perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian 1.
Deskripsi Lokasi Penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jetis terletak di Jalan Brigjen Katamso
No. 88 Jetis, Sukoharjo dan terletak ditengah perkampungan warga. MI Negeri Jetis berada dibawah naungan Kementrian Agama Kabupaten Sukoharjo. Adapun Visi dan Misi MI Negeri Jetis adalah, sebagai berikut : a. Visi "Terwujudnya generasi yang memiliki iman, taqwa yang kukuh unggul dalam iptek terampil dan mandiri" b. Misi 1) Mewujudkan lembaga pendidikan yanng Islami dan bermutu tinggi 2) Melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dan masyarakat 3) Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan dan pembelajaran yang memandai 4) Menyiapkan tenaga yang profesional, berdedikasi dan memiliki semangat yang kompetitif dan inovatif 5) Menyelenggarakan kegiatan proses belajar mengajar dan menghasilkan lulusan yang berprestasi tinggi 6) Menciptakan lingkungan dari perilaku hidup bersih dan sehat
2.
Deskripsi Permasalahan Penelitian Penelitian ini berfokus pada peran bimbingan dan konseling dalam
mengatasi perilaku bullying pada peserta didik yang menjadi pelaku dan korban di MI Negeri Jetis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh peserta didik yang menjadi subjek secara mendalam. Hal-hal yang akan diungkap dalam penelitian ini mencakup: a) faktor-faktor yang menyebabkan commit todari userperilaku bullying bagi korban, c) pelaku melakukan bullying, b) dampak
42
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
layanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi bullying dan, e) layanan yang paling efektif untuk mengatasi bullying.
3.
Deskripsi Subjek Penelitian Fokus penelitian yang dipilih adalah peserta didik yang melakukan
pelanggaran tata tertib berupa pelaku bullying dan korbannya di MI Negeri Jetis. Peserta didik yang menjadi subjek penelitian berdasarkan laporan wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling dan teman subjek. Berdasarkan laporan tersebut peneliti ingin mengungkap sebab pelaku melakukan perbuatan bullying terhadap korbannya di lingkungan sekolah dan akibat yang ditimbulkannya. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan home visit dapat memberikan gambaran yang jelas dalam mengungkap faktor penyebab pelaku melakukan perbuatan bullying terhadap korbannya di MI Negeri Jetis. Adapun subjek penelitian tersebut sebagai berikut :
a. Subjek 1 (Pelaku) 1) Data pribadi peserta didik Nama
:F
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 3 Oktober 2003 Alamat
: Carikan Rt 3 Rw 4 Sukoharjo
Agama
: Islam
Kelas
: VI D
Jumlah Saudara
: Anak pertama dari dua bersaudara
Nama Orang Tua
: Alm M dan M
Pekerjaan Orang Tua : Penjahit, Ibu Rumah Tangga 2) Keadaan peserta didik F memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, kurus, warna kulitnya sawo matang dan rambutnya lurus. Sejak masih kecil F sudah menjadi anak yatim. Tetapi sekitar kelas 3 MIN commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ibunya menikah lagi, dan sampai saat ini F tinggal dengan ibu, ayah tiri dan adiknya. Pada lingkungan rumahnya F termasuk keluarga sederhana, rumahnya cukup jika ditempati oleh mereka sekeluarga, didalamnya terdapat sebuah mesin jahit yang digunakan ibunya untuk menjahit. Di rumah F memiliki beberapa orang teman bermain tetapi rata-rata usianya lebih dewasa dibandingkan dengan F. Sepulang sekolah mereka selalu menghampiri F dan mengajaknya bermain tenis meja atau sepak bola hingga petang hari, bahkan pernah hingga larut malam, akibatnya membuat ibu F merasa khawatir dan cemas dengan keadaannya.
b. Subjek 2 (Korban) 1) Data pribadi peserta didik Nama
:Z
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 26 Juni 2004 Alamat
: Pojok Rt 1 Rw 1 Tawangsari, Sukoharjo
Agama
: Islam
Kelas
: VI C
Jumlah Saudara
: Anak Pertama dari dua bersaudara
Nama Orang Tua
: H dan S
Pekerjaan Orang Tua : Wiraswasta dan PNS 2) Keadaan peserta didik Z memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, kurus, pendiam, warna kulitnya sawo matang. Z tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya. Dilingkungan rumahnya Z termasuk keluarga yang mampu. Z berangkat ke sekolah diantar dengan sepeda motor oleh orang tuanya karena jarak rumah ke sekolah cukup jauh.
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Subjek 3 (Korban) 1) Data pribadi peserta didik Nama
:M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 20 April 2003 Alamat
: Ngepakan Rt 2 Rw 2 Joho, Sukoharjo
Agama
: Islam
Kelas
: VI B
Jumlah Saudara
: Anak Kedua dari tiga bersaudara
Nama Orang Tua
: S dan S
Pekerjaan Orang Tua : Swasta dan Ibu Rumah Tangga 2) Keadaan peserta didik M memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, sedikit gemuk, memakai kacamata, warna kulitnya sawo matang. M tinggal bersama ayah, ibu, kakak dan adiknya. Dilingkungan rumahnya M termasuk keluarga yang kaya. M berangkat ke sekolah diantar oleh orang tuannya dengan sepeda motor atau mobil.
d. Subjek 4 ( Korban) 1) Data pribadi peserta didik Nama
: MS
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo, 19 Oktober 2003 Alamat
: Sukoharjo Rt 3 Rw 2 Sukoharjo
Agama
: Islam
Kelas
: VI C
Jumlah Saudara
: Anak Pertama
Nama Orang Tua
: H dan S
Pekerjaan Orang Tua : Pegawai Swasta dan Apoteker commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Keadaan peserta didik MS memiliki bentuk badan yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, warna kulitnya sawo matang. MS tinggal bersama ayah dan ibunya. Dilingkungan rumahnya MS termasuk keluarga yang mampu. MS berangkat ke sekolah diantar dengan sepeda motor oleh orang tuanya karena jarak rumah ke sekolah cukup jauh.
B. Deskripsi Temuan Penelitian Deskripsi temuan penelitian bertujuan untuk menyajikan data yang dimiliki oleh peneliti sesuai dengan pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu studi tentang Peran Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Perilaku Bullying Antarpeserta Didik di MI Negeri Jetis. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di lapangan diperoleh beberapa informasi terkait peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi perilaku bullying antarpeserta didik di MI Negeri Jetis adalah sebagai berikut :
1.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pelaku Melakukan Bullying Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada subjek penelitian
diperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang menyebabkan pelaku melakukan bullying. a) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di sekolah, subjek merupakan anak yang cukup lincah dan aktif jika dibandingkan dengan teman-temannya. Subjek sering berbuat iseng kepada temantemannya. Selain itu subjek memiliki prestasi yang cukup baik, terutama pada mata pelajaran IPA. Selain di sekolah peneliti datang ke rumah subjek. Pada saat itu F sedang tidak ada di rumah karena dia masih berada di sekolah. Peneliti hanya bertemu dengan orangtuanya yang sedang berada di rumah. Kondisi rumah F cukup sederhana dibandingkan dengan rumah yang ada commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disekitarnya, di dalamnya ada sebuah mesin jahit yang digunakan ibunya untuk menjahit. b) Hasil Wawancara Peneliti melakukan wawancara kepada subjek (pelaku), wali kelas, orang tua, dan teman peserta didik. Berikut hasil wawancara dari beberapa narasumber: 1) Subjek (pelaku) Hasil dari wawancara, subjek mengaku melakukan perilaku bullying karena uang sakunya ketinggalan dan sering diejek oleh teman-temannya. Subjek melakukan perbuatan tersebut karena pengaruh teman-teman bermain di sekitar rumahnya. Selain itu karena subjek juga pernah menjadi korban dari kakak kelasnya. Sebenarnya subjek merasa malu karena sering diejek oleh teman-teman karena perbuatannya tersebut. Subjek melakukan perbuatan tersebut kadang juga iseng, karena ada temanya yang mengejek subjek sebelumnya hingga akhirnya subjek membalas ejekan temannya tersebut. Orang tua subjek pun sudah mengetahui perilaku dirinya yang suka merugikan orang lain tersebut, bahkan subjek pun sering dinasehati oleh orang tuanya bahwa perbuatannya tersebut tidak baik dan dapat merugikan orang lain. 2) Wali Kelas Berdasarkan wawancara dengan wali kelas diperoleh beberapa informasi. Menurut wali kelasnya subjek merupakan anak yang baik, tetapi karena kurangnya komunikasi dengan orang tuanya dia menjadi anak yang nakal. Sepengetahuan wali kelas subjek tinggal bersama ibu, ayah tirinya dan adiknya. Karena ayah kandungnya meninggal sejak subjek masih kecil. Menurut wali kelasnya, subjek memiliki keunggulan dalam pelajaran IPA
dibandingkan dengan teman-temannya di kelas. commit user Menurut informasi dari walito kelasnya juga, suatu ketika ada guru
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mata pelajaran sedang menerangkan pelajaran di depan kelas, tetapi subjek malah bersenda gurau dengan temannya, hingga akhirnya membuat guru tersebut menjewer telinganya karena terganggu dengan perilaku subjek tersebut. 3) Orang tua Orangtua peserta didik yang diwawancarai oleh peneliti adalah ibunya. Ketika itu ayah tiri subjek masih bekerja diluar kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu subjek diperoleh beberapa informasi terkait subjek. Menurut ibunya, subjek sebenarnya merupakan anak yang baik, dan tidak pernah meninggalkan ibadahnya. Berdasarkan informasi dari ibunya, bahwa kebiasaan subjek setelah pulang sekolah yakni makan siang, lalu langsung bermain bersama
teman-temannya,
karena
teman-temannya
selalu
menghampiri ke rumah subjek dan mengajaknya bermain. Kebiasaan subjek dengan teman-temannya adalah bermain game online, bermain tenis meja dan sepak bola. Ketika bermain game online subjek sering diminta oleh teman-temannya untuk membayari mereka. Bahkan subjek pernah mengambil uang orangtuanya tanpa sepengetahuan mereka. Hubungan subjek dengan ayah tirinya juga kurang dekat, karena ayahnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja diluar kota dan hanya memiliki waktu libur satu hari saja dalam satu minggu. 4) Teman Berdasarkan wawancara dengan teman subjek diperoleh informasi, bahwa subjek merupakan anak yang aktif di kelasnya, bahkan kadang subjek terlalu asik bersenda gurau dengan teman satu bangkunya sehingga tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas. commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut temannya subjek sangat menyukai pelajaran IPA, sehingga nilainya lumayan bagus dibandingkan dengan nilai temantemannya. Menurut temannya juga, subjek sering bermain dengan teman-temannya yang memiliki usia lebih dewasa dari usianya.
c) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara mengenai indikator faktor eksternal dan faktor internal penyebab subjek melakukan perbuatan bullying, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.1. Fakor Penyebab Bullying Faktor Penyebab Bullying A. Eksternal
Indikator
Keterangan
1. Ketidakharmonisan keluarga
Orang tua subjek yang sibuk bekerja, ibunya bekerja sebagai penjahit dan ayah tirinya bekerja diluar kota dan pulangnya menjelang malam dan hanya libur jika hari Ahad saja. Ayah kandung subjek meninggal sejak usianya masih kecil, meski kini subjek memiliki ayah tiri, tetapi subjek tidak terlalu dekat dengannya. Subjek tidak memiliki waktu yang cukup untuk berkumpul dengan keluarga, karena orang tuanya sibuk bekerja. Subjek pernah dijewer oleh guru karena kegaduhannya di dalam kelas saat pelajaran berlangsung Adanya beberapa teman subjek yang ikut memalak di sekolah Teman bermain subjek yang memilik usianya lebih dewasa dari dirinya Subjek ingin menunjukkan keberadaannya di sekolah
2. Ketidakhadiran ayah
3. Kurangnya komunikasi dalam keluarga 4. Perilaku guru yang kurang baik 5. Pengaruh temanteman di sekolah
B. Internal
6. Pengaruh temanteman di luar sekolah 1. Menunjukkan commit to diri user eksistensi
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Keinginan untuk diakui 3. Menutupi kekurangan diri
Subjek ingin dihargai oleh teman-temannya Subjek melakukannya disebabkan karena adanya kekurangan (fisik/ materi) pada dirinya 4. Mencari perhatian Keinginan subjek untuk diperhatikan oleh temanteman, guru dan anggota sekolah lainnya 5. Keinginan balas Subjek melakukan karena dendam beberapa teman yang sering mengejeknya 6. Sekedar iseng Subjek melakukannya karena ingin membuat jengkel teman-temannya
2.
Dampak yang Dialami Oleh Peserta Didik yang Menjadi Korban Perilaku Bullying Berdasarkan hasil obseravasi dan wawancara dengan subjek (korban) dan
orangtua korban diperoleh temuan adanya akibat fisik dan psikis pada korban bullying. a) Hasil Observasi dan Wawancara dengan Subyek Korban 1 (Z) 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada subjek Z di sekolah diperoleh bahwa subjek merupakan anak yang pendiam. Di kelas subjek Z juga tidak begitu banyak bicara dengan teman-temannya, subjek sedikit tertutup dengan teman-temannya. Ketika diajak berbincang-bincang pun tatapan mata subjek tidak fokus, sering memegang dan menutupi wajahnya. 2) Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan subjek (korban) Z, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait dampak perilaku yang dilakukan oleh pelaku bullying. Menurut subjek Z, pelaku melakukan perilaku bullying tersebut karena tidak diberi uang saku oleh orang tuanya. Pelaku sudah melakukan perbuatan tersebut kepada subjek Z commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejak kelas 3, tetapi subjek tidak berani melapor ke wali kelas ataupun guru BK, subjek hanya bercerita dengan temannya. Bahkan menurut subjek Z, pelaku pernah membuatnya jengkel karena telah menyembunyikan peralatan sekolah miliknya hingga membuatnya menangis. Bahkan subjek Z menyatakan juga pernah dipukul kepalanya oleh pelaku, dan dijegal kakinya oleh pelaku. Sehingga jika tanpa sengaja subjek bertemu dengan pelaku, dia merasa cemas dan khawatir jika suatu saat pelaku akan memalaknya lagi atau bahkan memukulnya kembali, bahkan kadang merasa malas untuk bersekolah karena akan bertemu dengan pelaku ketika di sekolah. Subjek Z menjadi lebih tertutup jika berada dirumahnya, dan lebih banyak diam jika diajak berbicara oleh orangtuanya.
3) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan subjek Z terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying yang dilakukan oleh pelaku, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.2. Dampak Perbuatan Bullying Dampak Perbuatan Bullying Fisik dan Psikologis
Indikator 1. Menujukkan gejala kekhawatiran 2. Terlihat cemas
3. Kerusakan atau kehilangan barang yang dimilikinya 4. Menjadi lebih pendiam
commit to user
Keterangan Subjek marasa khawatir jika suatu saat pelaku akan memalaknya lagi atau bahkan memukulnya kembali Subjek terlihat cemas jika bertemu dengan pelaku karena takut jika pelaku akan memalaknya lagi atau bahkan memukulnya kembali Pelaku menyembunyikan peralatan sekolah milik subjek Z hingga membuatnya menangis Subjek menyimpan sendiri permasalahan yang sedang dihadapinya
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Hasil Observasi dan Wawancara dengan Subjek Korban 2 ( M ) 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada subjek M di sekolah diperoleh bahwa subjek merupakan peserta didik yang mudah bergaul dengan teman-temannya. Subyek M merupakan anak kedua dari tiga berasaudara, dan dekat dengan kedua orangtuanya. Subyek M adalah anak yang sebenarnya periang dan suka bercanda dengan temannya. Namun, subyek M cenderanug menghindar ketika bertemu dengan subjek F. Subjek juga sering melakukan konsultasi dengan wali kelasnya ketika ada masalah. Secara kemampuan, subjek M mempunyai prestasi belajar yang cukup bagus di kelasnya. 2) Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan subjek (korban) M, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait pelaku perilaku bullying. Menurut subjek M, pelaku melakukan bullying karena kurang perhatian dari orang tua. Pelaku melakukan perbuatan tersebut kepada subjek M karena pengaruh teman-temannya dilingkungan tempat tinggal pelaku. Adapun beberapa dampak yang dialami oleh subjek M akibat perlakuan pelaku bullying yakni subjek merasa menjadi cemas dan khawatir jika berpapasan dengan pelaku, karena was-was jika uang saku atau makanan subjek akan diminta lagi dengan paksa oleh pelaku. Selain itu subyek M terkadang juga malas untuk berangkat ke sekolah. 3) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan subjek M terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying yang dilakukan oleh pelaku, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.3. Dampak Perbuatan Bullying Dampak Perbuatan Bullying Psikologis
Indikator
Keterangan
1. Menujukkan Subjek merasa khawatir jika gejala commit to user berpapasan dengan pelaku, kekhawatiran karena was-was jika uang saku
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Terlihat cemas
3. Malas pergi ke sekolah
atau makanannya akan diminta lagi dengan paksa oleh pelaku Subjek terlihat cemas jika berpapasan dengan pelaku, karena was-was jika uang saku atau makanan mereka akan diminta lagi dengan paksa oleh pelaku Subjek malas pergi ke sekolah karena tidak ingin bertemu dan takut jika dipalak kembali oleh pelaku
4. Hasil Observasi dan Wawancara dengan Subjek Korban 3 (MS) 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan kepada subjek MS di sekolah diperoleh bahwa subjek merupakan peserta didik yang mudah bergaul dengan teman-temannya. Tetapi kadang subjek masih bersikap malu-malu jika diajak berbicara dengan orang yang baru dikenalnya. 2) Hasil Wawancara Berdasarkan wawancara dengan subyek (korban) MS, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait pelaku perilaku bullying. Menurut korban MS, pelaku melakukan bullying karena kurang mendapat perhatian dan kurang kasih sayang dari orang tuanya. Pelaku melakukan perbuatan tersebut kepada subjek juga karena pengaruh teman-temannya di lingkungan tempat tinggal pelaku. Adapun beberapa dampak yang dialami oleh subjek akibat perlakuan pelaku bullying yakni subjek pernah didorong oleh pelaku, hingga perutnya terasa sakit karena terkena meja. Selain itu peralatan sekolah pelaku dibawa lari-lari oleh pelaku, meski akhirnya dikembalikan, tetapi tidak seperti keadaan semula. Selain itu juga peralatan sekolah subjek juga pernah disembunyikan oleh pelaku.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Kesimpulan dari Hasil Observasi dan Wawancara Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dengan subjek MS terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying yang dilakukan oleh pelaku, dapat disimpulkan sebagai berikut : Tabel 4.4. Dampak Perbuatan Bullying Dampak Perbuatan Bullying Fisik
Indikator 1. Mengalami sakit perut 2. Kerusakan atau kehilangan barang yang dimilikinya
Keterangan Subjek didorong oleh pelaku, hingga perutnya terasa sakit karena terkena meja Peralatan sekolah pelaku dibawa lari-lari oleh pelaku, meski akhirnya dikembalikan, tetapi tidak seperti keadaan semula. Selain itu peralatan sekolah subjek juga pernah disembunyikan oleh pelaku.
3. Hasil Wawancara dengan Orang Tua Subjek (Korban) Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua subjek (korban) terkait dampak yang ditimbulkan akibat perbuatan bullying. Menurut salah satu orang tua subjek diperoleh dampak yang dialami oleh anaknya akibat perbuatan bullying korban menjadi cemas dan khawatir jika akan berangkat sekolah. Korban menjadi pendiam tidak seperti biasanya. Barang-barang korban ada beberapa yang hilang dan rusak. Jika diajak berbicara lebih banyak diam daripada biasanya.
3.
Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Bullying yang Dilakukan Oleh Peserta Didik di Sekolah Berdasarkan wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo, diperoleh temuan tentang Layanan bimbingan dan konseling yang dapat diberikan kepada pelaku dan korban perilaku bullying adalah, sebagai berikut : commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(a) Layanan Orientasi Layanan Orientasi yang diberikan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam rangka mencegah bullying di sekolah, antara lain: (1) Memberikan penjelasan bahwa di sekolah terdapat guru Bimbingan dan Konseling yang akan memberikan layanan kepada peserta didik secara individual. Hal tersebut bertujuan untuk mengajak peserta didik agar mau menyampaikan berbagai permasalahan yang dialaminya kepada guru Bimbingan dan Konseling, sehingga dapat membantu guru Bimbingan dan Konseling dalam mencegah terjadinya perilaku bullying di sekolah. (2) Peserta didik diberikan pengenalan terhadap peraturan sekolah yang bisa menjadi langkah awal dalam memperketat peraturan sekolah dan mengenalkan sanksi yang akan diterima jika terjadi pelanggaran, termasuk bullying. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: “BK bekerjasama dengan kesiswaan dalam mensosialisasikan peraturan saat MOS”. (wawancara P dengan Guru BK) Hal ini dilakukan ketika kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) di awal tahun pelajaran baru. (b) Layanan Informasi Layanan informasi diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis kepada peserta didik, orangtua dan guru MI Negeri Jetis. Bentuk layanan yang diberikan antara lain: (1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik untuk mengenalkan pada hal-hal yang berkaitan dengan sekolah termasuk masalah bullying di sekolah. Layanan informasi guru BK di MI Negeri Jetis dilaksanakan ketika jam pelayanan Bimbingan dan Konseling setiap satu minggu sekali. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Mbak..saya menginformasikan kepada anak ketika pelajaran BK setiap minggu sekali satu jam pelajaran”. Di MI Negeri Jetis Tahun Pelajaran 2013/2014 memasukkan jam Pelajaran BK setiap minggu 1 jam sekali dari mulai kelas IV sampai kelas VI. Namun, di Tahun pelajaran 2015/2016 pelajan BK hanya ada di kelas VI. (2) Melakukan koordinasi dan sosialisasi tentang bullying dan pornografi antara guru dan orangtua peserta didik MI negeri Jetis kelas I sampai kelas VI. Hal ini dilaksanakan pada tanggal 24 sampai dengan 29 Agustus 2015. Pertemuan di awali dari orangtua kelas I dan diakhiri dengan orangtua kelas V. Dari hasil pertemuan tersebut dibuat kesepakatan bersama antara guru dan orangtua dalam melakukan pengawasan dan kedisiplinan peserta didik di rumah maupun di sekolah. Kesepakatan bersama itu diantaranya peserta didik tidak diperbolehkan membawa HP atau Tablet ke sokolah dan orangtua harus melakukan pengawasan di rumah jika sudah memfasilitasi putra/putrinya dengan HP atau tablet. Kemudian orangtua harus mengetahui hal-hal yang diakses putra/putinya ketika membuka internet. Di samping itu orangtua diharuskan memantau pergaulan putra/putrinya di rumah dan membatasi menonton telivisi. (c) Layanan Konseling Individual Layanan konseling individual merupakan salah satu alternatif layanan yang dapat diberikan kepada pelaku dalam membantu menyelesaiakan permasalahannya. Layanan konseling yang dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam mengatasi bullying, di antaranya: (1) Memberi arahan kepada pelaku terkait masalah yang dialaminya, sehingga
pelaku
dapat
mengambil
keputusan
yang
harus
dilakukannya supaya tidak mengulangi perbuatan bullying kembali. Kemudian guru Bimbingan dan Konseling bersama pelaku bersamacommit to pelaku user dapat mengubah kebiasaan dan sama mencari jalan keluar agar
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perilakunya yang kurang baik dan dapat merugikan orang lain. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: ”Jadi…konseling
individual yang kami lakukan adalah dengan
memanggil peserta didik ke kantor, dan memberi tahu bahwa yang dilakukanya tidak baik, berkoordinasi dengan orang tua dan wali kelas”. (2) Memberi konseling secara individual kepada korban terkait masalah yang dialaminya, sehingga korban tidak trauma dan merasa tenang ketika berada di sekolah. Di samping itu, juga melakukan pendampingan kepada korban ketika mau masuk kelas dan ketika istarahat sehingga korban tidak cemas dan takut kepada pelaku. Sebagaimana yang dikatakan guru Bimbingan dan Konseling: “Untuk korban kami lakukan konseling dengan dibantu wali kelas degan cara diberi solusi dengan beberapa kali pertemuan dengan korban dan berkoordinasi dengan wali kelas”. (3) Melakukan home visit (kunjungan rumah) kepada pelaku yang bertujuan untuk melakukan bimbingan di rumah dan berkoordinasi dengan orangtua pelaku dalam melakukan pengawasan di rumah. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: “Iya, karena untuk mengetahui lingkungan rumahnya..maka, kami melakukan home visit” Di samping itu Guru Bimbingan dan Konseling juga mengatakan: “Lingkungan di sekitar pelaku F kurang bagus, bergaul dengan orangorang yang lebih dewasa, pulangnya sore hari”. (4) Melakukan home visit (kunjungan rumah) kepada korban yang bertujuan memberikan semangat kepada korban agar tidak trauma atas perilaku bullying yang terjadi. Di samping itu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orangtua korban. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Iya, korban Z ketika di rumah bagus tidak ada masalah”. (d) Layanan Bimbingan Kelompok Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu alternatif layanan yang dapat diberikan kepada pelaku dalam membantu menyelesaikan permasalahannya. Layanan bimbingan kelompok yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis adalah Guru BK bersama dengan seksi kesiswaan melakukan kegiatan Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Kegiatan MABIT dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyadarkan peserta didik agar tidak melakukan bullying. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: “Kesiswaan bekerjasama dengan Bimbingan dan Konseling mengadakan kegiatan MABIT selama 2 hari selama pada Hari Sabtu sampai dengan Ahad, tanggal 15 s.d 17 Agustus 2015. Anak-anak diberi materi saat acara mabit, dipisah laki-laki dan perempuan, diberi tausiyah oleh kesiswaan dibagi sesuai permasalahan”. (e) Layanan Konseling Kelompok Dalam layanan konseling kelompok guru BK membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang yang memiliki permasalahan yang sama terkait perilaku bullying termasuk di dalamnya ada pelaku. Kelompok tersebut diharapkan mampu mengembangkan kemampuan pribadi masing-masing seperti pengendalian diri, tenggang rasa dan teposeliro terkait dalam menyelesaikan permasalahan yang mereka alami dengan berdiskusi antar anggota. Guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: “Begini mbak…anak-anak kita pisah menjadi beberapa kelompok kemudian
setiap
kelompok
melakukan
sharing
kepada
kelompoknya..termasuk si pelaku dan korban..terus kita berikan arahkan supaya anak-anak bisa rukun, dapat mengendalikan diri, dan tidak mudah terpengaruh..kadang-kadang kita juga menotonkan film isnpiratif..” commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Layanan Bimbingan dan Konseling yang Efektif dalam Mengatasi Bullying yang Dilakukan Antarpeserta Didik di Sekolah Pelaksanaan bimbingan dan konseling memiliki peranan penting
di
sekolah dalam membantu menangani masalah-masalah yang dialami peserta didik termasuk di dalamnya masalah bullying yang dialami oleh peserta didik. Efektifitas layanan Bimbingan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam mengatasi bullying yang dilakukan antarpeserta didik adalah layanan bimbingan dan konseling yang memberikan perhatian kepada peserta didik yang terlibat dalam bullying, tidak hanya pada peserta didik yang menjadi korban bullying, tapi juga pada pelaku bullying. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo bahwa layanan yang dianggap paling efektif untuk mengatasi perilaku bullying kepada pelaku dan korban adalah layanan konseling individual. Ketika ditanya layanan mana yang paling efektif, guru Bimbingan dan Konseling mengatakan: ”Semua bagus, konseling secara individu dan keluarga dengan membuat komitmen untuk memantau pergaulan peserta didik dan bekerjasama dengan wali kelas juga”. Dengan
layanan
individual
peserta
didik
merasa
lebih
efektif
menyelesaikan masalahnya saat melakukan konseling individual, karena peserta didik dapat menjelaskan masalahnya secara terbuka tanpa takut diketahui orang lain.
C. Pembahasan Berdasarkan deskripsi dari hasil obsevasi, wawancara dan dokumentasi dengan empat orang peserta didik yang menjadi subjek penelitian mengenai peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi kasus bullying antarpeserta didik di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo, dapat disimpulkan bahwa : 1) Faktor-Faktor yang Menyebabkan Peserta Didik Melakukan Bullying Hasil penelitian menunjukkan bahwa subyek penelitian telah melalukan commit to userfisik, lisan dan psikologis. Namun, bullying dalam berbagai bentuk, yakni bullying
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
perilaku bullying yang sering dilakukan oleh pelaku adalah pemalakan kepada teman-temannya. Pemalakan yang dilakukan pelaku kepada korban di sekolah yaitu ketika jam istirahat atau pulang sekolah. Pelaku meminta uang kepada korban dengan berbagai alasan seperti: lupa bawa uang, tidak diberi uang saku orangtuanya, atau untuk bermian Play Station (PS). Hal inilah yang menjadikan peneliti tertarik dalam meneliti kasus pemalakan yang dilakukan anak seusia Sekolah Dasar (SD) dan jarang dilakukan anak-anak seusianya. Berbagai alasan melatarbelakangi mengapa seseorang menindas teman yang lain.Alasan yang paling jelas seseorang menjadi pelaku bullying karena rasa senang, puas dan bangga ketika melihat temannya tunduk dan takut kepadanya.Menurut Sejiwa (2008:72), keinginan anak untuk balas dendam, mendapatkan pengakuan serta menunjukkan eksistensi dirinya di kalangan teman sebayanya juga dapat merubah seorang anak menjadi pelaku bullying. Adanya perasaan berhak untuk menghina, mencederai, dan menindas teman juga kerap kali menjadi alasan seseorang menjadi pelaku bullying. Pelaku bullying juga sering melampiaskan kekesalan dan kekecewaan terhadap suatu hal kepada korban. Emosi yang meledak-ledak serta tempramen yang tinggi membuat mudah marah dan bersikap kasar. Pelaku bahkan tidak menghentikan aksinya ketika temannya terlihat kesakitan atau menangis. Hal ini dapat dikarenakan mereka tidak terlatih untuk berempati terhadap orang lain. Rendahnya empati membuat seseorang kurang mampu merespon tekanan dan ketidaknyamanan yang dialami oleh orang lain, karena seseorang yang rendah empatinya tidak mampu memahami pengalaman emosi yang dialami oleh orang lain (Jolliffe & Farrington dalam Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti, 2010:97).
Terdapat berbagai karakter siswa yang menjadi korban bullying. Salah seorang korban sering melakukan penolakan dan perlawanan ketika diminta untuk melakukan keinginan yang diminta pelaku. Menurut Sejiwa (2008), anak yang cenderung menentang pelaku bullying karena sering beradu agumentasi dianggap sebagai anak yang menyebalkan sehingga pelaku bullying akan terus menindas mereka. Kebanyakan dari para korban tidak berani melapor kepada guru mengenai perlakuan yang diterimanya. Beberapa dari mereka pernah melaporkan bullying commit to user yang dialaminya kepada sang guru, guru kurang menindak tegas si pelaku dan
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang terjadi justru mereka memperoleh perlakuaan yang lebih parah dari sebelumnya. Menurut Sejiwa (2008: 18), jika korban melapor pada guru, guru akan memanggil dan menegur pelaku bullying, berikutnya pelaku akan kembali menghadang korban dan memberikan siksaan yang lebih keras. Dan dari sisi korban, ancaman pelaku bullying lebih nyata dan menakutkan dibanding konsekuensi jika tidak melapor ke guru. Keengganan korban untuk melaporkan bullying yang dialaminya karena kepercayaan kepada Sang Guru dapat dikatakan kurang.
Soedjatmiko,
dkk.,(2013)
menyatakan
bahwa
mayoritas
guru
menganggap bullying merupakan hal yang lumrah terjadi di dalam interaksi antar anak bermain dan bagian dari proses pendewasaan seorang anak. Maraknya aksi bullying di intitusi pendidikan menggambarkan adanya penurunan moral di intitusi pendidikan. Sebenarnya tindakan bullying memiliki motif tertentu pelakunya yang terkadang luput dari perhatian masyarakat. Penyebab bullying lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan, meski tidak dipungkiri bahwa faktor dari dalam diri individu pun ikut andil sebagai penyebab bullying. Adapun perilaku bullying yang terjadi di MI Negeri Jetis Sukoharjo disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal Adapun faktor eksternal yaitu : (a)
Ketidakharmonisan di rumah “Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga memberikan pengaruh menentukan pembentukan watak dan kepribadian anak “(Kartono, 2008: 117). Keluarga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang dilakukan oleh peserta didik. Astuti (2008:53) menyatakan” Bahwa kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak merupakan faktor penyebab tindakan bullying”. Selain itu, Schwartz, dkk (dalam Papila, 2008:514) menyatakan “Bahwa anak-anak yang menjadi bullies seringkali berasal dari lingkungan keluarga kasar dan keras yang selanjutnya membiarkan mereka mendapatkan hukuman dan penolakan”. Keluarga sebagai tempat tumbuh kembang anak sangat mempengaruhi to user Kompleksitas masalah dalam perilaku individu dalam commit kesehariannya.
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keluarga seperti ketidakhadiran ayah, kurangnya komunikasi antara orangtua dan ketidakmampuan sosial ekonomi, merupakan faktor penyebab tindakan bullying yang dilakukan peserta didik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nazly (2014) bahwa “Ketidakharmonisan di rumah tangga berpengaruh terhadap perilaku bullying yang di lakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik dapat berbuat semaunya termasuk berlaku kasar pada temannya”. (b)
Perilaku guru yang kurang baik Guru sebagai pengajar di sekolah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya bullying, terutama guru yang memberikan contoh perilaku yang tidak baik. Ehan (2010:5) mengemukakan “Bahwa salah satu hal yang mempengaruhi perilaku bullying yaitu guru yang berbuat kasar kepada siswa”. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan negatif pada siswanya berupa pemberian hukuman yang dilakukan oleh guru yang tidak membangun sehingga tidak mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah (Annisa, 2012:20). Hasil penelitian Soejadmiko, dkk., (2010:175), menyatakan bahwa beberapa guru melakukan bullying verbal, fisik, maupun psikologis terhadap siswanya sebagai upaya penegakan disiplin sekolah. Ada pula guru yang mempraktikan
bullying
sebagai
sanksi
terhadap
pelaku
bullying
(mengatasi bullying dengan bullying). (c)
Lingkungan yang kurang baik Lingkungan bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bullying. Lingkungan yang dapat mendukung terjadinya bullying mencakup lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan di sekolah itu sendiri. Lingkungan tempat tinggal yakni adanya kebiasaan orang-orang di sekitar tempat tinggal yang mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan bullying. Kebiasaan tersebut seperti sering berkelahi atau bermusuhan, serta berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada. Ehan (2010:5) menyatakan committerjadinya to user perilaku bullying adalah anak “Bahwa hal yang mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru lingkungan tersebut dan merasa tidak bersalah”. Hal tersebut mengungkap bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peserta didik untuk melakukan bullying yakni lingkungan sekitar tempat individu berada. Lingkungan di mana individu di dalamnya biasa melakukan kekerasan ataupun perbuatan melanggar norma lainnya dapat mendukung seseorang menjadi pelaku bullying. Selain itu, lingkungan di sekolah juga dapat mempengaruhi timbulnya bullying, seperti kedisiplinan yang sangat kaku dan peraturan yang tidak konsisten. Sedangkan faktor internal yang atau dalam diri yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan bullying yaitu: (a)
Karakter dari individu Karakter dari individu seperti agresif, pendendam, menunjukkan eksistensi diri, mencari perhatian, dan iri hati. Karakter anak yang biasa menjadi pelaku bullying pada umumnya adalah anak yang selalu berperilaku agresif, baik secara fisikal maupun verbal. Astuti (2008:53) mengemukakan “Bahwa faktor penyebab bullying yakni karakter anak sebagai pelaku umumnya, baik secara fisikal maupun verbal dan pendendam”. Anak yang ingin populer, anak yang tiba-tiba sering berbuat onar atau selalu mencari kesalahan orang lain dengan memusuhi umumnya termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazly (2014) bahwa “Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan faktor penyebab terjadinya bullying dapat dilihat dari perilaku agresif peserta didik yang berperilaku semaunya dan tidak mementingkan perasaan teman ataupun junior dalam melakukan tindakan kekerasan serta kuatnya pertahahan diri peserta didik dalam melakukan hal tersebut”.
(b)
Harga diri anak Harga diri anak adalah penilaian yang dibuat seseorang tentang commit user dirinya. Hal ini menyatakan sikap tomenyetujui atau tidak menyetujui, dan
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
menunjukkan sejauh mana orang menganggap dirinya mampu dan berarti. “Terkadang anak melakukan bullying karena ingin orang lain menganggap dirinya “super” sehingga ditakuti orang lain” (Egi, 2012:366). (c)
Pemahaman moral yang rendah Berbagai perilaku menyimpang yang dilakukan anak ditengarai disebabkan oleh minimnya pemahaman anak terhadap nilai diri yang positif. “Sikap saling menghargai, menolong, berempati, jujur, lemah lembut dan sebagainya tidak jarang hilang dari pribadai anak. Sebaliknya mereka, justru akrab dengan hal-hal yang negatif seperti kekerasan, kebohongan, licik, dan egois” (Egi, 2012:366).
2) Dampak yang Dialami Oleh Peserta Didik yang Menjadi Korban Perilaku Bullying Bullying dapat menimbulkan banyak dampak atau akibat negatif bagi korban maupun pelaku. Bagi korban akibat negatif dapat berbentuk fisik maupun psikis. Akibat fisik cenderung dapat langsung terlihat, berbeda dengan dampak psikis yang pada awalnya akan terlihat wajar akan tetapi semakin memburuk jika didiamkan saja, sehingga menimbulkan dampak dalam waktu yang panjang. Sedangkan dampak yang dialami oleh korban perilaku bullying di sekolah, yaitu berupa dampak fisik dan dampak psikologis. Dampak fisik berupa luka, sakit perut, kerusakan dan kehilangan barang yang dimilikinya. Dampak psikologis berupa malas bersekolah, menunjukkan gejala kekhawatiran, terlihat cemas dan sedih, perilaku yang mencurigakan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sullivan (Astuti, 2008:54-55) yang mengemukakan “Beberapa gejala yang terlihat dan dapat diindikasikan bahwa mereka mengalami school bullying, yaitu: a) Rasa malas bersekolah, sehingga ia membolos atau terlambat berangkat ke sekolah; b) Menunjukkan gejala kekhawatiran, sehingga ia sering mengigau, pusing, panas, sakit perut, terutama terjadi saat pagi hari sebelum berangkat ke sekolah; c) Ketika pulang ke rumah, baju dan buku kotor bahkan rusak; d) Menunjukkan ketidaksabaran dan meminta sejumlah uang; e) Perilaku commit to user gusar, berbisik dan menolak yang mencurigakan, seperti marah, risau,
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengatakan apapun saat ditanya; f) Kemarahan kepada orang tua tanpa ada alasan yang jelas; g) Terlihat cemas, sedih, depresi, mengancam bahkan melakukan usaha bunuh diri; h) Menghindari orang tua bila diajak bicara maupun ditanya; i) Mulai mengerjakan sesuatu yang tidak biasanya mereka lakukan”. Hal tesebut senada
dengan
yang
dikemukakan
oleh
Riauskina
dkk
(dalam
Ardiyansayah:2008) “Yang paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejalagejala gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder)”.
3) Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Bullying yang Dilakukan Oleh Peserta Didik di Sekolah Tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat dan dapat hidup bersama orang lain secara sehat. Hal ini menunjukkan bahwa guru Bimbingan dan Konseling bertanggung jawab agar dapat membantu peserta didik menyelesaikan masalahnya dengan baik agar dapat mencapai perkembangan optimalnya termasuk diantaranya masalah sosial yang dialami peserta didik. Upaya guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis dalam mengatasi perilaku bullying telah memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didiknya sehingga guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo telah melaksanakan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling. Layananlayanan yang telah dilaksanakan di MI Negeri Jetis, yaitu: (a) Layanan orientasi dalam mengatasi bullying Layanan orientasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan fungsi pemahaman. Peserta didik perlu memahami berbagai hal penting yang ditemuinya. Begitu juga dengan peserta didik yang rentan terkena bullying. Layanan orientasi yang dapat diberikan kepada peserta didik agar terhindar dari bullying yakni mengenai pemahaman tugas dan fungsi guru Bimbingan dan commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konseling serta peranan personil sekolah lainnya dalam mengatasi bullying. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo sendiri telah memberikan layanan orientasi guna mengatasi bullying. Guru Bimbingan dan Konseling telah berupaya mengenalkan pada peserta didik bahwa segala perilaku yang terjadi di lingkungan sekolah dapat dilaporkan kepada pihak terkait agar dapat diselesaikan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Nusantara (2008:42) yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsinya guru Bimbingan dan Konseling perlu bekerjasama dengan bidang kesiswaan dan wali kelas untuk mencari jalan keluar kasus yang dihadapi. Selain itu Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo juga memberikan layanan orientasi berupa pengenalan peraturan sekolah mulai awal peserta didik memasuki sekolah dan berkelanjutan hingga keseharian peserta didik. (b) Layanan informasi dalam mengatasi bullying Layanan informasi merupakan layanan bimbingan dan konseling yang bermaksud memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai berbagai hal. Penguasaan informasi tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah yang dialami peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo telah berupaya memberikan layanan informasi untuk mengatasi bullying. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prayitno dan Amti (2004:268) menyatakan “Bahwa salah satu informasi yang dapat diberikan dalam layanan informasi yaitu informasi “mengenai sosialbudaya, khusunya pada bahasan “antar budaya” manusia ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa”. Mereka dijadikan seperti itu bukan untuk saling bersaing dan bermusuhan, justru agar saling mengenal saling memberi dan menerima sehingga tercipta kondisi commit to user dinamis yang mendorong ke pada perubahan yang semakin baik.
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(c) Layanan konseling individual dalam mengatasi bullying Layanan konseling individual dilaksanakan dengan tujuan untuk mengatasi masalah yang ada pada diri peserta didik, termasuk masalah bullying yang dialami peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo sendiri mengatakan telah melakukan konseling individual guna membantu peserta didik yang terlibat bullying. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Astuti (2008:14) yang mengemukakan "Bahwa salah satu yang dapat dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi bullying yaitu dengan aktif mendengar, membantu feed back atas masalah yang dihadapi peserta didik”. Selain itu, Prayitno dan Amti (2004:288) juga mengungkapkan “Bahwa konseling perorangan merupakan layanan khusus yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien yang dilaksanakan interaksi tatap muka secara langsung antara klien dan konselor”. Guru Bimbingan dan Konseling berusaha fleksibel dan tetap menghargai peserta didik yang terlibat bullying, termasuk dengan peserta didik pelaku bullying. Dengan begitu diharapkan peserta didik tidak segan dan mau melakukan konseling agar masalah bullying yang menimpanya tidak terus berlanjut. (d) Layanan bimbingan kelompok dalam mengatasi bullying Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada sekelompok individu. Layanan ini sangat membantu anak dalam mengungkapkan berbagai permasalahn yang sifatnya umum yang dialami semua anak di sekolah. Termasuk didalamnya pembahasan persoalan bullying, karena didalam layanan bimbingan kelompok tujuan bersama menjadi komitmen bersama. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo telah melakukan bimbingan kelompok guna membantu peserta didik yang commit kelompok to user terlibat bullying. Bimbingan yang dilakukan yaitu dengan
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengadakan Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT) selama 2 hari. Hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh (Prayitno dan Amti, 2004:309) “Bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat”. Informasi yang diberikan merupakan materi topik-topik umum. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang terwujudnya tingkah laku yang lebih efektif. (e) Layanan konseling kelompok dalam mengatasi bullying Layanan konseling kelompok terhadap pelaku dan korban pada dasarnya adalah layanan konseling individual yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Konseling kelompok dapat menjadi cara yang baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi seperti yang kebanyakan terjadi pada kasus bullying. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam melakukan layanan konseling kelompok yaitu dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 3-5 orang yang memiliki permasalahan yang sama terkait perilaku bullying. Kelompok tersebut diharapkan mampu mengembangkan kemampuan pribadi masing-masing seperti pengendalian diri, tenggang rasa dan teposeliro. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno dan Amti (2004:311) yang menyatakan “Bahwa layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam suasana kelompok. Sehingga dalam konseling kelompok terdapat pengungkapan dan pemahaman masalah peserta didik, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah”. Melalui dinamika interaksi sosial yang terjadi di antara anggota kelompok, masalah yang dialami oleh masing-masing individu anggota kelompok dicoba untuk dientaskan, termasuk diantaranya masalah bullying yang dialami peserta didik. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Layanan Bimbingan dan Konseling yang Paling Efektif dalam Mengatasi Bullying Bullying sebagai perilaku agresif tidak bisa didiamkan dan diabaikan begitu saja. Guru Bimbingan dan Konseling dituntut agar dapat memberi perhatian dan penanganan yang mendalam bagi peserta didik yang terlibat dalam kasus bullying. Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru Bimbingan dan Konseling juga dapat memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi bullying. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo telah menjalankan layanan bimbingan konseling yang dapat berguna bagi peserta didik yang terlibat bullying. Akan tetapi, tidak semua layanan tersebut efektif untuk mengatasi bullying yang terjadi, meskipun tidak menutup kemungkinan layanan yang diberikan saling berkaitan dan menunjang satu sama lain. Guru Bimbingan dan Konseling MI Negeri Jetis Sukoharjo menganggap bahwa layanan yang lebih efektif untuk mengatasi perilaku bullying adalah layanan
konseling individual,
dikarenakan
dengan
konseling individual
percakapan yang serius dengan peserta didik dan orangtua untuk menyelesaikan masalah bullying dapat terlaksana dengan baik. Hal sesuai yang diungkapkan oleh Olwelus (dalam Papalia, dkk, 2008:514) Bahwa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying yakni dengan mengadakan percakapan yang serius dengan pelaku, korban, dan orangtua”. Dengan konseling individual maka peserta didik merasa lebih efektif menyelesaikan masalahnya, karena peserta didik dapat menjelaskan semua permasalahannya secara terbuka tanpa takut diketahui orang lain. Akan tetapi, itu semua tidak lepas dari peran orangtua, karena bagaimanapun perilaku peserta didik tidak bisa lepas dari peran serta orangtua. Koordinasi yang baik harus terjalin antara guru Bimbingan dan Konseling dan orangtua peserta didik. Oleh karena itu, peran serta orangtua tidak dapat lepas dari upaya mengatasi bullying yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Peran Guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis Sukoharjo dalam mengatasi Bullying Guru mempunyai peranan dan kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses pendidikan, terutama dalam pendidikan formal bahkan dalam keseluruhan pembangunan masyarakat pada umumnya. Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo, kegiatan Bimbingan Konseling diberikan oleh Guru Bimbingan dan Konseling secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo melaksanakan layanan bimbingan konseling kepada peserta didik agar setiap permasalahan yang dihadapi peserta didik khususnya kasus bullying dapat diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik dapat mencapai prestasi belajar secara optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup berarti. Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Jetis Sukoharjo
memiliki
peranan
yang
penting
terutama
dalam
mengatasi
permasalahan kenakalan peserta didik selain sebagai pemecah masalah, peranan bimbingan dan konseling di sekolah ini ialah sebagai motivator, pengawas, informator dan pengarah bagi peserta didik. Guru bimbingan dan konseling di sekolah ini mampu menyelesaikan masalah siswa, baik yang bersifat individu maupun kelompok tanpa melanggar ketentuan yang telah ditentukan oleh sekolah. Siswa merasakan dampak yang positif dari adanya bimbingan dan konseling. Namun demikian, Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Jetis Sukoharjo dalam melaksanakan tugas bimbingan dan konseling belum dapat dilakukan secara optimal mengingat jumlah personel guru Bimbingan dan Konseling yang hanya 1 orang saja dengan jumlah siswa 1.150 mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6. Di samping itu, terdapat kekurangan-kekurangan peran guru Bimbingan dan Konseling di MI Negeri Jetis dalam melakukan pelayanan untuk mengatasi bullying, di antaranya:
a) Dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengamatan masalah bullying, Bimbingan dan Konseling hanya commitGuru to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai waktu satu kali dalam satu minggu. Padahal, di MI Negeri Jetis ada 30 kelas (pararel 5) sehingga informasi yang diberikan tidak bisa diterima dan dipahami oleh semua peserta didik di MI Negeri Jetis. b) Dalam melakukan koordinasi dan sosialisasi tentang bullying kepada orangtua wali murid peserta didik MI Negeri Jetis kurang efektif karena jumlah orangtua wali murid yang hadir hanya sebagian saja. Hal ini dilihat dari absensi kehadiran orangtua wali murid dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, hampir semua yang hadir adalah orang tua wali murid kelas 1 dan kelas 6 saja. Sehingga sosialisasi tentang perilaku bullying, penyebab dan akibat bullying serta dampak-dampak dari bullying tidak bisa diterima oleh semua orangtua wali murid. Di samping itu, kesepekatan yang akan dibuat antara guru dengan orang tua wali murid tentang penggunaan HP dan pembatasan menonton telivisi tidak bisa dilaksanakan oleh semua wali murid. c) Guru Bimbingan dan Konseling dalam melakukan layanan konseling individual sudah cukup baik, akan tetapi karena banyaknya permasalahan yang ada dan tidak adanya guru kelas atau wali kelas yang membantu maka penanganan masalah peserta didik khususnya yang berkaitan dengan bullying tidak bisa langsung atau cepat teratasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam beberapa laporan kasus dari guru kelas kepada guru Bimbingan dan Konseling yang belum tertangani. d) Dalam pelaksanaan konseling kelompok, Guru Bimbingan dan Konseling sudah melakukan upaya yang optimal dengan membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok dan setiap peserta didik dalam setiap kelompok diminta untuk berbagi permasalahan-permasalahan yang sedang dihadapi. Namun layanan, ini kurang bisa dilakukan karena peserta didik cenderung pasif tidak mau bicara dan kurang fokus pada dinamika kelompok. Peserta didik dapat fokus ketika guru Bimbingan dan Konseling memutarkan tayangan kisah-kisah inspiratif dalam kehidupan sehari-hari. commit to user