya pemahaman tentang definisi dan tujuan benchmarking. 3) Terkait dengan pengukuran kepuasan pelanggan, terdapat sebagian sekolah yang menyatakan bahwa sekolahnya tidak melakukan penelusuran kepuasan siswa terhadap cara dan metode pengajaran guru. Kemungkinan sebab dari hal ini adalah kurangnya pemahaman warga sekolah terhadap prinsip kepuasan pelanggan sebagai salah satu dimensi mutu. Kecenderungan pengukuran kinerja yang kurang maksimal mengindikasikan bahwa dua prinsip TQM yakni manajemen berbasis fakta dan perbaikan berkesinambungan belum terpenuhi dengan baik. e. Aspek budaya kerja. Secara keseluruhan, aspek budaya kerja termasuk dalam kategori tinggi. Temuan terbaik dari budaya kerja yang telah terbangun di SMA di Provinsi Gorontalo adalah rasa ikut memiliki yang tinggi yang dimiliki oleh warga sekolah. Temuan terbaik lainnya adalah adanya pemberian wewenang penuh yang mengikuti tanggungjawab serta pemberian kebebasan yang lebih besar terhadap teknik dan gaya mengajar guru. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu unsur pokok TQM yakni pemberian kebebasan yang terkendali, telah terpenuhi dengan baik. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Sementara aspek yang kurang baik pelaksanaannya adalah kurangnya asas penghargaan dan keadilan dari pimpinan sekolah dan pengawas sekolah. Hal ini mengindikasikan belum tercapainya salah satu prinsip TQM yakni respek terhadap setiap orang. f. Aspek komunikasi. Secara keseluruhan, aspek komunikasi termasuk dalam kategori sangat tinggi. Temuan terbaik dari komunikasi adalah telah maksimalnya fungsi informasi sebagai salah satu fungsi komunikasi dalam organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan pengambilan keputusan yang melibatkan guru dan staf serta bahwa para guru mengetahui seluruh informasi yang terkait dengan keputusan dan kebijkan sekolah. Temuan negatif dalam aspek kominikasi ini adalah kurang maksimalnya fungsi pengungkapan emosi sebagai salah satu fungsi komunikasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sebagian sekolah yang menyatakan bahwa para guru tidak dapat mengungkapkan kekecewaan atau rasa puas mereka dalam berbagai kesempatan karena
kepala
sekolah
tidak
menyediakan
sarana
yang
memungkinkan
pengungkapan emosi tersebut. Pengungkapan emosi yang tersumbat ini pada akhirnya akan melahirkan bentuk – bentuk komunikasi yang tidak diinginkan seperti rumor dan gosip. Indikasi dari hal ini adalah bahwa kepala sekolah kurang membangun kedekatan hubungan personal dan melakukan komunikasi secara personal dan terbuka dengan para guru. Indikasi ini menimbulkan kemungkinan ketidakpahaman kepala sekolah terhadap konsep komunikasi organisasi yang baik. g. Aspek komitmen. Secara keseluruhan, aspek komitmen kepala sekolah ini termasuk dalam kategori sangat tinggi. Temuan terbaik dari aspek komitmen adalah tingginya kesediaan Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kepala sekolah untuk memajukan sekolahnya. Seluruh kepala sekolah menyatakan bahwa mereka terobsesi akan kualitas sekolahnya dan berusaha memajukan sekolahnya. Hal ini mengindikasikan bahwa salah satu unsur pokok TQM telah terpenuhi dengan baik yakni obsesi terhadap kualitas. Unsur pokok TQM lain yang terpenuhi dengan baik adalah adanya kesatuan tujuan yang ditunjukkan dengan temuan yang positif dalam komponen identifikasi terhadap organisasi, dimana sebagian besar kepala sekolah menyatakan bahwa mereka memiliki kesamaan misi dan tujuan dengan misi dan tujuan sekolah. Temuan negatif dalam aspek komitmen ini adalah menyangkut continuance commitment dimana terdapat sebagian kecil kepala sekolah yang menyatakan bahwa mereka tidak ingin menjalani sisa karirnya disekolah tempat mereka bertugas saat ini. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur pokok TQM yakni komitmen jangka panjang tidak terpenuhi dengan baik. Secara keseluruhan, kinerja SMA di Provinsi Gorontalo telah memenuhi empat unsur pokok TQM yakni memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas, memberikan kebebasan yang terkendali, memiliki kesatuan tujuan, serta adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Namun demikian, terdapat enam unsur pokok TQM yang belum terpenuhi dengan baik yakni fokus pada pelanggan, menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, memiliki komitmen jangka panjang, kerjasama tim, memperbaiki proses secara berkesinambungan dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan. 4.2.2 Analisis hasil belajar siswa. Temuan dari hasil belajar siswa yang direpresentasikan dengan nilai ujian nasional, terlihat bahwa pencapaian siswa untuk tahun ajaran 2009/2010 termasuk kategori Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
kurang. Pencapaian ini merupakan pencapaian murni siswa sebab pada saat itu Provinsi Gorontalo berusaha untuk menjadi Provinsi yang terjujur dalam pelaksanaan ujian nasional. Pencapaian nilai ujian nasional ini mengalami kenaikan pada tahun berikutnya yakni tahun ajaran 2010/2011 sehingga secara rata – rata termasuk kedalam kategori baik. Hal ini mengindikasikan adanya usaha – usaha sekolah untuk meningkatkan pencapaian siswa. Salah satu usaha tersebut adalah penambahan jam belajar (program pengayaan) untuk siswa kelas tiga dalam rangka persiapan ujian nasional. 4.2.3 Analisis pengaruh kinerja TQM sekolah terhadap hasil belajar siswa. Temuan dari hasil analisis data memperlihatkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kinerja sekolah yang diukur berdasarkan indikator TQM dengan hasil belajar siswa, di SMA Provinsi Gorontalo. Hasil analisis data juga memperlihatkan nilai kontribusi kinerja TQM sekolah terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang cukup berarti yakni sebesar 45%. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja sekolah yang diukur berdasarkan sudut pandang TQM memberikan kontribusi terhadap salah satu tujuan pengajaran di sekolah yakni pencapaian hasil belajar siswa sehingga dapat dikatakan bahwa falsafah manajemen mutu terpadu (TQM) adalah tepat bila diterapkan di lingkungan sekolah. Temuan lainnya adalah bahwa variabel lainnya (ε) yang mempengaruhi hasil belajar siswa (dalam hal ini ujian nasional), cukup besar yakni 55%. Temuan ini mengindikasikan adanya faktor – faktor lain diluar faktor kinerja sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa SMA di Provinsi Gorontalo. Adapun tentang pengaruh, hasil analisis data memperlihatkan bahwa ketujuh aspek kinerja TQM sekolah, secara simultan, memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Namun jika diukur secara parsial, aspek – aspek tersebut tidak memberikan Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini mengindikasikan bahwa kedekatan hubungan dan keterkaitan antara ketujuh aspek TQM tersebut sangat kuat, sehingga aspek – aspek tersebut hanya akan memberikan pengaruh terhadap mutu sekolah secara umum dan hasil belajar siswa secara khusus, apabila diterapkan dan diukur secara bersama – sama. Model TQM yang diformulasikan oleh John Oakland tersebut merupakan sebuah rangkaian aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain (cancel each other out). Kesimpulan ini diperkuat dengan hasil analisis data yang memperlihatkan nilai korelasi yang tinggi diantara ketujuh aspek TQM tersebut. Temuan data juga memperlihatkan fakta bahwa aspek budaya kerja merupakan satu – satunya aspek yang berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa apabila diukur secara parsial. Aspek budaya kerja ini juga merupakan aspek yang memiliki nilai korelasi tertinggi dengan hasil belajar siswa dibandingkan dengan aspek – aspek lainnya. Temuan ini mengarah pada kesimpulan bahwa aspek budaya kerja merupakan aspek yang utama dan harus menjadi prioritas jika sekolah memutuskan untuk menerapkan falsafal manajemen mutu terpadu (TQM). Pengadopsian falsafah TQM ini harus diawali dengan pembentukan sebuah budaya kerja yang baik yang dilandasi oleh pemahaman akan TQM serta motivasi yang tinggi untuk menerima dan melaksanakan falsafah TQM ini. Melalui budaya kerja yang baik yang terbentuk disemua lapisan dan bagian organisasi / sekolah, maka falsafah TQM akan lebih mudah dilaksanakan. Adapun nilai korelasi budaya kerja dengan hasil belajar siswa yang bernilai negatif (-0,388), secara umum bermakna bahwa hubungan diantara kedua variabel tersebut merupakan hubungan yang berbanding terbalik. Secara spesifik, nilai negatif tersebut bermakna bahwa setiap dimensi budaya kerja di Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
lingkungan sekolah, tidak mendukung hasil belajar siswa. Secara rinci, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Dimensi informasi kinerja dan kualitas. Hasil korelasi mengindikasikan bahwa budaya kerja yang menuntut pimpinan sekolah dan pengawas untuk menyampaikan setiap pencapaian dan kinerja kepada para guru dan staf secara berkala, ternyata tidak mendukung tercapainya hasil belajar siswa yang baik (kasus pada SMA di Provinsi Gorontalo). Kemungkinan dari temuan ini adalah bahwa para guru dan staf tidak memerlukan informasi tentang kinerja dan kualitas mereka karena keterbatasan
pemahaman
mereka
akan
pentingnya
informasi
tersebut.
Penyampaian informasi tentang kinerja, tidak dimanfaatkan sebagai bahan perbaikan dan peningkatan kualitas dan kinerja. Hal ini berimplikasi pada tidak berartinya dimensi informasi kinerja dan kualitas ini. b. Dimensi pemberian wewenang. Hasil korelasi mengindikasikan bahwa pemberian wewenang penuh kepada para guru dan staf, ternyata tidak mendukung hasil belajar siswa (kasus pada SMA di Provinsi Gorontalo). Kemungkinan dari temuan ini adalah bahwa para guru dan staf telah terbiasa dengan budaya patriarki dan feodal dimana kepala sekolah dan wakilnya beserta pengawas sekolah dianggap sebagai pihak yang memiliki kekuasaan sehingga berhak memberikan perintah dan arahan. Kemungkinan lain adalah bahwa kurangnya pemahaman para guru dan staf terhadap tugas – tugas yang harus dijalankan sehingga pemberian wewenang penuh akan mengakibatkan kurang optimalnya hasil kerja. Para guru dan staf tersebut masih memerlukan petunjuk – petunjuk teknis (juknis) dan petunjuk – petunjuk pelaksanaan (juklak) tentang tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Hal ini berimplikasi pada tidak berartinya dimensi pemberian wewenang ini. Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
c. Dimensi penghargaan. Hasil korelasi mengindikasikan bahwa pemberian penghargaan kepada para guru dan staf, ternyata tidak mendukung hasil belajar siswa (kasus pada SMA di Provinsi Gorontalo). Kemungkinan dari temuan ini adalah bahwa penghargaan tidak mampu mendorong motivasi para guru dan staf untuk memperbaiki kinerja mereka yang pada akhirnya tidak mempengaruhi hasil belajar siswa. Motivasi terbaik adalah motivasi individual, yang berasal dari kesadaran pribadi. Hal ini berimplikasi pada tidak berartinya dimensi pemberian penghargaan ini. d. Dimensi keadilan. Hasil korelasi mengindikasikan bahwa azas keadilan kepada para guru dan staf, ternyata tidak mendukung hasil belajar siswa (kasus pada SMA di Provinsi Gorontalo). Kemungkinan dari temuan ini adalah bahwa perlakuan adil dari Kepala sekolah sangat relatif dan bergantung pada sudut pandang masing – masing guru dan staf. Demikian pula perlakuan dan penghargaan kepala sekolah kepada para guru dan staf sangat bergantung pada berbagai hal, termasuk kinerja dan kualitas para guru dan staf. Hal ini menyebabkan tidak seragamnya persepsi para guru tentang azas keadilan yang diterapkan oleh kepala sekolah, sehingga penerapan azas keadilan menjadi kurang berarti. e. Dimensi kompensasi. Hasil korelasi mengindikasikan bahwa pemberian insentif yang sesuai dengan pencapaian dan tanggung jawab para guru dan staf, ternyata tidak mendukung hasil belajar siswa (kasus pada SMA di Provinsi Gorontalo). Kemungkinan dari temuan ini adalah bahwa para guru dan staf telah terbiasa dengan pemberian insentif / kompensasi yang merata dan tidak didasarkan pada pencapaian dan tanggung jawab. Perubahan akan kondisi ini justru akan mengakibatkan menurunnya motivasi para guru dan staf. Jika pemberian insentif Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
didasarkan pada pencapaian dan tanggung jawab, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah persepsi akan ketidakadilan, yang mungkin akan mengakibatkan turunnya motivasi kerja para guru dan staf. 4.2.4 Hubungan dan pengaruh karakteristik sekolah terhadap hasil belajar siswa. Hasil pengolahan data memperlihatkan kesimpulan bahwa karakteristik sekolah tidak memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakteristik sekolah hanyalah merupakan sifat dan gambaran umum dari sebuah sekolah yang tidak memberikan pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Karakteristik sekolah ini akan lebih berarti jika dikelola secara baik. Adapun jika diperbandingkan, maka aspek – aspek kinerja TQM memiliki nilai pengaruh yang lebih besar terhadap hasil belajar siswa daripada karakteristik sekolah.
Fitriyani Adani, 2012 Analisis Kinerja Sekolah Berdasarkan Pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa (Kasus pada SMA Di Provinsi Gorontalo) Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu