perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang berjudul Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 (Studi Kasus di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta) menghasilkan informasi, meliputi: (1) perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas X di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta dalam implementasi Kurikulum 2013; (2) pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas X di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013; (3) penilaian yang dilakukan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013; (4) kendala yang dihadapi guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta dalam implementasi Kurikulum 2013; dan (5) upaya atau strategi yang dilakukan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Hasil penelitian ini akan dideskripsikan secara rinci dalam pembahasan berikut ini. A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian Tempat yang menjadi objek penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta. Berikut deskripsi kedua sekolah yang menjadi objek penelitian ini. 1. SMA Negeri 1 Surakarta SMA Negeri 1 Surakarta beralamat di Jalan Monginsidi Nomor 40 Surakarta. Pada periode implementasi Kurikulum 2013 tahun pertama ini, SMA Negeri 1 Surakarta dibawah pimpinan Drs. H. M. Thoyibun, S.H., M.M. Visi yang dimiliki adalah: Mewujudkan sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, disipin, cerdas, berbudi luhur, dan berwawasan luas. Misi yang dijalankan untuk mencapai visi tersebut adalah: (1) memelihara dan meningkatkan pengalaman dari ajaran agama yang dianutnya commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
dengan mengembangkan sikap toleransi pada kehidupan sehari-hari; (2) menanamkan kesadaran berdisiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah; (3) melaksanakan pendidikan, pembelajaran, dan pelayanan yang optimal sehingga terbentuk insan yang berprestasi dalam segala bidang; (4) membudayakan perilaku santun, jujur, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budaya bangsa; (5) Meningkatkan fasilitas sekolah sebagai sumber belajar; (6) mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan yang menambah wawasannya semakin luas dan semakin terampil; (7) menjalin kerjasama dengan berbagai institusi baik lokal, nasional, maupun internasional; (8) meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap kelestarian lingkungan sekolah. Tenaga pendidik dan pengajar yang dimiliki SMA Negeri 1 Surakarta berkualifikasi Strata 1 dan Strata 2 serta memiliki kompetensi yang sangat baik. Berbagai fasilitas atau sarana dan prasarana dimiliki SMA Negeri 1 Surakarta untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, seperti 3 ruang laboratorium komputer, 2 ruang laboratorium fisika, 2 ruang laboratorium biologi, 1 ruang laboratorium kimia, 1 ruang laboratorium matematika, 2 ruang laboratorium bahasa, ruang multimedia, 1 ruang laboratorium IPS, perpustakaan, TRRC (Teacher Resource and Reference Centre), dan hotspot. Waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada hari Senin hingga Kamis dan Sabtu berlangsung pada pukul 07.00-13.30 WIB yang terdiri dari 8 jam pelajaran dengan masing-masing berdurasi 45 menit, sedangkan pada hari Jumat pembelajaran dimulai pukul 07.00-11.00 yang terdiri dari 6 jam pelajaran dengan masing-masing berdurasi 40 menit. 2. SMA Negeri 3 Surakarta SMA Negeri 3 Surakarta berdiri pada tanggal 1 Agustus 1958 yang sebelumnya bernama SMA Negeri IIIB dipimpin oleh Bp. Rospandji Atmowirogo. SMA Negeri 3 Surakarta beralamat di Jalan Sumbing Prof. WZ. Johanes Nomor 58 Surakarta. Pada tahap implementasi Kurikulum 2013 tahun pertama ini, SMA Negeri 3 Surakarta dibawah pimpinan Drs. H. Makmur Sugeng, M.Pd. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Visi SMA Negeri 3 Surakarta adalah: Terwujudnya akhlak mulia, berkarakter kuat,dan semangat berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi internasional,dan seni budaya menuju sekolah unggul yang berwawasan internasional. Misi yang ditetapkan untuk mencapai visi di atas adalah: (1) menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berorientasi pada mutu dan relevan menuju standar nasional; (2) menyelenggarakan pembelajaran dengan penerapan prinsip-prinsip “Active Learning”, pemberdayaan sarana pembelajaran yang relevan dan berteknologi terkini; (3) menyelenggarakan pembinaan kesiswaan melalui berbagai kegiatan yang mendukung berkembangnya akhlak mulia, kecerdasan, kreativitas, dan kompetitif dalam skala nasional maupun internasional. Tenaga pendidik dan pengajar yang dimiliki SMA Negeri 3 Surakarta berkualifikasi Strata 1 dan Strata 2 serta memiliki kompetensi yang sangat baik. Fasilitas yang dimiliki SMA Negeri 3 Surakarta untuk menunjang KBM adalah perpustakaan,
lapangan
olahraga,
laboratorium
IPA,
laboratorium
IPS,
laboratorium bahasa, dan hot spot. Waktu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) pada hari Senin dan Sabtu berlangsung pada pukul 06.30-13.05 WIB yang terdiri dari 8 jam pelajaran dengan masing-masing berdurasi 45 menit, pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis dimulai pukul 06.39-13.45 yang terdiri dari 9 jam pelajaran dengan masing berdurasi 45 menit, sedangkan pada hari Jumat pembelajaran dimulai pukul 06.30-10.30 yang terdiri dari 5 jam pelajaran dengan masing-masing berdurasi 45 menit. B. Deskripsi Temuan Penelitian 1. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta dalam Implementasi Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan kurikulum termutakhir di Indonesia yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Tahun ajaran 2013-2014 ini merupakan tahun pertama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
pelaksanaan Kurikulum 2013 pada jenjang SD, SMP, maupun SMA. Banyak perubahan terjadi baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang dilakukan guru dan siswa. Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi berarti bahwa kurikulum ini bertujuan menyiapkan siswa tidak hanya cakap dalam ranah kognitif dan psikomotorik, tetapi juga cakap dalam ranah afektif. Guru mata pelajaran dapat mengolaborasikan ketiga ranah tersebut dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran diawali dengan perencanaan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Proses perencanaan yang meliputi pengkajian silabus dan penyusunan RPP merupakan tahapan penting dalam pembelajaran karena merupakan dasar atau pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian. Berikut ini deskripsi pengkajian silabus dan penyiapan RPP mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta. a. Perencanaan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta 1) Silabus Tahap awal perencanaan pembelajaran adalah pemahaman silabus. Pemahaman silabus ini penting dan menjadi pondasi awal pengembangan RPP. Pada implementasi Kurikulum 2013, silabus sudah disediakan oleh pemerintah. Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta menelaah silabus yang diberikan pemerintah sebelum mengembangkannya menjadi RPP. Silabus sudah disediakan oleh pemerintah pusat melalui Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) maka bentuk silabus di seluruh SMA yang mengimplementasikan Kurikulum 2013 sama (CLHWG 2). Bagian-bagian silabus yang dimiliki guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta meliputi: (a) satuan pendidikan; (b) kelas/semester; (c) kompetensi inti; (d) kompetensi dasar; (e) materi pokok; (f) pembelajaran; (g) penilaian; (h) alokasi waktu; (i) sumber belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan instrumen wajib yang harus disusun guru sebelum mengajar. Setelah guru memahami silabus yang diberikan pemerintah melalui Kemendikbud, guru diberi wewenang untuk mengembangkan silabus yang terstandardisasi nasional tersebut menjadi RPP. a) Kelengkapan Komponen RPP Berdasarkan CLHAD 1, RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta memiliki komponen yang lengkap. Komponen RPP tersebut meliputi identitas RPP, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media,
alat,
dan
sumber
pembelajaran,
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran, penilaian, dan pengesahan oleh kepala sekolah. Tidak ditemukan komponen lampiran, baik itu lampiran cakupan materi ataupun instrumen penilaian pada RPP ini. Sedangkan komponen RPP kedua yang disusun oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta adalah identitas RPP, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media, alat, dan sumber pembelajaran, langkahlangkah kegiatan pembelajaran, penilaian, dan pengesahan oleh kepala sekolah. Pada RPP ini juga tidak ditemukan lampiran, baik itu lampiran cakupan materi atau instrumen penilaian (CLHAD 2). Jenis dan urutan komponen RPP yang disusun oleh guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta secara garis besar sama, tetapi ditemukan perbedaan pada identitas RPP. Pada RPP yang pertama identitas RPP meliputi: (1) Sekolah: SMA; (2) Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia; (3) Kelas/Semester: X/2; (4) Program: Wajib; (5) Materi Pokok: Teks Eksposisi; (6) Alokasi: 2 pertemuan (4x45 menit). Pada RPP yang kedua, identitas RPP berisi: (1) Satuan pendidikan: SMA Negeri 1 Surakarta; (2) Kelas/Semester: X/1; (3) Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia; (4) Topik: Anekdot (Humor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
dalam Layanan Publik); (5) Alokasi Waktu: 1 pertemuan (2x45 menit); (6) Program: Wajib. Berdasarkan keseragaman jenis komponen dan sistematika komponen RPP yang disusun oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta dapat diindikasikan bahwa guru-guru yang mengampu kelas X telah melakukan diskusi dan penyamaan bentuk RPP. b) Isi atau Substansi RPP RPP yang baik dapat dilihat dari isi RPP, kejelasan dan kelengkapan suatu komponen, serta kerterkaitan antara satu komponen dengan komponen yang lain. Indikator komponen rencana pembelajaran meliputi perumusan tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan, strategi dan metode pembelajaran, sumber belajar/media pembelajaran skenario/kegiatan pembelajaran, dan penelitian hasil belajar. Perumusan tujuan pembelajaran pada RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA negeri 1 Surakarta jelas, lengkap, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Meskipun demikian, dari dua RPP ditemukan model yang berbeda untuk menyajikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran pada RPP yang pertama sebagai berikut. Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep, berdiskusi atas fakta dan konsep, menginterpretasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan siswa dapat: 1. mensyukuri dapat menjelaskan persamaan struktur isi dua teks eksposisi 2. mensyukuri dapat menjelaskan persamaan struktur isi dua teks eksposisi 3. menjelaskan perbedaan ciri bahasa teks eksposisi 4. menjelaskan perbedaan ciri bahasa teks eksposisi 5. menyunting teks eksposisi 6. menulis/memproduksi teks eksposisi (CLHAD 1). Tujuan pembelajaran pada RPP yang kedua sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Tujuan pembelajaran meliputi: 1. selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya dalam menyusun eksposisi dengan baik melalui tulisan maupun lisan; 2. selama dan setelah proses pembelajaran, siswa menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk mengevaluasi teks eksposisi mengenai budaya berpendapat di forum politik dan ekonomi dengan baik; 3. setelah membaca contoh teks anekdot dan mendiskusikan, siswa dapat menjelaskan langkah-langkah mengonversi teks anekdot; 4. setelah mengetahui langkah-langkah menyusun teks anekdot, siswa dapat menjelaskan ciri-ciri dialog; 5. setelah membaca contoh teks anekdot dan mendiskusikan, siswa dapat mengonversi teks anekdot yang berjudul “Anekdot Hukum Peradilan” ke dalam bentuk dialog (CLHAD 2). Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar dari kedua RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Pemaparan materi pada RPP disajikan pada tubuh RPP yang terdiri dari fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Metode pembelajaran yang digunakan pada RPP pertama adalah inquiry, discovery learning, dan diskusi. Di sisi lain, metode pembelajaran pada RPP yang kedua adalah project based learning, tanya jawab, dan diskusi. Pada RPP yang kedua dituliskan pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Media yang digunakan pada RPP pertama adalah internet, sedangkan pada RPP yang kedua adalah power point. Alat yang digunakan pada RPP yang pertama adalah laptop, teks artikel, koran dan majalah, sedangkan pada RPP yang kedua adalah LCD, surat kabar, dan teks anekdot. Sumber belajar yang digunakan pada RPP yang pertama adalah buku teks utama dari pemerintah (Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik. 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Di sisi lain, sumber belajar pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
RPP yang kedua adalah buku teks utama (Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik. 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) dan
buku
teks
pendamping
(Hatikah,
Tika,
Mulyanis,
Kissumi
Dwiyaningsih. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama). Langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada kedua RPP ini disajikan dalam bentuk tabel dengan rincian kegiatan, deskripsi, dan alokasi waktu. Karena RPP yang pertama dirancang untuk 4x45 menit (2 pertemuan) maka terdapat dua tabel kegiatan pembelajaran, yakni Pembelajaran 1 dan Pembelajaran 2. Deskripsi kegiatan meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan, serta kegiatan penutup. Setiap langkah kegiatan disertai alokasi waktu, dan total alokasi waktu pada tabel skenario pembelajaran sama dengan alokasi waktu pada identitas RPP. Penilaian yang dirancang guru pada RPP pertama meliputi jenis/teknik penilaian, bentuk instrumen dan instrumen, serta pedoman penskoran. Jenis/teknik penilaian meliputi: (1) kompetensi sikap, yakni observasi dan penilaian diri; (2) kompetensi pengetahuan, yakni tes tertulis dan tes lisan; (3) kompetensi keterampilan yakni dengan portofolio. Jenis/teknik penilaian pada RPP yang kedua meliputi: (1) kompetensi sikap dengan disediakan lembar pengamatan sikap; (2) penilaian kompetensi pengetahuan dengan profil penilaian kegiatan siswa yang meliputi penilaian isi, struktur teks, kosakata, dan kalimat; (3) penilaian kompetensi keterampilan. Pada akhir RPP, kedua RPP ini dilengkapi dengan pengesahan yang terdiri dari waktu pengesahan, nama terang dan tanda tangan guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan kepala sekolah SMA Negeri 1 Surakarta. c) Unsur Kebahasaan RPP Selain dari sisi kelengkapan komponen dan struktur isi RPP, guru hendaklah memperhatikan unsur kebahasaan RPP. Semakin jelas penulisan RPP maka semakin jelas pula guru mengimplementasikan RPP tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Berdasarkan CLHAD 1 dan 2, ditemukan beberapa kesalahan ejaan pada penulisan RPP oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta. Pada RPP yang pertama ditemukan kesalahan, seperti: (1) penulisan kata tanpa spasi, seperti penulisan konsep,menginterpretasi,mengasosiasi pada tujuan pembelajaran; isiserta dalam kegiatan penutup Pertemuan; (2) penulisan istilah asing tanpa dimiringkan, yakni pada kata laptop; (3) penulisan kata kurang lengkap, yakni pada sumber belajar: Bahasa Indonesi; (4) pada indikator 3.2.2 tertulis mengidentifikasi persamaan ciri bahasa dua teks laporan hasil observasi yang dibaca, sedangkan KD yang dibahas mengenai teks eksposisi. Di sisi lain, kesalahan ejaan yang ditemukan pada RPP kedua yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta adalah: (1) penulisan kelompok kata tanpa spasi, seperti menjelaskanlangkahlangkahmenonversi; menentukanciri-ciri.; (2) kesalahan penulisan kata, seperti: menonversi, cirri; (3) penulisan kata serapan bahasa Inggris tidak dimiringkan (italic), seperti: power point dan Project Based Learning; (4) penulisan daftar pustaka buku pada sumber belajar, yakni: Hatikah, Tika, Mulyanis, Kissumi Dwiyaningsih. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama; (5) penomoran pada materi pembelajaran, unsur fakta dan konsep tidak diberi angka sedangkan unsur prinsip dan prosedur diberi angka. d) Sistematika Penyusunan RPP Perubahan kurikulum KTSP menjadi Kurikulum 2013 tentu mempengaruhi standar penyusunan RPP. Peraturan mengenai RPP ini pun berganti, maka sangat dimungkinkan struktur dan komponen RPP di KTSP dengan Kurikulum 2013 itu berbeda. Hal ini diakui oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Tentu ada perubahan. Untuk Kurikulum 2013 kita mengacu pada Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, di dalam Permen tersebut sudah tercantum peraturan komponen dan sistematika RPP yang benar (CLHWG 1). Untuk menghadapi perubahan ketentuan tersebut, guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta terutama guru yang mengampu kelas X sering bertemu. Melalui pertemuan MGMP sekolah, guru dapat saling berbagi, bertanya, berdiskusi untuk menyamakan visi dan misi mata pelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 dan mencari solusi mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta yang demikian. Dalam implementasi Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum baru ini, saya bersama-sama guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang lain sering bertemu untuk berdiskusi dengan tujuan menyamakan visi dan pemahaman tentang berbagai hal. Salah satu yang kami bahas yakni RPP, apa saja komponen RPP, bagaimana sistematika RPP yang benar dalam Kurikulum 2013 (CLHWG 1). Berdasarkan pernyataan guru di atas dapat disimpulkan bahwa indikasi mengenai telah adanya diskusi guru bahasa Indonesia yang mengampu kelas X serta penyamaan bentuk RPP adalah benar. Pada tahap pelaksanaan dimungkinkan adanya revisi RPP apabila terjadi ketidaksesuaian perkiraan waktu belajar pada Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), dan RPP dengan kenyataan di lapangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Kami dituntut untuk menyelesaikan Prota, Promes, dan RPP dalam setiap semester tetapi karena mungkin ada kegiatan-kegiatan mendesak, seperti bencana abu vulkanik beberapa saat yang lalu, saya harus mengubah RPP. Dengan berkurangnya masa aktif belajar tersebut otomatis membuat susunan Prota dan Promes berbeda sehingga saya juga harus merevisi RPP. Perubahan RPP biasanya pada alokasi waktu yang dipersingkat atau penggabungan materi/KD yang berkesinambungan. (CLHWG 1). Penyusunan RPP mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta dilakukan secara berkelompok yang berarti penyusunan dilakukan bersama antara tiga guru yang mengampu kelas X. Dalam menyusun RPP, kami bertiga selalu berkoordinasi dengan salah seorang guru menjadi koordinator. Kami berkewajiban menyetorkan RPP kepada koordinator (CLHWG 2).
b. Perencanaan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta 1) Silabus Guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta juga mengkaji silabus
yang
diberikan
pemerintah
terlebih
dahulu
sebelum
mengembangkannya menjadi RPP. Kalau silabus, itu kita mendapatkan dari pusat, sehingga guru tinggal mengembangkan menjadi RPP (CLHWG 3). Silabus yang dimiliki guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta juga berasal dari pemerintah, bagian-bagiannya meliputi: (a) satuan pendidikan; (b) kelas/semester; (c) kompetensi inti; (d) kompetensi dasar; (e) materi pokok; (f) pembelajaran; (g) penilaian; (h) alokasi waktu; (i) sumber belajar. 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a) Kelengkapan Komponen RPP Berdasarkan CLHAD 3, dapat disimpulkan bahwa RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta meliputi identitas RPP, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, media dan sumber belajar, penilaian proses dan hasil belajar, pengesahan oleh kepala sekolah. Tidak ditemukan lampiran pada RPP ini. Di sisi lain, berdasarkan CLHAD 4 dapat disimpulkan bahwa RPP kedua yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta memiliki komponen yang meliputi identitas RPP, kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media, alat, dan sumber pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, lampiran instrumen penilaian, pengesahan, dan lampiran cakupan materi. Banyak perbedaan yang ditemukan mengenai jenis dan urutan komponen RPP antara RPP yang disusun guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta. Perbedaan itu adalah: (1) kelengkapan komponen: pada RPP yang pertama tidak ditemukan Kompetensi Inti, indikator pencapaian pembelajaran
dipaparkan
pada
subbab
tersendiri,
terpisah
dengan
Kompetensi Dasar, penilaian kurang lengkap, tidak ditemukan lampiran instrumen penilaian dan cakupan materi, sedangkan pada RPP kedua komponen RPP tersaji lengkap dan runtut; (2) urutan komponen pada RPP yang pertama berbeda dengan RPP yang kedua. Ditemukannya berbagai perbedaan mengenai jenis, urutan, dan kelengkapan komponen RPP dari dua bentuk RPP yang disusun guru-guru bahasa Indonesia dapat diindikasikan bahwa guru bahasa Indonesia yang mengampu kelas X pada Kurikulum 2013 memiliki pemahaman yang berbeda mengenai bentuk RPP. b) Isi atau Substansi RPP Berikut akan dijabarkan kualitas isi RPP yang disusun oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta. Tujuan pembelajaran pada kedua RPP disusun secara lengkap, jelas, dan sesuai dengan kompetensi dasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
tetapi dikemas berbeda. Berikut tujuan pembelajaran pada RPP yang pertama. Tujuan pembelajaran meliputi: 1. selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya dalam menyunting teks anekdot sesuai dengan kaidah dan konteks; 2. selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menyunting teks anekdot sesuai dengan kaidah dan konteks; 3. setelah mengamati dan mendiskusikan teks anekdot yang dibuat teman, siswa dapat menyunting kesalahan penggunaan bahasa yang terdapat di dalamnya sesuai dengan kaidah dan konteks (CLHAD 3).
Tujuan pembelajaran pada RPP yang kedua sebagai berikut. Tujuan pembelajaran: 1. Aspek sikap a. selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulisan melalui teks eksposisi; b. selama dan setelah proses pembelajaran, siswa dapat memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menceritakan teks eksposisi. 2. Aspek pengetahuan a. setelah mengamati dan mendiskusikan teks eksposisi, siswa dapat mengidentifikasi struktur teks eksposisi; b. setelah mengamati dan mendiskusikan teks eksposisi, siswa dapat mengidentifikasi penggunaan bahasa dalam teks eksposisi. 3. Aspek keterampilan a. setelah mengamati dan mendiskusikan struktur dan kaidah teks eksposisi, siswa dapat menyusun teks eksposisi sesuai dengan struktur dan kaidah secara teliti, jujur, dan bertanggung jawab (CLHAD 4). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Penjabaran materi pada kedua RPP ini juga sangat berbeda. Pada RPP yang pertama, hanya disebutkan pokok-pokok materi pembelajaran, yakni: (1) struktur teks anekdot, (2) kaidah teks anekdot, (3) unsur sastra dalam teks anekdot, (4) cara menyunting teks anekdot. Pada RPP kedua, materi pembelajaran meliputi fakta, konsep, prinsip, dan strategi, serta dijabarkan secara luas pada lampiran cakupan materi. Materi yang akan disampaikan kepada siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai. Metode pembelajaran yang dirancang pada RPP pertama adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, inquiry, dan penugasan. Pada RPP yang kedua, metode pembelajaran meliputi: (1) pendekatan: saintifik; (2) model: problem based learning; (3) metode: ceramah, tanya jawab, diskusi, inquiry, dan penugasan. Metode pembelajaran yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang akan dicapai. Media yang digunakan pada RPP yang pertama adalah LCD, laptop, dan teks anekdot, dan EYD, sedangkan pada RPP yang kedua adalah teks eksposisi, bahan tayang/power point, Lembar Kerja Siswa, dan Lembar Penilaian. Tidak ada alat pembelajaran yang digunakan dalam RPP pertama, sedangkan pada RPP yang kedua menggunakan LCD dan laptop. Sumber belajar yang digunakan dalam RPP pertama adalah buku teks utama dari pemerintah (Kemendikbud, 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.) dan buku pendamping (Gustina Sucipto, Maya dkk. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara). Pada RPP kedua, sumber belajar yang digunakan adalah buku teks utama (Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud), buku teori (Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah), buku pendamping (Sucipto, Maya Gustina. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Klaten: Intan Pariwara), dan internet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Kegiatan pembelajaran pada kedua RPP ini disajikan dalam bentuk tabel dengan rincian kegiatan, deskripsi, dan alokasi waktu. RPP yang pertama dirancang untuk alokasi waktu 2x45 menit (1 pertemuan), sedangkan RPP yang kedua dirancang untuk alokasi waktu 6x45 menit (3 pertemuan) tetapi hanya terdapat tabel skenario kegiatan Pertemuan 1 dan 2 dengan alokasi waktu yang kurang lengkap dan kurang jelas. Selain itu, terdapat perbedaan istilah untuk menjabarkan kegiatan inti dengan pendekatan saintifik. Pada RPP yang pertama kegiatan inti meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring, sedangkan pada RPP yang kedua meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan membangun jejaring. Penilaian yang dirancang guru pada RPP pertama meliputi penilaian proses dan hasil belajar yang mencakup rincian: (1) Teknik: Unjuk Kerja; (2) Bentuk: Produk (keterampilan tertulis); (3) Instrumen yang berupa contoh teks anekdot yang berjudul Politisi Blusukan Banjir
disediakan untuk
disunting siswa. Penilaian yang dirancang guru pada RPP yang kedua adalah meliputi: (1) Jenis/teknik penilaian yang disajikan dalam bentuk tabel; (2) Bentuk dan instrumen penilaian yang mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Instrumen yang dimaksud disajikan terlampir. Setelah itu, terdapat lampiran-lampiran, yaitu: (1) Lembar pengamatan penilaian sikap; (2) Instrumen penilaian pengetahuan. Diselingi dengan tugas: Carilah sebuah teks eksposisi dari koran atau majalah kemudian analisislah struktur dan kaidah laporan tersebut. Selanjutnya, lampiran 3: Instrumen penilaian keterampilan. Kedua RPP ini dilengkapi dengan pengesahan, pada RPP yang pertama pengesahan terletak di akhir RPP, sedangkan pada RPP yang kedua terletak setelah lampiran instrumen penilaian dan sebelum lampiran cakupan materi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
c) Unsur Kebahasaaan Kesalahan unsur kebahasaan masih ditemukan pada RPP yang disusun oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta. Pada RPP yang pertama, kesalahan ejaan yang ditemukan adalah: (1) enulisan kata yang ambigu antara menggunakan serapan bahasa Inggris atau tetap menggunakan istilah asing. Jika menggunakan serapan seharusnya inkuiri, sedangkan kata asli bahasa Inggris seharusnya inquiry; (2) penulisan istilah asing tanpa dimiringkan, seperti kata LCD dan laptop; (3) penulisan daftar pustaka pada sumber pembelajaran, yakni: buku teks utama (Kemendikbud, 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.) dan buku teks pendamping (Gustina Sucipto, Maya dkk. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.). Kesalahan ejaan yang ditemukan pada RPP kedua yang disusun oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta adalah: (1) penulisan istilah dari bahasa Inggris tidak dimiringkan (italic), seperti: powerpoint, problem base learning; (2) penulisan kata yang kurang lengkap yaitu pada penulisan alokasi waktu, 20 enit yang seharusnya 20 menit; (3) penulisan daftar pustaka pada sumber pembelajaran, yakni: Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah. d) Sistematika Penyusunan RPP Guru-guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta juga mengalami
kebimbangan
dalam
menyusun
RPP
karena
mulai
diimplementasikannya Kurikulum 2013 tentu disertai dengan perubahan ketentuan mengenai penyusunan RPP dan standar proses pembelajaran. Untuk mengatasi kebimbangan dalam penyusunan RPP, guru-guru bahasa Indonesia yang mengampu kelas X sering berdiskusi untuk menyamakan konsep penyusunan RPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Kami berdiskusi dengan guru-guru mata pelajaran bahasa Indonesia terutama guru yang mengampu kelas X pada Kurikulum 2013 untuk menyusun RPP (CLHWG 4). Pertemuan dan diskusi antarguru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X sangat penting karena terdapat perubahan istilah, komponen, dan sistematika penyusunan RPP. Melalui diskusi tersebut akan diperoleh kesepakatan penyusunan RPP sehingga model RPP Kurikulum 2013 sama. Sebenarnya tidak jauh berbeda, hanya terdapat perubahan-perubahan istilah. Sebenarnya sama, RPP mencakup KD, tujuan, sampai evaluasi. Terdapat perubahan pada langkah-langkah pembelajaran, jika dahulu menggunakan istilah Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi kalau sekarang menekankan pada pendekatan scientific, yakni mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan (CLHWG 3). Pada implementasi Kurikulum 2013, guru mata pelajaran bahasa Inodonesia harus menyusun RPP untuk jangka waktu satu semester. Kebijakan ini ditetapkan agar guru memiliki persiapan lebih awal sebelum mengajar dan terprogram. Guru harus menyusun RPP dalam satu semester sekaligus untuk memenuhi persyaratan administratif implementasi Kurikulum 2013 (CLHWG 3). Seharusnya, penyusunan RPP diselesaikan dalam satu semester sekaligus. Saya mengupayakan untuk menyelesaikannya tetapi karena keterbatasan waktu, RPP yang sudah saya susun tersebut kembali saya perbaiki dan saya sesuaikan dengan materi dan waktu pembelajaran (CLHWG 4). Sistematika penyusunan RPP mata pelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara mandiri karena SMA Negeri 3 Surakarta menerapkan sistem mengajar satu mata pelajaran diampu oleh dua atau tiga guru sehingga guru hanya menyusun RPP yang menjadi tanggung jawabnya. Pembagian materi didasarkan pada jenis teks. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Kalau RPP, kami membuat sendiri-sendiri bergantung pembagian materi/jenis teks yang kami peroleh (CLHWG 3).
2. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Implementasi Kurikulum 2013 a. Kesesuaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan Perencanaan Pembelajaran di SMA Negeri 1 Surakarta Berdasarkan CLHO 1 mengenai pelaksanaan pembelajaran pada hari Kamis, 13 Maret 2014 di kelas X MIA 7, SMA Negeri 1 Surakarta. Mata pelajaran bahasa Indonesia pada saat itu dimulai pada pukul 10.15-11.45 WIB (jam pelajaran ke-5 hingga ke-6), pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan perencanaan. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai adalah siswa mampu menjelaskan persamaan dan perbedaan struktur isi dan ciri bahasa teks eksposisi. Materi pembelajaran yang disampaikan adalah struktur isi dan ciri bahasa teks eksposisi, sedangkan materi-materi lain yang tertuang dalam RPP sudah pernah dijelaskan guru pada pertemuan sebelumnya. Tujuan pembelajaran dan materi pembelajaran disajikan melalui media power point dengan alat laptop. Sumber belajar yang digunakan adalah buku teks utama seperti yang direncanakan pada RPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa yang menyatakan sebagai berikut. Yang pertama buku teks dari pemerintah itu Mbak, Padahal Bu Yustina mengkritisi bawasannya buku tersebut masih banyak yang salah, jadi pernah pada saat KD menyunting teks eksposisi itu kita menyunting buku tersebut. Selain itu, Bu Yustina sangat memperbolehkan kita searching dari internet untuk mencari teori-teori atau contoh teks tertentu. Ada satu lagi, di perpustakaan itu juga disediakan buku pendamping selain buku teks dari pemerintah itu, Mbak (CLHWS 1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Metode pembelajaran yang dilaksnakan guru adalah metode diskusi yang di dalamnya sangat dimungkinkan terjadi pembelajaran inquiry dan discovery learning. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai berikut. Banyak sih, Mbak, tergantung KDnya. Pernah kita bermain drama dan itu kita pentas disaksikan teman-teman sekelas di aula sekolah, seperti yang Mbak Indri saksikan kemarin. Terus, kami itu sangat senang kalau Bu Yustina menyuruh kami kerja kelompok dan dilanjutkan dengan debat. Dalam debat itu sudah ditunjuk kelompok mana yang menjadi penyaji utama, pendebat utama, dan kelompok penanggap yang boleh memihak penyaji atau pendebat. Kalau sudah beradu argument begitu kita sampai lupa waktu, Mbak, dua jam pelajaran tidak terasa (CLHWS 1). Langkah-langkah pembelajaran secara garis besar sesuai dengan RPP, tetapi pada bagian penutup guru memberikan tugas kepada siswa untuk menyusun teks eksposisi berdasarkan hasil wawancara mereka bersama korban letusan Gunung Kelud. Selain itu, guru belum melaksanakan tes karena jam pelajaran telah berakhir. Alokasi waktu kurang sesuai dengan perencanaan karena perdebatan berjalan sangat menarik sehingga guru hanya memiliki waktu 5 menit untuk kegiatan penutup. Penilaian yang dilakukan guru sesuai dengan perencanaan, hal ini dapat dilihat juga dari hasil pekerjaan siswa. Performansi guru sangat memperngaruhi antusiasme belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa berikut ini. Wah, Bu Yustina itu luar biasa, Mbak. Penyampaian materi detail dan tingkat tinggi. Awalnya dulu, saya menganggap mudah mata pelajaran bahasa Indonesia kini berbalik arah (CLHWS 1). Di sisi lain, berdasarkan CLHO 2 mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas X MIA 3 yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2014 pukul 07.4509.15 (jam pelajaran ke-2 dan ke-3), pelaksanaan pembelajaran oleh guru bahasa Indonesia yang lain kurang sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan tersebut adalah siswa mampu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
memerankan dan mementaskan teks drama pendek yang telah disusunnya terlebih dahulu. Dengan tujuan pembelajaran yang berbeda dengan perencanaan maka untuk komponen-komponen yang lain pasti juga berbeda dengan perencanaan. Fokus pembelajaran pada pertemuan tersebut adalah menguji keterampilan bermain peran siswa sehingga materi yang disampaikan juga seputar teknik bermain peran. Selain itu, strategi/metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, dan penilaian juga pasti berbeda dengan perencanaan. Media pembelajaran yang direncanakan guru dalam RPP tetapi tidak dilaksanakan pada pelaksanaan justru mendapat respons positif dari siswa. Jujur, kami kurang suka dengan slide power point, Mbak. Jadi beliau memang jarang menggunakan media tersebut. Bu Maria senang menggunakan media white board, menjelaskan materi dengan menuliskan inti-inti materi di papan tulis. Sering juga kami diberi pertanyaan kemudian menuliskan jawaban di white board kemudian kita bahas bersama. (CLHWS 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru telah menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai berikut. Keaktifan kita saat di kelas itu sangat dihargai beliau, Mbak. Siapa yang berani mengutarakan pendapatnya pasti mendapatkan nilai. Selain itu beliau selalu memberikan tugas-tugas yang menantang, seperti tugas terbaru kita ini, Mbak. Kita harus mewawancari korban Gunung Kelud kemudian dari hasil wawancara tersebut kita susun sebuah teks eksposisi (CLHWS 2). Pada implementasi Kurikulum 2013 yang mulai diberlakukan Juni 2013 lalu, SMA Negeri 1 Surakarta mendaulatkan tiga guru mata pelajaran bahasa Indonesia untuk mengampu kelas X. SMA Negeri 1 Surakarta telah menerapkan sistem satu guru utuk satu mata pelajaran dalam satu kelas. Pembagian mengajar ketiga guru ini berdasarkan pembagian kelas, yakni guru pertama mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas X MIA 4, X MIA 5, X MIA 7, X IIS 1, X IIS 2, dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
X IIS 3; guru kedua mengampu kelas X MIA 1, X MIA 2, dan X MIA 3, guru ketiga mengampu kelas X MIA 8. b. Kesesuaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan Perencanaan Pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta Berdasarkan CLHO 3 mengenai pelaksanaan pembelajaran pada hari Selasa, 11 Februari 2014 pukul 09.45-11.15 (Jam pelajaran ke-5 dan ke-6) di kelas X IIS 3 SMA Negeri 3 Surakarta, pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan perencanaan. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pertemuan tersebut adalah siswa mampu menyunting teks anekdot. Materi pembelajaran yang diberikan sesuai dengan RPP yang disampaikan melalui media power point. Metode pembelajaran yang digunakan adalah dikusi dan presentasi kelompok. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai berikut. Di awal pembelajaran beliau selalu memberi pemaparan materi, dilanjutkan dengan tanya jawab, lalu kerja kelompok atau diskusi. Kalau dalam bentuk kerja kelompok, biasanya kita diberi tugas dan dikumpulkan secara tertulis, atau sering juga presentasi secara lisan di depan kelas (CLHWS 3). Langkah-langkah pembelajaran, alokasi waktu, dan penilaian yang dilaksanakan guru sesuai dengan perencanaan. Berdasarkan CLHO 4, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pada hari Kamis, 21 Februari 2014 pukul 06.30-08.00 WIB (jam pelajaran ke-1 dan ke-2) di kelas X IIS 1. Tujuan pembelajaran pada pertemuan itu adalah siswa mampu menyusun teks eksposisi. Materi pembelajaran, sumber/media pembelajaran, metode pembelajaran, alokasi waktu, dan penilaian dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Meskipun berbagai komponen dilaksanakan guru sesuai dengan perencanaan, cara penyampaian kepada siswa sangat memperngaruhi tingkat ketertarikan dan keberhasilan belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
Pak Dar sering menggunakan LCD, tetapi tidak dalam bentuk power point, beliau menampilkan teks dalam bentuk Ms. Word. Pernah juga membagikan fotocopyan teks eksposisi gitu, Mbak. Beliau juga sering menjelaskan di papan tulis tetapi tidak jelas, Mbak, nah justru kurang diperhatikan temen-temen (CLHWS 4). Sistem mengajar di SMA Negeri 3 Surakarta menggunakan sistem mengajar guru untuk satu mata pelajaran dapat diampu oleh dua atau tiga guru. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang mengampu kelas X terdapat tiga orang. Guru pertama mengampu kelas X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, X MIA 4, X MIA 5, X MIA 7, X MIA 8, X IIS 1, X IIS 2, dan X IIS 3; guru kedua mengampu kelas X MIA 6, X MIA 7, X MIA 8, X IIS 1, X IIS 2, dan X IIS 3; guru ketiga mengampu X MIA 1, X MIA 2, X MIA 3, X MIA 4, X MIA 5, dan X MIA 6. 3. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta dalam Implementasi Kurikulum 2013 a. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, terdapat guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran, tetapi terdapat juga yang kurang sesuai dengan perencanaan yang tertuang dalam RPP. Perbedaan ini tentu berdampak pada perbedaan penilaian pembelajaran yang dilakukan kedua guru. Berikut penjabaran penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan. Penilaian yang dilakukan guru sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai seperti yang tercantum pada RPP, yakni siswa mampu menjelaskan persamaan dan perbedaan struktur isi dan ciri bahasa teks eksposisi. Penilaian mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berdasarkan CLHO 1, guru melakukan penilaian untuk ranah kognitif melalui hasil diskusi siswa secara tertulis, sedangkan untuk penilaian presentasi siswa, guru menilai ketepatan isi presentasi kelompok dan ketepatan jawaban terhadap tanggapan siswa lain. Hal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
dapat dilihat dalam CLHAD 1 mengenai hasil pekerjaan siswa, bawasannya siswa mengumpulkan laporan hasil diskusi mengenai persamaan dan perbedaan perbedaan struktur isi dan ciri bahasa teks eksposisi. Untuk ranah afektif, guru menilai sikap siswa saat berdiskusi dan berdebat. Untuk ranah psikomotorik, guru menilai keterampilan menyampaikan pendapat dan menanggapi dalam presentasi. Instrumen penilaian yang digunakan guru untuk menilai ranah kognitif dan afektif sesuai dengan instrumen dan pedoman penilaian dalam RPP. Namun, penilaian untuk ranah psikomotorik tidak disertakan dalam RPP. Pada pelaksanaan pembelajaran, guru memberikan penilaian ranah psikomotorik dengan cara memberikan tanda khusus pada daftar nilai siswa bagi siswa yang aktif bertanya dan menanggapi dalam kegiatan presentasi. Di sisi lain, guru yang melaksanakan pembelajaran kurang sesuai dengan perencanaan berdampak pada penilaian yang dilakukan pun tidak sesuai dengan perencanaan. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelaksanaan pembelajaran adalah siswa mampu bermain peran berdasarkan teks drama pendek bernuansa anekdot yang telah disusun sebelumnya. Penilaian yang dilakukan guru mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk ranah kognitif, guru menilai naskah teks drama pendek dengan tema bebas yang telah disusun siswa dengan memperhatikan struktur teks drama, unsur kebahasaan, mengandung kritik dan sindiran. Untuk ranah afektif, guru menilai sikap siswa saat bermain peran bagi kelompok yang maju, sikap siswa mengapresiasi teman yang maju untuk kelompok yang menyimak. Untuk ranah psikomotorik, guru menilai keterampilan bermain
peran
siswa,
kemampuan
membawakan
karakter
tokoh
dan
menyampaikan pesan kepada penonton. Meskipun tujuan pembelajaran pada pelaksanaan berbeda dengan perencanaan tetapi terdapat instrumen penilaian yang dapat digunakan. Guru tetap menggunakan Lembar Pengamatan Sikap untuk penilaian ranah afektif, instrumen penilaian psikomotorik sangat sesuai, sedangkan untuk rubrik penilaian kognitif yang berupa Profil Penilaian Kegiatan Siswa dapat digunakan tetapi instrumennya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
diganti. Dalam RPP tercantum soal konversi teks anekdot yang berjudul “KUHP dalam Anekdot” menjadi teks drama pendek, sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran, teks anekdot yang dikonversi menjadi teks drama pendek bertema pelayanan untuk masyarakat tetapi dengan judul bebas. Pada implementasi Kurikulum 2013, penilaian terhadap siswa tidak hanya dilakukan oleh guru. Penilaian juga dilakukan oleh siswa sendiri dan teman sejawat yang bertujuan untuk mendapatkan proyeksi kemampuan siswa secara komprehensif. Penilaian ini dilakukan secara serempak dan terstandardisasi sekolah. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia melakukan penilaian diri siswa satu kali dalam satu semester. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai berikut. Penilaian diri dilakukan dengan cara kita mengisi blangko yang diberikan guru, Mbak. Jadi setiap guru mata pelajaran itu melakukan penilaian ini. Kalau selama kelas X ini, kita melakukan penilaian ini baru satu kali di semester 1 kemarin (CLHWS 1). Pada implementasi Kurikulum 2013 terjadi perubahan yang sifnifikan mengenai penyajian hasi belajar siswa, yakni penggunaan nilai dengan skala 4. Dalam pelaksanaannya, guru memberikan penilaian dalam skala 100 kemudian nilai-nilai tersebut diolah oleh tim khusus di bawah Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum menjadi skala 4. KKM mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta adalah 75 pada skala 100 yang setara dengan nilai 3 pada skala 4. Penginterpretasian acuan penilaian yang tercantum pada Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 di SMA Negeri 1 Surakarta, yakni nilai skala 100 dikonversikan menjadi skala 4 kemudian diklasifikasikan berdasarkan rentang nilai dengan kelipatan 0.33. Berdasarkan dokumen laporan hasil belajar siswa, nilai-nilai yang muncul adalah angka dengan kelipatan 0.33, yakni 3.00, 3.33, 3.66. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waka Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Kalau di SMA Negeri 1 Surakarta, kami mengacu pada peraturan hitam di atas putih, yakni Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 bawasannya nilai disajikan dengan skala 1-4 berdasarkan kelipatan 0,33. Guru mengumpulkan nilai dalam skala 100, kemudian kami olah menjadi nilai berskala 1-4 dengan sistem rentang kelipatan 0,33. Jadi, variasi nilai hanya 1; 1,33; 1,66; 2; 2,33; 2,66; 3; 3,33; 3,66; 4 (CLHWG 5). b. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta Berdasarkan CLHO 3 dan CLHO 4 dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta telah melaksanakan pembelajaran sesuai perencanaan. Berikut ini penjabaran penilaian yang dilakukan guru bahasa Indoensia SMA Negeri 3 Surakarta. Penilaian yang dilakukan guru telah sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, yakni siswa mampu menyunting teks anekdot. Penilaian mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk ranah kognitif, guru menilai berdasarkan hasil suntingan teks anekdot yang berjudul “Politisi Blusukan Banjir” dan suntingan teks anekdot dari kelompok kelas lain. Hal ini sesuai dengan CLHAD 3 bagian hasil pekerjaan siswa. Untuk ranah afektif, guru menilai keaktifan siswa dan kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan penyuntingan teks anekdot yang disusun kelompok pada kelas lain. Untuk ranah psikomotorik, guru menilai keterampilan siswa dalam menyampaikan hasil penyuntingan mereka dalam kegiatan presentasi dan tanya jawab. Instrumen penilaian kognitif dan afektif yang digunakan guru sesuai dengan yang tercantum pada RPP. Untuk ranah psikomotorik yang tidak tercantum pada RPP, guru membuat catatan bagi siswa yang aktif. Kelemahan penialaian ranah psikomotorik ini adalah tidak adanya rubrik dan pedoman penilaian. Di sisi lain, guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta juga melakukan penilaian sesuai dengan perencanaan. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada pelaksanaan pembelajaran adalah siswa mampu menyusun teks eksposisi. Berdasarkan CLHO 4, penilaian yang dilakukan mencakup ranah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk ranah kognitif, guru menilai teks eksposisi yang disusun siswa dalam kelompok dengan memperhatikan struktur isi, unsur kebahasaan, dan keasilan ide atau pokok teks eksposisi. Hal ini sesuai dengan CLHAD bagian hasil pekerjaan siswa. Untuk ranah afektif, guru menilai keaktifan siswa dan kerja sama dalam kelompok untuk menyusun teks eksposisi serta sikap dalam mengikuti kegiatan diskusi dan presentasi. Untuk ranah psikomotorik, guru menilai keterampilan siswa dalam mempresentasikan teks eksposisi yang telah dibuatnya dalam kelompok, teknik menjawab/menanggapi pertanyaan. Rubrik penilaian afektif guru menggunakan Lembar Pengamatan Penilaian Sikap sesuai dengan RPP. Rubrik penilaian kognitif yang tersedia untuk KD sebelumnya, sedangkan rubrik penilaian psikomotorik dapat digunakan untuk penilaian kognitif KD menyusun teks eksposisi. Dengan demikian, penilaian psikomotorik siswa yakni keterampilan siswa dalam mempresentasikan teks eksposisi yang telah dibuatnya dalam kelompok, teknik menjawab/menanggapi pertanyaan belum tersedia. Hal ini menyebabkan kerancuan dalam penilaian presentasis siswa. Pada implementasi Kurikulum 2013, SMA Negeri 3 Surakarta juga melaksanakan penilaian diri siswa untuk mendapatkan potret kemampuan dan keterampilan siswa secara komprehensif. Penilaian diri dilaksanakan satu kali dalam satu semester dengan model penilaian yang lebih fleksibel. Hal ini sesuai dengan pernyataan siswa sebagai berikut. Iya, Mbak, ada. Penilaian diri itu kita menilai diri sendiri, terus kita dinilai teman dan guru. Pernah dua kali, kita ngisi blangko penilaian dulu pas jam pelajaran bahasa Jawa sama Matematika (CLHWS 3). SMA Negeri 3 Surakarta mulai menerapkan penilaian dengan skala 4, tetapi memiliki interpretasi yang berbeda dengan SMA Negeri 1 Surakarta. Guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta menilai anak dengan skala 100 kemudian diolah tim khusus di bawah Waka Kurikulum menjadi nilai dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
skala 4. Konversi nilai dari skala 100 menjadi skala 4 tidak melalui tahapan klasifikasi seperti yang tercantum pada Permendikbud No.81 A Tahun 2013. Oleh karena itu, nilai-nilai yang muncul pada laporan hasil belajar siswa lebih beragam, seperti 3.72, 3.60, 3.56, 3.84, 3.52, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Waka Kurikulum SMA Negeri 3 Surakarta sebagai berikut. Ya, mengenai penilaian berskala 1-4 sudah diatur dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 tetapi tidak dijelaskan apakah klasifikasi itu merupakan rentang atau tidak, dikatakan kelipatan 0,33 juga tidak. Jadi, dengan pertimbangan daya beda antar siswa yang memiliki nilai 75 dengan 79 akan terlihat. Guru dipersilakan memberikan laporan hasil belajar siswa dalam skala 100, kemudian tim pengolah raport di bawah Waka Kurikulum mengolah nilai tersebut dengan skala 1-4 dengan cara nilai skala 100 tersebut dibagi 25. Kami mengambil kebijakan seperti ini mengacu pada pertemuan kepala sekolah tingkat Jawa Tengah tetapi ya belum ada hitam di atas putihnya (CLHWG 6).
4. Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Implementasi Kurikulum 2013 Implementasi Kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan KTSP membawa banyak perubahan baik dalam hal ketentuan proses pembelajaran atau di luar itu. Sekolah merupakan instansi pokok yang bersentuhan langsung dengan siswa yang menjadi subjek belajar menjadi instansi yang penting untuk memahami Kurikulum 2013 dengan benar. Komponen-komponen sekolah sudah semestinya harus menyesuaikan diri dengan kebijakan perubahan kurikulum agar visi Kurikulum 2013 tercapai. Dari berbagai komponen sekolah yang ada, guru merupakan ujung tombak penentu kesuksesan kurikulum karena guru merupakan garda terdepan pendidik siswa di kelas. Guru harus menyesuaikan diri dengan ketentuan-ketentuan baru mengenai proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
a. Hambatan yang Dihadapi Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta Guru sebagai ujung tombak penentu kesuksesan implementasi Kurikulum 2013 menghadapi berbagai kendala yang bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta, berikut peneliti simpulkan
hambatan
mengimplementasikan
atau
kendala
Kurikulum
2013.
yang
dihadapi
guru
Kendala-kendala tersebut
dalam adalah
penyusunan RPP mengalami perubahan atau revisi karena menyesuaikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang termutakhir, yakni Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. Untuk Kurikulum 13 kita mengacu pada Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, di dalam Permen tersebut sudah tercantum peraturan komponen dan sistematika RPP yang benar. Sebelum ditetapkan Permendikbud No. 81 A ini kami mengacu pada Permendikbud No. 65, Mbak tetapi kemudian disempurnakan dalam Permendikbud No. 81 A ini. Jadi kami perlu merombak RPP yang sudah kami susun (CLHWG 1). Selain itu, pembelajaran bahasa Indonesia kini berubah menjadi berbasis teks. Dari lima jenis teks yang diajarkan di kelas X SMA, guru menemukan konsep-konsep materi yang berbeda dengan materi yang pernah ada sebelumnya. Banyak materi yang memiliki konsep baru, berbeda sama sekali dengan konsep sebelumnya yang pernah ada (CLHWG 2). Hambatan yang lain adalah keterbatasan sumber referensi. Buku teks utama dari pemerintah hanya menampilkan materi dasar sebuah teks, penjelasannya sangat terbatas, padahal keingintahuan siswa sangat besar. Oleh karena itu, guru membutuhkan sumber referensi lain sebagai penunjang pembelajaran tetapi kebutuhan akan referensi tambahan ini belum terpenuhi. Ketersediaan referensi sangat terbatas, misal pun ada, itu berbeda dengan konsep yang dikehendaki Kurikulum 2013. Buku teks yang menjadi pedoman utama KBM saat ini menurut saya kurang memenuhi kebutuhan Kurikulum 2013 (CLHWG 1). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Berdasarkan dokumen silabus, materi pelajaran Bahasa Indonesia pada semester 1 (gasal) kelas X Sekolah Menengah Atas meliputi teks laporan hasil observasi, anekdot, eksposisi, sedangkan pada semester 2 (genap) meliputi teks prosedur kompleks dan negosiasi. Pemetaan materi ini ternyata berbeda dengan aplikasi di lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan langsung, peneliti mendapati siswa-siswi kelas X di SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta, pada semester 2 ini sedang mempelajari teks anekdot dan teks eksposisi. Hal ini terjadi karena muatan materi yang kompleks dan luas sehingga membutuhkan waktu yang lebih dari perencanaan. Oleh karena padatnya materi tersebut terkesan guru kekurangan waktu untuk menyelesaikan materi dalam satu semester. Yang saya hadapi itu waktunya kurang, Mbak. Materi sangat kompleks sehingga membutuhkan waktu yang panjang. Seperti teks anekdot ini, seharusnya sudah selesai di semester 1 tetapi harus saya lanjutkan di awal semester 2 karena kehabisan waktu di semester 1 dulu (CLHWG 1). Berdasarkan hasil wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum SMA Negeri 1 Surakarta, implementasi kurikulum 2013 mulai diterapkan di sekolah ini mulai tahun ajaran 2013-2014 tepatnya dimulai pada bulan Juni 2013. Pihak kepala sekolah mengutarakan kebimbangannya mengenai aturan atau petunjuk teknis yang harus diterapkan di sekolah. Terdapat tripel power komando implementasi Kurikulum 2013, yakni P4TK (Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Pendidik), LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan), dan LP2KS (Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah). Masing-masing lembaga ini mengeluarkan ketentuan-ketentuan implementasi Kurikulum 2013 dengan muatan yang berbeda-beda sehingga membuat rancu dan bingung bagi guruguru, kepala sekolah, dan sekolah sebagai ujung tombak pelaksana Kurikulum 2013 (CLHWG 5).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
b. Hambatan yang Dihadapi Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta Pada proses perencanaan Kurikulum 2013, silabus pembelajaran sudah disediakan pemerintah, selanjutnya guru mengembangkan RPP untuk setiap pertemuan pembelajaran. Berikut ini beberapa kesulitan yang dihadapi guru. Terdapat perubahan struktur dan sistematika penyusunan RPP serta pergantian istilah-istilah yang digunakan di dalam RPP. Misalnya, tahapan pelaksanaan pembelajaran pada KTSP terdiri dari Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi, sedangkan pada Kurikulum 2013 menekankan pendekatan scientific yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Contoh lain, perubahan istilah Standar Kompetensi menjadi Kompetensi Inti (CLHWG 4). Muatan materi mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X pada Kurikulum 2013 mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Materi-materi baru yang harus diberikan kepada siswa kelas X ini memiliki perbedaan dengan konsep-konsep yang sebelumnya. Hampir semua materi baru sehingga kita harus mencari referensi baru. Terdapat materi-materi yang konsepnya berbeda dengan konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya (CLHWG 3). Pemerintah juga hanya memberikan buku teks dan buku pegangan bagi guru, saya rasa ini kurang (CLHWG 4). Selain itu, guru mengalami kesulitan untuk mengondisikan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, hal ini sesuai dengan pernyataan guru pada saat wawancara dengan peneliti. Ada kelas yang aktif, langsung dengan berani bertanya atau menanggapi tetapi ada juga kelas yang memang harus dipancing-pancing terlebih dahulu untuk mau bertanya atau menjawab. Sebenarnya mereka bisa tetapi belum percaya diri (CLHWG 3). Pada tahap penilaian, guru juga mengalami kendala yakni penilaian menjadi lebih kompleks. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Secara administratif juga menjadi ribet karena guru harus memberikan penilaian per individu secara detail, yakni mencakup tiga ranah penilaian (kognitif, afektif, dan psikomotorik) serta penilaian diri pada siswa. Bayangkan kalau saya mengampu 8 kelas, dengan masing-masing kelas terdiri dari 30 siswa. Dan lagi, mengenai penilaian, dalam Kuriklum 2013 sebenarnya menghendaki dalam setiap pertemuan terdapat evaluasi, ini yang belum secara maksimal dapat saya laksanakan (CLHWG 4). 5. Upaya yang Dilakukan Guru untuk Mengatasi Hambatan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Implementasi Kurikulum 2013 a. Upaya yang Dilakukan Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta Guru sebagai ujung tombak penentu keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang dikehendaki Kurikulum 2013 tentu memiliki kreativitas untuk menanggulangi setiap tantangan yang dihadapi baik bagi dirinya sendiri atau peserta didik. Upaya yang diterapkan guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta untuk mengatasi perubahan ketentuan mengenai penyusunan RPP adalah memahami peraturan termutakhir yang diberlakukan pada Kurikulum 2013. Guru yang sebelumnya telah menyusun RPP berdasarkan Permendikbud No. 65 Tahun 2013 harus menyesuaikan atau merevisi RPP yang telah dibuatnya dengan berlandaskan pedoman penyusunan RPP yang termutakhir, yakni Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. Sebelum ditetapkan Permendikbud No. 81 A ini kami mengacu pada Permendikbud No. 65, Mbak tetapi kemudian disempurnakan dalam Permendikbud No. 81 A ini. Jadi kami perlu merombak RPP yang sudah kami susun (CLHWG 1). Mengenai keterbatasan sumber referensi dalam bentuk buku karena buku pegangan guru dan siswa yang diberi oleh pemerintah belum mencukupi kebutuhan teori dan pembahasan dalam buku tersebut masih terbatas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Buku teks yang sekarang digunakan sebagai pedoman siswa dan guru menurut saya perlu pembenahan dan penyempurnaan sehingga lebih memuat banyak teori dengan latihan-latihan variatif (CLHWG 1). merasa kekurangan Masalah banyaknya siswa muatanyang materi sehingga guru waktu mengajar, guru mengatasi dengan mengatur pemetaan materi agar dapat diberikan secara utuh dan maksimal kepada siswa meskipun bergeser dari perencanaan. Seperti teks anekdot ini, seharusnya sudah selesai di semester 1 tetapi harus saya lanjutkan di awal semester 2 karena kehabisan waktu di semester 1 dulu (CLHWG 1).
b. Upaya yang Dilakukan Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta Untuk menambah referensi, guru menggunakan media internet. Guru mencari teori-teori mengenai jenis-jenis teks dan karakteristiknya melalui artikel dan jurnal elektronik, atau e-book. Mengenai materi, ya saya mengambil dari internet dan buku-buku lain yang berkaitan dengan materi (CLHWG 4).
Untuk materi, saya terus meng-up date materi-materi dari buku dan internet (CLHWG 3). Sedangkan untuk mengatasi masalah keaktifan siswa saat mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia, guru menggunakan metode-metode khusus. Hal ini sesuai dengan pernyataan guru sebagai berikut. Saya harus memiliki metode-metode khusus untuk kelas-kelas khusus tersebut (CLHWG 3). Berdasarkan hasil temuan mengenai proses pembelajaran, hambatan dan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan pembelajaran maka dapat disimpulkan dalam Tabel 3 berikut ini. Tabel ini memuat persamaan dan perbedaan proses pembelajaran, hambatan dan upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
hambatan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta. Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan Proses Pembelajaran di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta Komponen
Persamaan
Perencanaan 1. Pembelajaran
2.
3.
Pelaksanaan 1. Pembelajaran
Perbedaan SMA Negeri 1 SMA Negeri 3 Surakarta Surakarta Format dan isi silabus 1. Jenis dan urutan 1. Jenis dan urutan komponen RPP telah komponen RPP sama karena silabus diseragamkan. antarguru berbeda. disediakan pemerintah 2. Setiap guru wajib 2. Guru menyusun pusat menyusun RPP RPP sesuai dengan Masih ditemukan untuk kelas yang pembagian materi kesalahan ejaan, seperti: diampu. Kemudian yang diperoleh (a) penulisan kata dikoordinasi salah guru. Kemudian seorang guru untuk dikumpulkan serapan; (b) penulisan disusun menjadi menjadi RPP daftar pustaka; (c) RPP bahasa bahasa Indonesia penulisan kata Indonesia SMA SMA Negeri 3 berimbuhan; (d) salah Negeri 1 Surakarta. Surakarta. ketik. RPP bahasa Indonesia disusun dalam jangka waktu 1 semester Secara garis besar, guru 1. Untuk pembelajaran 1. Pembelajaran telah melaksanakan bermain peran, siswa dilakukan di dalam pendekatan saintifik melakukan kelas. dengan menerapkannya pembelajaran di luar sebagai langkahkelas, yakni di aula langkah pembelajaran. sekolah. 2. Terdapat guru yang 2. Guru telah Selain itu, guru telah menggunakan media menggunakan berorientasi pada konvensional tetapi media modern, peserta didik. tetap menarik. seperti LCD. 3. Guru menggunakan 3. Guru menggunakan buku teks buku pendamping pendamping (Gustina, Sucipto (Hatikah, dkk. 2013. Maya dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Buku PR Bahasa Bandung: Grafindo Indonesia. Klaten: Intan Pariwara.) Media Pratama.)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
Penilaian 1. Guru telah melakukan Pembelajaran penilaian berbasis kelas dan berbasis otentik. 2. Guru menyusun nilai dengan skala 10 kemudian dikonversikan menjadi skala 4 oleh tim khusus di bawah Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum.
Hambatan
1. Penyusunan RPP sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. 2. Keterbetasan sumber referensi.
Upaya yang Dilakukan Guru
1. Memaksimalkan peran MGMP bahasa Indonesia tingkat sekolah. 2. Mengoptimalkan media internet.
4. Sistem mengajar 4. Sistem mengajar guru, yakni satu guru guru, yakni mata mata pelajaran pelajaran bahasa bahasa Indonesia Indonesia diampu mengampu satu oleh dua guru. kelas. 5. Karakteristik guru 5. Terdapat guru yang menarik bagi dengan siswa. karakteristik volume suara yang kecil. 1. Guru sering 1. Guru jarang memberikan tugas memberikan atau pekerjaan pekerjaan rumah. 2. Penilaian diri rumah. 2. Penilaian diri dilakukan dilakukan berdasarkan berdasarkan format pengamatan atau penilaian yang telah observasi guru. disediakan sekolah. 3. Nilai akhir 3. Nilai seorang guru diperoleh dari ratakemudian diserahkan rata nilai kedua pada tim khusus guru yang pengolah nilai. mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. 4. Nilai dalam skala 4 4. Nilai dalam skala diklasifikasikan 10 dikonversikan dalam kelas nilai dalam skala 4 tanpa dengan kelipatan diklasifikasikan 0.33 sesuai dengan dalam kelas nilai Permendikbud No. sehingga nilai akhir 81 A Tahun 2013. variatif. 1. Guru kekurangan 1. Sistem penilaian waktu mengajar menjadi kompleks karena materi yang dan rumit. 2. Kesulitan sangat padat. mengondisikan siswa aktif belajar. 1. Guru menggunakan 1. Melakukan strategi penilaian berbasis penggabungan otentik. materi yang berkesinambungan dalam pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93 3. Mengikuti perkembangan Kurikulum 2013 dan mempelajarinya. 4. Meningkatkan kreativitas mengajar.
2. Menggunakan metode pembelajaran yang tepat.
C. Pembahasan Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang berlaku di Indonesia sejak bulan Juli tahun ajaran 2013-2014. Terjadinya perubahan kurikulum tentu berdasarkan pertimbangan atau faktor yang mempengaruhi kurikulum yang lama itu dianggap kurang memenuhi kebutuhan dengan harapan kurikulum yang baru mampu memenuhi kebutuhan. Dalam perspektif hermeneutic, kurikulum tidak steril dari kejadian yang terjadi di luar ranah pendidikan. Kondisi politik, sosial, dan perkembangan pergaulan internasional menjadi pertimbangan dalam penentuan misi dan isi kurikulum (Palmer dalam Indriyanto, 2010: 21). Perubahan kurikulum di Indonesia dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 tentu dilatarbelakangi berbagai pertimbangan. Arus globalisasi yang semakin memudahkan siswa bergaul dengan siapa saja bahkan dalam ranah internasional, selain membawa dampak positif ternyata juga membawa dampak negatif. Dampak negatif yang dirasakan seperti kemerosotan moral siswa, tidak lagi berorientasi pada proses, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang bagus. Mulyasa (2013: 6) menyatakan bahwa berbagai pihak menganalisis perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum) sehingga dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Dengan berbagai pertimbangan dan faktor pendukung pergantian kurikulum di Indonesia, semua pihak memiliki harapan agar pendidikan Indonesia semakin maju, mampu mencerdaskan siswa tidak hanya secara akademis tetapi juga karakter. Mulyasa (2013: 3) menyatakan bahwa perubahan apapun yang dilakukan dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
bidang pendidikan, harus tetap dilandasi oleh semangat membentuk nilai-nilai karakter bangsa. Demi mewujudkan pendidikan Indonesia yang baik, penentu kebijakan pendidikan dan pelaksana pendidikan serta pembelajaran harus memiliki komitmen yang kuat karena adanya perubahan kurikulum tentu membawa konsekuensi dalam berbagai sudut kependidikan, seperti tatanan administratif dan standardisasi proses pembelajaran. Sekolah merupakan institusi yang mutlak harus melaksanakan kebijakan pergantian kurikulum ini. Namun, untuk tahap tahun pertama pelaksanaan Kurikulum 2013, Pemerintah melalui Kemendikbud menunjuk sekolah-sekolah tertentu dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas di seluruh Indonesia. Di Kota Surakarta, beberapa Sekolah Menengah Atas yang dijadikan percontohan implementasi Kurikulum 2013 adalah SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 Surakarta. Cartono dan Utari (2006: 1) menyatakan bahwa kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi yang saling berkaitan, kurikulum merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran, proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dilakukan guru. Oleh karena itu, untuk mengetahui tingkat keberhasilan impelementasi Kurikulum 2013 pada tahun pertama di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta, perlu diadakan penelitian mengenai proses pembelajaran dan penilaian di sekolah tersebut. Salah satu tolok ukur keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 pada tataran institusi sekolah dapat dilihat dari sistem pembelajarannya. Pembelajaran merupakan sistem karena setiap komponen yang terlibat dalam pembelajaran saling berkaitan dan menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Sanjaya (2006: 51) menyatakan bahwa melalui pemahaman sistem, minimal setiap guru akan memahami tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
dilakukan, pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, sebuah sistem pembelajaran meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Hal ini sesuai dengan standar Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), terkhusus pada standar proses yang menyatakan bahwa: “Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.” Memasuki babak baru pemberlakuan Kurikulum 2013, guru dituntut untuk mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan prinsip Kurikulum 2013 yang tercantum pada Permendikbud No.81 A Tahun 2013. Prinsip Kurikulum 2013 adalah: (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreativitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang; (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika; (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Nugraheni (2007: 3) dalam penelitiannya yang berjudul Student Centered Learning dan Impikasinya Terhadap Proses Pembelajaran mengadaptasi pendapat Hirumi menyajikan data perbandingan antara Teacher Centered Learning dan Student Centered Learning. Implementasi prinsip Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No.81 A Tahun 2013 sesuai dengan pendekatan Student Centered Learning. Nugraheni menjelaskan bahwa terdapat perubahan paradigma mengenai hasil belajar (learning out comes), tujuan belajar, strategi belajar, pengukuran dan penilaian, peran guru, peran siswa, dan lingkungan belajar pada pembelajaran konvensional dengan pembelajaran pada Kurikulum 2013. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Berdasarkan hasil temuan penelitian mengenai implementasi pembelajaran bahasa Indonesia pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta, berikut akan dibahas apakah proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian yang dilakukan guru sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 atau tidak, serta mengetahui
tingkat
keberhasilan
kurikulum
dan
berhasil
tidaknya
proses
pembelajaran yang dilakukan guru. 1. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013 Ely (dalam Sanjaya, 2006: 51) menyatakan bahwa perencanaan adalah proses dan cara berpikir yang dapat membantu menciptakan hasil yang diharapkan. Keuntungan dari proses perencanaan yang sistematis, yaitu guru akan terhindar dari keberhasilan secara untung-untungan karena memang perencanaan disusun untuk mencapai hasil yang optimal, guru akan mengetahui hambatan yang mungkin terjadi sehingga dapat menentukan berbagai strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, guru dapat menentukan berbagai langkah dalam memanfaatkan sumber dan fasilitas yang ada untuk ketercapaian tujuan. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru akan menghasilkan desain pembelajaran. Morrison, dkk (dalam Gafur, 2012: 3) menyatakan bahwa “Instructional design is a strategic planning of a course. It is a blueprint that you design and follow. It helps us connect all the dots to form a clear picture of teaching and learning events”. Desain pembelajaran merupakan pola atau rancangan pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga proses pembelajaran berlangsung secara optimal dalam arti tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Rancangan pembelajaran yang disiapkan guru sebelum mengajar pada SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta adalah mengkaji silabus dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
a. Silabus Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan silabus sebagai rencana pembelajaran pada satu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar (Akbar, 2013: 7). Pemahaman silabus seperti ini berlaku pada Kurikulum Tingkat Satuan Penidikan (KTSP). Pada kurikulum tersebut, silabus dikembangkan diserahkan kepada satuan pendidikan atau guru-guru mata pelajaran. Terjadi perubahan yang signifikan mengenai penyusunan silabus pada Kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 80) menyatakan bahwa dalam Kurikulum 2013, pengembangan silabus tidak lagi oleh guru, tetapi sudah disiapkan oleh tim pengembang kurikulum, baik di tingkat pusat maupun wilayah. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 pada lampiran IV menyatakan bahwa tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Meskipun demikian, Akbar (2013: 8) menyatakan bahwa pengembangan silabus perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan belajar daerah atau satuan pendidikan setempat. Berdasarkan pendapat tersebut maka silabus yang dimiliki guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta memiliki format dan komponen yang sama karena bersumber dari pemerintah. Berbeda dengan KTSP, silabus pada Kurikulum 2013 mengandung komponen: (1) satuan pendidikan; (2) kelas/semester; (3) kompetensi inti; (4) kompetensi dasar; (5) materi pokok; (6) pembelajaran; (7) penilaian; (8) alokasi waktu; (9) sumber belajar. Pengembangan silabus untuk setiap bidang studi dilakukan oleh tim pengembang kurikulum yang terdiri dari berbagai jenis lembaga pendidikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Mulyasa (2013) menyatakan bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan tim pengembang kurikulum untuk mengembangkan silabus, yaitu: 1) mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis kompetensi dan tujuan setiap bidang studi; 2) mengembangkan
kompetensi
dan
pokok-pokok
bahasan,
serta
mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan (keterampilan), nilai, dan sikap; 3) mendeskripsikan kompetensi serta mengelompokkannya sesuai dengan skope dan skuensi; 4) mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria pencapaian. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Mulyasa, 2007: 212). Pemahaman RPP pada KTSP masih relevan digunakan dalam implementasi Kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 yang menyatakan bahwa RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Pada Kurikulum 2013, guru dapat mengembangkan silabus berdasarkan buku panduan guru, buku panduan siswa, dan buku sumber yang telah disiapkan pemerintah (Mulyasa, 2013: 80). Prinsip pengembangan RPP menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 sebagai berikut. 1) RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran; 2) RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik; 3) Mendorong partisipasi aktif peserta didik Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar; 4) Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan; 5) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remidi. Pemberian pembelajaran remidi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta didik; 6) Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya; 7) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan memeprtimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
Langkah-langkah pengembangan RPP menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 sebagai berikut. 1) Mengkaji silabus 2) Mengidentifikasi materi pembelajaran 3) Menentukan tujuan 4) Mengembangkan kegiatan pembelajaran 5) Penjabaran jenis penilaian 6) Menentukan alokasi waktu 7) Menentukan sumber belajar Dari berbagai langkah pengembangan RPP akan dijabarkan lebih lanjut pada penjabaran isi atau substansi RPP yang disusun oleh guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta berikut ini. 1) Kelengkapan dan Sistematika Komponen RPP yang Disusun Guru-guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta Berdasarkan Permendikbud No.81 A Tahun 2013, RPP paling sedikit harus
memuat
tujuan
pembelajaran,
materi
pembelajaran,
metode
pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam format berikut: (a) identitas RPP yang meliputi sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu; (b) tubuh RPP yang meliputi Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar dan Indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media,
alat,
dan
sumber
pembelajaran,
langkah-langkah
kegiatan
pembelajaran, dan penilaian; (c) penutup RPP yang meliputi pengesahan dan lampiran. Komponen RPP yang disusun oleh guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta memiliki format yang sama dan lengkap, tidak adanya lampiran karena lampiran penilaian dan materi dicantumkan dalam tubuh RPP. Sedangkan RPP yang disusun oleh guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta memiliki format dan komponen yang berbeda. Terdapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
RPP yang memiliki komponen lengkap dan sistematika yang sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, tetapi terdapat juga RPP yang belum memiliki komponen yang lengkap serta urutan komponen kurang tepat. 2) Isi atau Substansi RPP RPP yang merupakan pedoman pelaksanaan pembelajaran hendaknya tidak hanya memiliki jenis dan sistematika komponen yang benar tetapi juga memiliki bobot isi yang memperhatikan prinsip-prinsip RPP Kurikulum 2013 yang tercantum dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 serta ketentuanketentuan yang berlaku. Kualitas isi RPP dapat dilihat dari perumusan dan kelengkapan tujuan pembelajaran, pengorganisasian materi pembelajaran, pemilihan metode pembelajaran, pemilihan sumber pembelajaran, dan penetapan prosedur dan instrumen penilaian. Gafur (2012: 57) menyatakan bahwa kriteria perumusan tujuan pembelajaran yang baik ada dua yaitu teramati dan terukur (observable and measurable). Baker (1971) menyatakan bahwa kriteria perumusan tujuan pembelajaran yang baik hendaknya memuat empat unsur yang dikenal dengan format ABCD, yakni: a) a subject: the learner (murid, siswa, mahasiswa); b) a verb: behavior or behavior product (tingkah laku, hasil tingkah laku); c) given conditions: the situation in which the behavior occurs (syarat atau keadaan di saat siswa menunjukkan hasil belajar); d) standards: of quality or guantity (derajat atau standar keberhasilan). Berdasarkan kriteria perumusan tujuan pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan pembelajaran pada RPP yang disusun guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta belum memenuhi format ABCD. Berikut ini contoh tujuan pembelajaran yang tercantum pada RPP bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta. a) Setelah proses menggali informasi melalui berbagai fakta, menanya konsep,
berdiskusi
atas fakta dan commit to user
konsep,
menginterpretasi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
mengasosiasi, dan mengomunikasikan siswa dapat menjelaskan perbedaan ciri bahasa teks eksposisi (CLHAD 1). b) Setelah membaca contoh teks anekdot dan mendiskusikan, siswa dapat mengonversi teks anekdot yang berjudul “Anekdot Hukum Peradilan” ke dalam bentuk dialog (CLHAD 2). Dari dua contoh tujuan pembelajaran di atas hanya memenuhi unsur A (audience) dan B (behavior). Di sisi lain, berikut ini perumusan tujuan pembelajaran dalam RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta. a) Setelah mengamati dan mendiskusikan teks anekdot yang dibuat teman, siswa dapat menyunting kesalahan penggunaan bahasa yang terdapat di dalamnya sesuai dengan kaidah dan konteks (CLHAD 3). b) Setelah mengamati dan mendiskusikan struktur dan kaidah teks eksposisi, siswa dapat menyusun teks eksposisi sesuai dengan struktur dan kaidah secara teliti, jujur, dan bertanggung jawab (CLHAD 4). Perumusan tujuan pembelajaran di atas memenuhi unsur A (audience), B (behavior), dan D (degree). Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 yang menyatakan bahwa tujuan pembelajaran dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek, yaitu audience (peserta didik) dan behavior (aspek kemampuan). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan pembelajaran pada RPP bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta telah mengandung unsur audience dan behavior sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. Akbar (2013: 11) menyatakan bahwa untuk merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran, guru dapat menggunakan rujukan taksonomi Bloom yang membagi ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tingkatan ranah kognitif meliputi tahap pengetahuan, pemahaman, penerapan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
analisis, dan evaluasi. Tingkatan ranah afektif meliputi tahap prabelajar, penerimaan, partisipasi, penilaian, dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Sedangkan, tingkatan ranah psikomotorik meliputi tahap persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas. Tidak hanya ketepatan perumusan, tujuan pembelajaran hendaknya mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, dan tingkatan setiap ranah tersebut dapat diketahui dari kata kerja operasionalnya. Tujuan pembelajaran yang terdapat dalam RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta mencakup ketiga ranah tersebut dengan klasifikasi tingkatan setiap ranahnya sebagai berikut. a) Mensyukuri dapat menjelaskan persamaan struktur isi dua teks eksposisi. b) Menjelaskan perbedaan ciri bahasa teks eksposisi. c) Menyunting teks eksposisi. d) Menulis/memproduksi teks eksposisi (CLHAD 1). e) Menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya dalam menyusun eksposisi dengan baik melalui tulisan maupun lisan. f) Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk mengevaluasi teks eksposisi mengenai budaya berpendapat di forum politik dan ekonomi dengan baik. g) Menjelaskan langkah-langkah mengonversi teks anekdot. h) Menjelaskan ciri-ciri dialog. i) Mengonversi teks anekdot yang berjudul “Anekdot Hukum Peradilan” ke dalam bentuk dialog (CLHAD 2). Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, tujuan pembelajaran harus sesuai dengan indikator pembelajaran. Dari beberapa tujuan pembelajaran di commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104
atas, terdapat tujuan pembelajaran yang kurang sesuai dengan indikator pembelajaran, yakni menyunting teks eksposisi. Indikator pada KI-3 adalah membandingkan teks eksposisi dan KI-4 adalah memproduksi teks eksposisi sehingga tujuan pembelajaran menyunting teks ekposisi kurang tepat. Tujuan pembelajaran pada kedua RPP di atas telah mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan pembelajaran ranah afektif pada kedua RPP temasuk pada tahapan pembentukan pola hidup/pengamatan, tetapi pada RPP pertama (CLHAD 1) sebaiknya menggunakan kata kerja operasional menunjukkan sikap. Untuk ranah kognitif, kedua RPP tersebut menggunakan kata kerja operasional menjelaskan yang termasuk pada tingkatan pemahaman. Sedangkan untuk ranah psikomotorik, kata kerja operasional menyunting dapat diartikan memilah-milah yang termasuk dalam tahapan persepsi, menulis/memproduksi dapat diartikan mencipta yang termasuk dalam tahapan kreativitas, sedangkan mengonversi dapat diartikan mengubah yang termasuk dalam tahapan penyesuaian. Di sisi lain, cakupan tujuan pembelajaran yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta sebagai berikut. a) Menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya dalam menyunting teks anekdot sesuai dengan kaidah dan konteks. b) Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam menyunting teks anekdot sesuai dengan kaidah dan konteks. c) Menyunting kesalahan penggunaan bahasa yang terdapat di dalamnya sesuai dengan kaidah dan konteks (CLHAD 3). d) Menunjukkan rasa syukur atas anugerah Tuhan akan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulisan melalui teks eksposisi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
105
e) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menceritakan teks eksposisi. f) Mengidentifikasi struktur teks eksposisi. g) Mengidentifikasi penggunaan bahasa dalam teks eksposisi. h) Menyusun teks eksposisi sesuai dengan struktur dan kaidah secara teliti, jujur, dan bertanggung jawab (CLHAD 4). Tujuan pembelajaran di atas seluruhnya sesuai dengan indikator pembelajaran yang tercantum pada RPP. Tujuan pembelajaran pada RPP pertama tidak mengandung ranah kognitif, sedangkan pada RPP kedua mengandung ketiga ranah pendidikan dan dijabarkan secara rinci. Tujuan pembelajaran pada ranah afektif kedua RPP tersebut menggunakan kata kerja operasional menunjukkan sikap yang termasuk tahapan pembentukan pola hidup/pengamatan. Untuk ranah kognitif, pada RPP kedua menggunakan kata kerja operasional mengidentifikasi yang termasuk tahapan pengetahuan, sedangkan pada RPP pertama tidak memiliki tujuan pembelajaran pada ranah kognitif. Pada ranah psikomotorik, RPP pertama menggunakan kata kerja operasional menyunting yang berarti memilah-milah
termasuk
pada
tahapan
persepsi,
pada
RPP
kedua
menggunakan kata kerja operasional menyusun yang berarti mencipta termasuk pada tahapan kreativitas. Gafur (2012: 66) menyimpulkan pendapat Kemp dan Bloom mengenai materi pembelajaran yang beramakna sekumpulan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari siswa untuk membantu tercapainya kompetensi atau tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran yang dijabarkan dalam RPP bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta meliputi fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Sedangkan di SMA Negeri 3 Surakarta terdapat perbedaan antara penyusunan materi pada RPP pertama dengan RPP kedua. RPP pertama hanya menyebutkan pokok-pokok materi pembelajaran, sedangkan pada RPP kedua meliputi fakta, konsep, prinsip, dan strategi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
106
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa RPP yang menyajikan materi dengan cakupan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur/strategi merupakan penyajian materi menurut Merril. Hal ini sesuai dengan pernyataan Merril (dalam Gafur, 2012: 66) bahwa isi (materi) pelajaran dibedakan menjadi empat macam, yakni fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (fact, concept, procedure, dan principle). Gafur (2012: 68) menyatakan bahwa kriteria atau tolok ukur pemilihan materi pembelajaran adalah kompetensi atau tujuan pembelajaran. Beliau menambahkan bahwa menurut prinsip-prinsip penyusunan desain pembelajaran, langkah-langkah pokok yang sebaiknya diikuti ialah pertamatama merumuskan standar kompetensi pembelajaran, kemudian merumuskan tujuan kompetensi pembelajaran khusus, barulah kemudian menentukan materi pelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian materi pembelajaran pada RPP yang disusun guru-guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta telah menyesuaikan tujuan kompetensi pembelajaran. Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD harus mempertimbangkan: a) potensi peserta didik; b) relevansi dengan karakteristik daerah; c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosiaonal, sosial, dan spiritual peserta didik; d) kebermanfaatan bagi peserta didik; e) struktur keilmuan; f) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; h) alokasi waktu. Berdasarkan CLHAD 1 hingga 4 dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran yang akan diberikan guru kepada siswa pada pelaksanaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
107
pembelajaran telah memperhatikan kriteria materi pembelajaran yang menunjang KD. Gafur (2012: 72) menyatakan bahwa terdapat beberapa istilah yang erat kaitannya dengan istilah strategi pembelajaran seperti model, pendekatan, teknik, metode, dan cara. Istilah metode lebih menunjuk kepada teknik atau cara mengajar, sedangkan strategi mengandung makna berbagai alternatif kegiatan dan pendekatan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sanjaya (2006: 147) menyatakan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Para ahli menjabarkan beragam jenis pendekatan, strategi, metode, teknik, dan cara pembelajaran. Pada RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta dirancang metode pembelajaran yang beragam. Pada RPP yang pertama dijabarkan metode pembelajaran meliputi inquiry, discovery learning, dan diskusi. Sedangkan pada RPP yang kedua dijabarkan pendekatan saintifik dengan metode project based learning, tanya jawab, dan diskusi. Di sisi lain, pada RPP pertama yang disusun guru bahasa Indonesia SMA negeri 3 Surakarta dijabarkan metode pembelajaran yang meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, inquiry, dan penugasan. Pada RPP yang kedua dijabarkan pendekatan saintifik, model pembelajaran menggunakan problem based learning, metode pembelajaran meliputi ceramah, tanya jawab, diskusi, inquiry, dan penugasan. Pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang dirancang oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Selain itu, strategi pembelajaran yang dipilih tentu berdasarkan pertimbangan keefektifan dan keefisienan strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
108
Gafur (2012: 104) menyatakan bahwa sumber belajar dapat dibedakan menjadi sumber belajar yang direncanakan (learning resource by design) dan sumber belajar
yang
digunakan (learning
resource by utilization).
Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menjelaskan bahwa sumber belajar merupakan rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Gafur (2012: 104) menyatakan bahwa ditinjau dari segi bahasa, istilah media (jamak) medium (tunggal) mengandung arti perantara. Gerlach dan Ely menyatakan bahwa “a medium, conceived is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill, and attitude” (Sanjaya, 2006: 163). Menurut Gerlach, media meliputi orang, bahan,
peralatan,
atau
kegiatan
yang
menciptakan
kondisi
yang
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Gafur (2012: 110) menyatakan bahwa fungsi media dalam pembelajaran yaitu sebagai alat bantu pembelajaran (teaching aids), misalnya kapur, papan tulis, peta, bola dunia, proyektor slide, transparansi, OHP; dan sebagai media yang dapat digunakan untuk belajar sendiri tanpa bantuan guru (self instructional media), misalnya modul, komputer multimedia, paket pengajaran berprogram, dan sebagainya. Gafur (2012) menyatakan bahwa secara terperinci, media berguna untuk: a) memperjelas konsep; b) menyederhanakan materi pelajaran yang kompleks dan rumit; c) menampakdekatkan yang jauh, menampakjauhkan yang dekat; d) menampakbesarkan yang kecil, menampakkecilkan yang besar; e) menampakcepatkan dan menampaklambatkan suatu proses; f) menampakgerakkan yang statis, menampakstatiskan yang gerak; g) menampakkan suara dan warna sesuai aslinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
109
Jauhar (2011: 99) menyatakan bahwa manfaat media yaitu: (a) pembelajaran
akan
lebih
menarik
perhatian
siswa
sehingga
dapat
menumbuhkan motivasi belajar; (b) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya; (c) metode pembelajaran akan lebih bervariasi; (d) siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar. Berdasarkan manfaat tersebut, Jauhar (2011) menyimpulkan fungsi media sebagai berikut. a) Menghindari terjadinya verbalisme. b) Membangkitkan minat/motivasi. c) Menarik perhatian siswa. d) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan ukuran. e) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar. f) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar. Media, alat, dan sumber pembelajaram pada RPP pertama yang disusun oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta adalah: (a) media: internet; (b) alat/bahan: laptop, teks artikel, koran dan majalah; (c) sumber belajar: Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud. Pada RPP yang kedua adalah: (a) media: power point; (b) alat: LCD, surat kabar, teks anekdot; (c) sumber: Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Kemendikbud., dan Hatikah dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama. Di sisi lain, media, alat, dan sumber pembelajaran pada RPP pertama yang dirancang guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta adalah: (a) media: LCD, laptop, teks anekdot, EyD; (b) sumber: Kemendikbud, 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud. dan Gustina Sucipto, Maya dkk. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara. Sedangkan pada RPP kedua adalah: (a) media: teks eksposisi, bahan tayang/ power point, Lembar Kerja Siswa, Lembar Penilaian; (b) alat/bahan: LCD dan laptop; (c) sumber belajar: Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
110
Jakarta: Kemendikbud., Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah., Sucipto, Maya Gustina. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Klaten: Intan Pariwara., dan internet. Berdasarkan landasan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tumpang tindih pemaknaan sumber, alat, dan media pembelajaran baik oleh guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta atau SMA Negeri 3 Surakarta. Pada RPP pertama yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta seharusnya teks artikel, koran, dan majalah termasuk pada media pembelajaran. Pada RPP yang kedua, surat kabar dan teks anekdot juga termasuk dalam media pembelajaran. Di sisi lain, pada RPP pertama yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta, teks anekdot dan EyD termasuk dalam media pembelajaran, LCD dan laptop termasuk alat pembelajaran. Pada RPP yang kedua, internet seharusnya termasuk dalam media pembelajaran. Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menyatakan bahwa dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan: a) kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional; b) kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus; c) kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni mengamati, menanya,
mengumpulkan
mengomunikasikan.
informasi,
commit to user
mengasosiasikan,
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
111
Kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam RPP bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan ketentuan di atas. Kegiatan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Ditemukan adanya keseragaman istilah untuk menjelaskan pendekatan saintifik pada kegiatan inti dari dua RPP yang disusun. Di sisi lain, kegiatan pembelajaran yang dirancang pada RPP bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta juga meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Namun, terdapat perbedaan istilah untuk merinci pendekatan saintifik pada kegiatan inti kedua RPP serta terdapat RPP yang pengorganisasian alokasi waktunya tidak jelas. Cartono dan Toto (2006: 17) menyatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pembelajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar yang ketiganya memiliki kaitan erat. Dalam pelaksanaan penilaian, sering terjadi tumpang tindih pemaknaan dari penilaian (evaluasi), pengukuran, dan tes. Cartono dan Toto (2006: 23) menyatakan bahwa tes hanya salah satu alat pengumpul informasi (alat ukur), pengukuran merupakan proses pengumpulan informasi yang merupakan bagian dari penilaian. Penilaian berakhir kalau informasi hasil pengukuran telah digunakan melalui pertimbangan. Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menyatakan bahwa penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang digunakan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian adalah: (a) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4; (b) penilaian menggunakan acuan kriteria; (c) sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan; (d) hasil penilaian dianalisis untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
112
menentukan tindak lanjut; (e) sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Standar perencanaan penilaian menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) memiliki prinsip: (a) pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan rencana pembelajarannya; (b) pendidik harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar sebagai dasar untuk penilaian; (c) pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya sesuai dengan indikator pencapaian KD; (d) pendidik harus menginformasikan seawall mungkin kepada peserta didik tentang aspekaspek yang dinilai dan kriteria pencapaiannya; (e) pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi penilaian; (f) pendidik membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan; (g) pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai peserta didik (Arifin, 2012: 54). Berdasarkan berbagai ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan penilaian yang tercantum pada RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai terutama KD-KD pada KI-3 dan KI-4, mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, lengkap dengan instrumen dan prosedur penilaian. Di sisi lain, perencanaan penilaian yang dijabarkan dalam RPP bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta pertama dan kedua memiliki perbedaan. RPP yang pertama memiliki rancangan penilaian yang sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai tetapi tidak lengkap karena tidak ditemukan instrumen dan pedoman penskoran pada ranah psikomotorik. Sedangkan pada RPP yang kedua, rancangan penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan instrumen dan pedoman penskoran yang lengkap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
113
3) Unsur Bahasa RPP Kesalahan unsur kebahasaan yang ditemukan pada RPP yang disusun guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta adalah: (a) penulisan kelompok kata tanpa spasi; (b) penulisan kata berimbuhan; (c) penulisan kata atau kelompok kata berbahasa Inggris; (d) penulisan daftar pustaka; (e) penulisan penomoran. Penulisan kelompok kata tanpa spasi dimungkinkan karena salah ketik, seharusnya setiap kata diberi jeda atau spasi. Penulisan kata berimbuhan yang salah yakni kata konversi yang mendapat awalan memenjadi menonversi, seharusnya (me-)+konversi menjadi mengonversi. Penulisan kata berbahasa Inggris yang salah adalah laptop, power point, project based learning. Sugiarto (2012: 16) menyatakan bahwa huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulisan kata berbahasa Inggris di dalam RPP seharusnya dimiringkan, menjadi laptop, power point, project based learning. Penulisan daftar pustaka yang salah dalam RPP ini adalah Hatikah, Tika, Mulyanis, Kissumi Dwiyaningsih. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama. Sugiarto (2012: 73) menyatakan bahwa jika pengarang terdiri dari tiga orang atau lebih, ditulis nama pengarang pertama saja dan diikuti singkatan dkk (dan kawan-kawan); judul buku dicetak miring dengan huruf capital pada awal kata kecuali kata tugas. Oleh karena itu, penulisan daftar pustaka yang benar adalah Hatikah dkk. 2013. Bahasa Indonesia. Bandung: Grafindo Media Pratama. Mengenai penulisan penomoran hendaknya digunakan secara konsisten. Karena pada unsur fakta dan konsep pada materi pembelajaran tidak menggunakan penomoran maka pada unsur prinsip dan prosedur seharusnya juga tidak menggunakan penomoran. Di sisi lain, kesalahan unsur kebahasaan yang ditemukan dalam RPP yang disusun guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta adalah: (a) penulisan kata yang kurang lengkap; (b) penulisan kata berbahasa Inggris; (c) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
114
penulisan daftar pustaka buku. Penulisan kata yang kurang lengkap dimungkinkan terjadi karena salah ketik, seperti kurangnya huruf m pada kata 20 menit. Penulisan kata berbahasa Inggris yang salah pada RPP ini adalah inquiry, LCD, laptop, power point, problem based learning. Kata-kata tersebut seharusnya dicetak miring menjadi inquiry, LCD, laptop, power point, problem based learning. Kesalahan penulisan daftar pustaka pada RPP ini adalah: (a) Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah.; (b) Kemendikbud, 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud.; (c) Gustina Sucipto, Maya dkk. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara. Penulisan daftar pustaka pertama yang benar adalah Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores: Nusa Indah. Sugiarto (2012: 71) menyatakan bahwa setiap penyebutan keterangan (kecuali penyebutan tempat terbit) diakhiri dengan tanda titik. Oleh karena itu, penulisan daftar pustaka kedua yang benar adalah Kemendikbud. 2013. Bahasa Indonesia: Ekspresi Diri dan Akademik Kelas X. Jakarta: Kemendikbud. Sugiarto (2012: 72) juga mengungkapkan bahwa penulisan nama pengarang dilakukan dengan menyebutkan nama akhir terlebih dahulu, baru nama pertama (first name). Oleh karena itu, penulisan daftar pustaka ketiga yang benar adalah Sucipto, Maya Gustina dkk. 2013. Buku PR Bahasa Indonesia. Klaten: Intan Pariwara. 4) Sistematika Penyusunan RPP Berdasarakan Permendiknas No. 81 A Tahun 2013, setiap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia wajib menyusun RPP sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri atau secara berkelompok. Guru bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 3 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
115
Surakarta telah mematuhi persyaratan di atas, yakni telah menyusun RPP sebelum mengajar. Mengenai ketentuan waktu penyusunan RPP, kedua SMA ini memiliki ketentuan waktu yang sama yakni setiap awal semester yang bertujuan agar persiapan mengajar lebih baik. Perbedaan cara penyusunan RPP di kedua sekolah ini, seorang guru mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta mengampu satu kelas, masing-masing guru membuat RPP kemudian dikoordinasi oleh salah seorang guru, sedangkan di SMA Negeri 3 Surakarta menerapkan sistem mengajar untuk mata pelajaran bahasa Indonesia dalam satu kelas diampu oleh dua orang guru maka penyusunan RPP berdasarkan pembagian materi pelajaran yang diampu, kemudian dikoordinasi oleh salah seorang guru untuk disusun menjadi RPP mata pelajaran bahasa Indonesia pada semester 1 atau 2. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013 Paradigma tentang mengajar yang hanya sebatas menyampaikan ilmu pengetahuan dianggap sudah tidak relevan dengan keadaan masa kini. Sanjaya (2006: 102) menyatakan bahwa mengajar jangan diartikan sebagai proses menyampaikan materi pembelajaran, tetapi dipandang sebagai proses mengatur lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya. Perubahan paradigma mengajar ini mempengaruhi konsep mengajar guru di era modern ini. Karakteristik konsep mengajar sebagai proses menyampaikan materi pelajaran adalah: (a) proses pengajaran berorientasi pada guru; (b) siswa sebagai objek belajar; (c) kegiatan pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu; (d) tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Karakteristik ini tentu sangat berbeda dengan paradigma konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan yang memiliki karakteristik: (a) mengajar berpusat pada siswa; (b) siswa sebagai subjek belajar; (c) proses pembelajaran berlangsung di mana saja; (d) pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
116
Paradigma konsep mengajar sebagai proses mengatur lingkungan menjadi dasar pemikiran disusunnya Kurikulum 2013, yakni kurikulum yang berbasis kompetensi dan karakter. Mulyasa (2013: 125) menyatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara peserta didik lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pembelajaran
menurut
standar
proses
meliputi
tahap
perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran. Setelah pembahasan perencanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta, akan
dijabarkan tahap kedua
pembelajaran,
yakni pelaksanaan
pembelajaran bahasa Indonesia di kedua sekolah menengah atas ini. Mulyasa (2013: 125) menyatakan bahwa pada umumnya, kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal atau pembukaan, kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, serta kegiatan akhir atau penutup. Pernyataan ini sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menyatakan bahwa tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, dalam kegiatan pendahuluan, guru: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari; c. mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan dicapai; d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
117
Mulyasa (2013: 125) menyatakan bahwa kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 mencakup pembinaan keakraban dan pretes, pretes sebaiknya dilakukan secara tertulis, meskipun bisa saja dilaksanakan secara lisan atau perbuatan. Guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta melakukan kegiatan awal atau pembukaan dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar dan kondisi siswa, menanyakan materi terakhir yang diajarkan, memberi informasi mengenai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan kegiatan apa saja yang akan ditempuh siswa pada hari itu. Dalam hal ini, guru telah melakukan tahap pembinaan keakraban dengan siswa melalui pertanyaan guru kepada siswa mengenai kabar dan kondisinya, serta pretes dengan bentuk lisan pada saat guru menanyakan materi yang telah dicapai siswa pada pertemuan sebelumnya. Di sisi lain, guru bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Surakarta membuka pembelajaran dengan memberi salam kepada siswa, menanyakan kabar siswa sambil mempresensi siswa, bertanya jawab mengenai materi yang akan dipelajari untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi tersebut, menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa, dan rangkaian kegiatan yang akan dilakukan siswa pada hari itu. Berdasarkan CLHO 3 dan 4 dapat disimpulkan bahwa guru telah melakukan tahap pembinaan keakraban dengan siswa dan melakukan pretes secara lisan sebagai tolok ukur pengorganisasian materi pada hari itu. Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta telah melaksanakan kegiatan pendahuluan pemebelajaran sesuai dengan konsep ketentuan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013. Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, memasuki kegiatan inti pembelajaran, faktor penting yang harus diperhatikan guru adalah metode pembelajaran dan fasilitas belajar (media, alat, dan sumber pembelajaran). Berbicara mengenai metode pembelajaran erat kaitannya dengan pendekatan dan model pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Konsep commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
118
pendekatan ilmiah yang menjadi acuan Kurikulum 2013 merupakan adopsi dari pendekatan berbasis genre dan konsep Content Language Integrated Learning (CLIL). Trianto (2013) menyatakan bahwa kompetensi berbahasa (khususnya menulis dan berbicara) pada kurikulum berbasis kompetensi lebih difokuskan pada tujuan dan fungsi komunikasi. Komunikasi apapun ternyata berbentuk teks secara utuh dan memiliki kekhasan tertentu. Pengajaran bahasa kini bergerak ke arah pengajaran genre yang menonjolkan strategi pemodelan teks dan membangun teks secara bersama-sama (joint construction) sebelum membuat teks secara mandiri. Persoalan genre ini sudah dijelaskan dalam Buku Guru Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan, Kurikulum 2013. Yang luput adalah penjelasan tentang dari mana konsep gagasan tentang bahasa Indonesia sebagai wahana pengetahuan (carrier of knowledge). Konsep teoretik dari hal ini adalah Content Language Integrated Learning (CLIL). Nama lain CLIL yang cukup lama dikenal adalah pengajaran bahasa berbasis tugas (task-based learning and teaching). Para ahli pengajaran bahasa menyepakati bahwa CLIL merupakan perkembangan yang lebih realistis dari pengajaran bahasa komunikatif yang mengembangkan
kompetensi
komunikatif.
Jadi,
bisa
diduga
bahwa
arah
perkembangan selanjutnya dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (2006) adalah kurikulum yang berdasar pada CLIL. Inilah yang menjadi rujukan utama Kurikulum 2013. Trianto (2013: 10) menyatakan bahwa CLIL terbukti berhasil (yang mengintegrasikan isi dan bahasa) di Eropa, AS, dan Kanada didasarkan pada hasil penelitian pemerolehan bahasa kedua (Krashen (1982), Lightbown dan Spada (2006), Swain (2000), Yolanda Ruiz de Zarobe, Rosa María Jiménez Catalán (2009), dan Jonathan Savage (2011). Yang menonjol dari keempat hasil penelitian ini adalah bahwa pengajaran bahasa dalam CLIL berfokus pada makna bahasa daripada bentuk bahasa. Bahasa memiliki makna yang jelas dan mudah dipahami jika digunakan dalam konteks yang nyata. Tema yang dirancang sesuai kebutuhan siswa dapat menjadi konteks nyata penggunaan bahasa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
119
Kemendikbud Indonesia mengadopsi konsep pembelajaran tersebut dengan mengusung pendekatan scientific. Sudarwan menyatakan bahwa pendekatan scientific meliputi
kegiatan
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengolah,
menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (dalam Kemendikbud, 2013). Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menyatakan bahwa kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. McCollum (dalam Kemendikbud, 2013) menyatakan bahwa komponenkomponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan scientific adalah: a. menyajikan pembelajaran yang dapat
meningkatkan rasa keingintahuan
(Foster a sense of wonder); b. meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation); c. melakukan analisis ( Push for analysis); d. berkomunikasi (Require communication). Helmenstine (dalam Kemendikbud, 2013) menyatakan bahwa langkah-langkah metode ilmiah meliputi: a. melakukan pengamatan; b. menentukan hipotesis; c. merancang eksperimen untuk menguji hipotesis; d. menguji hipotesis; e. menerima atau menolak hipotesis dan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan. Berdasarakan penjabaran di atas, berikut penjelasan pelaksanaan pendekatan saintifik pada kegiatan inti pembelajaran bahasa Indonesia yang dilaksanakan oleh guru SMA Negeri 1 Surakarta. Pada pertemuan pertama, guru telah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Memasuki kegiatan inti, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok kemudian siswa mengamati dua teks eksposisi untuk dicari persamaan dan perbedaan struktur isi dan ciri teks eksposisi, kegiatan ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
120
termasuk kegiatan mengamati. Pada tahap mengamati setiap siswa dalam kelompok telah memperoleh jawaban atau simpulan sementara, selanjutnya mereka saling bertanya mengenai temuan mereka masing-masing dan membahas jika ada perbedaan pendapat. Kegiatan itu termasuk kegiatan menanya. Pada kegiatan mencoba, siswa merumuskan perbedaan dan persamaan temuan mereka, membahasnya, dan menguraikan
hasil
temuan
mereka.
Setelah
pembahasan
temuan,
siswa
mengelompokkan hasil temuan mereka, dan kegiatan ini termasuk kegiatan mengasosiasi.
Pada
kegiatan
mengomunikasikan,
perwakilan
kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain menanggapi. Kondisi yang berbeda ditemukan peneliti pada pertemuan pembelajaran bahasa Indonesia yang lain di SMA Negeri 1 Surakarta. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada hari itu berbeda dengan RPP maka langkah-langkah pembelajarannya pun berbeda dari perencanaan. Tujuan pembelajaran pada hari itu adalah siswa mampu bermain peran berdasarkan teks drama pendek yang telah disusun sebelumnya secara berkelompok. Selain itu, karena teks drama merupakan pengembangan dan konversi dari teks anekdot maka siswa harus mampu menonjolkan amanat kritik sosial. Pada kegiatan inti, tiga kelompok siswa menampilkan drama pendek secara bergantian. Oleh karena itu, kelompok lain yang menyimak melakukan kegiatan mengamati terhadap penampilan kelompok yang maju. Selanjutnya, siswa dalam kelompok penyimak bertanya jawab mengenai penampilan kelompok yang maju. Kelompok penyimak mencoba menafsirkan baik tidaknya peran yang dimainkan kelompok penampil, kegiatan ini termasuk kegiatan mencoba. Selanjutnya, kelompok penyimak menganalisis terhadap peran yang ditampilkan kelompok penampil yang termasuk kegiatan mengasosiasi. Setelah tiga kelompok maju, siswa dalam kelompok penyimak bersama guru memberikan tanggapan
terhadap
kelompok
penampil
yang
termasuk
pada
kegiatan
mengomunikasikan. Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan perencanaan tetapi dalam pelaksanannya tetap menggunakan pendekatan saintifik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
121
Pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 3 Surakarta dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan menerapkan pendekatan saintifik. Pada kegiatan inti pertemuan
pertama
siswa
melakukan
serangkaian
kegiatan.
Siswa
secara
berkelompok mengamati dan membaca teks anekdot yang disusun kelompok kelas lain dengan memperhatikan kelengkapan struktur, penggunaan bahasa, dan penggunaan ejaan, kegiatan ini termasuk kegiatan mengamati. Selanjutnya siswa berdiksusi mengenai kelengkapan struktur, penggunaan bahasa, dan penggunaan ejaan yang ditemukan pada teks anekdot yang disusun kelompok kelas lain, kegiatan ini termasuk kegiatan menanya. Pada kegiatan mengumpulkan informasi, siswa merumuskan kesalahan apa saja yang ditemukan dalam teks anekdot yang disusun kelompok kelas lain. Selanjutnya pada tahap mengasosiasikan, siswa bersama kelompok menyunting kesalahan penggunaan bahasa dalam teks anekdot yang disusun kelompok kelas lain. Pada tahap terakhir kegiatan inti, yakni kegiatan membangun jejaring, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok mengenai suntingan teks anekdot kelompok kelas lain. Di sisi lain, pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta juga dilaksanakan dengan pendekatan saintifik. Memasuki kegiatan inti, siswa secara berkelompok membaca dan mengamati model teks eksposisi yang berjudul “Musim Banjir di Jakarta”, mengamati unsur pembentuk dan alur teks eksposisi. Selanjutnya, siswa berdiskusi mengenai kerangka teks, kaidah kebahasaan, dan teknik penulisan teks eksposisi. Pada tahap mengumpulkan informasi, setiap kelompok bekerja sama menemukan tema dan data yang akan dibuat menjadi teks eksposisi, dan kerangka teks eksposisi. Pada tahap mengasosiasi, siswa bersama kelompoknya menulis teks eksposisi berdasarkan kerangka yang telah disusun. Selanjutnya pada tahap mengomunikasikan, siswa mempresentasikan teks eksposisi yang telah dibuat. Terobosan baru pada implementasi Kurikulum 2013 tidak hanya pada penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tetapi juga pembelajaran yang berorientasi aktivitas siswa yang merupakan turunan dari pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Sanjaya (2006: 135) menjelaskan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122
terdapat beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, yakni: (a) asumsi filosofis tentang pendidikan, pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun moral; (b) asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan; (c) asumsi tentang guru sebagai penentu keberhasilan pembelajaran; (d) asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran yang efektif. Skenario pembelajaran yang dilaksanakan pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta memberi ruang kepada siswa untuk belajar dengan aktif. Sebagai bentuk pemahaman guru terhadap pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa, dalam pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator dan moderator dan guru memberikan ruang serta kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Sanjaya (2006: 127) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery, inkuiri, dan strategi pembelajaran induktif. Pada kenyataan di lapangan, guru telah menggunakan strategi-strategi pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan (CLHO) pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta, ditemukan pola pengembangan metode pembelajaran yang sama, yakni ceramah dan diskusi, meskipun dengan pemilihan model pembelajaran yang beragam. Kesamaan metode yang digunakan guru bahasa Indonesia di dua sekolah ini tentu dilatarbelakangi pertimbangan guru mengenai metode-metode yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sanjaya (2006: 147) menyatakan bahwa metode ceramah merupakan cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh guru karena faktor kebiasaan dan anggapan bahwa ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti tidak ada belajar. Berdasarkan CLHWG 4, guru membenarkan masih adanya anggapan di atas, yakni commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
123
pembelajaran harus terdapat ceramah guru pada pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia. Killen (dalam Sanjaya, 2006: 154) menyatakan bahwa metode diskusi merupakan
metode
pembelajaran
yang
menghadapkan
siswa
pada
suatu
permasalahan.Tujuan metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Berdasarkan CLHO, pelaksanaan metode diskusi sering disandingkan dengan kegiatan presentasi. Terdapat metode simulasi pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta karena dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tujuan pembelajaran yang menuntut siswa mampu bermain peran. Sanjaya (2006: 159) menyatakan bahwa metode simulasi merupakan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan sutuasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Metode simulasi yang diterapkan adalah jenis sosiodrama, yakni siswa menampilkan drama dengan tema kritik sosial. Sanjaya (2006: 160) menyatakan bahwa sosiodrama merupakan metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga otoriter, dan sebagainya. Mulyasa (2013: 7) menyatakan bahwa Kurikulum 2013 dikembangkan dengan basis karakter dan kompetensi. Berdasarkan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3 untuk semua mata pelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran. Indonesia Heritage Foundation (dalam Raharjo, 2007: 232) menyatakan bahwa karakter yang harus ada dalam setiap individu bangsa Indonesia adalah cinta kepada Allah dan alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
124
dan pantang menyerah keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai dan persatuan. Oleh karena itu, sekolah seharusnya mampu membentuk peserta didik memiliki karakter-karakter tersebut. Muatan karakter terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia secara tidak langsung. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Surakarta terdapat penanaman karakter kerja sama dalam diskusi kelompok, berbahasa sopan serta menghargai pendapat orang lain dalam kegiatan presentasi dan debat; karakter jujur dan cinta tanah air dalam bermain peran. Di sisi lain, pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta mengandung penanaman karakter kerja sama dalam kegiatan diskusi, berbahasa sopan dan santun serta menghargai pendapat orang lain dalam kegiatan presentasi. Komponen penting selain pendekatan/strategi/metode pembelajaran pada pelaksanaan pembelajaran, guru harus memperhatikan media, alat, dan sumber belajar yang dimanfaatkan. Gafur (2012: 113) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan dan penggunaan media adalah: a. tak ada satu-satunya media pun yang paling baik untuk semua siswa dan semua tujuan pembelajaran; b. penggunaan harus relevan dan konsisten dengan tujuan pembelajaran; c. media yang digunakan hendaknya cukup dikenal murid; d. media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran; e. media harus sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience; f. media hendaknya dipilih secara objektif, bukan didasarkan oleh karena kesukaan subjektif. Sanjaya (2006) menjelaskan bahwa agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa maka harus memperhatikan prinsip-prinsip: a. harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran; b. harus sesuai dengan materi pembelajaran; c. harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa; d. harus memperhatikan efektivitas dan efisiensi media pembelajaran; e. harus disesuaikan dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
125
Berdasarakan penjabaran mengenai penggunaan atau pemanfaatan media yang baik, guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta tidak menggunakan semua media dan sumber belajar yang tercantum pada RPP. Pada pelaksanaan pembelajaran, terdapat guru yang menggunakan media power point, ada juga menggunakan media konvensional, yakni white board. Namun, perbedaan ini didasarkan pada pertimbangan guru mengenai minat siswa, efektivitas dan efisiensi, serta kemampuan guru dalam mengoperasikan. Kondisi yang sama terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta, yaitu tidak semua media dan sumber belajar yang tercantum pada RPP digunakan. Tahap terakhir pada pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan penutup. Mulyasa (2013: 129) menyatakan bahwa kegiatan akhir pembelajaran atau penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan post test. Menurut Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan pesera didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan CLHO, guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta pada kegiatan penutup melakukan post test, menyimpulkan pembelajaran bersama siswa, memberikan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, dan memberikan tugas. Di sisi lain, kegiatan penutup pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta, terdapat guru yang melakukan post test, menyimpulkan pembelajaran bersama siswa, memberikan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Terdapat pula guru yang langsung memberikan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dan salam penutup. Kedua guru tidak memberikan tugas kepada siswa pada akhir pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
126
3. Penilaian Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013 Arifin (2012: 178) menyatakan bahwa perubahan kurikulum 1994 (contentbased curriculum) menjadi Kurikulum 2004 (competency-based curriculum) mengandung implikasi adanya perubahan paradigma penilaian, baik yang menyangkut sistem, prinsip, pendekatan, maupun teknik dan bentuk penilaian. Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menjelaskan bahwa pendekatan penilaian pada Kurikulum 2013 adalah pendekatan standar kompetensi. Standar yang harus ditetapkan meliputi standar dalam bentuk SKL, KI, dan KD. Dengan pendekatan ini, guru diharapkan memiliki orientasi yang jelas tentang apa apa yang harus dikuasai anak di setiap tingkatan atau jenjang, serta pada saat yang sama memiliki kebebasan yang luas untuk mendesain dan melakukan proses pembelajaran yang dipandang paling efektif dan efisien untuk mencapai standar tersebut. Dengan demikian, guru didorong untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas (master learning) serta tidak berorientasi pada pencpaian target kurikulum semata. Arifin (2012: 178) menyatakan bahwa model penilaian yang digunakan dalam kurikulum 2004 adalah Penilaian Berbasis Kelas (classroom-based assessment). Kita ketahui bahwa Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan kurikulum berbasis kompetensi maka Penilaian Berbasis Kelas (PBK) masih berlaku. Akbar (2013: 91) menjelaskan bahwa penilaian berbasis kelas merupakan penilaian menyeluruh dan terpadu mencakup proses dan hasil belajar siswa. Arifin (2012: 180) menyatakan bahwa dalam implementasi penilaian berbasis kelas, terdapat unsur-unsur sebagai berikut. a. Penilaian prestasi belajar (achievement assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum; b. Penilaian kinerja (performance assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan keterampilan peserta didik melalui tes penampilan atau demonstrasi atau praktik kerja nyata; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
127
c. Penilaian alternatif (alternative assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan sebagai alternatif di samping teknik penilaian yang lain; d. Penilaian autentik (authentic assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik berupa kemampuan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang hanya diperoleh di dalam kelas; e. Penilaian portofolio (portofolio assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dan perkembangan peserta didik berdasarkan kumpulan hasil kerja dari waktu ke waktu. Berdasarkan pendapat di atas mengenai unsur-unsur yang harus ada dalam sistem PBK maka teknik penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Jihad dan Haris (2013: 94) menyatakan bahwa penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti penilaian untuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri. Melalui berbagai cara penilaian terhadap peserta didik maka dapat dihasilkan hasil penilaian yang otentik. Sesuai dengan Permendikbud No. 81 A Tahun 2013, untuk melaksanakan penilaian dengan acuan kriteria yang jelas maka guru harus mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi. Penilaian otentik merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai atau dicapai. Prinsip-prinsip penilaian otentik adalah: a. proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah; b. penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
128
c. penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (sikap, keterampulan, dan pengetahuan). Setiap tahap penilaian yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengolahan dan pelaporan hasil, dan pengambilan keputusan telah diatur oleh BSNP. Prinsip perencanaan penilaian telah dibahas pada bagian isi RPP yang menyatakan bahwa penilaian telah mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, menggunakan metode penilaian beragam dan sesuai tujuan dan materi pelajaran, tetapi ditemukan RPP dengan pedoman dan instrumen penilaian yang kurang lengkap. Dalam pedoman umum penilaian yang disusun oleh BSNP (dalam Arifin, 2012: 55), standar pelaksanaan penilaian oleh pendidik meliputi: a. pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang telah disusun di awal kegiatan pembelajaran; b. pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada persyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria; c. pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari kemungkinan terjadinya tindak kecurangan; d. pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan komentar yang bersifat mendidik. Pada tahap pelaksanaan penilaian, guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta, terdapat guru yang melakukan penilaian sesui dengan rencana penilaian tetapi ada juga yang tidak sesuai karena tujuan pembelajaran juga berbeda dengan RPP. Penyusunan instrumen dilengkapi dengan prosedur dan acuan kriteria. Pada pembelajaran membandingkan persamaan dan perbedaan teks eksposisi, guru menggunakan metode penilaian observasi dan penilaian diri untuk kompetensi sikap, metode tes tertulis dan lisan untuk kompetensi pengetahuan, metode portofolio untuk kompetensi psikomotorik. Selanjutnya, guru menyimpulkan debat, memberikan umpan balik dan komentar kepada siswa pada akhir penilaian. Pada pembelajaran bermain peran, guru memberikan tes lisan mengenai halhal apa saja yang harus diperhatikan saat bermain peran dan menyimpulkan pembelajaran. Dengan teknik tes lisan maka dapat meminimilisasi tindak kecurangan. Pelaksanaan penilaian pada KD ini kurang sesuai dengan perencanaan karena tujuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
129
pembelajaran antara perencanaan dengan pelaksanaan juga berbeda. Metode dan instrumen penilaian untuk kompetensi sikap dan psikomotorik masih dapat digunakan tetapi untuk kompetensi kognitif, instrumen penilaian tidak sesuai. Di sisi lain, pelaksanaan penilaian oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3 Surakarta sesuai dengan rencana penilaian. Guru melakukan penilaian dengan teknik tes tertulis. Namun, terdapat penilaian yang kurang jelas karena dalam perencanaan juga tidak dicantumkan mengenai penilaian ranah psikomotorik. Pada pembelajaran KD menyunting teks eksposisi, guru melakukan penilaian dengan teknik unjuk kerja dengan bentuk produk untuk kompetensi kognitif, teknik observasi untuk kompetensi sikap. Untuk kompetensi psikomotorik, guru tidak memiliki acuan penilaian yang jelas karena tidak direncanakan terlebih dahulu. Di sisi lain, pada pembelajara KD menulis teks eksposisi, guru melakukan penilaian dengan metode nontes (pengamatan) untuk kompetensi sikap, metode tes untuk kompetensi pengetahuan, sedangkan metode portofolio untuk kompetensi keterampilan. Standar pengolahan dan pelaporan hasil penilaian oleh pendidik menurut BSNP (dalam Arifin, 2012: 55) meliputi: a. pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai; b. penggabungan skor yang diperoleh dari berbagai teknik dengan bobot tertentu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan; c. penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan masing-masing peserta didik; d. pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian, dan potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas; e. pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas; f. pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan; g. pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaianya kepada orang tua/wali peserta didik. Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 menyatakan bahwa semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
130
Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Pada implementasi Kurikulum 2013 terdapat perubahan skala nilai, yang dahulu menggunakan nilai dalam skala 100, kini menggunakan skala nilai 4 untuk melaporakan hasil belajar siswa. Berikut ketentuan ketuntasan belajar pada Kurikulum 2013. Tabel 4. Ketuntasan Belajar Predikat Pengetahuan A AB+ B BC+ C CD+ D
4 3.66 3.33 3 2.66 2.33 2 1.66 1.33 1
Nilai Kompetensi Keterampilan 4 3.66 3.33 3 2.66 2.33 2 1.66 1.33 1
Sikap SB B C K
Sistem pengolahan nilai bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta memiliki kesamaan yakni guru membuat penilaian untuk setiap KD hingga penggabungan nilai seluruh KD dengan skala 100 dengan batas kemampuan minimal 75. Kemudian guru mengumpulkan nilai-nilai tersebut untuk dikonversikan menjadi skala 4 kepada tim khusus pengolah nilai di bawah Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum. Namun berdasarkan CLHAD, laporan penilaian hasil belajar siswa antara SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 terdapat perbedaan mengenai besaran nilai yang muncul. Seharusnya, pengolahan dan penyajian nilai SMA Negeri 3 Surakarta menyesuaikan pedoman ketuntasan belajar yang tercantum pada Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 sehingga nilai yang muncul dalam laporan hasil belajar siswa sesuai dengan klasifikasi kelas nilai. Deskripsi naratif pencapaian kompetensi dalam laporan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
131
Surakarta sudah mencakup deskripsi kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap spiritual dan sosial. Standar pemanfaatan hasil penilaian menurut BSNP (dalam Arifin, 2012: 56) adalah: a. pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan pencapaian KD; b. pendidik menyampaikan balikan kepada peserta didik tentang tingkat capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan rekomendasi tindak lanjut yang akan dilakukan; c. bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus melaksanakan pembelajaran remedial agar setiap peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan; d. kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasanyang dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan pengayaan; e. pendidik menggunakan hasil penilaian untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan pembelajaran dan merencanakan berbagai upaya tindak lanjut. Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005 Pasal 64 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik diarahkan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil pembelajaran. Berikut penjelasannya. a. Menilai pencapaian kompetensi peserta didik. b. Sebagai bahan penyusunan laporan hasil belajar. c. Memperbaiki proses pembelajaran. Hasil penilaian diharapkan dapat dijadikan acuan untuk memperbaiki semua komponen pembelajaran yang telibat sehingga kualitas proses pembelajaran dapat terus ditingkatkan. d. Membantu meningkatkan kompetensi pendidik dalam mengajar dan membantu peserta didik mencapai perkembangan optimal dalam proses dan hasil pembelajaran. e. Penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar kurikulum berbasis kompetensi. Pemanfaatan hasil penilaian bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik, bahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
132
penyusunan laporan hasil belajar, dan bahan refleksi bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mengajar. Namun, dari berbagai KD yang diajarkan, hasil belajar bahasa Indonesia yang ditunjukkan siswa sangat memuaskan maka tindak lanjut yang dilakukan guru adalah kegiatan pengayaan. 4. Hambatan yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013 Mulyasa (2013: 39) menyatakan bahwa kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kunci sukses). Kunci sukses tersebut antara lain berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisipasi warga sekolah. Pembahasan kita terfokus pada proses pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta. Sanjaya (2006: 13) menyatakan bahwa komponen yang selama ini dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan adalah komponen guru. Hal ini wajar karena guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Bahkan guru menjadi penentu efektivitas implementasi kurikulum. Walker (dalam Indriyanto, 2012: 446) menyatakan bahwa “No curriculum development is possible without assumptions about how learning and teaching can and should proceed”. Indriyanto menjabarkan bahwa efektivitas implementasi kurikulum tergantung pada kompetensi guru dan sarana yang tersedia di sekolah yang memfasilitasi guru dalam mengartikulasi topik-topik bahasan yang dianjurkan kurikulum. Pada implementasi Kurikulum 2013, guru mengalami berbagai hambatan dalam proses pembelajaran. Guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Surakarta mengalami hambatan sebagai berikut. Terdapat perubahan penyusunan RPP, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
133
perubahan materi pelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis teks, keterbatasan referensi, dan padatnya materi yang mengakibatkan guru kekurangan waktu untuk menyampaikan materi. Di sisi lain, di SMA Negeri 3 Surakarta, guru bahasa Indonesia mengalami hambatan dalam penyusunan RPP, banyak materi baru dengan konsep yang baru, kurangnya referensi mengenai materi pelajaran, penilaian menjadi rumit dan kompleks, mengondisikan siswa belajar secara aktif dan antusias. Banyaknya hambatan yang dihadapi guru bahasa Indonesia di kedua sekolah ini disebabkan oleh ketidaksiapan guru menyongsong Kurikulum 2013 dan keterbatasan pemahaman guru mengenai Kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyasa (2013: 41) yang menyatakan bahwa Kurikulum 2013 akan sulit dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap. Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya, tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh pemerintah. 5. Upaya yang Dilakukan Guru untuk Mengatasi Hambatan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta pada Kurikulum 2013 Implementasi Kurikulum 2013 pada tahun pertama ini menghadapi banyak kendala. Hal ini wajar karena seluruh pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran perlu beradaptasi dengan segala perubahan. Terdapat perbedaan esensial antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 172) menyatakan bahwa perbedaan esensial kurikulum SMA/K antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 adalah: (a) mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu; (b) mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri; (c) bahasa Indonesia sebagai pengetahuan; (d) tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda; (e) untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas XI; (f) SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi; (f) penjurusan di SMK sangat detail (sampai keahlian). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
134
Kurikulum 2013 beresensi: (a) benarnya, tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) dengan penekanan yang berbeda; (b) benarnya, mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas; (c) idealnya, bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge; (d) idelnya, semua mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang sama, yaitu pendekatan saintifik
melalui
mengamati,
menanya,
mencoba,
mengasosiasi,
dan
mengomunikasikan; (e) idealnya, tidak ada penjurusan SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat; (f) baiknya, SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap; (g) baiknya, penjurusan di SMK tidak terlalu detail (sampai bidang studi), di dalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman. Selain perbedaan esensial, terdapat juga perbedaan tata kelola pelaksanaan kurikulum antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 yakni pada elemen guru, buku, siswa, pemantauan, penyusunan silabus, penyediaan buku, penyusunan RPP, pelaksanaan pembelajaran, dan penjaminan mutu. Mulyasa (2013: 173) menyatakan bahwa untuk menghadapi berbeagai perbedaan dan perubahan tersebut, dilakukan langkah penguatan tata kelola dengan cara menyiapkan buku pedoman pembelajaran yang terdiri dari Buku Siswa dan Buku Guru, guru dilatih untuk memahami pendayagunaan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat dimanfaatkan, pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah terhadap pelaksanaan pembelajaran. Meskipun guru menjadi komponen penting bahkan utama penentu keberhasilan implementasi kurikulum, guru perlu didukung komponen-komponen pembelajaran yang lain. Seperti pada penelitian Mahdiansyah (2007: 247) yang menyimpulkan bahwa profesionalisme guru tidak menjadi jaminan bagi hasil kegiatan belajar mengajar maksimal tanpa didukung oleh sumber belajar dan sarana yang memadai. Ketersediaan buku teks sebagai sumber belajar utama dianggap belum memadai. Guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 3 Surakarta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
135
mengajar sesuai dengan kualifikasi akademik yang dimiliki serta telah memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, bahkan salah satu guru merupakan guru senior di SMA Negeri 1 Surakarta. Berdasarkan fakta ini, guru bahasa Indonesia memiliki kompetensi mengajar yang baik. Namun, sumber belajar dan sarana belajar pada implementasi Kurikulum 2013 ini sangat terbatas yang menyebabkan proses pembelajaran kurang optimal. SMA Negeri 1 Surakarta menyediakan buku teks pendamping bagi siswa untuk menambah wawasan mengenai materi pelajaran bahasa Indonesia kelas X. Di sisi lain, SMA Negeri 3 Surakarta juga menyediakan buku pendamping untuk siswa agar dapat berlatih menjawab soal-soal berkaitan dengan materi pelajaran bahasa Indonesia kelas X. Selain itu, guru bahasa Indonesia kedua sekolah ini memanfaatkan internet untuk menambah landasan teori serta menggunakan multimedia dalam proses pembelajaran. Tripathi (2014: 765) menyatakan bahwa “The effective use of internet and multimedia helps in making teaching interesting and more productive”. Penggunaan internet dan multimedia dapat membuat pembelajaran menarik dan lebih efektif.
commit to user