BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Sejarah Berdirinya Di Indonesia Bakrie & Brothers Tbk, termasuk bisnis konglomerat terbesar dengan 54 perusahaan, 54.000 karyawan. Bakrie Construction (dahulu PT Trans Bakrie) merupakan salah satu unit usaha dari PT Bakrie & Brothers Tbk, yang didirikan pada tahun 1985 sebagai gabungan antara Transfield Pty. Ltd. dari Australia dan PT Bakrie & Brothers Tbk. Indonesia. Pada tahun 1998 kondisi keuangan dari Transfield mulai melemah, dan menyebabkan PT Bakrie & Brothers Tbk. membeli semua saham yang dimiliki oleh Transfield, sehingga PT Trans Bakrie berubah nama menjadi Bakrie Construction. Bakrie Construction bergerak dalam industri fabrikasi, yang terletak di Desa sumuranja, Merak – Banten, kira – kira 130 km dari JakartaIndonesia dengan beban langsung ke laut. Sebagai kontraktor: Offshore Oil & Gas Platform, Jaket Konstruksi, Modular konstruksi marine, Power Peralatan, Oil & Gas, Berat Umum Fabrikasi, Sistem Pemipaan, Fabricator Spool, Offshore Jasa Kontraktor, Bejana Fabricator, IPSA fasilitas pelabuhan. 44
45
4.1.2. Visi, Misi & Tujuan Perusahaan 4.1.2.1. Visi Perusahaan Di dalam mencapai pertumbuhan perusahaan yang signifikan, maka PT Bakrie Construction melalui total kepuasan pelanggan, mengukur keunggulan di dalam pelaksanaan pencapaian kepuasan pelanggan melalui proses yang berkesinambungan, dimana proses tersebut meliputi pengiriman barang yang tepat waktu, memberikan bonus dari barang yang tidak layak, terus meningkatkan standar dalam hal kesehatan, keselamatan lingkungan kerja, maupun pelayanan kepada masyarakat sekitar. Program layanan tersebut dapat bermanfaat bagi stakeholders internal maupun eksternal. 4.1.2.2. Misi Perusahaan Bakrie Construction, memiliki tujuan untuk menghasilkan pertumbuhan yang substansial dalam pendapatan dan keuntungan, dengan pengembangan lebih lanjut dari bisnis inti yaitu fabrikasi dan konstruksi peralatan modular untuk Oil & Gas, Power, Pertambangan, Kelautan dan industri Infrastruktur dan diversifikasi lebih lanjut sebagai Kontraktor EPC, Kontraktor Offsohore Services , Bejana Fabricator. Bakrie Konstruksi bertujuan untuk mencapai misi ini dengan:
46
a. Meningkatkan hubungan dengan pelanggan, yang dilakukan dengan cara memberikan keunggulan dalam layanan yang kami sediakan. b. Melakukan penilaian kemampuan layanan yang dimiliki oleh Bakrie Construction, dengan tujuan untuk mengetahui dan mengelola resiko yang ada. c. Mengembangkan bisnis inti Bakrie Construction, dengan cara mempromosikannya kepada negara – negara baru. d. Melakukan proses peningkatan kinerja yang berkelanjutan, dengan menggunakan program seperti KPI balance score, dan program Six Sigma. e. Meninjau dan meningkatkan stabilitas laba, melalui sebuah model bisnis yang saling melengkapi. f. Menarik dan mempertahankan spesialis dan karyawan kunci. g. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas, keamanan dan standar lingkungan. h. Mengidentifikasi,
memperoleh,
mengintegrasikan
dan
pengembangan bisnis yang saling melengkapi dan sesuai.
4.1.2.3. Tujuan Perusahaan Agar dapat diakui secara internasional untuk proyek EPC dan Fabrikasi Kontraktor, maka dilakukan pembangunan berkelanjutan dengan
target
mencapai
kepuasan
pelanggan
melalui
Good
Governance, kualitas, keselamatan dan program hubungan masyarakat.
47
Untuk sepenuhnya mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan manajemen
mengakui
bahwa
kami
membutuhkan
dukungan,
pemahaman, keterlibatan, inisiatif, dorongan dan kerjasama dari seluruh karyawan, maka melalui program Balance Scorecard / Six Sigma, dimana program ini dapat memulai perjalanan Bakrie Construction pada bagian dari pertumbuhan, diversifikasi, akuisisi melalui Peta Strategi: a. Menjaga hubungan dengan para pelanggan dengan pelayanan, kualitas dan keamanan. Peningkatan kapasitas lapangan saat ini untuk mengaktifkan pertumbuhan / kapasitas ganda & potensi pendapatan ketika sepenuhnya terealisasi. b. Perolehan tanah, pengembangan lebih lanjut dari tanah, fasilitas & lokakarya. c. Mengembangkan tim inti untuk mencapai efisien, manajemen yang cakap pada pabrik, dan seluruh fasilitas untuk kontrak EPC utama konstruksi Minyak & Gas Platform, modul di pabrik. 4.1.3. Bidang usaha Layanan yang ditawarkan oleh PT. Bakrie Construction seperti: a. Minyak & Gas a) Pipework System Spools Supply, Fabrication b) Offshore Process Platform Modules and Jackets (EPC) c) Pre-Assembled Units (PAU) for Process Plant (LNG, LPG, GTL)
48
d) Process Skid Fabrication& Assembly (Dehydration, Amine Treating, Dewpoint Control, Slug Catcher etc) e) Pressure Vessel (U, UR under process) f)
FPSO topside Process Modules
b. Industri Pertambangan
a) Plant & Equipment Fabrication + Assembly. b) Conveyor Systems Fabrication + Assembly (Modularised) c) Stackers, Reclaimers d) Barge Loading Facilities e) Port & Materials Handling Equipment Fabrication & Installation Container Cranes, RTG, RMG Cranes Ship Unloaders Ship Loaders
c. Peralatan Kelautan
a) Mooring Systems (SPM, Spars, etc.) b) PLEM c) Marine Constructions (Jetty, Modules, Piles, Headstock) d) Jetty Facilities(Modular) e) Suction Pile
49
4.1.4. Struktur Organisasi
STRUCTUR ORGANISASI PT. BAKRIE CONSTRUCTION
Pada struktur organisasi di atas, dapat dilihat bahwa Bakrie Consturction tidak memilki Departemen Humas (Public Public Relations Relations), oleh karena itu yang bertugas menjalankan fungsi dan peran PR internal dijalankan oleh departemen HR. Departemen HR ditunjuk oleh pihak manajemen menjalankan fungsi ganda, yaitu sebagai fungsi dari Departemen HR itu sendiri, dan juga sebagai PR internal yang menjembatani menjembatani hubungan baik antara pihak manajemen dengan karyawan, yang mana dengan fungsi sebagai PR internal inilah yang mengharuskan departemen HR memiliki employee relations yang baik. Employee mployee relations yang
50
baik dijalin dengan cara, departemen HR sebagai motivator bagi seluruh karyawan, dan sebagai pemeliharaan iklim komunikasi yang kondusif di dalam PT Bakrie Construction. Selain sebagai motivator, departemen HR juga memfasilitasi karyawan dengan pelatihan, hal ini ditujukan agar karyawan dapat terus mengembangkan potensi yang mereka miliki dan juga agar ilmu yang telah mereka miliki dibagikan kepada teman sekerjanya yang tidak mengikuti pelatihan. Pelatihan merupakan sebuah program komunikasi internal yang dibuat oleh departemen HR, pelatihan yang biasa dilakukan adalah pelatihan mengukur kinerja dari masing – masing karyawan.
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Responden a. Usia Tabel 4.1 Responden berdasarkan usia N = 50 Usia
f
%
18 – 30
17
34
31 – 45
22
44
46 – 55
10
20
>55
1
2
51
Total
50
100
Sumber HRD Bakrie Construction 2010 Dari data yang telah berhasil dikumpulkan, usia responden yang paling besar adalah pada rata – rata usia 18 – 30 tahun (34%), sedangkan dilanjutkan dengan rata – rata usia 31 – 45 tahun (44%), dilanjutkan pula dengan rata – rata usia 46 – 55 tahun (20%), dan presentasi yang terkecil yaitu 2% dengan rata – rata usia >55 tahun. b. Jenis Kelamin Tabel 4.2 Responden berdasarkan Jenis kelamin N = 50 Jenis Kelamin
f
%
Laki – laki
36
72
Perempuan
14
28
Total
50
100
Sumber HRD Bakrie Construction 2010
Dari data yang diperoleh dari departemen Sumber Daya Manusia, data responden di dasarkan dari jenis kelamin yaitu, laki – laki berjumlah orang (72%), dan perempuan berjumlah orang (28%).
52
c. Status Perkawinan Tabel 4.3 Responden berdasarkan Status Perkawinan N = 50 Status Perkawinan
f
%
Belum Nikah
16
32
Nikah
33
66
Janda/Duda
1
2
Total
50
100
Sumber HRD Bakrie Construction 2010 Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang memiliki status perkawinan terbesar adalah yang telah menikah dengan jumlah responden 33 orang (66%), sedangkan yang lain adalah dengan status perkawinan single yaitu dengan jumlah responden 16 orang (32%). d. Status Pendidikan Tabel 4.4 Responden berdasarkan Status Pendidikan N = 50 Status Pendidikan
f
%
SD
1
2
SLTP
1
2
SMA
5
10
53
Diploma III
7
14
S1
36
72
S2
0
0
S3
0
0
Total
50
100
Sumber HRD Bakrie Construction 2010 Untuk tingkat pendidikan responden pada penilitian ini lebih di dominasi oleh mereka yang memiliki latar pendidikan S1 dengan jumlah 36 orang (72%), dilanjutkan oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan Diploma III dengan jumlah 7 orang (14%), yang memiliki latar belakang pendidikan SMU berjumlah 5 orang (10%), yang memiliki latar belakang pendidikan SLTP berjumlah 1 orang (2%), yang memiliki latar belakang pendidikan SD berjumlah 1 orang (2%),. e. Masa kerja Tabel 4.5 Responden berdasarkan Masa Kerja N = 50 Masa Kerja
f
%
<1 tahun
12
24
1 tahun – 5 tahun
25
50
5.5 tahun – 10 tahun
4
8
>10 tahun
9
18
Total
50
100
54
Untuk masa kerja di dalam penelitian ini lebih didominasi oleh mereka yang memiliki masa kerja antara 1 tahun – 5 tahun dengan jumlah karyawan 25 orang (50%), dilanjutkan dengan masa kerja <1 tahun dengan jumlah karyawan 12 orang (24%), kemudian masa kerja 5.5 tahun – 10 tahun dengan jumlah 4 orang (8%), dan terakir dengan masa kerja lebih dari 10 tahun berjumlah 9 orang (18%).
4.2.2. Iklim Komunikasi di Bakrie Construction Kantor pusat Jakarta Dimensi dari iklim komunikasi menurut Wayne and Peace terdiri dari enam faktor: kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, perhatian pada tujuan – tujuan berkinerja tinggi. Dari data yang dikumpulkan dan diolah, maka terdapat gambaran tentang iklim komunikasi yang terdapat di Bakrie Construction kantor pusat Jakarta, sebagai berikut: 1. Kepercayaan Mengenai penilaian karyawan tentang apakah sumber pesan atau aktivitas komunikasi di dalam perusahaan dapat dipercaya, kepercayaan rekan kerja terhadap kredibilitas kemampuan sesama rekan kerja yang lain, dan juga kerpercayaan bawahan terhadap kemampuan atasan.Tiga tabel berikut akan menggambarkan apakah sumber pesan, aktivitas
55
komunikasi, kepercayaan akan kemampuan sesama rekan kerja dan kredibilitas dari seorang pimpinan. Tabel 4.6 Pendapat karyawan mengenai kepercayaan dari rekan kerja terhadap kemampuan rekan kerja lain. N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
9
18
Sering
24
48
Kadang – kadang
15
30
Jarang
0
0
Tidak pernah
2
4
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor satu yang dapat terlihat pada tabel 4.6, mayoritas responden menjawab sering dalam hal kepercayaan yang diberikan rekan kerja terhadap kemampuan rekan kerja lain sebanyak 24 orang (48%), di sini dapat dilihat bahwa hampir semua karyawan dari Bakrie Construction khususnya di kantor pusat yang berada Jakarta mempercayai dan menghargai kemampuan sesama rekan kerjanya.
56
Tabel 4.7 Pendapat karyawan tentang atasan yang memberikan tugas yang beragam kepada bawahan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
14
28
Sering
14
28
Kadang – kadang
17
34
Jarang
4
8
Tidak pernah
1
2
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor dua, dapat dilihat hasilnya pada tabel 4.7, pada tabel ini mayoritas responden menjawab kadang – kadang dalam hal atasan yang memberikan tugas yang beragam kepada bawahannya yaitu sebanyak 17 orang (34%), dari hasil ini menunjukkan bahwa pimpinan belum terlalu percaya kepada bawahannya sehingga di dalam memberikan tugas cenderung tidak beraneka ragam.
57
Tabel 4.8 Pendapat karyawan dalam hal kepercayaan dari atasan terhadap kemampuan yang dimiliki bawahannya N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
8
16
Sering
13
26
Kadang – kadang
24
48
Jarang
3
6
Tidak pernah
2
4
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor tiga, maka dapat dilihat pada tabel 4.9, dimana jawaban mayoritas dari responden adalah kadang – kadang dengan jumlah responden 24 orang (48%) dalam hal ini atasa kurang percaya akan kemampuan yang dimiliki oleh bawahannya di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. 2. Pembuat Keputusan Bersama Peluang yang diberikan kepada bawahan untuk dapat berpartisipasi di dalam mengambil keputusan dan kebebasan di dalam berpendapat. Atasan memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada bawahan untuk dapat mengambil keputusan dalam ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya, dan bawahan dapat bebas menuangkan ide, inspirasi serta
58
pendapat mereka guna menambah dan memperkaya pendapat yang telah ada. Dua tabel berikut dapat memberikan gambaran keterlibatan karyawan di dalam mengeluarkan pendapat ataupun kesempatan di dalam membuat keputusan. Tabel 4.9 Pendapat responden tentang kesempatan yang diberikan untuk memberikan pendapat dan menghargainya N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
5
10
Sering
12
24
Kadang – kadang
23
46
Jarang
6
12
Tidak pernah
4
8
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor empat, data yang telah dikumpulkan dapat terlihat pada tabel 4.9, yang mana mayoritas jawaban responden adalah sering dengan jumlah 23 orang (46%) jawaban ini menunjukan bahwa karyawan pada Bakrie Construction juga diberikan kesempatan di dalam memberikan pedapatnya, sehingga sumbangan dari karyawan tersebut dapat memudahkan pimpinan di dalam membuat keputusan.
59
Tabel 4.10 Pendapat karyawan mengenai kesempatan yang diberikan kepada bawahan untuk mengambil keputusan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
3
6
Sering
12
24
Kadang – kadang
23
46
Jarang
9
18
Tidak pernah
3
6
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor lima, maka dapat dilihat pada tabel 4.10, dimana jawaban mayoritas dari responden adalah kadang – kadang dengan jumlah 23 orang (46%) jawaban ini menunjukan bahwa karyawan pada Bakrie Construction terkadang diberikan kesempatan oleh atasan untuk dapat mengambil keputusan dalam ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya. 3. Kejujuran Karyawan dibiasakan untuk mengungkapkan informasi secara terbuka dan tidak ada yang ditutupi kepada atasan, kejujuran memiliki banyak makna dimana kita tidak perlu takut apabila kita merasa benar dan kebenaran itu perlu diperjuangkan, selain itu dengan berkata dan
60
bertindak jujur kita akan menyampaikan laporan dan informasi kepada atasan apa adanya, agar atasan juga dapat mengetahui apabila ada yang tidak sesuai, agar dapat segera diperbaiki. Berikut terdapat dua tabel yang akan
menggambarkan
kejujuran
dari
para
bawahan
di
dalam
menyampaikan informasi, dan keterus terangan dari para karyawan. Tabel 4.11 Pendapat karyawan mengenai kejujuran dari bawahan di dalam menyampaikan informasi kepada atasan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
5
10
Sering
6
12
Kadang – kadang
12
24
Jarang
24
48
Tidak pernah
3
6
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor enam, data yang telah dikumpulkan dapat terlihat pada tabel 4.11, yang mana mayoritas jawaban responden adalah jarang dengan jumlah 24 orang (48%) jawaban ini menunjukan bahwa karyawan pada Bakrie Construction hampir sebagian besar di dalam memberikan informasi kepada atasannya tidak yang sesungguhnya dengan data yang ada di lapangan.
61
Tabel 4.12 Pendapat karyawan mengenai atasan yang bersedia menerima kekeliruan yang dilakukan oleh bawahan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
4
8
Sering
10
20
Kadang – kadang
15
30
Jarang
20
40
Tidak pernah
1
2
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor tujuh, yang dapat dilihat pada tabel 4.12 mayoritas responden menjawab jarang dengan jumlah 20 orang (40%), maka dapat disimpulkan bahwa atasan yang ada di Bakrie Construction, sebagian besar jarang yang bersedia menerima kekeliruan dan kekurangan dari bawahan mereka, dan hanya sesekali waktu bawahan diberikan kesempatan kedua untuk dapat memeperbaikinya. 4. Keterbukaan Di dalam sebuah proses komunikasi di dalam sebuah organisasi sangat penting arti sebuah keterbukaan, karena dengan adanya keterbukaan di dalam sebuah proses komunikasi di dalam sebuah organisasi berarti informasi yang disampaikan pun akan menjadi jelas,
62
atasan dapat menerima kritikan serta masukan dari bawahannya, serta keterbukaan pun harus terjadi diantara sesama rekan kerja. Empat tabel berikut akan menunjukkan apakah di Bakrie Construction khususnya pada kantor pusat Jakarta terbuka di dalam proses komunikasi di dalam organisasi. Tabel 4.13 Pendapat karyawan mengenai keterbukaan atasan terhadap kritikan dari bawahan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
5
10
Sering
6
12
Kadang – kadang
12
24
Jarang
24
48
Tidak pernah
3
6
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor delapan, yang dapat dilihat pada tabel 4.13 mayoritas responden menjawab jarang dengan jumlah 24 orang (48%) dan 12 orang (24%) yang menjawab kadang – kadang, maka dapat disimpulkan bahwa atasan yang ada di Bakrie Construction, jarang yang mau menerima kritikan dan masukan dari bawahannya, mereka cenderung berpegang teguh dengan apa yang dianggapnya benar.
63
Tabel 4.14 Pendapat karyawan mengenai kejelasan atasan di dalam memberikan informasi mengenai tugas, pesan, ataupun tanggung jawab kepada bawahan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
10
20
Sering
6
12
Kadang – kadang
13
26
Jarang
19
38
Tidak pernah
2
4
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor Sembilan yang dapat dilihat pada tabel 4.14, mayoritas responden memberikan jawaban jarang dan kadang – kadang, yang berjumlah sama rata yaitu 19 orang (38%), dengan melihat hasil ini kecenderungan atasan kurang dapat memberikan informasi berupa tugas atupun pesan secara jelas, sehingga karyawan sering melakukan kesalahan di dalam menjalankan tugasnya.
64
Tabel 4.15 Pendapat karyawan mengenai seberapa besar kerterbukaan untuk berdiskusi tentang pekerjaan dengan sesama rekan kerja. N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
10
20
Sering
20
40
Kadang – kadang
11
22
Jarang
8
16
Tidak pernah
1
2
Total
50
100
Dari jawaban kuesioner nomor 10 yang tertuang pada tabel 4.15, maka dapat dilihat bahwa moyoritas jawaban responden adalah sering yang mana total jawabannya adalah 20 orang (40%). Dengan total mayoritas jawaban tersebut, dapat dilihat bahwa antara karyawan satu dengan karyawan yang lain pada Bakrie Construction khususnya di kantor pusat yang berada Jakarta memiliki rasa empati yang cukup tinggi, karena dengan adanya diskusi, karyawan yang memiliki kesulitan dalam hal pekerjaan dapat dibantu oleh yang bisa.
65
5. Mendengarkan Mendengarkan merupakan suatu hal yang harus dibina, karena dengan mendengarkan karyawan dapat belajar untuk menjadi lebih berempati dan tidak hanya bisa menuntut keinginannya saja. Di dalam pekerjaan,
sebaiknya
kegiatan
mendengarkan
dilakukan
dengan
berdiskusi, karena dengan cara ini karyawan dapat berbagi masalah dan solusi pemecahannya secara bersama. Berikut terdapat tiga tabel yang dapat menggambarkan apakah karyawan Bakrie Construction adalah tipe orang yang mau mendengarkan atau tidak? Tabel 4.16 Pendapat karyawan mengenai kesedian diantara responden untuk mendengarkan keluh kesah mengenai pekerjaan rekan kerja lain N = 50 Jawaban
F
%
Selalu
9
18
Sering
20
40
Kadang – kadang
12
24
Jarang
9
18
Tidak pernah
0
0
Total
50
100
66
Menjawab kuesioner nomor 11 yang terdapat pada tabel 4.16 dapat dilihat mayoritas responden memberikan jawaban sering dengan jumlah responden adalah 20 orang (40%). Dari hasil ini setengah dari responden mau menyediakan waktu mereka untuk mendengarkan keluh kesah ataupun pertanyaan dari rekan kerja lain, apabila rekan kerja yang lain tidak mengerti. Tabel 4.17 Pendapat karyawan mengenai kesediaan atasan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah bawahan mengenai pekerjaan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
5
10
Sering
5
10
Kadang – kadang
9
18
Jarang
29
58
Tidak pernah
2
4
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor 12 yang dapat dilihat pada tabel 4.17, mayoritas responden memberikan jawaban jarang dengan total responden 29 orang (58%), dari hasil tersebut dilihat bahwa jarang atasan di Bakrie Construction mempunyai waktu untuk dapat mendengarkan apa yang dirasakan oleh bawahan mereka mengenai pekerjaan.
67
6. Perhatian pada Tujuan Setiap karyawan haruslah mengetahui apa sebenarnya tujuan dari sebuah organisasi tempat ia bekerja, karena dengan kesamaan pikiran mengenai tujuan yang hendak dicapai, maka pastilah jarang terjadi kesalahpahaman diantara karyawan. Perhatian pada tujuan, bukan hanya atasan atau bawahan saja yang perlu mengetahui ataupun memahaminya tetapi seluruh orang yang terdapat di dalam organisasi tersebut, berikut dua tabel akan menunjukan apakah seluruh karyawan Bakrie Construction organisasi memahami apa tujuan dari organisasi. Tabel 4.18 Pendapat karyawan mengenai seberapa tahu atasan akan tujuan dan orientasi perusahaan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
17
34
Sering
19
38
Kadang – kadang
11
22
Jarang
2
4
Tidak pernah
1
2
Total
50
100
68
Menjawab kuesioner nomor 13 yang dapat dilihat pada tabel 4.18, mayoritas responden menjawab sering dengan total responden 19 orang (38%), dengan dari jawaban responden tersebut maka sebagian besar dari atasan di Bakrie Construction mengetahui dan memahami apa tujuan dan orientasi dari perusahaan. Tabel 4.19 Pendapat karyawan mengenai seberapa tahu rekan kerja akan tujuan dan orientasi perusahaan N = 50 Jawaban
f
%
Selalu
10
20
Sering
12
24
Kadang – kadang
22
28
Jarang
4
8
Tidak pernah
2
4
Total
50
100
Menjawab kuesioner nomor 14 yang mana datanya dapat dilihat pada tabel 4.19, mayoritas menjawab kadang – kadang dengan total responden 22 orang (28%), maka dapat dilihat bahwa karyawan Bakrie Construction tidak semua karyawan mengetahui tujuan dan orientasi dari perusahaan.
69
Setelah melihat data – data pada tabel di atas (4.6 – 4.19), maka berikut peneliti memberikan gambaran secara keseluruhan tentang penilaian karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi Bakrie Construction kantor pusat Jakarta, yang dapat dilihat pada tabel kecenderungan 4.20 berikut: Tabel 4.20 Tabel Kecenderungan “Penilaian Karyawan Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi pada PT Bakrie Construction Kantor Pusat Jakarta” N = 50 Dimensi Kepercayaan
Pembuat Keputusan Bersama
Indikator
Skala
Jumlah
%
Pendapat karyawan mengenai kepercayaan dari rekan kerja terhadap kemampuan rekan kerja lain.
Sering
24
48
Pendapat karyawan tentang atasan yang memberikan tugas yang beragam kepada bawahan
Kadang - kadang
17
34
Pendapat karyawan dalam hal kepercayaan dari atasan terhadap kemampuan yang dimiliki bawahannya
Kadang - kadang
24
48
Pendapat responden tentang kesempatan yang diberikan untuk memberikan pendapat dan menghargainya
Kadang - kadang
23
46
70
Kejujuran
Keterbukaan
Pendapat karyawan mengenai kesempatan yang diberikan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
Kadang - kadang
23
46
Pendapat karyawan mengenai kejujuran dari bawahan di dalam menyampaikan informasi kepada atasan
Jarang
24
48
Pendapat karyawan mengenai atasan yang bersedia menerima kekeliruan yang dilakukan oleh bawahan
Jarang
20
40
Pendapat karyawan mengenai keterbukaan atasan terhadap kritikan dari bawahan
Jarang
24
48
Pendapat karyawan mengenai kejelasan atasan di dalam memberikan informasi mengenai tugas, pesan, ataupun tanggung jawab kepada bawahan
Jarang
19
38
Pendapat karyawan mengenai seberapa besar kerterbukaan untuk berdiskusi tentang pekerjaan dengan sesama rekan kerja.
Sering
20
40
71
Mendengarkan Pendapat karyawan mengenai kesediaan diantara responden untuk mendengarkan keluh kesah mengenai pekerjaan rekan kerja lain Pendapat karyawan mengenai kesediaan atasan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah bawahan mengenai pekerjaan Perhatian pada Pendapat karyawan Tujuan mengenai seberapa tahu atasan akan tujuan dan orientasi perusahaan Pendapat karyawan mengenai seberapa tahu rekan kerja akan tujuan dan orientasi perusahaan
Sering
20
40
Jarang
29
58
Sering
19
38
Kadang – kadang
22
44
4.3. Analisa Data Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dan setelah melakukan analisis data, maka peneliti mempunyai kesimpulan yang tertuang di dalam tabel 4.20 untuk penilaian karyawan terhadap iklim komunikasi organisasi pada PT Bakrie Construction Kantor Pusat Jakarta, yaitu sebagai berikut: Untuk
kepercayaan
disimpulkan
cenderung
rendah
karena
kecenderungan jawaban ada pada skala kadang – kadang. Dimana dengan jawaban dengan skala kadang – kadang dengan jumlah responden yaitu
72
sebanyak 24 orang (48%) (dapat dilihat pada tabel 4.20), yang berhubungan dengan hubungan antara bawahan dengan atasan, dimana atasan kurang begitu percaya dengan bawahannya. Hal ini terjadi karena terkadang atasan tidak dapat mengkomunikasikan dengan baik maksud dan tujuan yang ingin disampaikan kepada bawahannya, sehingga bawahan merasa bahwa atasan mereka tidak dapat percaya kepada kemampuan yang mereka miliki, sebagai contoh kecenderungan atasan memberikan tugas yang tidak variatif, sehingga membuat bawahan menjadi tidak berkembang kemampuannya, padahal apabila atasan percaya bahwa bawahannya mampu untuk mengerjakan semua tugas yang diberikan maka bawahan akan merasa dihargai dan membuat bawahan berusaha sebaik mungkin agar kepercayaan yang telah diberikan atasan mereka tidak hilang. Tetapi kepercayaan yang terbina diantara rekan sekerja menduduki skala sering yaitu dengan jumlah responden 24 orang (48%), lebih berhubungan dengan hubungan antar karyawan, dimana karyawan pada PT Bakrie Construction dapat mempercayai kemampuan dari sesama rekan kerjanya. Dari hasil itu, peneliti menyimpulkan bahwa diantara karyawan dapat memberikan kepercayaan kepada teman kerjanya, dan tidak berprasangka akan ketidakmampuan dari rekan kerjanya dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab. Atasan terkadang tidak dapat terbuka untuk diajak berkomunikasi, sehingga komunikasi kebawah ataupun ke atas menjadi kurang lancar, dengan ketidaklancaran arus komunikasi di dalam sebuah organisasi, akan mebuat iklim komunikasi organisasi menjadi tidak positif.
73
Menurut Redding, dimensi kepercayaan adalah sebuah dimensi yang dapat membangun sebuah iklim komunikasi di dalam organisasi menjadi positif. Sehingga ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti atasan hendaknya percaya akan kemampuan dari bawahannya, dengan kepercayaan yang diberikan itu, akan membuat bawahan menjadi lebih maksimal di dalam menunujukan kinerja yang mereka miliki, karena mereka merasa dihargai. Kedua dengan adanya kepercayaan tersebut, maka hendaklah atasan percaya pula akan kemampuan yang dimiliki oleh bawahan mereka, dengan memberikan tugas yang beragam, karena dengan adanya tugas yang beragam membuat bawahan terus belajar hal – hal baru dan semakin meningkatkan kemampuan mereka pada tugas dan tanggung jawabnya. Dengan adanya kepercayaan tersebut membuat komunikasi antara atasan dan bawahan dapat terpelihara dan tercipta saling pengertian. Sedangkan menurut teori komunikasi yang dikemukakan oleh Deddy Mulayana bahwa sebuah komunikasi yang efektif itu, dimana pesan yang disampaikan oleh komunikator memiliki kesamaan makna dengan yang pesan yang diterima oleh komunikan, dengan rasa ketidakpercayaan dari pimpinan, maka akan menghambat proses komunikasi, karena pimpinan merasa bahwa bawahannya tidak dapat menjalankan tugas sesuai dengan apa yang dia harapkan sehingga penyampaian pesan pun akan terhambat, karena pemimpin takut tidak memiliki kesamaan makna dengan bawahannya. Pembuat keputusan bersama, disimpulkan cenderung rendah karena lebih banyak responden menjawab dengan skala kadang – kadang yaitu
74
dengan total responden 23 orang (46%), (dapat dilihat pada tabel 4.20), yang berhubungan dengan peluang yang diberikan atasan kepada bawahan untuk dapat memberikan pendapat, serta kesempatan untuk mengambil keputusan, hal ini dikarenakan terkadang atasan kurang terbuka terhadap saran yang diberikan oleh bawahannya, sehingga membuat bawahan merasa atasan lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Apabila dilihat dari tujuan komunikasi secara umum yang dikemukakan oleh Widjaja, bahwa individu dituntut agar dapat mengetahui aspirasi dari seorang komunikator tentang apa yang diinginkannya, dalam hal ini pimpinan yang diposisikan sebagai seorang komunikan dituntut agara mau mengetahui aspirasi dari karyawannya yang diposisikan sebagai komunikator. Menurut Redding, agar iklim komunikasi di dalam organisasi menjadi positif, maka untuk factor partisipasi dalam pengambilan keputusan dan memberikan pendapat sebaiknya memperhatikan hal – hal seperti atasan bersedia memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk bebas menuangkan ide, inspirasi serta pendapat mereka guna menambah dan memperkaya pendapat yang telah ada, selain itu atasan memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada bawahan untuk dapat mengambil keputusan dalam ruang lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Dengan hal – hal atasan mau lebih terbuka dan menghargai pendapat yang berbeda dengannya, atasan dapat bersikap lebih toleransi di dalam perbedaan argument yang ada dan lebih seimbang dari berbagai sudut pandang.
75
Sedangkan teori yang dikemukakan oleh Katz dan Khan mengatakan bahwa di dalam komunikasi organisasi harus ada pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi. Sehingga organisasi memerlukan sebuah system terbuka yang menerima energy dari lingkungannya berupa ide – ide baru, inspirasi, dan kreatifitas dan mengubah informasi tersebut menjadi produk atau servis. Kejujuran, disimpulkan lebih banyak responden menjawab dengan skala jarang yaitu dengan total responden 24 orang (48%), (dapat dilihat pada tabel 4.20), dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa bawahan kurang dapat jujur untuk memberikan informasi akan kesalahan yang mereka lakukan kepada atasan mereka, hal itu dikarenakan dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa karyawan cenderung menutupi informasi yang ada di lapangan karena mereka merasa bahwa dengan keterusterangan bahwa mereka melakukan kesalahan akan berdampak negatif terhadap karir mereka, karena atasan kurang mau menerima kesalahan yang mereka lakukan. Dengan demikian kecenderungan kesalahan akan terjadi lagi menjadi besar. Menurut Redding, kejujuran dari seorang bawahan dapat terbentuk apabila atasannya bersedia menerima kekurangan dari bawahannya dan tidak terlalu menuntut agar bawahan selalu memahami dirinya, melainkan juga mau menerima bawahaan apa adanya, mau membimbing bawahan apabila melakukan kesalahan, dan memberikan jawaban apabila ada pertanyaan yang diajukan oleh bawahan.
76
Menurut Wiryanto komunikasi yang dilakukan oleh bawahan atau sering dikatakan komunikasi ke atas, membutuhkan sebuah kejujuran yang mana diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan organisasi, karena dengan adanya komunikasi ke atas, bawahan dapat memberikan umpan balik kepada pihak manajemen. Umpan balik ini dapat mengukur semangat kerja para karyawan dan dapat mengetahui berbagai ketidakpuasan yang ada di dalam organisasi. Oleh karena itu, apabila arus komunikasi ke atas tidak berjalan dengan lancar, maka umpan balik pun tidak maksimal diberikan kepada atasan atau pihak manajemen. Keterbukaan, disimpulkan cenderung rendah karena lebih banyak responden menjawab dengan skala jarang yaitu dengan total responden 24 orang (48%), (dapat dilihat pada tabel 4.20), dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa atasan kurang dapat menciptakan suasana dan kondisi yang nyaman, sehingga membuat bawahan kurang dapat berbicara secara terbuka dengan atasan mereka. Apabila bawahan mengutarakan hal yang bertentangan dengan pendapat dan keinginan atasan, maka akan mempersulit dirinya sendiri sehingga bawahan tidak mau mengambil resiko berdebat dengan atasan mereka. Dengan kondisi seperti di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas komunikasi di PT Bakrie Construction khususnya Kantor Pusat Jakarta tidak berjalan dengan efektif sesuai dengan yang dikemukakan oleh James A.F.Stoner komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan, maka diperlukan seorang yang dapat menjadi
77
perantara atau penengah antara pimpinan atau pihak manajemen dengan karyawan, maka orang yang ditunjuk oleh PT Bakrie Construction adalah Manajer HRD, karena PT Bakrie Construction tidak memiliki departemen PR, maka tugas dan perannya sebagai penghubung agar tercipta hubungan yang harmonis dengan seluruh stakeholdersnya yakni stakeholders internal (karyawan dengan pimpinan atau pihak manajemen) maupun eksternal (umumnya masyarakat), seperti yang dikemukakan oleh Frank Jefkins. Mendengarkan, disimpulkan cenderung rendah karena lebih banyak responden menjawab dengan skala jarang yaitu dengan total responden 29 orang (59%), (dapat dilihat pada tabel 4.20), dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa atasan kurang dapat meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah bawahannya, sehingga bawahan cenderung berdiskusi dengan rekan kerja lain apabila mereka menemukan kesulitan dalam menyelesaikan tugas – tugas mereka, karena dengan cara ini karyawan dapat berbagi masalah dan solusi pemecahannya secara bersama. Agar iklim komunikasi dapat menjadi positif, maka factor mendengarkan menjadi salah satu pendukungnya, apabila atasan bersedia mendengarkan masalah yang sedang dihadapi bawahannya dan bersedia memberikan solusi pemecahaan masalahnya, merupaka sebuah dukungan yang secara tak langsung kepada para bawahannya, dan tentulah bawahan akan lebih meningkatkan kinerja mereka, karena mereka merasa diperhatikan oleh atasannya.
78
Apabila melihat hasil tabel 4.20 bahwa atasan cenderung tidak bersedia meluangkan waktu mendengarkan keluh kesah bawahannya, maka menurut Wayne aktivitas komunikasi yang terhambat ini dapat dijalankan oleh seorang penyelia (Manajer HRD), dalam hal ini kepenyeliaan dianggap menjadi factor terpenting yang mempengaruhi kepuasan para pekerja dalam berkomunikasi, maka penyelia harus memiliki sifat – sifat seperti mendukung (seseorang yang bersedia mendengarkan, memperhatikan, menerima umpan balik baik yang bersifat positif atau pun negative), berpihak kepada bawahannya, serta melakukan pendekatan komunikasi yang positif. Perhatian pada tujuan, disimpulkan cenderung rendah karena lebih banyak responden menjawab dengan skala jarang yaitu dengan total responden 22 orang (44%), (dapat dilihat pada tabel 4.20), dari hasil penelitian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa saat ini
di Bakrie
Construction, banyak karyawan baru dengan masa kerja kurang dari 1 tahun sampai dengan satu setengah tahun, sehingga dengan masa kerja yang sedemikian singkat, membuat karyawan baru belum terlalu paham dengan tujuan dan orientasi dari perusahaan, dan ditambah bagian yang bertugas memberikan gambaran kepada seluruh karyawan baru tentang apa itu Bakrie Construction, apa visi, misi, serta tujuan dari Bakrie Construction, bagaimana aturan – aturan yang ada di Bakrie Construction, sangat terbatas orangnya di Kantor Pusat Jakarta hanya ada satu orang, dengan keterbatasan tersebut membuat banyak karyawan baru yang belum dapat diberikan pengarahan secara langsung.
79
Kejelasan tujuan dari organisasi dapat tercapai, jika adanya informasi tentang aktifitas dan tujuan organisasi dikomunikasikan oleh pihak manajemen kepada karyawan secara terus menurus dan berkesinambungan, karena menurut Wayne organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia – manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu.