BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (1) Deskrispi kondisi awal (prasiklus), (2) Pelaksanaan tindakan (siklus I-II), (3) Hasil penelitian, dan (4) Pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam siklus dengan empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
4.1.1 Deskripsi Prasiklus Pengamatan kondisi awal (prasiklus) dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan sebelum peneliti melakukan proses penelitian. Pengamatan ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan guru dan siswa serta pengamatan proses pembelajaran berbicara di kelas. Berdasarkan hasil
observasi
dan wawancara dilakukan, maka
didapatkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran. Adapun hasil wawancara dan observasi dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
4.1.2 Hasil Wawancara Wawancara dengan guru dan siswa dilakukan pada hari Selasa, 03 Maret 2016. Peneliti sebagai pewawancara sedangkan Ibu Sri Astuti, S.Pd.SD (guru
kelas
4
SD)
dan
beberapa
siswa
kelas
4
SD
sebagai
narasumber.Wawancara terhadap guru kelas 4 SD dilakukan secara terstruktur yang sebelumnya pedoman wawancara sudah disusun oleh peneliti kemudian hasil wawancara ditulis secara ringkas dalam bentuk tabel. Setting wawancara bertempat di kelas 4 pada waktu sebelum istirahat pukul 08.45 waktu istirahat pertama berakhir pukul 08.55 WIB. Hal yang peneliti tanyakan pada saat wawancara kepada guru kelas 4 SD berkaitan
100
101
tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara siswa yang pernah diterapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Hasil wawancara tersebut diindikasikan bahwa terjadi permasalahan dalam pembelajaran berbicara siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. Menurut guru mengenai metode inovatif tentang pembelajaran berbicara, sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan berbicara siswa. Pendapat tersebut juga didukung oleh hasil wawancarayang terjadi dengan beberapa siswa kelas 4 SD mengenai minat mereka terhadap pelajaran berbicara. Pelaksanaan wawancara kepada siswa dilakukan pada waktu istirahat kedua pukul 10.40-10.50 di ruang kelas 4. Wawancara terhadap siswa dilakukan secara tidak terstruktur artinya bahwa wawancara yang peneliti lakukan pada saat itu adalah wawancara dilakukan tanpa mempersiapkan pedoman wawancara dan pertanyaan diberikan secara langsung (spontan) sesuai pemahaman peneliti terhadap situasi kelas tersebut. Siswa yang menjadi narasumber pada saat wawancara adalah Ilham, Allifia dan Ragil. P. Ketiga siswa tersebut menyatakan kurang berminat terhadap pelajaran berbicara. Pada umumnya mereka menyatakan kurang suka pada pembelajaran berbicara di kelas karena merasa takut, malu, kemudian pada saat berdiri di depan kelas mereka cenderung merasa gugup ketika diminta berbicara di depan kelas karena dilihat oleh guru dan juga temanteman lain yang berada di dalam kelas. Mereka juga menyatakan kurang percaya diri ketika diminta untuk berbicara di depan kelas secara individu.
4.1.3 Pengamatan Prasiklus Pengamatan awal (prasiklus) proses pembelajaran berbicara di kelas 4 dilaksanakan pada
hari Sabtu,
19 Maret 2016 pukul 08.55-10.05 WIB.
Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas 4SD (Ibu Sri Astuti, S.Pd. SD) bertindak sebagai guru/pengajar.
102
Peneliti mengamati Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan guru dan proses pembelajaran keterampilan berbicara yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan berpedoman pada lembar observasi penilaian proses belajar siswa yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti mengamati dari posisi tempat duduk kursi bagian tengah paling belakang. Begitu juga untuk pengamatan terhadap RPP yang digunakan guru dan proses pembelajaran dilakukan secara menyeluruh menggunakan lembar pengamatan observasi. Sebagai gambaran awal hasil pengamatan yaitu kegiatan proses pembelajaran keterampilan berbicara di kelas 4 masih banyak terdapat kekurangan, antara lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama) tanpa adanya inovasi RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang tersusun jelas, (2) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran, mereka cenderung tidak memperhatikan guru yang sedang mengajar, siswa lebih banyak berbicara dengan teman sebangkunya, (3) guru lebih banyak mengajar dengan cara ceramah. Hal ini menyebabkan siswa terlihat jenuh dan tidak memperhatikan guru pada saat mengikuti pelajaran keterampilan berbicara tersebut, (4) proses pembelajaran keterampilan berbicara kurang efektif dan efisien karena masih bersifat individu pada umumnya. Padahal dalam kenyataannya penerapan pembelajaran keterampilan berbicara memerlukan waktu yang lama dan sangat ditunjang oleh faktor nonkebahasaan seperti keberanian siswa. Pada umumnya siswa takut jika harus maju dan berbicara sendiri di depan kelas. Berdasarkan observasi awal mengenai penilaian proses belajar siswa yang diamati oleh peneliti, yaitu: minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan pembelajaran, maka diperoleh data penilaian proses pada kondisi awal (prasiklus). Selain proses juga terdapat hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal (prasiklus). Hasil penilaian proses dan hasil
103
keterampilan berbicara siswa pada prasiklus secara detail dapat dilihat pada sub bab 4.4 analisis data. Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan berbicara, dari perolehan diskusi yang terjadi antara peneliti dan guru kelas maka didapatlah kesepakatan bhawa peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas 4 sebagai kolaborator dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Poses dan Hasil Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Model SAVI (Somatic Auditory Visualization Intellectually) dan Metode Role Playing Siswa Kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan Tahun Ajaran 2015/2016”. Penerapan tindakan ini difokuskan pada peningkatan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Melihat kondisi dan penyebab rendahnya keterampilan berbicara yang bersumber dari siswa yaitu pada rendahnya
sikap
yang
meliputi:
minat,
keaktifan,
kerjasama,
dan
kesungguhan. Maka peningkatan proses padapenelitian ini lebih memfokuskan pada keempat aspek tersebut. Sedangkan hasil pembelajaran difokuskan pada peningkatan keterampilan berbicara dan jumlah ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan model SAVI metoderole playing.
4.2 Deskripsi Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2×35 menit). Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 14 April 2016 pertemuan 1, Sabtu, 16 April 2016 pertemuan 2, dan pada hari Selasa, 19 April 2016 pertemuan ketiga. Tahapan-tahapan pada siklus I sebagai berikut: 4.2.1 Tahap Perencanaan Peneliti dan guru kelas 4 mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnya
104
proses dan hasil pembelajaran sebesar 80% dari jumlah siswa yang sesungguhnya yakni mendapatkan nilai lebih atau batas tuntas KKM yang diharapkan dari hasil pembelajaran keterampilan berbicara. Adapun tahaptahap perencanaan pada siklus I meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas 4 semester II tahun ajaran 2016 materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dirancang dengan 3 kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2×35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat 6×35 menit. Rancangan
pelaksanaan
pembelajaran
yang
dibuat
mencakup
penentuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan teknik penilaian. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a)
Ruang kelas, ruang kelas yang digunakan adalah kelas 4 yang biasa digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi dengan baik.
b)
Materi pembelajaran, materi pertemuan I mempelajari tentang cara menyusun naskah drama pendek. Sebagai hasilnya adalah siswa dapat merancang kerangka naskah drama untuk dikembangkan menjadi naskah drama pendek. Sedangkan pada pertemuan ke II mempelajari tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam drama dengan produk siswa yakni siswa bermain peran (role playing) berdasarkan naskah drama yang telah dibuat sebelumnya.
c)
Mempersiapkan media pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan pada siklus I adalah peneliti menggunakan alat bantu berupa
105
video yang akan diperlihatkan kepada siswa pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Video yang digunakan dapat dilihat pada: https://www.youtube.com/watch?v=mNmQSSuu_Q&spfreload=10 3) Menyiapkan Lembar Observasi RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan Penilaian Proses Siswa Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal apa saja yang harus diutamakan dalam pengamatan. Lembar observasi RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) peneliti oleh guru kelas 4 SD. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat penting dalan perencanaan pembelajaran sehinggan perlu dibuat peniaian. Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pelaksanaan pembelajaran berbicara. Pengamatan siswa ini berfungsi sebagai hasil penilaian nontes proses pembelajaran. Sedangkan lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. 4) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti dan guru menyusun instrumen penilaian yang berupa penilaian tes dan nontes. Instumen tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik) berbicara siswa dalam bentuk bermain peran (role playing) sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. Untuk instrument nontes dinilai berdasarkan hasil observasi penilaian proses siswa yang dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian proses sikap siswa dalam pembelajaran berbicara yang meliputi: (a) minat, (b) keaktifan, (c) kerjasama, (d) kesungguhan siswa selama pembelajaran berlangsung. 1) Pertemuan Pertama Perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi persiapan yang dilakukan peneliti bersama guru kelas 4 adalah menyusun RPP dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role
106
Playing pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang keterampilan berbicara materi teks pengumuman. Setelah menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran, oleh karena itu dipersiapkan sarana yang menunjang proses pembelajaran sehingga dapat berjalan baik sesuai harapan. Media yang digunakan pada saat pembelajaran keterampilan berbicara berupa alat bantu video dan powerpoint untuk menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Sedangkan untuk mengamati
kinerja
guru dan
aktivitas
siswa selama pembelajaran
keterampilan berbicara yaitu menyusun instrumen berupa lembar obsevasi untuk siswa dan guru. Karena dalam model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing menggunakan kelompok, maka siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen, baik berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kemampuan siswa secara kognitif. Tujuannya adalah agar siswa dengan tingkat kemampuan tinggi dapat membantu siswa lainnya yang tingkat kemampuannya kurang. Sehingga pengorganisasian antar kelompok yang dilakukan oleh guru dapat seimbang. Dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 36 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Oleh karena itu siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 9 orang siswa baik lakilaki maupun perempuan secara merata. 2) Pertemuan Kedua Perencanaan pada pertemuan kedua merupakan tindak lanjut setelah refleksi dari siklus I pertemuan pertama dilaksanakan. Persiapan yang dilakukan adalah menyusun RPP dengan kelanjutan dari materi pertemuan pertama, yaitu menyajikan materi teks pengumuman. RPP yang disusun tetap menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing. Untuk pengamatan guru dan siswa, disusun instrumen berupa lembar obsevasi. Selain itu juga disusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa berupa beberapa teks pengumuman, lembar naskah drama. 3) Pertemuan Ketiga Pada perencanaan pertemuan ketiga ini merupakan gabungan dari
107
pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Pada pertemuan ini akan diadakan tes lisan. Namun sebelum diadakan tes lisan siklus I, terlebih dahulu guru mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada dua pertemuan sebelumnya. Persiapan yang dilakukan adalah menyusun RPP, menyiapkan media berbantuan video, dan menyusun lembar tes lisan berupa naskah drama yang akan diperankan oleh siswa secara berkelompok sesuai kelompok masing-masing. Pemeranan naskah drama yang ditampilkan oleh siswa tersebut akan dilakukan penilaian secara individu.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Pelaksanaan tindakan dan observasi ini merupakan deskripsi dari kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir pembelajaran serta deskripsi observasi kegiatan guru dan aktivitas siswa selama proses belajar mengajar. Tindakan siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 14 April 2016 pertemuan kedua pada hari Sabtu, 16 April 2016, dan pertemuan ketiga pada hari Selasa 19 April 2016. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di ruang kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. Dalam pelaksanaan tindakan siklus I tersebut, peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengamati jalannya pembelajaran keterampilan berbicara di dalam kelas, peneliti juga bertindak sebagai pengamat pembantu dari pengamat inti. Dan ibuDwi Kristiana sebagai pengamat inti, beliau selaku guru agama Kristen di sekolah SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. Sedangkan ibu Sri Astuti, S.Pd,.SD bertindak sebagai guru/pengajar proses kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing. 1) Pertemuan Pertama Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus 1 adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas 4 SD Negeri 1 Sumogawe terjadi pada pukul 08.55-selesai WIB. Mengingat waktu yang
108
digunakan untuk pembelajaran keterampilan berbicara cukup lama dan memakan waktu, jadi pada saat mengajar guru menggunakan 1 jam mata pelajaran lain (SBK). Pelajaran bahasa Indonesia ini juga dilaksanakan pada jam kedua. Pada pertemuan pertama yang diajarkan kepada siswa kelas 4 terlebih dahulu adalah menyampaikan materi mengenai pengumuman yang meliputi: penjelasan materi, penjelasan mengenai drama, cara membuat kerangka drama dari materi yang disajikan, dan mengembangkan kerangka menjadi naskah drama pendek. Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit. Kegiatan yang guru lakukan yakni membuka pelajaran dengan menyapa siswa (mengucapkan salam) dan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses pembelajaran. Kemudian presensi kehadiran siswa untuk lebih mengenal dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Pertemuan pertama, semua siswa masuk sesuai jumlah siswa kelas 4 yaitu 36 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran arah yang jelas dalam hal yang akan dipelajarinya. Tujuan
pembelajaran
pada
pertemuan
pertama
yaitu
melalui
pengamatan siswa dapat menyampaikan isi pengumuman menggunakan seluruh alat indera (melibatkan nilai SAVI pada saat mengikuti pelajaran) yang dimilikinya secara tepat, tujuan pembelajaran yang kedua melalui pengamatan siswa dapat menemukan pokok-pokok pengumuman, tujuan pembelajaran yang ketiga melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan bagian dari pokok-pokok pengumuman dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang lain dan selanjutnya untuk tujuan pembelajaran keempat adalah melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah dipahami orang lain. Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab sebagai upaya meningkatkan
109
motivasi belajar siswa dan menyamankan pandangan siswa terhadap materi pengumuman yang akan didramakan nantinya. Apersepsi tanya jawab antara guru dan siswa dilakukan seputar materi yang disampaikan oleh guru mengenai “Menyampaikan Isi Pengumuman” yang akan didramakan oleh siswa. Langkah selanjutnya, guru menanyakan kepada siswa mengenai bermain peran (tahap penyampaian role playing) dengan mengajukan pertanyaan sebagai bentuk timbal balik dalam penerapan metode role playin. Selanjutnya masuk pada penjelasan mengenai role playing. Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan durasi waktu sekitar 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni: eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa seperti: 1.
Coba sebutkan satu contoh drama yang pernah kalian lihat sebelumnya!
2.
Seperti apakah peran yang terdapat dalam drama tersebut? Selanjutnya siswa ditanya tentang pengertian drama agar siswa lebih
berpikir tentang drama yang akan dipelajarinya. Oleh sebab itu, untuk menambah pemahaman siswa mengenai sebuah pengumuman maupun drama guru kemudian menampilkan salah satu contoh video drama serta teks pengumuman kepada siswa di depan kelas, kemudian siswa diminta untuk memperhatikan
secara
cermat
mengenai
video
yang
akan
diputar
(memberikan simulasi SAVI kepada siswa). Video dapat dapat dilihat pada https://www.youtube.com/watch?v=mNmQS-Suu_Q&spfreload=10(dengan judul “Video Pengumuman Multiplikasi- Contoh Video Kreatif). Dilanjutkan tanya jawab kepada siswa mengenai video tersebut. Selanjutnya
untuk
menambah
pemahaman
siswa
mengenai
sebuah
pengumuman, guru menampilkan beberapa contoh teks pengumuman lewat powerpoint. Guru kembali menyampaikan pokok permasalahan mengenai materi pengumuman (pokok-pokok pengumuman yang terdiri dari: (1) tujuan
110
pengumuman, (2) isi pengumuman, (3) sasaran pengumuman, (4) media yang digunakan dalam pengumuman, (5) bahasa pengumuman, serta penjelasan mengenai drama (role playing). Pada kegiatan selanjutnya, guru meminta siswa untuk mencatat pokokpokok pengumuman dan penjelasannya yang telah dipaparkan di depan kelas sehingga
siswa
dapat
mengetahui
dengan
jelas
mengenai
sebuah
pengumuman. Setelah mencatat pokok-pokok pengumuman guru meminta siswa untuk melengkapi satu contoh teks pengumuman yang ada di depan kelas (guru menampilkan teks pengumuman “Kebersihan Lingkungan”. Dilanjutkan tanya jawab mengenai teks pengumuman yang belum lengkap tersebut. Guru kembali menjelaskan mengenai materi pengumuman agar siswa dapat memahami tentang bagian dari pokok-pokok pengumuman, siswa menyimak penjelasan dari guru tentang materi pengumuman yang berkaitan dengan drama. Kemudian guru menjelaskan dengan memberikan contoh di depan kelas cara merancang kerangka naskah drama, kemudian menyusun naskah drama dengan mengembangkan dari kerangka yang akan dibuat siswa secara jelas. Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan pendalaman materi kerjasama timbal balik dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi ini, siswa membaca hasil catatan yang telah dicatat berdasarkan teks pengumuman yang dipaparkan oleh guru di depan kelas. Sedangkan siswa yang lain menyimak bacaan dari teman sekelasnya. Selain membacakan hasil catatan masing-masing, kemudian guru membagi jumlah siswa kedalam 4 kelompok yang terdiri dari 9 anak secara acak dari 36 siswa. Namun, pembagian kelompok juga memperhatikan jumlah dan karakter tokoh naskah drama yang akan dibuat oleh siswa. Guru membagi teks pengumuman yang telah disiapkan sebelumnya sesuai kelompok yang yang telah dipilih. Setiap kelompok memiliki satu contoh teks pengumuman. Adapun teks pengumuman yang akan didramakan oleh masing-masing kelompok, sebagai berikut:
111
a) Kelompok 1: Mengejar Beasiswa b) Kelompok 2: Kebersihan Lingkungan c) Kelompok 3: Lomba Mewarnai dan Melukis d) Kelompok 4: Memperingati Hari Kartini Dengan bimbingan, siswa dibentuk diskusi kelompok dengan posisi duduk saling berhadapan. Kemudian siswa mendiskusikan/merancang kerangka dan menyusun naskah drama berdasarkan materi yang telah diperoleh pada masing-masing kelompok. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai menyusun naskah drama pendek. Guru membimbing dan mengarahkan diskusi kelompok siswa. Setelah naskah drama pendek selesai dibuat, masing-masing kelompok diminta membacakan naskah drama yang dibuat di depan kelas dan sekaligus dibentuk pembagian peran (tokoh drama) sesuai dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi, serta lafal yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat berdasarkan peran tokoh masing-masing (terkandung nilai model SAVI dan metode role playing). Siswa yang lain menanggapi kelompok yang maju/bermain peran. Kegiatan inti pada konfirmasi, guru mengulang kembali pembahasan mengenai “Menyampaikan Kembali Isi Pengumuman” yang diperankan oleh siswa. Selanjutnya siswa ditanyai mengenai materi tentang ”Pokok-pokok serta Isi Pengumuman” untuk menggali pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari maupun drama yang sudah diperankan. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan dalam menyusun naskah drama yang telah diperankan di depan kelas bersama teman-teman kelompoknya (Tahap evaluasi). Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama. Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif. Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 5 menit. Siswa bersama guru membuat kesimpulan hasil pembelajaran dan meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat mengenai materi “Menyampaikan Kembali Isi Pengumuman”.
112
Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan memberikan salam penutup. b. Hasil Observasi Hasil observasi diperoleh dari penilaian observasi yang dilakukan oleh Ibu Dwi Kristiana selaku guru agama Kristen sekaligus selaku observer. Observasi difokuskan pada kinerja guru menerapkan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing dan aktivitas siswa selama penerapan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing. Setiap aspek yang diamati dijabarkan ke dalam indikator-indikator. Lembar obervasi kinerja guru terdiri dari 21 butir pengamatan, sedangkan lembar observasi aktivitas siswa terdiri dari 17 butir pengamatan. Masing-masing butir pengamatan terdiri dari 4 indikator. Setiap butir pengamatan dinilai berdasarkan skor penilaian “Ya dan Tidak (Y dan T)”. Dimana pada pemberian ya dan tidak jika kinerja atau aktivitas siswa menunjukkan keterangan yang sesuai pada masing-masing aspek atau butir pengamatan. Skor yang diperoleh dihitung sesuai dengan kriteria yang ditunjukkan oleh siswa maupun kinerja guru. a) Hasil Penilaian Observasi Kinerja Guru Hasil observasi kinerja guru dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4.1 Hasil Penilaian Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 1 No. 1. 2. 3. 4.
Indikator
Butir Pengamatan
Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
3 3 12 3 21
Skor Penilaian Ya 3 3 12 3 21
Tidak
Berdasarkan tabel di atas dari pertemuan pertama hingga akhir (pertemuan ketiga) dapat ditarik analisis bahwa dari indikator kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru. Dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 21 butir pengamatan
113
sudah terlaksana dengan baik. Sedangkan kekurangan/catatan yang diberikan oleh observer yaitu guru tidak memperhatikan dan menegur siswa yang ribut pada saat pembelajaran. Kesan kerja guru masih perlu ditingkatkan. b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 No.
Indikator
Butir Pengamatan
Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
1. 2. 3. 4.
Skor Penilaian
1 2 12 2 17
Ya 1 1 8 2 12
Tidak 1 4 5
Berdasarkan tabel di atas mengenai hasil observasi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara pada pertemuan sesuai dengan jumlah keseluruhan butir pengamatan (17 butir) terdapat 12 butir pengamatan yang sudah dilakukan oleh siswa, 5 butir pengamatan belum dilakukan yaitu pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti. Dari hasil pengamatan tersebut, terlihat siswa yang masih tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran sesuai dengan aspek penilaian pada lembar observasi aktivitas siswa. c) Refleksi dan Tindak Lanjut Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi antara siswa, peneliti, guru kelas 4 dan observer setelah kegiatan pembelajaran selesai. Dari data hasil temuan observasi pada pertemuan pertama, hasil kinerja guru sebanyak 4 indikator yang terdiri dari 21 butir pengamatan dimana pada masing-masing butir pengamatan tersebut berkaitan dengan kinerja guru dalam menerapkan model SAVI dan metode Role Playing. Pada aspek/butir pengamatan
secara
kesuluruhan
dalam
pembelajaran
guru
sudah
melaksanakan pembelajaran dengan baik karena sudah mendapat skor ya.
114
Sedangkan hasil temuan observasi aktivitas siswa sebanyak 17 butir pengamatan terdapat 12 butir pengamatan yang sudah dilakukan oleh siswa, 5 butir pengamatan belum dilakukan yaitu pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti dimana pada kegiatan pendahuluan siswa tidak memperhatikan secara seksama ketika guru menjelaskan tujuan pembelajaran (t), sedangkan pada kegiatan inti siswa tidak berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok mendapat skor (t), keseriusan siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok mendapat skor (t), butir pengamatan siswa berani mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas mendapat skor (t), dan pada butir pengamatan siswa dapat memerankan hasil diskusi dengan menggunakan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat mendapat skor (t). Berdasarkan
penjelasan
maupun
temuan
hasil
pelaksanaan
pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar pada pertemuan pertama siswa sudah terlihat aktif hanya saja kekurangan/catatan yang diberikan oleh observer yaitu guru tidak memperhatikan dan menegur siswa yang ribut pada saat pembelajaran. Kesan kerja guru masih perlu ditingkatkan. 2) Pertemuan Kedua Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 April 2016 pukul 08.55-10.45. Pelaksanaan pengamatan pada kinerja guru dan aktivitas siswa masih dilakukan oleh observer yang sama pada siklus I pertemuan pertama. a. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan kedua materi yang disampaikan berkaitan dengan cara bermain peran (role playing) dari naskah drama yang dibuat pada pertemuan 1. Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu, melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan pokok-pokok pengumuman dengan bahasa yang benar dan tepat serta mudah di pahami oleh orang lain. Kemudian, melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi yang
115
sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain. Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan awal yang guru lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I karena dimulai pada jam kedua pelajaran yakni membuka pelajaran dengan menyapa siswa/memberikan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses pembelajaran. Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa/presensi siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap yaitu berjumlah 36 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran yang jelas dalam materi yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu melalui pengamatan, siswa dapat menyebutkan pokok-pokok pengumuman dengan bahasa yang benar dan tepat serta mudah di pahami oleh orang lain. Kemudian, melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan tanya jawab antara guru dan siswa terkait role playing (bermain peran). Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan, yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika awal ini pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya.
116
Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa sebagai umpan balik mengenai pemahaman siswa tentang materi yang telah diajarkan. Siswa dapat menjawab pertanyaan guru sesuai dengan materi yang pernah dipelajarinya. Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dengan melakukan proses kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa dibagi pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang. Dalam setiap kelompok tersebut, guru membagikan materi atau lembar kerja kelompok berupa teks pengumuman sesuai kelompok masing-masinguntuk dipelajari. Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk seperti pelaksanaan diskusi pada pertemuan I dengan posisi duduk saling berhadapan sesuai kelompoknya masing-masing. Dengan bimbingan guru, siswa mendiskusikan teks pengumuman yang diperoleh teks pengumumang tersebut dijadikan dalam bentuk naskah drama. Kemudian, siswa diberikan waktu 10 menit untuk mempersiapkan setting dengan kelompok sebelum memerankan drama (role playing). Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa maju memerankan dari naskah drama yang sudah dibuat pada masing-masing kelompok. Setelah memerankan drama, siswa/kelompok lain diminta memberikan tanggapan kepada setiap kelompok yang maju (dalam memerankan drama). Selanjutnya kegiatan konfirmasi. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi selama memerankan drama. Guru bertanya kepada siswa mengenai hal yang belum dipahami. Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 10 menit.Siswa
bersama
guru
membuat
kesimpulan
pembelajaran
dan
meluruskan pemahaman siswa yang kurang tepat mengenai materi “Menyampaikan Kembali Isi Pengumuman”. Siswa diberikan tugas rumah untuk
belajar kelompok memainkan
drama (role playing) agar semakin terbiasa memerankan drama pada pertemuan selanjutnya dari drama yang akan diperankan sehingga penampilan berikutnya akan lebih baik lagi.
117
Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar, menghargai pendapat setiap kelompok diskusi, serta memiliki kerjasama pada saat diskusi. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam. b. Hasil Observasi Penilaian hasil observasi kinerja guru dan siswa masih sama dengan uraian pada pertemuan pertama. a) Hasil Observasi Kinerja Guru Hasil penilaian observasi kinerja guru siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan 2 No. 1. 2. 3. 4.
Indikator Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
Butir Pengamatan 3 3 12 3 21
Skor Penilaian Ya Tidak 2 1 3 11 1 3 19 2
Berdasarkan tabel di atas pada pertemuan kedua dapat ditarik analisis bahwa dari indikator kegiatan pembelajaran terdapat beberapa kegiatan yang belum dilakukan oleh guru. Dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 19 butir pengamatan yang terlaksana, 2 butir yang belum terlaksana, dari temuan hasil observasi kinerja guru pada butir pengamatan guru memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran mendapat skor (t), dan pada butir pengamatan guru menjelaskan materi pembelajaran secara runtut mendapat skor (t).
118
b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini: Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 No. 1. 2. 3. 4.
Indikator Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
Butir Pengamatan 1 2 12 2 17
Skor Penilaian Ya Tidak 1 2 11 1 2 16 1
Berdasarkan tabel di atas mengenai hasil observasi aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada pertemuan kedua dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembelajaran keterampilan berbicara terdapat 1 kegiatan yang belum dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Karena pada pertemuan kedua pembelajaran, terdapat 16 butir yang terlaksana, sedangkan 1 butir belum terlaksana, yaitu pada butir pengamatan bekerjasama dengan teman kelompok. Namun, dari kedua pertemuan pembelajaran keterampilan berbicara sudah terjadi peningkatan dari diri siswa dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara tersebut. Karena dalam mengiktuti pembelajaran siswa sudah terlihat antusias. c) Refleksi dan Tindak Lanjut Dilihat dari hasil temuan pembelajaran antara kinerja guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model SAVI dan metode Role Playing, guru dalam menerapkan model SAVI dan metode Role Playing kepada siswa pada saat pembelajaran terdapat aspek/butir pengamatan yang tidak guru lakukan pada saat mengajar, yaitu guru tidak memberikan motivasi kepada siswa sebelum pembelajaran akan dimulai, serta guru menjelaskan materi pembelajaran secara tidak runtut. Hasil skor yang diperoleh pada observasi kinerja guru mendapat 19 skor. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan
119
kedua ini mengalami peningkatan daripada pertemuan pertama, karena hanya ada 1 aspek/butir pengamatan saja yang tidak siswa lakukan yaitu kerjasama siswa dalam kelompok masih kurang dan perlu ditingkatkan. Mengingat bahwa kerjasama dalam kelompok sangat penting karena hal ini dapat memberikan dampak pada penilaian keterampilan berbicara. 3) Pertemuan Ketiga Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 April 2016 pukul 08.55-selesai. Pada pertemuan ketiga ini penilaian secara individu akan dilakukan oleh guru. Sehingga pada saat pertemuan ketiga ini siswa lebih diarahkan mengenai model SAVI dan metode Role Playing, karena hal ini akan membantu siswa untuk melakukan peran/drama dapat berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pertemuan ketiga materi yang disampaikan berkaitan dengan cara bermain peran (role playing) dari naskah drama pada pertemuan I dan II. Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan III ini yaitu, melalui kegiatan diskusi dan role playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain. Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan awal yang guru lakukan tidak berbedadari pertemuan I dan II karena dimulai pada jam kedua pelajaran yakni membuka pelajaran dengan menyapa siswa/memberikan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan) terhadap penghambat jalannya proses pembelajaran. Dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa/presensi siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang hadir lengkap yaitu berjumlah 36 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki gambaran yang jelas dalam materi yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu melalui kegiatan diskusi dan Role Playing (bermain peran),
120
siswa dapat memperagakan drama sesuai isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan dengan tepuk tangan bersama-sama (termasuk bagian dari model SAVI dalam pembelajaran). Kemudian guru mengadakan tanya jawab setelah tepuk drama tersebut untuk mengetahui tingkat kepekaan siswa. Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam kegiatan inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan, yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika awal ini pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan tanya jawab kepada siswa seperti berikut: Pada kegiatan eksplorasi: guru menampilkan powerpoint mengenai pembelajaran yang pernah diajarkan sebelumnya, yaitu menampilkan beberapa contoh teks pengumuman lewat powerpoint. Selanjutnya guru meminta siswa menyebutkan kembali pokok-pokok pengumuman yang telah mereka pelajari pada pertemuan I. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperdalam pemahaman siswa mengenai pelajaran yang pernah diikuti sebelumnya. Tanya jawab pada kegiatan eksplorasi kembali diberikan guru kepada siswa. Siswa memberikan feedback berupa jawaban dari pertanyaan yang diberikan oleh guru guna memperdalam kegiatan berpikir, siswa diberikan pertanyaan dengan memancing jawaban siswa terkait cara melakukan role paying dengan memperhatikan keterampilan berbicara yang baik dan benar. Guru kembali memberikan motivasi berupa meyakinkan pemahaman siswa mengenai karakter/tokoh yang akan diperankan agar pada saat bermain peran siswa dengan mudah menguasai karakter pada tokoh peran masingmasing.
121
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan melakukan proses kerjasama dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor penunjng keefektifan berbicara. Penjelasan dilakukan dengan menggunakan metode demontrasi yaitu memperagakan tentang materi yang disampaikan. Sebelum siswa mencoba memainkan peran dari tokoh drama yang telah dibagikan oleh guru pada pertemuan kedua, guru menanyakan kejelasan dari materi yang sudah dijelaskan. Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk seperti pelaksanaan diskusi pada pertemuan I dan II dengan posisi duduk saling berhadapan sesuai kelompoknya masing-masing. Siswa diberikan waktu 10 menit untuk mempersiapkan setting dengan kelompoknya sebelum maju bermain peran (role playing). Siswa yang lain menjadi pengamat pada kelompok maju. Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa maju memerankan dari naskah drama yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan bermain peran ini penilaiannya difokuskan pada keterampilan berbicara. Tugas guru yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Setelah memerankan drama, siswa/kelompok lain diminta memberikan tanggapan kepada setiap kelompok yang maju (memerankan drama). Kegiatan konfirmasi, guru memberikan reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi selama memerankan drama. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain peran/ drama. Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif. Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu sekitar 10 menit.Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebgai bentuk refleksi yang dilakukan oleh guru. Siswa diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok memainkan drama (role playing) agar semakin terbiasa
122
memerankan drama pada pertemuan selanjutnya dari drama yang akan diperankan sehingga penampilan berikutnya akan lebih baik lagi. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar, menghargai pendapat setiap kelompok diskusi, serta memiliki kerjasama pada saat diskusi. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam. 4.2.3 Hasil Tindakan Siklus I Proses dan hasil tindakan merupakan hasil analisis data dari hasil tes lisan siklus I. Data dapat dilihat pada sub bab 4.4 analisis data.
4.2.4 Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbicara siklus I baik proses maupun hasil telah menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal (prasiklus). Keberhasilan pembelajaran berbicara pada siklus I dapat dilihat dari beberapa indikator mengenai kinerja guru maupun siswa dari masing-masing pertemuan. Pada pertemuan pertama untuk kinerja guru terdapat 21 butir pengamatan sudah dilaksanakan oleh guru secara baik meskipun terdapat catatan bahwa guru tidak menegur siswa yang masih ribut pada saat pembelajaran sedang berlangsung, namun antusias siswa terlihat ketika mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan kedua terdapat 19 butir pengamatan yang terlaksana, sedangkan 2 butir yang tidak terlaksana tersebut disebabkan karena guru tidak memberikan motivasi kepada siswa serta guru tidak menjelaskan materi pembelajaran secara runtut. Dan pada pertemuan ketiga butir pengamatan terlaksana secara keseluruhan yaitu 21 butir. Jadi dari keseluruhan skor yang diperoleh dalam kinerja guru ketika menerapkan model SAVI dan metode Role Playing termasuk kedalam kategori baik.
123
Berdasarkan temuan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I pertemuan pertama terdapat 12 butir pengamatan yang sudah dilakukan oleh siswa, 5 butir pengamatan belum dilakukan yaitu pada kegiatan pendahuluan dan kegiatan inti. Peningkatan terjadi pada pertemuan kedua terdapat 16 butir yang terlaksana, sedangkan 1 butir belum terlaksana. Jika dibandingkan pada pertemuan sebelumnya, peningkatan terjadi dalam diri siswa yaitu keseriusan siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok sudah terlihat serta siswa juga aktif dalam berdiskusi kelompok, hal tersebut dengan dibuktikannya bahwa pada butir pengamatan lembar observasi aktivitas siswa sudah mendapat skor ya (y). Namun, selain ada keberhasilan juga masih terdapat kekurangan dari tindakan pada siklus I yang menyebabkan hasil pembelajaran keterampilan berbicara kurang maksimal. Setelah berdiskusi dengan guru kelas 4, diperoleh simpulan mengenai hal-hal yang menyebabkan nilai siswa kurang maksimal antara lain: 1) Keberanian siswa belum terlihat maksimal dan siswa masih malu berbicara di depan kelas terlebih pada saat memerankan drama. 2) Sikap siswa dari aspek minat dan kesungguhan perlu ditingkatkan karena masih di bawah 70% sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. 3) Dari jumlah keseluruhan siswa (36) kelas 4 tersebut terdapat 24 siswa yang kurang percaya diri, terlihat skor nilai pada aspek ekspresi berbicara masih sangat rendah sehingga kegiatan berbicara atau bermain peran siswa terlihat kaku. 4) Dari jumlah keseluruhan siswa (36) terdapat 13 siswa masih kurang terampil berbicara di depan kelas, masih terlihat diam karena lupa apa yang akan diperankan dan dikatakan. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan pembelajaran dalam proses maupun hasil belajar Bahasa Indonesia pada siklus I, guru dan peneliti akan berusaha memperbaiki pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II, agar pembelajaran tercapai secara optimal. Berdasarkan pengalaman pada siklus I,
124
hal-hal perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada Siklus II antara lain dengan cara: a. Guru lebih mengkondisikan siswa aktif bertanya, mengeluarkan pendapat, menyampaikan tanggapan serta mengarahkan untuk membuat kesimpulan materi. b. Guru harus berusaha lebih kreatif pada saat presentasi kelas, agar siswa yang tidak mendengarkan menjadi tertarik mendengarkan penjelasan guru.
4.3 Deskripsi Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 21 April 2016 pertemuan pertama, pada hari Sabtu, 23 April 2016 pertemuan kedua, dan pada hari Selasa, 26 April 2016 pertemuan ketiga. Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan yang sekaligus bertindak sebagai guru pengajar, berdiskusi mengenai cara yang tepat untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada hari, Sabtu, 23 April 2016 di ruang kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan setelah dilaksanakan siklus I. Proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II ini, rencananya akan dilaksanakan dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan siklus I, yaitu: 1) Guru meningkatkan proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan motivasi siswa untuk belajar. 2) Memperbaiki naskah drama yang sudah dibuat pada siklus I dengan melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif berdiskusi, perlu dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat untuk menyempurnakan hasil kerjanya.
125
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara di depan kelas dengan cara penguatan verbal atau pemberian hadiah bagi pemeran drama terbaik. 4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan sebenarnya dengan perlengkapan sederhana seperti meja, kursi serta menyarankan siswa untuk menggunakan perlengkapan yang digunakan sehingga kegiatan berbicara dalam role playing tampak lebih hidup. 5) Menciptakan situasi belajar yang lebih menyenangkan agar siswa semakin berminat dalam mengikuti pelajaran sehingga akan lebih meningkatkan keaktifan siswa. 6) Guru selalu memberikan arahan dan perhatian pada siswa agar mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kelompoknya. 7) Guru menyarankan siswa agar mampu mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas diri disaat lupa berbicara dan tidak menyimpang dari isi drama. 8) Guru lebih memberikan perhatian kepada siswa dengan cara pendekatan individu dan menegur bagi siswa yang tidak fokus pada proses pembelajaran. Tahapan-tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut:
4.3.1 Tahap Perencanaan Peneliti dan guru kelas 4 mendiskusikan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian siklus II ini untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah 80% siswa tuntas dari hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara. Tahap-tahap perencanaan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas 4 semester II tahun 2016 materi keterampilan berbicara. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada
126
siklus II dirancang dengan 3 kali pertemuan. Alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2×35 menit, sehingga dalam satu siklus terdapat 6×35 menit. Rancangan pelaksanaan pembelajaran yang dibuat mencakup penetuan: identitas RPP, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan (skenario) pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, teknik penilaian. 2) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung Fasilitas yang perlu dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang kelas, runag kelas yang digunakan adalah kelas 4 yang biasa digunakan setiap hari. Ketika diskusi berlangsung, tempat duduk atau kursi diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat melakukan diskusi dengan baik. b) Materi pembelajaran, materi pertemuan I siklus II mempelajari tentang perbaikan cara menyusun naskah drama yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, yaitu pertemuan siklus I agar naksah drama akan semakin baik untuk diperankan pada pertemuan berikutnya. Sedangkan materi pada pertemuan II mengulang materi tentang hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran dalam drama sehingga siswa dapat bermain peran (role playing) berdasarkan naskah drama yang telah dibuat sebelumnya dengan memperhatikan aspek yang akan dinilai. c) Mempersiapkan media pembelajaran, pada saat mengajar guru/peneliti tidak menggunakan media pada siklus II pertemuan I. Guru hanya menampilkan powerpoint kepada siswa terkait materi. d) Mempersiapkan hadiah yang akan diberikan kepada setiap kelompok siswa yang telah memerankan drama. 3) Menyiapkan Lembar Observasi: RPP, Pelaksanaan Pembelajaran Guru, dan Penilaian Proses Siswa. Penggunaan lembar observasi akan mempermudah menentukan hal-hal apa saja yang harus lebih diutamakan dalam pengamatan. Lembar observasi
127
RPP dibuat untuk menilai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru oleh peneliti dan juga observe yaitu ibu Dwi Kristiana selaku guru agama Kristen di sekolah SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan. RPP merupakan kerangka prosedural yang sangat penting dalam perencanaan pembelajaran sehinga perlu dibuat penilaian. Lembar pengamatan penilaian proses siswa lebih diutamakan pada minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pelaksanaan pembelajaran berbicara. Pengamatan siswa ini berfungsi sebagai hasil penilaian nontes proses pembelajaran. Sedangkan lembar observasi yang dibuat untuk guru lebih diutamakan pada persiapan, jalannya kegiatan, dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran. 4) Menyiapkan Instrumen Penilaian Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian yang berupa penilaian tes dan nontes. Instrument tes dinilai dari hasil tes unjuk kerja (praktik) berbicara siswa dalam bentuk bermain peran (role playing) sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai. Rubrik penilaian tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dapat dilihat pada lampiran 5 RPP siklus II pertemuan I. Untuk instrumen nontes dinilai berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian proses pembelajaran berbicara yang meliputi: (a) minat, (b) keaktifan, (c) kerjasama, (d) kesungguhan siswa selama mengikuti pembelajaran berbicara di kelas. 1) Pertemuan Pertama Perencanaan yang dilakukan pada pertemuan pertama meliputi persiapan yang dilakukan peneliti bersama adalah menyusun dan merevisi RPP menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing pada materi teks pengumuman pokok bahasan bermain peran. Setelah menetapkan indikator dan tujuan pembelajaran, oleh karena itu dipersiapkan sarana yang menunjang proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Media yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II adalah media berbantuan video. Untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu menyusun instrumen berupa lembar
128
observasi untuk siswa dan guru. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru maka perlu menyusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa. 2) Pertemuan Kedua Perencanaan pertemuan kedua ini merupakan tindak lanjut dari refleksi pertemuan pertama yang telah dilaksanakan. Persiapan yang dilakukan adalah menyusun RPP dengan pokok bahasan materi selanjutnya yaitu tentang bermain peran. RPP yang disusun tetap menggunakan model pembelajaran SAVI dan metode Role Playing. Karena materi yang akan diajarkan tentang bermain peran, maka guru lebih fokus menjelaskan materi pada faktor-faktor penunjang dalam keefektifan berbicara seperti: lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara serta pemahaman isi. Kemudian disusun instrumen berupa lembar obsevasi untuk siswa dan guru. Selain itu juga disusun alat evaluasi berupa lembar kerja siswa, lembar tes lisan (naskah drama), yang telah disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa. 3) Pertemuan Ketiga Pada perencanaan pertemuan ketiga ini merupakan penyempurnaan dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua.Pada pertemuan ini diadakan tes formatif. Namun sebelum diadakan tes lisan siklus I, terlebih dahulu guru mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada dua pertemuan sebelumnya. Persiapan yang dilakukan adalah menyusun RPP, dan menyiapkan naskah drama yang akan diberikan kepada masing-masing siswa, penilaian pada siklus II akan dilakukan pada pertemuan ketiga secara individu berdasarkan hasil pengamatan.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Tindakan siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 April 2016 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 26 April 2016, pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Kamis 28 April 2016. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di ruang kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan.
129
1) Pertemuan Pertama Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 21April 2016 pukul 08.55-10.45 WIB. a.
Pelaksanaan Tindakan Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa kelas 4
SD Negeri Sumogawe 1 terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai materi drama dan memperbaiki penyusunan naskah drama. Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 15 menit. Kegiatan yang guru lakukan yakni membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan). Kemudian presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan I yaitu 35 siswa, salah satu siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Guru juga mengajak siswa berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua yaitu,(1) melalui
pengamatan,
siswa
dapat
menyampaikan
isi
pengumuman
menggunakan seluruh alat indera (SAVI) yang di milikinya secara tepat, (2) melalui kegiatan role playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan isi pengumuman menggunakan ekspresi, intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain. Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab antar guru dan siswa. Guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab terkait materi yang pernah dipelajari pada siklus I. Kemudian guru menjelaskan pengertian bermain peran (role playing) kepada siswa untuk memperdalam pemahaman siswa mengenai bermain peran/drama yang akan diperankan pada masing-masing kelompok. Sehingga pada saat memerankan drama, siswa tidak terlihat kaku dan malu-malu ketika berbicara di depan kelas.
130
Langkah selanjutnya, masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan durasi kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika, awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Adapun kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa pada kegiatan inti terutama pada eksplorasi adalah sebagai berikut: Guru menanyakan kepada siswa mengenai drama yang pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. a) Sudah tahukah kalian mengenai kelebihan dan kekurangan (kesalahan) dari drama yang pernah kalian perankan di depan kelas? b) Apa yang kalian rasakan saat memerankan drama di depan kelas pada minggu lalu? Hal ini dilakukan guru agar siswa dapat berpikir dan menggali pemahaman yang mereka miliki dalam melakukan kegiatan bermain peran (role playing) pada pertemuan sebelumnya. Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai materi yang berkaitan kekurangan dan kelebihan dari drama yang pernah dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Setelah menjelaskan mengenai kekurangan dan kelebihan dari drama, guru kembali menampilkan teks pengumuman yang pernah diperlihatkan kepada siswa pada pertemuan I dan II siklus I yaitu “Kebersihan Lingkungan”. Setelah menampilkan powerpoint guru meminta salah satu siswa maju di depan kelas untuk membacakan satu contoh naskah drama yang telah dipersiapkan oleh guru pada waktu sebelumnya. Guru menjelaskan mengenai kelebihan dan kekurangan terkait pembacaan naskah drama yang dibacakan oleh siswa. Selanjutnya guru membentuk diskusi kelompok seperti pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang, namun 1 kelompok terdiri dari 8 orang dengan posisi duduk saling berhadapan seperti kelompok pada siklus I. Siswa dibagikan teks pengumuman yang telah disiapkan oleh guru sesuai kelompok
131
masing-masing seperti pada siklus I dengan masing-masing kelompok mendapat 1 tema, yaitu: a) Kelompok 1: Mengejar Beasiswa b) Kelompok 2: Kebersihan Lingkungan c) Kelompok 3: Lomba Mewarnai dan Melukis d) Kelompok 4: Memperingati Hari Kartini Guru
meminta
masing-masing
kelompok
untuk
merancang/mendiskusikan teks pengumuman yang diperoleh pada masingmasing kelompok dalam bentuk naskah drama. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai membuat naskah drama pendek. Guru membimbing diskusi kelompok, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Selanjutnya kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi siswa dalam kelompok. Selanjutnya guru bertanya mengenai hal yang belum dipahami siswa dalam bermain peran. Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif pada pertemuan berikutnya. Kegiatan akhir menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran (refleksi). Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam penutup. b. Hasil Observasi Penilaian hasil observasi kinerja guru dan aktivitas siswa selama siklus II seperti yang diuraikan pada siklus I. a) Hasil Observasi Kinerja Guru Tabel 4.5 Hasil Penilaian Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 1 No. 1. 2. 3. 4.
Indikator
Butir Pengamatan
Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
3 3 12 3 21
Skor Penilaian Ya Tidak 3 3 12 3 21
132
Berdasarkan tabel di atas pertemuan pertama siklus I dapat ditarik analisis bahwa dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 21 butir pengamatan sudah dilaksanakan oleh guru secara baik. Terjadi peningkatan secara siginifikan terhadap pembelajaran yang diterapkan oleh guru pada saat mengajar. b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tabel 4.6 Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 No.
1. 2. 3. 4.
Indikator
Butir Pengamatan
Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
Skor Penilaian
1 2 12 2 17
Ya
Tidak
1 2 12 2 17
Hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan pertama dapat ditarik kesimpulan bahwa dari empat indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 17 butir pengamatan, terdapat semua butir-butir pengamatan tersebut sudah terlaksana dengan baik sesuai harapan guru. Hal tersebut membuktikan adanya peningkatan pada diri siswa ketika mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara di kelas. Siswa terlihat aktif dan bersungguh-sungguh dalam pembelajaran.. c) Refleksi dan Tindak Lanjut Berdasarkan indicator kinerja guru pada lembar observasi guru terjadi peningkatan pada setiap aspek/butir pengamatan. Guru sudah sudah menjelaskan materi pelajaran secara runtut. Selain itu dalam mengkondisikan dan memotivasi siswa sudah dilakukan guru secara maksimal. Berdasarkan indikator aktivitas siswa pada lembar observasi juga sudah terlihat peningkatan pada diri siswa ketika mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kerjasama dalam
133
kelompok. Dari hasil pelaksanaan pembelajaran, diketahui bahwa selama guru mengajar, interaksi guru dengan siswa sangat baik. 1) Pertemuan Kedua Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 April 2016 pukul 08.55-selesai. a.
Pelaksanaan Tindakan Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan
yang guru lakukan sama seperti pembelajaran pada sebelumnya, yakni membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan). Kemudian presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan 2 yaitu 35 siswa, salah satu siswa tidak hadir dikarenakan sakit. Guru juga mengajak siswa berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung. Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan jelas. Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab sebelum masuk ke kegiatan inti. Langkah selanjutnya, masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan durasi kurang lebih 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga (3) bentuk tindakan yakni, eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sistematika, awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Adapun kegiatan yang dilakukan antara guru dan siswa pada kegiatan inti terutama pada eksplorasi adalah guru menjelaskan mengenai bermain peran (role playing) salam sebuah drama kepada siswa dengan tujuan agar pada saat memerankan drama, siswa dapat memerankan drama sesuai karakter/tokoh yang ada pada drama tersebut. Hal ini dilakukan guru agar siswa dapat berpikir dan menggali pemahaman yang mereka miliki dalam melakukan kegiatan bermain peran (role playing) pada pertemuan sebelumnya. Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa dibentuk sebuah diskusi kelompok seperti pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang, namun 1
134
kelompok terdiri dari 8 orang. Dengan bimbingan guru, siswa dikondisikan posisi duduk saling berhadapan seperti kelompok pada siklus I. Kemudian, siswa dibagikan teks pengumuman yang telah disiapkan oleh guru sesuai kelompok masing-masing seperti pada siklus I dengan masing-masing kelompok mendapat 1 tema, yaitu: a) Kelompok 1: Mengejar Beasiswa b) Kelompok 2: Kebersihan Lingkungan c) Kelompok 3: Lomba Mewarnai dan Melukis d) Kelompok 4: Memperingati Hari Kartini Guru meminta masing-masing kelompok untuk memperbiki naskah drama yang sudah dibuat pada pertemuan pertama berdasarkan masingmasing tema yang sudah diperoleh pada setiap kelompok. Melalui diskusi kelompok, siswa mulai memperbaiki naskah drama pendek. Guru membimbing
diskusi
kelompok,
kemudian
siswa
diminta
untuk
mempersiapkan setting sekaligus pembagian peran sesuai karakter/tokoh pada masing-masing kelompok. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta untuk memperagakan dari perbaikan naskah drama yang dimiliki dengan lafal, intonasi, kelancaran, pemahaman isi maupun ekspresi yang sesuai di depan kelas (terkandung nilai model SAVI dan metode Role Playing). Pada saat kelompok
maju
mempresentasikan/memperagakan
naskah
drama,
siswa/kelompok lain menjadi pengamat sekaligus menanggapi setiap kelompok yang maju. Selanjutnya kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan kesulitan yang dialami pada saat memerankan drama. Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif pada pertemuan berikutnya. Kegiatan akhir menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran (refleksi). Siswa diberikan tugas rumah (berupa naskah drama yang telah dipersiapkan sebelumnya) untuk dipelajari pada pertemuan ketiga dari drama yang akan diperankan (tindak lanjut). Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam penutup.
135
b. Hasil Observasi Penilaian hasil observasi kinerja guru dan aktivitas selama siklus II seperti yang diuraikan pada siklus I. a) Hasil Observasi Kinerja Guru Tabel 4.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan 2 No.
1. 2. 3. 4.
Indikator
Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
Butir Pengamatan 3 3 12 3 21
Skor Penilaian Ya
Tidak
3 3 10 3 19
2 2
Berdasarkan tabel di atas pertemuan kedua siklus II dapat ditarik analisis bahwa dari jumlah keseluruhan 21 butir pengamatan, terdapat 20 butir pengamatan sudah dilaksanakan oleh guru secara baik. Namun pada kegiatan inti, yaitu pada butir pengamatan guru mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan mndapat skor (t), dan guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami.hal ini menunjukkan kinerja guru pada pertemuan kedua mengalami penurunan dari pertemuan pertama, hal ini disebabkan karena guru terlalu cepat/laju ketika menyampaikan pembelajaran. b) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Tabel 4.8 Hasil Penilaian Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 No.
1. 2. 3. 4.
Indikator
Pra Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Jumlah Skor
Butir Pengamatan 1 2 12 2 17
Skor Penilaian Ya 1 2 12 2 17
Tidak
136
Hasil observasi kegiatan siswa pada pertemuan kedua dapat ditarik kesimpulan bahwa dari empat indikator kegiatan pembelajaran yang dijabarkan dalam 17 butir pengamatan, terdapat semua butir-butir pengamatan tersebut sudah terlaksana dengan baik sesuai harapan guru. c.
Refleksi dan Tindak Lanjut Berdasarkan indikator aktivitas guru pada lembar observasi pada butir
pengamatan kegiatan inti yaitu guru tidak mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan, dan guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal yang belum dipahami. Namun pada saat pembelajaran guru sudah menjelaskan materi pelajaran secara runtut. 2) Pertemuan Ketiga Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 26 April 2016 pukul 08.55-selesai. Pertemuan ketiga merupakan penerapan bermain peran (role playing) dari naskah drama yang sudah diperbaiki pada pertemuan 1 dan 2.Tujuan pembelajaran pada pertemuan ketiga siklus II ini adalah: (1) menyampaikan isi pengumuman sesuai dengan lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara serta pemahaman isi (faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara), (2) memperagakan isi pengumuman sesuai dengan lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara serta pemahaman isi (faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara), (3) menyimpulkan isi pengumuman dengan lafal, intonasi, kelancaran, serta ekspresi berbicara (melibatkan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara). Tujuan utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan 3 ini yaitu siswa dapat memainkan drama/peran sesuai karakter tokoh dengan hal lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat (faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara). Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan awal yang guru lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuanpertemuan sebelumnya karena pembelajaran dimulai pada jam kedua, yaitu pukul 08.55-09.30 WIB, yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan
137
salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai tindakan preventif (pencegahan), dilanjutkan dengan diadakannya presensi kehadiran siswa. Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan 3 berjumlah 35 siswa. Salah satu siswa tidak masuk dikarenakan sakit. Kemudian guru memberikan motivasi dan mengajak peserta didik berpatisipasi aktif selama mengikuti pelajaran. Kemudian guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu: (1) melalui pengamatan, siswa dapat menyampaikan isi pengumuman menggunakan seluruh alat indera (SAVI) yang di milikinya secara tepat serta melibatkan faktor-faktor penunjang berbicara, (2) melalui pengamatan, siswa dapat memperagakan drama sesuai dengan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara, (3) melalui kegiatan Role Playing (bermain peran), siswa dapat memperagakan isi pengumuman dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang tepat dan mudah di pahami orang lain serta melibatkan faktorfaktor penunjang keefektifan berbicara. Tujuan utama dari pembelajaran pada pertemuan 3 ini, siswa diharapkan dapat menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan ketika bermain peran (role playing) dalam drama secara tepat dan dapat memainkan peran tokoh drama dengan lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara, serta memahai isi pembicaraan sesuai dengan karakter tokoh masing-masing. Setelah itu, guru memberikan apersepsi berupa tanya jawab kepada siswa sebagi bentuk upaya meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap materi yang akan mereka pelajari. Langkah selanjutnya masuk pada kegiatan inti pembelajaran dengan durasi waktu kurang lebih 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat tiga aspek tindakan, yakni eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Secara sistematika awal inti pembelajaran dilakukan dengan tindakan eksplorasi agar siswa mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru menjelskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran
138
(role playing) difokuskan pada faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara, yaitu: 1) Lafal 2) Intonasi 3) Kelancaran 4) Ekspresi Berbicara, dan 5) Pemahaman Isi Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, pada kegiatan elaborasi ini, melalui demonstrasi, guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama (difokuskan pada faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara). Siswa dibagi pada kelompok semula yang beranggotakan 9 orang, namun 1 kelompok terdiri dari 8 orang. Guru mengkondisikan tempat duduk dengan posisi duduk saling berhadapan sesuai kelompok masing-masing. Sebelum siswa mencoba memerankan drama dari naskah drama yang telah dipersiapkan, siswa diperlihatkan salah satu video drama anak durasi pendek. Video dapat dilihat pada https://www.youtube.com/watch?v=9zvVZ5JPtVw (dengan judul “Drama Kartini-Talenta Anak-Felicia). Siswa diminta memperhatikan video yang ditampilkan guru dengan memanfaatkan seluruh alat indera yang dimilikinya (model SAVI). Setelah menonton video, siswa diminta mempersiapkan setting bermain peran sesuai pembagian kelompok masing-masing dengan durasi waktu kurang lebih 7 menit. Siswa yang lain menjadi kelompok pengamat pada kelompok yang maju serta memberikan tanggapan kepada setiap kelompok yang telah memerankan drama. Selanjutnya, masing-masing kelompok siswa maju di depan kelas memerankan drama dari naskah drama yang sudah dibagikan pada pertemuan II dengan ekspresi yang sesuai menggunakan intonasi serta lafal yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan yang tepat (melibatkan faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara siswa) berdasarkan peran tokoh masing-masing (terkandung nilai model SAVI dan metode Role Playing
139
didalamnya). Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa (pengamat) memberikan tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran. Kegiatan konfirmasi, Setelah memerankan drama, siswa kemudian diminta untuk duduk pada kelompok masing-masing untuk menyimpulkan isi pengumuman/materi yang telah dipelajari selama 5 kali pertemuan di dalam kelas tersebut. Kemudian, pemberian reward (penguatan) kepada masingmasing kelompok yang maju serta pemberian hadiah kepada pemain peran terbaik dalam drama. Siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesulitan yang dihadapi saat memerankan drama di depan kelas. Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain drama (role playing). (Tahap Evaluasi). Guru memotivasi siswa agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif. Kegiatan akhir menghabiskan waktu kurang lebih sekitar 10 menit. Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran (refleksi). Siswa diarahan agar selalu melatih keterampilan berbicaranya dalam kehidupan sehari-hari (tindak lanjut). Penyampaian pesan-pesan moral dari guru. Guru mengucapkan terimakasih dilanjutkan salam penutup.
4.3.3 Hasil Tindakan Siklus II Proses dan hasil tindakan merupakan hasil analisis data dari hasil tes formatif siklus II. Data dapat dilihat pada sub bab 4.4 analisis data.
4.3.4 Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa proses dan hasil pembelajaran berbicara pada siklus II ini telah menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dari siklus I. Keberhasilan proses pembelajaran berbicara pada siklus II dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:
140
1) Minat Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan model SAVI dan metode role playing di siklus II secara klasikal telah menunjukkan peningkatan dari siklus I, dari 25 siswa yang berminat mengikuti pembelajaran keterampilan atau sebesar 70% menjadi 33 siswa atau sebesar 92% pada siklus II. Siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran, sehingga sebagian perhatian siswa pun lebih terfokus pada pelajaran. 2) Keaktifan Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa terlihat lebih aktif untuk bertanya dan mengungkapkan gagasan ketika berdiskusi, aktif melakukan kegiatan bermain peran. Keaktifan meningkat menjadi 86% atau sebanyak 30 siswa pada siklus II sedangkan dari siklus I tercatat sekitar 64% atau sebanyak 23 siswa. 3) Kerjasama Siswa yang menunjukkan sikap kerjasama yang baik selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II sebesar 72% atau sebanyak 26 siswa. Sedangkan pada siklus I tercatat siswa yang mampu bekerjasama dengan kelompoknya adalah sebesar 78% atau sebanyak 28 siswa. Dari perbandingan kedua hal tersebut terlihat siswa masih belum melakukan kerjasama dengan kelompoknya pada siklus II. Namun secara keseluruhan proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa dari siklus I sampai siklus II termasuk berhasil. 4) Kesungguhan Siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II sebanyak 28 siswa atau sebesar 78%, sedangkan 17 siswa atau sebesar 48% siswa lainnya menunjukkan sikap kurang serius selama mengikuti pelajaran. Sedangkan pada siklus I terdapat 21 siswa atau sebesar 58%. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
141
Pada saat melakukan diskusi antar kelompoknya masing-masing atau melakukan praktik berbicara di depan kelas siswa terlihat bersungguhsungguh dengan sesama teman kelompoknya. Bertolak dari perbaikan pada siklus I dibuktikan bahwa penggunaan model SAVI dan metode role playing (bermain peran) pada siklus II ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara siswa meningkat. Peningkatan tersebut juga terjadi pada proses pembelajaran maupun hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa. Hal ini terbukti dari 35 siswa yang melakukan tes keterampilan berbicara mencapai 30 siswa atau 85,71% siswa telah mencapai ketuntasan belajar dengan mendapat nilai di atas 70 (KKM). Ketuntasan belajar ini mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 85,71% dengan rata-rata nilai keterampilan berbicara dalam kelas sebesar mencapai 85,71%. Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II sudah dapat diatasi dengan baik. Antusias secara garis besar siswa sudah terlihat termotivasi dalam belajar, kerjasama, dan antusias ketika mengikuti kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara. Selain itu, peningkatan hasil keterampilan berbicara pada siklus II sudah mencapai indikator ketercapaian yaitu 80% dari jumlah siswa yang ada. Oleh karena itu, penelitian dapat dihentikan dan dinyatakan berhasil.
4.4 Hasil Analisis Data Data yang dikumpulkan meliputi data proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada kondisi awal, hasil tes lisan siklus I dan siklus II. Peningkatan yang terjadi kemudian dianalisis dengan cara membandingkan antara data pada kondisi awal, siklus I dan siklus II pada analisis komparatif. Penilaian pada tes lisan dilakukan berdasarkan pengamatan serta berpedoman pada instrument penilaian yang telah disusun sebelumnya.
142
Di dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat aktif dan bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal terdapat peningkatan terhadap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan pada diri setiap siswa. 1.4.1 Prasiklus Sebelum melaksanakan tindakan data proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia diambil dari nilai prasiklus dimana pada kegiatan prasiklus peneliti melakukan observasi di dalam kelas 4 untuk mengamati secara langsung kondisi pembelajaran keterampilan berbicara yang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 19 Maret 2016 yang pada saat itu pembelajaran dilakukan oleh ibu Sri Astuti selaku guru kelas 4 itu sendiri. Data nilai pengamatan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia semester I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini: Data penilaian proses sikap siswa pada prasiklus dapat dimasukkan ke dalam tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus No. Sikap Siswa 1. Minat 2. Keaktifan
Jumlah Skor 8
Persentase (%) 22% 36%
3.
Kerjasama
19%
4.
Kesungguhan
25%
Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh guru pada kondisi awal terdapat 8 siswa (22%) yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara di kelas. Keaktifan siswa tercatat sebanyak 13 siswa (36%), siswa yang bekerjasama dengan baik sebanyak 7 siswa (19%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 9 siswa (25%). Data dalam tabel 4.9 tersebut di atas dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Persentase
143
14 12 10 8 6 4 2 0
36% 25%
22%
19%
Minat
Keaktifan
Kerjasama
Kesungguhan
Sikap Siswa Grafik 4.1 Persentase Proses Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus Bertolak dari sajian data penilaian proses pembelajaran siswa kelas 4 pada kondisi awal (prasiklus) di atas maka dapat diindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara yang diterapkan guru belum mencapai hasil yang optimal. Siswa yang menunjukkan keempat aspek sikap siswa tersebut rata-rata dibawah 50% dari jumlah siswa yang ada yakni 36 siswa. Proses kegiatan yang dilakukan siswa dari keempat aspek tersebut tergolong masih rendah sehingga perlu diadakan tindakan pembelajaran selanjutnya. Proses
tentu
akan
mempengaruhi
hasil
dalam
pembelajaran
keterampilan berbicara di kelas. Pengamatan pada proses pembelajaran ini tidak terlepas dari hasil penilaian keterampilan berbicara siswa. Pengambilan nilai prasiklus oleh guru dilakukan dengan tes berbicara individu di depan kelas. Siswa diminta untuk memberikan pendapat (mengomentari) dari persoalan faktual yang dikemukan oleh guru. Secara detail data nilai keterampilan berbicara siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini
144
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nilai 40-48 49-57 58-66 67-75 76-84 85-93 Jumlah
Jumlah Siswa 8 3 9 6 8 2 36
Persentase (%) 22% 8% 25% 17% 22% 6% 100
Keterangan Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
Nilai Terendah = 40 Nilai Tertinggi = 92 Nilai rata-rata = 2.312 : 36 = 64,2% Tingkat Ketuntasan Klasikal = 14 : 36 × 100 = 38,89% Data penilaian pembelajaran keterampilan berbicara pada tabel 4.10 sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas 4 di atas menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 40-48 sebanyak 8 siswa (22%), interval nilai 49-57 sebanyak 3 siswa (8%), interval nilai 58-66 sebanyak 9 siswa (25%), interval nilai 67-75 terdapat 6 siswa (17%), interval nilai 76-84 sejumlah 8 siswa (22%), interval nilai 85-93 sejumlah 2 siswa (6%). Nilai rata-rata kelas adalah 64,2% dengan ketuntasan klasikal sebanyak 14 siswa (38,89%) dari jumlah keseluruhan siswa. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara tersebut menunjukkan bahwa hasil keterampilan berbicara siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan pada kondisi awal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan pada keterampilan berbicara. Berdasarkan tabel 4.10 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia di atas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai prasiklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11 di bawah ini:
145
Tabel 4.11 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus Keterangan Tidak Tuntas Tuntas Jumlah Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai rata-rata Tingkat Ketuntasan Klasikal
Jumlah Siswa 22 14 36
Persentase (%) 61,1% 38,89% 100%
40 92 64,2% 14 : 36 × 100 = 38,89%
Data/distribusi frekuensi pembelajaran keterampilan berbicara pada tabel 4.10 maupun pada tabel 4.11 mengenai ketuntasan hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan tersebut dapat disajikan dalam grafik di bawah ini: 61,1%
Prasiklus
25
38,89%
20 15 10 5 0 Persentase
Tidak Tuntas 22
Tuntas 12
Grafik 4.2 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus. Berdasarkan distribusi frekuensi maupun ketuntasan hasil pembelajaran keterampilan berbicara prasiklus pada di atas menunjukkan bahwa 61% dari jumlah keseluruhan siswa masih belum tuntas dan hanya 39% siswa yang sudah tuntas pada pembelajaran keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran keterampilan berbicara tersebut menunjukkan bahwa hasil keterampilan berbicara siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Getasan pada kondisi awal
146
masih tergolong rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan pada keterampilan berbicara. 4.4.2 Siklus I Data proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siklus I diperoleh dari nilai tes formatif yang dilakukan pada pertemuan ketiga atau di akhir siklus I. Data hasil tes lisan pada siklus I dengan materi teks pengumuman diperoleh data yang tersaji pada tabel 4.12 di bawah ini.
Tabel 4.12 Hasil Penilaian Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus I No. Sikap Siswa 1. Minat
Jumlah Skor 25
Persentase (%) 69%
2.
Keaktifan
23
64%
3.
Kerjasama
28
78%
4.
Kesungguhan
21
58%
Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus I mengalami peningkatan dari kondisi awal. Terdapat
25 siswa (69%) yang berminat mengikuti pembelajaran
berbicara, siswa yang terlihat aktif sebanyak 23 siswa (64%), siswa yang mampu bekerjasama dengan baik pada setiap kelompok tercatat 28 siswa (78%), dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 21 siswa (58%). Data dalam tabel 4.12 tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Persentase
147
30 25 20 15 10 5 0
78%
69%
Minat
64%
Keaktifan
58%
Kerjasama
Kesungguhan
Sikap Siswa Grafik 4.3 Persentase Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus I. Mengingat bahwa kriteria pencapaian keberhasilan masing-masing keempat aspek tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pada penilaian proses minimal 60% dari masing-masing aspek, yaitu aspek minat, keaktifan, kerjasama dan kesungguhan. Berdasarkan perolehan nilai proses pada aspek kesungguhan sebesar 58% (masih kurang dari kriteria pencapaian minimal 60%), maka untuk memperbaiki nilai tersebut diadakannya pembelajaran pada siklus II. Selain memiliki nilai proses terdapat juga nilai hasil pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan menerapkan model SAVI dan metode Role Playing. Adapun hasil dari penilaian keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dapat disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus I No
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Keterangan
1.
52-58
4
11%
Tidak Tuntas
2. 3. 4. 5.
59-65 66-72 73-79 80-86
6 13 8 3
17% 36% 22% 8%
Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
6.
87-93 Jumlah
2 36
6% 100
Tuntas
148
Nilai Terendah = 52 Nilai Tertinggi = 92 Nilai Rata-rata : 2.552 : 36 = 70,89% Tingkat Ketuntasan Klasikal : 24 : 36 × 100% = 66,67% Tabel 4.13 di atas menunjukkan persentase siswa yang belum dan sudah tuntas KKM. Dari 36 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan, terdapat 33,3% siswa belum tuntas KKM yang terbagi ke dalam kelas 52-58 terdapat 4 siswa atau sebesar 11%, pada kelas 59-65 terdapat 6 siswa atau sebesar 17%. Sisanya sebesar 66,67% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 66-72 terdapat 13 siswa atau sebesar 36%, pada kelas 73-79 terdapat 8 siswa atau sebesar 22%, pada kelas 80-86 terdapat 3 siswa atau sebesar 8%, dan pada kelas 87-93 terdapat 2 siswa atau sebesar 6% yang sudah mencapai batas KKM. Berdasarkan tabel 4.16 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia di atas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai siklus I dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.14 di bawah ini. Tabel 4.14 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus I Keterangan Tidak Tuntas Tuntas Jumlah Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai rata-rata Tingkat Ketuntasan Klasikal
Jumlah Siswa 12 24 36
Persentase (%) 33,33% 66,67% 100%
52 92 70,89% 24 : 36 × 100 = 66,67%
Tabel 4.14 di atas menunjukkan persentase siswa yang belum dan sudah tuntas KKM (70).
149
Berdasarkan data pada tabel 4.14 maka hasil pembelajaran keterampilan berbicara setelah diadakan tindakan siklus I pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dapat disajikan dalam grafik di bawah ini : 66,67% 25
Siklus I
20
33,33%
15 10
5 0 Persentase
Tidak Tuntas 12
Tuntas 24
Grafik 4.4 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus I. Berdasarkan pada tabel 4.14 dan grafik 4.4 di atas dari jumlah keseluruhan 36 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan, dari tabel tersebut dapat diketahui ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 66,67% atau 24 siswa yang mencapai ketuntasan. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebesar 33,3% atau 14 siswa. Hasil ini juga memberi gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu dari prasiklus berkisar 14 siswa atau sebesar 38,89% siswa yang tuntas meningkat menjadi 24 siswa atau sebesar 66,67% pada siklus I. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa ketuntasan hasil
keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥70 (KKM) pada siklus I belum mencapai 80% sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II. 4.4.3 Siklus II Data proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siklus II diperoleh dari nilai tes lisan yang dilakukan pada pertemuan ketiga atau di akhir siklus II. Data hasil tes lisan pada siklus II dengan materi teks pengumuman diperoleh data yang tersaji pada tabel 4.15 di bawah ini. Data
150
pengamatan proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel 4.15 sebagai berikut:
Tabel 4.15 Hasil Penilaian Proses Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus II No. 1. 2. 3. 4.
Sikap Siswa Minat Keaktifan Kerjasama Kesungguhan
Jumlah Skor
Persentase (%) 92% 86% 72% 78%
Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada siklus II mengalami peningkatan. Terdapat 33 siswa atau sebesar 92% yang berminat mengikuti pembelajaran berbicara. Siswa yang tercatat aktif selama mengikuti pembelajaran di kelas sekitar 30 anak atau sebesar 86%, siswa yang mampu bekerjasama dengan baik sebanyak 26 anak atau sebesar 72%, dan siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran berbicara sebanyak 28 anak atau sebesar 78%. Data dalam tabel 4.15 di atas dapat disajikan dalam grafik sebagai
Persentase
berikut: 35 30 25 20 15 10 5 0
92%
86%
78%
72%
Minat
Keaktifan
Kerjasama
Kesungguhan
Sikap Siswa Grafik 4.5 Persentase Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus II. Berdasarkan
perolehan
nilai
proses
pembelajaran
keterampilan
berbicara di atas, maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikatakan berhasil. Selain memiliki nilai proses terdapat juga nilai hasil
151
pembelajaran keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dengan menerapkan model SAVI dan metode Role Playing. Adapun hasil dari penilaian keterampilan berbicara Bahasa Indonesia dapat disajikan dalam tabel di bawah ini. Data nilai tersebut dikelompokkan ke dalam tabel 4.16 di bawah ini: Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus II No.
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
Keterangan
1.
60-66
2
6%
Tidak Tuntas
2. 3. 4. 5.
67-73 74-80 81-87 88-94
4 6 4 8
11% 17% 11% 23%
Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
6.
95-101
11
32%
Tuntas
35
100
Jumlah Nilai Terendah = 62 Nilai Tertinggi = 100
Niai Rata-rata = 3.000 : 35 = 85,71% Tingkat Ketuntasan Klasikal = 30:35×100% = 85,71% Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat dilihat persentase siswa yang belum dan sudah tuntas KKM. Dari 35 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan, hanya terdapat 14,28% siswa belum tuntas KKM yang terbagi dalam kelas 60-66 terdapat 2 siswa atau sebesar 6%, pada kelas 67-73 terdapat 4 siswa atau sebesar 11%. Sisanya sebesar 85,71% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 74-80 terdapat 6 siswa atau sebesar 17%, pada kelas 81-87 terdapat 4 siswa atau sebesar 11%, pada kelas 88-94 terdapat 8 siswa atau sebesar 23%, dan pada kelas 95-101 terdapat 11 siswa atau sebesar 32%.
152
Dari tabel 4.16 tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II mencapai 85,71% atau 30 siswa sudah tuntas. Sedangkan siswa yan belum tuntas 14,28% atau 5 siswa. Berdasarkan tabel 4.16 distribusi frekuensi nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia di atas sesuai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai prasiklus dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.17 di bawah ini. Tabel 4.17 Ketuntasan Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus II. Keterangan Tidak Tuntas Tuntas Jumlah Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai rata-rata Tingkat Ketuntasan Klasikal
Jumlah Siswa 5 30 35
Persentase (%) 14,29% 85,71% 100%
60 100 85,71% 30 : 36 × 100 = 85,71%
Dari tabel 4.17 di atas, dapat dilihat persentase siswa yang belum dan sudah tuntas KKM. Berdasarkan data pada tabel 4.17 maka hasil pembelajaran keterampilan berbicara setelah diadakan tindakan siklus II pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dapat disajikan dalam grafik di bawah ini.
Siklus II
85,71% 30 25 20 15 10 5 0 Persentase
14,28%
Tidak Tuntas 5
Tuntas 30
Grafik 4.6 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Siklus II
153
Pada tabel 4.17 dan grafik di atas dari jumlah keseluruhan siswa yang masuk (1 siswa sakit) yaitu 35 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan, hanya terdapat 5 siswa atau sebesar 14,28% siswa belum tuntas KKM. Sisanya sebanyak 30 siswa atau sebesar 85,71% siswa sudah tuntas KKM. Dari tabel 4.16 tersebut juga dapat ditarik kesimpulan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I. Dengan perolehan hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model SAVI dan metode role playing dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Indonesia berhasil. Dengan demikian, dapat
disimpulkan
bahwa ketuntasan hasil
keterampilan berbicara siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (batas KKM) sudah mencapai 80% sesuai target capaian sehingga tindakan dapat dihentikan. 4.4.4 Analisis Komparatif Perbandingan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan antarsiklus, yaitu berawal dari kegiatan awal (prasiklus), siklus I, dan siklus II. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi (pengamatan) pada masing-masing siklus.Berdasarkan pengamatan dari analisis data SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan dalam pembelajaran keterampilan berbicara khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek keterampilan berbicara dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing. Untuk mengetahui peningkatan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia siswa kelas 4 SD Negeri sumogawe 1 Kecamatan Getasan, dilakukan analisis data dengan cara membandingkan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara Bahasa Indonesia pada kondisi awal, siklus I dan siklus II. Peningkatan proses ditunjukkan dari sebaran frekuensi/jumlah sikap siswa meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan
154
kesungguhan siswa yang semakin meningkat seperti pada tabel 4.18 di bawah ini: Tabel 4.18 Perbandingan Persentase Proses Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus, Siklus I dan Siklus II No.
Sikap Siswa
1.
Minat
Prasi klus 8
(%) 100
Persentase Siklus (%) I 25 100=
= 22%
Siklus II 33
(%) 100= 92%
69%
2.
Keaktif an
13
100 = 36%
23
100= 64%
30
100= 86%
3.
Kerjasa ma
7
100 = 19%
28
100= 78%
26
100= 72%
4.
Kesung guhan
9
100
21
100=
28
100=
= 25%
58%
78%
Tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan frekuensi pengamatan sikap siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Secara klasikal aspek sikap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan. Dari tabel di atas, perbandingan frekuensi sikap siswa dapat dibuat grafik sebagai berikut: 35
92%
86%
30
Persentase
25
20 15
78% 69% 22%
64%
78% 72% 58%
36%
10
19%
25%
Prasiklus Siklus I Siklus II
5 0 Minat
Keaktifan
Kerjasama
Kesungguhan
Sikap Siswa Grafik 4.7 Persentase Proses Pembelajaran Keterampilan Berbicara Prasklus, Siklus I, dan Siklus II.
155
Peningkatan hasil ditunjukkan dari sebaran frekuensi nilai keterampilan berbicara dari penilaian aspek lafal, intonasi, kelancaran, ekspresi berbicara serta pemahaman isi yang semakin besar (meningkat) pada nilai di atas KKM (70) seperti pada tabel 4.19 berikut ini: Tabel 4.19 Ketuntasan Hasil Belajar Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II. Keterangan
Tidak Tuntas Tuntas Jumlah Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai ratarata Ketuntasan Klasikal
Jumlah Siswa Prasiklus Siklus Siklus I II 22 12 5 14 24 30 36 36 35 40 52 60 92
92
100
64,2%
70,89 % 66,67 %
85,71 % 85,71 %
38,89%
Persentase (%) Prasiklus Siklus I 61,1% 33,33% 38,89% 66,67% 100% 100%
Siklus II 14,29% 85,71% 100%
Dari tabel 4.19 di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil keterampilan berbicara siswa dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Persentase ketuntasan klasikal meningkat dari prasiklus sebesar 38,89% menjadi 66,67% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 85,71%. Pada akhir siklus masih terdapat 5 siswa yang tidak mencapai ketuntasan maksimal (KKM) dalam keterampilan berbicara. Berdasarkan ketidaktuntasan dari kelima siswa ini secara umum, kelemahan yang mereka alami selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara terdapat pada aspek intonasi dan ekspresi berbicara, ketika mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara, mereka belum menunjukkan penguasaan pada karakter tokoh drama yang akan diperankan, sedangkan untuk intonasi bicara juga masih kurang. Perbandingan nilai rata-rata kelas dari tiap siklus terjadi peningkatan. Pada prasiklus nilai rata-rata kelas sebesar 64,2%, pada siklus I nilai rata-rata kelas 70,89%. Selanjutnya nilai rata-rata mengalami peningkatan secara
156
signifikan yaitu sebesar 85,71%. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa proses dan hasi keterampilan berbicara berhasil. Dari tabel 4.19 perbandingan nilai keterampilan berbicara di atas dibuat dalam bentuk diagram grafik sebagai berikut: 85,71% 30 25 20 15 10 5 0
61,1%
66,67% 33,33%
38,89%
14,29%
Tidak Tuntas 22
Tuntas 14
Siklus I
14
22
Siklus II
5
30
Prasiklus
Grafik 4.8 Persentase Ketuntasan Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II. Dari grafik di atas tersebut terlihat bahwa prasiklus (warna biru) siklus I (warna merah), sedangkan siklus II (warna hijau). Bertolak dari ketiga keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa dari setiap hasil pembelajaran keterampilan berbicara terjadi peningkatan yang signifikan pada siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe 1 Kecamatan Getasan khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4.5 Pembahasan Hasil Belajar Berdasarkan hasil penelitian tindakan pembelajaran dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas keterampilan berbicara, baik proses maupun hasil keterampilan berbicara itu sendiri dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing pada siklus I dan siklus II. Secara garis besar, penelitian ini telah berhasil menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bagian bab I. Pembahasan hasil penelitian ini akan dijabarkan secara garis besar bahwa proses dan hasil pembelajaran keterampilan berbicara dari siklus I dan
157
siklus II dengan menggunakan model SAVI dan metode role playing. Pembahasan hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 4.5.1 Prasiklus Pada prasiklus terlihat bahwa minat dan keaktifan siswa dalam mengikuti
proses
kegiatan
pembelajaran
masih
tergolong
rendah.
Pembelajaran keterampilan berbicara masih menggunakan cara konvesional yaitu siswa diminta mengomentari persoalan faktual yang dikemukan guru pada saat mengajar secara individu. Meskipun metode pembelajaran menuntut siswa untuk aktif, tetapi suasana pembelajaran terkesan membosankan. Selain itu, siswa masih terlihat malu dan gugup ketika diminta berbicara di depan kelas secara individu. Hal ini membuat siswa tidak antusias mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh guru. Akibatnya presentase nilai proses secara klasikal yang meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan masih tergolong rendah. Terbukti persentase proses klasikal pada tindakan awal ini mencapai 22% untuk minat, 36% untuk keaktifan, 19% untuk kerjasama dan 25% untuk kesungguhan. Proses pembelajaran yang tergolong rendah ini berimbas pada hasil pembelajaran dimana seperti pembahasan pada sebelumnya bahwa jika proses belajar siswa rendah maka akan berdampak pada hasil belajar siswa juga. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya nilai keterampilan berbicara siswa yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Pada prasiklus siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 22 siswa atau sebesar 61,1%, sedangkan yang sudah tuntas hanya 14 siswa atau 38,89% dari 36 jumlah keseluruhan siswa. Nilai terendah pada prasiklus adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 92. Selama prasiklus, nilai rata-rata klasikal yang dicapai adalah 64,2%. Nilai rata-rata ini dapat dikatakan rendah karena nilai yang diperoleh siswa pun juga masih tergolong rendah. Oleh karena itu, dilakukan tindakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
158
4.5.2 Siklus I Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya peningkatan proses dan hasil belajar keterampilan berbicara siswa. Dalam proses pembelajaran berbicara pada siklus I ini peneliti menggunakan model SAVI dan metode role playing. Siswa bermain peran dari tokoh drama yang dibuat secara berkelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih hidup dan menyenangkan walaupun hasilnya belum maksimal karena beberapa siswa masih terlihat kaku dan malu-malu saat bermain peran. Siswa lebih berminat dan mulai aktif dalam pembelajaran terutama ketika praktik berbicara secara berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota kelompoknya masing-masing. Peningkatan proses berbicara ini dibuktikan dengan nilai presentase proses klasikal yaitu minat 69%, keaktifan 64%, kerjasama 78% dan kesungguhan 58%. Dengan jumlah ketuntasan seperti itu, dapat dikatakan indikator kinerja siklus I telah tercapai.Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan karena kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang. Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang terkait faktor-faktor penilaian keterampilan berbicara siswa yaitu: pertama, rata-rata siswa menggunakan lafal dan intonasi yang cukup jelas dalam berbicaranya walaupun penggunaaan intonasi kadang kurang tepat, namun siswa sudah percaya diri dan tidak terlihat malu maupun takut ketika penampilannya dilihat oleh teman-teman sekelasnya. Sedangkan untuk ekspresi berbicara siswa rata-rata nilainya masih kurang memuaskan, terkadang siswa berbicara tidak melihat kepada teman sekelompoknya atau lawan bicaranya, gerakan-gerakan tubuh belum begitu kelihatan pada siklus I sehingga hal ini mempengaruhi pada aspek ekspresi berbicara siswa yang masih tergolong monoton dan kaku. Peningkatan proses dan hasil pada siklus I belum memuaskan dan masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan ditingkatkan oleh guru sehingga hal tersebut dapat menjadi harapan yang diinginkan sesuai dengan ketentuan batas KKM. Pada siklus I siswa yang belum tuntas KKM sebanyak
159
12 siswa atau sebesar 33,33%,sedangkan yang sudah tuntas terdapat 24 siswa atau sebesar 66,67% dari 36 jumlah keseluruhan siswa. Nilai terendah pada siklus I adalah 52 dan nilai tertinggi adalah 92. Dengan memperoleh niai rata-rata pada siklus I yang berkisar sebesar 70,89% tersebut, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. 4.5.3 Siklus II Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan proses dan hasil yang signifikan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran keterampilan berbicara dengan model SAVI dan metode role playing, siswa semakin berminat ditandai dengan banyaknya siswa yang antusias dan memperhatikan jalannya proses pembelajaran berbicara yang dilakukan oleh guru. Persentase minat siswa dapat dilihat melalui ketercapaiannya dalam mengikuti pembelajaran yaitu mencapai 92%, keaktifan mencapai 86%, kerjasama mencapai 72%, dan kesungguhan siswa mencapai 78%. Dari keempat
aspek
tersebut
membuktikan
bahwa
pada
saat
mengikuti
pembelajaran keterampilan berbicara, siswa terlihat lebih aktif pada kelompoknya
masing-masing,
selain
itu
siswa
juga
sudah
terlihat
bertanggungjawab sebagai bagian dari kelompoknya.Hal ini terbukti pada pengamatan dari kesungguhan dan kerjasama yang terlihat pada saat siswa melakukan diskusi dan bermain peran (role playing). Hasil keterampilan berbicara siswa pada siklus II terjadi peningkatan sesuai dengan yang diharapkan. Indikator ketercapaian hasil keterampilan berbicara pada siklus II adalah 28 siswa atau sebanyak 80% dari 35 siswa kelas 4 SD Negeri Sumogawe diharapkan mampu tuntas KKM dalam pembelajaran berbicara. Namun, setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 30 siswa atau sebesar 85,71% tuntas KKM, hal ini membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan menggunakan model SAVI dan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik dari segi proses maupun hasil keseluruhan keterampilan berbicara pada mata pelajaran Bahasa Indonesia,
160
karena hanya terdapat 5 siswa atau sebesar 14,28% yang belum tuntas KKM. Hal ini dibuktikan dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap siklusnya. Berdasarkan jumlah siswa yaitu 35siswa kelas 4 SDsetelah tindakan siklus II nilai terendah yang diperoleh adalah 60 dan nilai tertinggi 100.Dilihat dari nilai rata-rata klasikal siswa terdapat peningkatan. Nilai rata-rata klasikal pada siklus II sebesar 85,71%. Peningkatan
proses
dan
hasil
keterampilan
berbicara
dengan
menggunakan model SAVI dan metode role playing pada siklus II sudah memuaskan dan mencapai indikator ketercapaian. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dapat dihentikan dan terbukti dinyatakan berhasil. Berdasarkan atas tindakan yang dilakukan pada siklus I dan II, keberhasilan pembelajaran keterampilan berbicara menggunakan model SAVI dan metode role playing dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut: a. Proses Pembelajaran 1) Siswa semakin berminat dalam mengikuti pembelajaran keterampilan berbicara. Hal ini ditunjukkan dengan adanya siswa yang menunjukkan sikap
yang
memperhatikan
ketika
proses
pembelajaran
sedang
berlangsung. Selain itu, siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias dan pembicaraan antar teman sekelasnya berkurang. 2) Siswa terlihat bersemangat dan aktif dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan ditandainya keaktifan siswa bertanya dan berpendapat saat diskusi dengan kelompoknya. Serta ketika memainkan perannya masing-masing, siswa sudah bisa menunjukkan peran tokoh yang seharusnya. 3) Siswa melakukan kerjasama dalam kegiatan pembelajaran. Kerjasama terlihat ketika siswa berdiskusi dan bermain peran di depan kelas. Siswa menunjukkan sikap empati terhadap teman kelompoknya. 4) Siswa memiliki kesungguhan dalam belajar. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya keseriusan siswa ketika bermain peran dengan kelompoknya untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
161
b. Hasil Pembelajaran Nilai tes unjuk kerja keterampilan berbicara siswa dengan model SAVI dan metode role playing yang telah dilaksanakan guru menunjukkan peningkatan dari siklus I sampai siklus II dibandingkan dengan kondisi awal. Ketuntasan klasikal akhir siklus mencapai 85,71% dengan nilai rata-rata 85,71%. Hasil keterampilan berbicara ditandai dengan meningkatnya aspekaspek penilaian berbicara yang secara garis dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Siswa mampu berbicara ditandai dengan adanya pelafalan dan intonasi yang cukup jelas. Secara klasikal siswa dapat melafalkan bunyi atau artikulasi bahasa dengan baik dan benar. 2) Siswa berbicara dengan intonasi yang cukup tepat. Ketepatan memberikan tekanan dalam berbicara siswa secara klasikal dalam kategori baik. 3) Siswa berbicara dengan lancar. Hal ini dibuktikan ketika siswa berbicara tidak menggunakan kata “ee…..” dan hanya sedikit siswa yang kurang lancar. 4) Siswa mampu berbicara dengan menunjukkan ekspresi berbicara yang dapat dikatakan baik. Secara umum, siswa sudah berbicara menggunakan ekspresi berbicara yang tepat sesuai peran tokoh drama seharusnya yang disertai dengan gerakan tubuh (mimik). Siswa juga terlihat mampu memperhatikan lawan bicaranya hal ini merupakan salah satu syarat keefektifan berbicara. 5) Siswa sudah berbicara sesuai isi atau tema drama yang diperankannya. Hal ini ditunjukkan dengan arah pembahasan/pembicaraan siswa dalam bermain peran sudah sesuai topik drama yang ditentukan.