49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Riwayat Singkat DISKOMINFO Provinsi Jawa Barat Kantor Pengolahan Data Elektronik (KPDE) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat adalah kelanjutan dari organisasi sejenis yang semula sudah ada di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan nama Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Keberadaan PUSLAHTA di Jawa Barat dimulai pada tahun 1977, yaitu dengan adanya Proyek Pembangunan Komputer Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Proyek tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan sarana prasarana dalam rangka memasuki era komputer. Dalam perkembangan selanjutnya, pada tanggal 8 April 1978 dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 294/Ok.200-Oka/SK/78 diresmikan pembentukan/pendirian Kantor Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang berkedudukan di jalan Tamansari No. 57 Bandung. Sebagai tindak lanjut dari Surat Keputusan Gubernur Nomor : 294/Ok.200Oka/SK/78, maka pada tanggal 29 Juni 1981 pendirian Kantor PUSLAHTA dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 2 Tahun 1981 tentang Pembentukan Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Peraturan Daerah Nomor : 3 Tahun 1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
50
Pusat Pengolahan Data Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Dengan kedua Peraturan
Daerah tersebut keberadaan PUSLAHTA di lingkungan Pemerintah
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat semakin berperan, khususnya dalam melaksanakan kebijaksanaan Gubernur Kepala Daerah di bidang komputerisasi. Akan tetapi keberadaan kedua Peraturan Daerah tersebut tidak mendapat pengesahan dari pejabat yang berwenang dalam hal ini Menteri Dalam Negeri, sehingga keberadaan PUSLAHTA di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat kedududkan organisasi menjadi non structural. Akan tetapi dengan keberadaan Puslahta Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat pada masa itu telah banyak dirasakan manfaatnya selain oleh lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat juga oleh instansi lain. Dalam perjalanan waktu yang cukup panjang, yaitu lebih kurang 14 tahun sejak PUSLAHTA didirikan, pada tanggal 27 Juni 1992 dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 21 Tahun 1992 Organisasi PUSLAHTA Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dibubarkan. Di dalam salah satu pasal Surat Keputusan Gubernur No. 21 tahun 1992 dinyatakan bahwa tugas dan wewenang PUSLAHTA dialihkan ke Kantor Bappeda Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Pada tanggal yang sama dengan terbitnya Surat Keputusan Gubernur No. 21 tahun 1992 tentang Pembubaran PUSLAHTA Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, keluar Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 22 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik (KPDE) Propinsi
51
Daerah Tingkat I Jawa Barat sebagai pelaksana dari Instruksi Menteri Dalam negeri Nomor : 5 tahun 1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik Pemerintah Daerah di seluruh Indonesia. Sebagai tindak lanjut dari Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : 5 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik, pada tanggal 30 Juni 1993 keluar persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) dengan Nomor : B-606/I/93 perihal Persetujuan Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik untuk Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan keluarnya Surat Persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) tersebut, maka untuk mengukuhkan Keputusan Gubernur Nomor
22
Tahun 1992 diajukan Rancangan Peraturan Daerahnya, dan akhirnya pada tanggal 21 Juni 1994 berhasil ditetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor : 4 tahun 1994 tentang Pengukuhan Dasar Hukum Pembentukan Kantor Pengolahan Data Elektronik Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Nomor 5 tahun 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pengolahan Data Elektronik Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Selanjutnya kedua Peraturan Daerah tersebut diajukan ke Menteri Dalam Negeri untuk mendapat pengesahan, dan pada tanggal 10 Juli 1995 keluar Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 59 Tahun 1995 tentang Pengesahan Peraturan Daerah Nomor : 4 dan Nomor : 5 Tahun 1994, dengan demikian KPDE Propinsi Daerah
52
Tingkat I Jawa Barat secara resmi menjadi salah satu Unit Pelaksana Daerah yang struktural. Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor : 16 Tahun 2000 tanggal 12 Desember 2000 tentang Lembaga Teknis Daerah Propinsi Jawa Barat telah ditetapkan Badan Pengembangan Sistem Informasi dan Telematika Daerah disingkat BAPESITELDA sebagai pengembangan dari Kantor Pengolahan Data Elektronik yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor : 22 Tahun 1992 dan dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 5 Tahun 1994. Sedangkan Kantor Pengolahan Data Elektronik itu sendiri merupakan pengembangan dari Pusat Pengolahan Data (PUSLAHTA) Propinsi Jawa Barat yang berdiri pada tanggal 8 April 1978 melalui Surat Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat No. 294/OK.200Oka/SK/78, dan keberadaannya dikukuhkan dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1981 tanggal 29 Juni 1981. Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, maka Bapesitelda Provinsi Jawa Barat diganti menjadi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat. Perubahan ini merupakan kenaikan tingkat dan memiliki ruang lingkup serta cakupan kerja lebih luas. Sasarannya tidak hanya persoalan teknis, tetapi juga kebijakan, baik hubungannya kedalam maupun menyentuh kepentingan publik khususnya dibidang teknologi informasi.
53
2. Visi, Misi dan Tujuan Visi DISKOMINFO Propinsi Jawa Barat yaitu: DISKOMINFO andal dan berperan dalam SITEL guna mendukung terwujudnya visi Jawa Barat. Misi DISKOMINFO Propinsi Jawa Barat yaitu: 1. Meningkatkan profesionalisme organisasi DISKOMINFO. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang teknologi informasi. 3. Mewujudkan aparatur dan masyarakat berbudaya informasi. 4. Mengembangkan infrastruktur sistem informasi dan telematika. 5. Mengembangkan SITEL yang terpadu dan berkesinambungan sehingga menjadikan SIMDA Jawa Barat sebagai sumber informasi utama bagi perumusan kebijakan Pemerintah Provinsi
54
3. Struktur Organisasi
55
a. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel X Uji validitas instrument dimaksudkan untuk mengetahui tepat tidaknya angket yang disebar, yang akan digunakan dalam pengumpulan data yang akan dianalisis lebih lanjut. Untuk kepentingan akurasi data, kelima belas pernyataan angket untuk variabel X kemudian diuji validitasnya, dengan tujuan untuk menentukan apakah pernyataan-pernyataan angket yang telah dibuat dapat dipergunakan atau tidak dalam kegiatan pengumpulan data. Berdasarkan formula koefisien korelasi dari Karl Pearson yaitu sebagai berikut:
Perhitungannya dibantu dengan software MS Excel, terhadap 20 responden diperoleh hasil seperti pada tabel sebagai berikut:
56
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Variabel X
No. Item Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber Ket
rhitung
Nilai r tabel pada α = 0,05
0.5074 0.6657
0.4590 0.5942 0.6531 0,444 0.6713 0.7217 0.6466 0.5826 0.4341 : Hasil pengolahan data : yang tidak valid dibuang
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh keterangan bahwa dari 10 butir yang dibuat untuk variabel X terdapat 9 butir dinyatakan valid atau dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Sementara sisanya 1 bulir dinyatakan tidak valid sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, butir-butir yang dinyatakan tidak valid ini, tidak akan dipergunakan atau dibuang dalam kegiatan pengumpulan data. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen variabel teknologi informasi diperoleh koefisien alpha = 0,7538 sementara nilai tabel r pada α = 0.05 dan db = n – 2 = 0,444. Dengan demikian, nilai hitung r lebih besar dari nilai tabel r. Sehingga instrumen variabel X dinyatakan reliabel.
57
2. Uji validitas dan reabilitas variabel Y Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel Y
No. Item Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber Ket
rhitung
Nilai r tabel pada α = 0,05
0.5925 0.5264 0.6255 0.6790 0.5862 0,444 0.1097 0.5775 0.5476 0.4994 0.4810 : Hasil pengolahan data : yang tidak valid dibuang
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh keterangan bahwa dari 10 butir yang dibuat untuk variabel Y terdapat 9 butir dinyatakan valid atau dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen variabel efektivitas penyampaian informasi diperoleh koefisien alpha = 0,6762 sementara nilai tabel r pada α = 0.05 dan db = n – 2 = 0,444. Dengan demikian, nilai hitung r lebih besar dari nilai tabel r. Sehingga instrumen variabel Y dinyatakan reliabel.
58
b. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada 50 orang. Gambaran karakterisrik dari 50 responden tersebut adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No 1. 2.
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-laki 29 Perempuan 21 Total 50 Sumber: Data hasil penyebaran angket
Persentase 58% 42% 100%
2. Berdasarkan latar belakang pendidikan Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan No 1. 2. 3 4 5
Jenjang Pendidikan
Jumlah
SMU 18 Diploma 4 S-1 22 S-2 6 S-3 0 Total 50 Sumber: Data hasil penyebaran angket
Persentase 36% 8% 44% 12% 0% 100%
59
c. Gambaran Umum Hasil Penelitian 1. Gambaran Teknologi Informasi di kantor DISKOMINFO Bandung. Gambaran variabel teknologi informasi dalam penelitian ini diukur dari indikator hardware, software, dan teknologi komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Jogianto (2005:52). Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil pada gambar berikut ini:
3.46 3.46 3.44
3.43
3.42 3.39
3.4
Rata-rata
3.38 3.36 3.34
Hardware
Software
Teknologi Komunikasi
Gambar 4.1 Tanggapan Responden Tentang Variabel Teknologi Informasi Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator hardware sebesar 3,43, teknologi komunikasi 3,46, dan software 3,39. Hardware dan teknologi komunikasi berada dalam kategori baik, sedangkan indikator yang paling rendah
60
adalah software. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden berada pada rentang 2.60-3.39 atau berada pada kategori cukup. Tabel 4. 5 Kriteria Analisis Data Deskripsi Rentang Kategori Skor
Penafsiran
1,00 – 1,79 Sangat Tidak Baik 1,80 – 2,59 Tidak Baik 2,60 – 3,39 Cukup 3,40 – 4,19 Baik 4,20 – 5,00 Sangat Baik Sumber : diadaptasi dari skor kategori Likert (Sambas Ali M., 2007:146) Berikut ini akan diuraikan mengenai skor rata-rata jawaban responden masing-masing indikator. a. Tanggapan Responden Tentang Indikator Hardware Indikator hardware dalam penelitian ini diukur melalui 3 sub indikator, yaitu tingkat kesesuaian jumlah komputer dengan kebutuhan, tingkat kelayakan, dan kelengkapan hardware. Masing-masing sub indikator terdiri dari 1 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini: Tabel 4.6 Tanggapan Responden Tentang Indikator Hardware No 1.
Ukuran Tingkat kesesuaian jumlah komputer dengan kebutuhan 2. Tingkat kelayakan hardware 3. Tingkat kelengkapan hardware Rata-rata Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden
Jumlah 172
Rata-rata 3,44
170 172
3,40 3,44 3,43
61
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator hardware sebesar 3, 43. Apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 3,40 – 4,19 atau berada pada kategori baik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator hardware (perangkat keras) yang disediakan untuk karyawan sebagai salah satu alat untuk menyediakan informasi kepada pengguna informasi ada pada kategori baik. b. Tanggapan Responden Tentang Indikator Software Indikator software dalam penelitian ini diukur melalui 4 sub indikator, yaitu tingkat kesesuaian software dengan standar yang ditentukan, tingkat kesesuaian software dengan kebutuhan, tingkat keamanan data, dan tingkat fleksibilitas penggunaan software. Masing-masing sub indikator terdiri dari 1 bulir pertanyaan selain sub indikator keamanan data dengan 2 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini: Tabel 4.7 Tanggapan Responden Tentang Indikator Software No. 1. 2. 3. 4
Ukuran Tingkat kesesuaian software dengan standar yang ditentukan Tingkat kesesuaian software dengan kebutuhan Tingkat keamanan data Tingkat fleksibilitas penggunaan software Rata-rata
Jumlah 161
Rata-rata 3,22
177 181 159 170
3,54 3,62 3,18 3,40 3,39
62
Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa tingkat keamanan data lebih rendah diantara yang lain dengan jumlah 159 dan rata-rata 3,18. Apabila dilihat dalam bulir pertanyaan, berada dalam nomor item 7. Skor rata-rata untuk indikator software sebesar 3,39 dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 2.60 – 3.39 atau berada dalam kategori cukup. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator software (perangkat lunak) komputer yang disediakan sebagai salah satu alat untuk menyediakan informasi yang berkualitas kepada pengguna informasi ada pada kategori baik. c. Tanggapan Responden Tentang Indikator Jaringan Komunikasi Indikator jaringan komunikasi dalam penelitian ini diukur melalui 1 sub indikator, yaitu tingkat kecepatan akses dan terdiri dari 1 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Tanggapan Responden Tentang Indikator Jaringan Komunikasi No. 1.
Ukuran Tingkat kecepatan akses
Rata-rata Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden
Jumlah 173
Rata-rata 3,46 3,46
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indicator jaringan komunikasi sebesar 3,46 dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata
63
jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 3,40 – 4,19 atau berada pada kategori baik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator jaringan komunikasi ada pada kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan DISKOMINFO merasa baik dengan adanya jaringan komunikasi yang disediakan untuk menunjang dalam menyediakan informasi yang berkualitas. 2. Gambaran Kualitas Informasi di kantor DISKOMINFO Bandung. Variabel kualitas informasi dalam penelitian ini diukur dari indikator relevan, akurat, ketepatan waktu, dan kelengkapan informasi seperti yang dikemukakan oleh McLeod (Susanto, 2004:40). Berdasarkan perhitungan, diperoleh hasil pada gambar berikut ini: 3.6 3.6 3.55
Rata-rata
3.5 3.44 3.42
3.45
3.38
3.4
Rata-rata
3.35 3.3 3.25 Relevan
Tepat waktu
Akurat
Lengkap
Gambar 4.2 Tanggapan Responden tentang kualitas Informasi
64
Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator relevansi, tepat waktu, dan akurat berada dalam kategori baik, sedangkan indikator lengkap berada dalam kategori cukup. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata indikator lengkap sebesar 3,38 dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden,
angka sebesar itu berada pada rentang 2.80-3.39 atau berada dalam
kategori cukup. Tabel 4.9 Kriteria Analisis Data Deskripsi Rentang Kategori Skor
Penafsiran
1,00 – 1,79 Sangat Tidak Baik 1,80 – 2,59 Tidak Baik 2,60 – 3,39 Cukup 3,40 – 4,19 Baik 4,20 – 5,00 Sangat Baik Sumber : diadaptasi dari skor kategori Likert (Sambas Ali M., 2007:146) Berikut ini akan diuraikan mengenai skor rata-rata jawaban responden masing-masing indikator. a. Tanggapan Responden Tentang Indikator Relevan Indikator relevan dalam penelitian ini diukur melalui sub indikator tingkat ketepatan sasaran, tingkat kegunaan, dan tingkat kesesuaian dengan permintaan pengguna informasi. Masing-masing indikator terdiri dari 1 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini:
65
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Tentang Indikator Relevan No. 1. 2. 3
Ukuran Tingkat ketepatan sasaran Tingkat kegunaan Tingkat kesesuaian dengan permintaan pengguna informasi Rata-rata Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden
Jumlah 186 184 170
Rata-rata 3,72 3,68 3,40 3,60
Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator relevan sebesar 3,60 dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 3,40 – 4,19 atau berada pada kategori baik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator relevan ada pada kategori baik. Menurut persepsi karyawan informasi yang diperoleh dalam lingkungan internal perusahaan sudah relevan. b. Tanggapan Responden Tentang Indikator Tepat Waktu Indikator tepat waktu dalam penelitian ini diukur melalui sub indikator tingkat kecepatan pada saat dibutuhkan pengguna informasi dengan 1 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini: Tabel 4.11 Tanggapan Responden Tentang Indikator Tepat Waktu No. 1.
Ukuran Tingkat kecepatan pada saat dibutuhkan pengguna informasi Rata-rata Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden
Jumlah 171
Rata-rata 3,42 3,42
66
Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator tepat waktu sebesar 3,42 dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 3,40 – 4,19 atau berada pada kategori baik. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator tepat waktu berada pada kategori baik. Menurut persepsi karyawan informasi yang diperoleh ketika membutuhkan informasi selalu tepat waktu. c. Tanggapan Responden Tentang Indikator Akurat Indikator akurat dalam penelitian ini diukur melalui sub indikator tingkat objektivitas dengan 1 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini: Tabel 4.12 Tanggapan Responden Tentang Indikator Akurat No. 1.
Ukuran Tingkat objektivitas
Rata-rata Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden
Jumlah 172
Rata-rata 3,44 3,44
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa rata-rata indikator akurat sebesar 3,44 dan apabila dikonsultasikan dengan skala penafsiran skor rata-rata jawaban responden, angka sebesar itu berada pada rentang 3,40 – 4,19 atau berada pada kategori baik.
67
Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator akurat ada pada kategori baik. Karyawan merasa informasi yang diperoleh ketika membutuhkan informasi sudah akurat. d. Tanggapan Responden Tentang Indikator Lengkap Indikator kelengkapan informasi dalam penelitian ini diukur melalui sub indikator tingkat kelengkapan berdasarkan kebutuhan pengguna informasi, tingkat kejelasan
informasi
yang disampaikan,
tingkat
kepadatan
informasi
yang
disampaikan, dan tingkat keringkasan informasi. Masing-masing sub indikator terdiri dari 1 bulir pertanyaan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh hasil pada tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Tanggapan Responden Tentang Indikator Kelengkapan Informasi No. 1.
Ukuran Tingkat kelengkapan berdasarkan kebutuhan pengguna informasi 2. Tingkat kejelasan informasi 3 Tingkat kepadatan informasi 4 Tingkat keringkasan informasi Rata-rata Sumber: Skor hasil pengolahan jawaban responden
Jumlah 156
Rata-rata 3,12
178 163 179
3,56 3,26 3,58 3,38
Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa sub indikator yang paling rendah diantara yang lain adalah tingkat kelengkapan berdasarkan kebutuhan pengguna informasi dengan jumlah 156 dan rata-rata 3,12. Dengan demikian, indikator kelengkapan informasi sebesar 3,38 dan apabila dikonsultasikan dengan skala
68
penafsiran skor rata-rata jawaban responden berada pada rentang 2.60 – 3.39 atau berada dalam kategori cukup. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden tentang indikator kelengkapan informasi ada pada kategori cukup. Karyawan merasa informasi yang diperoleh sudah cukup lengkap ketika membutuhkan informasi, namun masih perlu ditingkatkan lagi. d. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji normalitas Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu distribusi data. Pengujian normalitas ini perlu dilakukan apabila masih belum ada teori yang menyatakan bahwa variabel yang diteliti ini adalah normal. Dalam pengujian normalitas ini peneliti menggunakan Microsoft office excel dengan uji normalitas chi-kuadrat, kemudian membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α=0,05 dan derajat kebebasan (dk)=k-3=6-3=3, maka dicari pada tabel chi-kuadrat didapat χ2tabel = 7,8147 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika χ2hitung > χ2tabel artinya data berdistribusi tidak normal Jika χ2hitung < χ2tabel artinya data berdistribusi normal Ternyata χ2hitung < χ2tabel atau -121,77< 7,8147, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
69
Sedangkan pengujian untuk Variabel Y (Kualitas Informasi) adalah dengan membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α=0,05 dan derajat kebebasan (dk)=k-3=7-3=4, maka dicari pada tabel chi-kuadrat didapat χ2tabel = 9,4877 dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika χ2hitung > χ2tabel artinya data berdistribusi tidak normal Jika χ2hitung < χ2tabel artinya data berdistribusi normal Ternyata χ2hitung < χ2tabel atau -40,42 < 9,4877, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal sehingga analisis uji regresi dapat dilanjutkan. Hasil ini memberikan makna bahwa pengolahan data memungkinkan dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametrik. Untuk perhitungan lebih lengkapnya tercantum pada lampiran. 2. Uji Linearitas Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas bersifat linier. Uji linieritas dilakukan dengan uji kelinieran regresi. Dengan bantuan Microsoft Excel, diperoleh hasil uji linieritas sebagaimana berikut ini. Pengujian linieritas data teknologi informasi (X) atas kualitas informasi (Y), diperoleh F hitung sebesar 0,7869. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 95% atau α = 5% dan db TC = k – 2 = 14 - 2 dan db E = n – k = 50 – 14 adalah: F (1-
70
0.05)(12,36)
= 2,0327. Dengan demikian nilai hitung F < nilai tabel F. Hasil ini
menunjukkan data variabel X atas Y linier. Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa data pada variabel terikat mempunyai linieritas dengan data pada variabel bebas. Hasil ini memberikan makna bahwa pengolahan data memungkinkan dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametrik. Untuk perhitungan lebih lengkapnya tercantum pada lampiran. 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sampel yang terpilih menjadi responden berasal dari kelompok yang sama. Dengan kata lain, bahwa sampel yang diambil memiliki sifat-sifat yang sama atau homogen. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Barlett. Dengan bantuan Microsoft Excel, diperoleh χ2 hitung sebesar 0,0446 pada α = 0.05 dan db = 3 – 1 = 2, nilai tabel χ2 = 5,9915. Dengan demikian nilai hitung χ2 < dari nilai tabel χ2 sehingga skor-skor pada variabel teknologi informasi menyebar secara homogen dan skor-skor pada variabel kualitas informasi diperoleh χ2 hitung sebesar 0,0293 pada α = 0.05 dan db = 4 – 1 = 3, nilai tabel χ2=7,8147. Dengan demikian nilai hitung χ2 < dari nilai tabel χ2 sehingga skor-skor pada variabel kualitas informasi menyebar secara homogen. Untuk perhitungan lebih lengkapnya tercantum pada lampiran.
71
4. Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui adanya pengaruh antara teknologi informasi dengan kualitas informasi, penulis melakukan uji hipotesis. Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis antara lain uji signifikansi koefisien korelasi (uji t-student). Dengan ketentuan: H0 : ß = 0, artinya Teknologi Informasi tidak berpengaruh terhadap Kualitas informasi di kantor DISKOMINFO Bandung. H1 : ß ≠ 0, artinya Teknologi Informasi berpengaruh terhadap Kualitas Informasi di kantor DISKOMINFO Bandung. Kriteria uji linear dengan derajat bebas db regb / a = 1 dan db res = n–2= 50–2 = 48
maka
diperoleh
nilai
tabel
F
sebesar
F(α , dbregb / a , dbdares ) = F(0 , 05,1, 48 ) =
4,04: Fhitung ≥ Ftabel atau 9,26 ≥ 4,04.
9,26 F -4,04
4,04
Gambar 4.14 Kurva Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis 9. Menentukan nilai hitung F apakah terletak di daerah penerimaan H0 atau penolakan H0.
72
Berdasarkan nilai hitung F dan nilai tabel F yang diperoleh, diketahui nilai uji F > nilai tabel F sehingga nilai hitung F terletak di daerah penolakan H0. Artinya regresi tersebut di atas berarti. 10. Membuat kesimpulan, sebagai berikut: Berdasarkan uji statistik di atas terhadap 50 orang responden, diperoleh keterangan objektif bahwa ada pengaruh dari variabel X ke Variabel Y. Maka seutuhnya bisa diterima, sebab berdasarkan pengujian koefisien regresi dari Variabel X ke Variabel Y secara statistik bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa Teknologi Informasi di kantor DISKOMINFO berpengaruh terhadap Kualitas Informasi. Besarnya pengaruh teknologi informasi terhadap kualitas informasi adalah 16%. Perhitungannya tercantum dalam lampiran. e. Pembahasan 1. Teknologi Informasi di kantor DISKKOMINFO Bandung Permasalahan yang ingin dijawab adalah ”Bagaimana teknologi informasi yang digunakan di kantor DISKOMINFO Bandung?”. Berdasarkan
hasil
pengolahan
data,
teknologi
informasi
di
kantor
DISKOMINFO Bandung berada dalam kategori baik. Adapun indikator yang digunakan adalah harware, software, dan teknologi komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Jogianto (2005:52). Hardware dan teknologi komunikasi berada dalam kaegori baik, sedangkan indikator software dengan sub indikator tingkat keamanan data memiliki rata-rata
73
paling rendah diantara indikator yang lain, yaitu sebesar 3,39 atau berada dalam kategori cukup. Apabila dilihat dalam bulir pertanyaan angket berada pada nomor item 7 dengan pernyataan “Data/informasi yang Bapak/Ibu simpan dalam software komputer terjamin keamanannya”. Hal ini mengindikasikan data/informasi yang disimpan dalam software komputer belum sepenuhnya aman. Data/informasi menjadi tidak aman karena disebabkan beberapa hal, yaitu: a. Listrik yang mati tiba-tiba, sedangkan data belum di save dalam software. b. Kerusakan akibat virus c. Akibat kesalahan dalam memencet tombol yang tidak disengaja. d. Adanya akses karyawan atau pihak luar yang tidak berkepentingan terhadap data/informasi. e. Adanya kebakaran. Kendala di atas harus segera dicari solusinya.. Apabila data/informasi tidak aman dalam software, informasi menjadi tidak lengkap karena adanya data yang hilang atau mengalami kerusakan. Azhar Susanto (2004:389) mengatakan bahwa: ”Untuk mengurangi rendahnya tingkat keamanan data, suatu kebijakan dan prosedur khusus harus dimasukkan pada saat merancang dan mengimplementasikan suatu sistem informasi. Gabungan dari sistem manual dan berbasis komputer dapat menjadi acuan untuk mengukur sampai sejauh mana keamanan suatu sistem telah dibuat dan sesuai dengan standar pengendalian manajemen”.
74
Pendapat lain menurut Edhy Sutanta (2003:67) bahwa: ”Cara yang dapat diterapkan untuk menjaga keamanan data, yaitu penggunaan data log, proteksi file dengan antivirus, pembatasan pengaksesan, back-up dan restore”. Hal tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan penulis dimana DISKOMINFO mempunyai kebijakan tersendiri dalam mengamankan data/informasi rahasia,
yaitu
dengan
menggunakan
password
dalam
software
sehingga
data/informasi tersebut tidak dapat diakses oleh pihak lain yang tidak berkepentingan terhadap data, Proteksi file dengan antivirus sehingga virus tidak menyebar tanpa terkendali dari satu sistem ke sistem lainnya, merusak memori atau menghancurkan program dan data yang ada. Kendala utama yang sering dialami karyawan adalah hilangnya data penting akibat virus yang membahayakan, sedangkan software antivirus sering terlambat di update. 2. Kualitas Informasi Permasalahan yang ingin dijawab adalah ”Bagaimana kualitas informasi di kantor DISKOMINFO Bandung?”. Berdasarkan
hasil
pengolahan
data,
kualitas
informasi
di
kantor
DISKOMINFO berada pada kategori baik. Adapun indikator yang digunakan adalah relevan, tepat waktu, akurat, dan lengkap seperti yang dikemukakan oleh McLeod (Susanto, 2004: 40). Indikator yang paling rendah diantarra yang lain adalah kelengkapan informasi dengan sub indikator tingkat kelengkapan berdasarkan kebutuhan pengguna informasi sebesar 3,38 atau berada dalam kategori cukup. Apabila dilihat dalam bulir
75
angket berada pada nomor iten 6 dengan pernyataan “Bapak/Ibu mendapatkan informasi
yang
lengkap
ketika
membutuhkan
informasi”.
Hal
tersebut
mengindikasikan belum optimalnya kelengkapan informasi yang diperoleh karyawan ketika membutuhkan informasi. Informasi yang lengkap dapat diperoleh apabila dalam pengolahan data tidak terjadi kesalahan dan tempat penyimpanan data/informasi aman. Oleh karena itu, diperlukan pencatatan dan monitoring yang tepat terhadap sumber dokumen sehinga kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diminimalisasi. 3. Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Kualitas Informasi di kantor DISKOMINFO Bandung. Permasalahan yang ingin dijawab adalah "Adakah pengaruh teknologi informasi terhadap kualitas informasi?”. Teknologi informasi memiliki banyak peran di berbagai organisasi, salah satunya membantu dalam menyediakan informasi yang berkualitas (relevan, akurat, tepat waktu, dan lengkap). Penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan kualitas serta kecepatan informasi yang dihasilkan (Azhar Susanto, 2004:1). Hal tersebut senada dengan pendapat Jogianto (2005:41) bahwa”Informasi yang tepat waktu dapat dicapai dengan komponen teknologi informasi. Tanpa adanya teknologi informasi yang mendukung, maka tidak akan dapat menghasilkan informasi yang tepat waktunya”. Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa teknologi informasi yang digunakan dalam suatu organisasi akan memberikan
76
kemudahan dalam menghasilkan informasi yang berkualitas bagi pengguna informasi.. Oeh karena itu, kendala keamanan data perlu mendapat perhatian karena informasi yang tidak aman, hilang, dan mengalami kerusakan akan mempengaruhi langsung terhadap kelengkapan informasi yang disampaikan kepada pengguna informasi. Dari pengujian hipotesis yang peneliti lakukan, didapatkan suatu kesimpulan bahwa teknologi informasi yang digunakan di DISKOMINFO Provinsi Jawa Barat memberikan kontribusi yang sedang terhadap kualitas informasi, artinya tingginya kualitas informasi salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan.. Berdasarkan hasil perhitungan regresi sederhana diperoleh persamaan regresi linier yaitu Υˆ = 14,03 + 0,56 X. Hal ini berarti kualitas informasi bernilai 14,03 jika
tidak ada teknologi informasi yang digunakan. Koefisien regresi 0,56 menyatakan bahwa setiap penambahan sebesar 1 maka teknologi informasi yang digunakan akan meningkatkan kualitas informasi sebesar 0,56. Dari hasil pengujian hipotesis, hipotesis yang berbunyi “Teknologi informasi berpengaruh tehadap kualitas informasi di kantor DISKOMINFO Bandung” diperoleh Fhitung ≥ Ftabel (9,26 ≥ 4,04) dengan demikian hipotesis diterima, jadi teknologi informasi berpengaruh terhadap kualitas informasi diterima kebenarannya.