BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman 1.1.1.1 Profil PT. Akasha Wira International tbk PT. Akasha Wira International tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan. PT. Akasha Wira International tbk, didirikan dengan nama PT. Alfindo Putrasetia di ahun 1985. Nama perseroan telah diubah beberapa kali. Pada tahun 1994, nama perseroan diubah menjadi PT. Ades Water Indonesia tbk. Untuk menghindari kesamaan nama dengan produk perusahaan, pada tahun 2009 PT. Ades Water Indonesia berubah nama menjadi PT. Akasha Wira International tbk. PT. Akasha Wira International pertama kali mencatatkan sahamnya (listing) di BEJ yaitu pada tanggal 13 Juni 1994. Dalam proses produksinya PT. Akasha Wira International tbk memproduksi 4 jenis air minum dalam kemasan, yaitu dalam bentuk gelas plastik, botol plastik, botol kaca, dan galon. PT. Akasha Wira International mempunyai dua pabrik botol, yaitu di Cibinong Jawa Barat dan Deli Serdang Sumatera Utara. 1.1.1.2 Profil PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi makanan. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1959. Pada tahun 1959, alm. Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang kini berkembang menjadi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk. Sebuah bisnis keluarga yang memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah.
PT. Tiga Pilar Sejahtera Food menjadi perusahaan public pada tahun 2003. Produk-produk makanan yang diproduksi PT. Tiga Pilar Sejahtera Food adalah, ayam 2 telor, mie instan superior, mie kremezz, bihunku, gulas candy, pio, growie, fetuccini, shorr, yumi, hahamie, mikita, hayomi, din din, juzz and juzz gin gins. 1.1.1.3 Profil PT. Davomas Abadi tbk PT. Davomas Abadi tbk. adalah perusahaan produsen dan eksportir produk kakao (cokelat) bubuk dan kakao lemak terbesar di Indonesia. Kakao bubuk digunakan untuk memberikan rasa cokelat pada makanan, sedangkan kakao lemak merupakan bahan utama pembuat cokelat dan juga digunakan didalam obat-obatan dan kosmetika. PT. Davomas Abadi tbk. didirikan pada tanggal 14 Maret 1990 dan mencatatkan sahamnya (listing) di BEI pada tahun 1994. Lokasi pabriknya berada di Tangerang, Banten dengan kapasitas produksi 108.000 metric tons per annum (tpa). 1.1.1.4 Profil PT. Cahaya Kalbar tbk PT. Cahaya Kalbar tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi penganan cokelat dan kakao, dan konsentrat lidah buaya untuk industry kosmetik dan farmasi. PT. Cahaya Kalbar tbk didirikan pada tahun 1968 dan menjadi perusahaan publik pada tahun 1996. 1.1.1.5 Profil PT. Indofood Sukses Makmur tbk PT. Indofood Sukses Makmur tbk merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman. PT. Indofood Sukses Makmur didirikan pada tahun 1990 oleh Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 menjadi Indofood. Dalam beberapa dekade ini PT. Indofood Sukses Makmur tbk telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan
operasional yang mencakup seluruh tahan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. PT. Indofood Sukses Makmur tbk telah mengekspor produknya ke Australia, Asia, dan Eropa. 1.1.1.6 Profil PT. Mayora Indah tbk PT. Mayora Indah tbk atau Mayora Group adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Untuk memenuhi tuntutan pasar yang semakin meningkat, PT. Mayora Indah tbk menjadi go public melalui Initial Public Offering (IPO) pada tahun 1990. PT. Mayora Indah tbk memiliki pabrik di Tangerang, Bekasi, dan Surabaya, yang memperkerjakan sekitar 5.300 pekerja. PT. Mayora Indah tbk telah mengekspor produknya ke Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Singapura, Hongkong, Arab Saudi, Australia, Afrika, Amerika dan Italia. 1.1.1.7 Profil PT. Prasidha Aneka Niaga tbk PT. Prasidha Aneka Niaga tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi makanan seperti buah-buahan dan sayur-sayuran juga karet remah sebagai bahan baku untuk industri ban. PT. Prasidha Aneka Niaga tbk didirikan pada tahun 1984 dan melakukan penjualan saham perdananya di BEJ pada tahun 1994. Lokasi pabriknya tersebar di Palembang, Surabaya, Lampung, Singaraja, Curup, dan Makasar. 1.1.1.8 Profil PT. Sekar Laut tbk PT. Sekar Laut tbk adalah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia yang didirikan pada tahun 1976. Perusahaan ini berawal dari usaha di bidang perdagangan produk kelautan di Sidoarjo. Kemudian berkembang menjadi
usaha kerupuk udang tradisional. Perusahaan ini tercatat di BEJ sejak tanggal 4 Juli 1990. 1.1.1.9 Profil PT. Siantar Top tbk Pada tahun 1972, Shindo Sumidomo memulai bisnis dengan mendirikan sebuah pabrik kerupuk berskala industry rumah tangga di Sidoarjo. Usaha tersebut merupakan cikal bakal dari berdirinya PT. Siantar Top tbk yang merupakan perusahaan industri makanan dan minuman yang berskala nasional dengan pabrik pertama di Sidoarjo pada tahun 1987. Perusahaan semakin berkembang pesat dan pada tahun 1996 mencatatkan sahamnya di BEJ. Untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri yang terus tumbuh, PT. Siantar Top tbk membuka pabrik di Medan pada tahun 1997 dan di Bekasi pada tahun 2002. Selain mengembangkan pasar dalam negeri, PT. Siantar Top tbk juga terus mengembangkan pasar ekspor ke berbagai negara di Asia, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika. 1.1.1.10 Profil PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi minuman. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company awalnya industri susu rumah tangga yang didirikan pada tahun 1958. Pada tahun 1971, industri rumah tangga tersebut memasuki tahap pertumbuhan yang pesat sejalan dengan berubahnya menjadi PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company 1.1.2 Deskripsi Variabel Yang Diteliti Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap
harga saham pada perusahaan subsektor makanan dan minuman dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added (EVA). Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah kinerja keuangan dengan pendekatan Economic Value Added (EVA) sebagai variabel independen (X) dan harga saham sebagai variabel dependen (Y). 1.1.2.1 Economic Value Added (EVA) Perusahan Subsektor Makanan dan Minuman Variabel independen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dengan pendekatan Economic Value Added (EVA). Economic Value Added (EVA) terdiri dari tiga komponen yaitu pendapatan operasi setelah pajak (NOPAT), biaya modal, serta biaya rata-rata tertimbang (WACC). Rumus yang digunakan untuk menghitung Economic Value Added (EVA) adalah: EVA = NOPAT – (Biaya modal * WACC) Untuk mengukur Economic Value Added (EVA) maka digunakan kriteria berikut: 1. EVA < 0, menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah bagi perusahaan, karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi harapan para penyandang dana terutama pemegang saham yaitu tidak mendapatkan pengembalian yang setimpal dengan investasi yang ditanamkan dan kreditur tetap mendapatkan bunga. Sehingga dengan tidak ada nilai tambahnya mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan kurang baik. 2. EVA = 0, menunjukan posisi impas karena semua laba yang telah digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur atau pemegang saham. 3. EVA > 0, menunjukan telah terjadi nilai tambah dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan para penyandang dana dapat
terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan bunga. Keadaan ini menunjukan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai (create value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja keuangannya telah baik. Adapun perkembangan Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman dari tahun 2007 sampai 2010 adalah sebagai berikut: 1. PT. Akasha Wira International tbk TABEL 4.1 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA -443.063.622.945,41 -887.425.205.619,42 -236.476.184.519,89 -118.345.183.888,03 -421.327.549.243,19
Perubahan (%)
Ket
100,29 73,35 49,95
Turun Naik Naik
Bedasarkan tabel 4.1 diatas, Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira International tbk cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira International tbk mengalami penurunan sebesar 100,29%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) tahun 2008 meningkat. Berbeda dengan tahun berikutnya yaitu tahun 2009 dan 2010 Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira International tbk mengalami kenaikan masing-masing sebesar 73,35% dan 49,95%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami penurunan dan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT) mengalami kenaikan. Secara keseluruhan Economic Value Added (EVA) PT. Akasha Wira International tbk cenderung mengalami kenaikan tetapi angka tersebut bernilai
negatif. Apabila angka tersebut diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas maka angka tersebut berada dibawah nol yang berarti PT. Akasha Wira International tbk telah gagal menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. 2. PT. Tilar Pilar Sejahtera Food tbk TABEL 4.2 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 3.135.875.211,92 -2.452.749.793.04 11.067.908.262,27 48.747.965.936,16 15.124.749.904,33
Perubahan (%)
Ket
178,22 551,24 340,44
Turun Naik Naik
Bedasarkan tabel 4.2 diatas, Economic Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, Economic Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk mengalami penurunan sebesar 178,22%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) tahun 2008 meningkat meski pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT) juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 dan 2010 Economic Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk mengalami kenaikan masing-masing sebesar 551.24% dan 340,44%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami penurunan dan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT) mengalami kenaikan. Apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, maka rata-rata Economic Value Added (EVA) PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk selama 4 tahun terakhir
bernilai diatas nol yang berarti PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. 3. PT. Davomas Abadi tbk TABEL 4.3 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. DAVOMAS ABADI TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 13.957.170.599,08 -2.733.259.097.829,25 -1.553.028.442.437,63 -141.468.079.576,09 -1.103.449.612.310,98
Perubahan (%)
Ket
19.683,2 43,18 90,89
Turun Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, Economic Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi tbk cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2008, Economic Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi tbk mengalami penurunan yang sangat drastis yaitu sebesar 19.683,2%. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) pada tahun 2008 mengalami peningkatan dan penurunan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Pada tahun 2009 dan 2010, Economic Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi tbk mengalami kenaikan yaitu masingmasing sebesar 43,18% dan 90,89%. Hal ini disebabkan karena pada kedua tahun tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami penurunan dan peningkatan pendapatan operasi bersih setelah pajak. Secara keseluruhan, meski mengalami kenaikan nilai Economic Value Added (EVA) PT. Davomas Abadi tbk bernilai dibawah nol yang artinya PT. Davomas Abadi telah gagal menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
4. PT. Cahaya Kalbar tbk TABEL 4.4 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. CAHAYA KALBAR TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 14.202.132.183,38 15.875.692.994,97 41.299.343.759,81 23.088.165.635,52 23.616.333.643,42
Perubahan (%)
Ket
11,78 160,14 44,09
Naik Naik Turun
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya Kalbar tbk cenderung mengalami kenaikan, meski pada tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak begitu besar dan masih diatas angka pada tahun 2007 dan 2008. Pada tahun 2008 dan 2009, Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami kenaikan masing-masing sebesar 11,78%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami penurunan dan pendapatan operasi bersih setelah pajak mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2010, Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya Kalbar mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mengalami peningkatan dan pendapatan operasi bersih setelah pajak mengalami penurunan. Secara keseluruhan nilai Economic Value Added (EVA) PT. Cahaya Kalbar tbk bernilai positif. Apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, maka PT. Cahaya Kalbar tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
5. PT. Indofood Sukses Makmur tbk TABEL 4.5 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 956.798.294.666,89 995.574.073.987,21 2.044.592.188.613,72 2.933.290.444.578,91 1.732.563.750.461,68
Perubahan (%)
Ket
4,05 105,37 43,46
Naik Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Indofood Sukses Makmur tbk cenderung mengalami kenaikan. Dari tahun 2007 sampai 2010 Economic Value Added (EVA) PT. Indofood Sukses Makmur tbk tidak mengalami penurunan. Hal ini disebabkan setiap tahunnya PT. Indofood Sukses Makmur tbk terus mengalami peningkatan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT) dan penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Secara keseluruhan Economic Value Added (EVA) PT. Indofood Sukses Makmur tbk tidak ada yang bernilai dibawah nol atau bernilai negatif, apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas maka PT. Indofood Sukses Makmur tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
6. PT. Mayora Indah tbk TABEL 4.6 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. MAYORA INDAH TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 115.981.835.469,41 149.072.932.414,92 354.215.373.054,05 476.279.746.733,67 273.887.471.918,01
Perubahan (%)
Ket
28,53 137,61 34,46
Naik Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.6 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Mayora Indah tbk cenderung mengalami kenaikan. Sama halnya dengan PT. Indofood Sukses Makmur tbk, Economic Value Added (EVA) PT. Mayora Indah juga dari tahun 2007 sampai 2010 tidak pernah mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena setiap tahunnya PT. Mayora Indah tbk juga tidak pernah mengalami penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dan selalu mengalami peningkatan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, dari tahun 2007 sampai 2010 Economic Value Added (EVA) PT. Mayora Indah tbk selalu bernilai diatas nol atau bernilai positif, maka artinya PT. Mayora Indah telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
7. PT. Prasidha Aneka Niaga tbk TABEL 4.7 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. PRASIDHA ANEKA NIAGA TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA -242.219.501.690,51 -420.747.649.192,70 -919.824.239.011,25 -451.636.620.158,18 -508.607.002.513,16
Perubahan (%)
Ket
73,70 118,61 50,90
Turun Turun Naik
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Prasidha Aneka Niaga tbk cenderung mengalami penurunan meski pada tahun 2010 mengalami kenaikan. Kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan dan tidak dapat melebihi Economic Value Added (EVA) pada tahun 2008. Secara keseluruhan dari tahun 2007 sampai 2010, nilai Economic Value Added (EVA) PT. Prasidha Aneka Niaga tbk bernilai negatif. Apabila diukur dengan dengan kriterian Economic Value Added (EVA) diatas maka PT. Prasidha Aneka Niaga tbk telah gagal menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham. 8. PT. Sekar Laut tbk TABEL 4.8 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. SEKAR LAUT TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 257.321.902,72 1.016.438.728,82 7.608.062.077,42 2.816.978.366,16 2.924.700.268,78
Perubahan (%)
Ket
295,01 648,50 62,97
Naik Naik Turun
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak melebihi angka Economic Value Added (EVA) pada tahun 2008. Pada tahun 2008 dan 2009, Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut tbk mengalami kenaikan masing-masing sebesar 295,01% dan 648,5%. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) PT. Sekar Laut tbk mengalami penurunan dan kenaikan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Sedangkan pada tahun 2010, Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 62,97%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya modal ratarata tertimbang PT. Sekar Laut tbk mengalami kenaikan dan penurunan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Meski mengalami penurunan, nilai Economic Value Added (EVA) PT. Sekar Laut tbk dari tahun 2007 sampai 2010 bernilai diatas nol atau bernilai positif. Apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, maka PT. Sekar Laut tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
9. PT. Siantar Top tbk TABEL 4.9 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. SIANTAR TOP TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 14.055.716.714,96 3.658.065.006,11 35.752.366.814,76 7.227.864.034,61 15.173.503.142.,61
Perubahan (%)
Ket
73,97 877,36 79,78
Turun Naik Turun
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Siatar Top tbk diatas cenderung mengalami penurunan meski pada tahun 2009 mengalami kenaikan yang sangat signifikan, akan tetapi pada tahun 2010 juga mengalami penurunan yang sangat signifikan pula. Pada tahun 2008, Economic Value Added (EVA) PT. Siantar Top tbk mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Siantar Top tbk mengalami peningkatan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dan penurunan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Pada tahun 2009, Economic Value Added (EVA) PT. Siantar Topt tbk mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Siantar Top tbk mengalami penurunan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) dan peningkatan pendapatan operasi bersih setalah pajak (NOPAT). Apabila diukur dengan kriteria Economic Value Added (EVA) diatas, maka nilai Economic Value Added (EVA) PT. Siantar Top tbk dari tahun 2007 sampai 2010 adalah bernilai diatas nol yang artinya PT. Siantar Top tbk telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi pemegang saham.
10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company TABEL 4.10 PERKEMBANGAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND TRADING COMPANY TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010 Rata-rata
EVA 24.139.712.138,89 265.132.684.919,21 51.012.893.431,31 99.261.358.017,87 109.886.662.126,82
Perubahan (%)
Ket
998,32 80,76 94,58
Naik Turun Naik
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, tren Economic Value Added (EVA) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Pada tahun 2008 dan 2010, Economic Value Added (EVA) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami penurunan dan peningkatan pendapatan operasi bersih setelah pajak (NOPAT). Sedangkan pada tahun 2009, Economic Value Added (EVA) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami peningkatan dan penurunan pendapatan operasi bersih setalah pajak. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Economic Value Added (EVA) subsektor makanan dan minuman mengalami kenaikan. Hal ini dapat ditunjukan dengan tabel nilai rata-rata Economic Value Added (EVA) subsektor dari tahun 2007 sampai 2010 dibawah ini.
TABEL 4.11 PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
EVA 45.724.493.425,12 -261.355.481.438,37 -16.378.072.995,54 287.926.263.968,06
Perubahan (%)
Ket
671,59 93,73 1.858
Turun Naik Naik
Pada tahun 2008 Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman mengalami penurunan yang sangat signifikan yaitu sebesar 671,59%. Sedangkan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar 93,73% dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan sekali yaitu sebesar 1.858%. Perkembangan rata-rata Economic Value Added (EVA) subsektor makanan dan minuman tahun 2007 – 2010 juga disajikan dalam bentuk grafik: GRAFIK 4.1 PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
400.000.000.000,00 300.000.000.000,00 200.000.000.000,00 100.000.000.000,00 0,00 -100.000.000.000,00 -200.000.000.000,00 -300.000.000.000,00
2007
EVA 45.724.493.42
2008
2009
2010
-261.335.481.
-16.378.072.9
287.926.263.9
1.1.2.2 Harga Saham Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. harga saham merupakan nilai saham yang terjadi akibat dipejualbelikannya saham tersebut di pasar sekunder. Perkembangan harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman periode tahun 2003 – 2010 adalah sebagai berikut: 1. PT. Akasha Wira International tbk TABEL 4.12 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. AKASHA WIRA INTERNATIONAL TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 730 225 640 1620
Perubahan (%)
Ket
69,17 184,44 153,12
Turun Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, tren harga saham PT. Akasha Wira International tbk cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, harga saham PT. Akasha Wira International tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 69,17%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Akasha Wira International tbk mengalami penurunan laba bersih, sehingga dengan melihat keuntungan tersebut
maka minat investor untuk menanamkan modalnya akan turun. Dengan menurunnya minat investor maka harga saham juga akan mengalami penurunan. Berbeda dengan tahun berikutnya yaitu tahun 2009 dan 2010, harga saham PT. Akasha Wira International tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 184,44% dan 153,12%. hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut, PT. Akasha Wira International mengalami peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba bersih maka minat investor dalam menanamkan modalnya juga meningkat, sehingga harga saham juga ikut naik. 2. PT. Tilar Pilar Sejahtera Food tbk TABEL 4.13 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 750 425 360 780
Perubahan (%)
Ket
43,33 15,29 116,67
Turun Turun Naik
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, harga saham PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan. Harga saham pada tahun 2010 diatas harga saham pada tahun 2007, maka hal ini bisa dikatakan mengalami kenaikan. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 harga saham PT. Tiga Pilar Sejahtera Food tbk mengalami penurunan. 3. PT. Davomas Abadi tbk TABEL 4.14 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. DAVOMAS ABADI TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah)
Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 250 58 50 74
Perubahan (%)
Ket
76,8 13,79 48
Turun Turun Naik
Berdasarkan tabel 4.14 diatas, tren harga saham PT. Davomas Abadi tbk mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena dari tahun 2007 sampai 2010 PT. Davomas Abadi tbk mengalami kerugian meski pada tahun 2010 kerugian tersebut mengalami penurunan. Akibat PT. Davomas Abadi tbk mengalami kerugian maka minat investor dalam menanamkan modalnya mengalami penurunan, sehingga harga sahamnya pun akan menurun. 4. PT. Cahaya Kalbar tbk TABEL 4.15 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. CAHAYA KALBAR TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 800 700 1490 1100
Perubahan (%)
Ket
12,5 112,86 26,17
Turun Naik Turun
Berdasarkan tabel 4.15 diatas, tren harga saham PT. Cahaya Kalbar tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak terlalu signifikan dan tidak melebihi harga saham pada tahun 2008. Pada tahun 2009, harga saham PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami kenaikan yang sangat signifikan yatu sebesar 112,86%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami peningkatan laba bersih yang mengakibatkan meningkatnya minat investor dalam menanamkan modalnya, sehingga harga saham juga meningkat. Pada tahun 2010, harga saham PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 26,17%. Hal ini
disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Cahaya Kalbar tbk mengalami penurunan laba bersih yang mengakibatkan minat investor mengalami penurunan, sehingga harga saham mengalami penurunan pula.
5. PT. Indofood Sukses Makmur tbk TABEL 4.16 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 2575 930 3550 4875
Perubahan (%)
Ket
63,88 281,72 37,32
Turun Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.16 diatas, tren harga saham PT. Indofood Sukses Makmur tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 mengalami penurunan. Pada tahun 2009 sampai 2010 harga saham PT. Indofood Sukses Makmur tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 281,72% dan 37,32%, hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Indofood Sukses Makmur tbk mengalami peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba bersih maka minat investor dalam menanamkan modalnya pun meningkat pula, inilah yang mengakibatkan harga saham PT. Indofood Sukses Makmur tbk mengalami peningkatan. 6. PT. Mayora Indah tbk TABEL 4.17
PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. MAYORA INDAH TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 1750 1140 4500 10740
Perubahan (%)
Ket
34,85 294,74 138,67
Turun Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.17 diatas, tren harga saham PT. Mayora Indah tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 mengalami penurunan. Sama halnya dengan PT. Indofood Sukses Makmur tbk, pada tahun 2009 dan 2010 harga saham PT. Mayora Indah tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 294,74% dan 138,67%. Hal ini disebabkan karena PT. Mayora Indah tbk mengalami peningkatan laba bersih yang mengakibatkan meningkatnya minat investor dalam menanamkan modalnya. Dengan meningkatnya minat investor tersebut maka harga sahamnya pun meningkat pula. 7. PT. Prasidha Aneka Niaga tbk TABEL 4.18 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. PRASIDHA ANEKA NIAGA TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 51 100 110 80
Perubahan (%)
Ket
96,08 10 27,27
Naik Naik Turun
Berdasarkan tabel 4.18 diatas, tren harga saham PT. Prasidha Aneka Niaga tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun terakhir yaitu tahun 2010 mengalami penurunan akan tetapi penurunan tersebut tidak melebihi harga saham
pada tahun 2007. Pada tahun 2008 dan 2009, harga saham PT. Prasidha Aneka Niaga tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 96,08% dan 10%. Hal ini disebabkan karena pada tersebut PT. Prasidha Aneka Niaga tbk mengalami peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba bersih tersebut maka minat investor dalam menanamkan modalnya juga ikut meningkat, sehingga harga sahamnya pun juga meningkat. Sedangkan pada tahun 2010, harga saham PT. Prasidha Aneka Niaga mengalami penurunan yaitu sebesar 27,27%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Prasidha Aneka Niaga tbk mengalami penurunan laba bersih yang mengakibatkan minat investor dalam menanamkan modalnya juga menurun, sehingga harga sahamnya pun menurun juga. 8. PT. Sekar Laut tbk TABEL 4.19 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. SEKAR LAUT TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 75 90 150 140
Perubahan (%)
Ket
20 66,67 6,67
Naik Naik Turun
Berdasarkan tabel 4.19 diatas, sama halnya dengan harga saham PT. Prasidha Aneka Niaga tbk tren harga saham PT. Sekar Laut tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan tersebut tidak terlalu signifikan atau tidak melebihi harga saham pada tahun 2007. 9. PT. Siantar Top tbk TABEL 4.20 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. SIANTAR TOP TBK
TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008 2009 2010
Harga Saham 370 150 250 385
Perubahan (%)
Ket
59,46 66,67 54%
Turun Naik Naik
Berdasarkan tabel 4.20 diatas, tren harga saham PT. Siantar Top tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2008 mengalami penurunan. Pada tahun 2008, harga saham PT. Siantar Top tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 59,46%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Siantar Top mengalami penurunan laba bersih yang mengakibat menurunnya minat investor dalam menanamkan modalnya sehingga harga sahamnya pun mengalami penurunan juga. Sedangkan pada tahun 2009 dan 2010, harga saham PT. Siantar Top tbk mengalami kenaikan yaitu masing-masing sebesar 66,67% dan 54%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Siantar Top tbk mengalami peningkatan laba bersih. Dengan meningkatnya laba bersih maka minat investor dalam menanamkan modalnya juga ikut meningkat, hal inilah salah satu yang mengakibatkan harga saham mengalami kenaikan. 10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company TABEL 4.21 PERKEMBANGAN HARGA SAHAM PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND TRADING COMPANY TBK TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008
Harga Saham 650 800
Perubahan (%)
Ket
23,08
Naik
2009 2010
580 1210
27,5 108,62
Turun Naik
Berdasarkan tabel 4.21 diatas, tren harga saham PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk cenderung mengalami kenaikan meski pada tahun 2009 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 dan 2010, harga saham PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami kenaikan yaitu masingmasing sebesar 23,08% dan 108,62%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami peningkatan laba bersih. Peningkatan laba bersih inilah yang menyebabkan meningkatnya minat investor dalam menanamkan modalnya sehingga harga saham PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami peningkatan pula. Sedangkan pada tahun 2009, harga saham PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami penurunan yaitu sebesar 27,5%. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company tbk mengalami penurunan laba bersih. Penurunan laba bersih inilah yang menyebabkan menurunya minat investor dalam menanamkan modalnya, sehingga harga sahamnya pun menurun juga. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tren perkembangan harga saham subsektor makanan dan minuman dari tahun 2007 sampai 2010 mengalami kenaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel 4.22 berikut: TABEL 4.22 PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA HARGA SAHAM PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) Tahun 2007 2008
Harga Saham 800,1 461,8
Perubahan (%)
Ket
42.28
Turun
1168 2101,4
2009 2010
152,92 79.91
Naik Naik
Pada tahun 2008 rata-rata harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman mengalami penurunan sebesar 42,28%. Sedangkan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 dan 2010 mengalami peningkatan, yaitu masing-masing sebesar 152,92% dan 79,91%. Perkembangan harga saham suksektor makanan dan minuman dari tahun 2007 sampai 2010 disajikan pula dalam bentuk grafik berikut: GRAFIK 4.2 PERKEMBANGAN NILAI RATA-RATA HARGA SAHAM PERUSAHAAN SUBSEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN TAHUN 2007 – 2010 (dalam rupiah) 2500 2000 1500 1000 500 0 Makanan dan Minuman
2007
2008
2009
2010
800,1
461,8
1168
2101,4
1.1.3 Analisis Statistik Untuk mengetahui pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham, dilakukan analisis statistik dengan menggunakan asumsi klasik, regresi linier sederhana, analisis koefisien korelasi product moment, analisis koefisien determinasi,
dan uji hipotesis. Data yang digunakan dalam pengujian statistik adalah Economic Value Added (EVA) sebagai variabel X dan harga saham sebagai variabel Y. 1.1.3.1 Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi sederhana yang digunakan. Pengujian ini diantaranya:
1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dipelukan dalam analisis regresi berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan komputerisasi aplikasi software SPSS versi 17.0. Secara rinci, hasil penelitian ini menghasilkan analisis regresi linier yang dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut: GRAFIK 4.3 UJI NORMALITAS
Menurut Singgih Santoso (2005; 347) bahwa “jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis lurus”. Terlihat pada grafik 4.3 diatas sebaran data tersebar disekeliling garis lurus atau tidak terpencar jauh dari garis lurus. Maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut adalah normal, dengan demikian syarat untuk pengujian statistik terpenuhi. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk uji multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF) dari hasil analisis dengan menggunakan SPSS. Apabila nilai tolerance lebih tinggi dari 0,1 atau VIF lebih kecil dari 10 maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut: TABEL 4.23 UJI MULTIKOLINEARITAS Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) Eva
1.000
1.000
Berdasarkan tabel 4.23 diatas, dapat disimpulkan nilai tolerance lebih tinggi dari 0,10 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga model regresi yang digunakan memenuhi syarat asumsi klasik yaitu tidak terjadi multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi Uji atutokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terjadi problem atutokorelasi yang menyebabkan model yang digunakan tidak layak dipakai. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi digunakan nilai Durbin Watson, adapaun kriteria pengujiannya adalah: a. Jika nilai DW dibawah 0 sampai 1,5 berarti ada autokorelasi positif. b. Jika nilai DW diantara 1,5 sampai 2,5 berarti tidak ada autokorelasi. c. Jika nilai DW diantara 2,5 sampai 4 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.24 dibawah ini menunjukan adanya autokorelasi atau tidak. TABEL 4.24 UJI AUTOKORELASI Durbin-Watson 1.509
Berdasarkan tabel 4.24 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) diantara 1,5 sampai 2,5. Maka dalam persamaan regresi tidak terdapat autokorelasi dan persamaan regresi layak untuk digunakan. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut
homoskedastisitas,
sebaliknya
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, karena jika terdapat heteroskedastisitas maka varians tidak konstan sehingga
dapat menyebabkan biasnya standar error. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, salah satunya adalah dengan melihat scatter plot. Suatu model regresi yang baik apabila pada diagram pencar residualnya tidak membentuk pola tertentu dan datanya berpencar di sekitar nol (pada sumbu Y). Selain itu tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Grafik 4.4 berikut digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas: GRAFIK 4.4 UJI HETEROSKEDASTISITAS
Berdasarkan grafik 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa sebaran data terdapat di sekitar nol dan tidak tampak adanya suatu pula tertentu pada sebaran data tersebut. Dengan demikian data yang akan dianalisis memenuhi asumsi heteroskedastisitas. 1.1.3.2 Deskriptif Statistik
Deskriptif statistik digunakan untuk menggambarkan nilai statistik variabelvariabel yang diteliti. Nilai statistik tersebut adalah nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai mean. Nilai-nilai statistik dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut:
TABEL 4.25 DESKRIPTIF STATISTIK N
Minimum Maximum
eva
40 -2.73E12
harga
40
Valid N (listwise)
40
50
Mean
2.93E12 1.3979E10 10750
1132.82
Std. Deviation 8.38249E11 1933.240
Nilai mean Economic Value Added perusahaan subsektor makanan dan minuman adalah sebesar Rp 1.397.900.000. Nilai maksimum Economic Value Added (EVA) dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur tbk pada tahun 2010 yaitu sebersar Rp. 2.933.290.444.578,91. Sedangkan nilai minimum Economic Value Added (EVA) dicapai oleh PT. Davomas Abadi tbk pada tahun 2008 sebesar Rp. 2.733.259.097.829,25. Nilai mean harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman adalah Rp 1.132,85. Harga saham maksimum dicapai oleh PT. Mayora Indah tbk pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 10.750. Sedangkan harga saham minimum dicapai oleh PT. Davomas Abadi tbk pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 50. 1.1.3.3 Analisis Regresi Linear Sederhana Regresi digunakan untuk memprediksi berubahnya variabel dependen (Y) bila variabel independen (X) diubah. Pada penelitian ini, regresi linier sederhana
dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 17.0. Secara rinci, hasil penelitian ini menghasilkan analisis regresi linier yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
TABEL 4.26 HASIL UJI REGRESI LINIER SEDERHANA
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig. Tolerance
(Constant)
1117.190
270.856
4.125 .000
Eva
1.118E-9
.000
.485 3.418 .002
1.000
VIF
1.000
a. Dependent Variable: harga
Dari tabel 4.26 diperoleh persamaan regresi linier antara Economic Value Added (EVA) dan harga saham sebagai berikut: Y = a + bX Y = 1.117,190 + 0.000000001118X Persamaan regresi diatas dapat diartikan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 1.117,190 menyatakan bahwa jika tidak ada Economic Value Added (EVA) atau dikatakan nol (EVA = 0), maka harga saham akan tetap sebesar Rp. 1.117,190. 2. Koefisien regresi 0.000000001118 artinya setiap terjadi peningkatan Economic Value Added (EVA) sebesar Rp. 1 akan meningkatkan harga saham sebesar Rp. 0.000000001118 dan sebaliknya jika terjadi penurunan Economic Value Added
(EVA)
sebesar
Rp.
1
akan
menurunkan
harga
saham
sebesar
Rp.
0.000000001118. 1.1.3.4 Analisis Koefisien Korelasi Product Moment Analisis koefisien korelasi product moment digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara Economic Value Added (EVA) dengan harga saham. Pada penelitian ini, analisis koefisien korelasi product moment dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 17.0. Berdasarkan analisis koefisien korelasi yang dilakukan, didapat harga koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y sebesar 0,508 seperti terlihat pada tabel 4.5 berikut: TABEL 4.27 HASIL UJI KOEFISIEN KORELASI PRODUCT MOMENT harga Pearson Correlation
harga
1.000
.485
.485
1.000
.
.001
.001
.
harga
40
40
eva
40
40
eva Sig. (1-tailed)
harga eva
N
eva
Berdasarkan tabel 4.27 diatas, nilai koefisien korelasi Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham adalah sebesar 0,485. Berdasarkan tabel interpretasi korelasi di bab 3, maka diketahui bahwa harga koefisien 0,485 terletak diantara 0,40 – 0,599. Hal ini menunjukan Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap harga saham, dimana hubungan tersebut termasuk ke dalam kategori sedang. Tanda positif (+) menunjukan bahwa hubungan antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham adalah searah atau berbanding lurus. Hal ini berarti, jika Economic Value Added (EVA) yang dihasilkan oleh perusahaan tinggi,
maka harga saham akan meningkat. Sebaliknya jika Economic Value Added (EVA) yang dihasilkan perusahaan rendah, maka harga saham akan turun. 1.1.3.5 Analisis Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya pengaruh Economic Value Added (EVA terhadap harga saham, dapat digunakan rumus koefisien determinasi, yaitu:
KD = r2 x 100% = (0,485)2 x 100% = 0,283 x 100% = 23,52% Berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa besarnya pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham adalah sebesar 23,52%, sedangkan sisanya 76,48% dipengaruhi oleh faktor lainnya diluar Economic Value Added (EVA) yang pembentuk harga saham yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 1.1.3.6 Uji Hipotesis Uji t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Pada penelitian ini, pengujian hipotesis (uji t) dilakukan dengan menggunakan proses komputerisasi aplikasi software SPSS 17.0. Dari hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa thitung adalah sebesar 3,418. Kemudian dengan mengambil α = 5% dan derajat kebebasan υ = 38 diperoleh ttabel sebesar 2,0244. Sedangkan kriteria hipotesis yang ditetapkan adalah: 1. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak
Dari kriteria diatas, dapat diketahui secara jelas bahwa nilai thitung sebesar 3,418. Ini berarti nilai thitung > nilai ttabel sebesar 2,0244 (3,418 > 2,0244). Dengan demikian Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa terdapat pengaruh antara Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham.
1.2 Pembahasan Berdasarkan hasil perhitungan Economic Value Added (EVA) yang penulis lakukan, dapat dilihat bahwa nilai Economic Value Added (EVA) perusahaan subsektor makanan dan minuman tahun 2007 – 2010 menunjukan kecenderung naik. Economic Value Added (EVA) tertinggi yang dicapai oleh PT. Indofood Sukses Makmur tbk pada tahun 2010. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2010 PT. Indofood Sukses Makmur tbk mengalami peningkatan pendapatan operasi setelah pajak (NOPAT) dan penurunan biaya rata-rata tertimbang (WACC). Hal ini juga menunjukan bahwa nilai tambah yang diberikan perusahaan untuk setiap pemegang saham adalah yang paling tinggi. Sedangkan Economic Value Added (EVA) terendah yang dicapai oleh PT. Davomas Abadi tbk. adalah pada tahun 2008 dan bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena pendapatan operasi setelah pajak (NOPAT) PT. Davomas Abadi tbk mengalami penurunan dan peningkatan biaya modal rata-rata tertimbang (WACC). Nilai Economic Value Added (EVA) yang negatif memberikan gambaran bahwa nilai tambah perusahaan tidak tercapai. Dengan kata lain, PT. Davomas Abadi tbk telah gagal dalam menciptakan nilai tambah perusahaan bagi pemegang sahamnya. Harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman tahun 2007 – 2010 menunjukan kecenderungan naik. Harga saham tertinggi dicapai oleh PT. Mayora Indah tbk pada tahun 2010. Hal ini terjadi karena PT. Mayora Indah tbk mengalami
peningkatan laba bersih. Peningkatan laba bersih menunjukan peningkatan kinerja perusahaan hal ini juga yang mengakibatkan peningkatan permintaan saham. Peningkatan permintaan saham PT. Mayora Indah tbk meningkatkan pula harga saham PT. Mayora Indah tbk. Sedangkan harga saham terendah dicapai oleh PT. Davomas Abadi pada tahun 2009. Hal ini terjadi karena PT. Davomas Abadi tbk. mengalami defisit atau kerugian. Mengalami defisit atau kerugian menunjukan kinerja perusahaan yang buruk, hal ini juga yang mengakibatkan penurunan permintaan saham. Penurunan permintaan saham PT. Davomas Abadi tbk. menurunkan pula harga saham PT. Davomas Abadi tbk. Berdasarkan hasil uji secara statistik menunjukan bahwa ada pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham pada perusahaan subsektor makanan dan minuman, ini ditunjukan oleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,485. Dimana angka ini menunjukan hubungan antara Economic Value Added (EVA) dengan harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman tahun 2007 – 2010 adalah sedang dengan arah hubungan positif (searah). Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa thitung dari Economic Value Added (EVA) adalah 3,418 lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel sebesar 2,0244 dengan nilai signifikan variabel sebesar 0,02 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu “terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham” diterima. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham pada subsektor makanan dan minuman. Harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman dipengaruhi oleh Economic Value Added (EVA) sebesar 23,52% dan sisanya sebesar 76,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti Earning Per Share (EPS), tingkat bunga, jumlah kas dan deviden yang dibagikan,
jumlah laba yang didapat perusahaan, dan tingkat resiko dan tingkat pengembalian. Maka agar harga saham perusahaan subsektor makanan dan minuman tinggi perusahaan subsektor makanan dan minuman harus menjaga kinerja keuangannya yaitu dengan menciptakan nilai Economic Value Added (EVA) yang tinggi. Hasil penelitian ini mendukung teori dari Eduardus Tendelilin (2001: 195) “Economic Value Added (EVA) adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa kinerja manajemen yang baik atau efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan) maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan” Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh: 1. Raja Lambas J. Panggabean dengan judul “Analisis Perbandingan Korelasi EVA dan ROE Terhadap Harga Saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta”. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara Economic Value Added (EVA) dengan harga saham. 2. A. Sakir dengan judul “Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini adalah Economic Value Added (EVA) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 3. Wahyu Handoko dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, ROE, ROA, dan EPS Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Kategori LQ45 Pada BEI”. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan Economic Value Added, ROE, ROA, dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan secara parsial ROE dan ROA berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham sedangkan Economic Value Added dan EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham.
4. Wesly Andri Simanjuntak dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian ini adalah secara simultan EVA, ROA, NPM, dan EPS berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan secara parsial hanya ROA dan EPS yang berpengaruh secara signifikan sedangkan EVA dan NPM tidak berpengaruh secara signifikan.