digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten TTU Kabupaten TTU merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Pulau Timor, Provinsi NTT. Daerah daratan dengan luas 2.669,70 km2 atau sekitar 5,4% dari luas daratan Provinsi NTT. Sebagian wilayah Kabupaten TTU berbatasan dengan Laut Sawu atau lazim dikenal dengan sebutan wilayah pantai utara (pantura) memiliki luas lautan ± 950 km2 dengan panjang garis pantai 50 km (Profil TTU, 2015). Batas wilayah Kabupaten TTU yaitu; 1) sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS); 2) sebelah utara berbatasan dengan District Ambenu (Negara Republik Demokrat Timor Leste) dan laut Sawu; 3) sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kupang dan TTS; 4) sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Belu. Pemerintahan Kabupaten TTU terdiri dari 24 Kecamatan, 9 Kelurahan dan 185 Desa. Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Insana yaitu 333,08 km2 (12,4% dari luas wilayah seluruhnya) dan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Bikomi Selatan yaitu 48,68 km2 (1,8% dari luas wilayah seluruhnya). Jumlah penduduk Kabupaten TTU berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2014 (Semester I dan II) berjumlah 243.984 jiwa. Hal ini berarti untuk setiap kilometer perseginya dihuni sekitar 91 jiwa. Dari 24 Kecamatan tersebut, penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kota Kefamenanu sebesar 42.321 jiwa dan terkecil di Kecamatan Noemuti Timur sebesar 3.926 jiwa. Jika dirinci berdasarkan Kecamatan maka kepadatan penduduk terbesar adalah di Kecamatan Kota Kefamenanu sebesar 572 jiwa/km² dan terkecil di Kecamatan Biboki Feotleu sebesar 33 jiwa/km² (Bappeda Kab. TTU, 2015). Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, maka penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Jumlah penduduk perempuan sebesar 122.994 jiwa dan laki-laki sebanyak 120.990 jiwa. Dari hasil ini dapat diperoleh angka
commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 98, artinya bahwa dari 100 orang perempuan terdapat 98 orang laki-laki. Mata Pencaharian utama penduduk Kabupaten TTU adalah dari sektor pertanian, dengan peranan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) TTU tahun 2014 adalah sebesar 47,8%, diikuti dengan sektorsektor lainnya, artinya Kabupaten TTU merupakan Kabupaten yang memiliki basis perekonomian dari sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Kabupaten TTU dipimpin oleh seorang Bupati, dengan Ibukota Kabupaten
adalah Kefamenanu.
Untuk melaksanakan
tugasnya dalam
merumuskan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat terdapat unsur-unsur pembantu Pimpinan Daerah yaitu Sekretaris Daerah (Setda) dan Lembaga Teknis Daerah seperti Dinas, Badan, dan Kantor. Sebagai Kepala Daerah, Bupati Raymundus Sau Fernandes, saat ini menjalankan pemerintahan periode pertama bersama Wakil Bupati Aloysius Kobes. Sekretaris Daerah yang bertugas sekarang adalah Yakobus Taek, merupakan pejabat karier di Kabupaten TTU yang sebelumnya menjabat Asisten Tata Praja dan Kepala Bappeda Kabupaten TTU (Bappeda Kab. TTU, 2015). Sebagai sebuah Kabupaten yang wilayahnya cukup strategis karena memiliki perbatasan darat dengan Negara Timor Leste, permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam bidang pemerintahan diantaranya bagaimana meningkatkan ketersediaan berbagai infrastruktur pemerintahan yang memadai dan ketersediaan sumberdaya aparatur pemerintah daerah yang berkualitas, professional dan memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Kualitas sumber daya aparatur pemerintah salah satunya ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dicapai oleh pegawai, sehingga Pemerintah Kabupaten TTU selalu memberikan dukungan bagi peningkatan strata pendidikan bagi pegawainya baik melalui tugas belajar, ijin belajar maupun pendidikan dan pelatihan teknis struktural atau fungsional. Jumlah anggota DPRD Kabupaten TTU hasil pemilu tahun 2014 sebanyak 30 orang dari 10 partai politik yang terdiri dari laki-laki (28 orang) dan perempuan (2 orang). Melalui Pemilu tahun commit to user2014, aspirasi politik masyarakat
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kabupaten TTU dapat dilihat dari proporsi anggota dewan perwakilan rakyat. Mayoritas pemilih menyalurkan aspirasinya melalui perwakilan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebanyak 8 (delapan) kursi atau 16,6%. Komposisi anggota dewan selengkapnya dapat disajikan pada tabel 4. Tabel 4 Komposisi Anggota Dewan Kabupaten TTU No
Nama Partai
1 PDIP 2 GOLKAR 3 NASDEM 4 PAN 5 PKB 6 GERINDRA 7 DEMOKRAT 8 PKPI 9 HANURA 10 PKS Jumlah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
7 4 3 3 3 3 2 1 1 1 28
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2
8 4 3 3 3 3 2 2 1 1 30
Sumber: Bappeda Kab. TTU, 2015
Jumlah fraksi DPRD TTU hasil pemilihan umum Tahun 2014 sebanyak 10 (sepuluh) fraksi yaitu: PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), GOLKAR (Golongan Karya), NASDEM (Nasional Demokrat), PAN (Partai Amanat Nasional), PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), GERINDRA (Gerakan Indonesia Raya), Demokrat, PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia), HANURA (Hati Nurani Rakyat), dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) (Bappeda Kab. TTU, 2015).
2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Kota Kefamenanu merupakan bagian dari wilayah administratif Kabupaten TTU. Kecamatan Kota Kefamenanu terbentuk sejak tahun 1990 dengan sebutan “Koordinator Pemerintahan Kota (KOPETA)” Kefamenanu sesuai Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Provinsi NTT Nomor 265A tahun 1990 tanggal 19 November 1990 tentang penyesuaian sebutan ‘Koordinator Pemerintahan Kota (KOPETA)’ Kefamenanu menjadi ‘Perwakilan Kecamatan Miomaffo Timur untuk Wilayah Kota Kefamenanu’. Dan pada tanggal 26 Mei 1992 dengan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1992, sebutan Perwakilan Kecamatan Miomaffo Timur untuk Wilayah Kota commit to user Kefamenanu ditingkatkan menjadi Kecamatan Kota dengan sebutan ‘Kecamatan
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kota Kefamenanu’ dengan ibukotanya Sasi (Laporan Camat Kota, 2015). Wilayah Kecamatan Kota Kefamenanu terdiri dari 9 Kelurahan, 288 RT dan 63 RW. Jika dibandingkan pada tahun 2014 yang Jumlah RT sebanyak 279, sehingga tahun 2015 jumlah RT bertambah sebanyak 9 RT sebagai akibat pemekaran yang sebagai bentuk langkah awal dalam perencanaan pemekaran wilayah Kelurahan dan Kecamatan. Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten TTU nomor 10 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan, jumlah jabatan struktural di tingkat Kecamatan Kota Kefamenanu terdiri atas Camat, Sekretaris Camat (1 orang), Kepala Seksi (5 orang) dan Kepala Subbagian (3 orang) serta dibantu staf pelaksana (8 orang). Sedangkan jumlah pejabat struktural di 9 Kelurahan yaitu: Lurah dan Sekretaris Lurah (masing-masing 9 orang), Kepala seksi (36 orang), dibantu pelaksana (30 orang). Semua jabatan struktural tersebut sudah terisi sejak pelantikan eselon IV pada bulan Januari 2015 dan Juni 2015 (Laporan Camat Kota, 2015). Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kota Kefa dengan 9 Kelurahan. Namun karena berbagai kendala seperti kesalahan penulisan surat penelitian, infrasruktur jalan, dana penelitian, jangka waktu yang terbatas, dan cuaca yang tidak mendukung maka penelitian ini akhirnya hanya dilakukan di 6 (enam) Kelurahan yaitu Kelurahan Kefa Selatan, Benpasi, Bansone, Kefa Tengah, Aplasi dan Kefa Utara. Sedangkan 3 (tiga) Kelurahan yang tidak menjadi objek penelitian adalah Kelurahan Sasi, Tubuhui, dan Maubeli. Secara umum, kondisi geografis Kecamatan Kota Kefamenanu merupakan salah satu Kecamatan dalam wilayah Kabupaten TTU yang memiliki luas wilayah 74 km² atau 7.400 ha yang terbagi pada 9 (sembilan) Kelurahan. Secara geografis letak Kecamatan Kota Kefamenanu berada diantara 9 25’ 00” 9 28’ 45” Lintang Selatan dan 124 27’ 30” – 124 33’ 45” Bujur Timur dengan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut (Laporan Camat Kota, 2015) : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Miomaffo Timur dan Bikomi Tengah 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bikomi Selatan
commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Miomaffo Tengah dan Bikomi Selatan 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Insana Tengah dan Insana Barat Jumlah dan kepadatan penduduk 9 (sembilan) Kelurahan tergambar pada tabel 5 dibawah ini: Tabel 5 Jumlah penduduk Kecamatan Kota Kefamenanu No
Nama Kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kefa Utara Aplasi Kefa Tengah Bansone Benpasi Kefa Selatan Tubuhue Maubeli Sasi Jumlah
Luas wilayah (km2) 12,00 07,00 11,00 09,00 06,00 07,00 12,00 04,00 06,00 74
Jlh KK
Jlh Jiwa
564 573 1.200 693 1.029 1.847 982 1.018 702 8.608
2.430 2.576 5.667 3.464 5.530 9.815 4.522 4.586 3.436 42.026
Jlh penduduk menurut jenis kelamin L % P % 1.209 49,8 1.221 50,2 1.260 48,9 1.316 51,1 2.812 49,6 2.855 50,4 1.763 50,9 1.701 49,1 2.705 48,9 2.825 51,1 4.935 50,3 4.880 49,7 2.287 50,6 2.235 49,4 2.265 49,4 2.321 50,6 1.747 50,8 1.689 49,2 20.983 49,9 21.043 50,1
Sumber data : Laporan Camat Kota, 2015
Secara umum terdapat 6 tempat ibadah di Kabupaten TTU yaitu Gereja dan Kapela Katolik (6 buah), Gereja Protestan (10 buah), Masjid (3 buah), dan Pura (1 buah). Sedangkan jumlah pemeluk agama yaitu Katolik (29,468 orang), Protestan (8.359), Islam (3.766 orang), Hindu (111 orang) dan Budha (3 orang). Tabel 6 Jumlah Masyarakat Pemilih Kecamatan Kota Kefamenanu Tahun 2015 N o
Nama kelurahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kefa Selatan Aplasi Bansone Kefa Utara Tubuhue Benpasi Sasi Kefa Tengah Maubeli Total Pemilih
Jmlh TPS 13 6 6 5 6 9 7 10 8 70
Laki-laki
Perempuan
n
%
n
2,805 724 971 826 1,378 1,799 1,196 1,931 1,651 13,281
50,5 48,2 49,2 49,2 50,2 50,4 49,8 48,0 50,0 49,6
Sumber: Rekapitulasi KPUD Kefa, 2015
commit to user
2,754 777 1,001 853 1,366 1,768 1,206 2,092 1,653 13,470
Jumlah
% 49,5 51,8 50,8 50,8 49,8 49,6 50,2 52,0 50,0 50,4
5,559 1,501 1,972 1,679 2,744 3,567 2,402 4,023 3,304 26,751
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Hasil Rekapitulasi suara Pilkada 2015 di Kabupaten TTU Berdasarkan keputusan KPU Kabupaten TTU nomor: 29/Kpts/KPU-KAB018.433940/PBWB-2015 tentang penetapan rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara dan hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten TTU tahun 2015, yaitu dengan jumlah pemilih tetap di 24 kecamatan sebesar 81.842 pemilih, ditambah pemilih tetap tambahan-1, tambahan-2, dan pemilih pindahan maka total pemilih seluruhnya adalah 167.886 pemilih. Hasil perolehan suara pasangan calon tunggal pilkada 2015 yaitu suara setuju sebanyak 74.953 suara, dan suara tidak setuju sebanyak 19.049 suara, jadi total surat suara yang sah sebesar 94.002 suara, sedangkan surat suara yang lain rusak dan atau keliru coblos sebesar 58 pemilih. Sedangkan jumlah surat suara yang tidak digunakan sebesar 63.336. Sedangkan untuk Kecamatan Kota Kefamenanu jumlah daftar pemilih tetap sebesar 26.751 yang terdiri dari lakilaki sebanyak 13.281 pemilih dan 13.470 pemilih perempuan. Sedangkan untuk penggunaan hak pilih dalam daftar pemilih tetap di Kecamatan Kota Kefamenanu sebesar 17.878 pemilih, yang terdiri dari laki-laki sebesar 8.561 pemilih dan perempuan sebesar 9.317 pemilih. Sedangkan untuk jumlah suara sah untuk seluruh calon sebanyak 16.919 dan jumlah surat suara tidak sah sebanyak 1.526. Jumlah pemilih keseluruhan yang berpartisipasi dalam mencoblos sebesar 16.919 pemilih, yang terdiri dari 12.082 mencoblos setuju, dan 4.837 mencoblos tidak setuju pada pasangan calon tunggal di Kabupaten TTU daerah pemilihan Kecamatan Kota Kefamenanu. 4. Distribusi
karakteristik
masyarakat
pemilih
di
Kecamatan
Kota
Kefamenanu pada Pilkada 2015 Penelitian dilakukan pada 400 masyarakat pemilih yang ada di Kecamatan Kota Kefamenanu dan mempunyai karakteristik meliputi jenis kelamin, agama yang dianut, umur, pendidikan terakhir dan pekerjaan kepala keluarga serta penghasilan keluarga diuraikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik batang dan diagram.
commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Distribusi masyarakat pemilih berdasarkan jenis kelamin
Distribusi Masyarakat Pemilih Berdasarkan Jenis Kelamin
! #$" #$"!-"+" #$" %'.+ #&"-"( !
*"&,%
#(*",%
"(,)(#
Gambar 2 Distribusi pemilih pada enam kelurahan berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan Kota Kefamenanu Berdasarkan gambar 2, sebagian besar (61,9%) masyarakat pemilih adalah lakilaki yang tersebar cukup merata di enam kelurahan, sedangkan perempuan sedikit (38,1%). b. Distribusi masyarakat pemilih berdasarkan Agama yang dianut Distribusi Masyarakat Pemilih Berdasarkan Agama yang dianut
Katolik Protestan Islam
Gambar 3 Distribusi masyarakat pemilih berdasarkan agama yang dianut di Kecamatan Kota Kefamenanu Berdasarkan gambar 3 maka sebagian besar masyarakat pemilih di Kecamatan Kota Kefamenanu menganut agama Katolik. commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Distribusi masyarakat pemilih berdasarkan umur Distribusi Masyarakat Pemilih Berdasarkan Umur
17-64 thn
65-75 thn
Gambar 4 Distribusi masyarakat pemilih berdasarkan umur di Kecamatan Kota Kefamenanu Berdasarkan gambar 4 menunjukkan bahwa hampir seluruh masyarakat pemilih berusia produktif (17-64 tahun) yaitu sebesar 96%.
d. Distribusi masyarakat pemilih berdasarkan pendidikan, pekerjaan dan penghasilan di Kecamatan Kota Kefamenanu Tabel 7 Distribusi Masyarakat Pemilih berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan dan Penghasilan di Kecamatan Kota Kefamenanu Karakteristik Responden Pendidikan 1. Rendah 2. Tinggi Jumlah Pekerjaan 1. Tidak bekerja 2. Bekerja Jumlah Penghasilan 1. Rendah 2. Tinggi Jumlah
Jumlah n
%
132 268 400
33,0 67,0 100
43 357 400
10,7 89,3 100
197 160 357
55,2 44,8 100
Berdasarkan tabel 7 menggambarkan bahwa sebagian besar masyarakat pemilih mempunyai kategori pendidikan tinggi (67,0%), dan bekerja (89,3%) tetapi commit to user dengan penghasilan yang rendah (55,2%).
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Analisis Deskriptif Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan maka dapat dibuat analisis data dengan distribusi frekuensi dari setiap data dan variabel penelitian. a. Distribusi pendapat masyarakat pemilih tentang isi pesan politik pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU Tabel 8 Distribusi pendapat masyarakat pemilih tentang isi pesan politik pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU 1 2 3
Pendapat masyarakat pemilih Sesuai Kurang sesuai Tidak sesuai Jumlah
n 285 67 48 400
% 71,2 16,8 12,0 100
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar (71,2%) masyarakat pemilih mempunyai pendapat bahwa isi pesan politik sesuai dengan visi, misi dan program kerja dari pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015. Hasil analisis deskriptif tentang isi pesan politik seperti pada tabel 8 juga didukung oleh pendapat dari beberapa informan yang dilakukan melalui wawancara mendalam. Dalam penelitian ini masyarakat pemilih, aktivitis politik, tokoh masyarakat dan akademisi memberikan pendapat dan tanggapan terhadap isi pesan politik yang disampaikan oleh pasangan calon tunggal dalam Pilkada 2015. Beberapa kutipan pendapat tertera pada hasil wawancara berikut: Informan yang berpendapat bahwa isi pesan politik dari pasangan calon tunggal yang termasuk kategori sesuai yaitu : Menurut Bernadus (11-12-2015) sebagai akademisi : “….Komunikasi politik sangat berjalan yaitu kampanye sesuai jadwal yang ditentukan oleh KPU sendiri, mengkomunikasikan program kerja, visi misi dari pasangan calon yang disebut sebagai paket dubes jilid dua”. Sedangkan menurut Ilfridus (10-12-2015) sebagai tokoh masyarakat : “Proses komunikasi politik dari calon pasangan tunggal kepada masyarakat ada lewat kampanye. Karena setelah diputuskan pasangan calon tunggal dapat dilakukan maka pasangan calon tunggal ini turun untuk kampanye dan sosialisasi di kelurahan KU dan membangun komunikasi dengan masyarakat. Menurut saya, komunikasi politik menjelang pilkada ini antara pasangan calon tunggal dan masyarakat memang ada dan pasangan calon berusaha menyampaikan program kerja, visi dan misinya”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Paulus (11-12-2015) bahwa : “Selama ini pesan politik yang berkembang melalui struktur pemerintah…”. Pendapat lain menurut Gudhi (06-12-2015), sebagai masyarakat pemilih yaitu : “…pesan politik yang disampaikan adalah visi, misi dan program kerja dari pasangan calon…namun terkadang pesan tersebut bisa terlaksana dan tidak…karena pengalamannya tidak terlaksana…misalnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pertanian”. “…Faktor pesan politik sangat berpengaruh karena melalui pesan tersebut mengajak dengan informasi program kerja dan bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat pemilih”. Informan yang berpendapat bahwa isi pesan politik dari pasangan calon tunggal yang termasuk kategori kurang sesuai yaitu : Pendapat menurut Mulyo (15-12-2016), sebagai salah satu masyarakat pemilih mengatakan bahwa: “Komunikasi politik memang ada tapi kurang…..hanya beberapa kali….biasanya melalui kunjungan dari rumah ke rumah…dilakukan hanya pada orang-orang yang dianggap sebagai pendukung pasangan calon”. Pendapat yang lain disampaikan oleh Fredo (10-12-2015) sebagai aktivis politik yaitu: “Proses komunikasi politik dari pasangan calon memang kurang. Ada tapi hanya pada orang-orang tertentu yang dianggap sebagai pendukung dari pasangan calon ini. Kalau di Kota sangat jarang. Kalau ada biasanya kunjungan dari rumah ke rumah”. Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Kela (10-12-2015), sebagai tokoh masyarakat yaitu : “Komunikasi politik selama ini bersifat gerilya…jadwal dan tempat itu tidak ditentukan jadi orang tidak tahu. Karena dia menghindari kehadiran lawanlawannya…..jadi kampanye atau proses komunikasi politik tiba-tiba dan tempat tidak jelas”. Sedangkan menurut Silvester (10-12-2015), sebagai tokoh masyarakat yaitu : “...Komunikasi politik lebih banyak disampaikan oleh tim suksesnya, namun kampanye bersifat tertutup dan….memberikan intervensi kepada masyarakat/dipaksakan.....pasangan ini hanya lebih banyak utak atik di pemerintahan di mana terjadi mutasi pegawai dan lain sebagainya”. Informan yang berpendapat bahwa isi pesan politik dari pasangan calon tunggal commit yang termasuk kategori tidak sesuai yaituto: user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Beni (08-12-2015), yaitu : “…Saya tidak tahu jadwal dan proses kampanye selama ini…” Sedangkan menurut Abi (10-12-2015), sebagai aktivis politik mengatakan bahwa : “Proses komunikasi politik dan sosialisasi dari tim sukses dan KPU terkait dengan pilkada pasangan calon tidak ada ”. Menurut Kela (10-12-2015), yaitu: “…tidak ada komunikasi politik dari pasangan calon dengan masyarakat. Tapi lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang mendukungnya, karena di TTU ini terbentuk dua kelompok yaitu kelompok yang dianggap lawan dan yang mendukung pasangan calon tidak pernah berkomunikasi dengan kelompok yang dia anggap lawan karena bagi dia adalah ancaman ”. Menurut Kenjam (14-12-2015), bahwa: “Tidak tahu karena kami tidak melihat dan mendengar adanya kampanye dari pasangan calon tunggal ini. Kalau tim sukses dari pasangan calon ini memang tidak kelihatan karena kampanye juga mungkin tersembunyi”. Pendapat lain disampaikan oleh Oma (11-12-2015), sebagai masyarakat pemilih yaitu: “Proses komunikasi politik (pesan politik) melalui kampanye dari tim sukses, partai pengusung dan KPU tidak ada dalam masyarakat saya. Kalau ada pasti saya tahu. Saya pikir jangankan sosialisasi tentang pasangan calon tunggal, hal teknis mengenai tata cara dalam beberapa tahap misalnya terlihat di dalam TPS saja, disitu tidak ada saksi, walaupun parpol itu tidak terlibat dalam paket 1 karena memang hanya satu paket saja, misalnya PDIP, diluar dari PDIP seharusnya digiring saksi sehingga nampak ada keadilan.” b. Distribusi penggunaan saluran informasi oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 di Kabupaten TTU Tabel 9 Distribusi penggunaan saluran informasi oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 di Kabupaten TTU No 1 2
Saluran informasi 1 saluran informasi > 1 saluran informasi Jumlah
n 304 96 400
% 76,0 24,0 100
Berdasarkan tabel 9 maka sebagian besar (76,0%) masyarakat pemilih hanya menggunakan 1 (satu) saluran informasi, commit todalam user hal ini penggunaan media massa
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh masyarakat pemilih, persentasenya lebih besar dibandingkan dengan pemimpin opini (opinion leader), dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas atau informasi politik dari pasangan calon tunggal pilkada 2015, sedangkan hanya 24,0% yang menggunakan lebih dari 1 (satu) saluran informasi (media massa dan pemimpin opini/opinion leader). Berdasarkan kutipan wawancara terkait sumber informasi yaitu : Menurut Bernadus (11-12-2015) bahwa: “…komunikasi dilakukan secara langsung maupun melalui media massa….sosialisasi di kelurahan dan membangun komunikasi dengan masyarakat”. Menurut Paulus (11-12-2015) yaitu : “…RS mengkampanyekan visi misinya melalui kepala desa, aparatur negara, dan memanfaatkan RPD”. Sedangkan menurut Beni (08-12-2015) yaitu: “…sejauh ini informasi yang kami dengar dan tahu dari media massa lokal seperti pos Kupang, timex, victory news…”. Menurut Kenjam (14-12-2015) sebagai masyarakat pemilih yaitu: “Program kerja dan visi misi kami tahu dari media massa. Khususnya media lokal NTT seperti pos kupang, timex, victory news, dan biinmafo news. Banyak masyarakat yang tidak setuju dengan pilkada calon tunggal”.
c. Distribusi penggunaan media massa oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 di Kabupaten TTU Tabel 10 Distribusi penggunaan media massa oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 di Kabupaten TTU 1 2 3
Media Massa 1 Media Massa 2-3 Media Massa 4 Media Massa Jumlah
n 58 306 36 400
% 14,5 76,5 9,0 100
Berdasarkan tabel 10 maka sebagian besar (76,5%) masyarakat pemilih menggunakan 2-3 media massa baik media cetak maupun elektronik untuk mengetahui informasi politik dari pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015, commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedangkan penggunaan hanya 1 media dan bahkan yang 4 (empat) media massa sekaligus persentasenya sangat kecil. Hasil distribusi frekuensi tentang media massa pada tabel 10 di dukung juga oleh hasil wawancara mendalam kepada beberapa informan antara lain : Menurut Kenjam (14-12-2015), yaitu : “Kami tahu pasangan calon tunggal dari media massa….sedangkan media lokal yaitu RPD, tapi itu bagi yang mempunyai radio, selain itu TV Biinmafo tapi jangkauannya terbatas, sedangkan anak-anak muda kebanyakan media online…” Sedangkan menurut Ilfridus (10-12-2015), yaitu : “….Media lokal NTT lain yaitu Koran Timor Express, Koran Pos Kupang, dan Koran Victory News yang cukup berperan dalam menyalurkan informasi politik berkaitan dengan pilkada TTU 2015…”. Menurut Paulus (11-12-2015), mengatakan bahwa : “ media nasional seperti kompas atau tempo, biasanya masyarakat tertentu saja tapi jarang. Begitu pun juga media elektronik seperti televisi seperti metro, rcti dan tvone…ada juga kampanye melalui iklan”. d. Distribusi efek dari proses pemilihan pasangan calon tunggal Pilkada 2015 di Kabupaten TTU Tabel 11 Distribusi efek dari proses pemilihan pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 di Kabupaten TTU Efek 1 2
Tidak berpartisipasi Berpartisipasi Jumlah
n 48 352 400
% 12,0 88,0 100
Tabel 11 menggambarkan bahwa hampir seluruhnya (88,0%) masyarakat pemilih di Kecamatan Kota Kefamenanu berpartisipasi dalam mengikuti proses pemilihan pasangan calon tunggal Pilkada 2015, sedangkan hanya 12,0% yang tidak berpartisipasi dengan berbagai alasan tertentu. Hasil distribusi frekuensi tersebut juga didukung oleh wawancara mendalam kepada beberapa informan penelitian. Menurut Hilda (16-12-2015), sebagai Tokoh Masyarakat mengatakan bahwa : “…..Kami memilih mereka bukan karena tim sukses atau pengaruh tokoh masyarakat tapi karena kami tahu persis pasangan calon ini dan program kerja mereka, misalnya dari sisi ekonomi, pembangunan dan pendidikan yaitu Unimor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jadi perguruan tinggi negeri. Selain itu juga peningkatan bagi SDM juga melalui pendidikan dan bantuan beasiswa bidikmisi”. Menurut Frido (16-12-2016), sebagai aktivitis politik yaitu : “…yang saya tahu di Kota Kefamenanu ini sudah banyak masyarakat pemilih yang rasional, sedangkan di kampong-kampung yang masih banyak pemilih tradisional…”. Menurut Abi (10-12-2015), yaitu : “…..jadi orang pergi memilih karena panggilan emosionalnya saja”. “sedangkan banyak juga yang tidak pergi memilih karena mereka tidak tahu….tidak ada keterbukaan”. Sedangkan menurut Oma (11-12-2015) : ‘…sekitar 30-40% masyarakat Kefamenanu tidak memilih, dan banyak suara yang tidak sah, cenderung dipaksakan, karena sebelumnya banyak masyarakat yang tahu kalau pilkada ditunda tahun 2017”. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian maka dibuat pembahasan yang berhubungan dengan variabel penelitian. 1. Pendapat masyarakat pemilih tentang isi pesan politik dari pasangan calon tunggal Pilkada 2015 Pesan politik merujuk pada pembicaraan tentang aktivitas politik yang sampai kondisi tertentu membicarakan tentang tiga hal yaitu pembicaraan politik yang berkenaan dengan kekuasaan, pengaruh, dan otoritas (kewenangan) (Nimmo, 2011:74). Pada penelitian saat ini pesan politik yang disampaikan oleh pasangan calon tunggal meliputi pesan yang berhubungan dengan Pilkada 2015 di Kabupaten TTU. Isi pesan dapat disampaikan pada saat kampanye, sosialisasi dan melalui media atau saluran yang disampaikan secara hierarkis oleh pasangan calon tunggal atau tim suksesnya. Pesan politik direncanakan dan dirancang oleh komunikator politik, kemudian disebarkan dan disampaikan kepada khalayak atau komunikan (masyarakat pemilih). Pembicaraan kekuasaan merujuk pada usaha untuk mempengaruhi orang lain (masyarakat pemilih) dengan janji atau ancaman (Nimmo, 2011:78). Visi, misi dan program kerja dari pasangan calon commit to usertunggal ini merupakan janji yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan dilakukan selama masa kempemimpin mereka selama 5 tahun. Janji-janji ini sebagai bukti bahwa mereka mempunyai kekuasaan legal dalam mewujudkan janji tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (71,2%) menyatakan bahwa isi pesan susai dengan visi, misi, dan program kerja. Walaupun sesusai namun pengalaman dari masing-masing masyarakat pemilih dan pemimpin opini memiliki pandangan yang beragam. Ada yang berpendapat visi, misi dan program kerja dapat terwujud dan dirasakan oleh masyarakat, dan ada juga menyatakan masih kurang berjalan maksimal bahkan cenderung tidak terlaksana. Sedangkan pembicaraan pengaruh merupakan pembicaaran yang menghendaki terjadinya hal-hal yang Anda (pasangan calon tunggal) kehendaki dapat terjadi. Kehendak dari pasangan calon tunggal adalah masyarakat pemilih dapat berpartisipasi dan mencoblos. Pembicaraan pengaruh ini akan lebih besar pengaruhnya jika didukung oleh pemimpin opini. Katz (1957) menyebutnya sebagai pengaruh pribadi yaitu pengaruh interpersonal yang berada pada setiap jaringan sosial masyarakat, baik itu teman, rekan kerja, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, maupun institusi media yang memiliki pengikut yang cukup banyak atau mempunyai kekuasaan tak terlihat dalam mempengaruhi masyarakat pemilih untuk berpasrtisipasi dalam memberikan hak suara mereka pada pasangan calon tunggal tersebut. Pembicaraan otoritas menurut Nimmo (2011:75) adalah pemberian perintah yang memiliki kekuasaan sah yang dilegitimasi oleh UU dan aturan yang menghendaki semua orang taat dan tunduk padanya. Pesan politik yang tercermin dalam visi misi dan program kerja dari pasangan calon merupakan bersifat persuasif yang mengajak masyarakat pemilih untuk berpartisipasi dan memilih pasangan calon tunggal tersebut. Pesan yang bersifat persuasif tersebut di dalamnya mensyaratkan perintah secara halus yang tidak kelihatan dan menggiring orang untuk mencoblos. Sebagaimana dikatakan oleh Ball-Rokeach dan Defleur (dalam Nimmo 2010:161) sebagai akibat (pengaruh pesan) afektif yang merujuk pada pesan politik yang diterima dan lebih cenderung diperhitungkan orang (masyarakat pemilih) dalam menyusun kepercayaan politik daripada nilai politik. Pesan politik yang dirancang dan didesain adalah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk memberikan kepercayaan politik yang pada tahap selanjutnya adalah masyarakat dapat berpartisipasi dan mencoblos pasangan calon tunggal tersebut. Hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar (71,2%) masyarakat pemilih mempunyai pendapat bahwa isi pesan politik yang disampaikan pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015 sesuai dengan visi, misi dan program kerja. Menurut Nimmo (2011:78), isi pesan politik merujuk pada pesan persuasif yang diusahakan dapat mempengaruhi dan merubah sikap dan perilaku orang dengan kata-kata lisan dan tertulis, menanamkan opini baru dan usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan, atau perilaku orang melalui transmisi pesan. Hal ini sejalan dengan kajian yang dilakukan oleh Mutz dan Young (2011) berkenaan dengan tiga tema sentral penelitian komunikasi dan opini publik. Pertama tema tersebut berfokus pada proses komunikasi politik yang sedang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Komunikasi politik dalam hal ini misalnya pada Pilkada calon tunggal di Kefamenanu menunjukkan sebagian besar pesan politik sesuai dengan visi, misi dan program kerja pasangan calon tunggal. Kedua pemaparan selektif mengenai komunikasi politik (pesan). Artinya bahwa pesan-pesan politik dapat berperan penting dalam merubah sikap dan perilaku masyarakat pemilih untuk memilih pasangan calon tunggal tersebut. Apalagi pesan politik yang sesuai ini disampaikan oleh seorang pemimpin opini yang disegani oleh masyarakat, dapat memberikan efek yang besar kepada masyarakat pemilih. Ketiga, hubungan media massa dengan komunikasi interpersonal. Hal ini dapat merujuk pada penggunaan media massa oleh pasangan calon tunggal untuk menyebarluaskan pesan-pesan politik yang sesuai denga visi, misi dan program kerja mereka. Penyampaian isi pesan politik yang kurang sesuai (16,8%) dan tidak sesuai (12,0%) oleh pasangan calon tunggal Pilkada 2015, ini berhubungan dengan frekuensi komunikasi politik yang masih kurang dan dilakukan hanya pada orang-orang yang dianggap sebagai pendukung pasangan calon atau bersifat tertutup sehingga tidak langsung menjangkau seluruh masyarakat pemilih di Kecamatan Kota Kefamenanu, ditambah lagi dengan jadwal dan tempat kampanye yang tidak ditentukan commit to user dengan pasti. Hal ini yang
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyebabkan masyarakat pemilih tidak mengetahui proses Pilkada tersebut sehingga membuat mereka menilai bahwa penyampaian pesan politik oleh pasangan calon tunggal kurang dan tidak sesuai dengan tujuan dari proses Pilkada 2015.
2. Penggunaan saluran informasi oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 di Kabupaten TTU Menurut teori Lazarsfeld mengenai Two-step flow of communication yaitu bahwa pesan (misalnya pesan politik) ditransmisikan melalui media massa (radio, cetak, elektronik) kepada pemimpin opini (tokoh masyarakat, aktivis politik, dan akademisi) dan dari mereka baru ke masyarakat pemilih atau ke masyarakat pada umumnya (Laughey, 2007:12). Sehingga pesan politik yang diterima oleh masyarakat pemilih dari media massa sudah melalui proses seleksi oleh pemimpin opini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (76,0%) masyarakat pemilih hanya menggunakan satu saluran informasi yaitu media massa. Informasi yang mengalir dari media massa langsung pada masyarakat pemilih tanpa melalui proses seleksi dari pemimpin opini. Pesan politik dari media massa yang secara langsung diketahui oleh masyarakat pemilih, hal ini juga sesuai dengan konsep menurut Brants dan Voltmer (2011:14) bahwa ‘komunikasi politik kontemporer dapat dilihat dalam dua dimensi yaitu ‘dimensi horizontal sebagai ‘mediatization’ dan dimensi vertikal sebagai ‘de-centralization’ yang sangat berkaitan erat’. Dimensi horizontal ‘menggambarkan hubungan antara politisi (para politikus, atau lembaga politik terkait) dan media (jurnalis dan media massa) – yaitu, para elit komunikasi politik yang bersama-sama, tetapi juga bersaing satu sama lain, menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan politik untuk konsumsi massa’. Sedangkan dimensi vertikal ‘menunjukkan interaksi antara dua elit komunikasi politik di satu sisi, dan warga sebagai penerima akhir dari pesan-pesan ini di sisi lain’. Bersama dua dimensi perubahan mencakup hubungan segi tiga antara aktor-aktor politik, media dan penonton yang sebelumnya telah dijelaskan dalam ruang sosial dan kelembagaan komunikasi politik (Brants dan Voltmer, 2011:14).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunaan saluran informasi oleh masyarakat pemilih baik dari media massa dan pemimpin opini (opinion leader) secara bersamaan mempunyai persentase kecil yaitu 24,0%. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi masyarakat di Kecamatan Kota Kefamenanu yang sudah modern dengan tingkat pendidikan serta pengetahuan yang cukup sehingga secara aktif langsung menggunakan sumber informasi media massa dibandingkan dengan masyarakat di desa. Sedangkan pemimpin opini (opinion leader) contohnya dalam penelitian ini adalah tokoh agama (pastor, dan pendeta) tetap menjalankan peran mereka sebagai pemimpin gereja di wilayah setempat dengan memimpin ibadah dan memberikan khotbah. Dalam khotbah mereka juga menyampaikan informasi terkait Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 kepada umat/jemaat. Begitupun dengan tokoh masyarakat, dalam pertemuan-pertemuan di kelurahan seringkali menyampaikan informasi tersebut, tapi hasilnya tidak memberikan efek atau pengaruh yang besar kepada masyarakat khususnya masyarakat pemilih untuk dapat memilih pasangan calon tunggal. Untuk itu penggunaan media massa dan pemimpin opini (opinion leader) terkait dengan pengambilan keputusan oleh masyarakat pemilih dalam Pilkada tidak dalam kompetisi, melainkan terhubung erat atau dapat dikatakan bahwa saling mendukung (Katz, 2015).
3. Penggunaan media massa oleh masyarakat pemilih pada Pilkada pasangan calon tunggal tahun 2015 di Kabupaten TTU Nimmo (2011:166) mengungkapkan bahwa media adalah “saluran komunikasi atau alat yang memudahkan penyampaian pesan”. Sedangkan dalam konteks politik modern, media massa tidak hanya bagian integral dari politik, tetapi memiliki posisi yang sentral dalam politik, artinya media massa merupakan saluran komunikasi massa yang menyebarluaskan informasi kepada rakyat untuk dapat diketahui dan diskusikan dalam berbagai bentuk forum diskusi publik (Pawito, 2009:91). Pada penelitian ini yang termasuk saluran informasi dibagi dua kategori yaitu 1) media massa (media cetak misalnya koran dan elektronik misalnya radio, televisi dan media online); dan 2) pemimpin opini (opinion leader) yaitu tokoh agama dan to tokoh commit usermasyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 10 diperoleh bahwa sebagian besar (76,5%) masyarakat pemilih menggunakan 2 – 3 media massa (media cetak dan elektronik) untuk mengetahui aktivitas atau informasi politik dari pasangan calon tunggal Pilkada 2015 di Kabupaten TTU. Untuk penggunaan media massa dalam hal ini radio (Radio Pemerintah Daerah/RPD) yang paling besar persentasenya selanjutnya koran (koran Pos Kupang), dan televisi. Sedangkan media online, kebanyakan digunakan oleh anak-anak muda, tapi jumlahnya kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat pemilih di Kabupaten TTU mengetahui proses Pilkada calon tunggal melalui berbagai media massa, hal ini berhubungan dengan keberadaan masyarakat yang sudah mengarah pada masyarakat modern yang selalu menggunakan media massa dalam berbagai aktivitas kehidupannya karena lebih mudah dan praktis. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Pawito (2009:92) bahwa dalam konteks politik modern, media masaa “tidak hanya bagian integral dari politik, tetapi memiliki posisi yang sentral dalam politik”. Sedangkan menurut catatan Gurevicth, Coleman, dan Blumber (2009), bahwa proses komunikasi politik mulai mengalami perubahan signifikan ketika ditemukannya radio, televisi, dan media baru seperti internet. Radio dan televisi menyediakan panggung (medium) sebagai praktek proses komunikasi politik bagi kandidat calon presiden atau Kepala Daerah untuk menyampaikan program kerja, visi dan misinya. Hal ini sesuai dengan konsep dari McChesney (dalam Cangara, 2014:23) berpendapat bahwa hampir semua varian teori sosial dan politik menguraikan bahwa sistem media dan komunikasi merupakan landasan dari masyarakat modern. Dalam sistem politik tertentu, mereka (sistem media dan komunikasi) melayani dan membantu proses demokrasi. Artinya media massa merupakan sumber utama dalam berbagai aktivitas dan peristiwa politik yang dapat diketahui. Media massa melaporkan dan menyebarluaskan berbagai peristiwa politik, tentang berbagai pendapat dan pikirian-pikiran pemimpin politik, pernyataan yang di sampaikan, calon kandidat kepala daerah, strategi mereka dalam memenangkan pilkada, visi dan misi, janji-janji yang akan mereka lakukan setelah terpilih menjadicommit pejabattonasional user atau daerah, kampanye pemilu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang akan mereka gelar, kemampuan mereka berdebat melalui ruang dan tempat yang disediakan media, dan sebagainya. Menurut Valkenburg dan Petter (2013), media massa masih menjadi sumber utama bagi komunikasi politik dan hal ini seringkali membuat persepsi dan interpretasi seseorang bekerja dalam cara kognitif yang kreatif dan berhubungan langsung dengan keadaan sosialnya. Iklan kampanye adalah penyampaian pesan kampanye melalui media cetak dan elektronik berbentuk tulisan, gambar, animasi, promosi, suara, peragaan, sandiwara, debat, dan bentuk lainnya yang dimaksudkan untuk memperkenalkan pasangan calon atau meyakinkan pemilih, yang difasilitasi oleh KPU Provinsi/KIP Kabupaten/Kota yang didanai APBD (PKPU Nomor 7 tahun 2015). Penggunaan koran Pos Kupang persentasenya cukup besar kedua, hal ini sesuai dengan penelitian oleh Yusuf (2012) mengenai peran media lokal dalam konstelasi komunikasi politik di daerah yaitu media lokal sangat berpengaruh pada tiga level yaitu level mikro, meso dan makro. Pada level mikro merujuk pada produk media berupa isi atau teks media yang secara sederhana terlihat dari objektivitas yang disajikan, level meso meliputi dinamika manajerial perusahan pers yang sehat secara ekonomi dan bisnis serta level makro yang mencakup aturan dan undang-undang yang jelas bagi pers lokal yang mengartikan fungsinya. Selain itu faktor idealisme yang terkait dengan partisipasi dan konsistensi media sebagai pemantauan kekuasaan di daerah guna untuk menciptakan good local goverenment, yaitu menjamin adanya partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas di daerah.
4. Efek dari proses pemilihan pasangan calon tunggal Pilkada 2015 Proses komunikasi tidak selalu menimbulkan efek yang diharapkan dan dapat menemukan pengaruh yang signifikan, khusus efek dari media massa terhadap opini dan sikap. Hal ini didukung oleh pendapat dari McQuail (2011b:13) yaitu bahwa seseorang (dalam penelitian saat ini adalah masyarakat pemilih) mempunyai banyak informasi atau persepsi yang diterima melalui media, yang bisa berbentuk gambar ataupun suara tetapi mereka belum mengetahui secara pasti efek atau perubahan yangcommit akan terjadi to userakibat media tersebut, khususnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terhadap efek memilih masyarakat kepada pasangan tunggal, sehingga dapat dikatakan bahwa media bukan satu-satunya alat penyebab timbulnya efek. Hasil penelitian pada tabel 11 menunjukkan bahwa hampir seluruh (88,0%) masyarakat pemilih berpartisipasi dalam pemilihan pasangan calon tunggal. Kondisi ini beragam dan banyak faktor yang mempengaruhi misalnya ada masyarakat pemilih yang datang berpartisipasi karena kesadaran untuk terlibat dan memilih pasangan calon tunggal pada Pilkada 2015, ada juga karena panggilan emosional, tuntutan dan cenderung dipaksakan, hal ini seperti pada kutipan wawancara pada beberapa informan. Sedangkan masyarakat pemilih yang tidak berpartisipasi dalam pemilihan pasangan calon tunggal, dengan berbagai alasan antara lain mereka tidak tahu, tidak ada keterbukaan dan bahkan ada suara yang tidak sah. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Kappia (2010) yaitu bahwa rendahnya pemilih pada Pemilu tahun 2010 disebabkan salah satu faktor yaitu kurangnya informasi tentang jajak pendapat. Hasil penelitian tentang efek dari proses pemilihan pasangan calon tunggal ini berkaitan dengan penyampaian isi pesan politik dan juga efek penggunaan sumber informasi terhadap penerimaan informasi politik oleh masyarakat. Efek (pengaruh) yang timbul dapat disebabkan oleh penyampaian pesan-pesan politik yang kemudian mendapat respon tertentu dalam proses komunikasi politik. Menurut penelitian oleh McDonald (2004) mengenai efek media menunjukkan bahwa adanya ciri-ciri khusus mengenai efek media yaitu berkenaan dengan hasil substansi karena kesulitan dalam bidang studi tersebut dan efek jangka pendek yang masalahnya kompleks. Pada kondisi tertentu media massa hanya dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, opini, dan perilaku individu. Sedangkan menurut McQuial (1979:2) pertanyaan mengenai efek media melalui komunikasi massa tidak mendapatkan pengaruh yang pasti atau jarang menemukan efek langsung dari media komunikasi massa. Pada dasarnya penelitian mengenai efek media komunikasi massa berkenaan dengan keadaan media itu sendiri atau proses yang ciri-ciri khusus dapat di evaluasi. Dalam hal ini penting untuk melihat dari keadaan media yaitu; 1) kampanye pemilu; 2) definisi dari realitas sosial dan norma-norma commit to user sosial; 3) respon atau reaksi
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
langsung segera; 4) perubahan institusi; dan 5) perubahan budaya dan masyarakat. Efek dalam komunikasi politik adalah “proses tarik-menarik terhadap berbagai unsur kepentingan yang ada dalam masyarakat dengan menggunakan tanda-tanda pesan untuk mencapai maksud atau tujuan tertentu” (Pawito, 2009:13). Dapat dikatakan bahwa efek komunikasi politik merupakan proses memperjuangkan berbagai kepentingan publik melalui pesan-pesan verbal dan nonverbal serta saling mempengaruhi berbagai kebijakan pemerintah dalam suatu sistem politik. Pengaruh atau efek dari komunikasi politik terkadang dapat diprediksi, namun terkadang tidak dapat diprediksi karena kepentingan dari berbagai kelompok masyarakat sulit dirumuskan dan dipetakan dalam pesan-pesan politik yang disampaikan. Pengaruh dalam komunikasi politik dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pada tingkat pengetahuan pengaruh dapat merujuk pada perubahan persepsi dan pendapat (Cangara, 2014:19). Perubahan sikap merujuk pada perubahan internal yang dimiliki oleh seseorang yang dikelolah dalam bentuk prinsip sebagai evaluasi yang dilakukan terhadap suatu objek. Sedangkan perubahan opini merujuk pada gagasan atau ide-ide yang membuat seseorang dalam kognitifnya dirangsang untuk berpikiran tertentu sesuai dengan dasar kepercayaan dan ideologi yang dimiliki. Penelitian saat ini kaitan dengan efek yang diberikan masyarakat pemilih pada Pilkada 2015 di Kecamatan Kota Kefamenanu termasuk dalam kategori yaitu “akibat partisipasi”. Akibat ini dipahami dalam keterbukaan terhadap komunikasi politik yang dapat mempengaruhi orang agar secara aktif dapat terlibat dalam politik, di pihak lain komunikasi politik bisa menekan partisipasi politik (Ball-Rokeach dan DeFleur (dalam Nimmo, 2010:161).
C. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini, Penulis mengalami beberapa kelemahan dan keterbatasan antara lain:
commit to user
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Kelemahan penelitian adalah: a. Metode penelitian yang digunakan adalah survei sehingga tidak dapat mengikuti secara kontinyu proses komunikasi politik yang dilakukan oleh pasangan calon tunggal dan tidak mengetahui secara mendalam efek yang timbul dari proses tersebut. b. Kuisioner penelitian ini tidak melalui tahapan uji validitas dan reliabilitas sehingga keabsahan dari data yang diperoleh masih kurang. 2. Keterbatasan penelitian adalah: a. Keterbatasan waktu penelitian. Penelitian ini direncanakan pada Agustus 2015, namun karena kondisi politik di daerah (Kabupaten TTU) yang tidak pasti maka penelitian baru dilaksanakan pada November 2015. Hal ini karena pada awalnya ada pasangan calon jamak (tiga pasangan calon), kemudian pasangan calon tunggal, penundaan Pilkada karena hanya calon tunggal tidak memungkinkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan akhirnya calon tunggal diperbolehkan mengikuti Pilkada setelah ada gugatan terhadap peraturan perundang-undangan. b. Penelitian ini dilakukan pada waktu yang berdekatan dengan proses menjelang Pilkada sehingga proses pengumpulan data dan pengurusan surat ijin penelitian cenderung sulit dan mendesak. c. Pengumpulan data bertepatan dengan hari raya Natal, sehingga masyarakat pemilih yang mayoritas Katolik menjalankan ibadah perayaan Natal, akibatnya masyarakat sulit ditemui. d. Wilayah geografis dan cuaca di tempat penelitian yang kurang mendukung dan sulit dijangkau sehingga penelitian ini hanya mencakup 6 (enam) Kelurahan. Sedangkan 3 (tiga) kelurahan lain tidak digunakan dalam penelitian ini.
commit to user