BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang adalah salah satu rumah sakit YAKKUM (Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum) terletak di Jl. Citarum 98, kelurahan Mlatiharjo, Kecamatan Semarang Timur, kota Semarang. RS. Panti Wilasa Citarum adalah salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal perawatan khusus untuk anak yang disebut Ruang Dahlia. Ruangan tersebut memiliki 2 ruang VIP, 2 ruang kelas 1, 6 ruangan kelas 2 dan 2 ruangan kelas 3 dengan jumlah perawat anak yang bekerja ada 14 orang yang bergantian shift setiap hari yaitu pagi, siang dan malam. a.
Alasan Mendasar mengapa penulis mengambil sampel di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang adalah: 1. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu rumah sakit yang bergelut dalam pendidikan 2. RS. Panti Wilasa Citarum Semarang merupakan salah satu tempat praktek yang sering digunakan oleh Fakultas Ilmu
66
Kesehatan Universitas kristen Satya Wacana, sehingga memudahkan peneliti mengumpulkan data 3. Berdasarkan pengalaman praktik di rumah sakit tersebut, peneliti melihat bahwa RS. Panti Wilasa Citarum Semarang adalah salah satu rumah sakit yang memiliki bangsal perawatan khusus untuk anak yang menyediakan fasilitas bermain untuk anak-anak yang dirawat di rumah sakit tersebut. 4. Lokasi RS. Panti Wilasa Citarum Semarang mudah dijangkau sehingga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan data. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti terkait jumlah anak usia 3 – 6 tahun selama 2 tahun terakhir yang dirawat di Ruang Dahlia RS. Panti Wilasa Citarum Semarang yaitu tahun 2010 berjumlah 540 orang, tahun 2011 berjumlah 468 orang, dengan jumlah anak setiap bulannya yang dirawat di ruang tersebut bervariasi mulai dari ± 24 orang
sampai ± 55 orang anak yang
berusia 3 – 6 tahun. Lama anak-anak yang di rawat di rumah sakit tersebut berkisar ± 3 hari – 1 minggu tergantung dari jenis penyakit anak. Ruang Dahlia juga memiliki fasilitas bermain bagi anak-anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit tersebut. Anak-anak dapat bermain rumah-rumahan, mobil-mobilan, ada taman bermain untuk anak-anak bisa bermain bersama orang tuanya, tembok-temboknya diberi gambar-gambar menarik, lingkungan rumah sakit tersebut
67
dibuat seperti di rumah, sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di ruang tersebut.
4.2
Prosedur Penelitian Didalam
melaksanakan
penelitian,
sebelumnya
peneliti
mempersiapkan tahap-tahap penelitian yang meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan tahap analisa data. a. Tahap Persiapan Sebelum peneliti melakukan penelitian di rumah sakit, peneliti
melakukan
persiapan
penelitian
yang
terdiri
dari
penyusunan alat ukur dan persiapan untuk memperoleh perijinan penelitian. 1. Penyusunan alat ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner/angket. Kuesioner ini terdiri dari dua skala yaitu skala frekuensi bermain dan skala kecemasan. Kedua skala tersebut mempunyai
alternatif
jawaban
yang
sama
yaitu
selalu
melakukan, sering melakukan, jarang melakukan dan tidak pernah melakukan. Pada skala frekuensi bermain terdiri atas 11 item pertanyaan, terdiri dari tiga aspek yaitu aspek permainan fiksi, aspek permainan reseptif atau apresiatif, dan aspek permainan
68
membentuk (konstruksi).
dengan skor terendahnya 1 dan
tertingginya 4 dan tidak terdapat pernyataan unfavourable. Pada skala kecemasan anak terdiri atas 39 item yang terdiri atas aspek cemas akibat perpisahan yaitu fase protes, putus asa dan pelepasan, aspek kehilangan kendali dan aspek cedera tubuh dan nyeri dengan skor terendahnya 1 dan tertingginya 4 dan tidak terdapat pernyataan unfavourable.
2. Persiapan Perijinan Penelitian Perijinan penelitian adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi peneliti untuk melaksanakan penelitian pada suatu perusahaan/instansi.
Dalam
hal
ini
peneliti lebih
dahulu
mengajukan permohonan surat ijin dari dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW dengan surat ijin No: 054/FIK/D/II/2012 disampaikan langsung oleh peneliti pada tanggal 28 Februari 2012 kepada bagian DIKLAT Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dan mendapatkan jawaban dari pihak instansi pada tanggal 5 Maret 2012 yang memberitahukan bahwa peneliti dapat melakukan penelitian di tempat tersebut.
b. Pelaksanaan Penelitian Dalam
penelitian
ini
menggunakan
penelitian
try-out
terpakai. Try-out terpakai adalah istilah yang digunakan untuk
69
proses penelitian yang menggunakan sampel yang sama dengan sampel yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, biaya dan jumlah pasien yang terbatas. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan yaitu dimulai dari tanggal 5 Maret 2012 – 5 April 2012 yang bertempat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang dengan jumlah sampel yaitu 35 orang. Peneliti mengambil semua anggota populasi menjadi sampel, karena mengingat jumlah anak usia 3-6 tahun yang sakit dan dirawat di ruang tersebut berbeda-beda jumlahnya setiap bulan,
sehingga
populasi
dijadikan
sebagai
sampel
yang
merupakan anak-anak usia 3-6 tahun yang sedang dirawat di Ruang Dahlia. Peneliti mengalami kendala yaitu partisipan yang dibutuhkan sangat terbatas, berdasarkan jumlah pasien khusus anak berusia 36 tahun setiap bulannya berkisar ± 22-55 anak setiap bulannya, itu pun tidak setiap harinya ada pasien usia 3-6 tahun yang baru masuk, terkadang satu hari tidak ada anak usia 3-6 tahun yang sakit dan harus dirawat di ruang tersebut, oleh sebab itu peneliti harus menunggu sampai adanya partisipan berusia 3-6 tahun yang masuk dan di rawat di ruangan dahlia.
70
c. Analisa Data Analisa yang dilakukan oleh penulis terdiri atas beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut: a.
Penulis mengecek kembali data-data yang telah terkumpul
b.
Penulis kemudian melakukan input data kedalam komputer dan kemudian menjadi data mentah sebelum dianalisis
c.
Penulis melakukan perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji linearitas dan uji korelasi
d.
Menafsirkan hasil analisa data. Perhitungan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji
linearitas dan uji korelasi menggunakan bantuan program komputer yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0. 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Frekuensi Bermain Uji coba alat ukur penelitian menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi sedangkan uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Untuk menguji validitas dan reliabilitas alat, peneliti melakukan uji coba kuisioner (angket) tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana ketepatan alat ukur tersebut dalam mengukur hasil. Untuk uji validitas dan reliabilitas alat ukur
71
secara statistik, menggunakan Alpha Cronbach Coefficients dengan bantuan software SPSS versi 16.0 dengan langkahlangkah menggunakan Corrected Item-Total Correlation Uji validitas pada skala frekuensi bermain dengan jumlah pernyataan 11 butir atau item, untuk uji satu sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p = 0.05) nilai r tabel yaitu 0.344. Jadi dinyatakan tidak valid jika nilai corrected itemtotal correlation ≤ nilai r tabel. Uji validitas yang dilakukan dari 11 item,
semuanya
VALID
karena
nilai
corrected
item-total
correlation ≥ nilai r tabel. Korelasi bergerak dari 0.548 – 0.554.
Tabel 3. Sebaran Item Angket Bermain Aspek
Permainan fiksi (permainan
Jumlah
Item Favourable
Unfavourable
Valid
1, 2, 3,
-
3
4, 5, 6, 7, 8,
-
7
11
-
1
11
0
11
gerak) Permainan reseptif atau apresiatif
9, 10
Permainan membentuk (konstruksi) Jumlah
Setelah Uji validitasnya, kemudian item-item dari angket frekuensi bermain diuji reliabilitasnya. Hasil pengujian angket frekuensi bermain didapatkan Alpha Cronbach adalah 0.909,
72
sehingga menurut tabel reliabilitas berdasarkan Alpha Cronbach, nilai ini termasuk dalam golongan sangat reliabel dan layak. 2. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kecemasan Pada Anak Uji validitas pada skala kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit dengan jumlah pernyataan 39 butir atau item. Untuk uji satu sisi pada taraf kepercayaan 95% atau signifikansi 5% (p = 0.05). Nilai r tabel yaitu 0.344. Jadi dinyatakan tidak valid jika nilai corrected item-total correlation ≤ nilai r tabel. Uji validitas yang dilakukan dari 39 item, 34 item dinyatakan VALID dengan hasil korelasi bergerak dari 0.667 – 0.517, sedangkan 5 pernyataan dinyatakan gugur karena nilai corrected item-total correlation < nilai r tabel.
Tabel 4. Sebaran Item Angket Kecemasan Aspek
Jumlah
Item Favourable
Unfavourable
Valid
Cemas akibat perpisahan: -
fase protes
10,11,12,13*,14*,15, -
putus asa
16*,17*
-
pelepasan
18,19,20,21,22,23*
Kehilangan kendali Cedera tubuh dan nyeri
9
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 -
4
5
24,25,26,27
-
4
28,29,30,31,32,33,34
-
12
0
34
,35,36,37,38,39 Jumlah
39
Ket : * = item gugur
73
Setelah uji validitasnya kemudian dilakukan pengujian reliabilitas alat ukur kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit dengan 34 pernyataan yang VALID didapatkan Alpha Cronbach 0.932, sehingga berdasarkan tabel, nilai ini berarti sangat reliabel dan layak untuk diberikan kepada partisipan.
3. Uji Normalitas Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini adalah shapiro wilk karena sampelnya sedikit ≤ 50 (Dahlan 2009). Tabel 5. Uji Normalitas Frekuensi Bermain Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Frek_bermain
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.108
35
.200*
.974
35
.567
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai shapiro wilk pada frekuensi bermain adalah 0.947 dengan probabilitas (sig.) 0.567, oleh karena probabilitas > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal berdasarkan uji shapiro wilk.
74
Tabel 6. Uji Normalitas Kecemasan Anak Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.119
35
.200*
.966
35
.351
kecmasan_ank
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai shapiro wilk pada kecemasan anak adalah 0.966 dengan probabilitas (sig.) 0.351, oleh karena probabilitas > 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data kecemasan pada anak berdistribusi normal berdasarkan uji shapiro wilk. Kesimpulan
dari
perhitungan
normalitas
frekuensi
bermain dan kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia dengan menggunkan shapiro wilk didapatkan hasil kedua variabel tersebut berdistribusi normal.
4. Uji Linearitas Dari hasil uji linearitas diperoleh nilai F sebesar 1.016 dengan tingkat signifikan > 0.05 yaitu 0.498 yang menunjukkan hubungan antara frekuensi bermain dengan kecemasan adalah linear dan memenuhi asumsi klasik linearitas sebagai prasyarat analisis regresi linear.
75
5. Deskripsi Data Hasil Penelitian Analisis mendeskripsikan
deskriptif atau
adalah
cara
menggambarkan
analisis data
dengan
yang
telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Noor, 2011). Hasil pengukuran deskriptif masing-masing variabel disajikan pada tebel berikut: 1. Analisa Data Demografi Penelitian ini dilakukan terhadap 35 anak yang sedang sakit dan dirawat di Ruang Dahlia rumah sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan data penelitian yang mencakup aspek umur, jenis kelamin dan lama dirawat di rumah sakit.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Umur Partisipan Variabel Umur
Mean 4.20
Std. Deviation 1.256
Minimum 3
Usia
Frekuensi
Persen (%)
3 tahun
15
42.9
4 tahun
7
20
5 tahun
4
11.4
6 tahun
9
25.7
total
35
100
Maximum 6
76
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata usia partisipan yaitu 4.20% dengan frekuensi usia terbanyak yaitu usia 3 tahun 42.9.% (15 orang).
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jenis kelamin Partisipan Jenis Kelamin
Frekuensi
Persen (%)
Laki-laki
19
54.3%
Perempuan
16
45.7%
Total
35
100
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa partisipan terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki 54.3% (19 orang).
Tabel 9. Distribusi Lama Dirawat Di Rumah Sakit Descriptive Statistics N Lama_dirawat
35
Valid N (listwise)
35
Minimum Maximum 2
6
Mean
Std. Deviation
2.60
1.006
Lama Dirawat
Frekuensi
Persen (%)
2 hari
26
74.3%
3 hari
5
14.3%
4 hari
1
2.9%
5 hari
2
5.7%
77
6 hari
1
2.9%
Total
35
100
Tabel di atas menunjukkan bahwa lamanya partisipan usia 36 tahun yang dirawat di rumah sakit saat diberikan kuisioner adalah 2 hari (74.3%).
2. Analisa Deskriptif Memaparkan hasil analisa deskriptif variabel frekuensi bermain dan variabel kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit.
Tabel 10. Deskripsi Statistik frekuensi Bermain dan Kecemasan pada Anak
Descriptive Statistics N Frek_bermain kecmasan_ank
35 35
Minimum Maximum 11 34
41 111
Mean 24.14 63.40
Std. Deviation 7.585 16.751
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel frekuensi bermain dan kecemasan pada anak. Pengukuran variabel frekuensi bermain dapat dihitung dengan menggunakan skor dari item frekuensi bermain yang valid, jumlah
78
item yang diuji cobakan sebanyak 11 item dan semuanya valid dengan kategori skor pilihan 1,2,3,4 dengan demikian untuk variabel frekuensi bermain memiliki skor terendah 1 x 11 = 11 dan skor tertinggi 4 x 11 = 44. Ada 5 kategori yang digunakan yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah. Intervalnya adalah sebagai berikut: Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah
I = Jumlah Kategori
Hasil perhitungan di atas, didapatkan intervalnya sebesar 6.6 dengan demikian kategori tingkat frekuensi bermain di rumah sakit pada usia 3-6 tahun yaitu : Sangat Rendah
: 11
≤ x < 17.6
Rendah
: 17.6 ≤ x < 24.2
Sedang
: 24.2 ≤ x < 30.8
Tinggi
: 30.8 ≤ x < 37.4
Sangat Tinggi
: 37.4 ≤ x < 44
Tabel 11. Kategorisasi Variabel Frekuensi Bermain Kriteria
N
Prosentase
Min
Max
Mean
(%) 11
≤ x < 17.6
Sangat Rendah
8
22.9%
11
79
17.6 ≤ x < 24.2
Rendah
8
22.9%
24.2 ≤ x < 30.8
Sedang
13
37.1%
30.8 ≤ x < 37.4
Tinggi
4
11.4%
37.4 ≤ x < 44
Sangat Tinggi
2
5.7%
35
100
Jumlah
24.14
41 Std = 7.585
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa frekuensi bermain pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit memiliki rata-rata 24.14% dengan standar deviasi 7.585. tingkat frekuensi bermain yang paling tinggi yaitu 37.1%
yang paling
rendah 5.7% jadi dapat dikatakan bahwa tingkat frekuensi bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit masuk dalam kategori sedang. Pengawasan frekuensi bermain pada anak-anak yang dilakukan ketika studi pendahuluan melalui observasi, didapatkan bahwa rata-rata waktu bermain saat sakit dan dirawat di rumah sakit selama 12 jam sehari, maka anak memiliki efektif bermain ± 5 jam. Frekuensi bermain yang peneliti hitung berdasarkan hasil observasi yang dilihat dari waktu efektif anak bermain, maka anak-anak yang dikatakan selalu bermain jika frekuensi bermainnya sehari ± 8-10 kali, sering bermain jika frekuensinya ± 4-7 kali, sedangkan anak yang jarang bermain frekuensinya ± 4-1 kali, dan jika tidak pernah bermain frekuensinya 0. Mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit juga dapat
80
dihitung dengan menggunakan skor dari item kecemasan yang valid. Jumlah item yang diuji cobakan sebanyak 39 item dan yang valid 34 item dengan kategori skor pilihan 1,2,3,4 dengan demikian untuk variabel kecemasan memiliki skor terendah 1x34 = 34 dan skor tertinggi 4 x 34 =136. Ada 5 kategori yang digunakan seperti pada variabel frekuensi bermain yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Intervalnya adalah sebagai berikut:
I =
Jumlah Skor Tertinggi – Jumlah Skor Terendah Jumlah Kategori
Berdasarkan intervalnya
hasil
sebesar 20.4
perhitungan dengan
di
demikian,
atas,
didapatkan
kategori
tingkat
kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit yaitu: Sangat Rendah
: 34
≤ x < 54.4
Rendah
: 54.4 ≤ x < 74.8
Sedang
: 74.8 ≤ x < 95.2
Tinggi
: 95.2 ≤ x < 115.6
Sangat Tinggi
: 115.6 ≤ x < 136
81
Tabel 12. Kategorisasi Variabel Kecemasan pada Anak Kriteria
N
Prosentase
Min
Max
Mean
111
63.40
(%) 34 ≤ x< 54.4
Sangat Rendah
8
22.9%
54.4≤ x< 74.8
Rendah
21
60%
74.8≤ x< 95.2
Sedang
4
11.4%
95.2≤x< 115.6
Tinggi
2
5.7%
115.6≤x< 136
Sangat Tinggi
0
0
35
100%
Jumlah
34
Std = 16.751
Tabel di atas menunjukkan bahwa kecemasan anak yang di rawat di rumah sakit memiliki rata-rata 63.40% dengan standar deviasi 16.751. Tingkat kecemasan anak yang paling tinggi 60% dan yang paling rendah adalah 5.7%, jadi dapat dikatakan bahwa tingkat kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit masuk dalam kategori rendah.
6. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk menguji hasil penelitian yang dilakukan untuk diuji keberartiannya (uji signifikansi). Hipotesis penelitian ini yaitu:
Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, berarti sebenarnya r = 0
82
Ha : ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, jadi memang ≠0 Uji hipotesis dilakukan berdasarkan pengolahan data yang menggunakan program SPSS version 16.0 dan diperoleh hasil korelasi frekuensi bermain dan kecemasan atau r = 0.020 dengan signifikansinya adalah 0.910. Syarat yang harus dipenuhi bila hasil suatu penelitian dikatakan mempunyai hubungan yang signifikan jika nilai koefisien korelasi yang mendekati -1 sampai 1 dan nilai signifikansi hubungan yang bernilai < 0.05 Hasil analisa ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang karena Ho > 0.05 jadi Ho diterima.
Correlationsa Frek_bermain Frek_bermain Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
kecmasan_ank .020 .910
83
T kecmasan_ank Pearson Correlation a Sig. (2-tailed) a.bListwise N=35
.020
1
.910
el 13. Uji Korelasi
4.3
Pembahasan Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Tujuan utama asuhan keperawatan bagi anak yang dirawat di rumah sakit adalah meminimalkan munculnya masalah pada perkembangan anak. Perkembangan anak disesuaikan dengan usia mereka, misalnya perkembangan anak usia 3-6 tahun atau usia prasekolah dalam hal perkembangan adaptasi sosial yaitu dapat bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan
kecemasan
terhadap
perpisahan
dan
mengenali
anggota keluarga. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak adalah kecemasan selama dirawat di rumah sakit. Kecemasan yang timbul selama proses dirawat di rumah sakit yaitu perpisahan dengan orang tua, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri.
84
Berdasarkan hasil deskripsi yang didapatkan frekuensi bermain pada anak yang dirawat di rumah sakit Panti Wilasa Citarum masuk dalam kategori sedang 37.1% dengan rata-rata 24.14% berarti ada 13 anak dari 35 responden yang frekuensi bermainnya sedang, sedangkan untuk
kecemasan yang dialami oleh anak-anak usia
prasekolah yang dirawat di rumah sakit tersebut masuk dalam kategori rendah yaitu 60% atau 21 anak dari 35 responden mengalami kecemasan rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009) yang dipublikasikan melalui http://www.garuda.dikti.go.id
tentang
pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang anggrek I Rumah Sakit Kepolisian Pusat
R.S.
Sukanto,
dengan
menggunakan
desain
Quasi
eksperimen dengan post test only design dan proses analisis statistik menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% dan α : 5% didaptkan hasil yaitu p value : 0.020 α : 0.05 jadi, ada pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle dengan dampak hospitalisasi. Dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009), maka peneliti melihat bahwa bermain mempunyai pengaruh dalam menurunkan kecemasan anak, tetapi bermain yang direncanakan atau diarahkan. Sebuah jurnal keperawatan yang ditulis oleh Alfiyanti D. (2007) tantang pengaruh terapi bermain terhadap
85
tingkat
kecemasan
anak
usia
prasekolah
selama
tindakan
keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain. Terapi bermain adalah bentuk-bentuk pengalaman bermain yang direncanakan sebelum anak menghadapi tindakan keperawatan untuk membantu strategi koping mereka terhadap kemarahan, ketakutan, kecemasan, dan mengajarkan kepada mereka tentang tindakan keperawatan yang dilakukan selama dirawat, sehingga bermain yang diarahkan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit lebih efektif menurunkan kecemasan pada anak sedangkan frekuensi bermain yang anak-anak lakukan selama dirawat di rumah sakit terbukti tidak mempunyai hubungan terhadap kecemasan anak. Frekuensi bermain
bukanlah satu-satunya tindakan dalam
meminimalkan munculnya masalah pada perkembangan anak dalam hal proses perawatan di rumah sakit. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian, peneliti melihat bahwa kecemasan pada anak itu juga bersifat insidensial karena anak-anak mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit jika ia mengalami trauma dengan dokter/perawat yang menurutnya telah menyakitinya, atau anak memiliki pengalaman yang buruk
86
terhadap dokter/perawat, selain itu cemas juga terjadi ketika anak merasa terancam karena akan di suntik, atau diinfus. Hal
ini
dibuktikan
dengan
pengujian
hasil
deskripsi
kecemasan didapatkan angka tertinggi 60% masuk kategori rendah, tertinggi kedua 22.9% masuk kategori sangat rendah, 11.4% kategori sedang dan 5.7% kategori tinggi. Jadi tidak semua anak-anak mengalami kecemasan saat dirawat di rumah sakit. Anak-anak yang mengalami kecemasan selama dirawat di rumah sakit perlu diminimalkan agar tidak berpengaruh terhadap perkembangannya. Ada beberapa kemungkinan variabel yang lebih berpengaruh terhadap penurunan kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit yaitu: 1. Kehadiran orang tua. Kecemasan terbesar akibat dirawat di rumah sakit adalah cemas akibat perpisahan dengan orang tua. Wong (2009) mengatakan bahwa dalam meminimalkan kecemasan akibat perpisahan pada anak adalah dengan melibatkan orang tua dalam perawat anak, sehingga orang tua merasa berpatisipasi dalam perawatan anak. Di rumah sakit, jika orang tua tidak dapat berkunjung, orang dekat lainnya dapat memberikan rasa nyaman pada anak yang dirawat di rumah sakit. Anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit hanya ingin dekat dengan orang tua atau orang terdekat mereka ketika
87
akan dilakukan prosedur keperawatan atau saat perawat ingin mendekatinya. Hal ini dilihat dari hasil pengisian kuisioner oleh orang tua pada skala II, yaitu pernyataan No. 7 dan 8, ada ± 28 orang tua yang mengisi anak selalu dan sering menahan orang tua secara fisik untuk tetap tinggal dekatnya dan anak meminta untuk dipeluk ketika akan dilakukan tindakan keperawatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian anak-anak cenderung ingin orang tuanya atau orang terdekatnya tetap berada dekat dengan anak selama dirawat di rumah sakit. Kecemasan terbesar selama dirawat di rumah sakit adalah cemas akibat perpisahan dengan orang tua, untuk itu kehadiran orang tua akan lebih besar pengaruhnya dalam menurunkan kecemasan anak, dengan adanya orang tua atau orang terdekat di samping
anak akan mengurangi kecemasan terbesar anak
akibat dirawat di rumah sakit yaitu perpisahan. 2. Pengalaman dirawat di rumah sakit. Pengalaman dirawat di rumah sakit juga mempengaruhi tingkat kecemasan anak. Anak yang sudah pernah dirawat sebelumnya
memiliki
tingkat
kecemasan
lebih
rendah
dibandingkan anak yang baru pertama kali masuk dan dirawat dirumah sakit. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Putri Windari (2009) yang dipublikasikan melalui http://garuda.dikti.go.id yang menunjukkan
adanya
hubungan
yang
bermakna
antara
88
pengalaman hospitalisasi pada anak dengan tingkat kecemasan akibat perpisahan dengan orang tua (p-value 0,021). 3. Lamanya berada di rumah sakit Anak-anak yang sudah dirawat di rumah sakit ± 3 hari akan mulai menyesuaikan dirinya dengan lingkungan disekitar dia. Perhitungan distribusi lamanya dirawat di rumah sakit menunjukkan bahwa lamanya partisipan usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit saat diberikan kuisioner adalah terbanyak 2 hari (74,3%). Anak-anak yang dirawat di rumah sakit sebelum hari ketiga tingkat kecemasannya masih tinggi, karena anak belum terbiasa dengan keadaan sekitar dan lingkungan barunya. 4. Kualitas Permainan Faktor-faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain pada anak salah satunya adalah alat dan jenis permainan (Supartini, 2004). Alat dan jenis permainan yang dipilih harus sesuai dengan tumbuh kembang anak, selain sesuai dengan tumbuh kembang anak, permainan yang digunakan juga harus berkualitas. Permainan yang berkualitas yang harusnya dilakukan di rumah sakit adalah: a. permainan yang digunakan dalam penyuluhan untuk ekspresi perasaan, atau sebagai metode untuk mencapai tujuan terapeutik (Wong, 2009). Salah satu contoh
89
permainannya adalah saat akan dilakukan prosedur injeksi dalam dilakukan permainan seperti membiarkan anak memegang spuit dan kapas alkohol dan memberikan injeksi kepada boneka. Bentuk permainan seperti ini bisa membantu mengurangi kecemasan pada anak. b. Bentuk permainan yang digunakan untuk terapi juga dapat menurunkan
kecemasan anak. Terapi bermain ini
dilakukan oleh perawat saat akan dilakukan tindakan keperawatan pada anak. Berdasarkan hasil observasi saat penelitian, peneliti melihat bahwa anak-anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia bermain permainan yang hanya untuk kesenangan tanpa mempertimbangkan manfaat bermain tersebut seperti boneka, kapal-kapalan,
robot-robotan,
membaca
buku
cerita,
mendengarkan cerita dari orang tua atau orang terdekat. Permainan yang berkualitas akan lebih efektif terhadap penurunan
kecemasan
anak,
dibandingkan
anak
bermain
permainan yang tidak mempertimbangkan manfaat permainan tersebut. Frekuensi bermain bukanlah satu-satunya cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan kecemasan anak, dan tanpa bermain secara teratur selama dirawat di rumah sakit kecemasan anak pun dapat diminimalkan dengan adanya kehadiran orang tua atau orang
90
terdekat disampingnya, oleh sebab itu kita tidak perlu memaksakan anak untuk meningkatkan frekuensi bermain anak selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini juga membuktikan bahwa frekuensi bermain yang
banyak
namun
tidak
berkualitas
permainannya
mengurangi kecemasan pada anak sedangkan
tidak
frekuensi bermain
dengan menggunkan permainan yang berkualitas akan lebih efektif dalam menurunkan kecemasan anak. Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa frekuensi bermain tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kecemasan anak usia 3-6 tahun, kemungkinan variabelvariabel di atas lebih mempengaruhi kecemasan anak dibandingkan frekuensi anak mengikuti bermain.
4.4
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian menunjukkan kepada suatu keadaan yang tidak dapat dihindari dalam penelitian. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah usia partisipan yaitu anak-anak berusia 3-6 tahun. Pada usia ini anak belum dapat mengungkapkan perasaannya dan belum mengerti mengenai keadaannya sendiri, sehingga pengumpulan data primer tidak langsung didapat dari partisipan itu sendiri, tetapi melalui orang tua partisipan.
91
Penelitian
ini
juga
mengalami
kendala
dalam
mengkategorisasikan jenis penyakit yang dialami oleh partisipan. Keragaman penyakit yang diderita oleh populasi penelitian, membuat peneliti tidak dapat mengkaji kecemasan dan frekuensi bermain sesuai dengan spesifikasi penyakit tertentu.
92