Bab 1V Hasil Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini penulis akan membahas hasil pengujian yang telah dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah
Universitas Mercu Buana. Pengujian yang
dilakukan di laboratorium bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat fisis dan mekanis tanah yang di uji sebelum di campur dengan kapur (tanah asli), maupun tanah yang telah distabilisasi dengan kapur (campuran kapur).
4.1
Sifat – Sifat Tanah Asli Tanah asli yang akan dipergunakan/ distabilisasi diambil dari Kecamatan
Pamotan Kabupaten Rembang Jawa Tengah, secara visual terlihat berwarna coklat pucat dalam keadaan kering dan berwarna coklat tua ketika dalam keadaan basah. Pada keadaan basah tanah terasa sangat lengket saat di pegang.
Gambar 4.1 Tanah Sebelum Dicuci
Gambar 4.2 Tanah Dicuci Lolos Saringan no 200
Gambar 4.3 Tanah Dicuci Tertahan Saringan no 200 IV - 1
Bab 1V Hasil Penelitian
4.1.1 Pengujian Analisa Gradasi
Untuk melihat komposisi dari butiran suatu tanah dapat dilihat dengan cara melakukan pengujian analisa saringan dan analisa hidrometer. Grafik dari hasil pengujian analisa gradasi dapat dilihat pada gambar 4.4. dari kedua sampel pengujian analisa gradasi dapat dilihat prosentase kerikil sebesar 0,80 %, pasir sebesar 62,4 %, dan butiran halus lanau dan lempung sebesar 36,8 %.
Gambar 4.4 Gradation Curve
4.1.2 Pengujian Kadar Air (Water Content) Untuk menentukan kadar air, sejumlah tanah ditempatkan dalam krus (kaleng kecil) yang beratnya (W1) diketahui sebelumnya. Krus dengan tanah ditimbang (W2) dan kemudian dimasukkan dalam oven yang temperaturnya 105° IV - 2
Bab 1V Hasil Penelitian
C untuk masa waktu 24 jam. Kemudian krus dan tanah tersebut ditimbang kembali (W3). Kadar air merupakan perbandingan antara berat air yang di kandung tanah dengan berat kering tanah. Kadar air dinyatakan dalam persen. Pengolahan data untuk kadar air pada tanah ini dapat dilihat dalam lampiran. Dari kedua spesimen yang diujikan, diperoleh kadar air alami yang terkandung di dalam tanah tersebut sebesar 5,8 %.
4.1.3 Pengujian Berat Jenis Tanah (Specific Gravity) Tujuan dari pengujian berat jenis adalah untuk mengetahui uji berat jenis tanah lolos saringan 4,75 mm (No. 4) menggunakan alat piknometer, Nilai berat jenis tanah yang diperoleh harus dirata-ratakan dari kedua nilai berat jenis tersebut. Berat jenis tanah merupakan angka perbandingan antara berat isi butir tanah dan berat isi air suling pada temperatur dan volume yang sama. Pengolahan data secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran. Dari kedua spesimen tanah asli yang diujikan didapat berat jenis sebesar 2,82 gr/cm³. Di bawah ini adalah tabel klasifikasi tanah berdasarkan berat jenis. Tabel 4.5 Specific Gravity Tanah (Hardiyatmo, 2006) Jenis Tanah Krikil (gravel) Pasir (sand) Pasir kwarsa (Quartz sand) Lanau (silt) Lempung (clay) Kapur (chalk) Gambut (peat)
Berat Jenis ( Gs) 2,65 - 2,68 2,65 - 2,68 2,64 - 2,66 2,66 - 2,7 2,68 - 2,8 2,60 - 2,75 1.3 - 1,9
IV - 3
Bab 1V Hasil Penelitian
Dan jika kita korelasikan dengan Tabel 4.5 antara berat jenis dengan macam tanah, tanah tersebut termasuk dalam lempung (clay).
4.1.4 Pengujian Batas Atterberg (Atterberg Limit) Pengujian batas – batas Atterberg terdiri dari pengujian batas cair,batas plastis, dan batas susut. Pada penelitian ini pengujian Atterberg limit dilakukan untuk mengetahui harga LL, PL dan PI pada bagian tanah yang berbutir halus.
4.1.4.1 Batas Cair (LL) Maksud dari pengujian ini adalah untuk menentukan batas cair suatu tanah. Batas cair adalah kadar air tanah pada keadaan batas peralihan antara cair dan keadaan plastis. Hasil dari pengujian tanah ini dapat dilihat pada gambar 4.6 yang memperlihatkan hasil uji batas cair.
No. Pengujian
Tanah Asli Batas Cair (LL) sampel 1 1
Ketukan Berat Tanah Basah + Cawan Berat Tanah Kering + Cawan Berat Air Berat Cawan Berat Tanah Kering Kadar Air
31 36,4 28,6 7,8 9,9 18,7 41,71
IV - 4
2
3
4
35 37,2 28,9 8,3 10 18,9 43,92
26 36,2 27,5 8,7 10 17,5 49,71
24 36,6 27,7 8,9 10 17,7 50,28
Bab 1V Hasil Penelitian
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Antara Pukulan Dengan Kadar Air Pada Spesimen
Dari gambar diatas pada ketukan ke 25 pengujian batas cair didapatkan. Nilai batas cair tanah asli sebesar 49,9 %.
4.1.4.2 Batas Plastis (PL) Pada pengujian batas plastis ini dimaksudkan untuk mengetahui batas plastis dari suatu tanah. Batas plastis adalah kadar air minimum yang dikandung tanah tersebut dimana tanah masih dalam keadaan plastis. Pengolahan data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Dari kedua sampel yang diujikan didapat hasil rata-rata dari batas plastis sebesar 29,0 %. Batas Plastis (PL) Nomor Cawan
1
Berat Tanah Basah + Cawan Berat Tanah Kering + Cawan Berat Air Berat Cawan Berat Tanah Kering Kadar Air Rata - Rata
IV - 5
2
33,7 31,3 29 26,6 4,7 4,7 11,9 11,2 17,1 15,4 27,5 30,5 29,0
Bab 1V Hasil Penelitian
4.1.4.3 Batas Susut Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air tanah pada kondisi batas susut, yaitu kadar air minimum yang masih dalam keadaan semi solid dan juga merupakan batas antara keadaan semi solid dengan solid. Hasil pengolahan batas susut pada tanah berbutir halus dapat dilihat pada lampiran. Pada pengujian batas susut ini didapatkan sebesar 20,59 %.
4.1.4.4 Indeks Plastisitas (PI) Plastisitasnya (PI) yang merupakan besarnya jarak antara batas plastis untuk berubah menjadi batas cair dapat dihitung (PI = LL – PL). Pada tanah ini didapat nilai indeks plastisitasnya sebesar 20,9 %. Indeks Plastisitas (PI) Batas Cair (LL) Batas Plastis (PL)
49,9 29,0
Indek Plastisitas (PI)
20,9
4.1.5 Klasifikasi Tanah Dilihat klasifikasi tanah menurut AASHTO dengan batasan – batasannya antara lain : • Lolos saringan no 200 > 38% • Batas cair > 49,9 % • Indeks plastisitas < LL-30 Menurut sistem klasifikasi AASTHO termasuk dalam jenis kelompok tanah A-7-5 yaitu tipe material yang dominan adalah tanah berlempung dengan plastisitas sedang, dengan klasifikasi tanah ekspansif IV - 6
menurut tabel 2.11 (Chen, 1988)
Bab 1V Hasil Penelitian
termasuk dalam kategori tingkat medium swelling potensial / derajat pengembangannya. Kaitannya dengan indeks plastisitas yang didapat yaitu 20,9 %, dan lolos saringan No. 40 sebesar 22%. Maka untuk penentuan perkiraan awal kadar pengikat kapur yang dibutuhkan bisa di plot pada gambar 4.7. yang sesuai dengan pedoman teknis tentang perencanaan stabilisasi tanah dengan bahan bahan serbuk pengikat konstruksi jalan SNI 03-3437-1994.
Gambar 4.7 Penentuan Perkiraan Awal Kadar Pengikat Kapur
Dari hasil Gambar 4.7 dapat ditentukan Untuk persentase perkiraan awal menggunakan 2,5 %. Dengan mencoba variasi kadar kapur antara 1% ; 2,5% ; 4,5% untuk pengujian stabilisasi tanah dengan kapur.
IV - 7
Bab 1V Hasil Penelitian
4.1.6 Pengujian Pemadatan Uji Compaction tanah asli menggunakan sampel tanah uji lolos saringan nomer 4 ASTM yang diperam didalam plastik selama 24 jam. Pemadatan tanah asli dengan metode sesuai dengan SNI 1742 – 2008 & SNI 1743 – 2008 dengan Cara A Tabel 3.5. Hasil dari pengujian compaction tanah asli dapat digambarkan berupa grafik kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density/MDD) dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content /OMC) yang bisa dilihat dibawah ini :
Kepadatan kering (gr/cm³)
Compaction 2,1 2,0 1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4
Compaction ZAV
11
13
15
17
19
21
Kadar air (%)
Gambar 4.8 Kurva Pemadatan Tanah Asli
Dari uji compaction tanah asli, didapat kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density/MDD) sebesar 1,684 gr/cm² dan Kadar Air Optimum (Optimum Moisture Content /OMC) 17,4 % Setelah mendapatkan data kadar air optimum tanah asli, dilakukan pengujian pemadatan/ compaction tanah asli yang akan distabilisasi masing – masing variasi yaitu untuk campuran kapur 1%; 2,5%; 4,5%. Guna mengetahui apakah kapur menyerap air, dan campuran tanah - kapur cenderung menggumpal. IV - 8
Bab 1V Hasil Penelitian
Berdasarkan hal tersebut, dapat diprediksi kadar air optimum campuran tanah kapur akan lebih kecil daripada kadar air optimum tanah asli.
Compaction + Kapur 1% Kepadatan kering (gr/cm³)
2,5
2,0 compaction 1,5
ZAV
1,0 11
13
15
17
19
Kadar air (%)
Gambar 4.9 Kurva Pemadatan Tanah Asli + Kapur 1%
Compaction + Kapur 2,5% Kepadatan kering (gr/cm³)
2,2 2,0 1,8 1,6
Series1
1,4
Series2
1,2 1,0 11
12
13
14
15
16
17
Kadar air (%)
Gambar 4.10 Kurva Pemadatan Tanah Asli + Kapur 2,5%
IV - 9
Bab 1V Hasil Penelitian
Compaction + Kapur 4,5% Kepadatan kering (gr/cm³)
2,2 2,0 1,8 1,6
compaction
1,4
ZAV
1,2 1,0 10
11
12
13
14
15
16
17
Kadar air (%)
Gambar 4.11 Kurva Pemadatan Tanah Asli + Kapur 4,5%
Dapat dilihat dari ke tiga kurva diatas sesuai prediksi bahwa nilai kadar air optimumnya menurun. Dengan diurai sebagai berikut, kadar air optimum tanah asli 17,4 %, kadar air optimum tanah + kapur 1% adalah 14,89 sedangkan kadar air optimum tanah + kapur 2,5 % adalah 14,5 % dan kadar air optimum tanah + kapur 4,5% adalah 13,46 %. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya reaksi penggumpalan, menyebabkan penyebaran air terhadap lapisan menjadi berkurang dan ruangan pori antar butiran semakin mengecil.
4.1.7 Pengujian Swelling Test dan CBR Rendaman Berdasarkan uji CBR (California Bearing Ratio) dengan metode uji CBR berdasarkan SNI 1744 – 2012, yang dilakukan untuk satu kondisi yaitu direndam selama 4 hari. Dengan mengacu tata cara perencanaan stabilisasi tanah dengan bahan serbuk pengikat untuk konstruksi jalan Departemen Pekerjaan Umum, langkah awal penulis melakukan uji CBR Rendaman tanah asli terlebih dahulu. Dari hasil uji CBR Rendaman tanah asli di laboratorium didapat nilai CBR 3,1 % IV - 10
Bab 1V Hasil Penelitian
KURVA CBR T. ASLI 160
148,176
140
151,8804
122,2452 114,8364 107,4276
120 BEBAN (Lb)
148,176
100
81,4968 70,3836
80 60
40
37,044 25,9308
20 0 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
PENURUNAN (Inch)
Nilai CBR, % PENETRASI 0,10 in 0,20 in 3,6 2,7 3,1 Gambar 4.12 Kurva Cbr Tanah Asli
Menurut prediksi pengerjaan CBR Rendaman yang mengacu pada tata cara perencanaan stabilisasi tanah dengan bahan serbuk pengikat untuk konstruksi jalan Departemen Pekerjaan Umum, pada tanah yang sudah dicampur dengan kapur yaitu memakai hasil gambar 4.7 menggunakan kadar kapur 1%; 2,5%; 4,5% hasil dari ketiga kadar kapur tersebut dapat menghasilkan ploting hubungan antara kadar kapur dan nilai CBR, agar dapat memenuhi standart CBR Rendaman untuk lapis pondasi bawah (subbasse) minimum 35% Tabel 3.6 Persyaratan Kekuatan dan Durability Tanah Yang Telah Distabilkan Departemen Pekerjaan Umum . Lebih jelasnya
dapat dilihat nilai CBR masing – masing kadar kapur.
IV - 11
Bab 1V Hasil Penelitian
KURVA CBR KAPUR 1% 300
281,5344
259,308
251,8992
240,786 233,3772
200
188,9244 166,698
150
129,654
100 74,088 48,1572
50 0 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
PENURUNAN (Inch)
Nilai CBR, % PENETRASI 0,10 in 0,20 in 6,3 5,4 5,8 Gambar 4.13 Kurva Cbr Tanah – Kapur 1%
KURVA CBR KAPUR 2,5%
BEBAN (Lb)
BEBAN (Lb)
250
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
426,006 366,7356
377,8488
263,0124 251,8992 188,9244 155,5848 111,132 74,088 44,4528 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
PENURUNAN (Inch)
Nilai CBR, % PENETRASI 0,10 in 0,20 in 6,3 5,8 6,1 Gambar 4.14 Kurva Cbr Tanah – Kapur 2,5% IV - 12
0,6
Bab 1V Hasil Penelitian
KURVA CBR KAPUR 4,5% 1200 BEBAN (Lb)
1000 818,6724
800
889,056
1000,188
663,0876 500,094 333,396 259,308 181,5156 111,132 70,3836
600 400 200
0 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
PENURUNAN (Inch)
Nilai CBR, % PENETRASI 0,10 in 0,20 in 11,1 14,7 12,9
Gambar 4.15 Kurva Cbr Tanah – Kapur 4,5%
Dapat dilihat dari hasil CBR Rendaman masing – masing hasil kadar kapur ternyata tidak memenuhi spesifikasi dari prediksi awal yaitu tidak bisa mendapatkan nilai CBR 35 %. Untuk itu penulis mencoba lagi pengujian CBR dengan menaikan kadar kapur sebesar 10,5 % dan 16,5 %, dari hasil kelima kadar kapur tersebut dapat digambarkan hubungan antara kadara kapur dengan nilai CBR.
Grafik Hub. CBR dan Kadar Kapur Nilai CBR (%)
25,0 21,3
20,0
16,6
15,0
12,9
10,0 6,1
5,0 0,0 0
5
10
15
Kadar Kapur (%) Gambar 4.16 Grafik Hub. CBR dan Kadar Kapur IV - 13
20
Bab 1V Hasil Penelitian
Dari kelima kadar kapur tidak ada yang mencapai nilai CBR Rendaman rencana 35 %, penulis menyimpulkan terdapat beberapa faktor penyebab tidak maksimalnya nilai CBR. Salah satunya pada saat pemeraman didalam plastik kemudian baru dipadatkan, campuran tanah dengan kapur tersebut akan menyebabkan penggumpalan. Ketika akan dipadatkan, butiran tanah akan menjadi lebih besar, dan tanah menjadi cenderung non-kohesif. Dengan demikian kekuatan tanah akan menjadi kurang maksimal. Sebaliknya, jika benda uji dipadatkan terlebih dahulu baru kemudian diperam di dalam mold, campuran tanah dengan kapur tersebut telat memadat sebelum sempat terjadi penggumpalan. Rongga antar partikel juga memadat, sehingga kekuatannya pun akan meningkat.
GRAFIK SWELLING 0,35 0,3
Swelling
0,25 0,2
0,18 0,17
0,15
0,12
0,1 0,05 0
0 0%
5%
10%
0 15%
20%
Kadar Kapur (%) Gambar 4.17 Grafik Swelling
Potensi pengembangan tanah dipengaruhi oleh indeks plastisitas dan kandungan fraksi lempung (< 2 μm). Semakin besar nilai indeks plastisitas dan persentase fraksi lempung, makin besar pula potensi pengembangannya. Dari
IV - 14
Bab 1V Hasil Penelitian
Gambar 4.19 menunjukan bahwa penambahan kapur mengakibatkan nilai kemungkinan pengembangan campuran tanah semakin berkurang.
4.1.8 Perbandingan CBR Menggunakan Air laut dan Air Tawar Menurut kondisi di lapangan yang nantinya akan diadakan reklamasi/ penimbunan tanah langsung ke daerah laut/ pelabuhan, sehingga menyerupai kondisi nyata dilapangan. Penulis akan membandingkan nilai CBR Rendaman stabilisasi tanah - kapur dengan menggunakan air laut dan air tawar dengan kadar kapur 10,5%.
KURVA CBR AIR TAWAR 2500
BEBAN (Lb)
2000
2000,376 1733,6592
1500
1481,76 1089,0936 859,4208 666,792 603,8172 522,3204 370,44 259,308
1000 500 0 0
0,1
0,2
0,3
0,4
PENURUNAN (Inch)
Nilai CBR, % PENETRASI 0,10 in 0,20 in 22,2 24,2 23,2 Gambar 4.18 kurva CBR 10,5% Air Tawar
IV - 15
0,5
0,6
Bab 1V Hasil Penelitian
BEBAN (Lb)
KURVA CBR AIR LAUT 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0
1611,414 1444,716 1166,886 844,6032 733,4712 633,4524 533,4336 381,5532 214,8552 140,7672 0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
PENURUNAN (Inch)
Nilai CBR, % PENETRASI 0,10 in 0,20 in 21,1 18,8 19,9 Gambar 4.19 kurva CBR 10,5% Air Laut
Selisih perbedaan CBR Rendaman antara air tawar dan air laut sebesar 3,3 %, menunjukan ada pengaruh penurunan CBR Rendaman yang tidak terlalu signifikan menggunkana air laut, dapat dilihat juga terjadi pengembangan swelling 0,07 %. Penggunaan air laut sebagai bahan stabilisasi menunjukan ada perbedaan terhadap nilai CBR dan swelling, karena adanya pengaruh terhadap pH, sulfat, zat organik lainnya. Secara visual tanah stabilisasi air laut setelah dilakukan uji CBR Rendaman kemudian dipotong secara vertikal menjadi rentang akan cepat hancur dan butiran – butiran tanah gampang terurai lihat gambar 4.20.
IV - 16
Bab 1V Hasil Penelitian
Gambar 4.20 Perbedaan Visual Air Tawar Dan Air Laut
IV - 17