BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Tinjauan Umum Industri Pertambangan Pertambangan adalah industri yang mengolah sumber daya alam dengan mengambil dan memproses bahan tambang untuk menghasilkan berbagai produk akhir yang dibutuhkan umat manusia. Bahan tambang digolongkan menjadi tiga yaitu logam seperti emas, tembaga dan timah, mineral industri seperti granit, andesit dan pasir, dan mineral energi seperti batubara, minyak dan gas. Dalam penelitian ini digunakan adalah perusahaan pertambangan yang list di BEI yang menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2004, 2005, 2006, 2007 dan telah mempublikasikan laporan keuangan yang di audit per 31 Desember. Dengan demikian terdapat 12 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut : Tabel 4.1 Data perusahaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Kode ANTM BUMI TINS CTTH ATPK PTBA INCO APEX CITA CNKO MEDC ENRG
Nama Perusahaan PT. Aneka Tambang (Persero).Tbk PT. Bumi Resources.Tbk PT. Timah.Tbk PT. Citatah Industri Marmer.Tbk PT. ATPK Resources.Tbk PT. Tambang Batubara Bukit PT. International Nickel Ind.Tbk PT. Apexindo Pratama Duta.Tbk PT. Cita Mineral Investindo.Tbk PT. Central Korporindo Int I.Tbk PT. Medco Energi International.Tbk PT. Energi Mega Persada.Tbk
Sumber : Pengolahan data 2009
51
52
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, gambaran umum perusahaan dalam penelitian ini adalah : 1.
PT Aneka Tambang Tbk didirikan pada tanggal 5 Juli 1968 dan mulai listing di BEI tanggal 27 November 1997. Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Aneka Tambang Jl.Letjen TB Simatupang No.1 Lingkar Selatan Jakarta ini bergerak dalam bidang pertambangan Logam dan Mineral. Struktur kepemilikan terdiri dari 65% saham dimiliki negara, 0.01% saham dimiliki oleh para direksi dan 25.11% saham dimiliki oleh masyarakat.
2.
PT Bumi Resources Tbk didirikan pada tanggal 26 Juni 1973 dan mulai listing di BEI tanggal 30 Juli 1990. Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Mit Plaza 2 Lt.11 Jl.Jend. Sudirman Kav.10-11 Jakarta ini bergerak dalam bidang pertambangan batubara. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 12.71% saham dimiliki oleh Long Haul Holdings Ltd dan 87.29% dimiliki oleh Negara.
3.
PT Timah TBk didirikan pada tanggal 1 Agustus 1976 dan mulai listing di BEI tanggal 19 Oktober 1995. Perusahaan yang berkantor pusat di Jl.Teuku Cik Ditiro No.56 A Jakarta ini bergerak dalam bidang pertambangan logam dan mineral. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 65% dimiliki olah negara dan 35% dimiliki oleh masyarakat.
4.
PT Citatah Industri Marmer didirikan pada tanggal 26 September 1974 dan mulai listing di BEI tanggal 03 Juli 1996. Perusahaan yang berkantor pusat di Jl.Pinangsia III No.31 Jakarta, bergerak dalam bidang penggalian serta pengeolahan marmer. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 90% dimiliki
53
oleh PT. Quarindah Ekamaju Marmer, negara dan 10% dimiliki oleh masyarakat dan Perusahaan Asing. 5.
PT ATPK Resources.Tbk didirikan pada tanggal 12 Januari 1988 dan mulai listing 17 April 2002 . Perusahaan yang berkantor pusat di Jl.Bangka No. 4749 Medan, bergerak dalam bidang pertambangan batubara. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 22.81% dimiliki oleh Uob Kay Hian Private Limited, 21.52% saham dimilki oleh Kim Eng Securities Pte Ltd, 12,68% saham dimilki Credit Suisse Zurich, 10.44% saham dimilki oleh Credit Suisse Singapore dan sisanya dimiliki oleh masyarakat.
6.
PT Tambang Batubara Bukit Asam didirikan pada tanggal 15 Desember 1980 dan mulai listing di BEI tanggal 23 Desember 2002. Perusahaan yang berkantor pusat di Jl.Parigi No.1 Tanjung Enim Sumatera Selatan ini bergerak dalam bidang pertambangan batubara dan gambut. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 65.02% dimiliki olah negara, 0.02% dimiliki oleh direksi dan 34.96% dimiliki oleh masyarakat.
7.
PT Intl Nickel Indonesia didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dan mulai listing di BEI tanggal 16 Mei 1990. Perusahaan yang berkantor pusat di Bapindo Plaza II Lantai 22 Jl.Jend Sudirman Kav 54-55 Jakarta ini yang bergerak dalam bidang pertambangan logam dan mineral. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 20.09% saham dimiliki oleh Sumitomo Metal Mining Co. Ltd, 60.8% saham dimiliki oleh CVRD Indo Limited, 0.03% dimiliki oleh komisaris dan 19.08% dimiliki oleh masyarakat.
54
8.
PT Apexindo Pratama Duta Tbk didirikan pada tanggal 20 Juni 1984 dan mulai listing di BEI tanggal 10 Juli 2002. Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Medco Lt.2-3 Jl.Ampera Raya No.20 Cilandak Jakarta ini bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 15.85% saham dimiliki oleh CIMB-GK Securities Pte Ltd, 15.85% saham dimiliki oleh Asian Opportunities Fund I Seg, 16.93% saham dimiliki oleh masyarakat dan 51.37% saham dimiliki oleh PT Medco Energi International
9.
PT. Cita Mineral Investindo.Tbk didirikan pada tanggal 27 juni 1992 dan mulai listing di BEI tanggal 20 Maret 2002. Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. Raya Serang KM. 12 Kp. Cirewed RT. 003/01 Tangerang, bergerak dalam bidang pertambangan mineral dan logam. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 51 % dimiliki oleh Red Easterm Shipping & Mining Pte Ltd, 21.66% saham dimiliki oleh Richburg Enterprises Pte Ltd dan 19.14% saham dimiliki oleh Pt Surjaputra Inti Mulia.
10. PT Medco Energi International Tbk didirikan pada tanggal 9 Juni 1980 dan mulai listing di BEI tanggal 12 Oktober 1994. Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Graha Niaga Lt.16 Jl.Jend. Sudirman No.58 Jakarta ini bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 50.7% dimiliki oleh Encore Energy Pte Ltd, 6.71% saham dimiliki oleh Medco Energi International dan 35.89% dimiliki oleh masyarakat.
55
11. PT. Central Korporindo International.Tbk didirikan pada tanggal 13 September 1999 dan mulai listing di BEI tanggal 21 november 2001. Perusahaan yang berkantor pusat di Mayapada Tower PH Suite #2015 Jl. Jend. Sudirman Kav. 28 Jakarta 12920 yang bergerak dalam bidang usaha penambangan, pengolahan dan perdagangan batubara dan pada tahun 2003 perusahaan mengubah kegiatan usahanya dari perdagangan dan pengolahan ke bidang usaha Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Struktur kepemilikan saham terdiri dari 25,28%
dimiliki oleh PT. Saibatama
International Mandiri, 9,82% saham dimiliki oleh Sherin Ku Siew Wah, 6,46% saham dimiliki oleh Danny Tanoto Bsc dan 5.74% sahamnya dimiliki oleh Ku Chee Heong. 12. PT Energi Mega Persada Tbk didirikan pada tanggal 16 Oktober 2001 dan mulai listing di BEI tanggal 07 Juni 2004. Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Wisma Mulia Lt. 33 Jl. Jend Gatot Subroto No. 42 Jakarta, bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Struktur kepemilikan saham terdiri dari 15.87% saham dimiliki oleh Credit Suisse Singapore Branch, 17.09% saham dimiliki UBS Singapore S/A PT. Brantas Indonesia dan 6.87% saham dimiliki Credit Suisse Singapore Branch S/A PT. Brantas Ind.
56
4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian 4.1.2.1 Gambaran Umum Efektivitas Pengelolaan Aktiva Tetap Efektivitas pengelolaan aktiva tetap adalah merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam
mengelola aktiva tetapnya untuk menghasilkan penjualan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan fixed assets turnover (FATO) sebagai alat ukurnya.. Ratio ini membandingkan antara penjualan dengan jumlah aktiva tetap bersihnya untuk menilai apakah suatu perusahaan mampu mengelola aktiva tetapnya untuk meningkatkan penjualan secara efektif, yang berarti juga meningkatkan laba terhadap penggunaan biaya aktiva tetap dikelola oleh perusahaan. Dari keuntungan yang dihasilkan atas penjualan terhadap pengelolaan aktiva tetap perusahaan itu akan ditentukan apakah perusahaan dalam mengelola aktiva tetapnya secara efektif atau tidak. Contoh perhitungan fixed assets turnover untuk PT. Aneka Tambang. Tbk (ANTM) tahun 2004 sebaga berikut : Penjualan Fixed assets turnover = Aktiva tetap bersih 2,858,538 Fixed assets turnover = 2,692,859 Fixed assets turnover = 1,06 kali
57
Berikut tabel 4.2 mengenai fixed assets turnover dari tiap perusahaan : Tabel 4.2 Data Fixed Assets Turnover (FATO) Perusahaan ANTM BUMI TINS CTTH ATPK PTBA INCO APEX CITA CNKO MEDC ENRG Rata-rata Max Min St. Dev
Fixed Assets Turnover (kali) 2004 2005 2006 1.06 0.86 1.68 2.69 3.59 2.64 6.48 6.95 8.50 0.66 0.77 1.12 0.26 0.18 0.03 5.40 6.75 8.76 4.50 5.76 8.87 0.55 0.49 0.47 2.87 1.06 1.90 0.24 0.31 1.31 1.97 1.69 1.69 1.14 0.98 0.75 2.32 2.47 3.14 6.48 6.95 8.87 0.24 0.18 0.03 2.12 2.60 3.43
2007 3.97 3.39 18.01 1.38 0.09 11.44 10.90 0.56 3.02 1.38 1.94 0.23 4.69 18.01 0.09 5.67
Sumber : Pengolahan data 2009 Berdasarkan Tabel 4.2 menggambarkan kondisi FATO pada 12 perusahaan
industri pertambangan list di BEI yang menjadi sampel penelitian. Variabel FATO diukur dengan membandingkan antara penjualan terhadap aktiva tetap bersih. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil nilai rata-rata fixed assets turnover pada tahun 2004 sebesar 2.32 kali yang berarti Rp. 1 dana yang ditanamkan pada aktiva tetap dapat menghasilkan revenue sebesar Rp. 2.32 dan rata-rata pada tahun 2005-2007 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnyau. Nilai Minimum fixed assets turnover menunjukan tingkat terendah perputaran aktiva tetap perusahaan pertambangan, Sedangkan nilai maksimum menunjukan tingkat tertinggi perputaran aktiva tetap perusahaan pertambangan atas pengelolaan aktiva tetap untuk menghasilkan revenue. Rentang data yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum pada tahun 2004 sebesar 2.12
58
kali yang mengindikasikan berbagai tingkatan efektivitas pengelolaan aktiva tetap oleh setiap perusahaan sektor pertambangan dan tahun berikutnya mengalami peningkatan .
4.1.2.2. Gambaran Umum Efektivitas Pengelolaan Modal Kerja Efektivitas pengelolaan modal kerja adalah merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam
mengelola modal kerjanya untuk menghasilkan penjualan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Working capital turnover (WCTO) sebagai alat ukurnya. Working capital turnover (WCTO) merupakan rasio yang mengukur efektivitas penggunaan dana harta lancar dan menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dan modal kerja bersih. Contoh perhitungan working capital turnover untuk PT. Aneka Tambang. Tbk (ANTM) tahun 2004 sebaga berikut : Modal kerja bersih
= aktiva lancar – hutang lancar = 2,119,117 – 1,040,423 = 1,078,694 Penjualan
Working capital turnover = Modal kerja bersih 2,858,538 Working capital turnover = 1,078,694 Working capital turnover = 2,65 kali
59
Berikut tabel 4.3 mengenai working capital turnover dari tiap perusahaan. Tabel 4.3 Data Working Capital Turnover (WCTO) ANTM BUMI
Working Capital Turnover (kali) 2004 2005 2006 2.65 2.51 3.43 -5.41 -16.02 2.32
2007 5.78 6.39
TINS CTTH ATPK PTBA INCO APEX CITA CNKO MEDC ENRG Rata-rata Max Min St. Dev
3.72 0.91 3.55 2.17 3.06 3.13 -4.38 1.21 1.62 -3.79 0.70 3.72 -5.41 3.29
3.32 -4.03 0.02 3.12 7.56 2.54 4.50 1.65 2.69 -0.89 2.72 7.56 -4.03 3.26
Perusahaan
4.57 1.51 1.34 1.84 2.66 1.84 -1.98 1.58 2.68 2.79 0.44 4.57 -16.02 5.40
4.72 -1.17 -0.37 1.84 5.42 2.05 2.12 1.21 2.51 1.50 2.13 5.42 -1.17 1.86
Sumber : Pengolahan data 2009 Tabel 4.3 menggambarkan kondisi WCTO pada 12 perusahaan pada periode 2004-2007 yang menjadi sampel penelitian. Variabel WCTO diukur dengan membandingkan antara penjualan terhadap modal kerja bersih. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil nilai rata-rata pada tahun 2004 sebesar 0.70 kali yang berarti Rp. 1 dana yang ditanamkan dalam modal kerja dapat menghasilkan revenue sebesar Rp. 0.70 dan rata-rata pada tahun 2005 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 0.44, sedangkan rata-rata pada tahun 2005-2007 mengalami peningkatan menjadi 2.13 kali dan 2.72 kali. Nilai minimum menunjukan tingkat terendah pengelolaan modal kerja oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue setiap rupiah, Sedangkan nilai maksimum menunjukan tingkat tertinggi pengelolaan modal kerja perusahaan untuk menghaslkan revenue setiap rupiah. Rentang data yang cukup besar antara nilai
60
minimum dan nilai maksimum pada tahun 2004 mencapai 3.29 kali dan pada tahun berikutnya fluktuatif yang mengindikasikan berbagai tingkatan penggunaan modal kerja oleh setiap perusahaan sektor pertambangan
4.1.2.3 Gambaran Umum Tingkat Profitabilitas Tingkat profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur keefektifan manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara persentase laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva. Contoh perhitungan return on assets untuk PT. Aneka Tambang. Tbk (ANTM) tahun 2004 sebaga berikut : Laba sebelum bunga dan pajak Return on assets
=
X 100 Total aktiva 1,158,309
Return on assets
=
X 100 6,042,568
Return on assets
= 19.17%
61
Berikut tabel 4.4 mengenai ROA dari tiap perusahaan. Tabel 4.4 Data Return On Assets (ROA) Perusahaan ANTM BUMI TINS CTTH ATPK PTBA INCO APEX CITA CNKO MEDC ENRG Rata-rata Max Min St. Dev
Return On Assets (%) 2004 2005 2006 19.17 18.78 30.45 14.42 10.78 8.95 12.71 7.45 10.04 -12.19 -12.73 -11.91 -7.26 -2.65 -34.42 24.19 23.00 21.53 25.22 23.41 35.09 -1.19 -1.82 13.83 -9.20 1.49 19.01 -0.01 0.02 0.31 9.28 11.74 9.21 8.42 3.45 0.04 6.96 6.91 8.51 25.22 23.41 35.09 -12.19 -12.73 -34.42 12.87 11.09 18.82
2007 60.66 30.32 52.73 -8.28 -25.18 26.94 88.83 9.40 22.96 0.39 5.20 -0.55 21.95 88.83 -25.18 32.42
Sumber : Pengolahan data 2009 Tabel 4.4 menggambarkan kondisi
ROA pada 12 perusahaan yang
menjadi sampel penelitian. Variabel ROA diukur dengan membandingkan antara persentase laba sebelum bunga dan pajak dengan total aktiva perusahaan. Dari perhitungan yang dilakukan diperoleh hasil nilai rata-rata pada tahun 2004 sebesar 6.98% dan menjadi 6.91% pada tahun 2005, maka ROA mengalami penurunan hal ini disebabkan karena total aktiva meningkat dan pada tahun berikutnya mengalami peningkatan mencapai 8.51% dan 21.95%. Nilai minimum menunjukan tingkat terendah ROA perusahaan, Sedangkan nilai maksimum menunjukan tingkat tertinggi ROA perusahaan dimana dihasilkan dari pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja perusahaan. Rentang data pada tahun 2004 yang cukup besar antara nilai minimum dan nilai maksimum sebesar 12.87% yang mengindikasikan berbagai tingkatan atas penggunaan aktiva tetap dan modal
62
kerja dan pada tahun 2005 mengalami penurunan mencapai 11.09%, sedangkan pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan mencapai 18.82% dan 32.42%
4.1.3
Analisis Data Dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik sebagai alat
analisis statistik dalam mengolah data variabel penelitian. Penggunaan statistik parametrik lebih banyak digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk interval dan rasio. Penelitian ini menggunakan analisis koefisien korelasi secara individual dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment dan analisis koefisien korelasi secara bersama-sama menggunakan koefisien korelasi Ganda.
4.1.3.1Koefisien Product Moment a. Efektivitas Pengelolaan Aktiva Tetap Terhadap Tingkat Profitabilitas. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan profitabilitas adalah fiexed assets turn over (FATO) dan return on assets (ROA), koefisien korelasi Product Moment yang dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for Windows. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi :
63
Tabel 4.5 Hasil Koefisien Korelasi FATO FATO
Pearson Correlation N
ROA
Pearson Correlation N
ROA 1
.672
48
48
.672
1
48
48
Sumber : Output data SPSS Dari perhitungan pada tabel 4.5 dapat disimpulkan korelasi antara FATO terhadap ROA sebesar 0.672, nilai tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang termasuk kategori “kuat” dan hasil koefisien korelasi bertanda positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang berarti efektivitas pengelolaan aktiva tetap berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas dan jika terjadi peningkatan pada FATO maka ROA pun akan mengalami kenaikan. Untuk mengukur besarnya pengaruh FATO terhadap ROA, maka digunakan koefisien determinasi sebagai berikut : Kd
= r2 x 100 = 0,6722 x 100 = 0,451 x 100 = 45.1%
Koefisien determinasinya sebesar 0.451 atau 45.1%. yang berarti FATO memberikan pengaruh terhadap ROA sebesar 45.1% sedangkan sisanya sebesar 54.9% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.
64
b. Efektivitas Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Profitabilitas. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai indikator dalam mengukur efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan profitabilitas adalah working capital turn over (WCTO) dan return on assets (ROA), koefisien korelasi Product Moment dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for Windows. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi : Tabel 4.6 Hasil Koefisien Korelasi WCTO WCTO
Pearson Correlation
N ROA
Pearson Correlation
N
ROA 1
.423
**
48
48
**
1
48
48
.423
Sumber : Output data SPSS Dari perhitungan pada tabel 4.6 dapat disimpulkan korelasi antara WCTO terhadap ROA sebesar 0.423, nilai tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang termasuk kategori “sedang” dan hasil koefisien korelasi bertanda positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang berarti efektivitas pengelolaan aktiva tetap berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas dan jika terjadi peningkatan pada WCTO maka ROA pun akan mengalami kenaikan. Untuk mengukur besarnya pengaruh WCTO terhadap ROA, maka digunakan koefisien determinasi sebagai berikut :
65
Kd
= r2 x 100 = 0,4232 x 100 = 0,178 x 100 = 17.8%
Dari perhitungan di atas didaptkan koefisien determinasinya sebesar 0.178 atau 17.8%. yang berarti WCTO memberikan pengaruh terhadap ROA sebesar 17.8% sedangkan sisanya sebesar 82.2% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.
4.1.3.2 Koefisien Korelasi Ganda Untuk mencari pengaruh antara dua atau lebih variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent. Korelasi ganda dihitung dengan menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for Windows. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi antara efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas: Tabel 4.7 Korelasi Ganda Model 1
R .716
R Square a
.512
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .491
14.91963
Sumber : Output data SPSS Dari perhitungan pada tabel 4.7 dapat disimpulkan korelasi antara FATO dan WCTO secara bermsa-sama terhadap ROA sebesar 0.716, nilai tersebut menunjukkan tingkat hubungan yang termasuk kategori “kuat” dan hasil koefisien korelasi bertanda positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang
66
berarti efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas jika terjadi peningkatan pada FATO dan WCTO maka ROA pun akan mengalami kenaikan. Dan pengaruhnya sebesar 0.512 atau 51.2% sedangkan sisanya sebesar 48.8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam model.
4.2
Pembahasan
4.2.1
Pengaruh Efektivitas Pengelolaan Aktiva Tetap terhadap Tingkat Profitabilitas. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa efektivitas pengelolaan aktiva
tetap yang diukur dengan FATO berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas yang dilihat dari ROA dengan nilai kontribusi sebesar 45.1% terhadap ROA. Nilai tersebut dapat dikategorikan sebagai hubungan yang kuat di antara keduanya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Mulyadi (2001: 283284) yang menyatakan bahwa penanaman modal (capital expenditure) pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk manghasilkan laba di masa yang akan datang, misalnya penambahan mesin dan peralatan untuk peningkatan (kapasitas) produksi dalam rangka memenuhi permintaan terhadap produk perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan dengan penelitian Temi Apriani (2007), yang menyatakan aktiva tetap berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Jadi dalam penelitian ini terbukti bahwa efektivitas pengelolaan aktiva merupakan salah satu pertimbangan dalam menentukan besarnya tingkat profitabiltas yaitu ROA untuk masa yang akan datang. Agar perusahaan tidak mengalami kelebihan
67
dan kekurangan aktiva tetap yang digunakan perusahaan untuk untuk meningkatkan produksi, maka perusahaan membutuhkan informasi yang dapat menjadi pedoman sebelum menanamkan dana dalam aktiva tetap untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang. Apabila kekurangan aktiva tetap maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen yang meningkat dan kelebihan dari aktiva tetap juga akan mengakibatkan kemampuan laba menurun sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahaan yang ditanamkan pada aktiva tetap. Suatu perusahaan dimana manajer keuangan dituntut harus dapat menentukan kebutuhan aktiva tetap dengan menggunakan metode depresiasi yang tepat. Dimana aktiva tetap harus digunakan secara efektif, artinya semakin cepat perputaran aktiva tetap maka semakin efektif penggunaan aktiva tetap yang ditanamkan sehingga profitabilitas yang diharapkan juga akan ikut menigkat. Begitu juga, semakin lama masa manfaat ekonomis aktva tetap maka semakin efektif perputaran dana dalam aktiva tetap maka perusahaan dapat memperoleh kembali dana yang tertanam sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan dalam jangka waktu panjang, sehingga profitabiltas yang diharapkan juga meningkat. Hipotesis penelitian yang pertama yaitu ”efektivitas pengelolaan aktiva tetap berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas” diterima, yang sesuai dengan temuan hasil penelitian bahwa efektivitas pengelolaan aktiva tetap berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas dengan nilai kontribusi dengan nilai konstribusi sebesar 45,1%.
68
4.2.2
Pengaruh Efektivitas Pengelolaan Modal Kerja terhadap Tingkat Profitabilitas. Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa efektivitas pengelolaan modal
kerja yang diukur dengan WCTO berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas yang dilihat dari ROA dengan nilai kontribusi sebesar 17.8% terhadap ROA. Hal ini sejalan juga dengan pendapat Martono dan Harjito (2002 : 76) yang menyatakan bahwa efektivitas pengelolaan modal kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat profitabilitas, Martono dan Harjito (2002 :76), yang menyatakan bahwa pendanaan jangka pendek lebih kecil dari pendanaan jangka panjang digunakan untuk mendukung modal kerja (aktiva lancar), maka profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba perusahaan semakin besar. Dengan demikian hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Temi Apriani (2007) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara modal kerja dengan profitabiltas. Jadi dalam penelitian ini terbukti bahwa efektivitas pengelolaan modal kerja merpakan salah satu dalam menentukan tingkat profitabilitas dimasa yang akan datang dan Agar perusahaan tidak mengalami kelebihan dan kekurangan modal kerja yang digunakan perusahaan untuk melakukan operasi sehari-hari, maka perusahaan membutuhkan informasi yang dapat menjadi pedoman sebelum menanamkan dana dalam modal kerja. Modal kerja harus cukup besar, dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan. Riyanto (2001 : 62),
69
menjelaskan mengenai periode perputaran modal kerja sebagai berikut : “periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas ditanamkan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas”. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya. Menurut Indiryo Gitusudarmo dan Basri (1999 : 37), yang mengatakan bahwa modal kerja yang berlebihan dapat mengurangi risiko, tetap juga akan mengurangi laba/hasil dan modal kerja yang lebih dari cukup akan mengurangi laba/hasil. Manajemen perusahaan harus bisa mengalokasikan dana dengan tepat pada aktiva lancar agar tidak terjadi kesulitan untuk membiayai operasi sehari-hari dan tidak mengalami kelebihan dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar. Hipotesis penelitian yang kedua yaitu ”efektivitas pengelolaan modal kerja berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas” diterima, yang sesuai dengan temuan hasil penelitian bahwa efektivitas pengelolaan modal kerja berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas dengan nilai kontribusi dengan nilai konstribusi sebesar 17,8%.
4.2.3
Pengaruh Efektivitas Pengelolaan Aktiva Tetap dan Modal Kerja Secara Bersama-sama terhadap Tingkat Profitabilitas.
Dari hasil pengujian secara statistik menunjukkan bahwa dari kedua variabel yang di teliti yaitu FATO dan WCTO masing-masing mempunyai pengaruh positif terhadap ROA di Industri Pertambangan tahun 2004-2007. Ini menunjukkan bahwa penggabungan FATO dan WCTO relevan digunakan untuk memprediksi ROA di masa yang akan datang. Nilai koefisien korelasi positif sebesar 0.716, bila
70
terjadi kenaikan pada FATO dan WCTO, maka akan dikuti juga kenaikan pada ROA dan juga menunjukkan nilai kontribusi FATO dan WCTO dalam menjelaskan variansi DPR sebesar 51.2% dan sisanya sebesar 48.8% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Temi Apriani (2007), yang menyatakan modal kerja dan aktiva tetap berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan sejalan dengan pendapat Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002 : 158) yang menyatakan bahwa total dana yang ditanamkan dalam perusahaan terdiri dari aktiva tetap maupun modal kerja (aktiva lancar) dan laba perusahaan akan meningkat dilihat dari aktiva perusahaan baik aktiva tetap maupun modal kerja (aktiva lancar) dalam kegiatan yang produktif. Nilai-nilai yang dihasilkan dari pengujian di atas cukup untuk memberikan gambaran mengenai sejauh mana pengaruh efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja terhadap tingkat profitabilitas yang diukur dengan dengan ROA pada Industri Pertambangan tahun 2004-2007 di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas dan secara individual dari kedua variabel bebas yang mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas. Oleh karena itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mempertimbangkan tentang pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja. Hipotesis penelitian yang ketiga yaitu ”efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas” diterima, yang sesuai dengan temuan hasil penelitian bahwa efektivitas pengelolaan aktiva tetap dan modal kerja secara
71
bersama-sama berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas dengan nilai kontribusi dengan nilai konstribusi sebesar 52,1%. Dengan demikian kesimpulan di atas dapat digambarkan pada skema berikut ini :
FATO
r = 45.1% R= 51.21%
ROA
WCTO r = 17.8%
Gambar 4.1 Kemampuan Fixed Asset Turn Over dan Working Capital Turn Over terhadap Return On Assets