BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden Dalam pengumpulan data peneliti menyebarkan angket atau kuesioner sebanyak 143 lembar sesuai dengan jumlah guru yang ada di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung. Namun karena beberapa hal, angket yang kembali pada peneliti hanya berjumlah 124 lembar atau sebesar 86,71%. Sebelum dilakukan analisis data dan pembahasan, berikut disampaikan gambaran tentang profil responden berdasarkan karakteristik responden dari berbagai aspek antara lain meliputi: aspek gender, aspek status kepegawaian, aspek usia atau kelompok umur, aspek tingkat pendidikan terakhir, aspek golongan ruang serta pengalaman mengajar (masa kerja) yang akan disajikan pada Tabel 4.1. Pada Tabel 4.1 responden dalam penelitian ini didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan, hal ini sesuai dengan jumlah guru yang ada di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung yang sebagian besar adalah perempuan.
53
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Gender, Status Kepegawaian dan Tingkat Pendidikan Terakhir No
Karakteritik Responden
Panel A. Karakteristik Berdasarkan Gender 1 Laki – laki 2
Perempuan Jumlah
Frekuensi
Prosentase
29
23,39
95
76,61
124
100
Panel B. Karakteristik Berdasarkan Status Kepegawaian 1
Pegawai Negeri Sipil
2
Guru Tidak Tetap
Jumlah
90
72,58
34
27,42
124
100
Panel C. Karakteristik Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 1
SLTA / Sederajad
23
18,55
2
Diploma I
-
-
3
Diploma II
44
35,48
4
Diploma III
-
-
5
Diploma IV / Strata 1
57
45,97
124
100
Jumlah
Apabila responden tersebut dilihat dari status kepegawaian sebagian besar adalah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil sisanya adalah berstatus sebagai Guru Tidak Tetap atau Guru Wiyata Bakti. Data ini menunjukkan bahwa kebutuhan guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung masih belum tercukupi sehingga untuk mencukupinya harus ditopang oleh keberadaan Guru Tidak Tetap atau Guru Wiyata Bhakti. 54
Berdasarkan
kualifikasi
pendidikan
terakhir
sebagian besar responden berpendidikan Strata 1 atau Diploma IV sehingga sudah memenuhi kualifikasi akademik yang dipersyaratkan sebagai tenaga pendidik atau guru. Namun demikian masih juga terdapat guru yang memiliki kualifikasi akademik SLTA atau sederajad. Responden atau guru yang memiliki kualifikasi pendidikan SLTA atau sederajad tersebut sebagian terdiri dari para guru yang sudah berusia sama dengan atau di atas 51 tahun sehingga tidak melanjutkan studi untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan tersebut dengan alasan hampir mendekati purna tugas. Sebagian lain adalah guru baik PNS maupun GTT yang sedang menyelesaikan studi pada jenjang Strata 1. Karakteritik responden jika dilihat dari kelompok usia, golongan ruang dan masa kerja atau lama bekerja sebagai guru dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
55
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia , Golongan Ruang dan Masa Kerja atau Lama Mengajar No
Karakteritik Responden
Frekuensi
Prosentase
Panel A. Karakteristik Berdasarkan Kelompok Usia 1
≤ 25 tahun
19
15,32
2
26 – 30 tahun
20
16,63
3
31 – 35 tahun
10
8,06
4
36 – 40 tahun
6
4,84
5
41 – 45 tahun
19
15,32
6
46 – 50 tahun
22
17,74
7
≥ 51 tahun
28
22,58
124
100
Jumlah
Panel B. Karakteristik Berdasarkan Golongan Ruang 1
II b
5
4,03
2
II c
3
2,42
3
II d
-
-
4
III a
13
10,48
5
III b
9
7,26
6
III c
11
8,87
7
III d
17
13,71
8
IV a
32
25,81
124
82,58
Jumlah
Panel C. Karakteristik Berdasarkan Masa Kerja atau Lama Bekerja 1
≤ 5 tahun
25
20,16
2
6 – 10 tahun
26
20,97
3
11 – 15 tahun
13
10,48
4
16 – 20 tahun
11
8,87
5
21 – 25 tahun
20
16,13
6
≥ 26 tahun
29
23,39
124
100
Jumlah
56
Dari jumlah guru yang menjadi responden dalam penelitian ini sebagian besar berusia sama dengan atau di atas usia 51 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru berada pada usia mendekati masa pensiun atau masa purna tugas. Demikian sebaliknya pada responden dengan kelompok usia antara 36 – 40 tahun sangat sedikit jika dibandingkan dengan responden pada kelompok usia yang lain. Golongan ruang penggajian sebagian besar dari responden sudah menduduki golongan ruang IV/a. Pada golongn ini merupakan golongan ruang penggajian tertinggi dari guru yang ada di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung, karena sampai saat ini belum ada guru yang mempunyai golongan ruang di atasnya. Dari jumlah responden menurut golongan tersebut ternyata tidak ada responden atau guru yang menempati golongan ruang II/d, hal ini bisa terjadi karena guru yang mempunyai golongan ruang di bawahnya apabila telah menyelesaikan pendidikan Strata 1 (S1) mereka mengajukan kenaikan tingkat dengan penyesuaian ijasah sehingga mereka langsung menduduki golongan ruang III/a. Masa kerja atau lama bekerja sebagai guru dari responden penelitian sebagian besar sudah sama dengan atau lebih dari 26 tahun. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar guru di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan
Kledung
sudah
memiliki
pengalaman
mengajar atau sebagai guru sehingga memiliki penga-
57
laman yang cukup banyak dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
4.2 Analisis Data Analisis hasil yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi dimaksudkan
untuk
menggambarkan
distribusi
jawaban responden. Skala interval digunakan untuk menentukan sejauhmana peran kepala sekolah sebagai supervisor, motivator dan inspirator. Data yang diperoleh dari pengumpulan data dianalisa untuk tiaptiap indikator dengan mencari nilai minimal, nilai maksimal, nilai mean serta standar deviasi untuk tiaptiap indikator dalam instrumen penelitian tersebut. 4.2.1 Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data dapat diperoleh informasi berupa data tentang peran kepala sekolah sebagai supervisor. Selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap tiap-tiap indikator berdasarkan data yang diperoleh dengan menentukan nilai minimal, nilai maksimal, nilai mean serta standar deviasi tiap-tiap indikator pada instrumen
penelitian
berdasarkan
jawaban
Untuk mengetahui sejauhmana hasil
responden. pengukuran
terhadap variabel Kepala Sekolah sebagai supervisor dapat dilihat dalam Tabel 4.3 berikut: 58
Tabel 4.3 Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor No
Indikator
N
Min
Ma x
Mean
Std. Dev
Panel A. Merencanakan Program 1
Kepala Sekolah menyusun program supervisi terhadap administrasi guru.
124
2
5
3,46
0,59
2
Kepala Sekolah menyusun program supervisi Kegiatan Belajar Mengajar
124
2
5
3,44
0,60
3
Kepala Sekolah menyusun program supervisi Bimbingan Konseling
124
1
4
3,06
0,67
4
Kepala Sekolah menyusun program supervisi Ulangan Semester / Ulangan Kenaikan Kelas
124
2
5
3,60
0,64
5
Kepala Sekolah menyusun program supervisi Kegiatan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional
124
3
5
4,09
0,65
Rata-rata
3,53
Panel B. Melaksanakan Program 6
Kepala Sekolah melaksanakan supervisi terhadap administrasi guru.
124
2
5
3,97
0,69
7
Kepala Sekolah melaksanakan supervisi terhadap Kegiatan Belajar Mengajar.
124
2
7
3,86
0,76
8
Kepala Sekolah melaksanakan supervisi terhadap kegiatan Bimbingan Konseling
124
1
5
3,53
0,85
9
Kepala Sekolah melaksanakan supervisi Ulangan Semester atau Ulangan Kenaikan Kelas
124
2
5
3,85
0,72
10
Kepala Sekolah melaksanakan supervisi terhadap Kegiatan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional
124
2
5
3,94
0,68
Rata-rata
3,83
59
Tabel 4.3 (lanjutan) Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Panel C. Melaksanakan Tindak Lanjut 11
Kepala Sekolah bersama guru menyediakan waktu untuk mengevaluasi hasil supervisi.
124
2
5
3,82
0,72
12
Kepala Sekolah menyampaikan kelebihan dan kekurangan guru dalam melaksanakan tugas melalui rapat guru.
124
2
5
3,74
0,67
13
Kepala Sekolah memberikan bimbingan dan arahan keoada guru untuk memperbaiki kekuranganya mengembangkan kelebihanya berdasar hasil supervisi.
124
2
5
3,75
0,69
14
Kepala Sekolah memanfaatkan hasil supervisi untuk penigkatan kinerja guru.
124
2
5
3,73
0,65
15
Kepala sekolah memanfaatkan hasil supervisi untuk pengembangan sekolah.
124
2
5
3,56
0,69
Rata-rata
3,72
Total Rata Rata
3,69
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai mean untuk variabel peran kepala sekolah sebagai supervisor sebesar 3,69. Hal ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sebagai supervisor di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai supervisor dengan baik.
60
Namun demikian untuk sub konsep kemampuan
Kepala
Sekolah
dalam
menyusun
program
supervisi bimbingan dan konseling masih rendah yaitu masuk dalam kategori cukup. Hal tersebut dapat dilihat perolehan nilai mean pada indikator tersebut sebesar 3,06 dan masuk dalam kategori cukup. Dengan demikian menunjukkan bahwa secara umum kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung belum melaksanakan penyusunan program bimbingan dan konseling sesuai yang diharapkan. Sedangkan dalam indikator merencanakan program supervisi terhadap Kegiatan Ujian Sekolah dan Ujian Nasional diperoleh nilai mean sebesar 4,09 dan merupakan nilai mean tertinggi. Dilihat dari nilai mean tersebut menunjukkan bahwa secara umum kepala sekolah di UPT Dinas Kecamatan Kledung telah melaksanakan perencanaan program supervisi terhadap ujian sekolah maupun ujian nasional dengan baik. Dalam
hal
pelaksanaan
supervisi
berdasar
analisis diskriptif diperoleh nilai mean sebesar 3,83 dan termasuk ke dalam kategori baik. Dengan nilai mean sebesar itu maka dapat dikatakan bahwa kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kledung telah melaksanakan supervisi sesuai dengan yang diharapkan. Namun
demikian
dalam
melaksanakan
supervisi
terhadap kegiatan bimbingan dan konseling ternyata masih
belum
optimal
bila
dibandingkan
dengan
pelaksanaan supervisi pada kegiatan lainya. Hal ini bisa dilihat dalam perolehan nilai mean pada indikator 61
tersebut sebesar 3,53 walaupun nilai tersebut masuk dalam kategori baik. Pelaksanaan tindak lanjut terhadap hasil supervisi kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung telah melaksanakan tindak lanjut terhadap hasil supervisi dengan baik, hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai mean total pada konsep pelaksanaan tindak lanjut diperoleh nilai mean sebesar 3,72 dimana nilai mean tersebut masuk dalam kategori baik. Namun demikian dalam memanfaatkan hasil supervisi sebagai pengembangan sekolah kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung masih rendah dibandingkan dengan dengan indikator lain dalam pelaksanaan tindak lanjut hasil supervisi dengan diperoleh nilai mean terendah dari yang lain yaitu sebesar 3,56, namun demikian nilai mean tersebut masih dalam kategori baik. 4.2.2 Diskripsi Hasil Pengukuran Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Analisis terhadap variabel peran kepala sekolah sebagai motivator dilakukan melalui pengumpulan data dari responden yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peran kepala sekolah sebagai supervisor. Data diperoleh dengan melakukan pengukuran terhadap tiap indikator pada variabel penelitian untuk menentukan nilai minimal, nilai maksimal, nilai mean serta standar deviasi pada tiap-tiap indikator dalam instrumen penelitian dari jawaban yang diberi62
kan responden. Hasil pengukuran terhadap variabel Kepala Sekolah sebagai motivator dapat dilihat dalam Tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator No
Indikator
N
Min
Ma x
Mean
Std. Dev
Panel A. Kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik) 1
Kepala Sekolah mengatur ruang kerjanya secara baik untuk bekerja.
124
2
5
3,90
0,74
2
Kepala Sekolah mengatur ruang kelas secara kondusif untuk kegiatan belajar mengajar serta Bimbingan Konseling
124
2
5
4,08
0,71
3
Kepala Sekolah mengatur laboratorium sekolah secara kondusif untuk kegiatan praktikum.
124
2
5
4,14
0,68
4
Kepala Sekolah mengatur perpustakaan secara kondusif untuk kegiatan belajar.
124
2
5
4,19
0,69
5
Kepala Sekolah mengatur halaman sekolah/lingkungan sekolah dengan sejuk,nyaman dan teratur
124
2
5
4,13
0,65
4,09
Rata-rata Panel B. Kemampuan mengatur suasana kerja 6
Kepala Sekolah menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama guru.
124
2
5
3,99
0,66
7
Kepala Sekolah menciptakan hubungan kerja yang harmonis sesama karyawan.
124
2
5
3,70
0,70
8
Kepala Sekolah menciptakan hubungan kerja secara harmonis antara guru dan karyawan
124
2
5
3,77
0,70
9
Kepala Sekolah mampu menciptakan rasa aman di lingkungan sekolah.
124
3
5
3,85
0,70
63
Tabel 4.4 (lanjutan) Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator
10
Kepala Sekolah menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara warga sekolah dengan Komite Sekolah
124
1
5
3,73
0,70
3,81
Rata-rata
Panel C. Kemampuan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman
11
Kepala Sekolah memberikan penghargaan kepada guru dan karyawan yang mengerjakan tugas tepat waktu.
124
2
5
3,68
0,70
12
Kepala sekolah memberikan penghargaan kepada guru dan karyawan yang berprestasi.
124
1
5
3,43
0,71
13
Kepala Sekolah memberikan teguran lisan/tertulis kepada guru dan karyawan yang tidak melaksanakan tugas dengan baik.
124
2
5
3,43
0,77
14
Kepala Sekolah memberikan hukuman kepada guru dan karyawan yang melanggar aturan
124
1
5
3,36
0,94
15
Kepala Sekolah memperlakukan pemeriksaan daftar hadir guru dan karyawan secara teratur.
124
1
5
3,21
0,92
Rata-rata
3,42
Total Rata-Rata
3,77
Tabel 4.4 tersebut di atas menunjukkan bahwa nilai mean untuk variabel peran kepala sekolah sebagai motivator adalah 3,77, nilai mean tersebut termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan
Kecamatan
Kledung
sudah
melaksanakan
perannya sebagai motivator dengan baik. 64
Pada konsep kemampuan kepala sekolah dalam mengatur lingkungan kerja fisik diperoleh nilai mean sebesar 4,09. Ini menunjukkan bahwa kemampuan kepala sekolah dalam mengatur lingkungan kerja fisik masuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan oleh masing-masing indikator pada konsep kemampuan kepala sekolah dalam mengatur lingkungan kerja fisik, semua dalam kategori baik. Namun demikian kemampuan kepala sekolah dalam mengatur ruang kerja secara kondusif diperoleh nilai mean 3,90 yang mana nilai mean tersebut merupakan nilai terendah jika dibandingkan dengan indikator lainnya. Namun demikian mean tersebut masih dalam kategori baik artinya kepala sekolah dalam mengatur ruang kerjanya dapat memberikan motivasi yang baik terhadap guru di sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman diperoleh nilai mean sebesar 3,42 dimana nilai mean tersebut masuk dalam kategori baik. Pada indikator kepala sekolah memberikan penghargaan terhadap guru yang berprestasi atau melaksanakan tugas dengan tepat waktu diperoleh nilai mean sebesar 3,68 dimana nilai mean tersebut masuk dalam kategori baik. Dalam hal pemeriksaan terhadap daftar hadir guru belum semua kepala sekolah melaksanakan secara teratur, hal ini bisa dilihat pada indikator tersebut diperoleh nilai mean sebesar 3,21 dimana nilai mean tersebut merupakan nilai mean terendah dari semua indikator pada 65
konsep kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman dan masih masuk dalam kategori cukup. 4.2.3 Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Inspirator Analisis terhadap data yang diperoleh pada pengumpulan data melalui kuesioner tentang peran kepala sekolah sebagai inspirator dilakukan dengan pengukuran terhadap tiap indikator pada variabel penelitian. Selanjutnya dari data tersebut ditentukan nilai minimal, nilai maksimal, nilai mean serta standar deviasi untuk tiap-tiap indikator dalam instrumen penelitian
berdasarkan
jawaban
responden.
Hasil
pengukuran variabel Kepala Sekolah sebagai inspirator dapat dilihat dalam Tabel 4.5 berikut:
66
Tabel 4.5 Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Inspirator No.
Indikator
N
Min
Max
Mean
Std. Dev
124
1
5
3,45
0,90
124
2
5
3,84
0,67
Panel A. Kepala sekolah visioner 1
2
Kepala sekolah memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi untuk masa depan . Kepala sekolah mampu berkomunikasi dengan baik terhadap guru dan karyawan Rata – rata
3,70
Panel B. Kepala sekolah menciptakan hubungan baik antar individu Kepala sekolah mampu 1 menciptakan hubungan baik antar 124 2 5 3,79 0,70 individu di sekolah. 2
Kepala sekolah mampu merangkul bawahan secara baik.
124
Rata Rata Panel C. Kepala sekolah sebagai pendorong Kepala sekolah menunjukkan 1 arah target yang akan dicapai 124 kepada bawahan. Kepala Sekolah bertanggung 2 jawab atas kinerja pribadi dan 124 kelompok (guru dan karyawan) Rata – rata
2
5
3,81
0,73
3,72
2
5
3,83
0,65
2
5
3,83
0,74
3,83
Panel D. Kepala sekolah berprinsip dan menjadi teladan. 1
2
Kepala sekolah menjadi contoh bagi guru/karyawan dengan melakukan suatu hal dengan cara yang benar. Kepala Sekolah menjadi menjadi contoh bagi guru/karyawan dengan melakukan suatu hal dengan cara yang baik. Rata Rata
124
2
5
3,69
0,74
124
2
5
3,70
0,69
3,70
67
Tabel 4.5 (lanjutan) Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah sebagai Inspirator Panel E. Kepala sekolah memiliki antusiasme 1
2
Kepala sekolah memiliki antusiasme yang tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditangani. Kepala Sekolah menumbuhkan energi yang kuat terhadap sekolah yang dipimpinnya.
124
2
5
3,67
0,70
124
2
5
3,57
0,69
Rata – rata
3,62
Panel F. Kepala sekolah sebagai seorang pakar 1
2
Kepala Sekolah memiliki keahlian terhadap bidang pekerjaan yang ditanganinya. Kepala sekolah mampu memberikan arahan teknis kepada bawahan (guru/karyawan) secara jelas. Rata Rata
124
2
5
3,52
0,69
124
1
5
3,17
0,82
3,35
3,65
Total Rata-Rata
Secara umum berdasarkan analisis data pada variabel
peran
kepala
sekolah
sebagai
inspirator
diperoleh nilai mean sebesar 3,65 dimana nilai mean tersebut termasuk dalam kategori baik, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung sudah melaksanakan perannya sebagai inspirator terhadap peningkatan kinerja mengajar dengan baik namun perlu ditingkatkan dengan harapan dapat mencapai kategori di atasnya yaitu amat baik. Perolehan nilai mean pada tiap-tiap sub konsep maupun pada tiap indikator diperoleh nilai yang masuk dalam kategori baik artinya bahwa kepala 68
sekolah di Kecamatan Kledung sudah melaksanakan perannya sebagai inspirator dengan baik. Mereka sudah memiliki visi yang baik dalam melaksanakan tugas, mereka mampu menciptakan hubungan yang baik antar individu di sekolah, mereka mampu menjadi pendorong bagi bawahan dalam melaksanakan tanggung jawabnya, mereka memiliki prinsip dalam melaksanakan tugasnya secara baik. Demikian juga antusiasme
kepala
sekolah
dalam
melaksanakan
perannya juga sudah masuk dalam kategori baik. Hal ini bisa dilihat dari nilai mean rata-rata untuk tiap sub konsep maupun indikator tersebut masuk dalam kategori baik. Namun demikian pada sub konsep kepala sekolah melaksanakan peran sebagai seorang pakar belum termasuk ke dalam kategori baik dan masih berada pada kategori cukup. Berdasarkan analisis diskriptif terhadap sub konsep tersebut diperoleh nilai mean sebesar 3,35 dimana nilai mean tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah belum melaksanakan peran sebagai seorang pakar secara baik, terutama pada indikator kemampuan kepala sekolah dalam memberikan arahan teknis kepada bawahan diperoleh nilai mean sebesar 3,17 dimana nilai mean tersebut masuk dalam kategori cukup. Adapun rekapitulasi analisis diskriptif dari hasil pengukuran terhadap variabel peran kepala sekolah sebagai supervisor, motiator dan inspirator dapat dilihat dalam Tabel 4.6 berikut: 69
Tabel 4.6 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Variabel Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor, Motivator dan Inspirator No
Variabel
N
Min
Max
Mean
Std. Dev
1
Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor
124
1
5
3,69
0,68
2
Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator
124
1
5
3,77
0,73
3
Peran Kepala Sekolah sebagai Inspirator
124
1
5
3,65
0,73
Total Rata - rata
124
1
5
3,70
0,71
Tabel 4.6 tersebut berdasarkan hasil analisis diskriptif terhadap tiga peran kepala sekolah sebagai supervisor, motivator dan inspirator menunjukkan bahwa nilai mean akhir untuk ketiga variabel yang diteliti masuk dalam kategori baik. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepala sekolah sudah dapat melaksanakan tiga peran tersebut dengan baik.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Peran Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Dari hasil analisis data yang diperoleh dari responden penelitian dapat dikatakan bahwa kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung telah
melaksanakan
dengan
baik.
perannya
Sebagai
seorang
sebagai
supervisor
supervisor
kepala
sekolah dalam melaksanakan perannya sudah dimulai 70
dari perencanan program, pelaksanaan program dan melakukan tindak lanjut terhadap hasil supervisi yang telah dilaksanakan. Kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi diawali dengan menyusun program supervisi atau merencanakan program supervisi. Perencanaan dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sekolah baik yang bersifat akademik maupun manajerial. Program supervisi meliputi supervisi terhadap administrasi guru, supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar, supervisi terhadap kegiatan bimbingan konseling, supervisi terhadap ulangan semester/ulangan kenaikan kelas serta supervisi terhadap kegiatan ujian sekolah/ujian nasional. Perencenaan program supervisi sangat diperlukan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugas, karena perencanaan yang baik akan memberikan arah untuk memperoleh hasil yang baik dalam pelaksanaan supervisi. Perencanaan atau program yang disusun akan dijadikan sebagai pedoman dalam supervisi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah baik bersifat supervisi manajerial maupun supervisi akademis. Secara umum perencanaan supervisi sudah dilaksanakan dengan baik namun dalam penyusunan program supervisi terhadap kegiatan bimbingan dan konseling masih masuk dalam kategori cukup. Artinya belum semua kepala sekolah merencanakan program bimbingan dan konseling secara baik. Dari 14 kepala 71
sekolah dasar yang ada baru 9 kepala sekolah menyusun program bimbingan dan konseling dengan baik, sisanya sebanyak 5 orang kepala sekolah belum menyusun dengan baik. Rendahnya kemampuan kepala sekolah dalam penyusunan program bimbingan dan konseling ini bisa terjadi karena minimnya buku pedoman pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah khususnya di sekolah dasar. Belum semua sekolah memiliki buku pedoman pelaksanaan bimbingan dan konseling sehingga kepala sekolah merasa kesulitan dalam menyusun program tersebut. Dalam melaksanakan supervisi baik supervisi manajerial maupun supervisi akademis berdasarkan hasil analisis diskriptif menunjukkan bahwa kepala sekolah di Kecamatan Kledungsudah melaksanakan perannya dengan baik. Mereka telah melaksanakan sesuai dengan program yang direncanakan sebelumnya. Kepala sekolah telah melaksanakan supervisi terhadap adminstrasi guru, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling, pelaksanaan ulangan semester/ulangan kenaikan kelas dan pelaksanaan ujian sekolah/ ujian nasional. Instrumen supervisi yang digunakan kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi menggunakan instrumen yang sudah ada, artinya mereka tidak
menyusun
instrumen
sendiri.
Penggunaan
instrumen yang sudah ada memiliki kelebihan antara lain tidak memerlukan waktu khusus dalam penyusunan namun memiliki kelemahan antara lain ada 72
perbedaan persepsi di antara kepala sekolah yang satu dengan lainya dalam memahami indikator dalam instrumen sehingga akan menimbulkan perbedaan dalam penafsiran pada indikator instrumen tersebut. Demikian juga dalam melakukan tindak lanjut hasil supervisi, berdasarkan hasil analisis deskriptif secara umum kepala sekolah sudah melaksanakannya dengan baik. Kepala sekolah melakukan tindak lanjut hasil supervisi antara lain dengan menyediakan waktu untuk melakukan evaluasi terhadap hasil supervisi yang telah dilaksanakan. Hasil evaluasi tersebut disampaikan melalui rapat dewan guru atau disampaikan secara individual terhadap guru yang bersangkutan untuk menyampaikan kelebihan dan kekurangan guru berdasarkan hasil supervisi yang telah dilaksanakan. Sergeovanni yang dikutip oleh Pidarta (1999:20) memberikan gagasan bahwa tujuan dekat dari supervisi adalah bekerjasama mengembangkan proses belajar mengajar yang tepat. Dengan demikian tujuan dari tindak lanjut hasil supervisi tersebut antara lain untuk perbaikan proses pembelajaran dan peningkatan kinerja mengajar dan pengembangan sekolah. Dengan demikian dalam pelaksanaan perannya sebagai supervisor kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung sudah melaksanakan dengan
baik
sudah
dilakukan
melalui
tahapan-
tahapan yang seharusnya dilaksanakan yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut hasil 73
supervisi. Apabila kepala sekolah telah melaksanakan perannya sebagai supervisor dengan baik maka akan tumbuh kesadaran pada diri guru untuk meningkatkan kinerja dan keterampilannya dalam melaksanakan tugas. Karena menurut Mulyasa (2007) bahwa keberhasilaan kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran antara lain ditunjukkan dengan peningkatan kesadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkatkan kinerjanya dan meningkatnya keterampilan tenaga
kependidikan
(guru)
dalam
melaksanakan
tugasnya. 4.3.2 Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator Berdasarkan hasil analisis data yang dikumpulkan dari responden bahwa sebagian besar kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung telah
melaksanakan
perannya
sebagai
motivator
sebagaimana yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan kepala sekolah dalam mengatur lingkungan kerja (fisik), kemampuan kepala sekolah dalam mengatur suasana kerja dan kemampuan kepala sekolah dalam menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman sudah dilaksanakan dengan baik. Dalam melaksanakan tugas di sekolah guru sangat membutuhkan lingkungan kerja yang kondusif untuk bekerja. Lingkungan kerja yang kondusif akan menjadikan
suasana
yang
menyenangkan
dalam
bekerja dan akan berpengaruh kepada guru dalam
74
menjalankan tugas-tugasnya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Supoyo (2012) bahwa ada hubungan yang
signifikan
antara
lingkungan
kerja
dengan
kinerja guru. Semakin baik lingkungan kerja maka kinerja guru akan semakin baik. Lingkungan kerja fisik mencakup sarana maupun prasarana yang meliputi ruang kerja kepala sekolah, ruang kelas tempat dilaksanakan kegiatan belajar mengajar serta bimbingan konseling, laboratorium sekolah tempat kegiatan praktikum, perpustakaan, tempat kegiatan belajar, dan halaman sekolah atau lingkungan sekolah. Dengan digulirkan program Dana Alokasi Khusus di bidang pendidikan maka secara fisik sarana dan prasarana pendidikan di Kecamatan Kledung sudah termasuk memenuhi syarat untuk kegiatan pembelajaran. Kemampuan kepala sekolah dalam mengatur lingkungan kerja fisik secara baik akan membangkitkan motivasi dari guru untuk meningkatkan kinerja mengajarnya. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Handayani (2005) pada waktu meneliti kinerja guru di SMA Negeri 1 Karangdowo memperoleh hasil bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah semakin baik lingkungan kerja sekolah semakin tinggi kinerja guru, dan sebaliknya semakin buruk lingkungan kerja sekolah semakin rendah kinerja guru. Motivasi guru dalam melaksanakan tugas juga akan muncul dari kemampuan kepala sekolah dalam 75
mengatur suasana kerja yang harmonis di sekolah yang dipimpinya. Dalam penelitian ini suasana kerja mencakup hubungan kerja sesama guru, hubungan kerja sesama karyawan, hubungan kerja antara guru dan karyawan, terciptanya rasa aman di lingkungan sekolah serta terciptanya hubungan kerja antara warga sekolah dengan komite sekolah. Berdasarkan hasil analisis data bahwa kemampuan kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung dalam mengtur suasana kerja termasuk baik, artinya bahwa kepala sekolah dalam mengatur suasana kerja sudah baik dan mampu menumbuhkan motivasi pada guru dan karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Penerapan prinsip penghargaan dan hukuman sangat diperlukan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai motivator terhadap guru yang dipimpinnya. Penerapan prinsip penghargaan dan hukuman ini dapat dilakukan antara lain melalui: pemberian penghargaan atau pengakuan kepada guru atau karyawan yang mengerjakan tugas tepat waktu, memberikan penghargaan kepada guru atau karyawan yang berprestasi, memberikan teguran baik lisan maupun tertulis kepada guru yang tidak melaksanakan tugas, memberikan hukuman kepada guru atau karyawan yang melanggar aturan dan dengan melaksanakan pemeriksaan terhadap daftar hadir guru dan karyawan secara teratur. Penerapan prinsip penghargaan dan hukuman apabila dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh kepala sekolah maka akan menum76
buhkan motivasi yang baik pula terhadap guru atau karyawan yang dipimpinnya. Kemampuan kepala sekolah dalam melaksanakan perannya sebagai motivator dalam mengatur lingkungan kerja dengan baik, kemampuan mengatur suasana kerja dengan baik serta kemampuan menerapkan prinsip penghargaan dan hukuman dengan baik maka akan mendorong guru dan karyawan lainnya untuk mengembangkan kreativitas yang dimiliki dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga akan meningkat pula kinerja mengajarnya, demikian juga sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Torrence (1981) dalam Indrawati (2012) yang menyatakan bahwa untuk dapat melakukan semua proses kreativitas itu diperlukan dorongan atau drive dari lingkungan yang didasari oleh potensi kreatif yang telah ada pada diri individu. 4.3.3 Peran Kepala Sekolah Sebagai Inspirator Dari hasil analisis diskriptif
tentang peran
kepala sekolah di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kledung sebagai inspiratormelalui enam pendekatan yaitu visioner, enhancing, pendorong, berprinsip antusias dan menjadi seorang pakar sudah dilaksanakan dengan baik. Kepala sekolah memiliki visi yang baik tentang sekolah yang dipimpinnya, mampu menciptakan hubungan baik antar individu di sekolah, mampu sebagai pendorong dalam pencapaian target di
77
sekolah, memiliki prinsip dan menjadi model bagi guru di sekolah yang dipimpinnya, serta memiliki antusias yang baik pula terhadap bidang pekerjaan yang ditanganinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Folkman (2012) yang dikutip portalhr.com tentang pendekatan paling konsisten yang dilakukan oleh seorang pemimpin. Namun dalam melaksanakan perannya sebagai seorang pakar diperoleh hasil pada kategori cukup. Artinya belum semua kepala sekolah berperan menjadi pakar di sekolah yang dipimpinnya terutama dalam memberikan arahan yang sifatnya teknis terhadap bawahan yang dipimpinnya. Hal ini terjadi karena belum semua kepala sekolah memiliki kompetensi yang baik terhadap peran dan tugasnya. Rendahnya peran kepala sekolah sebagai pakar ini bisa terjadi karena sebelum maupun selama menjabat sebagai kepala
sekolah
mereka
belum
pernah
mengikuti
kegiatan yang berupa bimbingan teknis dalam melaksanakan tugasnya sebagai kepala sekolah.
78