BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 4.2.1
Gambaran Umum Media Massa Harian Rakyat Merdeka Harian Rakyat Merdeka merupakan surat kabar yang memilih berorientasi
pada segmen Politik, Kebijakan dan Ekonomi. Pada tahun 2009 hasil survey ACNeilson menetapkan Harian Rakyat Merdeka memiliki pembaca terbanyak di wilayah Jabodetabek. Sebagai perusahaan surat kabar yang juga bersaing dengan berbagai surat kabar lainnya, Harian Rakyat Merdeka juga tidak meninggalkan perannya sebagai instrument pembangunan merek dagang atau brand-image produk-produk komersial. Di sisi lain, saat ini Harian Rakyat Merdeka masih ditetapkan sebagai Koran top leader dan trend setter dalam sajian berita politik yang tidak saja dikonsumsi dalam negeri tetapi juga luar negeri. Kekuatan Harian Rakyat Merdeka dalam membangun branding pemberitaan dalam beragam persoalan,terutama dalam kancah perpolitikan tanah air membuatnya dijadikan referensi khalayak. Penyorotan terkait persoalan politik mulai dari berita mendalam sampai dengan menyoroti tokohtokok publik dan politik untuk kemudian dicarikan bagaimana kapasitas dan kapabilitas tentangnya. Tidak ketinggalan pula Harian Rakyat Merdeka juga berupaya mendalami terkait dengan dunia bisnis dan sosial budaya yang menjadi wacana ditengah masyarakat. Harian Rakyat Merdeka berfokus pada visi-visi nya yaitu: 57 http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
a. Mengeksplorasi dan meng-update berita-berita politik b. Media publikasi prestasi tokoh politik, pemerintahan, serta bisnis c. Media referensi kapasitas dan kapabilitas tokoh politik dan bisnis d. Media dokumentasi track record dunia politik tanah air. Besarnya perhatian Harian Rakyat Merdeka pada ekskalasi perpolitikan nasional diperhatikan sebagai kekuatan dengan orientasi pembaca dengan sudut aspek fokus pemberitaan politik diantaranya, dengan mengupas perpolitikan kancah nasional dan luar. Membedah kebijakan dari pemerintahan serta sosok politik yang mempunyai perjalanan dan sikap politik penting. Tak lupa pula, sorotan tentang perkembangan dunia perkonomian dan bisnis juga ditekankan sebagai bagian dukungan pada informasi penunjang pembangunan ekonomi bangsa. Pemberitaan yang terlahir dari situasi sosial yang bernilai penting untuk masyarakat umum menjadi acuan penting dalam setiap pemberitaan Harian Rakyat Merdeka. Sama halnya dengan surat kabar pada umumnya, Harian Rakyat Merdeka dalam tampilan juga menampilkan komposisi tesk dan foto. Hanya saja, surat kabar ini juga mengimbuhi ilustrasi-ilustrasi yang mengekspresikasn sesuatu disesuaikan dengan berita-berita penting di dalamnya, terutama didapati di
berita-berita
headline.
Ilustrasi
yang
ditampilkan
tidak
hanya
menggambarkan kesehariaan peristiwa tetapi juga terkadang menjadi sikap Harian Rakyat Merdeka dalam memandang suatu peristiwa yang sedang diberitakan. Penaruhan ilustrasi hanya pada berita penting saja tidak disajikan dalam setiap isi berita. Melihat spesifikasi Harian Rakyat Merdeka hanya 20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
halaman yang ada dengan komponen 8 halaman berwarna dan 12 halaman hitam dan putih. Matriks 4.1 Dari 20 halaman yang ada, rubrik-rubrik terbagi dalam beberapa bagian dengan fokus pmeberitaan, diantaranya: Rubrik Bongkar
Fokus Prestasi
serta
kekurangan
pemerintahan Bursa Parpol
Berita kegiatan dan eksistensi partai
Gerpol
Berita politik nasional/daerah
Rumah Rakyat
Berita DPR/MPR
To the point
Sambungan dari hal. 1
Investigasi
Bedah Kasus
Surat terbuka
Surat pembaca
100% politik
Situasi dan kondisi politik tanah air
Probisnis
Perkembangan bisnis makro
Bank & Finance
Berita dunia perbankan
Zona Sport
Berita Olahraga
Hot Ekonomi
Berita bisnis umum
Blak-blakan
Wawancara tokoh
Top world news
Berita internasional
Profit Oriented
Berita bisnis trend-setter
12 pas
Berita tentang Sepak bola
Megapolitan
Berita perkotaan
Seluler
Berita
Telekomunikasi
Tekhnologi Bibirmer
Berita entertainment
Kesehatan
Berita Kesehatan
Pendidikan
Berita Pendidikan
Property
Berita Property
http://digilib.mercubuana.ac.id/
&
60
Rubrik Elektronik
Fokus Berita Elektronik
Harian Rakyat Merdeka diterbitkan dibawah naungan PT. Wahana Ekonomi Semesta dengan jumlah 75 ribu eksemplar setiap hari dan terbit setiap hari walaupun saat hari libur besar Agama dan Nasional. Perusahaan ini sebagai anak usaha yang tergabung dengan PT. Jawa Pos, salah satu perusahaan penerbitan surat kabar terbesar di Indonesia saat ini. Para pengisi pucuk pimpinan Harian Rakyat Merdeka terdiri dari berbagai lapisan mulai dari kalangan profesional sampai pengusaha. Jajaran direksi dipimpin oleh H. Margiono yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Di bawah ini beberapa dewan direkeksi Harian Rakyat Merdeka : Jabatan
Nama
Direktur Utama
H. Margiono
Pemimpin Utama
H. Kiki Iswara
Pemimpin Perusahaan
Hj. Maria Hanief
Pemimpin Redaksi
Riki Handayani
Segmentasi pembaca Harian Rakyat Merdeka bisa dibagi menjadi dua bagian. Pertama, kalangan pemerintahan dan politikus terdiri dari Presiden dan Wakil Presiden, pimpinan lembaga tinggi negara, pimpinan BUMN, dll.Kedua, kalangan umum diantaranya masyarakat umum dan publik figur.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Pembaca berita didomonasi oleh kalangan Pria dengan 65% dan Wanita sebanyak 35%. Di lihat latar belakang pembaca mayoritas tamatan SLTA sebesar 56 % dan 32% lulusan S1 dan S2. Pembaca Harian Rakyat Merdeka dibaca oleh kalangan usia produktif 21-30 tahun sebanyak 35%, 31-40 tahun 25%, 41-50 tahun 22%, 50 tahu keatas sebanyak 18%. Dari strata pekerjaan hampir dikonsumsil oleh kalangan Birokrat sebanyak 44%, pengusaha 38%, disusul karyawan 12%, terakhir mahasiswa 06%. Dengan profil demografi pembaca bisa ditarik kesimpulan bahwa pembacaHarian Rakyat Merdekaberasal dari kalangan menengah keatas. Latar belakang pembaca yang beragam ditentukan karena muatan konten di dalamnya berkaitan langsung dengan persoalan publik dan berpotensi untuk perubahan seperti fenomena politik dan perkembangan dunia bisnis di tanah air. 4.2.2 Harian Tempo Tempo Media Group merupakan perusahaan yang membawahi banyak media pemberitaan dan penerbitan. Salah satu prodaknya Koran Tempo yang terbit pertama kali 6 Maret 1971 merupakan koran nasional yang memiliki pangsa pasar khusus. Pada umumnya, pemberitaan Tempo merupakan berita dengan gaya investigatif, dan itu hanya dijumpai di Majalah Tempo sedangkan Koran Tempo tidak. Memegang nama sebagai salah satu media yang pernah dibredel oleh Orde Baru, Tempo mempunyai sejarah panjang sekaligus proses perusahaan penerbitan yang dinamis. Saat ini Tempo Media Group memiliki beberapa prodak media di antaranya:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
a. Koran Tempo Koran Tempo merupakan surat kabar yang memilih kemasan lebih simpel dengan tanpa berita sambungan. Seluruh berita yang diberitakan selasai dalam satu kolom. Bentuknya yang kecil seukuran majalah memungkinkan agar lebih mudah dibaca, jika dibandingkan dengan koran pada umumnya yang memilik kertas yang lebar dan berita yang panjang. Koran Tempo terbit setiap harinya hampir 240.000 eksemplar setiap harinya dengan 40 halaman yang diisi dengan berbagai topik serta diedarkan setiap hari. Sejak berubah dalam bentuk format pemberitaan dan ukuran, Koran Tempo mampu mencapai jumlah pembaca keseluruhan 20%-34% pembaca. Mayoritas penyebaran terbesar berada di wilayah Jabodetabek sebanyak 62%. Persebaran lainya masuk ke wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY Jogyakarta, Sulawesi, Sumatea, dan berbagai wilayah lainnya. b. Majalah Tempo Majalah Tempo merupakan majalah paling prestisius di Indonesia. Kupasan mendalam yang menjadi ciri khasnya telah menjadikan Majalah Tempo sebagai bacaan kalangan profesional dan akademisi. Terbit setiap satu minggu sekali dengan jumlah 180.000 eksemplar. Luar biasanya, Majalah Tempo tidak pernah kekurangan pembaca, hal itu dibuktikan dari penguasaan pasar untuk majalah hingga 68%. Majalah Tempo juga
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
mengeluarkan edisi spesial tentang peristiwa dan sosok, persebaranya di pasaran juga lumayan baik yaitu 30%. Pembaca Majalah Tempo terdiri dari
berbagai
kalangan
dan
instansi
misalnya
Bank,
Maskapai
Penerbangan, instansi pemerintahan, hotel, rumah sakit, dll. Distribusi Majalah Tempo terbesar masih di wilayah Jabodetabek sebanyak 59,3%. c. Tempo.co Untuk menjangkau para pembaca, PT. Tempo Media Group juga membuat portal pemberitaan yang diberi nama Tempo.co. media ini bergerak dalam media On Line. Tempo.co merupakan portal berita pertama di Indonesia. Setiap tahunnya tidak kurang lebih 11 juta pembaca dengan kemudahan serta keberagaman berita yang disajikan di dalamnya. d. Tempo English Untuk memenuhi pasar dengan pembaca asing, PT. Tempo Media Group Menerbitkan Majalah Tempo English. Sararan utama warga asing dan instansi internasional yang ada di Indonesia. Konten di dalamnya merupakan pemberitaan nasional dikemas dengan bahasa inggris. Terbit setiap Selama sebanyak 29.000 eksemplar dengan 80 halaman. Selain penyajian peristiwa yang ada Indonesia,Tempo English juga dilengkapi dengan fokus peristiwa di Asia. Tempo English lebih luas persebaranya, tidak hanya meliputi wilayah Indonesia, tetapi juga Malaysia, Singapura, Thailand, Jepang, dan Filipina. e. Travelounge
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Majalah Travelounge lebih ditujukan pada panduan perjalanan dan destinasi. Terbit pada tahun November 2009. Awalnya majalah ini merupakan lahir dikarenakan kebutuhan untuk memberikan pelayanan di bandara, pada saat itu PT Angkasa Pura II, Bandar UdaraSoekarno-Hatta, Cengkareng, menerbitkan majalah On Time sebagai layanan informasi seputar bandara kepada para calon penumpang. Mereka kemudian mempertimbangkan pengembangan majalah tersebut menjadi penerbitan majalah bandara yang representative dan bermutu, seperti yang dimiliki 64ias6464 semua bandara Internasional di dunia. Majalah Travelounge merupakan hasil kerjasama dengan PT Angkasa Pura II, Bandar UdaraSoekarno-Hatta untuk kemudian menjadi majalah On Time (nama sebelumnya) menjadi Travelounge. f. Komunika Majalah Komunika resmi beredar Novemver 2011 hasil kerjasa dengan Universitas Terbuka. Majalah ini dioriesntasikan pada kalangan mahasiswa dan muda. Berisikan tentang gaya hidup mahasiswa dan essay. Pada awalnya hanya diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Terbuka, namun kemudian oleh PT. Tempo Media Group memperluas pembaca. Konsumen majalah KOMUNIKA dibaca oleh beragam profesi dan tersebar penjualannya ke berbagai wilayah tidak hanya di Jakarta saja. g. Majalah Aha!
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Majalah Aha! Merupakan prodak penerbitan yang diorientasikan pada kalangan anak. Kontennya berisikan tentang mata pembelajaran dan ilmu pengetahuan. Segmentasi pembaca ialah anak SD kelas 4,5, dan 6. Rubrikunggulannyaantara lain; sahabat(tentangdunia fauna), planet bumi, angka(matematikadanpengetahuan yang terkaitdidalamnya), Indonesia, nutrisi, dansekolahkita. Untuk melihat bagaimana pembagian kerja dalam PT. Tempo Media Group bisa dilihat gambar dibawah ini: Gambar 4.1 Pembagian Kerja TEMPO
Media
Magazine
Newspaper
Creative
Portal & Digital
Strategic
Media
Strategic Comm
MBM TEMPO
Koran Tempo
Tempo.Co
Advertising
Research
TEMPO English
Koran Tempo Makassar
TEMPO
Multimedia
IMC
Travelounge
Tempo Gading
Koran Tempo
HOG in Action
Community
Media Consulting
Komunika
Dalam pembagian diatas, menunjukkan perbedaan porsi antar masing pengelolaan prodak terbitan. Hal ini dimungkinkan untuk efektifitas dan produktifitas untuk kebutuhan terbitan. Pembagian pentingnya terletak pada tiga posisi penting tim yang bergerak di Media, Tim Kreatif, dan Tim Strategi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Pucuk pimpinan dibagi menjadi dua bagian Dewan Komisaris dan Dewan Direksi. Dewan Komisaris ialah mereka yang memiliki saham-saham di dalam tubuh perusahan sekaligus berfungsi mengawasi jalannya perusahaan. Dewan Komisaris mereka di antaranya: Matriks 4.2 Susunan Komisioner Komisaris Utama
Goenawan Mohamad
Komisaris Independen
Edmund S Sutisna
Komisaris Independen
Leonardi Kusen
Komisaris
Yohanes HengkyWijaya
Komisaris
Meity Farida Sita D.
Jajaran Dewan Direksi mempunyai tugas dalam menjalankan perusahan dalam PT. Tempo Media Group. Beberapa pucuk pimpinan didalamnya di antaranya: Direktur Utama
Bambang Harymurti
Direktur Produksi
Herry Hermawan
Direktur Pemasaran dan
Toriq Haddad
Pengembangan Bisnis Direktur Keuangan
Gabriel Sugrahetty Dyan Kusumaningsih
Direktur SDM dan Umum
Sri Malela Mahargasarie
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
4.2. Hasil Penelitian Pemberitaan
kampanye
Pemilihan
Umum
Presiden
2014
yang
dilaksanakan secara demokratis oleh masyarakat merupakan fenomena tersendiri bagi masyarakat indonesia, mengingat partisipasi masyarakat dalam pemilu 2014 merupakan kunci terlaksananya fungsi daulat rakyat untuk menentukan siapa pemimpinnya. Tidak sampai di sana, masyarakat-punharus benar-benar selektif atas calon pilihannya serta korektif atas isu dan pemberitaan mengenai caloncalon yang berlaga yaitu Prabowo Subianto-Hatta Radjasa serta Joko WidodoJusuf Kalla yang pada saat berkompetisi memperebutkan kursi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2014-2019. Untuk itu, partisipasi aktif dalam menentukan pilihan juga diperlukan. Menurut Charles Andrain dan James Smith salah satu bentuk partisipasi politik lewat publik dilihat dari keterlibatan seseorang, yakni sejauh mana orang itu melihat politik sebagai sesuatu yang penting, memiliki minat pada politik dan sering berdiskusi terhadap isu-isu politik dalam hal ini bisa diwakili pers.42 Pada saat kampanye politik tidak semua informasi dan berita bisa disaksikan secara langsung baik debat kandidat, orasi politik calon secara pribadi. Masyakat harus juga bersandar pada otoritas dan keandalan mata orang lain untuk menjadi mata dan telinga kita yang untuk ini diwakili oleh media massa (pers).
42
Charles Andrian dan James T. Smith, 2006, Political politik dilihat sebagai indikator dari penurunan kualitas demokrasi indonesia, lihat William Liddle dkk Democracy, Trust and Social Justice dalam Kacung Marijan, Sistem Politik Pasca Orde Baru, (Jakarta: Kencana, 2010) Hal, 111.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Dalam kasus ini masyarakat mesti mengidentifikasi sumber tempat kita bergantung itu tergolong dalam jenis sumber apa.43 Menurut Jacob Oetama sebagai media informasi, pers tidak sekedar media informasi, pers menjadi media yang berpikir dan tempat mengemukakan pikiranpikiran. Mengumpulkan data secara lengkap, memberikan interpretasi dan makna kepada tata data dalam suatu konteks sehingga mampu merangsang tanggapan dan reaksi. Informasi adalah proses memperoleh pengetahuan. Pengetahuan juga dalam konteks sistem sosial politik dewasa ini, tetap dapat mempunyai pengaruh.44 Pembangunan persepsi publik atas kampanye dalam masyarakat menguat seiring dengan beragammya pemberitaan media massa pada studi kasus yang sama.
Dari
keberagaman
pemberitaan
tersebut,
bagaimanakah
media
mengkonstruk operasioanalisasi teks dan memaknai peristiwa tersebut? Apakah ada kecenderungan salah satu media melakukan bentuk propaganda sebagai bentuk keberpihakan pada salah satu calon, saat pemberitaan kampanye pemilihan umum presiden 2014? Atau mungkinkah media berusaha bersikap netral dalam pemberitaan? Harian Rakyat Merdeka dan Tempo keduanya sama-sama memberitakan mengenai hal tersebut. Kedua media tersebut mempunyai cara dan sudut pandang tersendiri dalam melihat kasus dalam kampanye pemilihan umum presiden 2014. Berikut analisis bagaimana peristiwa itu ditulis oleh kedua media dengan sudut
43 44
Bill Kovach dan Tom Rosentiel, Blur, (Jakarta: Dewan Pers, 2012) hal,79. Jacob Oetama, Pers Indonesia, (Jakarta: Kompas,2001) hal,382.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
pandang masing-masing serta bagaimana pemaknaan peristiwa dalam sebuah bingkai medianya. 4.2.1. Frame berita media Rakyat Merdeka dan Tempo pada tanggal Selasa, 10 Juni 2014. 4.2.1.1. Analisis berita Rakyat Merdeka: Jokowi Minta Bantuan JK Prabowo Minta Bantuan Hatta.
Matriks 4.5 Identitas Berita Debat Kandidat Selasa, 10 Juni 2014 Judul
Jokowi Minta Bantuan JK Prabowo Minta Bantuan Hatta
Isi Berita
Calon wakil presiden saling membantu dalam menjelaskan gagasan yang disampaikan calon presiden dalam debat kandidat Prabowo Subianto (calon presiden dari pasangan Hatta Radjasa), dan Jusuf Kalla (calon wakil presiden dari pasangan Joko Widodo)
Sumber
Matriks 4.6 Frame Rakyat Merdeka: Jokowi Minta Bantuan JK Prabowo Minta Bantuan Hatta Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Berita merupakan deskripsi peristiwa debat kandidat. Dalam pemberitaan tersebut, hanyalah berisi dialog aktif antar calon kandidat mengenai beberapa persoalan dengan enam segmentasi yang secara berurutan namun tidak sesuai dengan tema berbeda yaitu HAM, Biaya Politik, dan Bhinneka Tunggal Ika dengan dipimpin oleh Direktur Eksekutif Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM Zainal Arifin Mochtar bertindak sebagai moderator sekaligus panelis. Dalam kandidat tersebut digambarkan kekurang mampuan calon presiden dalam mengutarakan pendapatnya. Unsur 5W+1H dituliskan secara lengkap, namun penekanan berita ini lebih pada unsur ― why―dalam 5W+1H tersebut. Bahasan mengenai mengapa para calon kandidat dari kedua pasang calon presiden Prabowo-Jokowi
Skrip
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Elemen
Strategi Penulisan meminta bantuan dibantu oleh calon wakil Presiden mereka masing-masing Hatta Radjasa sebagai calon wakil dari Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla sebagai calon wakil Joko Widodo dalam menjelaskan gagasan terkait topik bahasan dalam debat kandidat tersebut. (1) kekurang mampuan calon presiden dalam menjelaskan gagasan dari topik yang disediakan dalam debat kandidat. (2) calon wakil presiden lebih dominan dari pada calon wakil presiden dalam menjelaskan gagasan. (3) JokowiKalla lebih baik dari pada Prabowo-Hatta dalam menjelaskan konsep berdemokrasi. Tidak ada pemakaian label otoritas dalam memberikan keterangan sebagai pendukung gagasan atau pendapat, pemilihan kata untuk menguatkan kesan tertentu. Dan juga berita ini tidak dilengkapi foto untuk memberikan kesan pada khalayak untuk lebih mendalami jalannya debat kandidat lewat berita yang dideskripsikan.
Tematis
Retoris
a. Sintaksis Elemen Sintaksis dalam sebuah berita dapat diamati dari beberapa hal yaitu headline, lead, latar, kutipan, kesimpulan. Headline pada berita ― Jokowi Minta Bantuan JK Prabowo Minta Bantuan Hatta‖. Penjelasan dari Headline bisa dikatakan memberikan kejelasan meskipun dengan meletakkan kata ― bantuan‖ peran seorang calon wakil presiden masih dominan bahkan kedudukannya tidak berimbang. Salah satu calon wakil presiden Jusuf Kalla terkesan begitu memainkan perannya dibandingkan Jokowi Widodo selaku calon presiden. Di satu sisi, kubu Prabowo-Hatta lebih berimbang, dan lebih menempatkan sosok Hatta Radjasa untuk lebih aktif menjawab. Posisi tersebut tidak terlihat pada Jusuf Kalla yang lebih memposisikan dirinya sebagai sosok penanya yang aktif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
Dilihat dari Lead ―S ungguh Menarik Debat Capres Cawapres Tadi Malam,‖ kata-kata penekanan dalam lead seperti ― menarik:, ― berbobot‖ dan ― tegang‖ memberikan penekanan bahwa situasi dan penggambaran debat kandidat begitu hidup. Rakyat Merdeka dalam hal ini, mencoba memberikan penggambaran situasi emosional debat kandidat yang berlangsung yang kemudian ditegaskan dalam bentuk kata ― masyarakat indonesia disodori debat cukup berbobot‖. Lead tersebut menggiring pembaca untuk ikut masuk pada situasi
debat
kandidat.
Bahkan
Rakyat
Merdeka,berusaha
membuat
pembanding situasi debat kandidat pada pemilu 200945 dengan 2014 dengan kata-kata ― ini pertama kali masyarakat Indonesia disodori debat cukup berbobot setidaknya dibanding pilpres lalu. Tak sekedar dialog, atau pura-pura debat tetapi ada serangan dan tangkisan‖. Latar berita yang dibentuk lebih pada proses terjadinya debat kandidat calon presiden dan wakil presiden 2014. Di mana, diantara kedua pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Radjasa saling bergantian melemparkan jawaban dan sanggahan pada pasangan Jokowi Widodo dan Jusuf Kalla. Debat kandidat dipimpin langsung oleh Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM Zainal Arifin Mochtar memang berlangsung normal. Artinya, enam segmentasi dalam debat kandidat tersebut dengan tiga persoalan pokok pertama persoalan Hak Asasi Manusia (HAM), kedua Mahalnya biaya politik, ketiga Bhineka Tunggal Ika. 45
Tingkat partisipasi politik pada pemilihan presiden 2009 mengalami penurunan yaitu sebesar 70% jika dibandingkan dengan pemilhan tahun 1999 yang dengan presentasi pastisipasi pemilih mencapai 85%. William Liddle melihat partisipasi, Kuasa Rakyat,(Bandung: Mizan, 2011) hal, 443.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
Hanya saja dalam pemberitaan Rakyat Merdeka, berita tersebut banyak menonjolkan sisi karakter pribadi dalam situasi debat kandidat berlangsung. Misalnya, Prabowo Subianto yang tegas bersuara lantang dan lebih retorika dibandingkan
dengan
Jokowi
Widodo
yang
lebih
esensial
dalam
menyampaikan penjelasannya. Disamping itu, kedua wakil calon presiden pun Hatta Radjasa pasangan Prabowo Subianto digambarkan lebih tenang saat menanggapi persoalan dan Jusuf kalla pasangan Jokowi Widodo yang lebih diplomatis saat menejelaskan gagasannya. Hal ini dilihat dari kata ― terima kasih pak Hatta,‖ saat keterangan Jusuf Kalla diamini oleh Hatta Radjasa dalam suatu sesi mengenai topik biaya partai politik. b. Skrip Struktur skrip
susunan
penyajian berita memang cukup lengkap
dengan kaidah 5W+1H. Dalam berita ini unsur who: calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Radjasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla what: sesi pertama debat kandidat calon presiden dan wakil presiden where: Balai Sarbini Jakarta when: Tadi Malam (9/6) why: saling melemparkan pertanyaan dan sanggahan akibat kekurang mampuan dalam menjawab dari kedua pasang calon presiden Prabowo-Jokowi yang dibantu oleh calon wakil Presiden mereka masing-masing Hatta Radjasa sebagai calon wakil dari Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla sebagai calon wakil Jowo Widodo, how: calon wakil presiden juga sangat berperan. Tak sekedar pajangan, tetapi juga melengkapi menyelematkan capresnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Dari kaidah susunan 5W+1H berita Rakyat Merdeka berusaha menjelaskan sejelasnya mengenai alur debat kandidat yang berlangsung. Tidak ada upaya pembingkaian yang dilakukan pada berita. Hanya saja dalam menjelaskan how, penjelasan peran calon wakil presiden justeru tidak terlihat dominan keduanya. Tidak ada upaya penyelamatan serius atas capres saat menjelaskan maksud dalam lead pada bahasan masalah dalam sebuah topik yang dilempakan oleh moderator. c. Tematik Dalam berita ini setidaknya ada berapa tema yang bisa dibuat oleh seorang wartawan. (1) tema tentang kekurang mampuan calon presiden dalam menjelaskan gagasan dari topik yang disediakan dalam debat kandidat. (2) tema tentang calon wakil presiden lebih dominan dari pada calon wakil presiden dalam menjelaskan gagasan. (3) Jokowi- Kalla lebih baik dari pada Prabowo-Hatta dalam menjelaskan konsep berdemokrasi. Dalam berita ini Rakyat Merdeka lebih menggambarkan situasi dilapangan dengan melihat debat kandidat sangat sengit, dengan memakai kata ― tak sekedar pajangan, tetapi menyelamatkan capresnya‖. Rakyat Merdeka ingin menggambarkan bahwa dari masing-masing calon presiden sebenarnya masih terbatas kemampuan dalam menjelaskan apa target solusi dari permasalahan yang dilemparkan oleh moderator yaitu mengenai HAM, biaya politik mahal, serta Persoalan Bhinneka Tunggal Ika. Permberitaan dengan kalimat-kalimat berisi keterangan karakteristik mental salah satu calon oleh mereka dalam penyusunan berita masih belum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
berimbang. Misalnya, sosok Prabowo Subianto lebih ditegaskan sebagai sosok yang tegas dan meledak seperti dalam kalimat. “Sedangkan Prabowo gaya bicaranya tegas. Sempat meledakledak menjelang babak akhir, saat mendapat pertanyaan sangat tajam. Misalnya, saat ditohok pertanyaan soal pelanggaran HAM, intonasi dan suaranya mengeras. Beberapa pertanyaan yang sifatnya teknis,dijawab oleh Hatta Rajasa, yang lebih menguasai persoalan pemerintahan” Dari paragraf ini, hampir dalam pemberitaan ini kalimat yang dibubuhkan membentuk suatu penekanan bahwa persoalan pelanggaran HAM
46
misalnya dengan kata ― ditohok‖, akan cenderung meyakinkan
khalayak bahwa Prabowo Subianto dekat dengan tahun tentang pelanggaran HAM tersebut. Disamping itu memang, penjelasan pasangan Prabowo-Hatta lebih cenderung teknis tidak seperti Jokowi yang lebih esensial dalam menjawab. Kesan yang ditimbulkan pada khalayak akan lebih melihat Jokowi lebih mudah dicerna dari pada Prabowo yang susah ditangkap inti penjelasannya seperti tertoreh dalam kalimat. “Bahasa Prabowo soal demokras iagak mengawang-awang. Misalnya, dia menyebut demokrasi sebagai alat, untuk mencapai Indonesia yang kuat sejahtera. Dia menginginkan demokrasi yang produktif, bukan yang destruktif. Syarat penting terciptanya demokrasi adalah kepastian hukum, dan jaminan negara untuk memberi rasa aman pada rakyat”.
46
Penculikan dan penghilangan paksa bagi aktivis pro demokrasi oleh TNI korban sebanyak 23 orang.Dalampenyelesaiannya, Komnas HAM membentuk KPP dan hasilnya telah diserahkan ke Jaksa Agung, November 2006. Akan tetapi, Jaksa Agung menyatakan tidak akan melakukan penyidikan atas kasus ini karena belum ada pengadilan HAM Adhoc. Lihat Data Pelanggaran HAM Litbang KONTRAS 2014. Sebelum Indonesia dihantam krisis ekonomi parah. Di samping itu, dikarenakan ketidakpuasan menjelang pemilu keenam Orde Baru dengan didorongnya Soeharto untuk mundur oleh para mahasiswa. 13 maret empat mahasiswa ditembak di Universitas Trisakti, Jakarta, menyulut demonstrasi besar-besaran dan kerusuhan di Jakarta, Solo, Palembang, dan lainnya. Lihat, Elizaberth Fuller Collins, Indonesia Dikhianati, (Jakarta: Gramedia,2007) hal, 278.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
Penulisan mengenai keterangan Prabowo yang ― mengawang-awang‖ merupakan kata yang bisa berbentuk persangkaan, bisa jadi bukan kenyataannya. Pasalnya, penulisan tersebut memakai kata perkiraan ― agak‖ dengan dilengkapi penekanan kata perumpamaan ― misalnya‖. Harusnya penulisan mengenai pemberitaan yang menyangkut citra mestilah bukan persangkaan penulis. Di sisi lain, jika benar penyataan soal ketidak jelasan keterangan Prabowo semestinya juga diberikan keterangan dari seseorang mengenai kebenaran pernyataan tersebut. d. Retoris Rakyat Merdeka menulis berita dengan deskripsi pada peristiwa debat kandidat. Keterangan yang diambil dari sumbernya hanyalah beberapa percakapan tidak langsung saat calon kandidat menguraikan pendapat dan pandangannya. Hal ini sengaja dibuat untuk memberikan gambaran situasi secara jelas pada khalayak pembaca dengan tidak sama sekali meberikan pandangan khusus dari berbagai sumber diluar pernyataan calon kandidat. Penekanan yang dalam pada berita ini memakai pemilihan kata perumpaan untuk menunjukkan perilaku calon saat menunjukkan dirinya pada khalayak. Misalnya dalam kalimat berikut. “Dia menang karena gaya bicaranya kongkret dan langsung padaesensi. Basa-basinya hanya sekitar 30-an detik. Bandingkan dengan Prabowo, yang “bunga-bunga” pembukanya begitu panjang. Menghabiskan dua kali lipatnya Jokowi” Penonjolan bahasa ― bungan-bunga‖ setidak mempunyai makna tersendiri bahwa sosok Prabowo lebih suka mengeluarkan bahasa-bahasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
retorika untuk memancing publik yang mendengarkan penjelasannya. Namun, kata ― bunga-bunga‖ di sini bukanlah menunjukkan bahwa Prabowo Subianto positif melainkan negatif, yaitu ada pada kata ― pembukaanya begitu panjang. Mengahabiskan dua kali lipatnya Jokowi‖. Penggunaan kata ― bunga-bunga‖ sebenarnya bisa diganti kata pendahuluan atau pembukaanya. Dengan ini, maka pemaknaan pada kalimat ini tidak cenderung melihat sosok Prabowo sebagai seorang yang hanya pandai bicara. Dalam
berita
ini
tidak
dilengkapi
foto
untuk
menjelaskan
penggambaran situasi sebenarnya. Dengan hal ini, khalayak ditekankan untuk merasa dekat dengan situasi panasnya debat kandidat serta menggambarkan apa yang dituliskan oleh wartawan Rakyat Merdeka untuk sesuai dengan kejadian sebenarnya.
4.2.1.2. Analisis berita Tempo: Debat Perdana Capres Jokowi Ungguli Prabowo. Matriks 4.7 Identitas Berita Debat Kandidat Selasa, 10 Juni 2014 Judul Isi Berita
Sumber
Debat Perdana Capres Jokowi Ungguli Prabowo Jokowi ungguli Prabowo dalam debat kadidat berdasarkan klateria penilaian beberapa pengamat atas kualitas program, penguasaan masalah, dan gaya berkomunikasi Frans Hendra Winarta (Ahli Hukum), Ryaas Rasyid (mantan Menteri Negara Otonomi Daerah), Syamsudin Haris (Pengamat Politik LIPI), Joko Widodo (Calon Presiden), dan Prabowo Subianto (Calon Presiden).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Matriks 4.8 Frame Koran Tempo: Debat Perdana Capres Jokowi Ungguli Prabowo Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Penyataan narasumber dalam berita ini, ditekankan kepada kenyataan bahwa Jokowi benar lebih baik. Dalam penyusunan berita, dilakukan pengurutan narasumber. Hal ini untuk menunjukkan skala penting atau tidak. Di samping itu pemilihan narasumber dalam berita ini bukanlah dari ketentuan juri yang berhak menilai calon debat kandidat melainkan hasil dari seleksi seorang wartawan Koran Tempo. Penulisan berita ini menanggalkan unsur why untuk menjawab mengapa jokowi menang secara keseluruhan disatu sisi dalam berita ini Prabowo juga unggul dalam cara penyampaian atas Jokowi. Hal ini untuk menutupi adanya fakta lain tentang penilaian kedua calon kandidat. (1) Jokowi menang atas Prabowo dalam debat kandidat. (2) Jokowi berkualitas dalam program, Prabowo baik dalam berkomunikasi. Ada penonjolan kesan tertentu dalam pernyataan yang berbeda diantara kedua calon presiden. Hal ini untuk menguatkan sifat dan karakteristik, ini ditujukan guna memberikan cara pandang bagi masyarakat terhadap kedua pasangan calon presiden. Di samping itu, berita ini juga dilengkapi dengan foto dan tabel perolehan penilaian.
Skrip
Tematis Retoris
a. Sintaksis Headline yang dibuat oleh harian Tempo ― Debat Perdana Capres Jokowi Ungguli Prabowo‖ judul ini ditulis mengenai persoalan tingginya hasil penilaian calon presiden Jokowi atas Prabowo saat debat kandidat sesi pertama oleh para pengamat politik dan pakar. Penilaian itu diambil dari hasil penjelasan mengenai tema-tema penting nasional diantaranya pembangunan demokrasi, pemerintahan yang bersih, dan kepastian hukum. Lead yang disuguhkan dalam berita memberikan penekanan penting sesuai judul ― Secara Keseluruhan, Jokowi Menang‖. Jenis lead yang ditulis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
bukan jenis lead statement tetapi langsung disarikan dari isi berita bahwa penilaian Jokowi lebih tinggi dari pada Prabowo. Hal ini, memberikan gambaran penting pada pandangan masyarakat dalam menentukan pilihanya, bahwa kualitas Jokowi dalam berita lebih baik atas Prabowo. Latar dalam berita ini merupakan tanggapan-tanggapan penting dari sejumlah pengamat yang secara langsung memberikan pandangan khusus pada sesi debat kandidat pemilahan presiden ini. Penilaian yang dilakukan oleh para pengamat tersebut memberikan penilaian angka yaitu 66,5 point untuk Jokowi dan 64 point untuk Prabowo. Dari tanggapan pengamat, kecenderungan lebih mengarah pada Jokowi dari pada Prabowo. Hal ini ditunjukkan dari tanggapan ahli hukum Frans Hendra Winarta : “Jokowi menyampaikan substansi lebih bagus ketimbang Prabowo, misalnya ketika mengomentari ihwal Bhinneka Tunggal Ika. Adapaun Prabowo lebih unggul dalam cara menyampaikannya. Secara keseluruhan Jokowi unggul dalam debat ini” Pernyataan Syamsuddin Haris hampir sama dengan Frans Hendra Winarta yaitu Jokowi lebih baik dari pada Prabowo. Hanya Ryaas Rasyid yang berbeda pendapat atas Jokowi bahwa Jokowi hanya terbantu oleh Jusuf Kalla. Jika diamati berdasarkan kesesuaian tema-tema penting yaitu diantaranya pembangunan demokrasi, pemerintahan yang bersih, dan kepastian hukum, memang tema-tema ini sesuai dengan bidang yang digeluti pengamat Frans Hendra Winarta dan Syamsudin Haris dari pada Ryaas Rasyid yang hanya mantan pelaku politik yaitu sebagai Menteri Negara Otonomi Daerah bukan ― ahli‖ dan ― peneliti‖ yang dalam hal ini akan lebih kredibel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
Dalam penyusunan penulisan berita ini, Koran Tempo mengurutkan narasumber yang lebih berpandangan pro terhadap Jokowi terlebih dahulu misalnya dari Frans Hendra Winarta kemudian Syamsudi Haris. Kemudian Ryaas Rasyid diletakkan di narasumber ketiga . hal ini menunujukkan bahwa ada skala penting dan tidak penting, penyataan pertama dan kedua merupakan argumen penting yang dapat mempertegas berita tersebut. Sedangkan untuk narasumber paling belakang merupakan bagian dari pelengkap berita. a. Skrip Penyajian berita belum cukup lengkap sesuai dengan kaidah 5W+1H. Dalam beritan unsur what: Jokowi ungguli prabowo dalam debat kandidat pemilihan presiden pada sesi pertama. When: kemaren (9/6) where: Balai Sarbini Jakarta who: peneliti dan pakar serta kedua calon presiden how: Jokowi lebih substansial dari pada Prabowo yang lebih banyak mengulang gagasanya. Penulisan berita ini menanggalkan unsur why untuk menjawab mengapa jokowi menang secara keseluruhan disatu sisi dalam berita ini Prabowo juga unggul dalam cara penyampaian atas Jokowi misalnya dalam salah satu kalimat dalam berita ini: “sejumlah pakar menyimpulkan Jokowi lebih dianggap memiliki program yang berkualitas, sedangkan prabowo dinilai unggul dalam gaya berkomunikasi” Jika dalam lead sebelumnya terkesan ada kesimpulan kemenangan secara keseluruhan. Maka, berita ini tidak menghadirkan jawaban apapun mengenai kemenangan mutlak secara proporsional. Artinya, masih ditemukan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
keberimbangan penilaian dari beberapa pengamat bahwa Prabowo lebih baik dari pada Jokowi dalam soal berkomunikasi dibandingkan Jokowi. Hal ini akan memberikan asumsi pada khalayak pembaca bahwa apa yang digambarkan oleh harian Tempo telah final dan benar adanya sesuai dengan penulisan berita. b. Tematik Ada beberapa tema yang bisa dibuat oleh wartawan (1) Jokowi menang atas Prabowo dalam debat kandidat. (2) Jokowi berkualitas dalam program, Prabowo baik dalam berkomunikasi. Walaupun, wartawan dalam menuliskan berita ini lebih menekankan pada aspek kemenangan Jokowi atas Prabowo dalam debat kandidat. Permulaaan dalam berita ini ― secara keseluruhan, Jokowi menang‖ justeru telah menjadi kesimpulan. Hal ini, justeru tidak berkaitan dengan penekanan tersebut. Berita ini hanyalah pandangan dan pendapat. Kalimat tersebut justeru berbalikan dengan kalimat setelahnya. Pendapat dari beberapa narasumber dalam berita ini masih ditemukan pembeda. Misalnya, dalam pendapat Ryaas Rasyid saat memberikan pandangan bahwa ― Jokowi terbantu Kalla‖ justeru tidak diberikan keterangan oleh wartawan terkait penjelasan mengenai hal tersebut. Di samping itu, penaruhan kata ― adapun‖ sebelum menuliskan pendapat Ryaas Rasyid merupakan pembeda dari dua narasumber sebelumnya Frans Hendra Winarta dan Syamsudin Haris yang menilai Jokowi lebih baik dari Prabowo.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
Penekanan dalam tulisan ini mencoba menekankan bahwa Jokowi lebih berbobot dibandingkan Prabowo. Seperti ditemukan dalam penekanan ucapan Frans Hendra Winarta. Dalam pendapatnya, kedua calon presiden baik Prabowo maupun Jokowi sama unggul dalam klateria berbeda seperti apa yang disebutkannya. Namun, penekanan kutipan penulisan mengarah pada satu kenyataan lain ― secara keseluruhan Jokowi unggul dalam debat perdana ini‖. c. Retoris Harian Tempo meletakkan pernyataan Jokowi saat menutup debat kandidat lebih baik dari pernyataan Prabowo. Dalam berita tersebut Jokowi mengatakan: “kami akan dedikasikan hidup kami untuk rakyat. Pembanguan yang utama, kalau presiden nomor dua” Kata-kata diatas memang wajar digunakan dalam komunikasi politik, dengan menggunakan ― rakyat‖ sebagai instrumen inti pencalonan Jokowi dalam pemilahan umum presiden. Dalam hal ini tempo mencoba meyakinkan dari statement tersebut, bahwa Jokowi lebih egaliter dibandingan Prabowo dengan berusaha memajukan rakyat dan memposisikan jabatannya di sisi lain. Akan tetapi penulisan berita ini justeru tidak berimbang dengan penulisan pernyataan Prabowo yang terlihat tidak lebih baik dan masih menonjolkan sikap ketegasannya soal pencegahan kebocoran aset negara yang dinikmati warga asing : “ini akan jadi demokrasi perbaikan, bukan demokrasi wani piro, bukan demokrasi destruktif”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
Koran Tempo mencoba menggambarkan sosok Prabowo yang kurang mengerti tentang konsep demokrasi. Pada sisi lain, penulisan pernyataan Prabowo jauh dari sebuah kata penutupan seperti apa yang dinyatakan oleh Jokowi yang jelas dan merakyat. Dengan ini akan mempunyai penekanan kesimpulan yang berbeda bahwa Prabowo belum bisa menutup pernyataan dengan lugas dan jelas. Dalam berita ini dilengkapi dengan foto sketsa wajah dari kedua calon yang saling berhadapan. Disamping itu, juga disediakan tabel penilaian narasumber terhadap kedua pasangan calon untuk menunjukkan perolehan nilai yang diperoleh dari beberapa klateria yaitu penguasaan masalah, gaya komunikasi dan kualitas program kerja.
4.2.1.3. Perbandingan Frame Rakyat Merdeka dan Tempo, Selasa 10 Juni 2014. Elemen
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Frame
Jokowi Minta Bantuan JK Prabowo Minta Bantuan Hatta Berita merupakan deskripsi peristiwa debat kandidat. Dalam pemberitaan tersebut, hanyalah berisi dialog aktif antar calon kandidat mengenai beberapa persoalan dengan enam segmentasi yang secara berurutan dalam tidak sesuai tema berbeda yaitu HAM, Biaya Politik, dan Bhinneka Tunggal Ika dengan dipimpin
Debat Perdana Capres Jokowi Ungguli Prabowo.
Sintaksis
Penyataan narasumber dalam berita ini, ditekankan kepada kenyataan bahwa Jokowi benar lebih baik. Dalam penyusunan berita, dilakukan pengurutan narasumber, hal ini untuk menunjukkan skala penting atau tidak. Di samping itu pemilihan narasumber dalam berita ini bukanlah dari ketentuan juri yang berhak menilai calon debat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
Skrip
Tematis
Retoris
oleh Direktur Eksekutif Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) UGM Zainal Arifin Mochtar bertindak sebagai moderator sekaligus panelis. Dalam kandidat tersebut digambarkan kekurang mampuan calon presiden dalam mengutarakan pendapatnya. Unsur 5W+1H dituliskan secara lengkap, namun penekanan berita ini lebih pada unsur ― why― dalam 5W+1H tersebut. Bahasan mengenai mengapa para calon kandidat dari kedua pasang calon presiden PrabowoJokowi meminta bantuan dibantu oleh calon wakil Presiden mereka masingmasing Hatta Radjasa sebagai calon wakil dari Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla sebagai calon wakil Joko Widodo dalam menjelaskan gagasan terkait topik bahasan dalam debat kandidat tersebut. (1) tema tentang kekurang mampuan calon presiden dalam menjelaskan gagasan dari topik yang disediakan dalam debat kandidat. (2) tema tentang calon wakil presiden lebih dominan dari pada calon wakil presiden dalam menjelaskan gagasan. (3) Jokowi- Kalla lebih baik dari pada Prabowo-Hatta dalam menjelaskan konsep berdemokrasi. Tidak ada pemakaian label otoritas dalam meberikan keterangan sebagai pendukung gagasan atau pendapat, pemilihan kata untuk menguatkan kesan tertentu,
kandidat melainkan hasil dari seleksi seorang wartawan Koran Tempo.
Penulisan berita ini menanggalkan unsur why untuk menjawab mengapa bisa menang secara keseluruhan disatu sisi dalam berita ini Prabowo juga unggul dalam cara penyampaian atas Jokowi . hal ini untuk menutupi adanya fakta lain tentang penilaian kedua calon kandidat.
(1) Jokowi menang atas Prabowo dalam debat kandidat. (2) Jokowi berkualitas dalam program, Prabowo baik dalam berkomunikasi.
Ada penonjolan kesan tertentu dalam pernyataan yang berbeda diantara kedua calon presiden. Hal ini untuk menguatkan sifat dan karakteristik dengan ini ditujukan guna memberikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
dan juga berita ini tidak dilengkapi foto untuk memberikan kesan pada khalayak untuk lebih mendalami jalannya debat kandidat lewat berita yang deskripsikan.
cara pandang bagi masyarakat terhadap kedua pasangan calon presiden. Di samping itu berita ini juga dilengkapi dengan foto dan 84ias84 perolehan penilaian
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
4.2.2. Frame berita media Rakyat Merdeka dan Tempo pada tanggal Senin, 16 Juni 2014. 4.2.2.1. Analisis berita Rakyat Merdeka: Debat Capres Tanpa Cawapres Prabowo Kecapean Jokowi Intip Contekan.
Matriks 4.9 Identitas Berita Debat Kandidat Selasa, 16 Juni 2014 Judul Isi Berita Sumber
Debat Capres Tanpa Cawapres Prabowo Kecapean Jokowi Intip Contekan Debat kandidat adu gagasan Prabowo-Jokowi tentang citacita pembangunan kedepan. Calon Presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo.
Matriks 4.10 Frame Rakyat Merdeka: Debat Capres Tanpa Cawapres Prabowo Kecapean Jokowi Intip Contekan. Elemen Skematis
Skrip Tematis
Retoris
Strategi Penulisan Dalam berita ini masih ditemukan bentuk penekanan pada salah satu calon tertentu. Penulisanya menggunakan semi Feature untuk menggambarkan secara luas situasi dengan sedikit penekanan emosi seorang wartawan pada fenomena lewat tulisannya. Di sisi lainnya, penggambaran salah satu calon presiden sebagai sosok penyayang ditonjolkan dalam sebuah latar berita sebelum menjelaskan isi inti dari sebuah beritanya. Dalam berita ini tidak dijelaskan lokasi di mana debat kandidat pemilihan presiden dilangsungkan. Sehingga mengurangi kepastian peristiwa pada pembaca. (1) Calon presiden kurang mampu menyampaikan gagasanya tanpa ditemani pasangannya (2) Calon Presiden Prabowo tidak bisa menjelaskan mengenai pendidikan kesehatan gratis serta misi mengalirkan dana dari kota ke desa(3) Prabowo setuju dengan gagasan Jokowi terkait dengan ekonomi kreatif. Dalam berita ada sebuah usaha untuk menyusun pemaknaan tertentu dengan menambahkan sebuah pertanyaan dan penekanan tentu yang digunakan untuk memastikan dan meneguhkan. Berita ini tidak dilengkapi gambar dan grafik pendukung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
a. Sintaksis Rakyat Merdeka mengambil judul Headline ― Debat Capres Tanpa Cawapres Prabowo Kecapean Jokowi Intip Contekan‖ berita ini merupakan serangkaian berita dari debat kandidat pemilihan presiden putaran kedua. Dalam debat tersebut hanya mengikutsertakan calon presiden saja, sedang calon wakilnya tidak menyertainya. Dalam headline tidak ditemukan kata penekanan tententu pada unsur mengenai isi berita. Lead dalam berita ini lebih mengedepankan gambaran emosional para calon presiden dalam debat kandidat. Penggambaran tersebut memperlihatkan situasi bahwa tanpa calon wakil presiden, baik Prabowo dan Jokowi terlihat tidak menguasai sepenuhnya persoalan. Hal ini bisa saja Rakyat Medeka ingin memperlihatkan ada kekuarangan dari persiapan keduanya tentang masalah yang dijadikan materi debat kandidat ataupun dari ketidak siapan calon saat menghadapi debat kandidat sendirian. Latar berita ini merupakan peristiwa jalannya debat kandidat, jika dilihat dari permulaan judul memang terlihat berita ini menjurus netral. Tetapi dalam penulisan latarnya, penekanan pada suatu sisi terlihat. Di mana, penggambaran tingkah laku Prabowo dipandang
sebagai suatu ― kejadian
menarik‖ oleh media Rakyat Merdeka. Hal itu ditekankan bahkan sebelum menjelaskan inti pokok pemberitaan debat kandidat pemilihan presiden yaitu saat Prabowo memeluk Jokowi dan menyepakati pernyatan dan gagasan Jokowi tentang ekonomi kretatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
Di paragraf selanjutnya, Rakyat Merdeka mencoba memperlihatkan sosok Prabowo sebagai penyayang sekalipun pada mantan istri dan anaknya. Hal ini akan memberikan makna tersendiri pada khalayak pembaca. Walaupun gaya penulisan berita ini lebih semi feature, tetapi penempatan kisah prabowo lebih didahulukan dan hal itu tidak dilakukan pada penggambaran sosok Jokowi Widodo. Dalam teknik penulisan berita juga ditemukan bentuk penekanan penting saat penyebutan kandidat. Rakyat Merdeka menyebutkan nomor pasangan tidak dengan kata tetapi dengan angka “Bahkan, capres nomor1 itu mencontohkan anaknya, yang kini bergerak di industri kreatif dan berkiprah di luar negeri”, seharusnya penulisan itu memakai huruf ― satu‖ bukan angka ― 1‖ karena penjelasan pasangan merupakan urutan angka bukan tingkatan. Walaupun, penulisan bahasa dalam jurnalistik bisa disesuaikan dengan karakteristik medianya tentang penggunaan kata.
b. Skrip Penulisan berita ini masih belum lengkap dilihat dari unsur penulisan berita 5W+1H. What: calon presiden kewalahan saat debat kandidat tanpa ditemani pasangan cawapresnya when: tadi malam (15/6) Who: Calon Presiden Prabowo dan Jokowi why: kedua calon presiden kurang baik dalam menyampaikan dan menegaskan gagasan saat debat kandidat tanpa ditemani pasangannya how: para calon presiden seringkali mengulang pernyataan dan gagasannya. Dalam berita ini tidak ditemukan keterangan where.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Walaupun di awal pembukaan tidak langsung tertuju pada penjelasan inti mengenai point penting tentang judul berita ini. Namun hal ini merupakan bagian dari kesan situasi yang terjadi bahwa debat kandidat dalam sesi kedua ini penuh dengan rona emosi baik pada diri seorang calon maupun kepada para pendukungnya. Hilangnya keterangan tempat dalam berita mengurangi fakta yang ada tentang kejadian itu berlangsung sehingga membingungkan. Dalam berita ini hanya dijelaskan keterangan tempat di mana Prabowo saat menunda istirahat dan memilih menghampiri mantan istri dan anak pertamanya yaitu di Holding Room selebihnya keterangan mengenai tempat tidak ditemukan.
c. Tematik Tema yang dibuat oleh seorang wartawan (1) Calon presiden kurang mampu menyampaikan gagasanya tanpa ditemani pasangannya (2) Calon Presiden Prabowo tidak bisa menjelaskan mengenai pendidikan kesehatan gratis serta misi mengalirkan dana dari kota ke desa (3) Prabowo setuju dengan gagasan Jokowi terkait dengan ekonomi kreatif. Penulisan berita mencoba menggambarkan perihal apa saja yang terjadi dan dilakukan oleh kedua calon presidean. Akan tetapi, penyusunan dan hubungan antar paragraf terkadang tidak sinkron antar kalimat selajutnya. Misalnya saat Prabowo mengutarakan pendapat dalam misinya. “Beda dengan Jokowi, Prabowo justru akan membangun dari kota ke desa. Mengalirkan uang dari Ibu kota kedaerah. Dari mana sumbernya? Dia janji memberangus korupsi, memberantas pungli.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
Maka, akan ada uang sebesar 1000 triliun yang bisa diselamatkan. Dari situlah, uang akan dialirkan. “ Pada kalimat sebelumnya tidak ditemukan keterkaitan antara gagasan Prabowo dan Jokowi. Dalam paragraf berita ini keterangan perbedaan pendapat dengan Jokowi yang dimaksud oleh Rakyat Merdeka tidak ditemukan. Seharusnya ― beda‖ dalam permulaan kalimat dalam paragraf digantikan kata ― selanjutnya‖ hal ini cenderung menimbulkan nuansa penutupan fakta yang ada pada salah satu calon yaitu dari gagasan Jokowi. Penjelasan mengenai kekurangsiapan calon dalam menghadapi debat kandidat ini dijelaskan dalam sebuah paragraf. “Muka Prabowo kelihatan agak cape. Suaranya juga nyaris serak. Mungkin dia kebanyakan kampanye dari panggung ke panggung. Gaya kampanyenya memang orator. Dua pekan terakhir, dia keliling di Sumatera dan Jawa.” Hubungan kaliamat diatas merupakan kalimat sebab akibat. Penulis mencoba menjelaskan alasan kenapa Prabowo terlihat lelah menggunakan kata ― mungkin‖ dalam kalimat. Akan tetapi penggunaan kata-kata demikian justeru kurang pas. Hal ini, akan memberikan pengertian yang berbeda bahwa Prabowo justeru lebih memfokuskan pada kampanyenya dari pada debat kandidatnya pada sesi kedua ini. Seharusnya keterangan ― Mungkin dia kebanyakan kampanye dari panggungke panggung‖ tidak usah dituliskan karena kalimat ini hanyalah merupakan kalimat keterangan yang bisa benar atau tidak. Point penting dalam berita ini ditemukan dalam sebuah paragraf di mana jokowi dan prabowo saling mengulang ucapannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
“Di babak ketiga, suasana mulai agak bosan. Jokowi berulang kali mengulang program andalannya, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar. Hampir semua pertanyaan dibabak berikutnya, dijawab Jokowi dengan andalannya ini. Main kartu. Sedangkan Prabowo juga mengulang-ulang pernyataannya yang terkait kekayaan negara, uang, dan investasi besar-besaran. Prabowo sebut the bigpush strategy, yaitu tutup kebocoran, amankan kekayaan negara, lalu dapat uang tunai. Cash. Dan diinvestasikan untuk pendidikan dan kesehatan.” Sepintas kalimat diatas memang tidak memberikan gambaran lebih mengenai jalannya debat kandidat. Tetapi tambahan kalimat yang masuk diantara paragraf ini ― Hampir semua pertanyaan di babak berikutnya, dijawab Jokowi dengan andalannya ini. ― Main kartu‖ merupakan penegasan yang memperlihatkan kekurang konsistenan Jokowi dalam menjawab dan memaparkan gagasannya dengan unsur penekanan kata ― hampir semua‖ yang seharusnya sudah jelas dalam kaliamat sebelumnya. Penjelasan dalam paragraf ini tidak ditemukan saat menjelaskan Prabowo saat mengulangngulang penjelasanya apakah dia sesering Jokowi dalam mengutarakan pendapatnya soal ―ka rtu sakti‖ dan ― the bigpush strategy‖ miliknya Prabowo. Pada paragraf lain berita Rakyat Merdeka mencoba menitik beratkan pada salah satu perilaku tertentu dari salah satu calon. Pasalnya dalam hubungan antar paragraf yang disusun dalam berita ini tidak mempunyai keterkaitan penting, “Prabowo sempat menarik simpati disesi tanya jawab ini. Dia menyetujui ide Jokowi tentang perlunya perhatian pada industri ekonomi kreatif. Lahir dikalangan generasi muda, yaitu musik, animasi, seni pertunjukan, dan produk desain. “Bagaimana caranya agar ini bisa dibawa ke mancanegara,” kata Jokowi.” “Ide bagus. Saya sejalan dengan Joko Widodo. Maaf ya. Saya ngga ikutin nasihat tim saya,” katanya. Dia lalu maju dan merangkul Jokowi. Salaman. Penonton bertepuk tangan. “
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
Kalimat yang dihubungkan justeru sudah jelas. Hal itu, saat Prabowo sepakat pada gagasan Jokowi yang kemudian memeluk jokowi sebagai rasa hormat. Hal ini akan memunculkan pandangan bahwa Prabowo sosok yang mampu menerima dan bersahaja. Di sisi lain, berita ini akan memggiring pandangan tentang sosok Prabowo yang dikenal dengan tegas tetapi juga mempunyai sisi sikap sportif dan menghargai pendapat orang lain. d. Retoris Unsur retoris dalam berita ini ditemukan sejumlah penekanan dan peletakan kata-kata yang menimbulkan pemaknaan lain. Misalnya
dalam
lead. “Prabowo Subianto dan Joko Widodo berhadap-hadapan tadi malam, tanpa pendampingnya. Prabowo kelihatan diatas angin, tapi sempat tercekat saat mendapat pertanyaan Jokowi yang terlalu teknis. Sedangkan Jokowi tegang diawal, sampai-sampai membawa kertas contekan. Tapi, lumayan agak rileks menjelang akhir.” Dijumpai bentuk kata idiom ― diatas angin‖. Pemunculan kata ini yang dilekatkan pada perilaku sosok Prabowo akan mempersepsikan dengan gaya perkataan retoris tegas. Dia mampu melebihi kemampuan bahasa Jokowi yang lebih nada rendah apalagi debat sesi kedua ini tidak didampingi oleh calon wakil presiden. Hal itu, justeru menjadi keuntungan calon presiden Prabowo untuk menegaskan visi-misi nya. Di paragraf lain dalam berita ini juga terdapat beberapa kalimat yang berupaya untuk mengkonstruk isi berita misalnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
“Sedangkan Prabowo bicara dengan intonasi makin meninggi. Dia langsung ke pokok masalah. Banyak program indah, pendidikan dan kesehatan gratis, tapi dari mana uangnya?” “Beda dengan Jokowi, Prabowo justru akan membangun dari kota ke desa. Mengalirkan uang dari Ibu kota kedaerah. Dari mana sumbernya? Dia janji memberangus korupsi, memberantas pungli. Maka, akan ada uang sebesar1000 triliun yang bisa diselamatkan. Dari situlah, uang akan dialirkan.” Pertanyaan yang ada dalam paragraf bukanlah bagian asli dari pernyataan Prabowo melainkan pertanyaan itu muncul dari penulis berita ini. Hal ini bisa jadi mempunyai makna kurang mempercayai keterangan yang oleh Prabowo dijadikan kekuatan dari visi-misi nya bisa juga merupakan pertanyaan pengujian tentang visi-misi nya. Hal itu, akan mempertegas tentang gagasan yang berimplikasi mengukuhkan keyakinan tentang Prabowo bahwa gagasannya akan dapat terealisasikan atau dijadikan bahan koreksi oleh pembaca. Berita ini juga ingin mendudukkan sosok calon presiden dalam bentuk pertanyaan yang problematis yang ditekankan lewat bentuk kata tanya simple tetapi dijadikan point penting tentang debat kandidat ini. “Tentang utang? Jokowi yakin bisa diselesaikan bertahap. Melalui sistem elektronik. Intinya, kalau sistem berjalan baik, anggaran akan terpakai efisien, sehingga utang bisa dibayar.” Dari paragraf di atas tentunya penekanan dengan peletakkan simbol tanda tanya, penulis berusaha menguji bagaimana ketepatan jawaban Jokowi tentang hutang yang dirasakan menjadi persoalan membelit negeri ini47. Hal 47
Sampai tahun 2005, Koalisi Anti Utang (KAU) mencatat, total komitmen hutang luar negeri yang sudah dicairkan jumlahnya mencapai US$ 162,3 miliar (sekitar Rp1.600 triliun). Jumlah yang sangat besar bagi pembiayaan pembangunan di Indonesia. Jumlah itu cukup untuk mendirikan ribuan bangunan sekolah di seluruh Indonesia dan menggratiskan biaya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
ini, dihadirkan dengan sengaja guna menjadi penilaian bagi masyarakat tentang kinerja Jokowi dalam merealisasikan jika terpilih menjadi presiden. Penulisaan berita ini memang belum cukup memberikan informasi lebih, tentang beberapa istilah misalnya saat Jokowi bertanya pada Prabowo tentang istilah
DAK, DAU, dan TPID sehingga harus ditanyakan oleh
Prabowo kepada Jokowi. Kemudian berita ini dalam kasus tersebut menutup dengan kalimat singkat ― intinya itu urusan kepala daerah‖. Kesan singkat dalam kalimat ini mengartikan hal itu sangat sepele dan persoalan sederhana. Tetapi, dengan tidak menjelaskan penjabaran dati istilah di atas justeru akan menimbulkan pertayaan apakah jawaban Prabowo sudah tepat adanya. Inilah kemudian mengindikasikan ada point penting yang ditutupi. Dengan hal itu pembaca tidak akan mempedulikan penjelasan istilah tersebut dan melanjutkan ke paragraf selanjutnya yang masih dirangkaikan dengan keterangan menyangkut Jokowi. pendidikan.49 persen rakyat Indonesia hidup miskin dengan penghasilan di bawah 1 US dolar per hari. 9,43 juta orang masih menganggur. 11,7 juta anak indonesia di 33 provinsi putus sekolah. Perjanjian-perjanjian hutang juga menyebabkan perampasan kekayaan alam oleh asing. Saat ini 80 persen produksi migas nasional didominasi oleh perusahaan asing. 35 persen daratan Indonesia dikuasai 1.194 pemegang kuasa pertambangan, 341 kontrak karya pertambangan, dan 257 kontrak pertambangan batu bara. Sampai tahun 2007, sedikitnya 38,78 juta hektar hutan kita dikuasai korporasi pemegang HPH, sedikitnya 65 persen kayu hasil pembalakan hutan dijual kepada asing, dan dari sekitar 15 juta ton hasil sawit mentah, 57 persen dijual ke luar negeri. Kebutuhan dalam negeri yang hanya tiga juta ton tidak mampu dijamin pemenuhannya. Alhasil, selain dominasi modal asing dalam perekonomian nasional, 60 tahun pembangunan yang dibimbing hutang hanya menghasilkan 150 orang terkaya di Indonesia dengan jumlah kekayaan mencapai US$ 69 miliar (sekitar Rp690 triliun).Dalam ,”Artikel ― Empat Tahun Merdeka Enam Puluh Tahun Dijajah‖ (Koalisi Anti Utang, 2012). Awalil Rizky dan Nasyith Majidi mengatakan posisi utang pemerintah pusat menurut Nota Keuangan dan RAPBN 2008 adalah sebesar USD 145,05 miliar atau setara dengan sekitar 1.313,28 triliun rupiah per Juni 2007 (dikonversikan dengan kurs tanggal itu). Posisi itu naik menjadi menjadi USD 148.25 miliar (31 Desember 2007) dan USD 155.29 miliar (29 Februari 2008). Posisi ULN pemerintah terus mengalami peningkatan dari USD2,0 miliar pada tahun 1966 menjadi USD 53,8 miliar pada tahun 1997, USD68,9 miliar pada tahun 2003. Posisinya kemudian menjadi relatif stabil pada tiga tahun terakhir: USD 63,09 miliar (2005), USD 62,02 miliar (2006) dan USD 62,25 miliar (2007). Lihat, Awalil Rizky dan Nasyith Majidi, Utang Pemerintah Mencekik Rakyat, (Jakarta: E Publishing Company, 2008) hal,96-99.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
“Yang lumayan seru babak empat dan lima. Prabowo dan Jokowi adu gagasan. Ini untuk pertama kalinya di debat capres ada sesi seperti ini. Jokowi kadang terlihat nakal, karena memberi pertanyaan kelas mikro, yang mungkin cocok untuk debat calon gubernur, ke Prabowo. Misalnya, tentang DAK danDAU. Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum. Juga tentang TPID atau Tim Penanggulangan Inflasi Daerah. Prabowo bertanya balik apa ituTPID? Setelah dijelaskan, jawaban Prabowo cukup singkat. Intinya itu urusan kepala daerah.” “Jokowi mencuri poin soal dana 1 miliar per desa. Menurut Jokowi, itu adalah amanat konstitusi, sehingga siapapun yang jadi presiden, harus melaksanakan amanat itu. Jadi, misi visi anggaran1 miliar berasal dari UU bukan dari Bapak Prabowo?” tanya Jokowi. Tapi Prabowo tak kehilangan jawaban.“Saya tidak mempersoalkan berasal dari mana. Yang penting uangnya sampai ke rakyat di desa,” katanya.” Berita ini tidak dilengkapi dengan gambar petunjuk dan grafik dan hanya cukup dengan berita narasi deskripsi dengan bentuk penulisan semi feature.
4.2.2.2. Analisis berita Tempo: Prabowo Konseptual Jokowi Tonjolkan Bukti. Matriks 4.11 Identitas Berita Debat Kandidat Selasa, 16 Juni 2014 Judul Isi Berita Sumber
Prabowo Konseptual Jokowi Tonjolkan Bukti Pengamat dan pengguna Twitter menyatakan Jokowi lebih unggul Iwan Awaluddin Yusuf (Dosen komunikasi Universitas Islam Indonesia), Dede Mulkan (Dosen komunikasi Universitas Padjajaran), Heri Budiarto (Pengamat Politik Polcom Institute, Yose Rizal (ketua Political Wave) dan Mahfud MD (Timses Prabowo)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
Matriks 4.12 Frame Tempo: Prabowo Konseptual Jokowi Tonjolkan Bukti. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Ada bentuk penggiringan makna dalam berita ini, dengan melakukan penyusunan narasumber yang kontra pada salah satu calon Prabowo Subianto. Serta penekanan-penekanan lewat kata dan data yang diinformasikan guna menegaskan penilaian kepantasan salah satu presiden atas calon yang lain yaitu Jokowi atas Prabowo. Kelengkapan unsur berita 5W+1H masih kurang dari segi pertanyaan where dan why. Hal ini mengindikasikan berita dalam Koran Tempo minim kebenaran data dan memaksakan penekanan atas sebuah berita tanpa penjelasan utuh sesuai dengan kaidah penulisan. (1) pengguna Twitter lebih memilih Jokowi (2) Jokowi lebih berpengalaman dari pada Prabowo (3) gagasan Jokowi lebih optimis dibandingkan Prabowo. Ada penekanan lewat kata dan gambar yang mengarahkan pada satu calon tertentu. Misalnya, Jokowi lebih dikesankan tipikal pemimpin bervisi prestisius dan prabowo tidak.
Skrip
Tematis Retoris
a. Sintaksis Koran Tempo menuliskan judul ― Prabowo Konseptual Tonjolkan Bukti Penggunaan Twitter Menganggap Jokowi Lebih Unggul‖ pada sesi kedua debat kandidat pemilihan presiden 2014. Berita ini menghadirkan beberapa tanggapan dari para pengamat
dan sejumlah data dari sebuah
lembaga guna penguat isi berita. Lead yang diambil oleh Koran Tempo memang cukup tegas dan pendek ― Pengguna Twitter menganggap Jokowi lebih unggul‖. Penekanan ini memiliki beberapa hal penting yaitu tidak hanya hasil debat kandidat saja yang membuat calon presiden lebih baik dalam gagasan tetapi penggunan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
media sosial juga ― dijadikan‖ bahan ukuran penilaian pada masing-masing calon. Lead diatas jika disesuaikan secara logis berbeda dari maksud judul berita tentang debat kandidat. Ada usaha dari Koran Tempo untuk menekankan sesuatu untuk segera diyakini sebelum masuk dalam isi beritanya. Dengan kalimat pendek dan tegas hal ini menegaskan sesuatu yang sangat penting bahwa apa yang terjadi di dalam debat kandidat tidak sepenuhnya menjadi tolak ukur utama bagi para pemilih, masyarakat ditekankan juga menyimak perkembangan pendapat dalam jejaring sosial. Latar dalam berita menyajikan beberapa pandangan yang berbentuk pengklasifikasian dari penekanan kata-kata yang oleh penulis ― monitoring Tempo‖ dijadikan bahan ukur dengan disandingkan dari beberapa pendapat. ― calon presiden Prabowo Subianto dan Joko Widodo kemaren mengikuti debat soal ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan hasil monitoring Tempo, Prabowo 36 kali mengucapkan kata “ingin” dan “akan” serta 9 kali mengatakan “sudah”. Sedangkan Jokowi 38 kali berujar “akan” dan “ingin” serta 17 kali mengucapkan kata “telah” dan “sudah”. Penyajian data sejumlah hitungan angka data hasil penjelasan dan pengutaraan visi-misi calon presiden merupakan usaha konstruksi pikiran bahwa jumlah perbandingan menekankan bahwa Jokowi lebih baik dari pada Prabowo. Pengertian lain Jokowi lebih siap dari pada Prabowo dalam perealisasian misinya jika menang pemilihan presiden. Karena dari angka di atas mencoba meyakinkan optimisitis Jokowi lebih tinggi dan Prabowo rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Para pengamat yang dihadirkan dalam berita ini berasal dari para pakar dalam komunikasi. Walaupun beberapa orang yang berpendapat belum sepenuhnya dinilai mempunyai kapabilitas yang baik karena diantaranya masih berstatus dosen pengajar seperti Iwan Awaluddin Yusuf (dosen komunikasi Universitas Islam Indonesia), Dede Mulkan (dosen komunikasi Universitas Padjajaran). Hal ini memang tidak disalahkan, tetapi ada kecenderungan bahwa penunjukkan para pengamat bukanlah didasarkan pada tingkat proses pencapaian pengamat berdasarkan pengalamannya, tetapi untuk dimintai pendapat dengan pengambilan penyataan pentingnya saja yang mempunyai kesesuaian gagasan dengan Koran Tempo. Penyusunan narasumber dalam berita ini, disusun oleh penulis dari tanggapan para pengamat guna menegaskan ataupun meberikan penilaian. Salah satu contoh Heri Budianto dari Polcom Institute memberikan penegasan pada perkataan calon dalam pengguanaan kata ― sudah‖ dan ― telah‖ yang menurutnya bermakna optimistik dalam hal ini lebih banyak dilakukan oleh Jokowi, serta penggunaan kata ― akan‖ dan ― ingin‖ menunjukkan bahwa perealiasasian visi-misi seorang calon tidak akan gampang. Dalam hal ini, Heri Budianto memberikan frame bahwa sosok Prabowo Subianto ― kurang‖ dalam konsep dan minim pengamalaman. Kerangka dalam penyusunan berita ini memakai konsep piramida terbalik, hal ini guna menegaskan mana yang penting dan mana yang tidak. Setelah pengamat Heri Budiarto bependepat, penulis berita menempatkan Dedi Mulkhan yang sama-sama menilai akan keunggulan Jokowi atas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
Prabowo. Hal ini, sengaja dilakukan sebagai bagian dari proses meyakinkan khalayak. Dalam berita ini hanya sosok Mahfud MD yang merasa puas atas debat kandidat calon yang didukungnya Prabowo Subianto. Akan tetapi, pendapat dari Mahfud ditulis oleh wartawan tentang isi yang tidak substantif mengenai jalannya debat kandidat tetapi lebih mengenai kepuasaan jalannya debat bukan isi gagasan yang disampaikan oleh para calon. Selain itu letak penyusunan komentar dari Mahfud MD diletakkan diakhir. Hal ini sebagai bagian penegasan apa yang disampaikannya tidaklah penting dikarenakan pendukung Prabowo. Dengan itu, Prabowo tidak mendapat dukungan baik secara moril dan gagasan sebagai gagasan reflektif dari pada pendukungnya. b. Skrip Struktur penulisan ini ditulis berita tidak berdasarkan unsur 5W+1H. What: penggunaan Twitter lebih memilih Jokowi who: para pakar when: kemarin (15/6) how: Jokowi dinilai ungguli Prabowo. Koran Tempo tidak mencantumkan keterangan where dan why. Berita ini akan membingungkan pembaca untuk menentukan sumber berita (where) dan kebenaran berita (why). Penghilangan keterangan tempat bisa dimaksudkan karena berita ini tidak mengkhususkan mengenai kejadian bagaimana debat kandidat dilangsungkan, tetapi lebih memfokuskan pada analisis pasca debat kandidat berlangsung. Keterangan tempat dihilangkan bisa jadi merupakan proses pengalihan perhatian penting mengenai inti permasalahan yang terjadi dalam debat. Hal ini mengindikasikan bahwa perkara yang terjadi dalam debat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
tidaklah penting sehingga masyarakat butuh dijelaskan dari analisa pembanding. Tidak adanya keterangan mengenai pertanyaan mengapa dalam berita ini mengaburkan kebenaran berita ini tentang sesuatu itu bisa terjadi, tetapi berita ini lebih menegaskan bahwa rangkaian susunan berita ini lebih mengarahkan
tentang
persoalan
apa
dan
bagaimana
yang
justeru
kecenderungannya lebih mengarah kepada salah satu calon. Karena, jika berita ini menjelaskan tentang persolan mengapa, maka berita tidak punya penegasan yang bisa diterima tentang kenapa pengguna Twitter lebih memilih Jokowi dari pada Prabowo serta mengapa pemilihan kata menjadi dasar untuk penilaian kualitas. c. Tematis Ada beberapa tema yang bisa ditulis oleh seorang wartawan dalam berita ini (1) pengguna Twitter lebih memilih Jokowi (2) Jokowi lebih berpengalaman dari pada Prabowo (3) gagasan Jokowi lebih optimis dibandingkan Prabowo. Dalam berita ini dituliskan berdasarkan sudut pandang para pengamat bukan didasarkan kepada kenyataan penuh di saat debat kandidat berlangsung. Dalam sebuah paragraf awal setelah lead, berita ini tidak memperlihatkan kenetralannya dalam menuliskan berita dengan mengarahkan langsung kepada kecenderungan pada salah satu calon Jokowi. Bahkan paragraf pertama ditempatkan diawal sebelum memasuki inti pokok permaparan isi berita
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
mengindikasikan Jokowi jauh lebih unggul.Hal ini tidak sinkron dengan apa yang dituliskan di judul berita. Dalam sebuah penggalan kalimat, ada usaha dari penulis menempatkan pemaknaan citra tententu misalnya. “Dede menilai dalam debat kemarin ingin menunjukkan apa yang telah dilakukannya saat menjabat Wali Kota Solo dan Gubenur DKI Jakarta. “Artinya, Jokowi sudah membuktikan, “ kata Dede. Bedanya dengan “sudah” yang diucapkan oleh Prabowo, kata Dede, yang, menganalisis secara semiotik, belum menunjukkan rekam jejak atau yang telah dilakukannya.”kalau” dilihat dari konteksnya, kata “sudah” yang diucapkan Prabowo bermakna lain”. Dari paragraf diatas terdapat kata konstruksi koherensi pembeda antara Jokowi dan Prabowo saat menjelaskan gagasanya oleh penulis berdasarkan pendapat pengamat ― bedanya‖. Hal itu mengindikasikan apa yang dinyatakan oleh Prabowo tidak lebih dari sekedar sebuah retorika, karena acuannya didasarkan pada pencapaian kinerja dalam hal ini menempatkan Jokowi unggul karena berdasarkan pengalaman dalam tubuh birokrasi pemerintahan dibandingan dengan Prabowo. Diakhir paragraf penutup, ditemukan kata dalam kalimat yang berusaha menimpali pernyataan seolah-olah pernyataan dari Mahfud MD tentang kemenagan Prabowo dalam debat kandidat ― skor nya 5-1‖ dihubungkan dengan kata ― sedangkan‖ bahwa apa yang diutarakan oleh Mahfud MD tidak dapat dibenarkan dikarenakan waktu yang diberikan terlalu sedikit saat menjelaskan visi-misi, sehingga hal ini menjadi sebuah alasan di mana, Jokowi kehilangan point penting yang seharusnya disampaikan ― namun‖ terpotong oleh waktu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
d. Retoris Jika diamati mendalam, berita ini menonjolkan pemahaman lewat kata dan konstruksi dari pendapat pengamat yang justeru diletakkan oleh penulis Koran Tempo tidak berimbang. Misalnya, penulisan kata yang ditekankan ― ingin‖ dan ― akan‖ serta ― telah‖ dan ― sudah‖ menpunyai arti sesuatu yang pantas dan tidak pantas berdasarkan pencapaian. Dalam hal ini, Jokowi dipandang jauh lebih pantas berdasarkan jumlah penghitungan pengggunaan kata tersebut. Ada usaha konstruksi pemaknaan oleh penulis tentang superioritas ( Jokowi) atas emperioritas (Prabowo). Selain itu, ukuran pengalaman kerja yang disebutkan oleh pengamat ditekankan atas pengalaman Jokowi dan tidak pada Prabowo. Padahal, pengalaman yang dimaksud hanya dikhususkan oleh sudut pandang pengamat dan bukan didasarkan kepada pengalaman penuh secara keseluruhan calon. Yang mana, pada kenyataanya Prabowo Subianto juga pernah merasakan menjadi pemimpin yang dirasakan sukses yaitu saat memimpin Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI saat itu. Penekanan lainnya yang ditemui dalam berita ini adalah gambar headline. Di mana, gambar tersebut menampilkan sosok kedua calon presiden secara utuh berserta mimiknya. Namun, potret yang diambil mempunyai tanda berbeda. Pasalnya sosok Jokowi dengan tangan diacungkan ke atas hal ini mempunyai citra progress pencapaian yang akan direalirasikan jokowi atau memunculkan citra realistis optimis tentang gagasannya. Hal ini berbanding terbalik dengan pencitraan Prabowo dalam gambar yang ditampilkan, dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
mengepakkan tangan ke bawah mempunyai penekanan pribadi Prabowo apa adanya
dan berserah pada situasi yang ada. Dengan ini maka akan memunculkan kesimpulan Jokowi lebih prestisius mengenai kemantapan pencalonannya. Di samping itu, dalam gambar tersebut disebutkan beberapa kata kunci yang sering digunakan oleh kedua calon. Kata-kata Jokowi misalnya Ekonomi, Pasar, Pembangunan, Produk, Sistem, Kontrak, Produktifitas, Investasi, Industri, dan daya Saing. Di sisi lain, Prabowo lebih berpijak pada kata-kata Ekonomi, Kekayaan, Uang, Dana, Pemerintah, Juta, Triliun, Program, Investasi, dan Pembangunan. Kata-kata di atas mempunyai penekanan makna yaitu program dan target jokowi lebih beragam dari pada Prabowo. Jika diamati lebih mendalam, kata-kata Prabowo lebih menekankan pada persoalan angka dan target surplus ekonomi. Hal ini, mencitrakan Prabowo sosok yang masih berparadigma elite yang mengandalkan persoalan keuntungan. Berbeda dengan Jokowi yang lebih ditampilkan dengan kata yang lebih mengarah pada pembangunan dan penguatan kerjasama dan pasar. Hal itu akan dimengerti oleh pembaca Jokowi lebih
menekankan pada pengembangan mental dan masyarakat menegah ke bawah.
4.2.2.3. Perbandingan Frame Rakyat Merdeka dan Tempo, Senin 16 Juni Elemen
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Frame
Debat Capres Tanpa Cawapres Prabowo Kecapean Jokowi Intip Contekan. Dalam berita ini masih ditemukan bentuk penekanan pada salah satu calon tertentu.
Prabowo Konseptual Jokowi Tonjolkan Bukti.
Sintaksis
Ada bentuk penggiringan makna dalam berita ini, dengan melakukan penyusunan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
Skrip
Tematis
Retoris
Penulisannya mengunakan semi Feature untuk menggambarkan secara luas situasi dengan sedikiti penekanan emosi seorang wartawan pada fenomena lewat tulisannya. Di sisi lainnya, penggambaran salah satu calon presiden sebagai sosok penyayang ditonjolkan dalam sebuah latar berita sebelum menjelaskan isi inti dari sebuah beritanya. Dalam berita ini tidak dijelaskan lokasi di mana debat kandidat pemilihan presiden dilangsungkan. Sehingga mengurangi kepastian peristiwa pada pembaca.
(1) Calon presiden kurang mampu menyampaikan gagasanya tanpa ditemani pasangannya (2) Calon Presiden Prabowo tidak 103ias menjelaskan mengenai pendidikan kesehatan gratis serta misi mengalirkan dana dari kota ke desa (3) Prabowo setuju dengan gagasan Jokowi terkait dengan ekonomi kreatif. Dalam berita ada sebuah usaha untuk menyusun pemaknaan tertentu dengan menambahkan sebuah pertanyaan dan penekanan tentu yang digunakan untuk memastikan dan meeneguhkan. Berita ini tidak dilengkapi gambar dan garafik pendukung.
narasumber yang kontra pada salah satu calon Prabowo Subianto. Serta penekananpenekanan lewat kata dan data yang diinformasikan guna menegaskan penilaian kepantasan salah satu presiden atas calon yang lain. Yaitu Jokowi atas Prabowo
Kelengkapan unsur berita 5W+1H masih kurang dari segi pertanyaan Where dan Why. Hal ini mengindikasikan berita dalam Koran Tempo minim kebenaran data dan memaksakan penekanan atas sebuah berita tanpa penjelasan utuh sesuai dengan kaidah penulisan. (1) pengguna Twitter lebih memilih Jokowi (2) Jokowi lebih berpengalaman dari pada Prabowo (3) gagasan Jokowi lebih optimis dibandingkan Prabowo.
Ada penekanan lewat kata dan gambar yang mengarahkan pada satu calon tertentu. Misalnya, Jokowi lebih dikesankan tipikal pemimpin bervisi prestisius dan prabowo tidak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
4.2.3. Frame berita media Rakyat Merdeka dan Tempo pada tanggal Jumat, 20 Juni 2014. 4.2.3.1. Analisis berita Rakyat Merdeka: Buka Tabir Kasus Penculikan Wiranto Panaskan Kubu Prabowo. Matriks 4.13 Buka Tabir Kasus Penculikan Wiranto Panaskan Kubu Prabowo
Judul Isi Berita
Sumber
Merdeka: Buka Tabir Kasus Penculikan Wiranto Panaskan Kubu Prabowo Penjelasan terntang pemberhentian Prabowo dari kesatuan ABRI terkait keterlibatan dalam kasus 1998 oleh Wiranto dengan bantahan Fadly Zon. Wiranto (Mantan Panglima ABRI) dan Fadly Zon (Sekretaris Tim Pemenangan Prabowo).
Matriks 4.14 Frame Berita Rakyat Merdeka: Buka Tabir Kasus Penculikan Wiranto Panaskan Kubu Prabowo. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Ada bentuk upaya Rakyat Merdeka untuk mengarahkan pembaca mencermati setiap keterangan yang dilontarkan baik dari Wiranto dan Prabowo dalam mempertahankan dan mengambil sebuah kesimpulan atas kasus pemberhentian Prabowo diduga akibat telibat kasus penculikan aktivis 1998. Struktur penulisan memadai berdasarkan kaidah penulisan jurnalisme 5W+1H. (1) Prabowo terlibat dalam penculikan aktivis 1998 (2) wiranto dituduh lakukan kampanye hitam (2) penuduhan Prabowo oleh Wiranto tidak punya bukti kuat. Penekanan dengan kiasan dan penegasan lebih banyak menunjukkan pada pribadi Wiranto serta adanya bentuk penyeleksian kata untuk mengarahkan pembaca oleh Rakyat Merdeka pada penilaian sebuah wacana dari narasuber.
Skrip Tematis Retoris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
a. Sintaksis Rakyat Merdeka memberitakan konferensi pers Wiranto mantan Panglima Jnedral ABRI saat memberikan keterangan tentang sebab pemberhentian Prabowo dari keanggotaan TNI AD. Headline Rakyat Merdeka kemudian ditulis ― Merdeka: Buka Tabir Kasus Penculikan Wiranto Panaskan Kubu Prabowo”. Lead yang dibangun sebagai permulaan oleh Rakyat Merdeka
lebih
bermuatan
makna
penuh
emosi
dengan
kata-kata
perumpamaan. “Ibarat main kartu, Wiranto rupanya mengeluarkan kartu As. Kubu Prabowo pun panas. Kemarin, mantan Panglima ABRI ditahun 1998 itu, membuka tabir kasus penculikan. Fadli Zon, orang kepercayaan Prabowo menganggap Wiranto melakukan kampanye hitam. Dia berniat melapor ke Bawaslu dan Mabes Polri.” Penjelasan Rakyat Merdeka membangun persepsi dari dua aktor yang berbeda sikap yaitu Wiranto yang dalam berita dijadikan pokok permberitaan dikarenakan pernyataan pentingnya tentang keterkaitan Prabowo dengan penculikan aktivis yang dia jabarkan di muka umum dengan menunjukkan bukti-bukti yang dianggapnya jelas menguatkan bahwa Prabowo terlibat. Sementara itu di pihak lain, Fadly Zon dalam berita berupaya menampik apa yang disampaikan Wiranto yang menurutnya hanyalah tuduhan yang tak berdasar pada Prabowo. Pada latar, ada beberapa penegasan yang dibuat Rakyat Merdeka dalam penyusunan berita. Penegasan tersebut disandarkan pada peristiwa pasca debat kandidat tentang 10 pertanyaan yang belum terjawab sehingga pernyataan Wiranto merupakan upaya dirinya guna meluruskannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
Sayangnya, 10 pertanyaan yang dimaksud tidak jelas apa saja. Yang pasti, salah satu komponen yang
di maksud ialah masalah penculikan aktivis.
Namun, hal itu ditegaskan oleh Rakyat Merdeka bahwa keterangan Wiranto soal penjelasanya mengenai diberhentikannya Prabowo sebagai pelurusan masalah saja. ― Jika tak dijawab, spekulasi bisa berkembang liar dan simpang siur‖. Kutipan tersebut hanyalah pendapat wartawan semata yang beranggapan persoalan perlanggaran HAM di indonesia 1998 masih kabur. Dengan itu, ada dorongan wartawan dengan apa yang dilontarkan oleh Wiranto untuk dikoreksi kebenaran peristiwa. Apakah pelanggaran HAM benar atau tidak oleh pembaca langsung. Posisi Wiranto pada tahun 1998 saat demonstrasi mahasiswa berlangsung menolak Orde Baru48 berlangsung memang bisa dibilang cukup strategis sebagai mantan Menhankam/Panglima ABRI di tahun 1998-1999. Dengan itu, kapabilitas atas akses informasi yang dia sampaikan bisa dikatakan kemungkinan kredibel. Walaupun pernyataannya pada saat kampanye politik dinilai berbau politik. Salah satu kutipan Wiranto, dia berusaha tidak menghubung-hubungkan perkataan dirinya dengan kepentingan apapun serta tidak mau dikaitkan dengan suatu organ partai. “Jangan ditafsir kanapa yang saya sampaikan ini menyerang, mendiskreditkan, atau dalam rangka kampanye. Semata-mata ini untuk kebenaran dan meluruskan yang salah,” 48
Menurut Max Lane mengatakan pada 19 Mei 1998, puluhan ribu mahasiswa menduduki halaman MPRI/DPRI menyatakan bahwa mereka akan tetap berada di situ sampai ada Sidang MPRI untuk menurunkan Soeharto. Pada tanggal 20 Mei demonstrasi-demonstarasi yang sama mengikuti, Bandung mendaftar ratusan ribu; Ujun Pandang ratusan ribu, Yogyakarta lebih dari 500.000 massa. Pada 20 Mei hampir setiap orang terbuka meninggalkan Soeharto termasuk paramenteri kabinet dan ketua Golkar (partai pendukung Soeharto). Lihat, Max Lane, Bangsa Yang Belum Selesai, (Jakarta: Reform Institute, 2007) hal, 192.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
107
Perkataan Wiranto memang ada skema untuk berkilah ― Jangan ditafsirkan―dari status dirinya sebagai anggota partai dan terlihat netral. Rakyat Merdeka memberikan penjelasan tegas pada permulaan kutipan ini dengan memperjelasnya terkait status Wiranto sebagai Ketua Umum Partai Hanura yang merupakan bagian koalisi partai pendukung Jokowi-JK. Penjelasan Rakyat Merdeka tentang unsur status Wiranto saat menjelaskan sebuah perkara adalah upaya untuk mengkonstruksi pikiran pembaca untuk mengukur apakah pernyataan Wiranto benar tulus meluruskan masalah atau terdorong untuk menjatuhkan citra Prabowo dalam pemilihan presiden. Wiranto menunjukkan alat bukti yang menurutnya menjustifikasikan akan kebenaran bahwa Prabowo benar diberhentikan dari ABRI saat itu. Dia menggunakan berita dari media massa nasional koran Kompas yang mengambil judul pemberitaan ― Langkah Penculikan Aktivis: Itu Analisis Prabowo‖ Juga ― judul berita Kompas lain: Prabowo, Muchdi, Chairawan Diperiksa‖. “Untuk wartawan yang dulu masih berusia lima tahun mungkin belum tahu.Tapi, ini Kompas buktinya,” Pernyataan di atas merupakan penegasan Wiranto dengan alat bukti yang dibawanya. Tetapi pengambilan kutipan oleh Rakyat Merdeka bisa mengartikan pernyataaan Wiranto cukup kuat menegaskan bukti-buktinya. Hal ini dengan ada bentuk penekanan kata ― ini Kompas buktinya‖. Maksud Wiranto menjadi bukti bahwa proses pengusutan kasus penculikan berjalan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
108
dengan transparan dan diketahui publik dengan berdasarkan data publikasi koran Kompas tersebut. Di sisi lain, Wiranto menegaskan apa yang di utarakannya mengenai penilaian terkait permberhentian Prabowo diserahkan langsung kepada masyarakat. Tetapi Rakyat Merdeka lebih terperinci menyebutkan alasanalasan soal jenis sebab pemecatan. “Tentang pemberhentian Prabowodari jabatan militer, Wiranto tidak ingin terjebak dalam istilah tidak hormat atau terhormat. Namun, dia bilang, seorang militer diberhentikan dengan hormat, karena sejumlah alasan. Yaitu, habis masa dinasnya, cacat akibat operasi sehingga tidak bisa melanjutkan tugas, atau karena permintaan sendiri.” Alasan ini mengindikasikan Rakyat Merdeka menerangkan soal beberapa perbedaan pemecatan-pemecatan yang mungkin terjadi. Ini merupakan konstruksi berpikir bagi pembaca Rakyat Merdeka dengan kesesuaian pemecatan yang dilontarkan Wiranto. Akan tetapi, hal ini justeru akan menimbulkan pelemahan pada pernyataan Wiranto. Karena antara kutipan dan penjabaran keterangan Wiranto oleh penulis berita tidaklah sama. Pernyataan Wiranto dikomentari oleh Fadly Zon sebagai sebuah kampanye hitam. Bahwa Rakyat Merdeka menuliskannya dengan kata ― kepanikan‖ Wiranto. Di karenakan, elektabilitas Jokowi terususul oleh Prabowo berdasarkan hasil Survei dalam pernyataan Fadly Zon. “Karena elektabilitas mereka sudah tersusul. Makanya mereka melakukan tindakan-tindakan yang konyol dan melontarkan isu-isu lama yang didaur ulang,” Ucapan Fadly Zon memang menohok bahkan menjatuhkan. Kalimat ― melontarkan isu-isulama yang didaur ulang,‖ tidak hanya bermakna untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
109
menolak pernyataan Wiranto pada Prabowo tetapi juga berpotensi mematahkan bukti yang dilayangkan Wiranto.
Pernyataan Fadly Zon
didasarkan bahwa Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang dimaksudkan Wiranto sebagai lembaga yang telah memberhentikan Prabowo secara tidak Hormat adalah proses, sedangkan hasil finalnya adalah Keppres. Dalam Keppres 62/ABRI/1998 jelas disebutkan bahwa Prabowo diberhentikan secara hormat. Sayangnya, sebelum masuk pada pernyataan tersebut Rakyat Merdeka menyusunnya dengan sebuah pernyataan yang mengindikasikan Rakyat Merdeka melegitimasi suatu bentuk keyakinan yang dinilainya cocok namun bertentangan dengan pernyataan Wiranto sebelumnya. Di mana Wiranto menyatakan ada keterlibatan Prabowo dalam kasus penculikan aktivis yang bertentangan dengan HAM yang kemudian menyebabkannya di pecat. “Keppres Presiden ini juga beredar dijejaring media sosial. Di situ memang tertulis, Prabowo diberhentikan dengan hormat, dan dengan hak pensiun perwira tinggi.” Seharusnya Rakyat Merdeka tidak mengunakan bentuk kalimat demikian. Karena itu mempunyai kecenderungan untuk menolak pernyataan satu atau menerima yang lainnya. b. Skrip Struktur skrip
susunan
penyajian berita memang cukup lengkap
dengan kaidah 5W+1H. Dalam berita ini unsur what: Isu penculikan aktivis 1998 panaskan suasana pemilihan presiden who: Wiranto where: Jalan HOS Cokroaminoto 55-57 when: Kemarin(19/6) why: Prabowo Terlibat dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
110
penculikan aktivis 1998
how: kubu calon presiden Prabowo menolak
pernyataan Wiarnto. Dalam berita ini diceritakan dengan runut proses pemberhentian hingga keterlibatan Prabowo. c. Tematis Ada beberapa tema yang bisa tuliskan dalam berita ini (1) Prabowo terlibat dalam penculikan aktivis 1998 (2) wiranto dituduh lakukan kampanye hitam (2) penuduhan Prabowo oleh Wiranto tidak punya bukti kuat. Penulisan berita berusaha memaparkan semua tema, walaupun penekanannya lebih dari pada persoalan keterlibatan Prabowo dalam penculikan aktivis. Memang dalam berita ini masih ditemukan kalimat yang terputus dengan kalimat lainnya. “Soal penculikan, Wiranto menceritakan cukup detail. Kejadiannya pada media Desember 1997 sampai Maret 1998. Ketika itu terjadi, Panglima ABRI-nya dipegang Jenderal Feisal Tanjung. Tapi, saat pengusutan, Panglima ABRI sudah dijabat Jenderal Wiranto.” “Selama sejam lamanya, Wiranto bicara di podium sendirian. Di belakangnya ada sejumlah orang berkemeja putih berdiri. Mereka tak begitu dikenal publik.” Kalimat pertama diatas ingin menjelaskan sidak perkara berdasarkan urutan kejadian sebelum peristiwa 1998 dan hilangnya aktivis. Jendral Faisal Tanjung mengetahui peristiwa saat itu. Karena ia menjabat sebagai panglima ABRI tetapi justeru pengusutan kasus dilakukan pada masa Wiranto. Sepintas urutan peristiwa yang dinyatakan Wirato sangat sederhana tanpa memberikan informasi mengenai pengusutan dan kejelasan siapa pelaku sebanarnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
111
Bahkan, setelah reformasi pemberitaan tentang pelaku yang terkait dengan penghilangan aktivis sebenarnya tidak tuntas. Posisi kalimat kedua justeru ditampilkan berbeda pokok isinya. Kalimat kedua lebih menggabarkan tingkah lalu Wiranto saat berusaha mengungkapkan soal pemberhentian Prabowo. Hal ini mengindikasikan bahwa, kekurangan penjelas dan terkesan memalingkan perhatian. Sehingga Wiranto terlihat tidak mampu menjelaskan ceritanya sampai selesai tentang bagaimana peristiwa diurutkan dengan benar. Fadly Zon menyebut surat dari DKP yang dijadikan alat penguat terhadap pemecatan Prabowo ditantangnya dengan sebagai bagian dari kampanye hitam. “Fadli menyebut, DKP adalah proses, sedangkan hasil finalnya adalah Keppres. Dalam Keppres 62/ABRI/1998 jelas disebutkan bahwa Prabowo diberhentikan secara hormat. Bahkan, jasa jasanya diakui. “Jadi, Pak Prabowo itu pensiun dini, bukan dipecat,” ucapnya” Rakyat Merdeka mengungkapkan sebuah perbedaan. Fadly Zon mengungkap fungsi pelaporan pada DKP dengan Keputusan Presiden (Keppres) berbeda. Menurutnya, DKP tidaklah sesuai jika dijadikan alat bukti dasar pemberhentian tidak hormat pada Prabowo. Dia menegaskan bahwa Keppres 62/ABRI/1998 hanyalah yang bisa dijadikan rujukan. Sedangkan isinya bertolak belakang bahwa apa yang dinyatakan oleh Wiranto berbeda dengan pernyataan Fadly Zon. Dia menegaskan surat keputusan itu pemberhentian terhormat. d. Retoris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
112
Rakyat Merdeka menuliskan dengan pemilihan kata-kata dengan kata kiasan untuk mengggambarkan situasi yang terjadi, kata pelengkap yang dijadikan pelengkap atau penegas. Kata ― kartu as‖ menggatikan ganjalan yang menghambat. Dalam hal ini ditujukan langsung pada Prabowo. Dengan pembeberan keterlibatanya dalam peristiwa penculikan aktivis 1998, secara otomatis elektabiltasnya akan menurun. Kata dalam headline misalnya ― tabir‖ mengundang persepsi sesuatu yang disembunyikan. Artinya dengan pengungkapan Wiranto, maka, kasus yang masih dianggap membingungkan soal siapa pelaku dalam peritiwa 1998 bisa terungkap. Hal ini oleh Rakyat Merdeka, dituliskan menambah kesan pada pemberitaan agar lebih menarik pada pembaca tetapi sekaligus mengundang tanda tanya. Apakah berita ini benar mengungkapkan kebenaran tentang sesuatu. Lain kata lain makna, pada saat melukiskan tentang isi permbicaraan Wiranto, Rakyat Merdeka menggunakan kata perumpamaan ― panas isi pembicara‖. Muatan penjabaran data dan kesimpulan Wiranto yang diambil adalah makna yang coba disetarakan yang menambah suasana ― panas suhu ruangan‖. Kata ― dibanjiri keringat‖ ialah tidak hanya perwakilan dari suasana yang pengap tetapi bisa bermakna tegang. Kata ― keras‖ dalam paragraf sembilang (9) menunjukkan penegasan pada Prabowo. Dalam hal ini, mempunyai arti melanggar berat dengan kepanjangan makna bahwa Prabowo itu dipecat tidak hormat dengan penegas ― ditandatangani oleh 5 jenderal bintang 4, dan 1 jenderal bintang 4‖. Pada paragraf selanjutnya, Rakyat Merdeka menggunakan kata ― kiasan‖ untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
113
menyebutkan penjelasan Wiranto. Kisah di sini diartikan urutan dalam keterangan,
pembuktian
serta
kesimpulan.
Tetapi,
tidak
menutup
kemungkinan kata ― kisah‖ hal itu juga berarti cetita yang belum mempunyai kejelasan dan pembuktian valid atas perkara yang diwacanakan oleh Wiranto. Kata ini bisa diganti ― keterangan‖ dengan ini akan terlihat tidak mengkerdilkan satu pihak.
4.2.3.2. Analisis Berita Tempo: Wiranto Sudutkan Prabowo. Matriks 4.15 Analisis Berita Tempo: Wiranto Sudutkan Prabowo Judul Isi Berita Sumber
Wiranto Sudutkan Prabowo Pembeberan penyebab pemecatan Prabowo Subianto dari TNI oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Jendral (Purn) Wiranto, Mayor Jendral Fuad Basya (Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI), dan Johanes Suryo Prabowo (ketua tim pemenangan Prabowo). Matriks 4.16
Frame Berita Koran Tempo: Wiranto Sudutkan Prabowo. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Penyusunan berita Koran Tempo lebih pada pernyataan subjektifis Wiranto tanpa memberikan kesimbangan berita Wacht Dog pada Prabowo sebagai sosok tertuduh dalam sebuah pelanggaran kasus untuk memberikan keterangan. Hal tersebut, ditunjukkan guna mempengaruhi khalayak dengan gambaran citra tertentu pada salah satu calon presiden. Penulisan berita berdasarkan unsur 5W+1H cukup lengkap. Walaupun penjelasan mengenai pernyataan why data yang disajikan satu unsur dan tidak menyebutkan keterangan lain. Keterangan itu hanya disesuaikan pada perkara tertentu mengenai sebuah pelanggaran HAM prabowo saat menjadi anggota TNI AD. Dengan itu ada usaha untuk meyakinkan sebuah kasus itu benar-benar dilakukan, walaupun dalam beberapa hal, isi berita ini tidak begitu menjelaskan perilaku
Skrip
http://digilib.mercubuana.ac.id/
114
pelanggaran HAM yang dimaksud itubagaimana dilakukan. (1) Prabowo dipecat tidak hormat atas pelanggaran HAM dari TNI AD (2) Wiranto tidak mempunyai dasar atas tuduhan pemecatan TNI AD kepada Prabowo.
Tematis
Retoris
Ada penyeleksian kata untuk mewakili pengertian tertentu dengan menggiring kepada pengertian yang memaknakan Sterotype pada calon tertentu. Berita ini juga dilengkapi dengan gambar disesuaikan dengan judul berita.
a. Sintaksis Judul berita ini Wiranto Sudutkan Prabowo tidak lain merupakan kesaksian pribadi Jendral (Purn) Wiranto terkait dipecatnya Prabowo Subianto dari kesatuan TNI yang saat itu menjabat Panglima Komando Cadangan Stategis TNI Angkatan Darat dengan pangkat terakhir sebagai letnan jendral. Lead berita merupakan statement ― DKP dibentuk oleh Wiranto Untuk Membunuh Karakter Prabowo‖, pernyataan ini diambil dari Johanes Suryo Prabowo (adik kandung Prabowo) selaku ketua tim pemenangan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa di pemilihan presiden 2014. Kata tersebut ditekankan sebagai respon pada pernyataan Wiranto tentang Prabowo yang dipecat tidak hormat dengan berbagai tuduhan seperti yang ditampilkan dalam berita ini. Latar berita Koran Tempo lebih menampilkan sosok Wiranto dominan. Hal itu dilihat dari banyaknya keterangannya mengenai kasus Prabowo tanpa diimbangi dengan penjelasan yang memberikan keterangan berimbang Wacth Dog. Dari judul berita ini memang dilihat berisi makna tuduhan oleh Wiranto atas Prabowo, maka seharusnya Prabowo juga memberikan keterangan mengenai apa yang dinyatakan oleh Wiranto. Dengan itu, kepastian akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
115
kebenaran berita dan kewajiban media untuk netral tidak menjurus pada satu kenyataan yang belum bisa dibuktikan kebenarannya, karena kalau diperhatikan sepintas pernyataan Wiranto sangat subjektif berbicara sebagai seorang diri bukan suatu badan institusi tententu. Apa lagi, kedudukannya bukan lagi sebagai anggota TNI AD tetapi Purnawirawan. Ada bentuk frame oleh Koran Tempo tentang isi pada sudut pandang tertentu. Misalnya, dalam paragraf pertama, berita ini benar menampilkan sosok Prabowo tidak hanya sebagai mantan TNI AD, tetapi juga sebagai aktor politik dari partai tententu sekaligus memberikan penekanan sebagai calon presiden. jika dilihat secara logika sederhana, pemecatan Prabowo sebagai aparat (jika benar adanya), maka tidak lurus dengan menampilkan pengertian Prabowo sebagai calon Presiden. Serta ini mencoba menampilkan ciri kasus yang berbeda dalam satu wadah dengan upaya mencarikan titik temu kesesuaian atas pemecatan Prabowo dengan sejumlah pelanggaran kasus yang dinyatakan Wiranto terhadap citra Prabowo dalam pencalonannya sebagai presiden. Pernyataan Johanes Suryo Prabowo sebagai respon atas pernyataan Wiranto, dipilih sebagai pengganti oleh Koran Tempo sebagai sosok yang dapat mewakili kubu Prabowo. hal ini memang tidak disalahkan sebagai bagian dari penulisan berita tetapi dari sudut pandang etika jurnalisme, pemberitaan
ini
tetap
menimbulkan
tuduhan
sengaja
karena
yang
bersangkutan langsung tidak memberikan keterangan. Di sisi lain, tuduhan kasus itu sangat pribadi antara pelanggaran HAM dan Prabowo bukan politik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
116
Objektifitas Koran Tempo masih kekurangan dari sisi fokus berita yang diambil. Koran Tempo memberikan keterangan tentang latar belakang politik Wiranto, saat memberikan pernyataan tentang kasus pelanggaran Prabowo, Wiranto sebagai pendukung Joko Widodo pada pemilihan presiden bersama Jendral Subagyo Hadi Siswoyo (salah satu anggota DKP). dengan itu, Koran Tempo seolah memberikan keyakinan pada khalayak bahwa perilaku Prabowo dalam kasusnya, bertentangan kewajiban TNI Sapta Marga49 tentang menjaga dan mengamankan negara dan masyarakat (kasus 1998). Sehingga, para jendral (Wiranto dan Subagyo) memilih untuk mendukung Jokowi.
b. Skrip Berdasarkan kelengkapan unsur penulisan berita 5W+1H, komponen di dalamnya sudah lengkap yaitu what: Pembeberan fakta oleh Wiranto mengenai alasan Prabowo diberhentikan dari TNI AD who: Dewan Kehormatan Perwira (DKP) where: Jakarta
when: Kemarin (19/6) why:
melakukan pelanggran berat terkait hak asasi, penyalahgunaan wewenang, dan pelanggaran prosedur how: ada penekanan pada upaya untuk penyelidikan ulang kasus 1998 karena tidak hanya menyangkut tentara tapi juga sipil. Pembaca tidak akan kesulitan menangkap isi berita berdasarkan sutruktur penulisan dikarenakan sudah runut dan jelas. Hanya saja, mengenai pertanyaan why. Penyebab berita ini dutulis dari tiga hal yang disebutkan 49
Sapta Marga merupakan kode etik yang dijadikan pegangan falsafah dalam keperwiraan tubuh TNI yang salah satu point menjaga keamanan dan mengabdi terhadap kemaslahatan masyarakat Indonesia.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
117
sebagai penyebab. Namun, hanya satu saja ditekankan yaitu persoalan pelanggaran HAM mengenai penculikan aktifis 50 . Pada kasus lain yang dituduhkan seperti penyalahgunaan wewenang dam pelanggran prosedur tidak begitu jelas diletakkan unsur-unsurnya. Hal ini, mengindikasi bahwa perkara penculikan aktifis memang dicoba begitu didekatkan oleh Koran Tempo kepada Prabowo sebagai pelaku. Upaya penegasan ini sangat bertentangan dengan keharusan media dalam melakukan praduga tak bersalah yaitu dengan mamastikan kelengkapan data kepastian data sebelum melakukan justifikasi terhadap realita yang ditemukan sebelum pemberitaan disebarluaskan. Apa lagi judul berita hanya ungkapan tuduhan bukan penghakiman langsung. Mengenai DKP yang dinyatakan berwenang mengeluarkan surat keputusan pemecatan seperti dilayangkan kepada Prabowo Subianto kala menjabat Panglima Komando Cadangan Stategis TNI Angakatan Darat kala itu yang dinyatakan terlibat dalam penculikan aktifis. Hanya saja, keterangan soal Prabowo dalam keterlibatannya tidak dijelaskan secara rinci apakah sebagai pelaku inti atau hanya bawahan diinstruksikan dalam sebuah tugas militer. Keterangan Wiranto ― soal diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat, terserah kesimpulan masyarakat sesuai dengan sebab-sebab pemberhentiannya itu‖. dari sini, Koran Tempo seharusnya tidak memberikan
50
Penculikan aktivis 1998 silam bertentangan dengan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM). Pada pasal 3 yaitu Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai induvidu. Dalam Pasal 9 juga ditegaskan bahwa Tidak seorangpun boleh ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang.Lihat Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
118
penekanan diawal jika penjelasan tidak menerangkan kepastian
yang
sebetulnya masih meragukan. c. Tematik Ada beberapa tema yang bisa dituliskan oleh wartawan (1) Prabowo dipecat tidak hormat atas pelanggaran HAM dari TNI AD (2) Wiranto tidak mempunyai dasar atas tuduhan pemecatan TNI AD kepada Prabowo. Penulisan
berita ini berbentuk sudut pandang seorang Wiranto
mengenai keterlibatan Prabowo dalam kasus pelanggaran HAM sehingga dia ― dipecat‖ dari TNI AD. Dalam sebuah permulaan paragraf awal berita ini ditulis: “Mantan Panglima Angkata Bersenjata Repulik Indonesia (Purnawirawan) Wiranto, Akhirnya membeberkan latar belakang pemberentian Prabowo Subianto—calon presiden dari Partai Gerindra—ABRI. Saat dipecat pada 20 November 1998, Prabowo menjabat Panglima Komando Angkatan Darat dengan pangkat letnan jendral” Paragraf diatas dibedakan dengan kata-kata petunjuk
untuk
membedakan pengertian antar kalimat. Pertama, saat menyebutkan Prabowo Subianto sebagai bagian dari Partai dan calon presiden, pengeluaran Prabowo dari TNI AD memakai ― diberhentikan‖. Dengan maksud tidak langsung menghunus kepada semua sisi kehidupan politik Prabowo Subianto. Kedua, saat bertepatan dengan tanggal 20 November 1998 yang merupakan tanggal di mana Prabowo benar-benar dikeluarkan dari keanggotaan TNI AD, wartawan Koran Tempo menuliskannya dengan
kata ― dipecat‖. Kata dipecat
berkonotasi negatif ― tidak hormat‖, atau ― tidak patuh‖ dikeluarkan secara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
119
tidak pantas. Yang pastinya akan merugikan pribadi Prabowo sendiri. Sebaiknya, kata dipecat dihilangkan dengan diganti ― diberhentikan‖ dengan ini akan sedikit muncul penilaian yang tidak subjektif sepihak. Dalam beberapa penggalan kalimat dalam sebuah paragraf sering terputus antara keterangan dan penegasan pernyataan dengan dialihkan kepada konteks yang lain misalnya: “Wiranto juga menyatakan beredarnya surat itu bukan kebocoran, karena dokumen itu bukan rahasia negara. Alasannya, kata Wiranto, kasus yang diperiksa 1998 itu tak hanya menyangkut tentara tapi juga masyarakt sipil” Saat berita ini, Wiranto memberikan keterangan mengenai status surat pemecatan
tersebut
― karena
itu
bukan
rahasia
negara‖
seharusnya
ditambahkan bagaimana sebenarnya kedudukan surat itu. hal ini kemudian ditimpali penjelasan
mengenai alasan kebocoran yang tidak berkorelasi
langsung dengan kalimat sebelumnya. Ada upaya penyembunyian fakta lain tentang kedudukan dari status surat tersebut oleh Koran Tempo dengan upaya memfokuskan pada satu permasalahan yaitu HAM. Jika memang benar itu bukan surat ― rahasia negara‖ khalayak pasti bertanya ― kenapa baru saat ini surat itu diberitakan‖. d. Retoris Jika diamati ke dalam ada upaya memilih penggunanan kata dalam penulisan berita ini seperti kata ― dipecat‖ dan ― sipil‖. Dua kata ini merupakan penguat mengenai pelanggaran HAM yang dituduhkan Wiranto Pada Prabowo. kata dipecat setidaknya mempunyai pesan makna sterotype pada
http://digilib.mercubuana.ac.id/
120
sosok Prabowo. hal ini jelas berdampak pada kualitas dan kepantasan dia saat ikut dalam pencalonan Presiden dalam pemilihan presiden 2014. Kata ― dipecat‖ juga upaya mengkonstruk ulang pandangan tentang pribadi Prabowo, dengan latar belalakng militer yang seharusnya terbentuk pribadi tegas dan patuh tetapi jauh dari yang digambarkan. Dengan dihubungkan pada peristiwa hilangnya aktivis 1998, akan menambah prasangka kebencian dan penolakan baik pada mereka yang merasa jadi korban atau bukan. Penggunaan kata ― sipil‖ misalnya mempunyai arti masyarakat yang tak bersalah, bahkan dilindungi haknya. Akan tetapi, ketika ungkapan Wiranto yang ditulis oleh wartawan Koran Tempo dengan menggunakan ― sipil‖ akan mengundang kesan simpati dan kenangan mendalam tentang ingatan korban peristiwa 1998. Sekali lagi kedudukan sipil dalam potret perjalanan bangsa terutama 1966 hingga 1998 selalu berhadapan dengan militer 51 . Kata sipil akan vis a vis langsung dengan militer dalam hal ini Prabowo Subianto dalam kasus 1998. Dalam berita dilengkapi dengan gambar yang menggambarkan sosok Wiranto memegang foto Prabowo Subianto seraya berupaya menekankan sesuatu hal ini sesuai dengan penulisan judul berita
51
Cacatan bentrokan sipil dan milter diantaranya (1) pembantaian massal pada 1965-1970 (2) penembakan misterius ― petrus‖ pada 1982-1985 (3) kasus Timor Timur pra referendum pada 1974-1999 (4) kasus di Aceh pra DOM pada 1976-1989. Dalam. Laporan Pelanggaran HAM oleh KONTRAS 2012. Dengan itu sejarah peradaban yang menyangkut negara dan pemerintah sebagai respresentasinya, secara tegas dan formal telah memisahkan kedua institusi (TNI dan Polisi) sebagai institusi militer dan institusi sipil. Lihat, Hermawan Sulistyo et al. Keamanan Negara Keamanan Nasional dan Civil Society, (Jakarta: Pensil-324, 2009) hal,15.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
121
4.2.3.3. Perbandingan Frame Rakyat Merdeka dan Tempo, Jumat 20 Juni Elemen
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Frame
Buka Tabir Kasus Penculikan Wiranto Panaskan Kubu Prabowo. Ada bentuk upaya Rakyat Merdeka untuk mengarahkan pembaca mencermati setiap keterangan yang dilontarkan baik dari Wiranto da Prabowo dalam mempertahankan dan mengambil sebuah kesimpulan atas kasus pemberhentian Prabowo akibat diduga telibat kasus penculikan aktivis 1998.
Wiranto Sudutkan Prabowo.
Sintaksis
Skrip
Struktur penulisan memadai berdasrkan kaidah penulisan jurnalisme 5W+1H.
Tematis
(1) Prabowo terlibat dalam penculikan aktivis 1998 (2) wiranto dituduh lakukan kampanye hitam (2) penuduhan Prabowo oleh Wiranto tidak punya bukti
Penyusunan berita Koran Tempo lebih pada penyataan subjektifis Wiranto tanpa memberikan kesimbangan berita Wacht Dog pada Prabowo sebagai sosok tertuduh dalam sebuah pelanggaran kasus untuk memberikan keterangan. Hal tersebut, ditujukan guna mempengaruhi khalayak dengan gambaran citra tertentu pada salah satu calon presiden. Penulisan berita berdasarkan unsur 5W+1H cukup lengkap. Walaupun penjelasan mengenai pernyataan why data yang disajikan satu unsur dan tidak menyebutkan keterangan lain. Keterangan itu hanya disesuaikan pada perkara tertentu mengenai sebuah pelanggaran HAM prabowo saat menjadi anggota TNI AD. Dengan itu ada usaha untuk meyakinkan sebuah kasus itu benar-benar dilakukan, walaupun dalam beberapa hal, isi berita ini tidak begitu menjelaskan perilaku pelanggaran HAM yang diamksud itu bagaimana dilakukan. (1) Prabowo dipecat tidak hormat atas pelanggaran HAM dari TNI AD (2) Wiranto tidak mempunyai dasar atas tuduhan pemecatan TNI AD kepada Prabowo.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
122
Elemen Retoris
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
kuat. Penekanan dengan kiasan dan penegasan lebih banyak menunjukkan pada pribadi Wiranto serta adanya bentuk penyeleksian kata untuk mengarahkan pembaca oleh Rakyat Merdeka pada penilaian sebuah wacana dari narasumber.
Ada penyeleksian kata untuk mewakili pengertian tertentu dengan menggiring kepada pengertian yang memaknakan Sterotype pada calon tertentu. Berita ini juga dilengkapi dengan gambar disesuaikan dengan judul berita.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
123
4.2.4. Frame berita media Rakyat Merdeka dan Tempo pada tanggal Jumat, 27 Juni 2014. 4.2.4.1. Analisis berita Rakyat Merdeka: Hasil Survey Prabowo VS Jokowi Makin Tipis Bedanya. Matriks 4.17 Hasil Survey Prabowo VS Jokowi Makin Tipis Bedanya
Judul Isi Berita Sumber
Hasil Survey Prabowo VS Jokowi Makin Tipis Bedanya. Perbandingan Berbagai Analisis Lembaga Survei Tentang Elektabilitas Calo Presiden 2014 Wawan Ichwanuddin (Peneliti LIPI),Fitri Hari (Peneliti LSI), Dodi Ambardi (Direktur Eksekutif LSI ), Sudharto (Direktur Riset Median), Prabowo Subianto (Calon Presiden), Anies Baswedan (Juru Bicara Tim Pemenangan Jokowi-JK).
Matriks 4.18 Frame Rakyat Merdeka: Hasil Survey Prabowo VS Jokowi Makin Tipis Bedanya. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Ada penonjolan berbeda dalam pendapat Rakyat Merdeka dalam memberikan penilaian seperti status lembaga survei contoh LIPI. Serta penejalasan lain mengenai point berbeda dari sebuah hasil survei tidak hanya mengenai persoalan elektabilitas tetapi juga perbandingan karateristik calon presiden. Penulisan dalam berita ini berdasarkan kaidah 5W+1H sudah lengkap. Walaupun, dalam beberapa narasumber yang dikutip dalam berita ini tidak semua dilengkapi dengan keteranan where hanya terdapat pada pernyataan Sudharto (Direktur Median) dan Prabowo. (1) pemilih lebih berdasarkan pada partai koalisi (2) selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo semakin tipis (3) Prabowo optimis menang berdasarkan hasil survei. Ada pemilihan kata yang membadingkan struktur segmentasi pendukung dari masing-masing calon. Jokowi-JK bisa menang jika mampu menarik segmen laki-laki, kalangan NU, berpendapatan tinggi, dan pemilih dari Jawa Barat. Sedangkan Prabowo-
Skrip
Tematis Retoris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
124
Hattamenang jika mampu menarik perempuan, kelas menengah ke bawah alias wongcilik, dan pemilih di Jawa Timur. Segmentasi tersebut dilihat dari kebutuhan guna memperoleh suara dan peningkatan elektabilitas dari masing-masing calon. Berita ini dilengkapi dengan sebuah tabel hasil perolehan hasil penelitian elektabilitas dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh lembaga survei (LSI). a. Sintaksis Headline yang ditulis oleh Rakyat Merdeka ― Hasil Survey Prabowo VS Jokowi Makin Tipis Bedanya.‖ Pembahasan ini lebih dilihat mengenai jajak pendapat berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh lembaga survei guna mengukur pencapaian elektabilitas pada calon presiden yang berlaga di pemilihan presiden 2014. Lead berita bagian dari buah pendapat dan pandangan terbuka oleh Rakyat Merdeka tanpa menunjukkan kecenderungan apapapun. ― Pertarungan Prabowo dan Jokowi ketat. Hasil penelitian enam lembaga survei menunjukkan selisih elektabilitas keduanya makin menipis, yaitu di kisaran 4 sampai 9 persen. Sementara swing voter masih cukup banyak. Sekitar 10-32 persen. Prabowo kelihatannya terus membayang-bayangi Jokowi. Kalau tidak cermat, bisa disalip. Sisa waktu menuju pencoblosan tinggal 12 hari lagi‖. Rakyat Merdeka berusaha menengahi terhadap perolehan hasl survei yang dalam hal ini menunjukkan suara Prabowo semakin tipis dengan Jokowi yang sebelumnya unggul ― yaitu di kisaran 4 sampai 9 persen. Sementara swing voter masih cukup banyak. Sekitar 10-32 persen‖. Perkataan ― swing voter” lebih ditekankan sebagai bentuk kata perhatian agar pandangan permbaca
http://digilib.mercubuana.ac.id/
125
tidak mengambil kesimpulan final berdasarkan hasil survei elektabilitas presiden. Latar dalam berita ini disusun dengan penyajian keterangan lengkap baik angka dan penjelasannya oleh lembaga survei serta pandangan dari calon dan tim pemenangan calon presiden. Rakyat Merdeka sendiri memulainya dengan sebuah pendapat wartawan dengan kata ― kalau tidak cermat, bisa disalip‖. Kata ini bisa diartikan bentuk kata perhatian pada para pendukung calon presiden untuk tetap mengusahakan suaranya tidak turun dalam hal ini bagi para pendukung Jokowi yang mulai terkejar elektabilitasnya dalam masyarakat oleh Prabowo. Ada enam lembaga survei yang melakukan penelitian soal elektabilitas diantaranya, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), IFES berkerja sama dengan Lembaga Survei Nasional (LSI), Media Survei Nasional (Median), The Founding Father House (FFH), dan Political Communication Institute (Polcomm). Rakyat Merdeka memulai berita ini dari keterangan dari LIPI, walaupun sebelum masuk pada keterangan hasil penelitian LIPI, Rakyat Merdeka menuliskan pendanaan penelitian sebelum
menjelaskan hasil
penelitianya darinya52. “LIPI menyatakan, surveinya dibiayai negara karena bersumber dari DIPA (Daftar Isian Pengisian Anggaran). Jokowi 43 persen, dan Prabowo 34 persen. Pertanyaan yang diajukan kepada responden,“Jika pemilihan presiden hari ini, siapa yang akan anda pilih.” LIPI menemukan 23 persen responden yang belum menentukan pilihan. 52
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan lembaga yang dimiliki dan dibiayai oleh negara indonesia langsung sebagai lembaga riset.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
126
Menurut Peneliti LIPI Wawan Ichwanuddin, kemarin, survei hanya memotret persepsi masyarakat dalam rentang waktu tertentu.” Hal ini memang ada usaha Rakyat Merdeka untuk menjelakan status LIPI dalam penelitian ini dari segi pendanaan. Apakah bersih atau ada dorongan penelitian yang dibiayai oleh salah satu calon. Pendapat itu sekaligus juga menjadi perhatian khusus bagi pembaca untuk mengkoreksi lembaga-lembaga survei lain tentang status kenetralannya terkait surveinya. Penekanan pendapat tersebut dilengkapi oleh Rakyat Merdeka dalam kalimat setelah pernyataan Wawan Ichwanuddin (Peneliti LIPI) ― survei hanya memotret persepsi masyarakat dalam rentang waktu tertentu.‖ Pernyataan Fitri Hari dalam hasil survei lembaganya menerangkan hanya selisih 6,3 persen saja selisih antara elektabilitas Jokowi 45 persen dan Prabowo 38,7 persen. Hanya saja penjelasan Rakyat Merdeka menjabarkan point berbeda, Rakyat Merdeka lebih fokus point karakteristik calon berdasarkan penelitian Lingkaran Survei Indonesia. “Hasil survei memperlihatkan, Jokowi dianggap lebih jujur dan pro rakyat kecil. Sementara Prabowo unggul untuk poin ketegasan dan kepintaran. Tentang kemampuan menyelesaikan masalah, Jokowi dan Prabowo beda tipis. Jokowi hanya unggul 2 persen.” Penulisan point yang berbeda dari hanya sekedar soal elektabilitas calon, Rakyat Merdeka ingin menampilkan profil karaktertistik dari hasil survei. Bahwa tidak hanya elektabilitas saja yang terkejar, namun point survei soal kemampuan menyelesaikan masalah Prabowo hanya beda 2 persen dibadingkan Jokowi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
127
Selain itu, Rakyat Merdeka juga menegaskan beberapa point berbeda selain mengenai elektabilitas seperti dalam pemaparan penelitian Polcomm. ― Duet Jokowi-JK dipandang merakyat jujur, sederhana dan tidak korupsi. Sedangkan Prabowo-Hatta dianggap tegas, pandai, visi misi bagus dan taat beragama. Menariknya, survei menemukan 50 persen pemilih Jokowi adalah lelaki. Sedangkan mayoritas pemilih Prabowo-Hatta adalah wanita.‖ Peletakan presentasi jenis pemilih calon presiden mempunyai arti kecenderungan yang sangat berbeda ― survei menemukan 50 persen pemilih Jokowi adalah lelaki. Sedangkan mayoritas pemilih Prabowo-Hatta adalah wanita‖. Hal ini memunculkan kesan bahwa kecenderungan keinginan pemilih lelaki lebih condong pada sosok Jokowi ― merakyat, jujur, sederhana dan tidak korupsi‖, sedangkan sifat ― dianggap tegas, pandai, misi visi bagus dan taat beragama‖ pada Prabowo lebih diminati oleh pemilih perempuan. Berita ini ditutup dengan pernyataan Anies Baswedan selaku Tim Pemenangan Jokowi-JK. ― Hasil survei merupakan pemacu semangat agar lebih giat lagi mendatangi pemilih. Namun, semua harus bekerja keras sehingga bisa menang signifikan,‖. Sepintas pernyataan Anies lebih positivis dibandingankan membantah hasil penelitian lembaga-lembaga survei yang menunjukkan pasangan Jokowi-Jk tersusul Prabowo. Akan tetapi, menuliskan penegasan berbeda ― belum lama ini. Dia mengingatkan, gagasan bisa ditiru, tapi karakter tidak bisa diduplikasi‖. Pernyatan itu lebih terkesan memojokkan Prabowo dikatakan menjiplak gagasan Jokowi pada visi-misinya. Kutipan ― karakter tidak bisa diduplikasi‖ terkesan menohok Prabowo yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
128
dianggapnya tak bisa meniru kakater Jokowi, sekaligus tidak melepaskan diri dari sikap Prabowo berdasarkan latar belakangnya sebagai Militer. b. Skrip Struktur berita ini ditulis brdasarkan kaidah penulisan jusrnalistik 5W+1H dengan unsur what: perbedaan elektabilitas Jokowi atas Prabowo semakin tipis who: Lembaga Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), IFES berkerjasama dengan Lembaga Survei Nasional (LSI), Media Survei Nasional (Median), The Founding Father House (FFH), dan Political Communication Institute (Polcomm).
Where: Artha Gading Jakarta when: kemarin (26/6) why:
peralihan suara pedukung Jokowi pada Prabowo how: suara elektabilitas Jokowi akan terkejar oleh Prabowo. Dalam berita Rakyat Merdeka ditinjau dari segi kelengkapan unsur kaidah jurnalistik sudah sangat lengkap. Hanya saja dalam unsur pernyataan where tidaklah semuanya lengkap. Dalam berita ini hanya keterangan Sudharto (Direktur Median) dan Prabowo yang dilengkapi keterangan tempat selebihnya tidak ditemukan. c. Tematis Ada beberapa tema yang bisa ditulis oleh wartawan dalam berita ini (1) pemilih lebih berdasarkan pada partai koalisi (2) selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo semakin tipis (3) Prabowo optimis menang. Penulisan berita lebih fokus pada tema mengenai selisih presentasi elektabilitas Jokowi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
129
dan Prabowo yang semakin hari dalam pantauan penelitian lembaga survei semakin tipis misalnya LIPIatau Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(5-24 Juni), LSI atau LingkaranSurvei Indonesia (1-9 Juni), IFES yang bekerja sama dengan Lembaga Survei Indonesia atau LSI pimpinan Saiful Mujani (1-10 Juni), Media Survei Nasional atau Median (15-25Juni), The Founding Fathers Houseatau FFH (19 Mei-21 Juni) dan Political Communication Institue atau Polcomm (16-20 Juni). Rakyat Merdeka menulis bahwa salah satu penyebab tipisnya elektabilitas berdasarkan pernyataan dari Wawan Ichwanuddin (LIPI) bahwa masih ada kecenderungan pemilih untuk tetap pada koalisi. ― Hal yang cukup menarik dari hasil survei ini, terdapat masih banyak pemilihmasuk kategori ‗split ticket voters‘. Artinya pemilih yang belum tentu memilih capres dari partai yang mereka pilih dalam Pemilu 2014 atau koalisinya. ― Pemilih solid di parpol koalisi PDIP–Nasdem–PKB-Hanura yang bakal memilih Jokowi-JK mencapai60,4 persen. Sedangkan pemilih solid diparpol koalisi Gerindra yang bakal memilih Prabowo-Hatta hanya 48,2persen,‖ paparnya.‖ Pernyataan dan pedapat yang ditulis dalam berita Rakyat Merdeka memang terdapat makna terpisah. Dalam kutipan dijelaskan bahwa pemilih akan sulit bergerak karena kecenderungan menempel pada partainya. Sedangkan dalam keterangan yang ditulis Rakyat Merdeka mempunyai maksud lain. Rakyat Merdeka mencoba menjelaskan maksud dalam pernyataan Wawan Ichwanuddin diistilahkan sebagai ― split ticket voters‖ yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
130
berarti ― .Artinya pemilih yang belum tentu memilih capres dari partai yang mereka pilih dalam Pemilu 2014 atau koalisinya‖. Penulisan Rakyat Merdeka bisa bermaksud meluruskan istilah sesuai pernyataan Wawan Ichwanuddin sebelumnya. “LIPI menyatakan, surveinya dibiayai negara karena bersumber dari DIPA (Daftar Isian Pengisian Anggaran). Jokowi43 persen, dan Prabowo 34 persen. Pertanyaan yang diajukan kepada responden, “Jika pemilihan presiden hari ini, siapa yang akan anda pilih.”LIPI menemukan 23 persen responden yang belum menentukan pilihan. Menurut Peneliti LIPI Wawan Ichwanuddin, kemarin, survei hanya memotret persepsi masyarakat dalam rentang waktu tertentu.” d.
Retoris Rakyat Merdeka menuliskan berita tidak hanya berkaitan dengan
angka perolehan survei saja, tetapi juga memberikan bentuk keterangan dan penekangan tertentu. Misalnya saat menambahkan dari keterangan LSI Syaiful Mujani. “Jokowi-JK bisa menang jika mampu menarik segmen laki-laki, kalangan NU, berpendapatan tinggi, dan pemilih dari Jawa Barat. Sedangkan Prabowo-Hatta menang jika mampu menarik perempuan, kelas menengah ke bawah alias wong cilik, dan pemilih di Jawa Timur.” Ada beberapa kata yang dipilih oleh Rakyat Merdeka yang dijadikan ― saran‖ bagi pasangan calon presiden untuk dijadikan segmentasi. bagi Jokowi misalnya laki-laki, kalangan NU, berpendapatan tinggi, dan pemilih dari Jawa Barat. Sedangkan Prabowo harus berfokus pada segmentasi perempuan, kelas menengah ke bawah alias wongcilik, dan pemilih di Jawa Timur. Penonjolan yang justeru bisa bermakna mengkhususkan ialah ― kalangan NU‖ hal ini didasarkan pada koalisi tim Jokowi yang salah satunya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
131
berangkat dari Nahdlatul Ulama yang mayoritas tergabung dalam Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Rakyat Merdeka justeru memperjelas struktur pendukung calon bahwa tidak hanya partai tetapi juga organisasi masyarakat (ORMAS) dan hal ini tidak ditemukan dalam struktur pendukung Prabowo. Kata ― laki-laki‖ bagi segementasi Jokowi dan ― perempuan‖ pada Prabowo setidaknya mempunyai kesan perbedaan gender 53. Di sisi lain, ada penekanan segmentasi yang berpostur pada kelas sosial 54 , Jokowi dapat mengusahakan suaranya
kelas sosial ― menengah ke atas‖. Sedangkan
Prabowo lebih bisa berorientasi pada pemilih kelas ― menegah bawah‖. Perbedaan kelas pada segmentasi calon akan menimbulkan makna yang sampai pada pembaca bahwa Jokowi lebih ― Pro Rakyat Atas‖ sedangkan Prabowo ― Pro Rakyat Bawah‖. Namun hal itu, bisa bermakna lain yang mencoba menunukkan bahwa, Jokowi harus merebut suara ― menengah atas‖
53
Istilah Gender lebih keterkaitan dalam tuntutan perempuan pada haknya. Gender lebih berkaitan perbedaan sosial dari pada perbedaan kelamin (seksual). Persoalan Gender adalah problem bersama laki-laki dan perempuan menyangkut peran, fungsi, dan relasi antara kedua jenis kelamin tersebut, baik kehidupan dlam ranah domestik maupun publik. Gender lebih berbicara soal ketimpangan, yakni ketimpangan antara hak dan kewajiban. Hal ini bisa menjadi persoalan karena ada ketimpangan yang kadang-kadang berasal dari superioritas laki-laki dan inferioritas perempuan. Lihat, Umi Sumbulah, Spektrum Gender, (Malang: UIN –Malang Press,2008) hal,410. Jika dilihat konstruksi sosial perempuan di masa Orde Baru, lebih didefinisikan sebatas isteri, Dharma Wanita dan isteri pegawai negeri sipil, adalah contoh terbaik dari segala ini sekaligus melambangkan bahwa Dharma Wanita saat itu suatu hirarki gender ditumpangtindihkan pada hirarki keuasaan negara birokratik. Contoh kasus menarik padakehidupan seksual PNS pada masa Orde Baru diarahkan Oleh PP No. 10/1983 negara mengontrol perilaku seksualitas dengan menjadikan teladan profesional dengan perilaku skesual yang bermoral lihat, Julia Suryakusuma, Ibuisme Negara, (Depok: Komunitas Bambu, 2011) hal, 112. DanJulia Suryakusuma, Agama , Seks & Kekuasaan, (Depok:Komunitas Bambu, 2012) hal, 199.
54
Kelas sosial berkaitan erat dengan struktur sosial dalam masyarakat, menurut Anthony Gidden dalam masyarakat pertama berupa konotasi umum ― asosiasi sosial atau interaksi; pengertian lainnya berupa masyarakat sebagai sebuah kesatuan, yang memiliki batas-batas yang membedakannya dengan masyarakat lain yang mengelilinginya. Salah satunya berupa kecenderungan untuk memahami sistem sosial dalam hubungan eratnya secara konseptual dengan sistem biologis, yaitu tubuh dari organisme biologis. Lihat, Anthony Gidden, Teori Strukturasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hal,250-251.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
132
dikarenakan Jokowi bukanlah orang yang lahir dari struktur kelas sosial atas. Berbeda dengan Prabowo yang lahir dan hidup dari struktur kelas ― menengah atas‖ misalnya Militer 55 . Berita ini dilengkapi tabel yang menjelaskan perubahan elektabilitas calon presiden dari waktu ke waktu oleh lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). 4.2.4.2. Analisis berita Tempo: Pemilih Jokowi Lari. Matriks 4.19 Analisis berita Tempo: Pemilih Jokowi Lari. Judul Isi Berita Sumber
Pemilih Jokowi Lari Kampanye hitam menyebabkan tingkat keterpilihan Jokowi menurun Fitri Hari (Lingkaran Survey Indonesia), Jendral Sutarman (Kepala Kepolisian Republik Indonesia), Kuskrido Ambardi (Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia), Anies Bawedan (Juru Bicara Tim Pemenangan Joko Widodo-Jusuf Kalla), dan Mahud MD (Ketua Tim Pemenangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa).
Matriks 4.20 Frame Koran Tempo: Pemilih Jokowi Lari Elemen Skematis
55
Strategi Penulisan Penulisan berita ini mencoba mengarahkan kecenderungan pembaca untuk memahami kampanye hitam dilakukan untuk menjatuhkan citra Jokowi dengan mejadikannya sebagai korban dengan memberikan penegasan berupa data penurunan elektabilitas dan minimnya peran penanggulangan aparat.
Menurut Fachry Aly, pada silam sistem feodalisme ditandai oleh keberadaan penguasa pemilik tanah yang merangkum beberapa kekuasaan di wilayahnya: politik, militer, ekonomi, dan negara. Fakta menarik menjelaskan kepada kita bahwa kelahiran negara bangsa bukan saja mendahului pembentukan korp militer di Indonesia, melainkan juga berlangsung tanpa konsepsi tentang organisasi militer. Lihat, Fahry Ali ― Struktur Sosial Warisan Kolonial, Golongan Cendikiawan Kaum Militer dan State Formation di Indonesia‖ dalam Orasi Budaya Puncak Acara Milad Ke58 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 6 Juni 2015.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
133
Skrip Tematis Retoris
a.
Kelengkapan unsur berita where dan when masih kurang serta minimnya penjelasan tambahan mengenai ketengan unsur why. (1) pemilih Jokowi menurun akibat kampanye hitam Obor Rakyat (2) aparat penegak hukum dan Badan Pengawas Pemilu tak sanggup mengatasasi kampanye hitam Ada penyeleksian kata dalam berita untuk menekankan pada makna tertentu. Berita ini juga dilengkapi gambar sketsa calon presiden Jokowiyang menunjukkan dirinya sebagai korban kampanye hitam.
Sintaksis Headline Koran Tempo diberi judul Pemilih Jokowi Lari ialah berita
yang menerangkan kampanye hitam harian Obor Rakyat yang menyatakan sesuatu yang negetif terkait sosok Jokowi. Sehingga menyebabkan presentase pemilih Jokowi menurun saat isu buruk itu digencarkan oleh media yang mempunyai implikasi ― kampanye hitam‖. Lead berita ini ― kampanye hitam terhadap Jokowi sembilan kali lebih banyak dari dibandingkan Prabowo‖ merupakan bentuk lead statement dari ucapan Anies Baswedan selaku juru bicara tim pemenangan Jokowi saat merespon hasil kampanye hitam terhadap menurunya pemilih
akibat isu
buruk yang disebarkan oleh Obor Rakyat. Lead tersebut membandingkan kampanye hitam lebih dominan kepada Jokowi daripada Prabowo. hal ini mengindikasi bahwa Jokowi lebih banyak didzolimi. Walaupun, pembadingan dengan calon lain yaitu Prabowo tidaklah tepat ditekankan karena hal ini juga akan memupuk persepsi lain tentang siapa yang melakukan kampanye hitam. Latar berita ini lebih bercerita mengenai alur turun naiknya hasil dari survei pemilih pada pemilihan presiden 2014. Pemaparan indeks survei
http://digilib.mercubuana.ac.id/
134
merupakan hal biasa. Apalagi dalam pemilihan presiden 2014, peran pembentukan media sosial
56
sangat berperan tidak hanya berdasarkan
pencapaian atau retorika pemaparan visi-misi kampanye. Dari keterangan hasil survei dari lembaga survei seperti Lingkaran Survie Indonesia, Lembaga Survei Indonesia serta International Foundation for Electoral System memberikan pemaparan berbedap-beda. Lingkaran Survei Indonesia misalnya, Joko Widodo- Jusuf Kalla 45 persen dan Prabowo Subianto- Hatta Rajasa 38,7 persen selisih 6 persen. Lembaga Survei Indonesia dan International Foundation for Electoral System meluncurkan data elektabilitas Joko Widodo-Hatta Rajasa 43 persen dan Prabowo SubiantoHatta Rajasa 39 persen perbandingan selisih 4 persen. Dari pemaparan data di atas, Koran Tempo mencoba menjelaskan situasi real dilapangan setelah kampanye hitam Obor Rakyat beredar dengan berdasarkan apa yang ditunjukkan hasil survei. Pernyataan Jendral Sutarman sebagai penegas atas tidak terkendalinya penyebaran Obor Rakyat karena tidak mempunyai wewenang untuk menutup atau mengehentikan, karena jelas mengenai kode etik penyiaran dalam pers, bukanlah wewenang kepolisian
56
Media sosial adalah bagian komunikasi massa, yang harus dijadikan perhatian adalah dua segi komunikasi massa pertama sifat saluran massa dan teori-teori dampak sosial serta dampak politiknya. Dan hal itu bisa ditinjau dalam komunikasi massa dalam kampanye pemilihan. Lihat, Dan Nimmo, Komunikasi Politik¸ (Bandung: Remadja Karya,1989) hal, 185. Media massa melakukan konstruksi sosial dalam menampilkan realitas yang selalu dinamis, realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas secara objektif. Untuk media massa, realitas citra media dikosntruksi oleh orang deks dan redaksi, namun merupakan konstruksi sosial masyarakat. Karena itu, ketergantungan mereka hidup dalam relaitas media adalah orang-orang yang selalu memiliki kesadaran realitas ini, sebagaimana ia menyadari dirinya sebagai bagian dari realitas itu sendiri. Lihat, Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana,2008) hal, 200.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
135
tetapi Dewan Pers 57 . Hadirnya pernyataan kepolisian mengindikasikan ada upaya Koran Tempo untuk mengkonstruksi pembaca bahwa ― pihak berwenang pun‖ tidak mampu apalagi dari pihak tim pemenangan Jokowi. Hal ini akan menempatkan Jokowi objek kampanye hitam yang menjadi korban sehingga menggugah simpati pembaca pada Jokowi. Pernyataan dari oknum lembaga survei yang diletakkan Koran Tempo untuk menjelaskan akibat kampanye hitam. “Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Kuskrido Ambardi, Juga menilai kampanye hitam bakal mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Kalla. “Isu agama selalu berdampak,” kata Kuskrido.” Pernyataan ini mempunyai bentuk pengertiaan isu yang dijadikan alat Obor Rakyat menjatuhkan citra Jokowi sebagai calon presiden. Walaupun, Isu agama yang dimaksud dalam pernyataan ini tidak begitu dijelaskan secara detail, hal ini hanyalah penegas bahwa kampanye tersebut sangat bertentangan dengan kewajiban merawat persatuan dan kesatuan di Indonesia dengan tidak diskriminasi berbentuk suku agama ras (SARA). Pernyataan Badan Pengawas Pemilu Daniel Zuchro hampir sama dengan pernyataan Jendral Sutarman tidak punya kewenangan terkait penanganan kasus kampanye lewat media massa Obor Rakyat.
57
Mengenai tugas Dewan Pers dalam Pasal 15 (ayat) 2 tentang fungsi-fungsi Dewan Pers sebagai berikut: (a) melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain; (b) melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers; (c) menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik; (d) memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers; (e) mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah; (f) memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan; (g) mendata perusahaan pers. Lihat UndangUndang Pers No. 40 Tahun 1999.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
136
Keterangan yang dijadikan sumber terakhir
untuk melengkapi
sekaligus mengakhiri berita ini ialah pernyataan Mahfud MD selaku ketua tim pemenangan Prabowo Subianto. Dalam pernyatananya, dia menyayangkan beredarnya Obor Rakyat karena tidak hanya merugikan pihak Jokowi tetapi dari kubu Prabowo sendiri. Sayangnya berita ini justeru menyudutkan tim pemenangan Prabowo. jika dilihat keterkaitan kampanye hitam lebih pada Jokowi bukan pada Prabowo, pengertian ini akan menghasilkan kubu Prabowo sebagai terduga tekait dengan kampanye hitam, hal itu bisa dilihat dari salah satu kata dari pernyataan Mahfud MD ― membantah‖. Selain itu, Mahfud MD58 dilukiskan tidak mengerti hukum dengan melipahkan pengusutan kampanye hitam media Obor Rakyat pada polisi. Padahal sudah jelas berbeda kewenangan penanganan terkait kasus tersebut. b.
Skrip Struktur
berita berdasarkan kaidah jurnalistik 5W+1H what:
elektabilitas Jokowi turun akibat kampanye hitam who: oknum lembaga survei dan tim pemenangan calon presiden why: penyebaran isu negati berbentuk SARA pada salah satu calon how: tingkat elektabilitas Jokowi semakin
58
Pada pemilihan Ketua Mahkamah Konstitusi tanggal 18 Agustus 2008, Mahfud MD terpilih sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi setelah menang tipis dari calon petahana (incumbent) Jimly Ashshiddiqie. Dan pada tahun 2011 Mahfud MD terpilih kembali untuk menduduki jabatan Ketua Mahkamah Konstitusi untuk posisi kedua. MK di bawah Mahfud MD membatalkan kursi DPR/DPRD hasil pemilu legislatif tahun 2009 yang sudah ditetapkan KPU/KPUD karena terjadi kecurangan atau kesalahan perhitungan. MK di bawah Mahfud MD membatalkan jabatan Jaksa Agung, membubarkan Sekolah Rintisan Bertarap Internasional, membatalkan UU Badan Hukum Pendidikan, membubarkan BP Migas, menguatkan peran DPD, dan lain-lain. Lihat, Maduki Badlowi dan Rizal Mustary, Mahfud MD Bersih dan Membersihkan, (Jakarta: Murai Kencana,2013) hal, 60-65.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
137
terkejar oleh Prabowo. ditinjau dari kelengkapan berita, keterangan tempat dan waktu tidak dijelaskan. Penjelasan waktu lebih terkait mengenai berita itu diambil apakah masih relevan atau tidak. Apa lagi terkait data survei sangat jelas dibutuhkan penjelasan yang tegas. Selain itu berita ini terlihat dari susunan berita yang dilakukan dengan upaya pengumpulan berita dari waktu yang berbeda misalnya
kata ― rabu lalu‖. Selain itu keterangan tempat tidak dipastikan
kejelasannya, hal ini mempunyai pengertian berita itu sangat mendesak atau sengaja ditinggalkan. Penjelasan mengenai unsur why sangat minim, dalam satu kalimat dikatakan
― beredarnya Tabloid Obor Rakyat menyatakan Jokowi sebagai
calon presiden boneka dan tak beragama Islam‖, isinya jelas mengandung unsur
tuduhan SARA yang merugikan. Jika Koran Tempo
ingin
menampilkan lebih mendalam akan sangat baik isi dan pengertiannya seperti menjelaskan proses penyebaran, hal ini tidak disajikan dalam berita ini. c.
Tematis Ada beberapa tema yang bisa ditulis oleh wartawan dalam berita ini
(1) pemilih Jokowi menurun akibat kampanye hitam Obor Rakyat (2) aparat penegak hukum dan Badan Pengawas Pemilu tak sanggup mengatasi kampanye hitam. Penulisan berita ini memaparkan pokok data penurunan presentasi elektabilitas Jokowi yang dikeluarkan oleh lembaga survei. Paragraf pertama menjelaskan beberapa penjabaran hasil survei, walaupun jika ditelisik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
138
keterkaitan antara paragraf pertama dan kedua berbeda. Dalam paragraf kedua dibubuhkan pendapat dari penulis berita ― Tingkat keterpilihan Jokowi-Kalla belakangan cenderung tak mengalami kenaikan. Sedangkan Prabowo-Hatta melejit‖, pendapat ini tidak menjelaskan apapun yang dinyatakan dalam paragraf pertama, lebih cenderung tanggapan dari sudut pandang seorang penulis mengeni data. Pendapat demikian tidak mempunyai alat bukti tentang ― kecenderungan‖ akan kurangnya peningkatan suara Jokowi. Dalam berita ini terdapat kalimat yang membingungkan pembaca dalam memahami yang mana penyataan yang benar dari narasumber dan pendapat penulis. “Kepala kepolisian Jendaral Sutarman pada rabu lalu mengaku tak dapat menghentikan peredaran edisi ketiga Obor Rakyat atau keempat tabloid tersebut.” Penyebutan edisi ketiga lebih pas pada pernyataan asli Jendral Sutarman sedangkan ― atau keempat tabloid tersebut‖ merupakan tambahan dari penulis untuk memberikan kesan ketidak berdayaan aparat penegak hukum. Padahal, kata tersebut lebih baik diganti kata ― hingga‖ agar lebih menempatkan makna adanya kemungkinan. d.
Retoris Dalam berita ini ada upaya penyeleksian dalam beberapa kata untuk
menunjukkan makna tertentu. Dalam sebuah kalimat paragraf ketiga, Koran Tempo menekankan seolah–olah korban sesungguhnya yang harus diberikan perhatian.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
139
“Menurut Hari Fitri, elektabilitas Jokowi-JK terus terkejar terutama karena kampanye hitam yang mendera pasangan nomor dua tersebut” Pemakaian kata ― mendera‖ menekankan suatu bentuk melebihlebihkan, dan berusaha menhadirkan bentuk persuasi bahwa Jokowi sebagai pasangan calon presiden telah didiskriminasikan secara sengaja oleh lawan politiknya. Seharusnya pemakaian kata ― mendera‖ lebih baik diganti ― terhadap‖ sebagai kata yang menunjukkan dan tidak berusaha mengajak ikut membenarkan, karena kalimat tersebut bukanlah kalimat langsung melainkan sudah ikut ditafsirkan oleh penulis. Penekanan mengenai penulisan Obor Rakyat dalam berita ditulis dengan huruf miring sebagai penekanan sekaligus menegaskan. Di sisi lain, ada upaya penggiringan persepsi kepada khalayak untuk menujukkan kampanye hitam tersebut dilakukan oleh lawan politik. Misalnya dalam pernyataan Anies Baswedan yang membandingkan jumlah kampanye hitam berbau politis pada Jokowi dan Prabowo. “Juru bicara tim pemenangan Jokowi-Kalla, Anies Baswedan, mengatakan kampanye hitam terhadap jagoannya sembilan kali lebih banyak ketimbang yang ditujukan kepada Prabowo-Hatta.” Pembandingan jumlah kampanye terhadap Jokowi dan Prabowo memang akan terkesan menghadirkan penjurusan kesan pada sosok Prabowo, karena dalam kasus kampanye hitam belum jelas siapa yang sepenuhnya mengalami kerugian. penggunaan kata ― ketimbang‖ berimplikasi makna bahwa Jokowi terus menjadi korban dibandingkan Prabowo. Dengan itu, akan timbul kesan popularitas Jokowi sengaja dicegat oleh lawan politiknya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
140
agar gagal memenangi pemilihan presiden. berita ini dilengkapi gambar yang menggambarkan sketsa Jokowi sedang tersenyum tercoreng hitam cat, hal ini mengungkapkan pesan Jokowi sebagai korban.
4.2.4.3.Perbandingan Frame Rakyat Merdeka dan Tempo, Jumat 27 Juni Elemen
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Frame
Hasil Survey Prabowo VS Jokowi Makin Tipis Bedanya. Ada penonjolan berbeda dalam pendapat Rakyat Merdeka dalam memberikan penilaian seperti status lembaga survei contoh LIPI. Serta penjalasan lain mengenai point berbeda dari sebuah hasil survei tidak hanya mengenai persoalan elektabilitas tetapi juga perbandingan karateristik calon presiden. Penulisan dalam berita ini berdasarkan kaidah 5W+1H sudah lengkap. Walaupun, dalam beberapa narasumber yang dikutip dalam berita ini tidak semua dilengkapi dengan keterangan where hanya terdapat pada pernyataan Sudharto (Direktur Median) dan Prabowo. (1) pemilih lebih berdasarkan pada partai koalisi (2) selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo semakin tipis (3) Prabowo optimis menang berdasarkan hasil survei. Ada pemilihan kata yang membadingkan struktur segmentasi pendukung dari masing-masing calon. Jokowi-
Pemilih Jokowi Lari.
Sintaksis
Skrip
Tematis
Retoris
Penulisan berita ini mencoba mengarahkan kecenderungan pembaca untuk memahami kampanye hitam dilakukan untuk menjatuhkan citra Jokowi dengan mejadikannya sebagai korban dengan memberikan penegasan berupa data penurunan elektabilitas dan minimnya peran penanggulangan aparat. Kelengkapan unsur berita where dan when masih kurang serta minimnya penjelasan tambahan mengenai ketengan unsur why.
(1) pemilih Jokowi menurun akibat kampanye hitam Obor Rakyat (2) aparat penegak hukum dan Badan Pengawas Pemilu tak sanggup mengatasasi kampanye hitam Ada penyeleksian kata dalam berita untuk menekankan pada makna tertentu. Berita ini juga dilengkapi gambar sketsa calon
http://digilib.mercubuana.ac.id/
141
JK bisa menang jika mampu presiden Jokowi yang menarik segmen laki-laki, menunjukkan dirinya sebagai kalangan NU, berpendapatan korban kampanye hitam. tinggi, dan pemilih dari Jawa Barat. Sedangkan PrabowoHatta menang jika mampu menarik perempuan, kelas menengah ke bawah alias wong cilik, dan pemilih di Jawa Timur. Segmentasi tersebut dilihat dari kebutuhan guna memperoleh suara dan peningkatan elektabilitas dari masing-masing calon. Berita ini dilengkapi dengan sebuah tabel hasil perolehan hasil penelitian elektabilitas dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh lembaga survei (LSI).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
142
4.2.5. Frame berita media Rakyat Merdeka dan Tempo pada tanggal Sabtu, 28 Juni 2014. 4.2.5.1. Analisis berita Rakyat Merdeka: Obor Rahmat dinyalakan Obor Rakyat Kini Punya Tandingan. Matriks 4.21 Obor Rahmat dinyalakan Obor Rakyat Kini Punya Tandingan
Judul Isi Berita Sumber
Obor Rahmat dinyalakan Obor Rakyat Kini Punya Tandingan. Tabloid Obor Rahmat muncul untuk meluruskan isu yang tidak baik tentang Jokowi-Jk. Ahmad Dahlan (Inisiator Obor Rahmat), Amal Ghozali (Penanggung Jawab Obor Rahmat), dan Tantowi Yahya (Tim Pemenangan Prabowo-Hatta)
Matriks 4.22 Frame Rakyat Merdeka: Obor Rahmat dinyalakan Obor Rakyat Kini Punya Tandingan. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Ada bentuk perhatian khusus Rakyat Merdeka untuk menginterpretasikan pernyataan Dahlan Iskan dalam menjelaskan status kedudukan dan tujuan tabloid Obor Rahmat. Disamping itu, ada penegasan kedudukan Dahlan Iskan berdasarkan pilihan politiknya. Struktur penulisan Rakyat Merdeka sudah lengkap. Penjelasan di dalamnya tidak menghilangkan keterangan penjelas mengenai unsur-unsur yang ada. (1) tabloid Obor Rahmat dibuat guna meluruskan isu buruk tentang Jokowi oleh tabloid Obor Rakyat (2) Obor Rahmat menargetkan penyebaran Tabloidnya di wilayah pesantren (3) tim pemenangan Prabowo menolak Obor Rakyat dibuat oleh kubu mereka. Ada penonjolan kata yang dimaksudkan untuk memperjelas arah tabloid Obor Rahmat yang ditujukkan mengarah kepada relawan-relawan Jokowi-Jk untuk membangun kembali citra buruknya.
Skrip Tematis
Retoris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
143
a. Sintaksis Headline Rakyat Merdeka ini berjudul ― Obor Rahmat dinyalakan Obor Rakyat Kini Punya Tandingan‖. Berita tentang Obor Rahmat ini merupakan respon setelah merebaknya isu negatif pada Jokowi oleh tabloid Obor Rakyat. Rakyat Merdeka menyajikan mengenai alasan penting tentang lahirnya Obor Rahmat, apakah Tabloid tersebut jawaban atas isu Obor Rakyat atau bukan. Lead yang dibuat Rakyat Merdeka lebih melihat kisi-kisi pemberitaan yang dimuat dalam Obor Rahmat yang disebutkan lebih ― sejuk-sejuk‖ dan ― melawan fitnah‖. Kata sejuk-sejuk merupakan kata perlawanan dari isi propokatif
yang ditampilkan oleh Obor Rakyat seperti Jokowi Komunis
sebelumnya. Sedangkan kata ― melawan fitnah‖ merupakan penegasan yang menunjuk langsung pada tabloid Obor Rakyat yang dikatakan tidak menampilkan sosok Jokowi sebagai sosok sebenarnya. Latar yang ditampilkan dalam berita ini merupakan bagian usaha Rakyat Merdeka membuka alasan penting kepada khalayak tentang kemunculan Obor Rahmat apakah isi tersebut juga sama berusaha menampilkan isi yang tendensius pada salah satu calon dengan mematahkan calon lainnya berdasarkan isu yang dibawanya. Peluncuran tabloid Obor Rahmat yang diinisiasi oleh Dahlan Iskan adalah bagian upaya meluruskan kenyataan sebenarnya tentang isu dalam Obor Rakyat sebelumnya. Memang Dahlan Iskan tidak menyebutkan alasan pokok selain mengatakan ― menjelaskan yang benar adalah benar‖ seperti yang disebutkannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
144
Rakyat Merdeka melakukan stimulus dengan pertanyaan ― Kok namanya pake ― obor‖ sepertitabloid obor yang sebelumnya? Pernyataan ini memang berusaha membandingkan sesuatu yang dianggapnya (Rakyat Merdeka) begitu sama dengan Obor Rakyat. “Kok namanya pake “obor” seperti tabloid obor yang sebelumnya? Dahlan menjawab, soal pemilihan nama, tidak ada alasan khusus. “Nama bisa apa saja. Nama bisa sama. Bahwa obor yang ini bukan seperti yang sana,” kata dia”. Pernyataan
diatas merupakan bagian dari paragraf 3, di mana
komentar Dahlan Iskan menjelaskan dengan kata yang terlihat samar dan tidak berusaha melakukan justifikasi sepihak. Penyataan ini kemudian memang dilengkapi oleh Rakyat Merdeka. “Yang dimaksud “obor yang disana” adalah Obor Rakyat, tabloid yang kini diperkarakan ke kepolisian. Obor Rakyat dinilai sejumlah kalangan isinya sangat tendensius, dan bahasanya provokatif. Dewan Pers menganggap Tabloid Obor Rakyat bukan produk jurnalistik, karena tidak diterbitkan oleh badan usaha, dan mencantumkan alamat kantor yang diduga palsu. Kini, pimpinannya, Setyardi dan Darmawan Sepriyossa menjalani proses penyelidikan di Mabes Polri.” Rakyat Merdeka berusaha menjelaskan dengan menambahkan pembahasan dengan mengorek fakta yang terjadi sebelumnya. Walaupun dalam hal ini merupakan tambahan dan bukan berdasarkan pendapat utuh narasumber. Akan tetapi, Rakyat Merdeka sekaligus memberikan upaya perhatian pada khalayak pembacanya, bahwa tabloid Obor Rahmat merupakan upaya meng-counter pemberitaan buruk tentang Jokowi. Pertanyaan yang diajukan oleh Rakyat Merdeka ialah ― disebar kemana Obor Rahmat?Jawaban Dahlan Iskan sekali lagi ditulis dalam Rakyat Merdeka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
145
dengan penjelasan yang mengarah kepada sesuatu objek sasaran yaitu pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam 59 yang bisa dikatakan bersebrangan dengan apa yang diisukan oleh Obor Rakyat terhadap Jokowi seperti ― Jokowi Komunis‖. Hal itu, akan berpotensi menurunkan suara Jokowi saat pemilihan presiden nanti. Rakyat Merdeka menggiring pemahaman pembaca terkait kejelasan maksud tabloid Obor Rahmat dan tujuannya. “Disebar kemana Obor Rahmat? Dahlan menjawab, “mengikuti alur pesantren-pesantren yang terlanjur termakan Obor itu. Yang bukan rahmat.“Tentu prioritasnya itu. Kita mau memberi pandangan yang benar,” katanya” Pernyataan dari Dahlan Iskan ― mengikuti alur pesantren-pesantren yang terlanjur termakan Obor itu. Yang bukan rahmat.‖. kata pendek ― yang bukan rahmat‖ merupakan negasi terhadap Obor Rakyat itu sendiri. Rakyat Merdeka menguatkan tambahan kutipan Dahlan Iskan tentang penilaiannya bahwa selain Obor Rahmat ― Tentu prioritasnya itu. Kita mau memberi pandangan yang benar‖. Kata ― pandangan yang benar‖ mempunyai arti berlawanan makna bahwa Obor Rakyat menyebarkan pemberitaan tidak benar. Rakyat Merdeka mencoba memberikan penggambaran isi dari Obor Rahmat. Misalnya:
59
Menurut Karel A. Steenbrink, secara terminologis pesantren dapat dijelaskan dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, berasal dari India. Sebelum proses penyebaran Islam di Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk pendidikan dan pengajaran agama hindu di Jawa. Setelah Islam Masuk dan tersebar di Jawa, sistem tersebut diambil alih oleh Islam. Istilah pesantren sendiri seperti halnya mengaji bukanlah berasal dari istilah arab, melainkan dari India. Demikian juga istilah Pondok, Langgar di Jawa, Surau di Minangkabau dan Rangkang di Aceh bukanlah istilah Arab, tetapi istilah yang terdapat di India. Lihat, Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah, (Jakarta: LP3ES,1986) hal,20-21.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
146
“Obor Rahmat berisi sejumlah artikel mengenai Jokowi. Dan interview dengan sejumlah kiai. Misalnya, tentang larangan fitnah dan kampanye hitam. Ada juga artikel dari hasil wawancara dengan Dahlan Iskan, berjudul: Biarlah Pak Jokowi, Tetap Menjadi Pak Jokowi.” Dari isi tabloid Obor Rahmat kecenderungannya lebih mengarah kepada pemberitaan baik pada Jokowi dan berusaha netral sesuai dengan kewajiban etika pers60. Setidaknya, Rakyat Merdeka memberikan pesan lain bahwa ada kecenderungan Obor Rahmat untuk mengkonstruk citra Jokowi tidak hanya meng-counter pemberitaan Obor Rakyat. Rakyat Merdeka mencoba mengajukan stimulus ― Dari mana danannya?‖. Amal Ghozali selaku penanggung jawab memberikan penjelasan singkat dengan menyebutkan dana berasal dari relawan Dahlan Iskan. Pernyataan Amal Ghozali setidaknya cukup memunculkan sinyal kemana arah tabloid Obor Rahmat berdasarkan pendanaan relawan ― relawan Dahlan Iskan‖. Penyataan Tantowi Yahya sebagai tim pemenangan Prabowo-Hatta menolak bahwa kubunya yang telah menerbitkan tabloid Obor Rakyat. Di satu sisi, pernyataan Tantowi Yahya yang ditulis dalam berita ini menegaskan status Dahlan Iskan sebagai aktor politik yang berbeda kubu dengan PrabowoHatta. ”Obor Rakyat bukan diterbitkan pihaknya. Dia menitipkan pesan, semoga Obor Rahmat bisa bermanfaat sebaik-baiknya untuk masyarakat. “Itu urusan Pak Dahlan. Kami gk ada hak ikut-ikut. Kami konsentrasi kampanye saja sekarang,”kata dia.”
60
Lihat UU Pers No. 40 Tahun 1999 Bab II tentang Asas, Fungsi, Hak, Kwajiban dan Peranan Pers.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
147
Kalimat pendek ― itu urusan pak Dahlan‖ mempunya arti sikap yang jelas dari posisi Tantowi Yahyan serta para pendukung Prabowo-Hatta dengan Dahlan Iskan sebagai kubu yang lain. b. Skrip Penulisan berita ini berdasarkan kaidah penulisan berita dengan unsur what: Obor Rahmat upaya tandingi Obor Rakyat who: Dahlan Iskan where: Hotel JS Luwansa, di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. when: kemarin (27/6) why: meluruskan isu buruk terhadap Jokowi lewat tabloid Obor Rakyat how: berita disebarkan diberbagai wilayah seperti pesantren. Dalam penulisan unsur berita 5W+1H, unsur komponen Rakyat Merdeka sudah sangat lengkap.
c. Tematis Ada beberapa tema yang bisa ditulisan oleh wartawan dalam berita ini (1)tabloid Obor Rahmat dibuat guna meluruskan isu buruk tentang Jokowi oleh tabloid Obor Rakyat (2) Obor Rahmat menargetkan penyebaran Tabloidnya di wilayah pesantren (3) tim pemenangan Prabowo menolak Obor Rakyat dibuat oleh kubu mereka. Penulisan berita ini lebih memfokuskan pada isi tujuan pokok dari peluncuran tabloid Obor Rahmat yang dibidani oleh Dahlan Iskan dengan niatan memberikan keterbukaan informasi diotrientasikan sepenuhnya kepada masyarakat seperti apa yang diutarakan oleh Dahlan Iskan sendiri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
148
Rakyat Merdeka menuliskannya bahwa ide tabloid Obor Rahmat muncul dari gagasan penerbit yang tergabung dalam Padepokan Demi Indonesia dengan alamat kantor ada di Jakarta, Surabaya dan Cirebon.Nama Padepokan Demi Indonesia selaku penerbit tabloid Obor Rahmat hampir mirip dengan nama Relawan Demi Indonesia (ReDi), tempat di mana ide Obor Rakyat dicetuskan. Rakyat Merdeka menjelaskan hubungan antar kalimat bahwa ada kemiripan ide dan tujuan yang sama untuk membentuk citra calon baik dalam Obor Rahmat untuk membangun citra Jokowi yang jatuh dan Obor Rakyat yang mencitrakan Jokowi buruk.Namun, belum diketahui siapa dan alasan untuk apa penerbitan sebenarnya
dilakukan. Walaupun ada alasan
― Mereka ingin membuat berita yang bisa dipertanggung jawabkan dan sesuai etik‖.
d. Retoris Rakyat Merdeka dalam menampilkan berita memberikan penekanan lewat beberapa kata yang mempunyai kesan yang mengindikasikan pada makna tertentu. Dalam kata ― dominan hijau‖ ada bentuk tanda yang merujuk pada salah satu warna dasar dan golongan tertentu yaitu Nahdlatul Ulama yang dalam Pemilihan Presiden merupakan bagian dari pendukung penting pasangan Jokowi-JK. Hal itu dikuatkan dengan gambar cover tabloid Obor Rahmat yang mirip lambang ormas islam terbesar di indonesia itu. Komponen lainya bahwa tabloid mengarah kepada Nahdlatul Ulama adalah ― Fatwa 9 Kiai Jokowi-JK Lebih Maslahat‖. Kata ― kiayi‖ merupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
149
sebutan pemuka agama yang akrab dalam pesantren yang mayoritas kiayi dalam lembaga tersebut merupakan terhimpun dalam organsasi Nahdlatul Ulama 61 . Di sisi lain, Rakyat Merdeka menegaskan bahwa Obor Rahmat berada pada pihak pendukung Jokowi dalam membangun citranya. Kata ― hanya promosi‖ sebagai harga, bermakna tabloid Obor Rahmat memang sengaja dibuat untuk memupuk kembali citra Jokowi yang telah diracuni oleh Obor Rakyat. Kata tersebut diperkuat dengan kata ― dinikmati‖ yang merupakan bagian dari penjelasan bahwa hasil penjualan tabloid tidak diperuntunkan pada usaha penerbitan berkala tetapi hanya difokuskan pada penyebaran merata pada masyarakat. Tidak hanya di situ, Rakyat Merdeka menonjolkan sebuah bentuk kata ― saweran‖ yang dimaksudkan terkait saluran pendanaan dalam penerbiatan Obor Rahmat, yang dalam hal ini didapat dari relawan Dahlan Iskan 62. Dari sini memang ada bentuk ketidak selarasan tentang penerbitan Obor Rahmat. Jika di awal disebutkan bahwa tabloid Obor Rahmat berbadan usaha namun dengan melihat adanya sokongan pendanaan dari para relawan ada kecenderungan ketidak netralan tabloid Obor Rahmat. 61
Martin Van Bruinessen menjelaskan basis Riil NU adalah pesantren-pesantren yang ada di Jawa. NU didirikan sebagai sebuah organisasi para kiayi Jawa, dan penarikan diri dari politik praktis merupakan, antara lain, sebuah upaya mengambil organisasi ini dari tangan politisi profesional yang telah mendominasinya dan mengembalikannya ke tangan para ulama. Karena pengunduran Idham Chalid secara paksa dan keluarnya NU dari PPP sering kali diinterpretasikan dalam kaitannya dengan konflik antara para kiayi yang berbasis pesantren dan politisi yang berbasis di Jakarta. Lihat, Martin Van Bruinessen, NU, (Yogyakarta: LKIS,1994) hal, 150-151. 62 Dahlan Iskan sebelumnya pernah mencalonkan diri sebagai calon presiden dalam pemilihan presiden 2014dengan ikut konvensi Partai Demokrat namun gagal. Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) tahun 2012 bahwa puluhan nama masuk bakal capres namun hanya delapan nama yang diuji berdasarkan popularitas di mata rakyat berada di atas 50%, yakni Megawati Soekarnoputri (93,7%), Jusuf Kalla (88,9%), Prabowo (78,8%), Wiranto (72,8%), Aburizal Bakrie (70,1%), Sultan Hamengku Buwono X (58,3%), Anas Urbaningrum (55%), dan Hatta Radjasa (54,1%). Selebihnya termasuk Dahlan Iskan pularitasnya dibawah 50%. Lihat, Burhanuddin Muhtadi, Perang Bintang 2014, (Jakarta: Noura Books, 2013) hal, 50.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
150
4.2.5.2. Analisis berita Tempo: Kasus Kampanye Hitam Presiden Dituding Memihak. Matriks 4.23 Kasus Kampanye Hitam Presiden Dituding Memihak Kasus Kampanye Hitam Presiden Dituding Memihak.
Judul Isi Berita Sumber
Tuntutan kepada presiden untuk tegas tidak memihak dan memecat staf nya Setiardi Budiono Todung Mulya Lubis (Tim Hukum Jusuf-Kalla), Jendral Sutarman (Kepala Kepolisian RI), Ade Irawan (Koordinator Coruption Watch), dan Komisaris Besar Agus Rianto (Kepala Bagian Penerangan Hukum dan Masyarakat Mabes Kepolisian)
Matriks 4.24 Frame Koran Tempo: Kasus Kampanye Hitam Presiden Dituding Memihak Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Penyusunan berita ini tidak berimbang. Masih terdapat beberapa penekanan dalam pemberian keterangan untuk membenarkan satu fakta tertentu dengan penambahan penjelasan dan menghilangkan keterangan penjelas lainnya. Semua unsur penulisan berira 5W+1H lengkap. Walalupun dalam penjelasann mengenai pertanyaan why soal keterkaitan presiden dalam kampanye hitam belum dijelaskan secara jelas. (1)Presiden tidak netral (2) Aparat kepolisian belum bisa menghentikan kampanye hitam (3) Setiyardi Budiono sebagai penggagas Obor Rakyat masih belum dipecat dari istana (4) Istana tidak terlibat soal kampanye hitam. Ada penyeleksian kata seperti ― mendiamkan‖ dan ― memojokkan‖ dengan memnacing persepsi tertentu kepada sosok Jokowi sebagai korban kampanye hitam. Di samping itu berita ini dilengakapi dengan gambar dan diagram yang ditambah dengan sedikit pengantar penjelasan mengenai data hasil elektabilitas lembaga survei dengan kecenderungan menekankan pemahaman kepada calon tententu (Prabowo) yang diwakili oleh kata dan pembeda.
Skrip Tematis
Retoris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
151
a. Sintaksis Headline berita ini ditulis dengan judul
berita ― Kasus Kampanye
Hitam Presiden Dituding Memihak.” Yang menjelaskan soal kampanye hitam yang digagas oleh Setiardi Budiono salah satu staf kepresidenan RI. Serta menerangkan soal kurangnya ketegasan presiden untuk sangsi atas perilaku staf nya. Tak cukup di situ, aparat penegak hukum dinyatakan belum sepenuhnya menyelesaikan perkara kampanye hitam. Lead dalam berita ― Polisi Mendiamkan Penerbitan Obor Rakyat” untuk memberikan keterangan mengenai kasus kampanye hitam yang semakin marak namun, belum ada penyelesaian seperti apa yang dituliskan dalam beberapa bagian berita ini. lead tersebut setidaknya memberikan sinyal perhatian mendalam atas kampanye hitam yang ternyata dalam berita ini memunculkan keterlibatan pihak istana yaitu presiden. walaupun masih ― dituduh‖, namun mengungkapkan satu kesimpulan bahwa presiden belum tegas atas Obor Rakyat yang digagas oleh Setiardi Budiono yang masih bekerja di lingkungan istana sebagai staf presiden. Latar yang disusun dalam memulai berita ini, dimulai dengan tuntutan Todung Mulya Lubis sebagai tim hukum Jokowi-Kalla. Dengan menyatakan tuntutan kepada Kepolisian, Dewan Pers, dan Badan Pengawan Pemilu terkait presiden dan kepolisian tidak netral mengenai kasus kampanye hitam yang menyebarkan isu negatif kepada Jokowi-Kalla. Penyusunan berita ini dengan pernyataan Todung Mulya Lubis mengenai keberpihakan yang dia tuduhkan kepada presiden mempunyai kesan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
152
berbeda. Pasalnya, berita yang ditulis membubuhkan keterangan mengenai latar belakang presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga menjabat sebagai ketua Partai Demokrat 63 . Pemberian keterangan tambahan dalam berita ini mengenai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ada upaya menempatkan oleh Koran Tempo Partai Demokrat ikut tercoreng. Karena Partai Demokrat sendiri bersebrangan dengan tidak ikut koalisi pengusung presiden Jokowi-Kalla. Pernyataan Jendral Sutarman misalnya, saat menanggapi kampanye hitam. “Kepala Kepolisian RI Jendral Sutarman pada rabu lalu menyatakan lembaganya tidak dapat menghentikan atau mencegah peredaran Obor Rakyat. “Siapa institusi yang dapat menghentikan agar orang tidak mencetak? Itu bukan ranahnya polisi. Polisi penegak hukumnya” kata Sutarman.” Apa yang diungkapkan Jendral Sutarman sangat jelas, mengingat memang benar ranah hukum etika jurnalisme hanya bisa ditangani oleh Dewan Pers dengan kewenangannya. Hanya saja, paragraf ini menampilkan konstruksi makna yang berbeda yaitu ― kepolisian lemah‖. Jika dijabarkan lebih jelas, perkataan ― isntitusi‖ dalam kutipan langsung
dan ― lembaga‖ bukan kutipan
langsung yang ditulis oleh wartawan berbeda. Institusi yang dimaksud bukan kepolisian karena memang dijelaskan bukan ranahnya ― itu bukan ranah polisi‖.
63
Kesenjangan elektoral (lectoral gap) dalam tubuh Partai Demokrat antara SBY dan tokoh-tokoh internal Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebelumnya menjabat sebagai ketua umum Partai Demokrat namun turun terkena Nazaruddin Effect (kasus dana Hambalang) popularitas Anas Urbaningrum menurun. Sehingga posisi jabatan ketua diduduki oleh SBY setelah terpilih kembali Mukernas Partai Demokrat. Namun di sisi lain, keluarga besar (SBY) belum melahirkan tokoh yang memiliki elektoral kuat. Hal ini diakibatkan psikologi publik Indonesia yang cenderung negatif terhadap politik dinasti karena dinilai berbau nepotisme. Lihat, Burhanuddin Muhtadi, Perang Bintang 2014, (Jakarta: Noura Books, 2013) hal, 44.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
153
Sedangkan perkataan lembaga menjurus pada kepolisian itu sendiri yang sangat kontradiktif dengan isntitusi yang dimaksudkan oleh Jendral Sutarman. Guna penegasan lainnya, Koran Tempo menggunakan dua unsur kata yang ― mencegah‖ dan ― menghentikan‖ sebagai penegasan. Hal ini tidak perlu karena pemborosan kata, tetapi ― dipaksa‖ guna kesan kekurang seriusan. Dalam pernyataan lainya, Ade Irawan selalu Direktur ICW, memberikan pendapat mengenai kewajiban istana yang seharusnya netral. “Koordinator Indoneia Coruption Watch, Ade Irawan menganggap istana seharusnya memberhentikan penggagas Obor Rakyat, Setiardi Budiono.”Lebih baik dia dipecat saja karena sudah membuat malu istana,” ujar Ade. “Jangankan kampanye hitam, memihak saja tidak boleh.” Kutipan pertama pernyatan Ade Irawan ― Lebih baik dia dipecat saja karena sudah membuat malu istana,‖ dan pernyataan kedua ― Jangankan kampanye hitam, memihak saja tidak boleh.‖mempunyai makna berbeda. Pernyaataan pertama memiliki pesan untuk dan peringatan pada ketegasan sikap presiden terhadap Satiardi Budiono sebagai penggagas Obor Rakyat untuk memberikan sangsi. Namun, di pernyataan kedua Ade Irawan seolah presiden terlibat dalam membiarkan kampanye hitam menyebar. Perlu ditambahkan bahwa, pernyataan Ade Irawan memang
tidak muncul sendiri ada upaya dorongan menjawab
pertanyaan yang ditekankan oleh seorang wartawan terkait keterlibatan presiden. Hal ini, karena kutipan pertama dan kedua jauh berbeda baik penempatan keterangan penjelasan dan maknanya. Setiardi Budiono penggagas Tabloid Obor Rakyat dalam keterangannya, memang menolak dihubung-dihubungkan dengan keterkaitan istana dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
154
kampanye hitam Jokowi. Sayangnya, Koran Tempo tidak menuliskan kutipan langsung dari Setiardi Budiono. Padahal, keterangan Setiardi Budiono begitu penting, bagi pembaca, apakah benar istana tidak terlibat dalam penjelasan sesungguhnya. Lebih jauh lagi, dalam keterangan dari pihak istana hanya mengambil dari keterangan staf presiden Aldrian Pasha dan Daniel Sparingga bukan presiden langsung dan hampir sama dengan Setiyardi Budiono, tidak ada keterangan langsung. Berita ini terlihat tidak berimbang. Mengingat judul berita menjurus kepada presiden tetapi dibentuk tanpa keterangan pasti mengenai keterliban secara langsung dari presiden. Hal ini mengindikasikan skala penting dan tidak penting dan struktur susunan berita, dengan menaruhkan dipenutup keterangan dari pihak istana menjadi tidaklah penting.
b. Skrip Struktur berita berdasarkan kaidah penulisan jurnalistik 5W+1H seperti what: Presiden dituding memihak pada satu calonwho: Anggota tim kuasa hukum Jokowi-Kalla Todung Mulya Lubiswhere: Media Center JKW4P When: Kemarin (27/6) why: Presiden tidak memberikan sangsi tegas pada stafnya selaku penggagas kampanye hitam lewat Tabloid Obror Rakyat how:Kampanye hitam atas Jokowi tak dapat dihentikan. Dari kelengkapan unsur berita, Koran Tempo tidak berupaya menghilangkan unsurnya. Hanya saja, penjelasan unsur why belum
http://digilib.mercubuana.ac.id/
155
sepenuhnya diterangkan secara lugas dan gamblang. Mengingat persoalan keterkaitan presiden dalam kampanye hitam, Koran Tempo hanya menunjukkan keterlibatan itu masih bersifat praduga dengan landasan tidak kunjung dipecatnya Setiayardi Budiono terkesan ― dipelihara‖. Sebagai dampaknya, kampanye hitam tetap semarak dan merugikan pasangan JokowiKalla yang terus tergerus elektabilitasnya dengan citra buruk yang ditampilakn oleh Obor Rakyat. c. Tematis Tema yang bisa ditulis oleh seorang wartawan (1)Presiden tidak netral (2) Aparat kepolisian belum bisa menghentikan kampanye hitam (3) Setiyardi Budiono sebagai penggagas Obor Rakyat masih belum dipecat dari istana (4) Istana tidak terlibat soal kampanye hitam. Penulisan berita ini lebih mengambil sudut pandang soal ada keterlibatan presiden kasus kampanye hitam terhadap Jokowi-Kalla, sehingga diindikasikan memihak kepada salah satu calon. Dugaan itu didasari karena kurangnya ketegasan presiden untuk memberikan surat pemecatan kepada Setiyardi Budiono staf nya selaku penggagas Tabloid Obor Rakyat. Di samping itu, penegasan lainnya pihak kepolisian terlihat diam untuk mengambil keputusan dalam menghentikan dan menindak Setiyardi Budiono yang sudah jelas terlibat dalam kampanye hitam dari fakta penyebaran isu negatif kepada Jokowi lewat tabloid Obor Rakyat. Pada paragraf pembuka, Todung Mulya Lubis menuding presiden dan kepolisian terlibat karena mendiamkan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
156
“Tim hukum Jokowi-Kalla menuding Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kepolisian tidak netral dalam pemilihan umum presiden. menurut anggotan tim kuasa hukum Jokowi-Kalla , Todung Mulya Lubis, Presiden yang juga Ketua Umum Partai Demokrat dan polisi mendiamkan penerbitan Obor Rakyat yang memojokkan Jokowi.” Pada paragraf pertama ini, baik Presiden ― dan‖ Polisi terlibat. Kalimat tersebut berarti memiliki dua komponen yang sama-sama terlibat Presiden serta Polisi. Pembuktian keterlibatannya dilihat dari paragraf kedua dari penjelasan Todung Mulya Lubis. “Kami menyimpulkan Presiden berpihak, Presiden sama sekali tidak netral. Kami sudah menyampaikan pengaduan ke Polisi, Dewan Pers, dan Badan Pengawas Pemilu, tapi negara tak berdaya,” kata Todung di Media Center JKW4P kemarin. Presiden, kata Todung, seharusnya memberikan sangsi terhadap penggagas Obor Rakyat, yaitu Setiyardi Budiono, yang juga staf kepresidenan.” Di paragraf kedua tersebut, dua komponen yang dituding terlibat seperti yang tertera diparagraf pertama, justeru tidak dijelaskan. Hanya mengenai presiden dikatakan tidak memberikan sikap tegas pada stafnya. Koran Tempo mencoba memframe pemberitaannya seolah-seolah lembaga manapun (Polisi, Dewan Pers dan Badan Pengawas Pemilu) tidak berdaya. serta sosok Presiden yang mampu melakukan instruksi untuk memberhentikan stafnya yang melanggar tidak melakukan tindakan apapun. selebihnya hal ini akan memberikan asumsi tentang persepsi Presiden dan Polisi serta lembaga lain tak berkomitmen mewujudkan pemilu sehat, sehinga Jokowi terus menjadi korban kampanye hitam. Sayangnya, ini berakibat lain, yaitu pelemahan
kinerja
hukum
dan
mampu
kepercayaan publik kepada Presiden dan Polisi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyebabkan
menurunnya
157
Dalam hubungan antar paragraf masih ditemukan ketidaksaling hubungan antar paragraf. Saat penjelasan Jendral Sutarman mengenai berbedanya wewenang dalam penanganan kasus kampanye hitam oleh kepolisian seharusnya meletakkan penjelasan Kepala Bagian Penerangan Hukum dan Masyarakat Mabes Kepolisian Komisaris Besar Agus Rianto terkait usaha pengusutan kampanye hitam dengan melakukan pemeriksaan terhadap redaktur Obor Rakyat Darmawan Sepriyossa lebih tepat melengkapi pernyataan Jendral Sutarman. Akan tetapi, justeru pernyataan Ade Irawan dari ICW tentang kekurang tegasan Presiden melemahkan pernyataan Jendral Sutarman. d. Retoris Dalam srtuktur retoris, Koran Tempo melakukan bentuk penononjolan dan pemilihan kosa kata dalam mewakilkan perumpamaan atau kata yang berimplikasi penekanan. Dalam penonjolan kata misalnya, koran tempo menuliskan nama Obor Rakyat dengan huruf miring ― Obor Rakyat”. Kata ― mendiamkan ― dalam paragraf sama artianya ― tidak melakukan apa-apa‖ atau ― tidak mengusahakan apa-apa‖. Kata tersebut ditujukan pada sebuah badan negara kepolisian serta Presiden. kata tersebut bermakna lemahnya kinerja
pemerintah
dalam
mengusahakan
kampanye
bersih
dengan
membiarkan kampanye hitam marak. Kata mendiamkan bisa diganti ― kurang tegas‖ dengan itu tidak ada upaya memberikan kesan yang kurang baik pada lembaga negara dan presiden serta memberikan bentuk upaya tindak lanjut. Kata ― memojokkan‖ dipilih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
158
untuk menempatkan sosok Jokowi sebagai terdzolimi tanpa pembela. Hal ini, membuahkan pandangan bahwa Jokowi sosok yang tidak salah seperti diisukan dalam kampanye hitam. Ditemukan juga penekanan, saat penulisan pandangan Ade Irawan kekurang tegasan Presiden dalam mengabil sikap pada staf nya selaku pengagas Obor Rakyat. “Koordinator Indoneia Coruption Watch, Ade Irawan menganggap istana seharusnya memberhentikan penggagas Obor Rakyat, Setiardi Budiono” Kata ― menganggap‖ adalah bermakna dugaan sementara, namun anggapan terkait dugaan apa belum dituliskan secara jelas. Lebih baik, kata menganggap diganti dengan ― mengatakan‖ atau ― menyarankan‖ sehingga pembaca tidak dibingungkan saat mencerna isi berita. Berita ini dilengkapi dengan gambar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan diagram perolehan elektabilitas dari lembaga survie. Dalam penjelasan hasil presentase empat lembaga survie, Lingkaran Suvie Indonesia, Lingkaran Lembaga Survei Nasional, Lembaga Survie Indonesia- IFES, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang melakukan riset, Jokowi-Kalla unggul atas Prabowo-Hatta tiga banding satu hanya Lembaga Survei Nasional yang
menyatakan Prabowo unggul atas Jokowi. Menariknya, permulaan
dalam pejelasan kata, Koran Tempo. “Pemungutan suara tinggal 11 hari. Sekretaris Tim pemenangan Prabowo-Hatta, Fadli Zon, mengklaim survei internalnya menunujukan jagoannya menang. Satu lembaga survie juga mengunggulkan pasangan nomor urut 1. Namun sejumlah lembaga survei lain yang digelar lembaga survei bergengsi menunjukkan Joko Widodo-Jusuf Kalla justeru terus berkibar”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
159
Ada upaya untuk membedakan dari Koran Tempo tentang kualitas data dari lembaga survei dengan kata ― lembaga survei bergengsi‖. Ini memaknakan lembaga selain yang dimaksud bisa diragukan karena bukan dari lembaga survei kenamaan. Selain itu ada kecenderungan Koran Tempo memberikan gambarangambaran baik kepada calon presiden pasangan nomor 2 dengan kata ― Joko Widodo-Jusuf Kalla justeru terus berkibar‖.
4.2.5.3. Perbandingan Frame Rakyat Merdeka dan Tempo, Sabtu 28 Juni Elemen
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Frame
Obor Rahmat dinyalakan Obor Rakyat Kini Punya Tandingan. Ada bentuk perhatian khusus Rakyat Merdeka untuk menginterpretasikan pernyataan Dahlan Iskan dalam menjelaskan status kedudukan dan tujuan tabloid Obor Rahmat. Disamping itu, ada penegasan kedudukan Dahlan Iskan berdasarkan pilihan politiknya. Struktur penulisan Rakyat Merdeka sudah lengkap. Penjelasan di dalamnya tidak menghilangkan keterangan penjelas mengenai unsur-unsur yang ada.
Kasus Kampanye Hitam Presiden Dituding Memihak.
Sintaksis
Skrip
Tematis
Penyusunan berita ini tidak berimbang. Masih terdapat beberapa penekanan dalam pemberian keterangan untuk membenarkan satu fakta tertentu dengan penambahan penjelasan dan menghilangkan keterangan penjelas lainnya.
Semua unsur penulisan berira 5W+1H lengkap. Walaupun dalam penjelasan mengenai pertanyaan why soal keterkaitan presiden dalam kampanye hitam belum dijelaskan secara jelas. (1) tabloid Obor Rahmat dibuat (1)Presiden tidak netral (2) guna meluruskan isu buruk Aparat kepolisian belum bisa tentang Jokowi oleh tabloid menghentikan kampanye Obor Rakyat (2) Obor Rahmat hitam (3) Setiyardi Budiono menargetkan penyebaran sebagai penggagas Obor Tabloidnya di wilayah Rakyat masih belum dipecat pesantren (3) tim pemenangan dari istana (4) Istana tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
160
Elemen
Retoris
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Prabowo menolak Obor Rakyat dibuat oleh kubu mereka. Ada penonjolan kata yang dimaksudkan untuk memperjelas arah tabloid Obor Rahmat yang ditujukkan mengarah kepada relawanrelawan Jokowi-Jk untuk membangun kembali citra buruknya.
terlibat soal kampanye hitam. Ada penyeleksian kata seperti ― mendiamkan‖ dan ― memojokkan‖ dengan memancing persepsi tertentu kepada sosok Jokowi sebagai korban kampanye hitam. Di samping itu berita ini dilengkapi dengan gambar dan diagram yang ditambah dengan sedikit pengantar penjelasan mengenai data hasil elektabilitas lembaga survei dengan kecenderungan menekankan pemahaman kepada calon tententu (prabowo) yang diwakili oleh kata dan pembeda.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
161
4.2.6. Frame berita media Rakyat Merdeka dan Tempo pada tanggal Jumat, 04 Juli 2014. 4.2.6.1. Analisi berita Rakyat Merdeka: Hasil Penelitian 200-an Psikolog Prabowo Tegas Berani Jokowi Pekerja Jujur. Matriks 4.25 Hasil Penelitian 200-an Psikolog Prabowo Tegas Berani Jokowi Pekerja Jujur Judul Isi Berita Sumber
Hasil Penelitian 200-an Psikolog Prabowo Tegas Berani Jokowi Pekerja Jujur Perbadingan penilaian psikolog terhadap pasangan calon presiden. Prof. Hamdi Muluk (Ketua Laboratorium Psikologi Politik UI),Prof. Suprapti Sumarmo (Pakar Psikologi Klinis), Prof. Zainal Abidin (Pakar Psikologi Universitas Padjadjaran), dan Joe Rumeser (Pakar Psikologi Himpunan Psikologi Indonesia).
Matriks 4.26 Frame Rakyat Merdeka: Hasil Penelitian 200-an Psikolog Prabowo Tegas Berani Jokowi Pekerja Jujur. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Rakyat Merdeka mendeskripsikan hasil penelitian psikologi dengan gamblang serta menambahkan perbandingan cawapres dari masing calon sebagai upaya acuan bagi pembaca guna dijadikan penilaian lengkap agar tidak hanya berfokus pada sosok presiden. selain itu Rakyat Merdeka berusaha menjelaskan beberapa temuan penelitian tentang karakteristik calon dengan tidak memposisikan diri pada kecenderungan salah satu calon. Penulisan berita sudah sesuai dengan kaidah penlisan jurnalistik 5W+1H, serta tidak ditemukan upaya Rakyat Merdeka menghilangkan atau membingkai pemberitaan pada kecenderungan tertentu. (1) baik Prabowo dan Jokowi tidak ada yang bersifat buruk (2) Prabowo minim pertimbangan pengambilan keputusan dibandingkan Jokowi (3) Cawapres dari Jokowi lebih baik penilaian keperibadiannya dibandingkan Cawapres Prabowo. Ada bentuk penekanan pada kata klasifikasi penelitian untuk
Skrip
Tematis
Retoris
http://digilib.mercubuana.ac.id/
162
memperjelas pembaca sebagai acuan koreksi pointkesesuaian alat penelitian pada objeknya yaitu calon presiden. selain itu juga terdapat kata yang ditekankan untuk dijadikan masukan cara melihat kepribadian lain selain karakteritik dari pernelitian para psikolog.
a. Sintaksis Headline berita Rakyat Merdeka ini diberikan judul ― Hasil Penelitian 200-an Psikolog Prabowo Tegas Berani Jokowi Pekerja Jujur‖. Sudut tinjauan Rakyat Merdeka menjelaskan dari hasil penelitian pakar Psikologi terhadap mental dan kepribadian calon presiden yang berkesimpulan kedudukannya sama walaupun berbeda karakteristik. Lead berita bahkan meyimpulkan dari hasil penelitian yang dilakukan tak kurang 204 pakar psikologi dari berbagai pakar psikologi kampus Universitas Indonesia (UI) dan Univeristas Padjadjaran serta instansi lainnya. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Jokowi seorang pekerja keras dan jujur, sedangkan Prabowo merupakan tipikal pemimpin yang tegas berani. Latar berita ini disusun berdasarkan dari pengutaraan hasil penelitian dan penjelasanya terhadap kecenderungan karakteristik kepemimpinan dan cara menjalankan roda kepemimpinan di kala terpilih menjadi presiden nanti. Narasumber Prof. Hamdi Muluk menjelaskan bahwa penilaian kepribadian adalah suatu hal yang menentukan di pemilihan presiden. Rakyat Merdeka menjabarkan pembagian dari hasil penelitian tersebut sebagai berikut. “Semua kandidat memiliki tujuh sikapyang menonjol. Prabowo dianggaptegas, berani, dominan, ambisius, emosional,otoriter dan keras kepala. SedangkanJokowi wataknya pekerja keras,sederhana,jujur, rendah hati, tenang,pengabdi dan tegas.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
163
Terlihat jelas perbedaan signifikan diantara sifat kedua calon. Namun kesimpulan ini dilengkapi dengan kutipan langsung narasumber bahwa ― tidak ada capres yang bersifat buruk‖. “Dilihat dari hasil ini, sebenarnya tidak ada capres yang bersifat buruk. Ini hanya perbandingan. Jokowi dianggap lebih stabil, sedang Prabowo dianggap lebih tegas,” jelasnya.” Rakyat Merdeka berusaha menempatkan postur kedua presiden dalam kedudukan sama. Memang, jika diamatai secara seksama Jokowi lebih baik secara ciri karakteristik dibadingkan Prabowo. akan tetapi, pernyatan langsung dari Prof. Hamdi Muluk menegaskan hanyalah ― perbandingan‖ bukan ― acuan‖. Rakyat Merdeka memberikan perhatian lebih dalam berita ini mengenai hasil penelitian. Misalnya mengerucutkan pertanyaan yang dianggap penting tentang cognitive complexity. “Ada dua pertanyaan menarik terkait cognitive complexity dalam survei ini: Apakah kandidat memiliki kemampuan mengeluarkan ide cemerlang? Bagaimana kemampuan kandidat melihat permasalahan secara komprehensif dan menerjemahkannya jadi kebijakan konkret?” Perolehan tersebut menunjukakkan Prabowo memperoleh 6,67 persen sedangkan Jokowi 7,7. Selain itu perbandingan dalam pengambilan keputusan Prabowo hanya mendapat 26 persen dan Jokowi38 persen. Rakyat Merdeka menampilkan lebih gamblang dengan mengikutsertakan hasil penelitian psikologi cawapres dari masing-masing calon dengan demikian maka penilaian psikologi kepemimpinan tidak berdasarkan satu kaca subjektifitas tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
164
“Hatta dan JK sama-sama memiliki motivasi berkuasa. Skornya tak bedajauh. Hatta (7,17) dan JK (7,31). Tapi motivasi berprestasinya lebih besar JK(8,15) dibanding Hatta (6,59). JK juga dianggap unggul dalam tingkat kejelian dan kreativitas menghadapi masalah pelik (7,86) dibanding Hatta (5,99).Yang menarik, meskipun usia JK paling senior, namun yang paling rentan mengalami burn out (kelelahan fisik, emosional dan mental) setelah terpilih adalah Hatta (5,62) dan JK (4,2).” Berbeda dengan Prof. Hamdi Muluk, pakar psikologi klinis Prof. Suprapti Sumarmo lebih melihat bahwa hasil penelitian itu didasarkan dengan kesamaan persepsi publik. Rakyat Merdeka menjelaskanya bahwa sifat emosional dan ambisius tidak selamanya bersifat negatif, karena dalam kepemimpinan hal itu juga dilihatnya sangat penting juga. Pernyatan itu disandarkan pada pernyataan langsung Prof. Suprapti Sumarmo. Rakyat Merdeka membubuhkan persepsi baru tentang kesan emosional dan sifat ambisius tidak hanya dilihat dalam satu sudut pandang yang menjurus pada makna negatif dan tempramen. Selain itu Prof . Zainal Abidin pakar psikologi Universitas Padjadjaran mengutarakan pendapatnya saat menanggapi hasil temuannya bahwa skor calon presiden tidak berada di bawah penilaian normal. Selajutnya komentar Joe Rumeser tidak banyak memberikan penyatan hanya cukup pada pesan dalam pendapat yang dikhususkan pada calon presiden untuk tetap berada dijalan benar berdasarkan visi-misi untuk memajukan masyarakat indonesia. Dalam peyusunan tidak diperlihatkan narasumber penting atau tidak penting, semua ditempatkan sesuai pendapat narasumber dalam menegaskan hasil temuan penelitiannya. b. Skrip
http://digilib.mercubuana.ac.id/
165
Struktur penulisan berita ini ditulis berdasarkan kaidah penulisan jurnalistik 5W+1H dengam unsur what: 204 psikolog mengeluarkan hasil temuan penelitian tentang kepribadian calon presiden dan wakil presiden who: para pakar psikologi dari berbagai elemen where: Restoran D‘consulate, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat when: kemarin (3/7) why: aspek kepribadian dianggap mementukan dalam pemilihan presiden untuk dipilih how: hasil menujukkan Prabowo berkepribadian tegas berani serta Jokowi pekerja jujur. Dari
kelengkapan
unsur
berita
tidak
ditemukan
Rakyat
Merdeka
menghilangkan atau membingkai pemberitaan.
c. Tematis Ada beberapa tema yang bisa ditulis oleh seorang wartawan dalam berita ini (1) baik Prabowo dan Jokowi tidak ada yang bersifat buruk (2) Prabowo minim pertimbangan pengambilan keputusan dibandingkan Jokowi (3) Cawapres dari Jokowi lebih baik penilaian kepribadiannya dibandingkan Cawapres Prabowo. Penulisan berita bertitik tekan pada penegasan hasil penilaian kepribadian dikarenakan penegasan dari narasumber lebih jelas dan mudah dipahami dibandingkan dengan dua tema yang lainya. Rakyat Merdeka beberapa kali menampilkan dua kaca penilaian berbeda misalnya pada Prabowo. misalnya dalam salah satu kutipan Prof. Hamdi Muluk. ― Dari aspek ini, Prabowo dianggap tidak banyak pertimbangan dalam membuatsebuah keputusan,‖
http://digilib.mercubuana.ac.id/
166
kutipan diatas merupakan bagian kutipan langsung. Namun, Rakyat Merdeka mencoba menggiring persepsi pembaca untuk lebih dalam mengambil penilaian dengan sejumlah data yang diambil dari hasil peneltian. Misalnya: “Terhadap krisis hubungan internasional, Prabowo dinilai berani menyatakan penghentian hubungan diplomatik(70 persen). Sedangkan Jokowi dianggap tidak akan melakukan tindakan itu.” Rakyat Merdeka, tidak semua kepribadian sempurna dimiliki salah satu calon. Rakyat Merdeka mencoba meyakinkan dalam mengambil kesimpulan pada para pembaca juga harus banyak didasarkan dengan melihat aspek secara keseluruhan tidak hanya parsialitas saja. Perbandingan lain dengan koherensi antara kalimat dituliskan oleh Rakyat Merdeka di dalam penjelasan perbedaan karakteristik calon presiden. Perbedaan tersebut tidak menegaskan dominasi salah satu calon atas calon lainnya namun hanya sebatas pembanding serta menyerahkan kesimpulan akhir atas penilaian pada pembaca. “Bagaimana dengan cawapres? Tujuh kepribadian yang menonjol dari Hatta yaitu tenang, cerdas, oportunis, ambisius,hatihati, pekerja keras dan kompromistis. Sedangkan JK wataknya berani, tegas, cepat, cerdas, bijaksana, kreatif, dan pekerja keras.” d. Retoris ada bentuk penekanan yang dituliskan Rakyat Merdeka guna menunjukkan
pada
penegasan
aspek-aspek
alat
ukur
penelitian.
Misalnya,bentuknya adalah survei mengukur delapan kepribadian capres cawapres, meliputi aspek motivasi sosial, cognitive complexity (kompleksitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
167
kognitif), emotional stability (kestabilan emosi), leadership style (gaya memimpin),
decision
making
style
(gaya
pengambilan
keputusan),
interpersonal style (gaya interpersonal), explanatory style (gayayang tampak), dan trait (watak atau sikap). Kata-kata ejaan asing sengaja dimiringkan untuk memberikan bentuk perhatian khusus bagi para pembaca atas karakteristik yang dijadikan alat ukur penelitian agar supaya pembaca juga ikut melihat kecocokan alat penelitian tersebut dijadikan klasifikasi dan pengujian yang komprehensip pada calon presiden dan wakil presiden. ataukah masih ditemukan klateria yang tidak dimasukkan atau ditambah-tambahkan. Selain itu terdapat kata ― wongke‖ yang dimiringkan. Kata ini murni pernyatan narasumber yang berarti memanusiakan. Penekanan ini adalah pesan pada semua calon agar memiliki sikap tambahan memanusiakan bawahannya yang sebelumnya tidak masuk dalam klateria penilaian dalam penelitian psikolog. Tak hanya di situ, juga terdapat kata ― challenge‖ yang dimiringkan untuk memberikan dorongan untuk membuat masyarakat mampu bergerak. Artinya,
pemimpin
juga
harus
mampu
ditiru
kepribadiannya
oleh
masyarakattidak hanya cukup memiliki sikap baik saja dan tentunya hal ini merujuk pada peran kinerja baik saat pelaksaanan pemerintahan oleh seorang presiden.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
168
4.2.6.2. Analisis berita Tempo: Survey Terhadap 204 Psikolog Prabowo Otoriter, Jokowi Demokratis. Matriks 4.27 Survey Terhadap 204 Psikolog Prabowo Otoriter, Jokowi Demokratis Judul Isi Berita Sumber
Survey Terhadap 204 Psikolog Prabowo Otoriter, Jokowi Demokratis. Pakar Psikolog menyatakan Jokowi lebih demokratis daripada Prabowo. Hamdi Muluk (Kepela Laboratorium Psikologi UI), Suhardi (Ketua Umum Partai Gerindra)
Matriks 4.28 Frame Koran Tempo: Survey Terhadap 204 Psikolog Prabowo Otoriter, Jokowi Demokratis. Elemen
Strategi Penulisan
Skematis
Di dalam berita ini, penyusunan berita disisipi penekanan yang berbeda-beda dari kasus yang berkaitan dengan judul yaitu hasil survie yang dilakukan pakar psikologi. Namun di sisi lai juga di sesuaikan dengan wacana yang dianggap sesuai dengan apa yang dinyatakan masyarakat. Dari kelengkapan penulisan berita berdasarkan kaidah 5W+1H, Koran Tempo tidak meletakkan keterangan pertanyaan where sehingga kejelasan lokasi di mana narasumber memberikan keterangan belum jelas. (1) Survei psikologi menilai Jokowi lebih demokratis (2) Prabowo bakal memakai gaya militer. Ada bentuk penekanan kata dengan memunculkan makna terhadap kesan pribadi dari calon presiden seperti sosok demokratis pada Jokowi dan otoriter pada Prabowo. berita ini juga dilengkapi gambar dan pejabaran hasil survei mengenai karakteristik dari para ahli psikolog.
Skrip
Tematis Retoris
a. Sintaksis Headline berita ini menulis ― Survey Terhadap 204 Psikolog Prabowo Otoriter, Jokowi Demokratis‖, didasarkan atas hasil surveipenilitian para
http://digilib.mercubuana.ac.id/
169
pakar psikologi dari Lembaga Psikologi UI, Ikatan Psikologi Sosial, Ikatan Psikologi Klinis, dan Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Lead berita ini ― Jokowi diyakini mampu melibatkan partisipasi masyarakat‖. lead tersebut disarikan dari keseluruhan penilaian yang menyebutkan Jokowi lebih Demokratis. Kata ― diyakini‖ merupakan keyakinan pakar psikolog dengan hasil penelitian yang diteliti mereka. Jokowi dalam penelitian tersebut memiliki jumlah presentasi penilaian demokratis sebesar 87 persen, 13 persenya otoriter. Berbanding terbalik dengan Prabowo yang memiliki presentase kepemimpinan otoriter jauh lebih tingga 76 persen dan hanya 24 persen saja melihat dirinya sosok demokratis. Dalam penyusunan berita Hamdi Muluk meyatakan penelitian benar adanya dengan menegaskan dengan kutipan perkataan ― sama seperti wacana yang selama ini beredar dalam masyarakat‖. jika kutipan ucapan dibenarkan dan sesuai dengan wacana dimasyarakat, maka di berita justeru tidak dijelaskan mengenai gambaran wacana apa. Padahal, penelitian ini berfokus pada pakar psikologi bukan dari masyarakat. Koran Tempo berusaha memframe konstruksi berita bahwa hasil peneltian tersebut juga bisa diamini karena persepsinya sama dengan masyarakat. Sumber penelitian dilihat berdasarkan tingkah laku publik
yang
konsisten, pidato, rekamanwawancara, cacatan biografi, dan peristiwa penting dalam hidup dari masing-masing calon. barulah dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa Jokowi lebih demokrastis dari Prabowo.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
170
b. Skrip Struktur berita ini ditulis berdasarkan kaidah 5W+1H what: Jokowi lebih demokratis dari pada Prabowo who: Kepala Laboratorium Psikologi UI Hamdi Muluk when: Kemarin (3/7)why: Jokowi mampu mewadahi partisipasi masyarakat
how:Jokowi dinilai bisa menjalankan pemerintahan lebih
baik.Dari kelengkapan unsur pemberitaan, Koran Tempo tidak mencantumkan keterangan jelas di mana pengambilan sumber berita narasumber dimintai keterangan. c. Tematis Ada dua tema yang bisa ditulis oleh wartawan dalam berita ini (1) Survei psikologi menilai Jokowi lebih demokratis (2) Prabowo bakal memakai gaya militer. Berita ini ditulis dengan melihat perbandingan-perbandingan klateria kepemimpinan dari hasil survei. Dari hasil tersebut misalnya, motivasi berkuasa diantara calon Jokowi 6,36 dan Prabowo 8,64. Untuk kemampuan melihat masalah dan membuat kebijakan konkret Jokowi memperoleh penilaian 7,79 dan Prabowo 6,43. Dalam ketenangan menghadapi persoalan Jokowi tetap unggul 7,67 atas Prabowo 5,16. Selain itu, dalam hal kemampuan menarik pastisipasi masyarakat Jokowi lebih baik penilaiannya 7,95 sedangkan Prabowo6,02. Dalam penulisan berita, Koran Tempo lebih menekankan suatu kecenderungan tertentu pada salah satu calon. Hal ini dilihat dari kalimat pembukaan ― Prabowo lebih memiliki gaya otoriter. Sedangkan pesaingnya, Joko Widodo, disebut lebih demokratis‖. Kata ― memiliki‖ melabelkan otoriter
http://digilib.mercubuana.ac.id/
171
merupakan pembawaan bukan bagian dari karakteristik yang dipilih bagi Prabowo. kata ― memiliki‖ dalam kalimattersebut akan memberikan stereotype pada Prabowo bahwa ia sosok yang sulit memberikan peluang partisispasi masyarakat seperti ciri-ciri kepemimpinan otoriter64. Dalam paragraf lain ada upaya penegasan pada suatu unsur yang telah jelas pengertiannya bahwa Prabowo memiliki tingkat ketenangan rendah. “Jokowi juga dianggap memiliki tingkat ketenangan yang lebih tinggi dalam menghadapi persoalan pelik (7,67 dari 10 skala). Sebaliknya, Prabowo memiliki tingkat ketenangan atau stabilitas emosi yang rendah ketika mengadapi persoalan yang sangat berat (5,16 dari 10 skala)” Dalam keterangan mengenai Prabowo ‖memiliki tingkat ketenangan‖. Hal itu sudah jelas dan dimengerti oleh pembaca. Kata ― stabilitas emosi‖ di sini merupakan penjelasan yang menerangkan apa bila kurang dimengerti kata sebelumnya tetapi juga bisa bermakna menambahkan keterangan yang difungsikan menimbulkan kesan yang lain bagi pembaca. d. Retoris Simbol
yang
di
mediasi
lewat
karakteristik
kepemimpinan
― demokratis‖ dan ― otoriter‖ yang dilekatkan pada calon presiden mempunyai dua kata bermakna konotasi yang berbeda. Demokratis lebih disepakati 64
Berangsung-angsur, kekuasaan berkembang dari sifat ― birokratik-otoriter‖ menjadi otokratik. Suharto mengulangi posisi Bung Karno sebagai ― Pemimpin Besar Revolusi‖, dengan gelar yang berbeda. Militer, yang selama Orde Baru dengan dwifungsi ABRI-nya terperosok ke dalam militerisme yang merasuk ke berbagai aspek kehidupan masyarakat, juga berubah. Belum pernah dalam sepuluh tahun ini militer mengancam akan melakukan kudeta. Malahan, jenderal-jenderal senior banyak yang berkiprah di partai politik dan bersaing di pemilihan umum—baik di tingkat pusat maupun provinsi dan kabupaten, dan yang kalah menerimanya dengan lapang dada. Sehubungan dengan perdamaian di Aceh, militer juga tunduk Lihat, Goenawan Mohamad ― Demokrasi dan Kekecewaan‖ dan Rizal Panggabean ― Negara Demokrasi Yang Belajar‖ dalam, Ihsan Ali-Fauzi dan Samsu Rizal Panggabean, Demokrasi dan Kekecewaan, (Jakarta: Project Democracy, 2011) hal, 2-34.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
172
masyarakat dikarenakan berkeseuaian dengan landasan haluan politik negara indonesia sebagai negara demokrasi65. Kata otoriter sebaliknya, merupakan model kepemimpinan yang sangat jauh dari negara yang menganut paham demokrasi. Pada kenyataan lain indonesia pernah gagal dalam menempatkan pastisipasi masyarakat seluas mungkin, saat Orde Baru dengan sistem kepemimpinan otoriter mematikan kesempatan berpendapat dan penyuaraan publik. Bagi Jokowi, dengan melekatkan kata demokratis sangat diuntungkan sedang bagi Prabowo justeru sangat merugikan karena merasakan citranya. Jika diamati, demokratis bukanlah bagian klateria yang ditentukan dari hasil survei penelitian melainkan penaikan kesimpulan dari seorang penulis berita. Penekanan lain yang agak kurang berimbang pada kata ― bakal menjalankan gaya otoritarian‖, kata ― bakal‖ di sini bahwa suatu saat kapanpun dan dimanapun, sifat otoriter tersebut tetap jadi pilihan gaya Prabowo dalam menampilkan kepemimpinannya. Sayangnya, dugaan yang ini bisa saja benar dan salah. Lebih baik kata ― bakal‖ diganti dengan ― bisa‖ atau ― mungkin‖ agar tidak terkesan menohok Prabowo.
65
Jimly Ashshiddiqy berpendapat bahwa pengertian demokrasi yang lebih partisipatif disebut kekusaan dari, oleh, untuk dan bersama rakyat. Artinya kekuasaan pada pokoknya diakui berasal dari rakyat dan karena itu rakyatlah yang menentukan dan memberi arah sesungguhnya menyelenggarakan kehidupan kenegaraan. Memang ada kendala dalam penegakan antara yang diidealkan dan kenyataan (1) hal yang paling nyata adalah bahwa meskipun 97 persen negara yang ada di zaman moderen mengklaim menganut sistem demokrasi tetapi pada kenyataannya berbeda-beda dalam prakteknya. (2) gagasan kedaulatan rakyat mendapat tantangan dari kaum agamawan yang lebih meyakini kekuasaan ada di tangan tuhan bukan dari rakyat. (3) gagasan demokrasi sering ditafsirkan sepihak oleh penguasa. Lihat, Jimly asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Konstitusi Press,2005) hal,241-242.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
173
Berita ini dilengkapi dengan gambar sketsa wajah Prabowo dan Jokowi yang ditampilkan berbeda saran dengan makna. Gambar Prabowo dilukiskan dengan mata mendelik menatap tajam sedangkan Jokowi dilukiskan dengan wajah murung. Di samping itu, dibubuhkan penjabaran hasil survei hasil penilaian terhadap karakteristk calon presiden.
4.2.6.3. Perbandingan Frame Rakyat Merdeka dan Tempo, Jumat 4 Juli Elemen
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
Frame
Hasil Penelitian 200-an Psikolog Prabowo Tegas Berani Jokowi Pekerja Jujur. Rakyat Merdeka mendeskripsikan hasil penelitian psikologi dengan gamblang serta menambahkan perbandingan cawapres dari masing calon sebagai upaya acuan bagi pembaca guna dijadikan penilaian lengkap agar tidak hanya berpokus pada sosok presiden. selain itu Rakyat Merdeka berusaha menjelaskan beberapa temuan penelitian tentang karakteristik calon dengan tidak memposisikan diri pada kecenderungan salah satu calon. Penulisan berita sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnalistik 5W+1H, serta tidak ditemukan upaya Rakyat Merdeka menghilangkan atau membingkai pemberitaan pada kecenderungan tertentu.
Survey Terhadap 204 Psikolog Prabowo Otoriter, Jokowi Demokratis. Di dalam berita ini, penyusunan berita disisipi penekanan yang berbeda-beda dari kasus yang berkaitan dengan judul yaitu hasil survie yang dilakukan pakar psikologi. Namun di sisi lain juga disesuaikan dengan wacana yang dianggap sesuai dengan apa yang dinyatakan masyarakat.
Sintaksis
Skrip
Tematis
(1) baik Prabowo dan Jokowi tidak ada yang bersifat buruk
Dari kelengkapan penulisan berita berdasarkan kaidah 5W+1H, Koran Tempo tidak meletakkan keterangan pertanyaan where sehingga kejelasan lokasi di mana narasuber memberikan keterangan belum jelas. (1) Survei psikologi menilai Jokowi lebih demokratis (2)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
174
Elemen
Retoris
Rakyat Merdeka
Koran Tempo
(2) Prabowo minim pertimbangan pengambilan keputusan dibandingkan Jokowi (3) Cawapres dari Jokowi lebih baik penilaian keperibadiannya dibandingkan Cawapres Prabowo. Ada bentuk penekanan pada kata klasifikasi penelitian untuk memperjelas pembaca sebagai acuan koreksi point kesesuaian alat penelitian pada objeknya yaitu calon presiden. selain itu juga terdapat kata yang ditekankan untuk dijadikan masukan cara melihat kepribadian lain selain karakteritik dari penelitian para psikolog.
Prabowo bakal memakai gaya militer.
Ada bentuk penenakan kata dengan memunculkan makna terhadap kesan pribadi dari calon presiden seperti sosok demokratis pada Jokowi dan otoriter pada Prabowo. beritaini juga dilengkapi gambar dan pejabaran hasil survei mengenai karakteristik dari para ahli psikolog.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
175
4.3.
Pembahasan Media Massa bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan keberpihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Apa yang tersaji dalam berita, dan kita baca tiap hari, adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Sehingga media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan pada publik.66 Seperti dalam temuan penilitian ini, bagaimana antara Rakyat Merdeka dan
Tempo
melakukan
konstruksi
realitas
melalui
kerangka
frame
operasionalisasi teks berita pada masa kampanye Capres 2014. Ditemukan enam peristiwa, pertama debat perdana Kandidat Capres-Cawapres, kedua debat putaran kedua kandidat Capres tanpa Cawapres, ketiga penjelasan oleh wiranto tentang beredarnya surat pemberhentian Prabowo yang disangkutkan pada kasus HAM, keempat lembaga survei menerbitkan hasil survei elektabilitas masingmasing kandidat Capres , kelima beredarnya tabloid obor rakyat dan obor rahmat, keenam hasil survei ratusan (204) psikolog sebagai responden pada masingmasing kandidat Capres. Enam peristiwa tersebut yang dikonstruksi baik oleh Rakyat Merdeka dan Tempo secara beragam. Keragaman itu terlihat melalui judul berita headline, lalu konten berita, penekanan-penekanan kata, juga narasumber. Di sinilah media 66
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta: LKIS, 2012).h.26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
176
sebagai institusi dan wartawan sebagai pelapor sekaligus pencipta kata menuangkan
subjektivitas
dirinya
(pengetahuannya,
pemahamannya,
dan
penafsirannya) tentunya juga tidak terlepas pada keberpihakannya. hal ini merepresentasikan realitas propaganda media, bagaimana adanya proses penyampaian ide, gagasan, dan kepercayaan, bahkan doktrin yang disebarluaskan melalui media massa dengan tujuan menciptakan dan mempengaruhi opini publik. Hubungan propaganda dan opini publik sangatlah erat sekali dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Laswell (1927) pernah mengatakan bahwa propaganda semata-mata adalah control opini (it propaganda refers solely to the control of opinion) (Severin dan Tankard, 1979). Ini artinya, suatu propaganda dilakukan untuk mempengaruhi atau mengontrol opini pihak yang menjadi sasaran propaganda.67 Dalam kenyataannya, sikap dan perilaku itu hanya bisa dibentuk melalui keterpengaruhan opini terlebih dahulu. Jadi dimulai dengan sebuah opini, dipropagandakan, lalu menjadi opini publik dan perubahan sikap perilaku sasaran propaganda. Bisa diartikan bahwa opini publik adalah kelompok yang tidak terorganisasi serta menyebar di berbagai tempat dengan disatukan oleh suatu isu tertentu dengan saling mengadakan kontak satu sama lain dan biasanya melalui media massa. Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger ini menyatakan bahwa realitas kehidupan sehari-hari memiliki dimensi subjektif dan Objektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan realitas sosial yang objektif melalui
67
Nurudin, Komunikasi Propaganda. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), h. 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
177
proses
eksternalisasi
sebagaimana
ia
mempengaruhinya
melalui
proses
internalisasi (yang mencerminkan realitas subjektif). Bahwa Manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis dan plural secara terus menerus. Berger melihat manusia sebagai produk masyarakat dan masyrakat sebagai produk manusia, baik manusia dan masyarakat saling berdialektika diantara keduanya. Masyarakat tidak pernah sebagai produk akhir, tetapi tetap sebagai proses yang sedang terbentuk (Poloma, 1984;308-310). Konstruksi realitas media berdasarkan kerangka tertentu berkaitan dengan kenyataan bahwa kebanyakan khalayak adalah pihak yang aktif dan memiliki pengetahuan untuk melakukan penafsiran atas berbagai informasi yang diterima berdasarkan perspektifnya sendiri, sementara media berkeinginan membatasi pandangan khalayak atas suatu realitas, padahal mungkin ada realitas lain yang lebih menarik untuk diketahui atau ditampilkan, namun tidak ditampilkan media. Framing hadir sebagai strategi atau cara wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada pembaca atau sebagai cara wartawan mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami pembaca. Frame berhubungan dengan makna, bagaimana seseorang memaknai sesuatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks, dalam konteks ini adalah teks berita. Istilah konstruksi merujuk pada bagaimana gagasan dan pendapat tertentu dari seseorang atau sekelompok orang ditampilkan dalam pemberitaan
68
,
sehingga realitas yang terjadi tidak digambarkan sebagaimana mestinya, tetapi
68
Ibid.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
178
digambarkan secara lain. Bisa lebih baik atau bahkan lebih buruk, cenderung memarjinalkan seseorang atau sekelompok orang tertentu. Melalui framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki dengan empat aspek strukturnya (Sintaksis, Skrip, Tematik, dan Retoris) dapat menunjukkan kecenderungan keberpihakan dan realitas propaganda yang dilakukan oleh institusi medianya sekaligus wartawan Harian Rakyat Merdeka dan Tempo dalam memahami keenam peristiwa yang telah tersebut di atas dalam rentang waktu satu bulan masa kampanye Capres 2014. Semisal perbandingan frame Rakyat Merdeka dan Tempo menyoroti debat pertama kandidat Capres-Cawapres yang terbit pada selasa 10 Juni 2014 melalui struktur sintaksis. Rakyat merdeka memilih headline ― Jokowi Minta Bantuan Jk, Prabowo Minta Bantuan Hatta‖, berita yang tersaji merupakan deskripsi peristiwa debat kandidat dan dialog aktif antar calon kandidat mengenai beberapa persoalan dengan tema HAM, Biaya politik, dan Bhinneka Tunggal Ika. Digambarkan kekurang mampuan masing-masing Capres dalam mengutarakan pendapatnya. Berbeda dengan Tempo yang memilih headline ― Debat Perdana Capres Jokowi Ungguli Prabowo‖, dilakukan pengurutan narasumber dalam penyusunan berita untuk menunjukkan skala penting atau tidak, dengan tujuan penekanan pernyataan narasumber bahwa jokowi benar lebih baik. Penonjolan-penonjolan kian terasa dilakukan oleh Tempo dengan menghilangkan unsure why dalam pirinsi 5W+1H. Pada edisi 16 Juni, 20 Juni, 27 Juni, 28 Juni, dan 4 juli pada 2014. Rakyat Merdeka lebih memberikan informasi berimbang terkait Enam peristiwa yang telah disebutkan sebelumnya namun bukan berarti tidak melakukan keberpihakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
179
pada salah satu Capres hanya saja intensitasnya rendah dan tidak dominan. Berbanding terbalik denganTempo yang cenderung dominan dalam melakukan penekanan, penonjolan, dan menghilangkan citra negatif berkaitan dengan keberpihakannya pada salah satu Capres. Bersamaan dengan konstruksi berita yang dilakukan pada masa kampanye Pilpres 2014, media sekaligus melakukan konstruksi citra. Dalam kajian ilmu komunikasi khususnya pada pembahasan tentang efek media, Staurt Hall memiliki konsep tentang representasi. Hall mendefinisikan representasi dengan the production of the meaning of the concepts in our minds through language (penciptaan makna melalui bahasa).69 Seperti dikutip oleh Dudi Iskandar, Hall menyatakan lebih dalam tentang representasi. ‖Representation means uasing language to say something meaningful abaout or to represent, the world meaningfully to other people. Representation is an essensial part of the process by with meaning is produced and exchanged between members of culture. It does involve the us of language, of signs and images which stand for a represent thing.”70 Pemahaman representasi hampir sama dengan pencitraan yaitu proses pembentukan citra melalui proses yang diterima oleh khalayak baik secara langsung maupun oleh media massa. Pencitraan berkaitan dengan empat hal. Yakni representasi dimana citra merupakan cermin realitas, ideology dimana citra menyembunyikan dan memberi gambaran yang salah tentang realitas, citra 69
Representation: Culturual Representation, and signifying Practice, Sage Publication, London, 1997: 15. 70 Ibid. h.15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
180
menyembunyikan bahwa tidak ada realitas, dan citra tidak memiliki sama sekali hubungan dengan realitas apapun. Oleh karenanya tidak hanya institusi medianya saja, wartawan sebagai bagian integral sebuah media massa mempunyai peran penting dalam pembentukan berita. Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena berita bukan produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi wartawan. Wartawan di sini bukan hanya sebagai pelapor, dia (wartawan) hidup dalam kotak penafsiran dan subjektivitas dari realitas ― peristiwa‖ yang diamati lalu mengkonstruknya sebagai berita. Ruang berita media cetak baik di Rakyat Merdeka dan Tempo bukanlah sebuah black box steril karena ada kepentingan bisnis dan politik yang turut menentukan berita yang ditayangkan. Bahkan, kegiatan produksi berita telah menjadi kegiatan mengonstruksi realitas dari pada sekadar menggambarkan sebuah realitas. Upaya mengonstruksi realitas ini melibatkan banyak kepentingan yang bertentangan, khususnya dari kalangan industry dan politisi di luar media. dalam tulisan Social Control in The Newsroom, Waren Breed (1955) mengatakan ada suatu kebijakan redaksi yang harus dipatuhi di setiap surat kabar. Penerbit surat kabar sebagai pemilik modal atau representasi dari pemilik modal mempunyai hak untuk menetapkan dan memaksakan kebijakan redaksi. Gambar berikut menggambarkan posisi ruang berita dalam konstelasi pengaruh eksternal dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
181
ketergantungan yang berakibat pada proses produksi dan konsumsi berita di ruang media cetak.71 Gambar4.2 Lingkungan Media Agensi Berita
Subsidi Pemerintah
Alokasi Frekuensi
Sumber Berita
Periklanan
Transportasi Bahan Baku
Ruang Berita
Wartawan
Pembaca/ Audience
Hukum Media
Pemerintahan
Peringkat/ Ratings
Kode Etik
Pemimpin Media
Opini Publik
Undang- undang
parlemen
Tergambar betapa jurnalis dalam proses produksi di ruang berita secara langsung dipengaruhi oleh dua komponen besar. Komponen pertama pemasok berita membantu jurnalis memperoleh berita serta memasok stock berita. Komponen kedua adalah norma dan peraturan perundangan. Saat memproduksi berita di ruang berita, wartawan secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh institusi pemerintahan serta agensi yang terdiri atas kelompok pemilik media sekaligus pemberi bantuan kapital.
71
Ishadi SK, Media & Kekuasaan Televisi di Hari-Hari Terakhir Soeharto, (Jakarta: Kompas, 2014).h.3-h.4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
182
Pada akhirnya instititusi media dan wartawan bekerja dalam dua tekanan, pertama tekanan semangat idealisme jurnalistik sebagai pedoman menyampaikan fakta secara jujur dan objektif. Sedangkan tekanan kedua adalah kenyataan bahwa media sebagai entitas bisnis dan industri, semangat bisnis mendorongnya untuk menyusun agenda dan mengonstruksi sedemikian rupa realitas yang diperolehnya sehingga menarik bagi publik serta pasar.Inilah idealism media sesungguhnya, yang terus mencari keseimbangannya untuk tetap bertahan dan berjalan dalam kompetisi industri. Kehidupan media massa di Indonesia menjadi lebih memprihatinkan dengan adanya kecenderungan praktik politicization of media. Dorongan besar dari pemilik media untuk mendekat pada penguasa dan mendapatkan kekuasaan politik telah menjadikan media massa bukan lagi sebagai institusi ekonomi dan institusi bisnis, tetapi melebar menjadi institusi politik. Media massa menjadi arsiran tempat yang mempertemukan tiga kepentingan sekaligus, yaitu kepentingan publik, kepentingan ekonomi, dan kepentingan politik. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar4.3 Posisi Sentral Media Pada Tiga Arus Kepentingan
Kepentingan Ekonomi
Kepentingan Media
Kepentingan Publik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Politik