BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Obyek Penelitian Penari bali merupakan objek dari sebuah tarian yang ditampilkan melalui
bahasa gerak (tubuh) secara sengaja atau tidak penari merupakan media komunikasi bagi para penonton yang menyaksikannya. Seni tari yang dilakukan oleh para penari-penari ini akan mampu menjadi media komunikasi atas permasalahan sosial, sejarah, agama, hingga budaya. Terkecuali apabila para pelaku tari (penari bali) itu sendiri mau mencoba meluangkan waktu dan melihat kembali sejarah kemunculan tari. Pada saat bahasa kata belum ada, tari merupakan bentuk komunikasi yang dikemas ke dalam sebuah pertunjukan memiliki maksud dan tujuan akan peradaban yang ada. Namun tanpa menghilangkan fungsinya sebagai satu tahap pencerahan, peneliti mengamati tarian yang dimunculkan atau dibawakan oleh seorang penari ini terwujud dalam sebuah event acara, acara keagamaan, proses ritual, perayaan hari besar dan hiburan. Penari-penari Bali di sanggar Puspita ini telah banyak mengenal komposisi berbagai macam bentuk tarian bali seperti tarian klasik bali, tarian kreasi (baru) bali, dan tarian bali yang diadakan untuk event-event tertentu dengan tarian bali modern ataupun tarian kolaborasi dengan gerakan kontemporer. Di sebuah sanggar yang bernama sanggar Puspita ini telah banyak melahirkan para penari-penari Bali yang sudah memiliki jam terbang yang luar biasa. Mereka menari di sanggar karena niat
41
42
mereka dan motivasi yang beraneka ragam, berawal dari menyukai dan ingin belajar serta mendalami variasi tarian Bali klasik hingga tarian Bali kreasi.
4.1.1 Sejarah Tari Bali Tarian Bali yang dipertunjukan hingga saat ini dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya. Ritme alam mempengaruhi ritme kehidupan mereka. Tari-tarian mereka menirukan gerak-gerak alam sekitarnya seperti alunan ombak, gerakgerak binatang dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk gerak semacam ini sampai sekarang masih terpelihara dalam Tari Bali. Dalam zaman ini orang tidak saja bergantung kepada alam, tetapi mereka juga mengabdikan kehidupannya kepada kehidupan spiritual. Kepercayaan mereka kepada Animisme (menyembah berhala) menyebabkan tari-tarian mereka bersifat penuh pengabdian, berunsurkan Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan berfungsi sebagai penolak bala. Salah satu dari beberapa bentuk tari bali yang bersumber pada kebudayaan Pra-Hindu ialah sang hyang yang tidak lepas dari kepentingan agama dan tari dan musik. Pada masa ini banyak diciptakan kreasi-kreasi baru, walaupun kreasi baru itu masih berlandaskan kepada nilai tradisional; yaitu hanya perubahan komposisi dan interpretasi lagu kedalam gerak.
4.1.2 Sanggar Puspita Sanggar Puspita adalah sebuah sanggar tari bali yang terletak di daerah Jakarta Selatan tepatnya daerah Jalan Ciputat Raya No.1 Pondok Pinang. Sanggar tari bali Puspita bertempat di sanggar tari Ballet Sumber Cipta berpusat di alamat
43
yang sama pimpinan Alm. Farida Sjuman. Sanggar Puspita ini didirikan oleh I.G.B.P.Suteja Yasa seorang paman dari N.K.N dulunya beliau seorang asisten tari Bali dari sang paman, saat ini N.K.N sebagai penerus sanggar tari bali dari sang paman sekaligus pengajar tari Bali di Sanggar Puspita yang berpusat di Jalan Ciputat Raya, Dan beberapa cabang tari bali pimpinan N.K.N. Sanggar tari bali Puspita ini didirikan pada tanggal 27 Agustus 1995, yang saat ini sudah mulai berkembang melahirkan penari-penari bali dan beberapa penari bali telah menjadi asisten dan pengajar untuk beberapa cabang tari bali Sanggar Puspita maupun mereka yang berdikari mengajar di sekolah-sekolah sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Para penari Bali yang rutin latihan menari disini dari mulai anak-anak, dewasa, sampai ibu-ibu dan para expatriat yang ingin belajar menari Bali kebanyakan mereka belajar di Sanggar Puspita.86
86
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita
44
4.1.3 Tarian Bali di Sanggar Puspita Tarian tradisional bali yang selalu ditampilkan dalam sebuah pertunjukan baik itu dalam sebuah upacara sembahyang, acara hari besar, acara penyambutan tamu agung, memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat setempat, domestik ataupun wisatawan luar yang memiliki kekaguman bagi setiap penonton yang melihatnya. Keindahan gerakan penari dengan tatapan mata yang melotot, ekspresi wajah yang tegas dan berkilaunya ornament pada kostum tarian menjadi sebuah ciri khas khususnya tarian Bali. Dengan segala macam kelincahan dan kerumitan gerak tarian Bali seolah-olah bercerita dalam setiap kisah tarian yang ditampilkan. Tarian Bali begitu banyak macamnya, terutama di sanggar Puspita ini tarian Bali yang diajarkan banyak sekali dari tarian Bali klasik hingga tarian Bali kreasi. Beberapa Tarian Bali klasik yang diajarkan di sanggar ini adalah: 1.) Tari Pendet adalah tarian yang biasa yang ditarikan oleh lima orang gadis. Tarian ini diciptakan oleh I wayan Rindi. Tari ini sangat energik, yang melibatkan harmoni gerakan anggun dari kepala sampai kaki. Setiap penari harus memegang mangkuk atau biasanya disebut dengan bokor dalam menari, berwarna perak dengan motif kelopak bunga dan didalam bokor tersebut terdapat bunga-bungaan yang nantinya akan disebarkan sedikit demi sedikit oleh penari saat akhir pertunjukan kepada penonton.87
87
Kartika D. Suardana. Dances Of Bali. Penerbit: P.T Phoenix Communications. 2012 hal 37
45
Gambar 4.1.2.1 Tari Pendet88
2.) Tari Tenun adalah tarian yang ditarikan oleh satu wanita atau lebih. “ Tenun” yang berasal dari kata kerajinan memintal atau membuat pakaian seperti kamen batik, sarung atau sulaman Bali lainnya oleh para pengrajin wanita yang biasanya dikerjakan di rumah atau industry rumah tangga. Tari ini merupakan inspirasi dari keuletan dan kerapian dari setiap hasil tenun, tari ini diciptakan oleh I Nyoman Ridet dan I Wayan Likes pada tahun 1957.89 Gambar 4.1.2.2 Tari Tenun90
88
Dokumen Sanggar Puspita http://sejarahtaribali.babadbali.com 90 Dokumen Sanggar Puspita 89
46
3.) Tari Legong Keraton Tarian halus yang ditandai dengan gerakan-gerakan yang rumit jari, gerak kaki yang rumit, dan gerakan ekspresif dan ekspresi wajah. Tarian ini dilakukan oleh tiga penari: tiga orang gadis, dua gadis sebagai legongan, dan yang satu sebagai condong, terkadang tarian klasik ini dapat ditarikan oleh satu orang saja dalam pementasan. Bentukan kata ”Legong keraton”, terjadi dari dua kata yaitu ”Legong” dan ”keraton”. Apa yang dimaksud dengan ”Legong”, umumnya hampir semua orang Bali mengetahuinya, yaitu suatu tarian wanita yang dilakukan oleh dua atau tiga orang gadis, seorang diantaranya berperanan sebagai condong, yang nantinya akan menyerahkan kipas kepada kedua gadis penari berikutnya.91 Tari legong keraton adalah penari yang identik berpakaian seperti peran orang kerajaan ini identik dengan kostum brokat emas, yang terikat begitu erat dengan mahkota dan rambut dihiasi dengan bunga, penari pun menari dengan gerakan klasik. Gambar 4.1.2.3 Tari Legong Keraton92
91
Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali. Perkembangan Legong Keraton sebagai Seni Pertunjukan. Bali. 1975, hal 13. 92 Dokumen Pribadi
47
Setelah kita mengetahui tarian bali klasik yang diajarkan oleh sanggar Puspita ini, adapun tarian Bali Kreasi yang diajarkan lebih banyak diantaranya adalah: 1.) Tari Puspanjali adalah tarian yang biasa ditarikan oleh lima penari dan kostum yang dipakai mereka terbalut dengan kain warna mempesona dengan bunga-bunga emas dan pola etnik yang tercetak di atasnya. Puspa yang berarti ‘bunga’ dan anjali yang berarti ‘untuk menghormati’ sebuah tarian untuk menghormati orang dengan bunga sebagai simbol kebaikan dan yang artinya memiliki hati yang indah tarian ini diciptakan tahun 1989 oleh Swasthi Widjaya Bandem dan I Nyoman Windha.93 Gambar 4.1.2.4 Tari Puspanjali94
2.) Tari Pandji Semirang adalah tarian yang menceritakan tentang seorang putri yang hidup pada masa kerajaan Daha yang bernama Galuh Candra Kirana yang merubah penampilannya sebagai seorang lelaki sebagai Pandji semirang untuk mencari cinta sejatinya. Tari ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1942. Tarian ini biasa 93 94
Kartika D. Suardana. Dances Of Bali. Penerbit: P.T Phoenix Communications. 2012 hal 21 Dokumen Pribadi
48
ditarikan oleh perempuan, kostum yang dikenakannya pun seperti pakaian laki-laki dengan mahkota kepala diatasnya seperti raja dari Jawa, yang akhirnya tarian ini begitu populer setelah kerajaan Majapahit runtuh.95 Tari ini sangat suka dipentaskan oleh anak-anak khususnya. Gambar 4.1.2.5 Tari Pandji Semirang96
3.) Tari Baris Kekupu Tari ini diciptakan oleh I Nyoman Kaler pada tahun 1935, dulu tarian ini adalah bentuk pertunjukan untuk acara upacara sakral Ngaben (upacara kremasi pembakaran jenazah yang dianut umat Hindu Bali) dalam ritual ini dipersembahkan tarian agar jiwa manusia yang sudah dikremasi rohnya akan tenang terbawa ke surga, dan dianggap sebagai bentuk perpisahan jiwa dan roh menuju sang Hyangwidi.97 Saat ini tarian baris kekupu masih dipertunjukan dengan peristiwa upacara kremasi masyarakat Hindu bali dan dipertunjukan di acara sekolah atau kegiatan pentas seni anak-anak.
95
Kartika D. Suardana. Dances Of Bali. Penerbit: P.T Phoenix Communications. 2012 hal 109 Dokumen Sanggar Puspita 97 Kartika D. Suardana, op.cit.,87 96
49
Gambar 4.1.2.6 Tari Baris Kekupu98
4.) Tari Manuk Rawa adalah sebuah tarian yang ditarikan oleh anak-anak dari usia lima sampai tujuh tahun, tarian ini ditarikan dari lima sampai tujuh orang. Tari ini menceritakan tentang seekor burung yang terbang tinggi dengan gerakan detail mencengkeram, menggoyang-goyangkan kepala, mengepakkan sayap dan berjalan menyerupai seekor burung. gerakan tarian ini begitu disukai untuk anak-anak karena enerjik. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1981.99Hingga saat ini tarian ini masih dipertunjukkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Gambar 4.1.2.7 Tari Manuk Rawa100
98
Dokumen Sanggar Puspita Kartika D. Suardana. Dances Of Bali. Penerbit: P.T Phoenix Communications. 2012 hal 82 100 Dokumen Sanggar Puspita 99
50
5.) Tari Puspa Wresti adalah sebuah tarian yang memadukan pola-pola gerak beberapa tarian upacara seperti gabor, rejang, dan baris gede ini merupakan tari penyambutan ‘Puspa’ berarti bunga, ‘Wresthi’ berarti hujan biasanya ditarikan oleh sekelompok penari pria dan wanita. Para penari wanita membawa bokor yang berisikan bunga yang berwarnawarni yang dikawal oleh penari pria yang membawa tombak. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Dibia dan I Wayan Windha.101 Gambar 4.1.2.8 Tari Puspa Wresti102
6.) Tari Belibis merupakan tarian yang mengisahkan Prabu Angling Dharma yang dikutuk istrinya menjadi seekor burung belibis. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan sekawanan burung belibis, namun ia tidak diterima dalam kelompok itu karena bisa berbicara seperti manusia. Gerak tari ini menunjukkan penampilan yang menarik dan harmonis dengan gamelan yang mengiringinya. Tari ini diciptakan 101 102
http://sejarahtaribali.babadbali.com Dokumen Pribadi
51
oleh N.L.N Swasthi Wijaya Bandem tahun 1984.103 Tari ini ditarikan oleh lima atau tujuh perempuan. Gambar 4.1.2.9 Tari Belibis 104
7.) Tari Cendrawasih adalah tarian kreasi ini diciptakan oleh Swasthi Wijaya Bandem sang koreografer terinspirasi dari Pulau Lombok yang disana terdapat burung dari surge yang dinamakan Cendrawasih sebagai simbol daerah tersebut gerakannya yang elegan dengan kostum berwarna merah tua dan keemesan pada bagian sayap.105 Gambar 4.1.2.10 Tari Cendrawasih106
103
http://sejarahtaribali.babadbali.com Dokumen Sanggar Puspita 105 Kartika D. Suardana. Dances Of Bali. Penerbit: P.T Phoenix Communications. 2012 hal 79 106 Dokumen Sanggar Puspita 104
52
Tari duet yang ditarikan oleh penari putri, beberapa pose dan gerakannya dari tarian ini telah dikembangkan sesuai dengan interpretasi piñata dalam menemukan bentuk-bentuk baru sesuai dengan tema tarian ini. Busana ditata sedemikian rupa agar dapat memperkuat dan memperjelas desain gerak yang diciptakan. 107
8.) Tari Ciwanataraja diciptakan oleh N.L.N Swasthi Wijaya Bandem pada tahun 1990 adalah sebuah tari yang menggambarkan perwujudan Dewa Siwa sebagai penari tertinggi, sebagai dewanya penari, sehingga menimbulkan ritme dan keteraturan di dalam alam semesta. Gerakan Siwa merupakan pancaran tenaga prima yang kemudian menyatu sehingga terciptalah alam semesta ini. Gambar 4.1.2.11 Tari Ciwanataraja108
Tarian ini ditarikan oleh satu orang penari pria sebagai Siwa, sedangkan delapan orang lainnya menggambarkan pancaran tenagatenaga prima dari Siwa. Tari Ciwanataraja sebenarnya adalah perpaduan antara tari Bali dengan beberapa elemen tari Bharata 107 108
http://sejarahtaribali.babadbali.com Dokumen Pribadi
53
Natyam (India) yang telah dimodifikasi sehingga terwujudlah suatu bentuk tari yang utuh.109 9.) Tari Saraswati adalah sebuah tarian yang melambangkan Dewi Saraswati adalah lambang ilmu pengetahuan. Tarian yang menggambarkan keagungan Dewi Saraswati yang diiringi oleh sekelompok burung angsa. Gambar 4.1.2.12 Tari Saraswati110
Di dalam tarian ini terdapat perpaduan antara gerakan tari Bali klasik dengan gerakan ciptaan baru, baik yang di ilhami oleh kebudayaan Timur maupun Barat. Dibawakan oleh tujuh penari wanita ( satu orang penari sebagai dewi Saraswati, empat orang penari sebagai angsa). Tarian ini diciptakan pada tahun 1994 oleh N.L.N Swasthi Widjaja Bandem.111
109
http://sejarahtaribali.babadbali.com Dokumen Pribadi 111 http://sejarahtaribali.babadbali.com, loc.cit., 110
54
10.) Tari Sekar Jempiring adalah sebuah tarian yang berarti ‘Jempiring’ adalah sebuah tanaman yang merupakan “Maskot” kota Denpasar yang berwawasan budaya dengan warna putih berbau khas tersendiri, terhembus gemulai oleh angin sepoi-sepoi menari disetiap sudut kota. Makna dalam tarian memiliki keagungan, keharuman dan kesucian bunga jempiring, penggarap menginterpretasikan dalam bentuk tari yang berkemas dari pola-pola gerak tradisi yang dikembangkan menjadi bentuk baru dan terkombinasi oleh musik gambelan Gong kebyar yang kekinian sesuai kelemah-lembutan bunga jempiring. Penggagas ide tari ini adalah Ibu Bintang Puspayoga dengan piñata tari Ida Wayan Arya Satyani.112 Gambar 4.1.2.13 Tari Sekar Jempiring113
112 113
http://sejarahtaribali.babadbali.com Dokumen Sanggar Puspita
55
4.1.4 Penari Bali Keindahan gerakan tubuh yang disampaikan oleh seorang penari Bali terlihat saat mereka mengekspresikan kemampuan keseluruhan jiwa, penghayatan dan kebiasaan ditambah jam terbang yang sudah banyak dan mengerti bagaimana harus tampil didepan penonton para penari ini melakukan pertunjukannya. Dan mereka para penari ini adalah mereka yang berawal dari suka melihat, menyaksikan dan ingin sekali belajar mendalami tarian bali tersebut yang tidak terlepas dari bakat yang telah berada dalam jiwanya serta ketekunan dan kegigihan dalam berlatih secara disiplin yang menghasilkan sebuah pementasan tarian yang sempurna dari setiap pegelarannya.
4.2
Hasil Penelitian Pada bagian ini peneliti akan berupaya mendeskripsikan data-data yang
telah dikumpulkan melalui wawancara mendalam serta ikut sebagai partisipan observatif bersama informan lainnya. Mereka merupakan para penari-penari yang telah lama belajar dan mendalami tarian bali sebagai penari Bali yang berada didalam Sanggar Puspita. Hasil wawancara akan diuraikan melalui konsep diri berdasarkan motif dalam diri sang penari, makna penari: menari menjadi sebuah profesi dan menari menjadi sebuah hobi, perubahan dalam diri serta tantangan dan hambatan sebagai penari. Peneliti akan menguraikan hasil wawancara dengan para informan tentang bagaimana konsep diri para penari Bali Sanggar Puspita ini terpengaruh dengan lingkungan disekitarnya. Peneliti berharap data yang didapat menjadi data yang relevan.
56
4.2.1 Latar Belakang Seorang Penari Informan adalah orang yang diwawancarai, dimintai informasi oleh pewawancara. Disini peneliti akan membahas tentang konsep diri kehidupan Penari Bali dari bagaimana para penari ini berinteraksi dengan lingkungan sekitar, memiliki motif yang terbentuk dalam dirinya. Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah para penari maupun praktisi dari Sanggar Puspita, mereka merupakan para penari yang telah banyak memiliki pengalaman dalam menari bali di Sanggar Puspita. Penelitian ini menggunakan enam informan diantaranya adalah: Informan 1: Luh Putu Lina Maryani, wanita berdarah bali dengan usia 34 tahun adalah seorang guru tari bali Sanggar Puspita cabang BSD Tangerang selatan dengan latar belakang pendidikan Sarjana manajement ekonomi ini telah berkeluarga dan memiliki tiga orang anak, selain mengajar tari Mba Lina panggilan akrab muridmuridnya di sebuah sanggar ataupun disekolah tempat dia mengajar tari bali dia adalah seorang Ibu rumah tangga dalam keluarga. Mba Lina bertempat tinggal di perumahan Villa dago pamulang cluster Kintamani, RT. 01/RW.024 CiputatPamulang. Lahir di Jakarta tanggal 21 februari 1979. Profesinya hingga saat ini masih mengajar menari bali dan tari daerah lainnya seperti tarian dari Sumatra dan Kalimantan baik di sanggar, di sekolah dasar dalam kegitan ekstrakurikuler, dan terkadang masih menerima order untuk menari dalam sebuah pegelaran di Jakarta.
57
Ia memiliki motto hidup bahwa “Menikmati hidup dan mensyukuri yang dimiliki dengan cara menyalurkan hobi”.114 Mba Lina ini mulai menari saat usia 4 tahun lahir dari keluarga sederhana yang memang berdarah penyeni dan sangat mendukung aktivitasnya sebagai penari bali. Tidak heran, ia pernah belajar sendiri dengan memperhatikan anak didik sang paman yang memiliki sebuah sanggar Amerta tanpa diajarkan oleh sang paman untuk menari bali, akhirnya dapat menari bali dengan baik. Itulah cara Mba Lina mempelajari tarian bali, Mba Lina mengatakan: “Akhirnya saya hobi mampir ke sanggar paman saya untuk memperhatikan murid-murid paman saya, lalu saya mengikutinya dari belakang hampir setiap sabtu dan minggu sore saya kesana dan belajar sendiri mengikuti gerakan para penari-penari itu sampai akhirnya paman saya menyuruh saya untuk menari di sanggarnya”.115
Informan 2: Nilawati perempuan berdarah Padang ini lahir Jakarta 15 Oktober 1980 adalah seorang wanita yang berusia 33 tahun, ia berprofesi sebagai karyawan multilevel marketing karna background pendidikan sarjana akuntansi dan seorang pengajar tari pada taman kanak-kanak didaerah Kalibata Jakarta Selatan dan masih aktif mengajar tari Bali Sanggar Puspita cabang kelapa gading dan Puri Indah. Dan seminggu sekali masih menjadi murid untuk terus belajar menari bali bersama rekan-rekan lainnya setiap hari sabtu. Bertempat tinggal di Daerah
114
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 9/8/2014, di Sanggar On Stage Ciputat 115 Ibid.
58
Pancoran Barat VII RT.013/06 No. 10 B, Jakarta Selatan. Memiliki hobi membaca dan menulis diary dan menari ini biasa dipanggil oleh murid-muridnya dan orang tua muridnya Kak Nila ini sudah lama mengajar tari Bali sejak tahun 2008, dan lama mengajar sudah 6 tahun, pernah memenangkan lomba tari Bali di sebuah Mall di Tangerang. Kak Nila yang memiliki motto hidup: “susah-susah dahulu, senang-senang kemudian”.116
Penari bali yang disapa Kak Nila wanita berdarah perantauan dari padang ini berasal dari keluarga yang cukup membebaskan keinginannya untuk hijrah ke Jakarta yang membuat dirinya independent dalam menempuh jalan hidupnya. Berawal dari tidak percaya diri dan merasa rendah diri karena mengenakan jilbab merasa tidak yakin bisa menari bali, hingga akhirnya ada rasa ingin mencoba dan menarikan tari bali karena melihat beberapa tarian disebuah pertunjukan tari bali di Jakarta. Seperti yang ia tuturkan:
“Sebelum saya bergabung di sanggar, saya tidak percaya diri dan tidak yakin untuk bisa menari bali tetapi saya percaya saya bisa menari, kalau orang lain bisa kenapa saya tidak”.117 Informan 3: Yuka Togawa seorang wanita Jepang yang berasal dari kota Wakayama kelahiran 4 Juni 1972. Ia sudah lama berada di Indonesia dan berkarir tepatnya di ibukota Jakarta dengan latar pendidikan manajement bisnis saat di Jepang, cara dia berkomunikasi dengan orang-orang Indonesia pun sudah cukup lancar
116
Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 9/8/2014, di foodcourt Carefour Lebak Bulus 117 Ibid.
59
berbahasa, bertempat tinggal di Apartemen Mega Kuningan Jakarta selatan bersama keluarga. Di usianya yang 42 tahun Yuka masih tetap aktif sebagai karyawan kantor di perusahaan di Jakarta, wajahnya pun tampak awet seperti masih usia 30an. Sudah hampir 16 tahun dia menari baik itu menari Bali ataupun tari Betawi dan ia sempat diundang untuk acara talkshow pada program tv di Trans 7 untuk menarikan tari Betawi. Tetapi Yuka lebih senang dengan menari Bali. Wanita karir yang bersuamikan orang Cirebon ini mempunyai hobi menari dan menonton tari tarian tradisional Indonesia. Motto hidupnya: “Kalau ada yang coba melakukan sesuatu, coba melakukan supaya tidak akan menyesal nanti”.118
Dengan wajah yang ramah serta selalu tersenyum setiap menyapanya, Yuka nama panggilan yang biasa dipanggil oleh teman-teman sanggar begitu senang berteman dengan orang-orang Indonesia menurutnya orang Indonesia sangat ramah. Masa muda penari bali Yuka Togawa yang berasal dari Jepang ini, memiliki background keluarga yang sederhana. Setelah lulus dari perguruan tinggi, ia mendapat tugas ke Indonesia dan bekerja di perusahaan Jakarta. Yuka menuturkan:
“Saya sebenarnya bukan seorang penari tetapi karena saya memang suka melihat kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia, menurut saya sangat indah dan pertama kali saya ke Bali saya ingin sekali bisa belajar dengan giat lalu saya mencoba untuk menari bali dan tarian lainnya”.119
118 119
Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 9/8/2014, Sanggar Puspita Ibid.
60
Yuka Togawa, sempat berhenti sejenak dari kegiatan menari karena menikah dan melahirkan anak, namun ia tetap kembali ke sanggar untuk latihan menari. Informan 4: Vianni Sofie adalah seorang mahasiswi 19 tahun masih aktif kuliah jurusan komunikasi di perguruan tinggi swasta di Jakarta, kelahiran Jakarta 14 September 1995. Penari bali berdarah sunda ini sedang melakukan magang di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Vi adalah panggilan akrab oleh teman-teman penarinya menyadari bahwa ia menyukai menari ketika ia merasa passionnya adalah menari dan saat itu pula ia sadar bahwa bisa mengekspresikan lebih dalam mengenai dirinya melalui sebuah tarian khususnya pada tari Bali. Penyuka shopping dan menari ini tinggal di Bukit Pratama Pasar Jumat Lebak bulus dan dia sudah mulai menari di Sanggar Puspita ini sejak usia 7 tahun. Motto hidupnya : “You don’t have to be great to start, but you have to start to be great, menjadi seseorang itu gak’ harus bagus dipermulaan, yang penting mulailah sesuatu itu dengan niat untuk bisa menjadi yang terbaik”.120 Penari bali Vianni Sofie seorang penari yang masih berstatus mahasiswi seorang yang ramah, suka sekali menonton tarian Bali dari you tube setiap ada tarian Bali kreasi sama dengan Yasmine, dan Sanggra mereka berasal dari keluarga dengan perekonomian yang cukup terjamin. Vianni dengan panggilan akrab teman-teman penari dengan Vi dan Yasmin adalah sama-sama masih
120
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Sabtu tgl 9/8/2014, Sanggar Puspita
61
berstatus mahasiswi. Vi mulai belajar menari saat Ibunya melihat kemampuannya dapat menarikan tarian tradisional salah satunya ada tari pendet di sebuah acara taman kanak-kanak tersebut, berikut penuturannya: “Jadi saya diikutsertakan lomba dua tarian sekaligus, padahal setiap anak hanya diwajibkan menari satu tarian. Melihat hal ini Ibu saya mulai menyadari bakat yang dimiliki oleh saya akan menari. Setelah perlombaan selesai di sekolah taman kanak-kanak saya keluar sebagai juara pertama”.121
Informan 5: Yasmine Nurhati Patra seorang mahasiswi berdarah. Palembang ini berusia 22 tahun ini, dengan latar belakang pendidikan public relation ini merasa tidak pernah mengajar menari sebagai guru, tetapi hanya sebagai murid tari Bali Sanggar Puspita sampai akhirnya menjadi penari. Tinggal di Jl. Alam elok VIII Blok UB No. 34, Pondok Indah, Jakarta Selatan. sempat mengajar sebagai guru privat tari Bali hanya setahun, setalah itu tidak berlanjut. Merasa menyukai tari Bali karena suka dan hobi berenang menurutnya adalah sebagai bentuk meluangkan waktu dalam dirinya sebagai wahana stress release. Kelahiran Jakarta, 8 April 1992 mulai menari saat usia 9 tahun saat itu baru belajar sebentar langsung diikut sertakan untuk mementaskan tari pendet didepan orang banyak di anjungan Bali TMII. Sebelum menari bali Yasmine belajar menari ballet di sebuah sanggar tari ballet yang bernama “La Marina” berhenti, dan ingin kembali menari tetapi ingin yang bisa mempelajari budaya Indonesia, akhirnya dia
121
Ibid.
62
bertemu dengan sanggar puspita. Motto hidup:” Live life to the fullness, Hidup itu penuh dengan gambaran, skenario, permainan jadi nikmati saja selagi masih bisa”.122 Penari yang biasa dipanggil Yas dan Sanggra Suryadarma ini sama-sama memiliki ketertarikan dari sebuah tari ballet saat masih anak-anak mereka senang dengan melihat pertunjukan ballet. Yasmine mengatakan: “Waktu itu usia saya masih 4 tahun tapi belum menari Bali dan belajar tari ballet untuk pertama kalinya di sanggar “ La Marina” dan belum suka sama tari Bali. Seiiring berjalannya waktu aku bosan karena melihat kebiasaan menari dan kostum tarinya begitu saja aku beralih memilih tari bali”.123 Informan 6: Sanggra Suryadarma seorang Designer dan Ibu rumah tangga dengan latar belakang pendidikan design graphis UCLA, berusia 43 tahun wanita yang tinggal di Emerald Residence Blok L No. 5, Bintaro sektor 9 Pondok Aren Tangerang Selatan sudah banyak sekali memiliki pengalaman hidup sebagai penari. Wanita dengan satu anak perempuan yang mengikuti jejak ibunya ini sebagai penari bali juga adalah kelahiran Jakarta 8 Agustus 1971. Disela kesibukannya sebagai wanita karir dan mengurus anak perempuannya semata wayang ia selalu menyempatkan waktu luangnya dengan latihan menari bali di sanggar puspita bersama putrinya. Mba Sanggra seorang penari senior yang berasal dari Jawa ini mudah bergaul dengan teman-teman penari bali lainnya dan selalu bertanya setiap menemukan gerakan-gerakan yang rumit kepada sang guru tari bali, tidak hanya 122 123
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Sabtu 9/8/2014, Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu 9/8/2014, di Sanggar Puspita
63
menari, menggambar pun adalah bagian dari kesukaannya, dan mendengarkan lagu. Motto hidup yang selalu di jiwanya adalah “Life is a dance, from one stage to the next. Life is our greatest possession and love is our greatest affirmation”.124 Dan penuturan dari Sanggra ia sebenarnya memang pecinta tari, sebuah tarian terutama tarian classic ataupun tradisional baginya adalah sesuatu yang luar biasa yang perlu dipelajari,seperti yang ia tuturkan sebagai berikut: ““Awalnya saya tertarik bukan dari tari Bali tetapi ketertarikan saya kepada dunia tari adalah saat ketika melihat tari Ballet di TV lokal ketika itu menyiarkan tari epic Swanlake secara sekejap”.125 Kecintaannya dalam menari menjadikan Sanggra ingin belajar menari tarian tradisional dan ia telah mencoba tarian bali, jawa dan Sumatra. Tetapi, untuk saat ini ia mencoba menekuni tari bali. Berdasarkan penelitian, peneliti membuat tabel latar belakang informan penari bali sanggar Puspita sebagai berikut : Tabel 4.2.1.1 Latar Belakang Sosial Informan Latar Belakang Sosial
Informan
Asal daerah
Luh Putu Lina Maryani Nilawati Yuka Togawa
Bali
Vianni Sofie
Sunda
Padang Jepang
Yasmine Nurhati Palembang Patra Sanggra Jawa Suryadarma 124 125
Pendidikan Management Ekonomi Akuntansi Management Bisnis Mahasiswi Komunikasi Mahasiswi Public Relation Design Graphis
Usia
Jenis kelamin
34 tahun
Perempuan
33 tahun 42 tahun
Perempuan Perempuan
19 tahun
Perempuan
22 tahun
Perempuan
43 tahun
Perempuan
Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu 9/8/2014, di Sanggar Puspita Ibid.
64
4.2.2
Motif Menjadi Penari
Latar belakang dan motif menjadi seorang penari bali dapat terlihat dari hasil penelitian yang didapatkan peneliti sebagai berikut:
a. Saat SMA mba Lina menghasilkan uang sekitar Rp.300.000,- sekitar tahun 1996 sebagai penari bali bayaran dari sanggar “Sampan Ismanto”. Menurutnya zaman itu adalah bayaran termahal untuk seorang penari, orang tua pun cukup senang walaupun kelurga terbilang dari keluarga yang berkecukupan, hal itu keluarganya merasa bangga dari hasil kerja kerasnya menari. Beranjak dewasa dan mba Lina telah memasuki dunia kerja mencari pekerjaan sesuai jurusannya dari bidang manajemen ekonomi, hanya saja ternyata pekerjaan yang didapat tidak semulus ia menari bali saat itu. bukan sebagai pegawai kantor melainkan ia bertemu dengan bibinya adalah pengajar di Sanggar Puspita khusus untuk tari Bali saja, dan diberi kesempatan untuk mengajar sebagai asisten guru di sanggar puspita. Mba Lina, mengatakan: “Kalaupun ada yang ingin belajar tari daerah lainnya saya masih bisa menari tarian Sumatra dan tarian Kalimantan dari sanggar sebelumnya mungkin dari sini saya bisa menjadi seorang penari”.126
126
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 9 di Wisma Elang Menteng & 24/8/2014, di Sanggar On Stage Ciputat
65
Mba Lina merasa senang dapat menari karena merasa sesuatu yang telah hadir ada dalam dirinya dan terus mengasah bakatnya untuk bisa menjadi penari yang professional. b. Berbeda Perantauan dari padang Mba Nila memiliki pekerjaan sebagai multilevel marketing dengan usahanya mencari informasi mengenai sanggar tari bali dan bertemulah “Sanggar Puspita” sampai akhirnya mahir dan dipercaya menjadi asisten guru tari bali dan dipercayakan oleh guru tari untuk mengisi sebuah acara-acara sebagai penari. Sebagai guru tari bali di beberapa sanggar puspita Mba Nila mengatakan: ”Saya sudah mulai mengajar dari satu tempat ke tempat lainnya dihari yang sama dengan berbagai murid yang berbeda. padahal basic academic saya adalah seorang akuntan” 127 Seiring berjalannya waktu, Mba Nila menjadi tertarik dengan seni tari selain untuk berolah-raga ia senang karena mengajar nari dan menjadi penari di sanggar puspita dapat penghasilan yang cukup. c. Yuka memilih tari Bali bukan karena ia ingin menjadi penari, tetapi karena saat di Jepang dia senang memperhatikan tarian-tarian yang berasal dari Indonesia sampai akhirnya dia menyukai dan ingin sekali belajar dan mendalami tari Bali di Sanggar Puspita hingga menjadi penari. Yuka wanita yang terbilang sibuk akan rutinitas pekerjaannya, Yuka mengatakan: 127
Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 16 dan 19/8/2014, di Foodcourt Carefour Lebak Bulus
66
“Saya menyukai tari Bali karena musik, tarian, kostumnya anggun, dan gerakan-gerakannya menarik dan untuk mengekspresikan dibutuhkan untuk mengingat kisah tariannya setiap pertunjukan”.128
Seiring berjalannya waktu sejak saat itu Yuka ingin bisa menjadi seorang penari bali yang rajin sekali berlatih dengan tekun dan bekerja keras dalam menghafal tarian bali disanggar Puspita. d. Berbuah dari seorang Ibu yang mensupport dirinya berusaha mencari informasi mengenai sanggar tari, hingga akhirnya menemukan sangar tari bali puspita dan mengajak Vianni ke sanggar tersebut untuk menari, berikut ini wawancara Vianni: “Ketika saya menginjak kelas 2 SD saat itu sepulang sekolah saya langsung diajak oleh Ibu saya ke suatu tempat ternyata tempat tersebut adalah sanggar tari Bali yang bernama sanggar Puspita, dari sinilah saya mulai belajar menari bali dari tarian klasik hingga tarian bali kreasi yang begitu banyak variasinya”.129 Tidak hanya itu saja Vi sudah pernah menari sampai keluar kota seperti Bandung, lampung dan beberapa luar daerah. Menurutnya Vi dengan seringnya pergi keluar kota untuk acara pertunjukan mengenai tari bali, ia merasa senang bisa menari bali, berikut penuturannya: “Saya senang menari karena dari hati, semenjak ibu saya mendukung saya menari bali, saya ingin menjadi penari bali untuk saat ini”.130
128
Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 16 dan 23/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Sabtu tgl 9 di Wisma Elang Menteng & 23/8/2014, di Sanggar Puspita 130 Ibid. 129
67
e. Berbeda dengan Yasmine beranjak SD dan ia mulai menyukai tari Bali karena melihat beberapa pertunjukan disekolahnya keren sekali menarikan gerakan tarian bali yang dinamis sehingga ia pun terpukau dengan melihat kostum tarian Bali yang cantik diiringi dengan permainan ekspresi wajah penari nya seperti sedang mengisahkan sesuatu. Lalu, ia menuturkan: “Saya menyukai tari bali karena acara di sekolah saat SMP dan Ibu saya membantu mencari sanggar tari bali yang terbaik untuk saya bisa menari latihan tari bali dan ketemulah dengan sanggar Puspita ini”.131
Walaupun sama-sama berawal menari ballet masa kecilnya yasmin dan Sanggra mereka memiliki keinginan untuk menjadi penari untuk saat ini. f. Sanggra Suryadarma ia merasa beruntung karena tante seorang Maestro Ballerina Alm. Farida Oetojo yang terkenal juga dengan nama Farida Sjuman. Beliau mempunyai sanggar Ballet “Sumber Cipta”. Yang membuat Sanggra melihat karya-karya pentas beliau beberapa kali di TIM menjadi tertarik. Menurut penuturannya: ”Dance is my passion”. Lalu saya mencoba dan mulai menyukai tari bali, sempat berhenti di usia saya 15 tahun, saya memilih tari bali karena gerakannya yang cepat dan dinamik, seperti tarian kreasi bali (tarian baru) ada Ciwanataraja, Sekar Jagad, Saraswati karena tarian ini memiliki gerakan-gerakan tariannya yang sudah (fusion) campuran dari berbagai tarian nusantara”. 132
131 132
Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu 30/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu 23/8/2014, di Sanggar Puspita
68
Sanggra Suryadarma belajar tari bali dari sanggar sebelumnya lalu dilanjutkan ke Sanggar puspita. Sempat mementaskan tari bali diluar negri saat masih kuliah. Namun sekarang ini ia menyukai semua tarian tradisional Indonesia.Sanggra mengatakan: “Saya menyukai semua tarian Nusantara dan sudah mencoba beberapa tarian daerah lainnya, dan apabila ada waktu saya ingin mempelajari semuanya”.133
Dengan menjadi penari saat ia muda,Mba Sanggra tetap ingin belajar sebagai seorang penari professional dengan kerendahan hati, sederhana dan mau berbagi ilmu tentang pengalamannya diberbagai pertunjukan. 4.2.3
Proses Menjadi Penari Perjalanan panjang seorang penari tidak mudah dalam pencapaiannya, dengan
niat yang sungguh-sungguh dan disiplin dari kerja keras dan latihan yang konsisten serta berbekal pengalaman menari menjadikan seorang penari menjadi professional dalam setiap pertunjukan, berdasarkan penelitian yang ditemukan oleh peneliti, sebagai berikut: a. Saat Mba Lina beranjak SMP ia mulai rajin latihan menari di sanggar
pamannya dan selalu mementaskan tarian bali di beberapa pura sampai pada akhirnya sang paman mengajaknya untuk pertama kalinya di sebuah pura mba Lina menampilkan tari pendet, lalu beranjak dewasa paman Mba Lina menutup sanggar Amerta karena tidak ada murid lagi yang berminat latihan di sanggar Amerta. Suatu ketika, diajaklah Mba Lina untuk bergabung dalam sanggar “Sampan 133
Ibid.
69
Ismanto” yang terletak di Cikini, karir penari saat masa belia sudah mulai banyak ia dapatkan di sanggar tersebut. Sanggar Ismanto adalah sanggar terkenal pada era 90-an, Mba Lina menuturkan: “Alm. Pak Saman itu selain pendiri sanggar beliau adalah guru juga, jadi kalau anak didiknya menari tidak benar maka dengan mudahnya Pak Saman mengomelinya dengan kata-kata yang gak’ pantas, tetapi saya tidak sakit hati toh ini untuk kemajuan saya sebagai penari lebih baik lagi”.134
Sanggar di daerah Cikini yang hingga sekarang masih berdiri, dengan nama “Sampan Ismanto” ini selalu diminta oleh pemerintah sebagai misi mengirimkan anak-anak Indonesia yang berbakat dan mampu menari dengan baik. Salah satunya Mba Lina dan beberapa temantemannya pernah dikirim keluar untuk beberapa jenis tarian tradisional seperti tari saman, tari jawa dan tari bali hingga ia berada di sanggar puspita menjadi pengajar dan masih menari untuk sebuah pertunjukan tari. b. Sama halnya dengan Vianni penari bali dengan menyalurkan bakatnya
untuk sesuatu yang positif berawal dari dukungan sang ibu yang mengizinkan dirinya untuk menjadi penari, Vianni menuturkan: “Ketika saya menginjak kelas 2 SD saat itu sepulang sekolah saya langsung diajak oleh Ibu saya ke sanggar puspita , dari sinilah saya mulai belajar menari bali dari tarian klasik hingga tarian bali kreasi dan guru tari Bali saya selalu mendaftarkan untuk mengikuti lomba,
134
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Jumat tgl 22/8/2014, di Sanggar On Stage Giant Ciputat
70
hingga saya kuliah saya tetap diajak untuk mengisi pertunjukan tari bali”. 135 Hingga kini, Vianni menjadi penari yang sudah banyak makan garam baik mengisi pertunjukan di dalam kota walaupun di luar kota. c. Dukungan positif dari keluarga besar dalam hal menari juga ikut
ditunjukan oleh Sanggra dan Yasmin. Menurut penuturan Yasmin: “Aku belajar tari ballet dan belum suka sama tari Bali. Ballet menurut ku tariannya indah, cantik dan sepertinya penonton yang melihat tarian itu pasti akan takjub, seiiring berjalannya waktu aku bosan karena melihat kebiasaan menari dan kostum tarinya begitu saja. Sampai akhirnya aku beranjak SD aku mulai menyukai tari Bali”.136 d. Sanggra menjadi seorang penari berawal dari ketertarikannya menjadi
penari ballet karena kostum dan tariannya yang cantik, hingga perjalanan waktu ia mencoba untuk menarikan tarian tradisional karena merasa berasal dari keluarga pecinta seni ia pun berlatih beberapa tarian daerah hingga menemukan tari bali yang dirasa lebih mengena dihati. Dan beberapa acara pura dan panggilan untuk menari di sebuah event masih menjadi kesibukannya sebagai penari. Berikut penuturan Sanggra: “Ketika usia 5 tahun, saya bergabung dengan ballet dan menyukai ballet karena gerak tarinya yang seirama dengan lagu, aktivitas tari ini menjadi bagian dari hidup saya yang tidak bisa terlepaskan,”Dance is my passion Karena padatnya aktivitas sekolah saya sempat berhenti, lalu karena menyukai tari. Saya mencoba dan mulai menyukai tari bali”.137
135
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Sabtu tgl 16 & 23/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita 137 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 16/8/2014, di Sanggar Puspita 136
71
Menurutnya karena gerakan tari bali itu yang cepat dan dinamik, seperti tarian kreasi bali (tarian baru) ada Ciwanataraja, Sekar Jagad, Saraswati karena tarian ini memiliki gerakan-gerakan tariannya yang sudah fusion campuran dari berbagai tarian nusantara dan tata riasnya pun juga terpengaruh Jawa, begitu pula untuk kostumnya saat ini lebih beragam dan praktis. 4.2.4 Konsep Diri Sebagai Penari Konsep diri adalah pikiran dan keyakinan seseorang mengenai dirinya sendiri. Dalam beberapa hasil penelitian, peneliti menemukan konsep diri dalam diri penari bali sanggar puspita, sebagai berikut: a. Menurut penuturan Mba Lina perubahan dalam dirinya yang ia rasakan adalah dia merasa lebih percaya diri, karena dia merasa tidak terlalu percaya diri pula dalam mengambil keputusan setelah kebiasaan ia tampil membuat dirinya berani bersikap dalam mengambil keputusan, menjadi lebih sabar karena mengajarkan tarian Bali kepada murid-murid yang masih berusia 5 tahun hingga usia SD dan merasa harus lebih baik dari apa yang dilakukan sebelumnya agar hasil yang didapat bisa lebih baik dan yang terpenting Mba Lina merasa terus belajar untuk menerima saran dan kritik dari orang lain tentang penampilannya. Berikut penuturannya:
72
“Saya merasa menjadi lebih berani dan setiap masukan baik itu buruk ataupun baik kalau memang untuk kemajuan saya, saya akan terima dengan baik”.138
b. Bagi Mba Nila yang melakukan tari bali ini bukan bagian dari hobi tapi ia merasakan perubahan dalam dirinya karena saat pertama kali ia merasa rendah diri, berikut penuturannya: “Awalnya merasa malu dan tidak percaya diri dan ada beberapa temannya meragukan kemampuannya. Setelah menari dan menjadi penari lalu setelahnya sebagai pengajar tari hingga saat ini saya bisa menghilangkan rasa minder nya”.139
c. Perubahan dalam diri yang dialami Yuka Togawa yang sangat besar adalah dengan rajin melatih dirinya untuk mengikuti kelas tari bali ini sikapnya yang agak pendiam menjadi lebih mudah bergaul dan terbuka
dengan
teman-teman
penari
dilingkungannya.
Dan
perilakunya yang ramah membuat ia membantu teman-teman penari lainnya apabila mengalami kesulitan dalam gerakan tari.Adapun penuturannya adalah: “Tidak hanya melatih badan saya menjadi lebih sehat tetapi senang berjumpa dengan penari-penari yang bagus, tidak malu lagi, saya juga saling membantu dan berani mencoba hal baru dalam setiap tarian yang diajarkan”.140 d. Vianni dan Yasmin penari bali yang sudah dari kecil ini sudah banyak sekali menarikan tarian bali, sebelumnya mereka tidak percaya diri
138
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Selasa tgl 2/9/2014, di Sanggar On Stage Giant Ciputat 139 Wawancara dengan narasumber Nilawati, Kamis tgl 4/9 2014, di Sanggar Puspita 140 Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita
73
dalam berkomunikasi dengan orang banyak, tetapi dengan kegiatan menari ini mereka mengatakan memiliki konsep diri sebagai berikut: “Vianni berkata..menjadi lebih percaya diri di depan banyak orang sehingga membantu saya dalam kehidupan sosial saya dan tambah percaya diri“.141
e. Sama halnya dengan Yasmin.. konsep diri yang dialaminya adalah: “Saya menjadi lebih mudah bersosialisasi dengan orang baru, percaya diri dan berani bertindak untuk hal yang positif “.142 f. Menurut Sanggra perubahan dalam diri yang ia rasakan bervariasi seperti penuturannya sebagai berikut: “Memberikan energi positif kita yang keluar dengan sendirinya seakan lupa dengan kepenatan dunia,sikap saya merasa berjiwa muda karena merasa mudah untuk mingle dengan penari-penari baru dan tetap untuk tidak meremehkan kemampuan orang lain”.143
4.2.5 Makna Penari Peneliti melakukan observasi dan memperhatikan gerakan para penari bali di sanggar tari bali “Sanggar Puspita” dan ikut pula melihat pementasan mereka di beberapa acara, sebagai Penari ternyata tidak hanya bergerak mengikuti irama saja, menghafalkan tarian dan tersenyum indah didepan penonton, itu saja tidak cukup. Tetapi mereka sebagai penari baik penari tunggal ataupun bergroup mereka harus dapat menarikan tarian Bali dengan keluwesan dan kelincahannya dalam bergerak mengikuti gerak alur irama gamelan ataupun irama CD sesuai ketukan dan tempo yang benar, gerakan lirikan mata adalah sebuah kunci dari tari
141
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita 143 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita 142
74
Bali, tidak hanya sekedar melirik tetapi melirik mengikuti ketukan irama pula, jari jemari yang lentik dan kuat diikuti dengan penghayatan dan penjiwaan yang dalam akan terlihat menari di panggung menjadi lebih hidup ditambah dengan lampu sorot panggung seorang penari akan mengekspresikan perasaan nya dengan baik. Peneliti menemukan definisi yang sama dan berbeda mengenai makna seorang penari bali dari para informan sebagai berikut: a.
Menurut Luh Putu lina Maryani dan Yuka Togawa seorang penari adalah: “Seorang Penari harus dilihat dari kegemulaiannya, gerakan sebuah tariannya sesuai dengan musik dengan mengekspresikan ada candaria dalam menyampaikan isi tarian itu kepada penonton”.144
b. Menurut Yuka adalah: “Menurut saya Penari itu orang yang mampu mengekspresikan sesuatu gerakan-gerakan tubuh dan ekspresi muka, dan memperlihatkan gerakan-gerakan cantik dengan berusaha mengingat kisah tariannya”.145
c. Menurut Nilawati, seorang penari itu adalah, sebagai berikut: “Penari itu adalah orang yang bisa membawakan gerakan secara indah dan membuat orang senang melihatnya memiliki postur tubuh yang bagus dan wajah yang menarik, tetapi yang terpenting bakat yang ada didalam diri kita dan mencintai seni tari terlebih dahulu”.146
144
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar On Stage Giant Ciputat 145 Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita 146 Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita
75
d. Menurut Vianni menuturkan: “Penari adalah seseorang yang mempunyai jiwa seni dalam dirinya dan mengekspresikan dirinya dalam bidang itu lewat sebuah tarian yang dia pentaskan dan selalu mau belajar, belajar dan belajar mengenai tarian-tarian”.147 e. Selain mengekspresikan perasaan dari dalam hati, menurut Yasmine penari adalah: “Seorang seniman yang bisa mengekspresikan perasaannya melalui tarian yang tidak malas untuk melatih dirinya untuk selalu memperbaiki kekurangan dalam menari dan selalu cari tahu tentang tarian itu sendiri mengenai kisah dalam tarian itu tidak hanya dari segi teknis”.148 f. Dan penuturan yang terakhir dari Sanggra, bahwa penari harus didasarkan dari niat yang tulus untuk melakukannya, berikut penuturannya: “Penari itu adalah individual yang dapat mengekspresikan rasa seninya melalui sebuah gerakan,biasanya penari itu didasarkan oleh keinginan niat dan disiplin yang tinggi serta kecintaan terhadap seni tari tersebut”.149
Pemahaman dalam memaknai sebuah tarian akan terlihat indah apabila penari yang memperagakannya begitu sungguh-sungguh dalam menarikannya, penonton pun akan terhibur dan semakin penasaran melihat gerakan-gerakan berikutnya, peneliti melihat sebagai penonton dalam menyaksikan pertunjukan penari bali ini sungguh kagum melihat gerakan tariannnya mereka mampu menguasai panggung dengan baik.
147
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita 149 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 16/8/2014, di Sanggar Puspita 148
76
4.2.5.1 Menari Menjadi Sebuah Profesi Selama dalam melakukan penelitian, peneliti mengadakan wawancara kepada para penari ini tidak hanya menjadikan sebagai bentuk meluangkan waktu tetapi dijadikan sebagai profesi untuk penghasilan tambahan ada juga yang hanya sekedar tambahan uang saku. Menurut beberapa informasi yang didapat informan: a. Luh Putu Lina Maryani bersyukur karena kemampuan dan bakatnya menari menjadi tempat lahan pencaharian baginya, seperti yang ia tuturkan: “Saya merasa bangga dan bersyukur bisa mencari uang dari keahlian saya dalam menari, walaupun sekarang sudah agak jarang pentas tapi saya akhirnya berprofesi menjadi guru tari Bali di Sanggar On stage dan mengajar di sanggar Puspita cabang BSD”.150
b. Sama seperti Mba Lina menari bali adalah menjadi modal utama untuk mendapatkan penghasilan, Mba Nila pula merasakan bahwa menari ini bisa mendapatkan rezeki baginya, seperti yang ia katakana sebagai berikut: ”Secara tidak sengaja menari akhirnya bagian dari profesi saya, saya hanya seorang guru playgroup ditambah dengan adanya kegiatan menari dan dipercayakan oleh guru tari untuk mengajar tari Bali di beberapa cabang jadi saya tidak ingin mengecewakan beliau, boleh dikatakan menari akhirnya bagian dari profesi pekerjaan untuk kehidupan saya pribadi”.151
150
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Selasa tgl 2/9/2014, di Sanggar On Stage Giant Ciputat 151 Wawancara dengan narasumber Nilawati, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita
77
c. Berbeda halnya dengan Yuka Togawa karena dari awal ia hanya ingin sebagai pelengkap kegitan rutin dalam menari, jadi ia mengatakan sebagai berikut: “Oohh…tidak saya hanya senang menari Bali kalau dibilang profesi saya hanya sebagai pekerja karyawan kantor biasa saja. Pernah menari tarian bali tapi tidak di bayar biasanya itu di acara pura dan pementasan di TMII di anjungan Bali saja walaupun begitu saya suka yang penting tidak disaat hari kerja, begitu”.152 d. Menurut penuturan Vianni dan Yasmin karena mereka masih berstatus mahasiswi dan belum menjadikan profesi menari adalah sesuatu yang penting jadi mereka hanya mengatakan untuk tambahan uang saku saja hasil dari mereka performs, seperti ini penuturannya: “Karena saya rajin menari bali disanggar, guru tari saya selalu mengajak saya untuk mengisi acara-acara tergantung eventnya saat itu dan bayarannya pun cukup lumayan, jadi bisa untuk belanja sesuatu”.153 e. Menurut Yasmine ia menuturkan: ”Kebetulan untuk saat ini hasil dari menari pun cukup lumayan untuk ditabung untuk kepentingan yang saya inginkan”.154
f. Menurut penuturan Mba Sanggra menari bukan pula bagian dari profesi hanya sebagai bentuk meluangkan waktu, dan mencintai kebiasaan menari, berikut penuturannya: ”Saya merasa tari bali yang saya lakukan ini bukan bagian dari profesi, karena profesi saya sebagai designer saya bekerja di kantor. Menari hanyalah bagian dari hobi dan kesukaan saya yahh…aktivitas
152
Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita 154 Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita 153
78
saya untuk meluangkan waktu sambil menemani anak menari bali karena memang saya menyukai tari”.155
4.2.5.2 Menari Adalah Hobi Sebagian mengatakan bahwa menari adalah bagian dari profesi karena dari bakat, memiliki jiwa seni, berlatih setiap minggunya penari-penari ini tidak menutup kemungkinan mereka merasa mampu dan dapat menarikan tarian bali yang akhirnya mereka menikmati penghasilan dari pertunjukannya, tetapi ada juga yang hanya sekedar untuk meluangkan hobi. Menurut beberapa informan, peneliti mencari tahu menari dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang disukainya. a. Beberapa informan mengatakan hal yang sama bahwa dari hal yang kita sukai akan bisa kita jadikan sebagai sarana untuk melepas kepenatan dan kejenuhan dari rutinitas yang dihadapi dengan menari Lina Maryani, Vianni Sofie, Yuka Togawa, Yasmine dan Sanggra bahwa menari bali adalah bagian dari meluangkan waktu sekaligus mendalami dan mendapatkan tarian baru untuk pertunjukan nantinya. Menurut Yasmine ia berkata: “Kalau saya sedang stress atau banyak pikiran saya memanfaatkan hobi saya ini di sanggar tempat saya mengajar dengan pemanasan menari dulu sebelum murid-murid saya hadir di kelas saya, itu sepertinya hilang beban yang ada di rumah hilang, dan itu selalu berhasil saya lakukan”. 156
155 156
Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 23/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita
79
b. Dan menurut Yuka: “Tiap hari sabtu saya selalu rajin ke sanggar untuk mengikuti kegiatan menari agar tubuh saya terlihat lebih sehat”. 157
c. Selain sekedar hobi, kegiatan menari disanggar ini bagi Sanggra Suryadarma adalah sesuatu hal yang ingin terus ia lakukan dalam dirinya, berikut penuturannya: “Do Balinese dance feels make my soul calmly, dan senang kalau untuk menari di acara pura-pura setiap kali ada perayaan hari besar umat hindu saya selalu pentas”.158
d. Berbeda halnya dengan Mba Nila, menari dan melakukan kegitan tari ini adalah sebagai bentuk kebiasaan dia untuk mampu mengajarkan kemampuannya kepada anak didiknya, karena kalau ia tidak dapat menarikan tarian bali berarti ia tidak cukup dikatakan sebagai guru tari bali, berikut penuturannya: ”Hobi saya menulis diary, membaca, dan mencari omset untuk pekerjaan saya sebagai marketing multilevel. Biasanya saya akan belajar tarian bali dari video tari khusus tarian bali karena saat itu biasanya saya memang perlu menghafalkan tarian itu untuk mengajar murid didikan dan murid privat tari Bali saya”.159
4.2.6 Tantangan Dan Hambatan Sebagai Penari Sebagai penari dengan pengalaman menari yang telah banyak dijumpai profesi ini menyenangkan sekaligus menghibur bagi diri sendiri dan mendapat pelajaran yang berharga dari setiap pementasan yang ditampilkan oleh penari bali
157
Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 16/8/2014, di Sanggar Puspita 159 Wawancara dengan narasumber Nilawati, Kamis tgl 4/9/2014, di Sanggar Puspita 158
80
sanggar puspita, sebuah kehidupan yang penuh dengan perjuangan butuh kesiapan mental dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan yang pernah dialami oleh penari-penari bali ini. a. Seorang penari dibutuhkan kekuatan dalam mengingat berbagai macam gerakan sama halnya yang seperti dikatakan oleh Mba Lina dan Sanggra, berikut penuturannya: Menurut Mba Lina: “Hafalan, ketukan , kekompakan dalam menari bersama dan dilarang untuk saling mengatur temannya saat latihan menari adalah hal yang terpenting”. 160 Sama seperti Sanggra ia mengatakan: “Saya lebih banyak latihan menari tarian bali kreasi yang mana penuh dengan formasi yang rumit, baik hafalan dan kekompakan sesama penari tapi dengan kerumitan tersebut membuat tarian tersebut sangat menarik”. 161 Kalau untuk hambatan Mba Lina saat menari mulai bersiap-siap untuk makeup semua harus bisa sendiri karena untuk kesiapan seperti menyanggul sendiri dan susahnya mencari tempat untuk ganti kostum terkadang tidak disediakan oleh panitia. Semua belajar dari pengalaman menari jadi membuat Mba Lina dengan segala hambatan dapat dilalui dengan baik”. 162 b. Berbeda dengan hambatan yang dialami Sanggra dan Mba Nila bahwa untuk menempuh ke tempat pertunjukan dibutuhkan berangkat lebih
160
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Selasa 2 & Sabtu 6/9/2014, di Sanggar On Stage Giant Ciputat 161 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita 162 Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Selasa tgl 2 & Sabtu 6/9/2014, di Sanggar On Stage Giant Ciputat
81
awal kalau tidak akan menghadapi kemacetan saat dijalan, berikut penuturannya Sanggra: “Saya benci sekali kalau sudah macet padahal saya sudah bersiap untuk berangkat lebih awal tetapi tetap saja walaupun memang tidak sering terkena macet, mungkin itu hambatannya”.163 Menurut penuturan Mba Nila, sebagai berikut: “Masalah transportasi jarak tempuh dari rumah saya ke sanggar membutuhkan waktu 2 jam belum terkena macet dijalan padahal sesampainya di sanggar latihan hanya satu jam ini yang menjadi hambatan saya”.164 c. Menurut Mba Nila tantangan yang ia hadapi adalah karena ia merasa basic menari tidak ada dalam dirinya karena menjadikan ini sebuah profesi yang membuatnya menjadi terus berusaha mempelajari tarian, seperti penuturannya: “Tantangan sebagai penari, sebenarnya saya tidak memiliki basic sebagai penari karena merasa tidak mampu tetapi saya penasaran melihat orang atau menonton pertunjukan tari Bali itu sepertinya indah, akhirnya saya mencoba untuk memberanikan dengan belajar tari bali, rajin rutin latihan sehingga saya mampu menari”. 165
d. Menurut Yuka Togawa Tantangan dan hambatan yang dialami adalah karena ia masih belum merasa mampu menarikan tarian bali, berikut penuturannya: “Hingga saat ini masih belum merasa bisa tari-tarian Bali terutama untuk tarian bali kreasi karena tempo dan irama lagunya begitu cepat saya masih harus banyak belajar dari sanggar ini dan saya akan berusaha dengan keras”.166
163
Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Sabtu tgl 30/8/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Nilawati, Kamis tgl 4 & Sabtu 6/9/2014, di Sanggar Puspita 165 Ibid. 166 Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 30 Agustus & 6/9/2014, di Sanggar Puspita 164
82
e. Menurut penari bali Vianni dan Yasmin tantangan terberat menjadi seorang penari adalah saat mendekati hari pertunjukan saat gladi resik, sebagai berikut penuturannya: Menurut Vianni.. ”Tantangan dan hambatan kita harus kuat lahir batin kalau sedang diajari gerakan baru apalagi kalau tarian balinya kontemporer agak modern karena kita terbiasa dengan tarian bali yang sudah ada pakemnya, belum lagi kalau gerakan kita salah diomeli dari koreo dan guru kita”. 167 f. Berikut seperti yang dikatakan Yasmin bahwa: ”Sebelum memulai pertunjukan segala omongan yang gak’ enak yang dirasa cukup nyelekit tidak perlu diambil hati sih..karena melatih mental kita untuk lebih baik dalam menari”. 168 “Hambatan yang dialami Yasmin berbeda baginya kesibukan dikampus terkadang hambatan baginya sehingga ada beberapa pertunjukan yang tidak bisa ia pentaskan”. 169
4.2.7 Suka dan Duka Sebagai Penari Sebagai seorang Penari Bali di Sanggar Puspita tentunya mereka merasakan suka duka yang dialami dalam setiap kegitan atau pengalaman, seperti berdasarkan dari informan yang peneliti temui dibawah ini. a. Bagi para penari bali seperti mba Lina dia merasa tidak ada perasaan duka dalam menari, yang ia rasakan lebih bersifat positif atau rasa suka menjadi penari bali, seperti yang Mba Lina tuturkan: “Wach..!! banyak sekali untuk suka nya sekalipun penuh dengan pengalaman yang bervariasi semua kegitan tari juga berkolaborasi 167
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Kamis tgl 4 & Jumat 5/9/2014, di Sanggar Puspita 168 Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Kamis tgl 4 & Sabtu 6/9/2014, di Sanggar Puspita 169 Ibid.
83
dari sanggar lain saya sangat menikmatinya menambah ilmu dan berkenalan dengan lingkungan baru ditambah gerakan-gerakan yang semakin bermacam-macam membuat saya senang dan bangga menari tarian tradisional Indonesia”.170 Dan menurut pengalaman Mba Lina perasaan dan pengalaman suka sekaligus membuat dirinya bangga saat menari di sebuah istana Negara dalam acara Kemerdekaan R.I, berikut penuturannya: “Saya pernah mendapat pujian dari penonton yang melihat pertunjukan saya menari bali di HUT Kemerdekaan RI di dalam istana Negara dan saya merasa bangga dapat menari dalam sehari dengan kekompakan bersama teman penari lainnya”.171 Selain perasaan suka, Mba Lina merasakan duka sebagai penari bali apabila saat menari di sebuah Mall di Jakarta masih ada masyarakat kita menganggap tarian tradisional itu tidak keren untuk dipertunjukan, seperti ini penuturannya: “Saya suka sebal dengan orang-orang yang menganggap tarian tradisional itu tidak keren dan kalau kita ada event pertunjukan di Mall mereka melihat kita dengan dandanan yang full make up dan kita menari disana dianggapnya seperti pengamen”.
b. Menurut penuturan mba Nila, setelah ia bisa mempelajari tarian bali perasaan suka dan duka dalam menari ini menjadi sebuah pengalaman yang baru dalam hidupnya, berikut penuturannya: “Saya bersyukur sekali kepada Tuhan bahwa dengan menari yang ternyata sumber penghasilan saya dari menjadi penari bali mengajar tari bali di taman kanak-kanak saya mengajar. Untuk dukanya terkadang penghasilan dari saya mengajar tari tidak sebanding dengan jerih payah saya dan saya sedih sebagai penari saya masih diharuskan membayar iuran bulanan sanggar”.172 Mba Nila adalah penari bali yang kesehariannya mengenakan jilbab, tetapi dia merasa senang bahwa ia sendiri tidak menyangka bisa menari tarian bali ini, berikut penuturannya: 170
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita Ibid. 172 Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 171
84
“Saya melepas jilbab saya dan mereka tidak menyangka saya bisa menari bali, dan untuk teman-teman sesama penari mereka tidak ada yang mencela malah mereka menghargai dan menghormati komitmen saya”.173 Karena rasa percaya dirinya sekarang yang mulai berkembang jauh lebih baik setelah menjadi penari bali, terkadang mba Nila merasa sedih saat ada orang yang mengatakan memakai jilbab tetapi berani melepas jilbab untuk sebuah pertunjukan, berikut penuturan mba Nila: “Saya melepas jilbab dan menari bali untuk sebuah pertunjukan karena memang sudah semestinya begitu sebuah sejarah tarian dan kostumnya telah berkembang bahkan sebelum kita lahir. Menurut saya pikiran mereka sangat tidak modern, jika menilai orang hanya dari luarnya saja”.174 c. Penari bali yang berasa dari Jepang Yuka Togawa merasa tidak ada perasaan duka, perasaan senang selalu dalam dirinya setiap menarikan tari bali, berikut penuturannya: “Apa yah…..Sebenarnya saya selalu senang terus dengan menari bali ini tidak ada dukanya semuanya biasa saja, memang saya suka belajar tarian bali di sanggar ini”.175 d. Dukungan dari seorang Ibunda yang mencarikan sanggar tari bali terbaik untuknya membuat Vianni menjadi seseorang yang ingin selalu mendalami tarian bali, berikut penuturan suka dan duka dalam diri penari yang hobi browsing youtube: “Sukanya itu karena saya senang sekali bisa menyalurkan hobi saya ini, kalau saya bosan dengan kegiatan rutinitas saya dirumah dan selalu mengisi event-event yang membutuhkan penari bali membuat saya selalu bersemangat menikmati hidup. Dukanya profesi sebagai 173
Ibid. Ibid. 175 Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 174
85
penari itu masih ada saja dinggap remeh mungkin profesi ini yang kurang prestige”.176
e. Penari bali yang satu ini merasakan kesukaannya dalam menarikan tari bali dapat menambah pemasukan baginya dan kesedihan yang ia rasakan adalah sanggar tari bali ini masih kurang berkembang, berikut penuturannya: “Sukanya dari seorang penari terutama di sanggar ini saya banyak teman-teman baru, tambahan income setiap selesai pegelaran dan dijadikan sebagai rekreasi, dukanya sudah bertahun-tahun menari di sanggar ini tetapi tidak ada perubahan untuk bisa menari keluar negri tidak seperti saat jaman saya SMA dulu kurangnya management dalam mengelola yang membawa penari-penarinya ini berkembang”.177
f. Penari senior Sanggra Suryadarma menurutnya suka dan duka menjadi seorang penari dapat dilihat dari sisi seseorang tersebut menjalani pengalamannya, seperti yang ia tuturkan berikut ini: “Suka duka itu berawal darimana kita melakukannya dengan niat yang tulus dan menerima segalanya dengan hati yang senang, sejauh ini menari adalah kecintaan saya dari kecil hingga setua ini saya akan terus menyukai menari”.178
4.2.8 Pergaulan Seorang Penari Banyak dari seorang penari bali di sanggar Puspita, mereka merasa senang dengan ilmu yang didapat dari guru tari bali dan menikmati hasil dari setiap pertunjukan serta kegiatan rutin mereka dalam latihan yang dilakukan atau setiap mendekati acara untuk pentas rasa kebersamaan begitu terlihat, sekalipun penari176
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Jumat tgl 5/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu tgl 7/9/2014, di Sanggar Puspita 178 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Minggu tgl 7/9/2014, via Skype 177
86
penari ini pernah berkolaborasi dengan sanggar lain. Cara mereka bergaul dan berkomunikasi dengan para teman-teman penari lainnya bisa dikatakan saling memberikan dukungan satu sama lain penuh dengan candaan dan memberikan masukan untuk gerakan yang kurang mampu dikuasai, sebuah masukan begitu berarti bagi para penari-penari bali di sanggar puspita ini dengan memberikan efek positif dari dukungan teman-temannya saling kerjasama, membenahi gerakan yang belum rapi, dapat menerima masukan dari penari lainnya adalah kunci kekompakan dan kebersamaan dari para penari-penari bali sanggar Puspita. Peneliti mendapatkan informasi mengenai bagaimana cara mereka bergaul dengan penari-penari Sanggar Puspita. Berdasarkan penuturan dari para penari bali sanggar puspita tidak ada pergaulan negatif yang mereka temui sejauh ini dari latihan rutin dan saat menghadapi pementasan kami seperti sebuah keluarga, beberapa penuturan dari penari sebagai berikut: a. Mba Lina mengatakan: “Kita tetap saling memberi masukan, saling membantu dengan penari lainnya, kalau ada yang tidak diketahui kita cukup terbuka untuk saling membantu memecahkan mengenai masalah gerakan tarian”.179 b. Menurut penuturan Mba Nila: “Hampir 7 tahun menjadi penari dan pengajar tari saya tetap menjadi diri saya dan teman-teman yang saling memotivasi hubungan pertemanan pun semua berjalan positif.”180
179 180
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 7/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita
87
c. Berikut penuturan Yuka selama menjadi penari bali di sanggar puspita pergaulan yang dirasakan sebagai berikut: “ Pergaulan di lingkungan Sanggar Puspita ini cukup baik, kebetulan cara berkomunikasi saya menggunakan bahasa Indonesia cukup lancar jadi saya merasa percaya diri untuk bicara dengan temanteman penari lain dan gurunya mau membantu saya sampai bisa”.181
d. Menurut penuturan Vianni dan Yasmin tidak jauh berbeda dengan yang lainnya, sebagai berikut: “Sejauh ini positif-positif saja pergaulan yang saya dapatkan menari di Sanggar puspita ini, semakin banyak mengenal teman baru yang berbeda karakter dan semakin banyak pengalaman yang didapat.182
e. Berikut kutipan yang sama dilampirkan oleh Yasmin: “Semakin seru bertemu dengan teman-teman baru, menambah pengetahuan tentunya bagi saya. tidak hanya dalam hal menari saja tetapi saya bisa mendapatkan ilmu lain dari beberapa penari yang senior dari saya yang saling sharing pengalaman”.183
f. Bagi penari bali Sanggra Suryadarma pergaulan adalah jendela kita untuk mengenal karakter orang lain diluar sana, sebagai berikut kutipannya: “Pergaulan sebagai penari di sanggar ini cukup okey kok, karena itu saya dan putri saya berlatih disini. Kami semua sesama teman-teman penari lainnya saling memberikan dukungan positif tidak ada yang sirik atau merasa di anak kesayangan semua sama saja dan kita semua saling mensupport. Rasa letih, capek itu hilang karena kita berusaha saling solid dan kompak”.184
181
Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Jumat tgl 5/9/2014, di Sanggar Puspita 183 Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 184 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Minggu tgl 7/9/2014, via skype 182
88
4.2.9
Impian Seorang Penari Mereka yang telah berada di Sanggar Puspita dan banyak memiliki jam
terbang sebagai seorang penari sehingga sudah mendapatkan kepercayaan untuk mengajar anak didik menari bali, penari-penari bali ini masih menginginkan sebuah impian yang belum terlaksana hingga sekarang dalam membagi ilmu tari bali kepada orang yang memang ingin belajar tentang tarian bali. Berdasarkan penelitian yang ditemukan oleh peneliti sebagai berikut : a. Penuturan dari Mba Lina: “Saya ingin sekali bisa menari ke luar negri, karena saat sanggar Puspita mendapat sponsor untuk mendapat undangan tari bali keluar saat itu saya sedang sibuknya mengurusi anak, jadi kesempatan emas setahun itu tidak sampai disaya, semoga nantinya sanggar ini ada peluang kembali untuk bisa mengajak penarinya keluar negri”.185
b. Berbeda dengan penari bali Nilawati menurut penuturannya: “Impian saya adalah memiliki sanggar sendiri, kostum sendiri, segala kebutuhan aksesoris tari bali,kebutuhan make up adalah milik saya dan saya ingin mengelola dengan tangan saya sendiri dan orangorang pilihan saya sendiri yang bekerja untuk saya”.186
c. Menurut penari bali dari Jepang Yuka Togawa ia mengatakan: “Saya tidak tahu impian saya apa selama saya bisa menari bali itu saja sudah cukup, mungkin kalau saya sudah pintar menari bali saya akan bawa ke Jepang ilmu saya dan mengajarkan tarian bali disana”.187
185
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani,Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 187 Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa,Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 186
89
d. Sama halnya dengan Mba Lina, Vianni dan Yasmin masih mengharapkan dapat menari sampai keluar negri, seperti yang mereka utarakan, berikut kutipan Vianni: “Bisa menari keluar negri lebih banyak karena saat sanggar sempat mengirim beberapa penari keluar, waktu itu Ibu saya belum mengizinkan saya karena saya masih diharuskan fokus untuk belajar sekolah itu yang terpenting”.188 e. Dan seperti yang dikatakan Yasmin: “Belum sempat menari sampai ke luar negri karena saat event itu terjadi saya sedang vacuum menari karena kesibukan saya kuliah, Saya inginnya bisa mempertunjukan tarian bali ke luar negri dan saya yakin orang-orang sana menyukai melihat tarian Indonesia yang unik”.189
f. Dari kelima penari bali sanggar puspita Sanggra Suryadarma mengatakan impian menjadi penari bali sudah cukup terealisasi dalam dirinya, berikut penuturannya: “Dance is my passion and my dream, what I get is already had as a Balinese dance, sampai sekarang saya terus melatih kemampuan saya sebagai penari karena saya cinta menari dari lubuk hati”.190
4.2.10 Perkembangan Penari Bali Saat Ini Persoalan hidup manusia selalu terjadi dalam jalan panjang kehidupan. Tari yang telah hadir menjadi sebuah simbol ekspresi manusia akan keindahan dari masa ke masa semakin kehilangan arahnya. Begitu pula yang terjadi pada sebuah pertunjukan tari saat ini. Sedikit sekali penari-penari tradisional saat ini yang
188
bermunculan
dalam
panggung
sebuah
pertunjukan
tari
yang
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Jumat tgl 5/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 190 Wawancara dengan narasumber Sanggra Suryadarma, Minggu tgl 7/9/2014, via skype 189
90
mengekspresikan budaya Indonesia. Peneliti menemukan berbeda-beda hasil penelitian menurut beberapa penari sebagai berikut: a. Menurut Luh putu lina Maryani, yang dirasakan sebagai berikut: ”Perkembangan tari tradisional saat ini semakin berkurang karena para generasi muda sekarang sudah banyak menyukai tarian budaya luar, terutama saat ini lagi boomingnya K-Pop untuk generasi muda yang ada kebudayaan tarian kita bisa diambil pihak luar.191 b. Mengatakan karena kak Nila seorang pengajar tari di sekolah, menurut penuturannya: “Perkembangan seni tari tradisional kita mulai dihargai bahkan sebagai salah satu prasyarat wajib bagi kurikulum sekolah bagi siswa yang berprestasi dalam bidang seni tari tradisional akan mendapat beasiswa untuk ke jenjang berikutnya program ini sudah dilaksanakan sejak 2 tahun terakhir.192
c. Penari bali yang berasal dari Jepang Yuka Togawa bahwa belum merasa tahu perkembangan tari bali di Indonesia seperti apa, yang ia ketahui. Sebagai berikut:” “Saat ini sudah banyak orang-orang dari luar negri yang berdatangan mau belajar seni tari Indonesia dan dibuat dokumentari sebagai bukti pertunjukan karena pernah menari dan membuktikan bahwa budaya Indonesia itu disukai oleh Negara lain.193
d. Berdasarkan penuturan dari Vianni, Yasmine, dan Sanggra mereka merasakan hal yang sama mengenai perkembangan tari tradisional khususnya tari bali, berikut penuturannya:
191
Wawancara dengan narasumber Luh Putu Lina Maryani, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 192 Wawancara dengan narasumber Nilawati, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 193 Wawancara dengan narasumber Yuka Togawa, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita
91
Menurut Vianni: ”Saat ini menari hanya dianggap sebagai salah satu bentuk untuk pencapaian sesuatu seperti beasiswa atau hal lainnya, bukan menari sebagai sesuatu yang dilakukan karena dirasakan penuh dengan penghayatan.194
e. Menurut Yasmine: ”Sebagai generasi penerus kurang memberikan apresiasi yang besar terhadap budaya sendiri, dan itu terjadi saat sebuah tarian Pendet yang diclaim sebagai hasil budaya negara lain”.195 f. Menurut Sanggra Suryadarma, mengatakan : ”Cukup sedih karena peminat untuk tarian yang mampu menarikan tarian tradisional sudah hampir jarang”.196
194
Wawancara dengan narasumber Vianni Sofie, Jumat tgl 5/9/2014, di Sanggar Puspita Wawancara dengan narasumber Yasmine Nurhati Patra, Sabtu tgl 6/9/2014, di Sanggar Puspita 196 Wawancara dengan narasumber , Sanggra Suryadarma Minggu tgl 7/9/2014, via skype 195
92
4.3
Pembahasan Setelah peneliti menemukan dan menggali informasi dari semua data-data
yang dikumpulkan pada hasil penelitian, maka dalam pembahasan ini peneliti akan membahas hasil penelitian yang akan diuraikan sesuai dengan fokus penelitian “Bagaimana konsep diri yang terbentuk dalam jiwa para penari bali pada Sanggar Puspita”, adalah sebagai berikut: Konsep diri yang terbentuk dari Luh Putu Lina Maryani sebelumnya ia merasa tidak percaya diri dalam mengambil keputusan dengan kemampuan dan bakatnya dalam menari tradisional dengan baik membuatnya untuk ingin menjadi penari dan belajar banyak hal yang akhirnya membuat dirinya berani bersikap dalam mengambil keputusan, menjadi lebih sabar dan berusaha untuk menerima saran dan kritik dari orang lain tentang penampilannya. Konsep diri yang terbentuk dari Nilawati yang kesehariannya dalam beraktivitas ia mengenakan jilbab ini, bahwa sebelumnya ia merasa rendah diri dan tidak percaya diri dengan kemampuan dalam menari bali karena mengenakan jilbab, tetapi setelah ia mengikuti aktivitas menari dan dipercayakan guru untuk memegang murid dan memiliki jam terbang menari akhirnya timbulah rasa percaya diri dalam dirinya. Berbeda dengan Yuka Togawa penari bali dari jepang ini, bahwa konsep diri yang terbentuk dalam dirinya sebelumnya ia bersikap pendiam dan agak pemalu setelah mengikuti kegiatan menari bali di Sanggar Puspita dan menjadi penari ia menjadi mudah bergaul, senang berjumpa dengan teman baru dan membantu
93
teman lainnya dalam menghafalkan gerakan apabila mengalami kesulitan dalam menari. Di lingkungan kerja pun ia menjadi lebih berani untuk mencoba hal baru. Konsep diri yang terbentuk dalam diri Vianni Sofie bahwa keinginan menjadi penari terdorong dari dukungan sang Ibu yang melihat potensinya. Sebelumnya ia merasa tidak percaya diri dan merasa tidak mudah bergaul dalam kehidupan sosialnya, setelah mengikuti kegiatan menari dan sering diajak sang guru untuk pertunjukan tari ia merasa dirinya menjadi lebih baik dalam bersosialisasi dengan lingkungan baru dan lebih percaya diri untuk berkomunikasi dan konsep diri ini sama seperti yang dialami oleh Yasmine Nurhati Patra dan sebelumnya Yasmine merasa tidak peduli dalam mengatur waktu aktivitasnya dengan menjadi penari ia menjadi lebih disiplin dan berani bertindak untuk hal positif dalam kegiatan yang dilakukannya. Dan berdasarkan informan terakhir penari senior Sanggra Suryadarma sebelumnya ia merasa biasa-biasa saja tetapi melihat putrinya mengikuti tari bali di sanggar puspita, ia merasa ingin menari kembali dan konsep diri yang terbentuk dalam dirinya ia merasa menjadi mudah bergaul dengan penari-penari baru dan lebih menghargai kemampuan orang lain dan tidak meremehkan kemampuan orang lain tersebut.