BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pelaksanaan Tindakan
4.1.1. Pra Siklus Kondisi awal ketika guru menerapkan metode ceramah dan penggunaan alat peraga dalam kelompok kecil adalah siswa tidak terlibat secara aktif hanya guru saja yang aktif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya siswa yang bicara sendiri, suasana dalam kelas menjadi gaduh, siswa tidak konsentrasi jika diberi pertanyaan tentang materi yang disampaikan sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan, bahkan ada siswa yang bermain sendiri. Setelah diadakan tes evaluasi ternyata hasil belajarnya rendah yaitu nilai rata-rata kelasnya 52 (dibawah KKM 60). 4.1.2. Siklus 1 Pembelajaran Siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 November 2011. Materi pelajaran yang diajarkan adalah geometri tentang volume kubus dan balok dengan menggunakan rencana perbaikan pembelajaran Siklus I sebagaimana terlampir. Proses perbaikan pembelajaran dilaksanakan yang diawali dengan appersepsi, kegiatan inti, dan kegiatan akhir yaitu dengan memberi tes formatif. Hasil tes formatif ini dianalisa untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut berhasil atau tidak. Dari analisa data hasil belajar yang dicapaioleh siswa pada perbaikan pembelajaran Siklus I, diketahui bahwa hasil nilai yang dicapai oleh siswa rata-rata kelas 65 atau 65%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus I yang menitik beratkan pada kegiatan guru dan siswa yaitu dengan penerapan teori Van Hiele dalam perbaikan pembelajaran mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelum perbaikan dengan nilai rata-rata 53 dari jumlah siswa 24 siswa. Sehingga dapat dikatakan perbaikan pembelajaran siklus I hasilnya lebih baik tetapi secara klasikal belum tuntas. Oleh karena itu direncanakan perbaikan pembelajaran Siklus II.
21
22
4.1.3. Siklus 2 Perencanaan tindakan perbaikan pembelajaran Siklus II didasarkan atas hasil refleksi pada Siklus I. Pada tahap perencanaan ini diperoleh data, peneliti merancang rencana perbaikan pembelajaran Siklus II, menyiapkan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan, menerapkan teori belajar Van Hiele dan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Menyiapkan lembar observasi dan soal tes formatif. Data perencanaan terlampir. Perbaikan pembelajaran Siklus II diadakan pada tanggal 26 November 2011. Maka pelajaran yang diajarkan adalah matematika dengan materi volume kubus dan balok dan menggunakan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II sebagaimana terlampir. Proses pembelajaran diawali dengan appersepsi. Guru menerapkan teori belajar Van Hiele dan diakhiri dengan tes formatif. Nilai tes formatif siswa dianalisa hasilnya. Darianalisa hasil belajar yang dicapai siswa pada perbaikan pembelajaran Siklus II adalah nilai terendah 50 dan nilai tertinggi 100 dengan nilai rata-rata 76. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran pada Sklus II yang menitik beratkan pada kegiatan guru dan siswa yang perlu diperbaiki di Siklus II dan kemampuan menjelaskan volume kubus dan balok mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan perbaikan pembelajaran Siklus I.
23
4.2.
Hasil Analisis Data
4.2.1. Pra Siklus Berikut ini dipaparkan hasil belajar siswa pra siklus pada tabel 1, 2, 3 dan diagram 1. a. Hasil Evaluasi Pra Siklus
TABEL 1 HASIL BELAJAR SISWA PRA SIKLUS No urut Nama Nilai 1 AP 50 2 MZ K 40 3 MAM 40 4 SM 50 5 AB 50 6 AN 50 7 AM 50 8 API 40 9 AIS 50 10 AR 50 11 DYS 50 12 DP 60 13 HNA 50 14 HNI 50 15 HSK 40 16 IN 50 17 MH 50 18 MKA 90 19 MLH 100 20 MSB 40 21 RA 80 22 RYI 30 23 SH 40 24 FIN 70 Jumlah 1250 Rata-rata nilai kelas 52 Rata-rata tuntas 20,83%
keterangan
≤ 45 = 7 46 - 55 = 12 56 – 100 = 5
24
Tabel 2 Tabel hasil Perolehan Tes Formatif Matematika Pra Siklus SD Negeri 3 Tlogorejo No.
Rentang Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1.
35 – 45
7
29,17
2.
46 – 56
12
50
3.
57 – 67
1
4,17
4.
68 – 78
1
4,17
5.
79 – 89
1
4,17
6.
90 - 100
2
8,33
24
100
Jumlah b. Diagram
Berdasarkan rentang nilai diatas diketahui ada peningkatan hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran matematika Pra Siklus dapat dilihat pada diagram batang berikut ini: Diagram 1 Grafik Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif Matematika Pra Siklus SD Negeri 3 Tlogorejo
25
c. Ketuntasan Belajar Sebelum Perbaikan Berikut disajikan ketuntasan perolehan nilai dalam pembelanjaran matematika Pra Siklus sebelum perbaikan:
No.
Tabel 3 Ketuntasan Perolehan Nilai Pra Siklus Ketuntasan Siswa Jumlah Siswa Prosentase (%)
1.
Siswa tuntas
5
20,83
2.
Siswa belum tuntas
19
79,17
24
100
Jumlah
d. Nilai Rata-Rata Kelas Sebelum Perbaikan : 52
26
4.2.2. Siklus 1 Berikut ini dipaparkan hasil belajar siswa pra siklus pada tabel 4, 5, 6 dan diagram 2. a. Hasil Evaluasi Siklus 1 TABEL 4 HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS 1 No urut Nama Nilai 1 AP 50 2 MZ K 40 3 MAM 40 4 SM 50 5 AB 50 6 AN 80 7 AM 80 8 API 50 9 AIS 80 10 AR 50 11 DYS 50 12 DP 70 13 HNA 60 14 HNI 60 15 HSK 60 16 IN 90 17 MH 70 18 MKA 100 19 MLH 100 20 MSB 50 21 RA 90 22 RYI 80 23 SH 50 24 FIN 60 Jumlah 1560 Rata-rata nilai kelas 65 Rata-rata tuntas 58,33%
keterangan
≤ 45 = 2 46 – 55 = 8 56 – 100 =14
27
Tabel 5 Tabel Hasil Perolehan Tes Formatif Matematika Siklus 1 SD Negeri 3 Tlogorejo No
Rentang Nilai
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1.
≤ 45
2
8,33
2.
46 – 56
8
33,33
3.
57 – 67
4
16,67
4.
68 – 78
2
8,33
5.
79 – 89
4
16,67
6.
90 – 100
4
16,67
24
100
Jumlah b. Diagram
Berdasarkan rentang nilai diatas diketahui ada peningkatan hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran matematika Siklus 1 dapat dilihat pada diagram batang berikut ini: Diagram 2 Grafik Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif Matematika Siklus 1 SD Negeri 3 Tlogorejo
28
c. Ketuntasan Belajar Siklus 1 Berikut disajikan ketuntasan perolehan nilai dalam pembelanjaran matematika Siklus 1 sebelum perbaikan:
1.
Tabel 6 Ketuntasan Perolehan Nilai Siklus 1 Ketuntasan Siswa Jumlah Prosentase (%) Siswa Siswa Tuntas 14 58,33
2.
Siswa Belum Tuntas
10
41,67
Jumlah
24
100
No
d. Nilai Rata-rata Kelas Perbaikan Pembelajaran Siklus I : 65
29
4.2.3. Siklus 2 Berikut ini dipaparkan hasil belajar siswa pra siklus pada tabel 7, 8, 9dan diagram 3. a. Hasil Evaluasi Siklus 2 TABEL 7 HASIL BELAJAR SISWA SIKLUS 2 No urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Nama AP MZ K MAM SM AB AN AM API AIS AR DYS DP HNA HNI HSK IN MH MKA MLH MSB RA RYI SH FIN Jumlah Rata-rata nilai kelas Rata-rata tuntas
Nilai 60 50 50 70 80 90 80 90 60 90 60 60 60 70 70 90 90 100 100 90 100 70 70 80 1830 76 91,67%
keterangan
≤ 45 = 0 46 – 55 = 2 56 – 100 =22
30
Tabel 8 Tabel Hasil Perolehan Tes Formatif Matematika Siklus 2 SD Negeri 3 Tlogorejo No
Rentang Nilai
Jumlah
Prosentase
Siswa
(%)
1.
35-45
-
-
2.
46-56
2
8,33
3.
57-67
5
20.83
4.
68-78
5
20,83
5
79-89
3
12,50
6.
90-100
9
37,50
24
100
Jumlah b. Diagram
Berdasarkan rentang nilai diatas diketahui ada peningkatan hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran matematika Siklus 2 dapat dilihat pada diagram batang berikut ini: Diagram 3 Grafik Hasil Perolehan Nilai Tes Formatif Matematika Siklus 2 SD Negeri 3 Tlogorejo
31
c. Ketuntasan Belajar Siklus 2 Berikut disajikan ketuntasan perolehan nilai dalam pembelanjaran matematika Siklus 2 sebelum perbaikan: Tabel 9 Ketuntasan Perolehan Nilai Siklus 2 No
Ketuntasan Siswa
Jumlah Siswa
Prosentase ( % )
1.
Siswa Tuntas
22
91,67
2.
Siswa Belum Tuntas
2
8,33
24
100
Jumlah
d. Nilai Rata-rata Kelas Perbaikan Pembelajaran Siklus 2 : 76 4.3.
Deskripsi Temuan dan Refleksi Per Siklus
4.3.1. Pra Siklus Kondisi awal ketika guru menerapkan metode ceramah dan penggunaan alat peraga dalam kelompok kecil adalah siswa tidak terlibat secara aktif hanya guru saja yang aktif. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya siswa yang bicara sendiri, suasana dalam kelas menjadi gaduh, siswa tidak konsentrasi jika diberi pertanyaan tentang materi yang disampaikan sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan, bahkan ada siswa yang bermain sendiri. Setelah diadakan tes evaluasi ternyata hasil belajarnya rendah yaitu nilai rata-rata kelasnya 52 (dibawah KKM 60). Pra siklus menggunakan data nilai dari mata pelajaran matematika yang sudah ada tanpa melibatkan observer. 4.3.2. Siklus 1 Dari data pengamatan yang dilakukan observer diketahui bahwa guru dalam kegiatan pembelajaran diawali dengan memberi apersepsi yang mangarah ke materi yang diajarkan, menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, tanya jawab. Menggunakan alat peraga meskipun kecil dn menerapkan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika dengan materi geometri volume kubus dan
32
balok tapi guru kurang memberi latihan-latihan soal. Sedangkan pengamatan terhadap siswa diperoleh data bahwa siswa kurang tertarik dengan materi yang diajarkan guru sehingga semua siswa dapat mencari volume bangun kubus dan balok. Dalam kegiatan belajar kelompok siswa masih ada yang tidak aktif. Lembar pengamatan terlampir. Setelah melaksanakan perbaikan siklus I mata pelajaran matematika materi volume kubus dan balok, yang dilaksanakan pada tanggal 19 Nopember 2011 maka peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan diperoleh data tentang refleksi sebagai berikut: a. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kurang menarik, sehingga siswa tidak antusias dalam kegiatan pembelajaran. b. Sebagian besar siswa belum bisa menjelaskan sifat-sifat bangun datar c. Dalam kegiatan kerja kelompok belum kelihatan aktif d. Siswa belum berani bertanya tentang materi yang diajarkan Dari data yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa perbaikan pembelajarnan siklus I belum menunjukkan hasil yang maksimal atau masih gagal. Dari 24 siswa masih ada 5 siswa mendapat nilai diatas ketuntasan minimal atau 20,83%, sedangkan yang mendapat nilai dibawah ketuntasan minimal adalah 19 siswa atau 79,17%. Kegagalan atau ketidakberhasilan siklus I disebabkan karena: a. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran volume kubus dan balok dengan alat peraga terlalu sedikit jadi siswa masih belum memahami dengan baik. b. Guru dalam menyampaikan materi kurang memberi latihan-latihan tentang volume kubus dan balok. Data dari hasil tes formatif siklus I adalah: a. Dari 24 siswa yang semula hanya 5 siswa yang mendapat nilai diatas ketuntasan minimal menjadi 14 siswa atau 58,33% b. Masih ada 10 siswa yang nilainya dibawah ketuntasan minimal atau 41,67% c. Nilai rata-rata kelas mencapai 65.
33
4.3.3. Siklus 2 Dari data pengamatan yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahw guru telah melaksanakan proses belajar mengajar sesuai dengan rencana. Pada proses perbaikan pembelajaran siklus II ini guru sudah mengajar dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan penerapan teori Van Hiele pada materi bidang geometri pokok bahan volume kubu dan balok. Dari pengamatan tentang siswa sudah kelihatan antusisias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Terbukti bila dieberi pertanyaan tentang volume kubus dan balok siswa bisa menjawab dengan benar. Lembar pengamatan terlampir. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus I mata pelajaran matematika materi pokok volume kubus dan balok, yang dilaksanakan 19 November 2011 maka peneliti dan teman sejawat berdiskusi dan diperoleh data tentang refleksi sebagai berikut : a. Guru dalam menyampaikan materi pelajaran kurang menarik, sehingga siswa tidak semangat dalam kegiatan pembelajaran. b. Sebagian besar siswa belum bisa menjelaskan volume kubus dan balok. c. Dalam kegiatan kerja kelompok siswa belum kelihatan aktif. d. Siswa belum berani bertanya tentang materi yang diajarkan. Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran Siklus II diperoleh hasil refleksi sebagai berikut : a. Guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana. b. Secara umum proses pembelajaran sudah baik. c. Aktivitas siswa juga sudah menunjukkan perubahan lebih aktif. d. Perolehan nilai hasil tes formatif sudah memenuhi kriteria keberhasilan. Dari hasil temuan dan refleksi pada perbaikan pembelajaran tentang volume kubus dan diketahui adanya peningkatan nilai hasil belajar siswa. Pada perbaikan pembelajaran Siklus I nilai rata-rata 65 sedangkan pada perbaikan pembelajaran Siklu II nilai rata-rata 76.Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan pembelajaran Siklus II dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa terhadap siswa terhadap materi yang diajarkan dengan penerapan teori belajar Van Hiele.
34
Dalam perbaikan pembelajaran Siklus II siswa lebih aktif, lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga suasana kelas lebih hidup. Dari analisa diatas dapat disimpulkan bahwa dari Siklus I ke Siklus II menunjukkan keberhasilan. Keberhasilan Siklus II dibuktikan dengan adanya: a. Dalam kegiatan pembelajaran siswa terlihat aktif dalam kerja kelompok. b. Sebagian besar siswa telah mampu menjawaab soal tes formatif tentang volume kubus dan balok. Setelah diadakan tes formatif hasilnya dari 24 siswa nilai rata-rata 76. 4.4.
Pembahasan
4.1.1. Pra Siklus Untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak mudah, sebab banyak faktor yang menjadi penyebab berhasil tidaknya proses pembelajaran. Dari berbagai kajian teori, faktor yang paling menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar adalah kemampuan guru, terutama dalam memilih dan menggunakan strategi, metode, dan alat peraga yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Pada penelitian ini, peneliti menekankan pada kemampuan guru dalam memilih strategi pembelajaran. Pra siklus dilakukan untuk mendapatkan data awal, yang digunakan sebagai acuan keberhasilan siklus 1 dan siklus 2 yang akan dilakukan. 4.1.2. Siklus 1 Sebelum program perbaikan pembelajaran dilaksanakan, siswa kurang menguasai materi tentang volume kubus dan balok pada mata pelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena guru dalam kegiatan pembelajaran tidak menarik perhatian siswa karena menggunakan alat peraga yang terlalu kecil, sehingga siswa tidak begitu jelas. Guru juga kurang dalam memberi latihan-latihan soal tentang mengidentifikasi volume kubus dan balok. Dalam Penelitian Tindakan Kelasyang berawal dari kegiatan-kegiatan yang dialami guru dalam proses dan hasil belajar.
35
Setelah peneliti berdiskusi dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan pembimbing, peneliti perlu mengadakan perbaikan Siklus I ini peneliti merancang perbaikan pembelelajaran dengan menitikberatkan pada penggunaan metode, penggunaan alat peraga, dan penerapan teori Van Hiele untuk menarik perhatian siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa walaupun belum seluruhnya tuntas, Siswa yang tuntas ada 14 dari 24siswa atau 58,33 %. Setelah diadakan perbaikan pembelajaran Siklus I, dari 24 siswa ada 10 siswa yang mendapat nilai dibawah nilai ketuntasan minimal atau 41,67 %. Hal tersebut yangkemudian menjadi perhatian peneliti untuk melakukan perbaikan pembelajaran Siklus II.
4.1.3. Siklus 2 Ketercapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor. Diantaranya faktor yang paling menentukan adalah kemampuan guru dalam mengelola kelas, metode, penggunaan alat peraga, dan penggunaan strategi pembelajaran. Pemilihan metode, alat peraga, dan strategi pembelajaran besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Penerapan strategi pembelajaran yang digunakan tentunya harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang diajarkan. Berdasarkan hasil dari perbaikan pembelajaran Siklus I, peneliti berdiskusi dengan teman sejawat dan berkonsultasi dengan pembimbing perlu mengadakan perbaikan pembelajaran Siklus II ini peneliti merancang pembelajaran dengan menitik beratkan pada kemampuan guru dalam membimbing siswa untuk mengidentifikasi volume kubus dan balok. Setelah diadakan tes formatif pada pembelajaran Siklus II dari 24 siswa ada 22 siswa yang mencapai nilai diatas tuntas atau 91,67 %. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan menerapkan teori belajar Van Hiele, menggunakan metode diskusi, penggunaan media yang sesuai serta kesabaran yang diberikan guru dalam membimbing siswa untuk menjelaskan volume kubus dan balok pada mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 3 Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan ternyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
36
Berikut hasil peningkatan belajar siswa Tabel 10 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Per Siklus Kategori
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Tuntas
5
14
22
Tidak Tuntas
19
10
2
Jumlah
24
24
24
Tindakan yang peneliti laksanakan, mentargetkan 100% siswa mencapai KKM. Tetapi setelah selesai diadakan Penelitian Tindakan Kelas, ternyata hasil yang dicapai hanya 91,67% siswa yang mencapai KKM. Hal ini disebabkan karena kedua siswa yang tidak mencapai KKM, termasuk anak dengan kemampuan yang dibawah rata-rata (termasuk tertinggal di kelasnya). Karena dalam mata pelajaran yang lain pun, kedua anak tersebut perlu bimbingan yang khusus, karena kedua anak tersebut mempunyai masalah psikologis, sehingga perlu pendampingan khusus.