BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA KRISTEN 1 Salatiga yang terletak di Jl. Osa Maliki no. 32 Salatiga. Subjek penelitian adalah kelas XII yang berjumlah 224 siswa yang diambil sampelnya sebanyak 94 siswa terdiri dari 3 kelas yaitu XII IPS1, XII IPA1, dan XII Bahasa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh guru pengajar masing-masing jurusan, dikatakan bahwa untuk kelas XII IPS1 dan XII IPA1 merupakan kelas unggulan dari tiap jurusan. Hal ini terlihat dari hasil nilai matematikanya yang cukup tinggi dibanding jurusan lainnya. Berdasarkan observasi yang dilakukan didapat bahwa kedua jurusan ini terlihat serius mengikuti pelajaran matematika disekolah tetapi untuk kegiatan pelajaran tambahan untuk persiapan UN matematika jurusan IPA lebih rajin daripada jurusan IPS. Berbeda dengan jurusan Bahasa yang hanya memiliki 1 kelas saja tetapi dari pemaparan guru pengajar didapat bahwa jurusan Bahasa dinilai paling rajin mengikuti pelajaran matematika maupun pelajaran tambahan matematika dibanding jurusan IPS, hal ini sejalan dengan observasi yang dilakukan bahwa jurusan Bahasa tingkat kehadiran siswanya selalu mencapai 100% dalam mengikuti pelajaran tambahan matematika dibanding jurusan IPS dengan tingkat kehadiran siswanya selalu tidak mencapai 100% dan juga untuk jurusan Bahasa hasil nilai matematikanya cukup bagus yaitu sebagian besar siswanya telah mencapai ketuntasan dalam belajar. B. Analisis Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Pengukuran Variabel Penelitian Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecemasan siswa menghadapi UN matematika dibuat dalam 4 kategori yaitu: Panik, Berat, Sedang dan Ringan. Berdasarkan banyaknya kategori tersebut maka penentuan lebar interval pada masing-masing kategori dihitung berdasarkan kemungkinan skor tertinggi dikurangi kemungkinan skor terendah yang diperoleh siswa dibagi dengan banyaknya kategori.
25
26 Jumlah yang valid pada pernyataan ada 27 item dengan skor terendah adalah 1 dan skor tertinggi adalah 4, maka kemungkinan skor tertinggi yang diperoleh adalah (4 x 27 = 108) dan kemungkinan skor terendah (1 x 27 = 27). Jadi lebar interval yang diperoleh adalah : = =
( 4 27 ) – (1 27 ) 4 108 − 27 = 20,25 4
Dengan demikian pembagian kategori adalah sebagai berikut: 87,75 ≤ x < 108
: Panik
67,5 ≤ x < 87,75
: Berat
47,25 ≤ x < 67,5
: Sedang
27 ≤ x < 47,25
: Ringan
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Variabel Kecemasan Terhadap Ujian Nasional (UN) Matematika Berdasarkan Jurusan IPA BAHASA IPS Kategori Interval F % F % F % Panik 87,75 ≤ x < 108 0 0 2 6,45 Berat 67,5 ≤ x < 87,75 4 12,5 4 12,9 13 41,94 Sedang 47,25 ≤ x < 67,5 22 68,75 20 64,52 15 48,38 Ringan 27 ≤ x < 47,25 6 18,75 7 22,58 1 3,23 N=32 100 N=31 100 N=31 100 Jumlah N=94 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa untuk kategori ringan sebanyak 18,75% siswa jurusan IPA, 22,58% siswa jurusan Bahasa dan 3,23% siswa jurusan IPS. Kategori sedang sebanyak 68,75% siswa jurusan IPA, 64,52% siswa jurusan Bahasa dan 48,38% siswa jurusan IPS. Kategori berat sebanyak 12,5% siswa jurusan IPA, 12,9% siswa jurusan Bahasa dan 41,94% siswa jurusan IPS, sedangkan untuk kategori panik sebanyak 6,45% siswa jurusan IPS. Data diatas menunjukkan bahwa siswa jurusan IPS lebih cemas daripada siswa jurusan IPA dan Bahasa, sedangkan siswa jurusan IPA lebih cemas daripada siswa jurusan Bahasa.
27 Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Variabel Kecemasan Terhadap Ujian Nasional (UN) Matematika Secara Keseluruhan Kategori Interval Frekuensi Persen (%) Panik 87,75 ≤ x < 108 2 2,13 Berat 67,5 ≤ x < 87,75 21 22,34 Sedang 47,25 ≤ x < 67,5 57 60,64 Ringan 27 ≤ x < 47,25 14 14,89 Jumlah N=94 N=100% Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswa berada pada tingkat kecemasan panik sebesar 2,13% (2 siswa), selanjutnya 22,34% (21 siswa) berada pada tingkat kecemasan berat, kemudian 60,64% (57 siswa) berada pada tingkat kecemasan sedang dan sisanya 14,89% (14 siswa) berada pada tingkat kecemasan ringan. Data di atas menunjukkan bahwa siswa SMA Kristen 1 Salatiga mengalami tingkat kecemasan pada kategori sedang dengan ciri-ciri yang dialami seperti; kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung, gugup, pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, sering melakukan kesalahan yang sederhana, mampu untuk belajar namun tidak optimal, nafsu makan berkurang, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif, mudah tersinggung, mudah lupa dan marah. 2. Uji Banding (One Way Anova) Terdapat uji prasyarat sebelum kita melakukan uji one way anova yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4. a. Uji Prasyarat 1). Uji Normalitas Tabel 4.3 Uji Normalitas Tests of Normality a
KELAS total_nilai
Kolmogorov-Smirnov Statistic
Df
Sig.
XII IPS1
.140
31
XII BAHASA
.077
31
.200
XII IPA1
.094
32
.200
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.128 * *
28 Berdasarkan Tabel 4.3 didapat bahwa jurusan IPS memperoleh nilai sig. = 0,128 > 0,05 berarti datanya berdistribusi normal, begitu juga dengan jurusan Bahasa dan IPA dengan nilai sig. = 0,200 > 0,05 dan sig. = 0,200 > 0,05 yang berarti datanya juga normal. Dengan kata lain bisa diartikan bahwa ketiga kelas tersebut, memiliki siswa yang terbagi rata kecemasannya yaitu antara siswa yang mempunyai kecemasan tinggi, sedang dan rendah. Ini diperkuat dengan grafik sebagai berikut. Gambar 4.1. Grafik Normalitas Kelas XII IPS1
Gambar 4.2. Grafik Normalitas Kelas XII Bahasa
Gambar 4.3. Grafik Normalitas Kelas XII IPA1
29 2). Uji Homogenitas Tabel 4.4 Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances total_nilai Levene Statistic
df1
.083
df2 2
Sig. 91
.920
Berdasarkan Tabel 4.4 didapat bahwa nilai sig. = 0,920 > 0,05 yang berarti ketiga jurusan tersebut memiliki varian yang sama (homogen), dengan kata lain bisa berarti bahwa jurusan IPA, IPS dan Bahasa memiliki kecenderungan kemampuan yang sama. b. Uji banding One Way Anova Perbedaan kecemasan siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa, diuji dengan menggunakan uji banding yaitu uji One Way Anova. hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Uji Banding One Way Anova ANOVA total_nilai Sum of Squares Between Groups
Df
Mean Square
1039.222
2
519.611
Within Groups
10601.629
91
116.501
Total
11640.851
93
F 4.460
Sig. .014
Berdasarkan Tabel 4.5 analisis uji banding dengan menggunakan uji One Way Anova diperoleh nilai Sig. = 0,014 < 0,05 maka H0 ditolak atau menerima H1. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan antara siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa, minimal salah satu berbeda dengan yang lain. Di sini diperlukan uji lanjut Post Hoc untuk melihat sepasang-sepasang apakah ada perbedaan. Berdasarkan uji homogenitas Lavene menghasilkan bahwa ke-3 sampel homogen maka kita gunakan LSD (Least Square Deviation). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
30
Tabel 4.6 Uji Lanjut (LSD) Multiple Comparisons Dependent Variable:total_nilai (I) KELAS LSD
XII IPS1
(J) KELAS
XII IPA1
Std. Error
Sig.
*
2.74157
.006
*
2.72007
.023
*
2.74157
.006
XII IPA1
-1.39919
2.72007
.608
XII IPS1
*
2.72007
.023
1.39919
2.72007
.608
XII BAHASA XII IPA1
XII BAHASA
Mean Difference (I-J)
XII IPS1
XII BAHASA
7.67742 6.27823 -7.67742 -6.27823
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa siswa jurusan Bahasa dengan jurusan IPA memiliki nilai sig. = 0,608 > 0,05 yang berarti bahwa kecemasan siswa jurusan Bahasa sama dengan jurusan IPA. Siswa jurusan IPS dengan jurusan Bahasa diperoleh nilai sig. = 0,006 < 0,05 yang berarti siswa jurusan IPS mempunyai perbedaan kecemasan dengan jurusan Bahasa. Begitu juga dengan siswa jurusan IPS dan jurusan IPA yang memperoleh nilai sig. = 0,023 < 0,05 yang berarti siswa jurusan IPS mempunyai perbedaan kecemasan dengan jurusan IPA. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kecemasan siswa jurusan Bahasa sama dengan jurusan IPA sedangkan, kecemasan siswa jurusan IPS berbeda dengan jurusan Bahasa dan IPA. C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengelompokan/pengkategorian yang diperoleh dari 94 siswa, 32 diantaranya siswa jurusan IPA, 31 siswa jurusan IPS dan sisanya jurusan Bahasa dengan 31 siswa. Jurusan IPA terdapat 18,75% siswa memiliki tingkat kecemasan ringan (6 siswa), 68,75% siswa berada pada tingkat kecemasan sedang (22 siswa) dan sisanya 12,5% siswa berada pada tingkat kecemasan berat (4 siswa). Jurusan Bahasa terdapat 22,58% siswa memiliki tingkat kecemasan ringan (7 siswa), 64,52% siswa berada pada tingkat kecemasan sedang (20 siswa) dan 12,9% siswa berada pada tingkat kecemasan berat (4 siswa). Jurusan IPS terdapat 3,23% siswa berada pada tingkat kecemasan ringan (1 siswa), 48,38% siswa berada pada tingkat kecemasan sedang (15 siswa), 41,94% siswa berada pada tingkat
31 kecemasan berat (13 siswa) dan sisanya 6,45% siswa berada pada tingkat kecemasan panik (2 siswa). Data di atas menunjukkan bahwa siswa jurusan IPS lebih cemas daripada siswa jurusan IPA dan Bahasa, sedangkan siswa jurusan IPA lebih cemas daripada siswa jurusan Bahasa. Hasil pengujian dengan menggunakan uji banding one way anova diperoleh nilai Sig. = 0,014 < 0,05 maka H0 ditolak atau menerima H1. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kecemasan antara siswa jurusan IPA, IPS dan Bahasa, minimal salah satu berbeda dengan yang lain. Dari hasil uji lanjut diperoleh bahwa siswa jurusan Bahasa dengan IPA mempunyai kecemasan yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kecemasan siswa masing-masing jurusan yaitu 56,23 dan 57,63. Ini diperkuat juga berdasarkan hasil uji anova dan diperoleh nilai sig. = 0,608 > 0,05. Kecemasan siswa jurusan IPS dengan Bahasa berbeda, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kecemasan siswa masingmasing jurusan yaitu 63,90 dan 56,23. Ini diperkuat juga berdasarkan hasil uji anova dan diperoleh nilai sig. = 0,006 < 0,05. Begitu juga dengan siswa jurusan IPS dan IPA yang mempunyai kecemasan berbeda, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kecemasan siswa masing-masing jurusan yaitu 63,90 dan 57,63. Ini diperkuat juga berdasarkan hasil uji anova dan diperoleh nilai sig. = 0,023 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa jurusan Bahasa tidak ada perbedaan kecemasan dengan jurusan IPA atau bisa dikatakan kecemasannya sama, sedangkan siswa jurusan IPS mempunyai perbedaan kecemasan dengan jurusan IPA dan Bahasa. Tidak adanya perbedaan kecemasan siswa antara jurusan IPA dengan jurusan Bahasa dikarenakan oleh masing-masing jurusan tidak ada kekhawatiran yang berlebih. Hasil wawancara yang dilakukan pada siswa jurusan IPA dan jurusan Bahasa, untuk siswa jurusan IPA mengatakan bahwa “saya sudah siap mengikuti UN matematika karena saya sudah lama mempersiapkannya, seperti: selalu mengikuti bimbingan belajar di dalam ataupun di luar sekolah”. Adapun dengan siswa juruan Bahasa yang mengatakan bahwa “perasaan saya agak tenang mendengar peraturan baru mengenai UN yaitu nilai UN bukan satu-satunya penentu kelulusan dan juga materi yang diajarkan tidak terlalu sulit”. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa jurusan IPA mengaku sudah siap menghadapi UN khususnya matematika karena pada awalnya mereka sudah suka dengan matematika dan juga persiapan yang dilakukan sudah cukup matang, seperti halnya: aktif mengikuti bimbingan belajar di dalam maupun di luar sekolah.
32 Berbeda dengan jurusan Bahasa, materi matematika yang diajarkan lebih mudah untuk dipahami sehingga mereka yakin bisa mengerjakannya dan juga kekhawatiran mereka berkurang dengan adanya peraturan baru mengenai UN yaitu nilai UN akhir itu hasil penjumlahan nilai UN murni dan Ujian Sekolah (US). Meskipun demikian mereka juga merasa cemas seandainya waktu mengikuti UN terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya: sakit. Tidak heran kalau jurusan IPA dan Bahasa tidak ada perbedaan kecemasan atau bisa dibilang cenderung sama tingkat kecemasannya. Adanya perbedaan kecemasan siswa antara jurusan IPS dan Bahasa salah satunya dilatarbelakangi oleh banyaknya muatan kurikulum yang diterima oleh jurusan IPS daripada jurusan Bahasa yang lebih sedikit, dan juga materi matematika yang diajarkan pada jurusan Bahasa lebih mudah daripada materi yang diajarkan di jurusan IPS, sehingga mengakibatkan jurusan IPS mempunyai tingkat kecemasan lebih tinggi dari jurusan Bahasa. Hal ini sejalan dengan wawancara yang dilakukan oleh siswa jurusan IPS, yang mengatakan bahwa “saya khawatir dengan banyaknya materi matematika yang diajarkan, disamping itu materinya juga cukup sulit untuk dipahami”. Lain halnya dengan siswa jurusan Bahasa yang mengatakan bahwa ”kekhawatiran saya berkurang dengan adanya peraturan baru mengenai UN dan juga materi yang dipelajari tidak terlalu banyak”. Hal tersebut yang menjadikan beberapa siswa jurusan IPS mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah dengan tujuan ingin lebih memahami materi yang diajarkan meskipun sebagian besar siswanya juga mengaku sudah merasa cukup dengan pelajaran tambahan yang diadakan di sekolah sehingga beberapa siswa mengalami kekhawatiran yang berlebih. Berbeda dengan siswa jurusan Bahasa yang sebagian besar siswanya kurang merasa terbebani dengan UN matematika karena adanya peraturan baru mengenai UN dan juga mereka merasa yakin bisa mengerjakannya. Hal ini yang mengakibatkan berbedanya kecemasan antara siswa jurusan IPS dengan siswa jurusan Bahasa. Kecemasan siswa jurusan IPS dengan jurusan IPA berbeda dikarenakan adanya perbedaan muatan kurikulum dan jam belajar matematika pada masingmasing jurusan. Untuk muatan kurikulum dan jam belajar jurusan IPA lebih banyak dan lebih sulit daripada jurusan IPS. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh beberapa siswa jurusan IPS dan IPA, untuk jurusan IPS mereka mengatakan bahwa “dari semula saya sudah tidak suka pelajaran matematika dan juga saya kurang bisa menangkap pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru karena materi
33 yang diajarkan terlalu banyak dan sulit”. Lain halnya dengan jurusan IPA yang mengatakan bahwa “saya sudah siap menghadapi UN khususnya matematika karena matematika salah satu pelajaran yang saya sukai meskipun ada beberapa bagian materi yang kurang bisa saya mengerti dan juga saya termotivasi untuk lebih giat lagi belajar matematika salah satunya dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah”. Dari pemaparan di atas dapat diperoleh bahwa perbedaan kurikulum dan jam belajar matematika dari kedua jurusan yang mana jurusan IPA lebih banyak dan lebih sulit dibanding dengan jurusan IPS, hal tersebut yang memotivasi jurusan IPA lebih rajin belajar untuk persiapan UN matematika dibanding jurusan IPS. Terlebih lagi jurusan IPA lebih siap untuk menghadapi UN matematika dibanding jurusan IPS dikarenakan sebagian besar jurusan IPA yang semula suka dengan pelajaran berhitung tidak terkecuali matematika, lain halnya dengan jurusan IPS yang kurang suka dengan pelajaran berhitung walaupun pelajaran IPS juga ada pelajaran lain yang membutuhkan hitung-menghitung. Disamping itu, sebagian besar siswa jurusan IPA mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah dari pada jurusan IPS yang cuma ada beberapa saja, hal itu yang membuat jurusan IPA lebih yakin dan siap untuk menghadapi UN matematika. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2010) yang mengatakan bahwa siswa yang tidak mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah memiliki risiko untuk mengalami kecemasan 3 kali lebih besar daripada siswa yang mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Hal tersebut yang berakibat berbedanya kecemasan jurusan IPA dengan jurusan IPS. Secara keseluruhan, siswa SMA Kristen 1 Salatiga berada pada tingkat kecemasan panik sebesar 2,13% (2 siswa), selanjutnya 22,34% (21 siswa) berada pada tingkat kecemasan berat, kemudian 60,64% (57 siswa) berada pada tingkat kecemasan sedang dan sisanya 14,89% (14 siswa) berada pada tingkat kecemasan ringan. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata tingkat kecemasan siswa berada pada kategori sedang, hal ini dapat diasumsikan bahwa baik siswa maupun siswi ketika menghadapi UN matematika cenderung tidak merasa tertekan dan mereka menghadapinya dengan cara biasa–biasa saja, siswa tidak memperlihatkan tingkat kecemasan yang berlebihan dalam menghadapi UN, mereka cenderung santai dan kurang merasa terbebani dengan ujian yang dihadapinya. Salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi menurunnya tingkat kecemasan siswa adalah peraturan baru mengenai UN. Peraturan baru tersebut
34 mengatakan bahwa nilai akhir UN adalah penjumlahan dari nilai UN murni dengan nilai US (Ujian Sekolah). Peraturan tersebut dimulai pada tahun ajaran 2011/2012 atau dengan kata lain dimulai pada tahun 2012. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tresna pada tahun 2011 yang mengatakan bahwa dari 34 siswa, 27 orang (79,41%) berada pada kategori sangat cemas, 5 orang (14,71%) berada pada kategori cukup cemas, sisanya 2 orang siswa (5,88%) tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian. Hasil di atas menunjukkan bahwa rata-rata siswa mengalami tingkat kecemasan pada kategori sangat cemas, karena pada tahun tersebut UN adalah satu-satunya penentu kelulusan. Hal tersebut mengindikasi bahwa peraturan baru mengenai UN berdampak pada menurunnya tingkat kecemasan siswa.