38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Suku Baduy Luar
Suku Baduy merupakan kelompok masyarakat yang hidup secara tradisional di Desa Kanekes Kecamatan Rangkas Bitung Kabupaten Lebak, Banten. Suku Baduy sendiri terdiri dari 60 kampung diantaranya 3 kampung Baduy Dalam dan 57 kampung Baduy Luar. Dalam wilayah adat Baduy, terdapat aturan-aturan yang harus diikuti oleh setiap warganya, baik para warga asli Baduy maupun wisatawan yang menginjaki tanah Baduy. Masyarakat Baduy sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan aturan dalam desa nya. 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Masyarakat di Baduy Luar merupakan masyarakat yang masih mengikuti aturan adat Baduy, hanya saja masyarakat Baduy Luar lebih mempunyai kelonggaran terhadap aturan-aturan yang terdapat di wilayah Baduy. Seiring pesatnya perkembangan yang terjadi, tidak sedikit masyarakat Baduy Luar yang turut mengikuti perkembangan zaman. Baik dalam hal berpakaian dan kemajuan teknologi seperti handphone misalnya. Walaupun didalam kampung-kampung di Baduy sendiri belum terjamah oleh aliran listrik. Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti apakah terjadi perubahan sosial pada Suku Baduy Luar. Penulis melakukan penelitian di Kampung Kaduketuk Kecamat Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Pada wilayah ini para laki-laki bermatapencaharian sebagai petani, namun setiap hasil panen nya hanya untuk dikonsumsi sendiri dan tidak untuk dijual. Sedangkan para perempuan biasa menenun kain dirumah atau membuat kerajinan tangan seperti tas dan gelang dari kulit kayu, biasanya hasil kain dan kerajinan tangan dijual kepada para wisatawan didepan rumah mereka masing-masing. Penulis memilih kampung Kaduketuk karena lokasi tidak terlalu jauh dari pemukiman warga di Luar Suku Baduy. Sehingga penulis dapat melihat apakah masyarakat di Kampung Kaduketuk ini tetap memegang aturan-aturan yang terdapat dalam Desa atau terjadi perubahan-perubahan karena adanya interaksi setiap harinya oleh warga-warga di luar Suku Baduy.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
4.2. Hasil Penelitian Suku Baduy merupakan masyarakat yang sangat memegang teguh adat dan budaya nenek moyang. Namun seiring berkembang nya zaman, apakah terjadi perubahan sosial pada masyarakat Baduy itu sendiri, dimana masyarakat Suku Baduy dikenal sangat menjaga budaya nenek moyang.
1.2.1
Karakteristik Suku Baduy Luar
1.2.1.1 Pakaian dan Atribut Setiap budaya di Indonesia memiliki pakaian khas dari adat masing-masing. Begitu juga pada Suku Baduy Luar, Ibu Kana menjelaskan pada pakaian perempuan, mereka biasa mengenakan pakaian rok batik berwarna biru corak khas Baduy Luar dan atasan kain seperti model kebaya. Sedangkan untuk laki-laki, memakai baju dan celana pangsi perwarna hitam dan ikat kepala seperti pada rok yang dikenakan oleh perempuan. Namun karena pada Suku Baduy Luar mempunyai kelonggaran terhadap aturan maka sudah banyak yang suka mengenakan kaos oblong dan celana jeans. “karena sudah sedikit lebih longgar, jadi kalau pakaian sehari-hari lebih sering pakai kaos saja. Tetapi ikat kepalanya yang tidak pernah tinggal dipakai. Kalau untuk perempuan biasanya tetap pakai atasan seperti kebaya dan pakai kain sebagai rok”.1
1
Wawancara dilakukan pada 17 April 2015, Pukul 12.00 WIB di Kampung Kaduketuk, Kecamatan Luwidamar Kabupaten Rangkasbitung Banten.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Tetapi dahulu ada larangan warna untuk pakaian yang digunakan, seperti warna hijau dan merah. Bapak Jali mengatakan warna merah dan hijau terlalu mengikuti pakaian orang di Kota, beliau menjelaskan jika semua mengikuti orang di Kota, siapa yang akan meneruskan budaya di dalam Baduy. Menurut Bapak Jali : “Tetapi pakaian kan hanya terlihat diluar saja, semuanya kembali ke dalam hati masing-masing”2
Pakaian khas keseharian Baduy Luar
Pakaian keseharian masyarakat Baduy Luar sekarang 2
Wawancara dilakukan pada 17 April 2015. Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Pada keseharian nya para laki-laki Suku Baduy selalu membawa golok ketika beraktivitas. Bahkan anak kecil pun juga membawa golok saat keluar rumah atau saat berladang. Bapak Jali menjelaskan :
“Kalau mau keluar rumah pasti bawa golok, karena sudah kebiasaan. Nanti kalo misalnya tertinggal langsung balik lagi kerumah. Kalau tidak dibawa seperti ada yang kurang”3 Saat kita sudah memasuki kampung Baduy terlihat laki-laki dan anak-anak yang biasa memanggul kayu dari hutan untuk dijadikan kayu bakar untuk memasak dirumah.
1.2.1.2 Bahasa Dalam berkomunikasi setiap harinya, masyarakat Baduy Luar biasa menggunakan bahasa Sunda khas logat Banten. Karena sering dikunjungi wisatawan dari Luar banten, mereka juga bisa berkomunikasi dengan berbahasa Indonesia walaupun terkadang masih sering menggunakan bahasa Sunda. Misalnya ketika transaksi jual beli kerajinan yang mereka jajakan dengan wisatawan, mereka harus mengerti bahasa Indonesia karena pengunjung yang datang kebanyakan berasal dari luar kota dan banyak yang tidak mengerti bahasa Sunda.
3
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
Ibu Kana : “ Sudah pada pintar berbahasa Indonesia, karena sudah sering berbicara dengan orang luar yang pada berkunjung ke kampung Baduy”4 1.2.1.3 Mata Pencaharian Didalam adat Baduy setiap keluarga harus memiliki ladang sendiri. Masing-masing keluarga harus bertanggung jawab, rendah hati, dan bijaksana untuk mencukupi kebutuhannya. Masyarakat Suku Baduy Luar menghabiskan waktu nya untuk bekerja pada pagi sampai sore hari. Para laki-laki biasanya mulai berangkat pagi hari untuk berladang dan akan pulang pada sore hari. Jika nanti saatnya panen, pada aturan adat Baduy hasil-hasil padi hanya akan mereka konsumsi sendiri tidak akan dijual. Tetapi ada yang berbeda, jika ada uang mereka sekali-kali membeli beras dari pedagang yang masuk ke kampung-kampung Baduy walaupun lumbung mereka penuh dengan simpanan padi. Menurut Bapak Jali: “Itu karena kami khawatir kalau tergoda belanja kebutuhan lain, nanti menjual berasnya. Kalau nanti beras sampai kekurangan atau tidak ada, terus bisa jatuh pada situasi yang terjepit. Setiap orang punya jayapati-nya, maksud saya adalah hari sial dan hari keberuntungannya, jadi harus selalu waspada”.5
4 5
Ibid Wawancara dilakukan pada 17 April 2015. Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Artinya, sebagai ketidakpastian apa yang bisa terjadi dimasa depan. Setiap hasil padi akan disimpan didalam Leuit (lumbung) yang wajib dimiliki oleh setiap keluarga di baduy. Hasil padi akan disimpan selama bertahun-tahun didalam Leuit.
Leuit yang biasa digunakan masyarakat untuk menyimpan padi
Para ibu biasanya menenun kain dirumah dan dijual kepada wisatawan yang biasa mengunjungi Baduy. Mereka juga biasa membuat kerajinan tangan seperti gelang, tas dan gantungan kunci.
1.2.1.4 Struktur Sosial Pada masyarakat Baduy ini dikenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional dan sistem tradisional (adat). Dalam sistem nasional, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, setiap desa terdiri atas sejumlah kampung. Desa Kanekes ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
dipimpin oleh kepala desa yang disebut Jaro Pamerentah. Seperti kepala desa atau lurah di desa lainnya, ia berada di bawah camat, kecuali untuk urusan adat yang tunduk kepada kepala pemerintahan tradisional (adat) yang disebut Puun. Uniknya bahwa bila kepala desa lainnya dipilih oleh warga, tetapi untuk Kanekes ditunjuk oleh Puun, baru kemudian diajukan kepada Bupati (melalui camat) untuk dikukuhkan. Bapak Jali menjelaskan bahwa setiap pemilihan Puun akan dilihat oleh tetua adat di Baduy Dalam “Pemilihan Puun sudah pasti secara turun menurun, tetapi nanti akan diadakan rapat tertutup lagi dengan pejabat desa. Jika calon Puun tidak bisa dijadikan Puun di Baduy yaa bisa kita gantikan dengan yang lebih layak lagi. Kan Puun sama seperti Presiden kalau di Baduy, jadi tidak bisa sembarangan dipilih”.6 Secara Nasional penduduk kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai Jaro Pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pemimpin data kanekes yang tertinggi, yaitu “Puun”. Mereka diikat oleh sistem pemerintahan yang mengatur kehidupan sosiopolitik dan keagamaan. Pengaturan kehidupan keseharian warga masyarakat sepenuhnya di bawah kendali sistem pemerintahan yang bersandar pada pikukuh karuhun yang dikenal sebagai pamarentahan Baduy. Dikarenakan masyarakat kanekes mengenal dua system pemerintahan, yaitu Sistem Nasional, yang mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Sistem Adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat tersebut. Kedua
6
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
system tersebut digabungkan atau diakulturasikan sedemikian rupa sehinga tidak terjadi pembenturan. .
Seluruh Desa Kanekes terbagi dalam dua wilayah penting, yaitu wilayah
Tangtu (sakral) dan wilayah Panamping (profan). Hal itu, berpengaruh pada pembagian warga masyarakat Baduy dalam dua paroh masyarakat, yaitu Tangtu dan Panamping, menentukan posisi masing-masing dalam rangka suatu kesatuan masyarakat. Peranan untuk saling mengendalikan dan mengawasi ditentukan oleh sistem Pajaroan yang dibentuk serta dipimpin oleh tangtu atau tiga Puun. Puun mengangkat seorang jaro, yaitu tanggungan Jaro Duawelas yang bertugas mengawasi para jaro, terutama para Jaro di panamping dan dangka. Dalam pamarentahan Baduy dikenal suatu sistem pemimpin yang meliputi sejumlah pejabat dengan sebutan sendiri-sendiri. Orientasi setiap pemimpin kepada pemimpin tertinggi, yakni para Puun. Mereka dianggap satu kesatuan pemimpin tertinggi untuk mengatasi semua aspek kehidupan di dunia dan mempunyai hubungan dengan karuhun. Dalam kesatuan Puun tersebut senioritas ditentukan berdasarkan alur kerabat bagi peranan tertentu dalam pelaksanaan adat dan keagamaan Sunda Wiwitan. Puun memiliki kekuasaan dan kewibawaan yang sangat besar, sehingga para pemimpin yang ada di bawahnya dan warga masyarakat Baduy tunduk dan patuh kepadanya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Dengan demikian, bagi orang Baduy seorang pemimpin dalam pamarentahan (jaro, girang seurat, tangkesan kokolotan, kokolot, dan baresan), berasal dari keturunan para Puun yang artinya, satu sama lain terikat oleh garis kerabat. Dalam konteks itu, ciri penting dalam pamarentahan Baduy, terletak pada diferensiasi peran dan pembagian jabatan yang terpisahkan melalui struktur sosial, namun semuanya terikat oleh satu hubungan kerabat yang erat. Perbedaan peran yang mendasar antara para pemimpin yang disebut puun dan yang disebut para jaro, adalah pada tanggung jawab yang berurusan dengan aktivitasnya, karena para Puun berurusan dengan dunia gaib sedangkan para jaro bertugas menyelesaikan persoalan duniawi. Atau, dengan perkataan lain, para Puun berhubungan dengan dunia sakral dan para jaro berhubungan dengan dunia profan. Oleh karena itu, para Puun menerima tanggung jawab tertinggi pada hal-hal yang berhubungan dengan pengaturan harmonisasi kehidupan sosial dan religius, sehingga kehidupan warga masyarakatnya dapat berlangsung dengan tertib.
1.2.2 Komunikasi dan Interaksi Sosial Seperti pada umumnya masyarakat yang masih sangat erat ikatan keluarga nya, dalam kehidupan sehari-hari mereka saling melakukan interaksi. Baik dengan tetangga yang rumahnya berdekatan maupun dengan warga diluar kampung mereka sendiri. Didalam proses interaksi selalu menghasilkan suatu yang mungkin dapat merubah kebiasaan atau pola pikir yang sudah mereka pegang sebelumnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
1.2.2.1 Komunikasi Baduy Dalam dan Baduy Luar Setiap aturan yang ada di Baduy Luar tidak jauh berbeda dengan aturan di Baduy Dalam, karena masyarakat di Baduy Luar masih sangat bergantung pada setiap aturan yang dibuat oleh pemerintahan di Baduy Dalam. Misalnya saja saat ada pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat Baduy Luar, Kakolot kampung dan ketua RT yang menangani nya, hukuman akan dijatuhkan kepada pelanggar sesuai aturan yang diberlakukan dan dibuat sesuai adat Baduy Dalam. Begitu juga ketika ada perayaan atau ritual adat tertentu, Baduy Dalam dan Baduy Luar sama-sama menjalankan ritual adat secara bersamaan. Petugas-petugas dari Baduy Dalam pun sering berkeliling mendatangi setiap kampung di Baduy Luar, dan apakah masyarakat Baduy Luar menyimpan setiap barang yang dilarang oleh adat atau sekedar bersenda gurau dengan masyarakat Baduy Luar. Pada intinya mereka sama-sama orang Baduy, mereka memiliki kewajiban menjaga tanah kelahiran mereka.
1.2.2.2 Komunikasi Antar Suku Baduy Luar Seperti umumnya masyarakat yang hidup berdampingan satu sama lainnya, pada masyarakat di Baduy Luar pun juga. Mereka terbagi atas 57 kampung yang diantara satu kampung ke kampung berikutnya saling berdekatan. Didalam masing-
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
masing kampung memiliki ketua RT, ketua RT ini lah yang bertugas mengatur setiap warganya. Keseharian masyarakat Baduy Luar pun hampir sama, laki-laki berladang dan perempuan menenun kain dirumah. Mereka biasa menjajakan hasil kerjinan mereka didepan rumah. Barang yang mereka jual tidak selalu hasil tangan mereka sendiri, terkadang para ibu juga menjual gelang ke tetangga mereka sendiri untuk dijajakan lagi kepada para wisatawan. “Ada larangan untuk memelihara hewan berkaki empat seperti kerbau atau sapi, salah satu alasan nya adalah agar tidak terjadi keributan yang ditimbulkan karena hewan yang merusak rumah tetangga. Kalau misalnya kita pelihara sapi, nanti sapi nya buang kotoran dirumah tetangga, lalu tetangga kami tidak terima atau tidak suka, nanti antar tetangga bisa saling bertengkar. Alasan itu yang dihindari oleh adat”.7 Mereka hidup sangat rukun dan damai, saling menjaga ketentraman bersama.
1.2.2.3 Komunikasi dengan Masyarakat di Luar Baduy Ketika peneliti akan memasuki wilayah kampung baduy, peneliti melewati rumah-rumah warga diluar Baduy. Mereka biasanya membuka warung makanan instant, sayur atau ikan asin, mereka juga menjual kerajinan yang berasal dari dalam kampung Baduy. Tidak sedikit juga para laki-laki yang berprofesi sebagai pemandu wisata bagi pengunjung yang ingin didampingi. Warga diluar masyarakat Baduy ini memang menerima aliran listrik dirumahnya, sehingga banyak para masyarakat Baduy Luar turun untuk sekedar menonton televisi. Bahkan saat penulis berkunjung, 7
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
peneliti melihat beberapa warga Baduy Dalam juga sedang duduk di dalam warung bakso dan menonton televisi. Pada setiap hari nya, dapat dikatakan masyarakat Baduy Luar sering ke kampung di luar baduy ini. Dengan keperluan mereka yang berbeda, misalnya seperti membeli kebutuhan sehari-hari, bekerja, atau sekedar berkunjung. Apalagi pada beberapa kampung yangjaraknyatidak terlalu jauh dari perbatasan antara kampung Baduy dan wilayah diluar Baduy. Walau masyarakat di luar Suku Baduy hidup berdampingan dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda, namun mereka tetap saling menjaga. Para masyarakat di luar Baduy paham akan aturan-aturan yang benar-benar dijaga oleh adat, mereka juga sedikit mengerti akan kebudayaan Baduy. Masyarakat di Baduy Luar cukup terbantu dengan seringnya mereka berinteraksi setiap harinya dengan masyarakat di luar Suku Baduy. Mereka sedikit tidak ketinggalan informasi karena hampir setiap hari terjadi interaksi dengan warga luar.
1.2.3 Implementasi Komunikasi dan Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dikatakan telah terjadi apabila terdapat perubahan struktural, kultural dan interaksional. Pada hasil penelitian penulis melihat tiga aspek tersebut terdapat pada masyarakat di Baduy Luar. Seiring berjalan nya waktu terjadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
nya perubahan-perubahan atas kesadaran mereka untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mencakup waktu dulu, sekarang, dan masa depan.
1.2.3.1 Perubahan dan Agama Agama merupakan hal paling utama dalam kehidupan manusia, karena agama dapat menuntun setiap manusia agar selalu menjadi lebih baik lagi. Seperti yang kita ketahui, Indonesia mengakui 5 Agama diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Berbeda dengan masyarakat Suku Baduy ini, mereka menganut kepercayaan “Sunda Wiwitan”. Penulis tidak dapat menyebutnya agama karena pada kepercayaan Sunda Wiwitan ini tidak ada Kitab Suci yang jelas. Sunda Wiwitan ini sebenarnya kepercayaan yang dianut pada orang Sunda asli sejak zaman dahulu. Kepercayaan Sunda Wiwitan meyakini akan adanya Nabi Adam sebagai Nabi mereka, mereka juga mempercayai adanya Surga dan Neraka. Terlihat dari keseharian mereka selalu berbuat baik terhadap sesama. Mereka menekankan nilainilai kebaikan dalam perbuatan sehari-hari. Mereka biasa membakar kemenyan sebagai alat untuk berkomunikasi secara batin dengan-Nya. Mereka melakukan sebagai rasa hormat dan rasa syukur kepada Yang Mahakuasa. Para penganut Sunda Wiwitan memiliki hari raya yang disebut Ngawalu, puasa tanpa sahur yang dilakukan selama tiga bulan dibulan Januari hingga Maret tergantung penanggalan Suku Baduy.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
Karena kepercayaan yang mereka anut adalah Sunda Wiwitan dan tidak termasuk ke dalam agama yang di akui di Indonesia, kebanyakan dari Masyarakat Baduy tidak memiliki KTP. Mereka menginginkan agama Sunda Wiwitan dicantumkan ke dalam KTP mereka. Dalam usahanya tersebut tokoh masyarakat di Baduy berupaya mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi. Karena agama tersebut tidak dapat diakui negara karena menurut aturan definisi agama menurut pemerintah adalah “Agama baru akan diakui apabila memiliki nabi dan kitab suci yang tertulis”. Akibat tidak dapat dicantumkan nya agama mereka pada KTP, mereka memiih untuk tidak memiliki KTP dan tidak ikut serta dalam pemilihan umum. Seiring berjalan nya waktu, aturan tersebut mulai melonggar. Agama dalam masyarakat Baduy pun tak lagi begitu dipermasalahkan. Banyak dari masyarakat Baduy Luar yang sudah memiliki KTP dan dapat mengikuti pemilihan umum, hanya saja kolom pada Agama dikosongkan Begitu juga saat melakukan pernikahan, pada masyarakay Baduy Luar melakukan pernikahan seperti warga negara Indonesia pada umumnya. Mereka melakukan ijab kobul di KUA. Dahulu Dewi salah satu anak warga di kampung Kaduketuk melangsungkan pernikahan, namun petugas pencatatan sipil enggan menulis secara resmi bahwa sudah dilangsungkan nya pernikahan Dewi dengan pasangan nya. Mereka beralasan Dewi dan pasangan nya bukanlah pasangan yang beragama. Bapak Jali menjelaskan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
“Sekarang warga disini kalau mau menikah ke KUA, terus membaca kalimat syahadat. Agar resmi dan mendapat surat dari pemerintah katanya”.8 Dari kejadian Dewi tersebut, timbul kesadaran dari warga Baduy untuk memiliki surat resmi dari catatan sipil agar pernikahan mereka diakui secara resmi. Perubahan tersebut terjadi karena ada kesadaran dari masyarakat Baduy Luar untuk mengikuti aturan pemerintah agar pernikahan mereka tertulis secara resmi dicatatan sipil.
1.2.3.2 Perubahan dan Pendidikan Pendidikan yang baik tentu akan menciptakan manusia yang berkualitas pula. Pada saat ini pendidikan merupakan hal yang wajib dimiliki setiap manusia agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin pesat. Dengan pendidikan yang cukup, tentu manusia dapat memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan masyarakat suku Baduy Luar ini, di dalam aturan adat mereka memiliki larangan untuk memiliki pendidikan atau untuk bersekolah. Padahal ada gedung sekolah yang letaknya hampir tidak berjarak dengan pemukiman mereka. Sekolah tersebut tepat berada didepan gerbang saat kita akan memasuki wilayah Baduy. Karena masyarakat Baduy itu sendiri sangat patuh terhadap aturan adat di kampungnya, mereka pun memilih untuk tidak bersekolah.
8
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Dalam banyak kesempatan menyinggung soal wacana pendidikan yang sering ditanyakan atau dilontarkan orang luar kepada warga Baduy, kita akan mendapatkan jawaban berikut yang diungkapkan oleh warga biasa maupun tokoh Baduy. Bapak Jali menegaskan “Bila bersekolah dan menjadi pintar, nanti malah dipakai untuk minteri orang”.9 Maksudnya adalah kepandaian yang dikuasai dari bersekolah justru dapat menjadi godaan kuat untuk mengakali atau menjahati orang lain. Namun kondisi “tak bersekolah” tidak identik dengan hidup terbelakang dari segi cara berpikir dan moralitas, justru bisa sebaliknya. “Kalo terpencil iya, tetapi kami tidak terasing”. 10 Secara pandangan masyarakat awam, apabila kita tidak mengenyam pendidikan secara formal tentu tidak bisa membaca atau menulis. Tetapi tidak pada masyarakat Baduy ini, mereka bisa membaca dan menulis. Berawal dari kebiasaan mereka membeli produk-produk seperti mie instan, karena sering membeli dan membaca nama merk pada mie instan itu, dengan sendirinya mereka mengetahui masing-masing ejaan huruf yang terdapat pada bungkus mie instan. Ibu Kana menjelaskan “Karena sering beli-beli sesuatu diwarung jadinya ya kita bisa tau huruf-huruf apa gitu yang ada. Dari huruf-huruf terus jadi tau ini baca nya apa”11 9
Ibid. Ibid.
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Namun semakin pesat nya kemajuan zaman, ada sebagian orangtua yang sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya. Anak-anak mereka diizinkan untuk bersekolah secara diam-diam agar tidak diketahui oleh petugas dari Baduy Dalam. Itu artinya terdapat perubahan pemikiran dari mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Pada satu kesempatan, ibu Kana menjelaskan kenapa orang Baduy memberanikan dirinya untuk bersekolah yang jelas melanggar aturan adat. “Memang kami para orangtua menginginkan anak-anak kami untuk memiliki hidup yang lebih baik lagi. Anak-anak secara diam-diam berangkat kesekolah, karena petugas dari Baduy Dalam juga jarang keluar jadi masih aman-aman saja. Kalaupun sampai ketahuan ya kami harus berani tanggung resiko terberat yaitu dikeluarkan dari Baduy”.12
1.2.3.3 Perubahan dan Teknologi a.
Radio Pada masyarakat Baduy Luar radio sudah bukan barang yang
ditabukan lagi, kebanyakan dari mereka sudah menggunakan radio sebagai sarana hiburan mengisi waktu kosong. Walaupun di Baduy Luar tidak ada aliran listrik, mereka menggunakan radio berenergi baterai. Walaupun terdapat larangan dari adat, mereka pun menggunakan radio secara diam-diam. Apabila petugas pamarentahan Baduy Dalam mengetahui, makan akan diberikan sanksi. 11 12
Ibid. Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
Dari penjelasan ibu Kana beliau memberi kesimpulan bahwa sudah hampir semua warga Baduy memiliki radio dirumahnya sebagai sarana hiburan dan informasi. Ibu Kana sendiri pun mempunyai radio dirumahnya Ibu Kana menjelaskan pergeseran aturan di Baduy Luar “Kalau dulu pernah ada yang ketahuan sama petugas dari Baduy Dalam dan langsung diberikan hukuman keras bagi yang melanggar, tapi sekarang hanya sanksi teguran saja, radio nya juga tidak diambil”.13 b. Televisi Pada era globalisasi seperti saat ini, televisi sudah menjadi sarana hiburan
yang banyak
dimiliki masyarakat.
Karena televisi
banyak
memberikan hiburan dan informasi kepada setiap penontonnya. Tetapi tidak dengan masyarakat di Baduy Luar, mereka tidak bisa menonton televisi secara bebas karena ada aturan adat yang tidak bisa dilanggar dan tidak adanya aliran listrik di kampung mereka. Namun masyarakat Baduy sendiri tetap mempunyai keinginan untuk lebih maju. Tidak jauh dari pemukiman mereka, terdapat masyarakat di Luar Suku Baduy yang menjalani keseharian seperti orang diperkotaan. Pak Jali menjelaskan : “Jika kita ingin menonton televisi ya tinggal turun, warga yg dibawah kan pada taro tv di warung nya. Jadi kita boleh-boleh saja ikut menonton” 14
13 14
Ibid. ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Walaupun tidak begitu mengetahui informasi terbaru, tetapi mereka tidak juga ketinggalan informasi. Padahal, tetap ada larangan adat yang mereka langgar.
c. Handphone Jarak tidak lagi menjadi halangan untuk kita berkomunikasi. Dengan menggunakan handphone kapan pun dimana pun, kita dapat dengan mudah melakukan kontak walau dengan berbeda negara. Tidak berbeda dengan masyarakat Baduy Luar, pada saat ini tidak sedikit dari mereka yang juga sudah menggunakan alat komunikasi ini. Walau tidak terdapat listrik, di wilayah Baduy dapat terkoneksi dengan jaringan telepon selular. Bapak Jali merupakan salah satu pengguna handphone di wilayah Baduy Luar. Beliau mengatakan tidak terlalu sering menggunakan alat komunikasi ini.
“Jarang saya pakai handphone. Jika ada perlu saya baru aktifkan handphone saya, kalo mau menghubungi kerabat saja. Kalau tidak ada keperluan biasanya saya matikan, dan saya simpan didalam rumah saja. Menjaga agar tidak terlihat petugas yang lain”.15 Dahulu handphone ini menjadi barang yang hampir tabu di Baduy, karena sangat mencerminkan layaknya orang perkotaan. Tetapi saat penulis berjalan disekitaran Baduy, ada beberapa anak remaja yang sedang duduk 15
ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
berbincang dengan teman nya sambil mendengarkan lagu-lagu band terkenal ibu kota lewat handphone nya.
1.2.3.4 Perubahan Adat dan Budaya Banyak nya interaksi dengan orang-orang di Luar adat Baduy juga adanya keinginan untuk menjadi lebih maju menjadi faktor pendorong terjadinya perubahanperubahan adat dan budaya. Walaupun banyak aturan yang terkadang tidak mereka patuhi, tetapi masyarakat Baduy Luar sendiri tetap menjaga batasan-batasan adat mereka. Bapak Jali mengatakan
“Berhadapan dengan perubahan zaman, sebenarnya peraturan adat tetap keras. Tapi orang-orangnya mulai berubah, terutama yang muda-muda. Tugas Jaro sebagai penjaga aturan adat saat ini menjadi lebih berat”.16 Dengan nada lebih tegas kakolot senior ini mengeluhkan “Sekarang ini, praktik hidup sehari-hari orang Baduy sudah bergeser jauh dari tatanan adat yang murni. Mereka sudah terlalu bebas, kemurnian hukum adat mulai kurang dihormati, saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tinggal tunggu peringatan dari Ka-Alus-an (Sang Penguasa Kehidupan) yang tidak pandang bulu”.17 Banyak dari warga masyarakat Baduy yang memilih untuk keluar dari adat dan membangun kehidupan baru di kota. Banyak yang sudah sukses bekerja dikota,
16 17
Ibid. Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
ada yang menjadi Bidan, kuliah disekolah kedokteran, ekonomi, sekretaris, dan lainlain. Ada yang menjadi rohaniawan Islam, juga kristen. Perubahan-perubahan yang terjadi membuat para tetua adat khawatir dengan semua fenomena yang terjadi didalam adat Baduy. Dengan lirih mereka mengatakan bagaimana nanti akhir dari semua ini.
Pembahasan
1.3
Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang sangat memegang teguh adat istiadat nya. Mereka masih sangat tradisional, jauh dari aktivitas perkotaan. Mereka hidup dengan adat ulayat yang mereka bentuk sendiri berdasarkan ajaran nenek moyang. Baduy luar merupakan masyarakat yang sudah memiliki kelonggaran dalam setiap aturan di banding dengan Baduy Dalam. Pada cara berpakaian masyarakat di Baduy Luar sudah bisa menggunakan pakaian seperti orang diperkotaan. Mereka hidup dengan bebas namun tetap berpatokan kepada aturan-aturan di Baduy Dalam. Cara hidup mereka seperti umumnya masyarakat di pedasaan yang masih sangat kuat ikatan kekeluargaan dan gotongroyong nya. Komunikasi berfungsi sebagai alat untuk mensosialisasikan nilai-nilai budaya kepada masyarakat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
Melalui komunikasilah, baik secara lisan, tulisan, verbal, maupun nonverbal masyarakat mentransmisikan warisan sosial berupa nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, adat istiadat, dan kepercayaan dari generasi ke generasi berikutnya. Didalam perubahan masyarakat Baduy terdapat aspek-aspek perubahan dari dulu hingga sekarang. Masyarakat melakukan perubahan karena adanya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Didalam perubahan yang terjadi mereka dapat dikatakan melanggar aturan adat yang sudah mereka ketahui. Seperti perubahan cara berpikir, perubahan tingkah laku dan perubahan kebudayaan. Menurut Selo Soemarjan perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan dalam lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamanya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola komunikasi di dalam kelompok-kelompok masyarakat. Didalam Selo Soemarjan terlihat jelas bahwa pada Suku Baduy mengalami perubahan sosial. Mulai dari nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola komunikasi nya. Berdasarkan penjelasan diatas penulis melihat adanya komunikasi dan perubahan sosial pada masyarakat Baduy Luar.
1.3.1
Aspek perubahan
ASPEK SSS
Pendidikan
DULU Masyarakat
SEKARANG Baduy Masyarakat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Baduy
Luar
61
sangat
menutup
untuk
diri sudah membuka diri untuk
bersekolah. belajar
membaca
dan
Mereka
menganggap menulis. Walaupun masih
apabila
bersekolah ada larangan adat untuk
maka
ilmunya
digunakan
akan bersekolah, untuk diam
“minteri” orang lain.
secara
ada
masyarakat yang
diam-
sebagian Baduy
bersekolah.
Luar Karena
ada keinginan dari sebagian orangtua
yang
menginginkan
anaknya
untuk menjadi lebih baik dimasa
depan
dengan
yang
semakin
terbuka
dengan
kemajuan pesat. Cara Berpikir
Masih sangat tertutup Mulai dengan
segala perubahan zaman, dan ada
perubahan, dan sangat keinginan untuk lebih maju mematuhi aturan dan walaupun larangan adat yang ada. Masyarakat
bertentangan
dengan adat.
dan Sikap masyarakat tidak Kesadaran meningkat akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Pemerintahan
begitu perduli dengan hak dan kewajiban orang setiap
hak
dan Baduy
sebagai
warga
kewajiban yang mereka negara. Disamping itu, ada miliki
terhadap tokoh Baduy yang berkiprah
pemerintah. mereka sudah dengan
Karena dan memperjuangkan hak-
menganggap hak orang Baduy. cukup
teratur
pamarentahan
Baduy. Mata Pencaharian
Masyarakat berladang
hanya Sebagian di
ladang memiliki
milik mereka sendiri
kampung
masyarakat ladang
diluar
Baduy
untuk
mencukupi kebutuhannya. Cara Berpakaian
Hanya
menggunakan sudah bebas menggunakan
pakaian dan akesoris pakaian
seperti
khas Baduy.
pada
perkotaan
orang kegiatan
sehari-hari. Sikap
Masyarakat Sangat menjaga jarak Sudah
Terhadap Orang Luar kepada Baduy
orang
mau
diajak
yang berinteraksi, tanpa lagi ada
tidak dikenal. Bahkan sikap sampai menghindari.
yang
kewaspadaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menunjukan
63
Kemajuan Teknologi
Sama
sekali
tidak Sebagian dari masyarakat
menerima benda yang mulai menerima kemajuan berbau teknologi atau teknologi, benda modern.
sebagian
dari
mereka memiliki radio dan handphone.
Dalam aspek perubahan diatas, terlihat jelas adanya perubahan yang terjadi pada adat Suku Baduy mulai dari perubahan kecil hingga perubahan besar. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, mereka melakukan perubahan karena adanya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Walaupun tidak semua masyarakat disana menerima perubahan yang terjadi. Interaksi yang dilakukan dengan orang di luar suku Baduy juga sangat mendorong terjadinya perubahan tersebut. Perubahan tidak hanya terjadi karena masyarakat itu sendiri, adat pun turut mengalami perubahan secara perlahan. Hal tersebut dapat penulis simpulkan dari hasil keterangan para narasumber yang menjelaskan beberapa perubahan adat yang terjadi. Misalnya pergeseran pada aturan-aturan desa, sanksi yang diberikan pada setiap pelanggar juga tidak lagi sekeras dulu. Didalam perubahan yang sudah terjadi mereka tetap menjaga adat istiadat di tanah Baduy. Model komunikasi dan perubahan sosial yang terjadi pada suku Baduy Luar :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Baduy Dalam
Baduy Luar
Masyaraka t Luar Baduy
Hukum Adat
1.Masyarakat memiliki pola pikir yang lebih maju 2. Masyarakat selalu ingin mengikuti perkembangan zaman 3.Masyarakat menerima pendidikan 4.Masyarakat terbuka akan segala bentuk perubahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pola Komunikasi 1. Komunikasi Intra-pribadi 2. Komunikasi antar-pribadi 3. Komunikasi Dalam Kelompok 4. Komunikasi Antar kelompok 5. Komunikasi organisasi 6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas