BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Pengujian validitas digunakan untuk mengukur pernyataan-pernyataan yang ada dalam kuesioner. Suatu pernyataan dikatakan valid jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa saja yang hendak diukurnya. Penyebaran kuesioner dilakukan pada 30 orang responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 42 item pertanyaan, dimana seluruh item pertanyaan dikategorikan valid dengan syarat r hitung atau nilai pada kolom Corrected Item-Total Correlation lebih besar daripada r table product moment. Dalam hal ini r
tabel
ditetapkan sebesar 0,367
berdasakan tabel r pada (42-1=41) dan Ketentuan untuk pengambilan keputusan:
Jika rhitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid
Jika r hitung negatif atau r
hitung
< r
tabel
maka butir pertanyaan tersebut tidak
valid
Dengan membandingkan rhitung dan r
tabel
sebesar 0,367 maka kesimpulan yang
diperoleh sesui dengan (lampiran I) terdapat 4 (empat) butir pertanyaan tersebut tidak valid.
44
45
2. Uji Reliabilitas Menurut Sekaran yang dikutip oleh Dwi Priyatno (2009:26), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan diatas 0,8 adalah baik. Karena nilai yang diperoleh lebih dari 0,6 maka hasil yang diperoleh reliabel. Tabel 5.9 Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
0.845
42
Sumber : Hasil perhitungan data SPSS versi 17,00 Dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha 0.845 maka dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner reliabel dan dapat diterima. 4.2.2 Pengujian Persyaratan Analisis 4.2.2.1 Pengujian Normalitas Data Variabel X (Kecerdasan emosional ) Untuk kepentingan pengujian normalitas data terhadap skor kecerdasan emosional (variabel x) digunakan uji Chi Kuadrat (x2). Hasil pengujian normalitas data variabel x (kecerdasan emosional ) menunjukkan tendensi sentral rata-rata atau uji Chi Kuadrat ( x2 hitung) = 6,59, sedangkan dari daftar distribusi frekuensi (x2 daftar) (0,09)(1) = 6,63. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa x2
hitung
lebih kecil dari pada
x2 daftar, sehingga hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel x (kecerdasan emosional ) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
46
Normalitas Variabel X (Kecerdasan Emosional)
4.2.2.2 Pengujian Normalitas Data Variabel Y (Pengelolaan Konflik) Hasil pengujian data untuk variabel Y (Pengelolaan Konflik) menunjukkan bahwa harga x2
hitung
ialah 5,86. sedangkan dari daftar distribusi frekuensi (x2
daftar
)
(0,09)(1) = 6,63. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa x2
hitung
lebih kecil dari pada
x2 daftar, sehingga hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel Y (Pengelolaan Konflik) berasal dari populasi yang berdistribusi normal, sehingga hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk variabel Y (Pengelolaan Konflik) berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Normalitas Variabel Y (Pengelolaan Konflik)
4.2.3 Pengujian Hipotesis Untuk dapat membuktikan hipotesis yang telah diajukan di mana terdapat Terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional
terhadap
47
Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan Bilato, maka dilakukan analisis untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut. Penelitian ini melibatkan 2 (dua) variabel, masing-masing adalah variabel independen (kecerdasan emosional ) dan variabel dependen (Pengelolaan Konflik), maka alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana. Untuk melakukan operasional analisis regresi sederhana diperlukan ukuran-ukuran tertentu yang merupakan nilai pendukung utama dari analisis tersebut.
4.2.3.1 Persamaan Regresi Untuk mencari persamaan regrasi digunakan rumus Yˆ a bx sehingga dari hasil perhitungan (terlampir) diperoleh persamaan regresi Y 12,33 0,72 x . Dengan persamaan tersebut, maka besarnya pengaruh kecerdasan emosional
dapat dilihat
berdasarkan perubahan yang terjadi pada Pengelolaan Konflik. Adapun rasionalisasi dari besarnya pengaruh tersebut ialah jika besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh kecerdasan emosional terhadap perubahan pada Pengelolaan Konflik sebesar 0,72 kali nilai Pengelolaan Konflik dijumlahkan dengan nilai konstan sebesar 12,33. Jika ditinjau dari permasalahan yang terjadi di lapangan yaitu naik turunnya Pengelolaan Konflik selama ini tentunya dapat dijelaskan bahwa kecerdasan emosional
yang diberikan adalah baik. Penurunan Pengelolaan Konflik seharusnya
tidak terjadi jika kecerdasan emosional apa yang diharapkan oleh para pegawai.
yang diberikan adalah baik, sesuai dengan
48
Tabel 4.5: Daftar Analisa Varians Sumber Varians Total Regresi (a) Regresi (b/a)
DK 36 1 1
JK 58124,77 57520,03 604,7452
RJK 604,7452
Residu Tuna Cocok
34 19
828,227 319,3104
24,35962 16,80581
K 24,82 0,56
Kekeliruan
17
508,9167
29,93627
Berdasarkan tebel di atas, diperoleh hasil pengujian linieritas persamaan regresi (perhitungan terlampir) yaitu F
hitung
0,56. nilai tersebut menunjukkan
besarnya konsistensi persamaan pengaruh yang ditimbulkan oleh kecerdasan emosional
terhadap Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan Bilato.
Selanjutnya dari daftar distribusi frekuensi diperoleh nilai 3,19. sehingga kriteria F hitung
< F tabel, maka tingkat konsistensi dari persamaan pengaruh kecerdasan emosional
terhadap Pengelolaan Konflik dapat diterima. Data pengujian keberartian persamaan regresi atau besarnya tingkat pengaruh pada persamaan, diperoleh F
hitung
adalah 24,82. dalam penelitian ini nilai tersebut
merupakan keberartian persamaan pengaruh antara kecerdasan emosional
terhadap
Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan Bilato. Dengan hasil perhitungan tersebut, maka keberartian persamaan regresi dapat diterima. Hal ini dibuktikan melalui pengujian kriteria F hitung > F tabel, diketahui sebesar 7,44. 4.2.3.2 Menghitung Koefisien Korelasi Berdasarkan hasil perhitungan (terlampir) untuk uji koefisien hubungan atau korelasi (r) antara kecerdasan emosional
(variabel x) dengan Pengelolaan Konflik
49
(variabel y) diperoleh nilai 0,6496 menunjukkan hubungan yang kuat antara kecerdasan emosional
(variabel x) dengan Pengelolaan Konflik (variabel y). Arti
harga r tersebut didukung dan dikonsultasikan dengan tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut: Tabel 4.6 : Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,800 - 1,000
Sangat Kuat
0,600 - 0,800
Kuat
0,400 - 0,600
Cukup Kuat
0,200 - 0,400
Rendah
0,000 - 0,200 (Buchary Alma, 2011: 138)
Sangat rendah
Selanjutnya untuk mengetahui berapa besar pengaruh kecerdasan emosional terhadap
Pengelolaan
Konflik
digunakan
koefisien
determinasi
(r2)
yang
menghasilkan nilai sebagai berikut: r = 0,6496 r2 = 0,422022 atau dengan persentase 42,2022 % Dengan hasil tersebut maka dapat dideskripsikan bahwa besarnya pengaruh kecerdasan emosional
terhadap Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan
Bilato adalah sebesar 42,2022 %. Dengan kata lain bahwa perubahan yang terjadi pada Pengelolaan Konflik dipengaruhi oleh kecerdasan emosional sebesar 42,2022, sedangkan sisanya sebesar 57,7978 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti atau tidak termasuk dalam cakupan penelitian ini.
50
4.2.3.3 Menguji Keberartian Koefisien Korelasi Untuk pengujian keberartian koefisien korelasi pada penelitian ini digunakan
rumus : t t
hitung
r n2 1 r2
( perhitungan terlampir). Dari hasil perhitungan diperoleh harga
4,982. nilai tersebut merupakan besarnya pengaruh kecerdasan emosional
terhadap Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan Bilato. Sedangkan untuk t tabel
kriteria t(1-1/2a)(n-2) dimana ά = 0,01 diperoleh 2,75. Nilai t
tabel
tersebut
merupakan ketetapan standar keberartian koefien hubungan yang dipergunakan sebagai pembanding dalam kriteria pengujian. Sebagai kriteria pengujian t hitung > t tabel, dengan demikian maka Ho ditolak dan menerima Ha. Hal ini berarti ”Terdapat pengaruh kecerdasan emosional terhadap Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan Bilato”. B. Pembahasan Pada bagian ini akan dikemukakan pembahasan hasil penelitian yang mengacu ada pokok permasalahan, dan hasil analisis dekriptif dan hipotesis sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya. Kecerdasan emosional yang terkendali dalam logika berpikir positif, pasti mampu merangkul setiap perbedaan, dan mendapatkan semua keunggulan yang dimiliki oleh orang lain. Di sini, peran pemimpin sebagai penyatu persepsi menjadi sangat penting, dan melalui kecerdasan emosional yang berlogika positif, pemimpin diharapkan dapat merangkul setiap perbedaan dengan sempurna.
51
Pemimpin harus memiliki integritas, dan mulai memikirkan untuk belajar menjadi lebih sabar, lebih optimis, lebih yakin, lebih bertanggung jawab, lebih peduli pada kehidupan yang lain, dan lebih fokus pada diri sendiri. Khususnya, untuk menghapus semua benih emosi negatif di dalam diri, kemudian menggantinya dengan emosi positif dalam logika berpikir yang bijak dan profesional. Pemimpin dengan kekuatan emosi positif pasti tahu untuk bekerja sejalan dengan visi. Ia bersama orang lain akan fokus pada apa-apa saja yang perlu dilakukan, dan terus berjuang keras untuk mencapai tujuan. Dan Ia secara cerdas dalam pengendalian emosi diri yang tangguh, akan membantu para pengikut untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna dan berkualitas. Ia akan bertindak berdasarkan pada nilai-nilai tindakan yang sesuai dengan kebijakan, sistem, dan prosedur yang ada di organisasi, dan tidak sekedar bertindak atas moods sesaat, perasaan hati sesaat, atau atas dorongan dari orang-orang di sekitar. Ia adalah pemimpin profesional yang bijak dan cerdas secara emosional. Pemimpin dengan kecerdasan emosional yang tangguh akan selalu bekerja dalam sistem menang-menang. Ia bersama para bawahan akan menyatu untuk mencari solusi dan kesepakatan yang saling menguntungkan untuk semua pihak. Mereka mencari solusi yang membuat organisasi menjadi lebih berkinerja maksimal dan lebih membesar dari semua aspek bisnis yang ada. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan bahwa variabel Kecerdasan Emosional guru pada di Kelas pada Sekolah Dasar se Kecamatan Bilato sangat menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap Pengelolaan Konflik di Kelas, karena sangat dirasakan oleh siswa, Kecerdasan Emosional yang diberikan
52
sebagai alat atau mediator untuk meningkatkan Pengelolaan Konflik terbukti berkategori penilaian baik sampai yang sangat baik, di mana antara Kecerdasan Emosional guru sangat menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan terhadap konflik yang terjadi di Kelas. Dengan gambaran tersebut dapat dijelaskan bahwa Pengelolaan Konflik di Kelas pada Sekolah Dasar se Kecamatan Bilato dipengaruhi dan mempunyai hubungan erat dengan Kecerdasan Emosional Guru. Berdasarkan hasil penelitian pada guru SD se Kecamatan Bilato, diperoleh kesimpulan bahwa kecerdasan emosional menjadi faktor yang sangat mempengaruhi Pengelolaan Konflik. dengan nilai 0,6496 atau 64,96 %. Pengaruh yang ditimbulkan oleh Kecerdasan Emosional menunjukkan sebuah pengaruh yang cukup signifikan. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tanpa adanya Kecerdasan Emosional yang baik akan meminimalkan konflik di Kelas. Dengan demikian berarti antara Kecerdasan Emosional terhadap Pengelolaan Konflik pengaruh yang sangat kuat. Sehingga berdasarkan hasil analisa di atas, hipotesis yang menunjukkan bahwa ” Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kecerdasan Emosional terhadap Pengelolaan di Kelas SD se Kecamatan Bilato” dapat ”diterima”. Pada akhirnya dapat dikemukakan bahwa secara keseluruhan variabel bebas yang dianalisis yaitu Kecerdasan Emosional menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan terhadap Pengelolaan Konflik di Kelas SD se Kecamatan Bilato, dengan asumsi faktor di luar daripada variabel-variabel yang diteliti dianggap konstan atau tidak berubah.