BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a.
Gambaran Umum Obyek Penelitian i.
Sejarah Singkat Berdirinya Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia Seperti kita pahami bersama bahwa saat ini umat dan bangsa kita sedang menghadapi berbagai masalah bangsa yang cukup berat seperti masalah korupsi, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM), busung lapar, flu burung, konflik sosial dan sebagainya. Pada tanggal 22 Juni 1972 dibentuklah Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dengan azas Islam dan bersifat sebagai organosasi independent yang mandiri dan tidak terkait secara struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik manapun. Dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maksud dan Tujuan Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia adalah meningkatkan kualitas hidup Jama’ah Masjid untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sasaran Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia antara lain: 1.
Tercapainya peningkatan pengembangan kemakmuran Masjid di bidang ibadah, pendidikan, dakwah sosial, keterampilan, dan akhlaqul karimah.
50
2.
Tercapainya organisasi kemasjidan yang dapat mewujudkan tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Yang pada intinya kemerosotan moral dan integritas bangsa
termasuk tanggung jawab Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia untuk menjadikan Masjid sebagai institusi yang mampu menyelamatkan umat dan bangsa dari permasalahaan tersebut dengan memfungsikan Masjid sebagai pusat peradaban yang tangguh dan bermartabat. Dengan tekad dan harapan Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia menjadi organisasi kemasyarakatan dan wahana komunikasi pengelola Masjid seluruh Indonesia yang melaksanakan gerak dakwah, serta menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan pembinaan aqidah, ibadah, akhlak, ukhuwah, keilmuan, keterampilan dan kesejahteraan umat. Sejak keberadaannya tanggal 22 Juni 1972 Korps Da’i Dewan Masjid
Indonesia
yang
merupakan
organisasi
kemasjidan
telah
mengesahkan memiliki tujuan: “Mewujudkan fungsi Masjid sebagai pusat ibadah, pengembangan masyarakat serta persatuan umat dalam rangka meningkatkan keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia, kecerdasan umat dan tercapainya masyarakat adil dan makmur yang di ridhoi Allah SWT”. Untuk rencana tujuan tentunya segenap pengurus atau pimpinan Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia berikhtiar untuk menjadikan Masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan sentral dari segala kegiatan sosial kemasyarakatan dalam arti yang seluas-luasnya.
51
Setidak-tidaknya Masjid hendaknya di fungsikan sebagai pusat:
Pusat kegiatan ibadah dalam arti khusus seperti Shalat, Dzikir dan I’tiqaf.
Mewujudkan
fungsi
Masjid
sebagai
pusat
pengembangan
masyarakat dalam upaya pembinaan sumber daya manusia umat dan bangsa.
Mewujudkan fungsi Masjid sebagai pembinaan persatuan umat (Ukhuwwah
Islamiyah,
Ukhuwwah
Basyariah,
Ukhuwwah
Wathoniyah). Landasan Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia ini secara substansi bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah As-shaihah, diterjemahkan sehingga dapat operasional berdasarkan anggaran dasar rumah tangga Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia serta peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia didirikan oleh 8 Organisasi Kemasjidan, yaitu: Persatuan masjid Indonesia (PERMI). Ikatan Masjid dan Mushola Indonesia (IMAMI). Ikatan Masjid Indonesia (IKMI). Majelis Ta’miril Masjid Muhammadiyah. Hai’ah Ta’miril Masjid Indonesia (HTMI). Ikatan Masjid dan Mushola Indonesia Muttahidah (IMMIM). Majelis Kemasjidan Al-Washliyah.
52
Majelis Kemasjidan Majelis Dakwah Islamiyah (MDI). Organisasi Kemasjidan di rintis oleh Para Ulama, Zuama antara lain: 1) K. H. Taufiqrahman. 2) Mayor Jend. H. Sudirman. 3) Jend. Purn. H. Sutjipto Jododihardjo. 4) Kolonel H. Karim Rasyid. 5) Brig. Jend. Raharjodikromo. 6) H. Syarbaini Karim, dan lain-lain. ii.
Lambang Atribut Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia
1.
Bentuk Lambang Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia adalah: a. Masjid b. Persegi Delapan Putih c. Lingkaran Hijau
2.
Arti Lambang adalah sebagai berikut: a. Masjid:
53
Memiliki 6 (enam) anak tangga mempresentasikan Dasar Rukun Iman sebagai azas aqidah pendirian Masjid. Memiliki 5 (lima) pintu masuk mempresentasikan Rukun Islam mewujudkan kesalihan individual dan kesalihan sosial. Kubah dengan puncak mengarah kepada Allah SWT yang Esa sebagai tujuan. Warna Hijau sebagai ikatan keseluruhan dalam wadah yang bulat wujud kebulatan tekad Korps Da’i Dewan Massjid Indonesia untuk memberdayakan potensi Masjid dalam meningkatkan kesejahteraan umat. b. Bentuk
Persegi
Delapan
Putih
merupakan
dampak
pemberdayaan potensi Masjid yang memancar keseluruh penjuru mata angin (Rahmatan Lil’alamin). c. Lingkaran Hijau sebagai ikatan seluruh dalam wadah yang memiliki manfaat dan kesejukan bagi umat. iii.
Visi Misi Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia Visi Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia adalah, sebagai berikut: 1.
Menjadikan Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia mampu mencapai tujuannya.
2.
Untuk meningkatkan fungsi masjid.
3.
Pusat ibadah.
54
4.
Mu’amalah dan persatuan umat.
5.
Membina akhlak dan kejuangan.
6.
Mengusahakan sumber kehidupan bagi pengurus dan keluarganya.
7.
Mengadakan pertemuan rutin, dengan para anggota pengelola Masjid sebagai anggota Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sesuai dengan tingkatannya. Misi Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia adalah,
sebagai berikut: 1.
Memperkuat jaringan kerja.
2.
Meningkatkan kemampuan menegerial, tenikel dan ruh jihad.
3.
Mencari tenaga potensial.
4.
Mencari sumber pendapatan.
5.
Bekerjasama dengan kegiatan sosial.
6.
Pelatihan berbagai keterampilan.
7.
Menjalin kerjasama dengan Pemerintah, Swasta, Ormas Islam dan yang lainnya.
8.
Mengembangkan metode Masjid modern.
9.
Membuat program pembinaan Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dan pengelola Masjid bekerjasama dengan Pemerintah, Swasta, Ormas Islam dan yang lainnya.
10. Menyampaikan
program
Pemerintah, Swasta.
55
yang
dapat
menunjang
kegiatan
11. Mengusahakan dana rutin untuk Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dari Pemerintah, Swasta dan yang lainnya. iv.
Kedudukan Humas Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia melaksanakan kegiatan dan membina hubungan baik dengan masyarakat dan media. Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia juga menyelenggarakan kegiatan seperti seminar, workshop, mengadakan pelatihan, penyuluhan kesehatan, penyelenggaraan festival, tabligh akbar, program-program sosial, meng-evaluasi kegiatan serta menangani segala urusan yang berkaian dengan kegiatan kemasyarakatan serta mengembangkan sarana komunikasi dengan media cetak, elektronik dan audiovisual. Posisi kedudukan Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia pada Struktur Organisasi terletak di bawah Dewan Pengurus Harian pada bagian sub bidang sejajar dengan Divisi Bidang tabligh dan Divisi Penelitian, Pengembangan dan Pendidikan Kader (P3K).
v.
Peran, Fungsi dan Tugas Humas Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia Pada awal tahun 2006 Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia membentuk Humas atau Public Relations dengan latar belakangnya adalah ingin meningkatkan citra atau image dalam pelayanan untuk para konsumen yang bukan hanya dari dalam saja tetapi juga berasal dari luar,
56
konsumen Korps Da’i Dewan Masjid Indoesia ada yang dari internal dan eksternal. Adanya Humas diharapkan fungsi dan peran humas dijalankan dengan baik untuk meningkatkan citra Masjid, humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia ini memiliki fungsi memperkenalkan dan menjaga citra Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia di masyarakat. Berikut adalah peran dan tanggung jawab humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dalam menjaga citra Masjid: 1.
Meningkatkan upaya penyebarluasan fungsi dan peran Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia.
2.
Melakukan sinergi dengan badan otonomi pusat informasi Masjid.
3.
Melakukan peliputan terhadap kegiatan-kegiatan besar di Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia.
4.
Mendokumentasikan hasil-hasil kegiatan besar dalam bentuk elektronik dan cetak.
5.
Mengkaji proposal masuk dan keluar terkait dengan permintaan ataupun permohonan dana.
6.
Menciptakan dan memelihara berbagai bentuk identitas yayasan beserta ciri khasnya, seperti logo, tipografi, serta hiasan dan sejenisnya.
7.
Membentuk perpustakaan masjid.
8.
Menerbitkan dan memelihara profil organisasi.
9.
Mengelola homepage yayasan.
57
vi.
Struktur Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia PENGESAHAN SUSUNAN PENGURUSAN ANGGOTA KORPS DA’I DEWAN MASJID INDONESIA PERIODE KEPENGURUSAN 2008 – 2013
Dewan pembina
Dewan Penasehat
Dewan Pengurus harian
Bidang - Bidang
Bidang Tabligh
Penelitian, Pengembangan dan Pendidikan Kader (P3K)
Sumber : Surat Keputusan Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia
58
Humas, Dokumentasi dan Publikasi
b.
Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian mengenai Peran Humas Korps Da’i dewan Masjid
Indonesia Dalam Melaksanakan Kegiatan Bhakti Sosial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako Periode Oktober 2012. Penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan metode wawancara mendalam. Wawancara tersebut dilakukan dengan mewawancarai 3(tiga) narasumber dari Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, yaitu 1). Bapak Sugiono selaku Panitia Kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako, 2). Bapak Slamet Riyanto, S.Sos selaku Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, 3). Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos selaku Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia. Berikut ini adalah hasil penelitian yang peneliti lakukan dalam Peran Humas Korps Da’i dewan Masjid Indonesia Dalam Melaksanakan Kegiatan Bhakti Sosial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako Periode Oktober 2012. a. Peran
Humas
Sebagai
Teknisi
Komunikasi
(Technician
Communication) Peran pertama dari teori yang dibuat oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom adalah peran humas sebagai Teknisi Komunikasi. Media
sebagai
salah
satu
alat
dan
sarana
humas
untuk
menyampaikan informasi, publikasi dan promosi kepada publik internal dan eksternal. Humas mengembangkan isi situs web, dan berurusan
59
dengan kontak media. Humas juga menyediakan layanan teknis komunikasi dan sistem komunikasi dalam organisasi. Dimana dalam hal ini dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat diketahui bahwa Humas Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah melaksanakan perannya dengan baik, hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang disampaikan oleh bagian humas itu sendiri membantu mengkomunikasikan program-program, acara, kegiatan organisasi kepada publiknya sehingga nantinya akan ada timbal balik dari apa yang telah dikomunikasikan, sesuai dengan komunikasi yang telah diatur oleh organisasi. Mengenai pelayanan teknis yang diberikan humas untuk organisasi sekaligus dalam kegiatan Bhakti Sosial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako Periode Oktober 2012 ini, berikut wawancara peneliti dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Sos: “Teknis yang berkaitan dengan tugas di kesekretariatan maupun dalam penyelenggaraan kegiatan, kami juga berhubungan dengan bagian terkait yang ada di organisasi, menyediakan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh kita untuk menghubungkan organisasi dengan masyarakat.” 34 Mengenai hal tersebut juga ditambahkan oleh Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos: “Menyediakan layanan teknis itu menjadi tugas kesekretariatan organisasi, termasuk humas didalamnya. Jadi, bukan hanya tugas Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 34
60
humas sendiri. Peran humas sendiri sebagai teknisi komunikasi, yaitu humas menyediakan contact person, e-mail, pengumumanpengumuman sudah kita lakukan.” 35 Salah satu kunci sukses berhubungan dengan pers (media cetak maupun elektronik) adalah sikap yang proaktif praktisi humas sebagai sumber berita untuk mengundang wartawan. Ada banyak tehnik untuk berhubungan dengan pers, yakni membuat siaran pers (press release), mengadakan konfrensi pers atau temu pers, wawancara khusus, perjalanan pers dan lain sebagainya. Menanggapi pertanyaan penulis mengenai publikasi kegiatan Bhakti Sosial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako Periode Oktober 2012, Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos memberikan tanggapannya sebagai berikut: “Kita pihak humas telah menulis dan mengembangkan isi web organisasi mengenai kegiatan tersebut, kemudian disampaikan kepada teknisi, karena kita ada bagian IT (information technology), yang mana tim IT sendiri termasuk dalam bagian kesekretariatan. Intinya humas yang menulis dan mengembangkan isi web, tetapi bagian IT lah yang mengolah datanya dan mengupdate di internet.”36 Hal tersebut juga ditanggapi oleh Bapak Slamet Riyanto, S.Sos sebagai berikut: Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 36 Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 35
61
“Mengenai hal itu belum terlalu banyak kita lakukan, tetapi organisasi sudah mengembangkan tentang pemberitaan oleh bidang IT (information technology), karena mereka punya tugas yang secara khusus ditugaskan oleh organisasi yaitu mengakses pemberitaan melalui website
37
www.dmi.or.id.”
Adapun mengenai kontak dengan media, berikut pernyataan Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos ketika ditanyakan tentang hal tersebut: “Yang mengundang pihak media adalah tugas kesekretariatan. Kita mengundang beberapa media yang berhubungan dengan hal yang kita angkat.”38 Mengenai hal ini, berikut petikan wawancara dengan Bapak Sugiono: “Untuk peserta sendiri mereka datang setelah kita menyebarkan info
melalui
bagikan.”
spanduk
serta
selebaran-selebaran
yang
kita
39
Dari hasil wawancara diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa keputusan teknisi yang digunakan oleh Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia merupakan bukan merupakan keputusan humas sendiri, melainkan keputusan sekretariat dan pimpinan organisasi, sedangkan humas hanya melaksanakannya. Atau lebih jelasnya sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi dan sistem Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 38 Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 39 Wawancara dengan Panitia Pelaksana Kegiatan Sugiono, 23 Februari 2013. 37
62
komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian. Humas sendiri melakukan monitoring perkembangan proyek dan melaporkan progres nya kepada pihak organisasi, dapat menyiapkan dan memproduksi sebuah laporan beritaan dalam meningkatkan pelayanan program komunikasi untuk organisasi. Setelah melihat pernyataan-pernyataan yang diungkapkan dalam hasil wawancara antara penulis dengan kedua nara sumber (humas) diatas, maka dapat dikatakan bahwa Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sudah cukup optimal dalam menjalankan perannya di organisasi, karena bagian tim humas di organisasi ini saling bekerja sama dengan baik dalam menjalankan tugasnya. b. Peran Humas Sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) Peran kedua dari teori yang dibuat oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom adalah peran humas sebagai Fasilitator Komunikasi. Peran humas sebagai fasilitator komunikasi menjadikan praktisi sebagai pendengar yang paling sensitif dan pialang informasi, selain itu humas juga sebagai penghubung, penerjemah dan mediator antara orang organisasi dan publik yang mengelola komunikasi dua arah, dan membuat saluran komunikasi tetap terbuka. Dengan tujuan untuk memberikan informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun publik, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang sangat menguntungkan.
63
Demi menjalin hubungan baik yang lebih baik lagi setiap tahun nya, baik itu kegiatan yang bersifat formal maupun informal yang mendukung saling terciptanya pengertian, pemahaman antara organisasi dengan masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Slamet Riyanto, S.Sos sebagai berikut: “Organisasi mempunyai program kegiatan pertemuan dengan publik, sehingga acara-acara untuk masyarakat akan selalu menjaga dan menjalin hubungan baik antara organisasi dengan masyarakat. Disitu juga kesempatan organisasi memberikan arahan-arahan massa depan, kemudian memberikan rencanarencana oleh pihak organisasi, masyarakat juga bisa memberikan usulan-usulan yang sifatnya bisa membangun hubungan yang lebih baik lagi antara masyarakat dengan organisasi.”40 Mengenai perannya sebagai fasilitator komunikasi yang bertugas memberikan masukan atau saran kepada pimpinan organisasi, sekaligus sebagai pihak yang menganalisis opini publik, berikut lanjutan penuturan Bapak Slamet Riyanto, S.Sos selaku ketua bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia: “Humas mempunyai fungsi dan tugas untuk selalu menganalisis opini masyarakat. Ketika opini masyarakat dianggap hal yang positif dan akan memberikan prestise sebuah organisasi maupun lingkungan masyarakat, mungkin dari humas mungkin dari humas akan mengajukan kepada pihak organisasi untuk menindaklanjuti opini masyarakat. Kalau sifatnya tidak akan memberikan nilai
Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 40
64
positif, organisasi mungkin hanya akan diberitahukan kepada pihak organisasi tapi tidak ditindaklanjuti.” 41 Adapun dalam acara kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako, berikut adalah petikan wawancara dari Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos mengenai peran humas sebagai fasilitator komunikasi beserta prosesnya: “Humas
sebagai
penghubung
dan
penerjemah,
semua
hal
dilaksanakan oleh humas sebagai fasilitator, humas langsung terjun ke lokasi untuk memberikan pengarahan serta mengundang warga sekitar,
mengundang
media
cetak,
bagaimana
humas
mempromosikan acara ini dan mengkonsultasikannya kepada sekretariat organisasi. Kalau sebagai penghubung, humas sebagai sumber informasi, perlu dipahami bahwa humas merupakan bagian dari sekretariat organisasi.” 42 Dapat diperjelas disini bahwa Humas Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia berperan dalam menjembatani komunikasi antara publik dengan media dan penengah bila terjadi miss communication. Fungsi komunikasi timbal balik (dua arah) tersebut didalam suatu kegiatan manajemen pada suatu lembaga sekarang ini biasanya diserahkan kepada pihak humas. Sebagai fasilitator komunikasi, praktisi humas bertindak sebagai sumber informasi dan kontak resmi organisasi dengan publiknya. Ketika Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 42 Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 41
65
peneliti menanyakan mengenai hal tersebut kepada Ketua Bidang Humas Bapak Slamet Riyanto, S.Sos, berikut penjelasan beliau: “Pada dasarnya satu kebijakan tersendiri, dimana humas adalah bagian dari sekretariat organisasi. Hubungan masyarakat kepada organisasi itu sebetulnya lebih dikaitkan dengan organisasi, karena humas adalah bagian lembaga yang dibentuk oleh pihak organisasi. Jadi, ketika mungkin ada sesuatu yang tidak bisa disampaikan langsung kepada pimpinan organisasi, maka bisa melalui humas.” 43 Dalam penyelenggaraan kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako, Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia berperan sebagai sumber informasi, sebagaimana dikatakan oleh Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos: “Sebenarnya sekretariat organisasi adalah pihak atau sumber informasi organisasi, cuma dalam keorganisasian ada humas. Jadi, secara umum memang kesekretariatan sebagai sumber informasi yang di dalamnya ada humas. Kalau untuk acara bhakti sosial ini kita lebih sering langsung komunikasi tatap muka, sesekali lewat telepon, jadi komunikasinya dalam bentuk secara langsung.” 44 Dari dua pernyataan diatas, dapat dilihat bahwa wewenang humas berada dibawah sekretariat, organisasi. Dengan demikian, humas bukan sebagai key informan atau sumber informai yang utama di Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia. Akan tetapi, humas adalah pihak
Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 44 Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 43
66
fasilitator
komunikasi
di
bawah
sekretariat
organisasi
yang
menyambungkan aspirasi publik terhadap organisasi. Jadi, humas juga berfungsi sebagai pusat sirkulasi informasi ke luar dan ke dalam bagi pimpinan organisasi. Idealnya humas berfungsi sebagai juru bicara (komunikator) pimpinan paling atas, karena pimpinan sebagai sumber informasi utama bagi komunikasi bagi komunikator. c.
Peran
Humas
Sebagai
Penentu
Ahli
(Expert
Prescriber
Communication) Peran ketiga dari teori yang dibuat oleh Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom adalah peran humas sebagai Penentu ahli. Humas dianggap sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab atas masalah dan penyelesaian hubungan antara organisasi (Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia) dengan masyarakat terutama. Humas juga menjadi tim perencana dan tim penasihat dalam penyelenggaraan suatu acara atau kegiatan. Mengenai peran Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sebagai Penentu Ahli dalam tugasnya di sekretariat organisasi dijelaskan oleh Bapak Slamet Riyanto, S.Sos: “Ya, Humas telah menjelaskan tugasnya sebagai Penentu Ahli. Mengenai hal-hal yang bersifat kemasyarakatan itu, Humas didampingi oleh pimpinan organisasi. Mengenai hal-hal lainnya sesuai dengan bidangnya masing-masing.”45
Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 45
67
Berikut petikan wawancara penulis dengan Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos mengenai peran Humas sebagai Penentu Ahli dalam kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako periode Oktober 2012. “Humas dalam setiap acara tentunya mengkoordinasikan pihak penyelenggara dan juga pihak-pihak terkait. Hubungannya ini baik antar panitia, maupun dengan pihak luar. Artinya, pihak luar yang diundang sebagai peserta atau tamu undangan lainnya ditangani oleh humas dan itu memang sudah ada di bawah tanggung jawab kepanitiaan, selain organisasi.” 46 Humas sebagai Penentu Ahli juga memiliki wewenang untuk memberikan saran dan usulan kepada organisasi, baik dalam tugasnya di sekretariat organisasi, maupun dalam mengadakan suatu acara. Berikut kutipan wawancara penulis dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Sos: “Saran-saran yang diberikan humas kepada organisasi, yang jelas akan diseleksi atau dipertimbangkan oleh pihak organisasi. Akan dilihat dari segi positif dan negatifnya. Ketika segi positifnya lebih banyak, maka organisasi akan menyetujui apa yang disampaikan atau disarankan oleh humas.” 47 Adapun mengenai usulan yang diberikan humas dalam pelaksanaan kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako periode
Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 47 Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 46
68
Oktober 2012, dijelaskan oleh Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos sebagai berikut: “Seperti misalnya didalam menentukan siapa yang akan diundang, pihak panitia (yang dibentuk oleh organisasi) juga menentukan pihak-pihak mana yang akan diundang. Jadi, humas sebagai penghubung antara perusahaan (organisasi) dengan publiknya.” 48 Sebagai Penentu Ahli, Humas juga bertugas mengembangkan program dan bertanggung jawab penuh atas penerapannya. Demikian pula yang dilakukan oleh Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, berikut wawancara peneliti dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Sos: “Humas sebagai biro dakwah dan humas organisasi dalam memberikan
sebuah
pemberitaan-pemberitaan,
undangan
pendidikan lomba dakwah yang berkaitan dengan masyarakat untuk pihak organisasi mengadakan sebuah hubungan dengan pihak-pihak terkait dalam proses perencanaan program-program untuk memperkenalkan dan meningkatkan citra organisasi.”49 Dari hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah menjelaskan perannya humas sebagai Penentu Ahli yang mengembangkan program keorganisasian dan bertanggungjawab atas penerapannya. Mengenai kegiatan keorganisasian yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat, maka humas diikutsertakan, kemudian bersinergi dengan bidang lain yang terkait Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 49 Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 48
69
dengan organisasi. Humas sendiri sifatnya adalah terus menjalin hubungan ke pihak publik, baik internal maupun eksternal. d. Peran Humas Sebagai Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Facilitator) Peran yang terakhir dari teori yang dibuat oleh Scott M. Cutlip, Allen
H.
Center,
dan
Glen
M.
Broom
adalah
peran
humas
sebagaiFasilitator Pemecah Masalah. Adapun karakteristik yang terdapat dalam peran ini adalah humas berkerjasama dengan panitia maupun pihak terkait dalam menyelesaikan masalah organisasi dari tahap awal sampai dengan tahap evaluasi. Di dalam melaksanakan pekerjaan atau program kerja terkadang humas menemui kendala tertentu, lalu sampai sejauh mana kewenangan yang di berikan oleh organisasi kepada humas. Dalam hal ini Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia wajib melibatkan diri ataupun dilibatkan dalam proses pemecahan persoalan yang dihadapi oleh organisasi, karena Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia merupakan bagian tim penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan yang sedang dihadapi organisasi. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Slamet Riyanto, S.Sos sebagai berikut: “Banyak hal yang dikatakan berhasil, karena pada dasarnya sampai sekarang keterkaitan antara humas dengan pihak pimpinan organisasi cukup berjalan dengan baik dan lancar. Pihak humas organisasi adalah suatu naungan yang bagus, baik tim, situasi dan kondisinya memungkinkan untuk bertemu untuk saling memberikan saran, nasihat-nasihat yang diperlukan, bersama-sama untuk 70
memotivasi kepercayaan masyarakat dan terus meningkatkan kualitas organisasi.” 50 Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos mengenai peran humas sebagai fasilitator pemecah masalah dalam memberikan usul atau saran kepada pihak organisasi, berikut adalah hasil wawancara dengan beliau: “Kita semua selalu berembuk, terutama pimpinan. Bagaimana kita dapat menghadapi dan mengatasi serta menangani permasalahanpermasalahan
humas
sendiri
secara
otomatis
merupakan
kewajiban dan selalu berusaha memecahkan masalah dalam setiap acara, tidak hanya bhakti sosial saja. Humas terkait dengan kebijaksanaan organisasi, selalu memberikan ide dan saran, karena humas sendiri disini termasuk dalam kesekretariatan organisasi, artinya dalam strukturalnya sendiri diberi kewenangan dan memang tugasnya memberi saran.” 51 Sehingga bila dilihat dari pernyataan bagian humas sebagai narasumber ini sndiri dapat diketahui bahwa peran humas sebagai fasilitator pemecah masalah (Problem Solving Facilitator) telah dijelaskan dengan baik oleh Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, humas juga tidak terlepas dari berbagai persoalan atau permasalahan yang dihadapi, seperti apa kendala-kendala yang dihadapi Humas Korps Da’i Dewan Masjid Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 51 Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 50
71
Indonesia baik eksternal maupun internal dan bagaimana humas menangani berbagai kendala tersebut, berikut hasil wawancara dengan Bapak Slamet Riyanto, S.Sos: “Jelas yang namanya permasalahan dalam sebuah lembaga organisasi itu pasti ada, tapi yang akan menjadi pemecah masalah dan menentukan kebijakan, yaitu jelas ada dibawah pimpinan organisasi,
sedangkan
humas
bersifat
membantu
pimpinan
organisasi. Dapat dikatakan tidak ada insiden yang dapat membuat organisasi mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat kepada organisasi. Seiring bertambahnya waktu, sekarang kepercayaan masyarakat terhadap organisasi meningkat. Itu tidak lepas daripada kerjasama organisasi dengan humas.” 52 Mengenai kendala yang dihadapi oleh humas maupun panitia kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako ini, berikut penuturan Bapak Drs. Didik Luthfi, S.Sos mengenai hal tersebut: “Untuk acara bhakti sosial alhamdulillah tidak menemui kesulitan apapun, karena berkoordinasi dengan panitia, dan warga setempat. Jadi koordinasinya bagus. Sukses tidaknya acara tidak hanya menjadi tanggungjawab pihak humas, maupun panitia akan tetapi, menjadi tanggungjawab bersama dan humas sudah menjadi satu kesatuan.”53 Hal tersebut juga ditambahkan oleh Bapak Sugiono selaku panitia berikut wawancara peneliti dengan beliau: Wawancara dengan Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Slamet Riyanto, S. Sos, 15 Februari 2013. 53 Wawancara dengan Wakil Ketua Bidang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia, Drs. Didik Luthfi, S.Sos, 18 Februari 2013. 52
72
“Yang namanya kendala itu ada saja, terutama masalah keuangan dan juga masalah etos kerja.” 54 Dari penelitian wawancara diatas maka dapat dilihat bahwa humas tidak mengalami kesulitan atas kendala yang berarti, walaupun cukup ada masalah dengan keuangan, akan tetapi Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia mampu menangani masalah dengan baik dalam mengadakan acara bhakti sosial dan kesekretariatan organisasi. c.
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui wawancara
mendalam (In-depth Interview) dengan para nara sumber dengan melakukan pengumpulan dari data-data yang ada, peneliti menjelaskan secara rinci pembahasan yang menjadi obyek penelitian dan menganalisa semua data penelitian penelitian sesuai dengan fakta yang sebenarnya secara keseluruhan mengenai Peran Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dalam menjalankan kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako periode Oktober 2012. Dalam melakukan tugasnya sebagai seorang praktisi, pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah menjalankan peran humas sebagai berikut: 1. Peran Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia juga sebagai Teknisi Komunikasi (Communication Technician) yang menyediakan layanan di bidang teknis, baik untuk mengembangkan isi situs web, berurusan dengan pihak media. Peran ini dilakukan humas dalam pelaksanaan dan 54
Wawancara dengan Panitia Pelaksana Kegiatan Sugiono, 23 Februari 2013.
73
evaluasi,
dimana
mempersiapkan keberhasilan
humas
yang
perlengkapan
acara
tersebut,
tergabung
yang mulai
dalam
dibutuhkan dari
panitia
untuk
lokal
menunjang
mempersiapkan
tempat
berlangsungnya kegiatan, berhubungan dengan media, dan tanggapannya terhadap acara tersebut. 2. Peran sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Fasilitator) telah dijalankan oleh Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia yang menjadi penghubung dan mengelola komunikasi dua arah, serta membuat saluran komunikasi tetap terbuka dan menyediakan informasi yang diperlukan pimpinan organisasi. Sedangkan untuk sumber informasi sendiri, untuk lebih lengkapnya dapat menghubungi pihak sekretariat organisasi. Peran ini dilakukan humas dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan. Humas dan panitia lokal saling berhubungan dan menjalin komunikasi yang efektif demi kesukseskan acara tersebut. Hal ini juga terbukti bahwa panitia lokal selalu bermusyawarah dengan pihak-pihak yang dianggap memiliki kompeten dalam acara ini. 3. Sebagai Penentu Ahli (Expert Presciber Communication), Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia mampu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah antara pihak organisasi dengan publiknya, sekalipun hal ini tidak lepas dari kerjasama antara humas dengan pimpinan organisasi. Selain itu Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia juga senantiasa memberikan saran atau usul terbaiknya untuk disampaikan kepada pimpinan organisasi dalam setiap kesempatan. Peran
74
Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sebagai Penentu Ahli ini lebih banyak dilakukan dalam tahap mendefinisikan masalah dan perencanaan, yang mana humas dengan panitia bekerja sama untuk mensukseskan acara ini, sebagaimana yang diharapkan semua pihak. 4. Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia berperan sebagai Fasilitator Pemecah Masalah (Problem Solving Facilitator) yang dilibatkan dalam proses pemecahan masalah. Pihak humas juga membantu pimpinan organisasi sebagai penasihat dan bekerja sama dengan bagian lainnya dalam mengatasi persoalan yang sedang dihadapi. Peran ini lebih banyak dilakukan oleh Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dalam tahap perencanaan
dan
pelaksanaan,
dimana
ketika
menghadapi
suatu
persoalan, humas dan panitia bekera keras dan bersungguh-sungguh untuk memecahkan masalah tersebut. Dan hasilnya, acara tersebut dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan. Kegiatan yang dilakukan Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dalam mendefinisikan masalah, seperti memberikan usulan tentang tema acara dengan kegiatan yang akan diselenggarakan. Selanjutnya, pada perencanaan kegiatan bhakti sosial itu sendiri, humas selalu berkoodinasi dengan pihak Kementrian Agama, Panitia, mengenai persiapan acara yang akan dilaksanakan di Masjid Agung Kemayoran. Kegiatan yang dilakukan pada masa pasca kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako, humas melakukan kegiatan evaluasi terhadap setiap kegiatannya dengan meminta pertanggungjawaban terhadap tugas bagi
75
seluruh tim panitia dan juga memonitor melalui media cetak apa saja yang telah memuat berita tentang kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako yang telah berlangsung. Setiap
perusahaan
atau
organisasi
tentunya
selalu
berusaha
mempertahankan image, baik yang telah ada, dalam hal ini biasanya humas membuat beberapa kegiatan khusus. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah melakukan kegiatan kehumasannya dalam pelaksanaan kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako. Humas yang dibuat secara terstruktur dan terencana dalam upaya mendukung kegiatannya dan mempertahankan citra serta pencapaian tujuan organisai. Dengan terciptanya hubungan yang baik antara Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia dengan publik internal dan eksternal, maka kegiatan kehumasan dapat berjalan dengan baik dan di publikasikan oleh beberapa media yang hadir dalam acara tersebut. Humas yang termasuk dalam panitia, turut menentukan media apa saja yang akan digunakan sebagai alat publikasinya kepada khalayak, agar pelaksanaan kegiatan bhakti sosial santunan yatim dan pembagian sembako tersebut berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Pengukuran keberhasilan program kerja Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia pada pelaksanaan kegiatan kehumasan, dalam kegiatan ini humas
melakukan
evaluasi
terhadap
kegiatan-kegiatan
yang
telah
dilaksanakan. Evaluasi merupakan langkah akhir dalam suatu kegiatan dimana pengukuran keberhasilan suatu program sudah berjalan dengan baik atau
76
belum. Hal tersebut yang Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia lakukan adalah dengan menggunakan alat atau media monitoring berupa hasil kliping berita yang diliput oleh media massa. Sebagai hasilnya, dapat memberikan fokus pada pesan tertentu akan mengarah pada tujuan akhir organisasi 4.3.1. Kegiatan Bhakti Sosial Santunan Anak Yatim Bhakti sosial atau lebih dikenal sebagai baksos merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan antara sesama manusia. Bhakti Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan kekerabatan kita. Kegiatan bhakti sosial ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial kita untuk dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat. Bhakti sosial juga menimbulkan rasa keterikatan dengan masyarakat terutama masyarakat yang tidak mampu atau kaum dhuafa yang secara ekonomi mereka harus dibantu agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Bhakti sosial terdiri dari dua kata yaitu bhakti dan sosial. Pengertian dari kata bakti ini sendiri lebih mengedepankan tentang apa yang sudah kita berikan kepada mereka yang butuh pemberian, mereka yang perlu dibantu, mereka yang harus diperhatikan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi. Lebih dalam lagi pengertian disini mengandung suatu ikatan antara orang yang memberi dan orang yang menerima karena didalam suatu komunitas sudah pasti terdapat masyarakat yang berupa individu atau perorangan dan masyarakat yang berupa kelompok-kelompok atau organisasi. Didalam bhakti sosial yang diadakan pada penelitian ini telah terjadi ikatan antara Dewan Mesjid Indonesia
77
dengan para dhuafa yang terdiri dari anak yatim dan masyarakat yang kurang mampu. Intensitas pengikatan ini tergantung dari sejauh mana kesadaran masyarakat yang mampu untuk berbagi terhadap sesama, memperdulikan dan memperhatikan mereka dan membantu mereka agar kehidupannya meningkat dari keadaan sebelumnya. Dalam hal ini kesadaran diri yang tinggi merupakan kata kunci dalam berbakti kepada sesama. Kesadaran diri yang dimiliki oleh setiap individu berbeda satu dengan lainnya. Kesadaran diri yang dipelihara dan dijaga akan berbekas pada diri individu dan pada akhirnya akan selalu tergerak hatinya untuk membantu sesama yang kurang mampu, merasa berdosa jika tidak melakukan sesuatu untuk membantu sesama dan mempunyai perasaan bertanggung jawab terhadap kehidupan sesama. Perasaan bertanggung jawab terhadap kehidupan sesama merupakan perasaan yang tinggi jika dimiliki oleh individu atau kelompok masyarakat. Dengan perasaan tanggungjawab itu sesorang atau individu bahkan suatu kelompok akan selalu berfikir dan merealisasikan program-program kerjanya untuk membantu sesama yang kurang mampu. Itulah pengertian lain dari berbagi yaitu dapat memberi sesuatu kepada mereka yang membutuhkan. Memberikan sesuatu apa saja yang dibutuhkan mereka melalui perencanaan yang matang yang dilakukan melalui pelaksanaan program-program kerja yang telah ditetapkan oleh organisasi atau kelompok masyarakat. Melalui program kerja yang telah dibuat maka bantuan yang akan disalurkan kepada masyarakat kurang mampu akan tepat sasaran artinya hanya masyarakat yang benar-benar kurang mampu yang telah memenuhi kriteria yang bisa menerima bantuan tersebut.
78
Sedangkan kata sosial merupakan kata yang tidak lepas dari kata bhakti sehingga ke dua kata tersebut sering digunakan secara bersamaan menjadi Bhakti Sosial. Sosial adalah keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain. Kehadiran itu bisa nyata kita lihat dan kita rasakan, namun juga bisa hanya dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat atau mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika kita sedang menelpon, atau chatting (ngobrol) melalui internet. Bahkan setiap kali kita membayangkan adanya orang lain, misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapak, menulis surat pada teman, membayangkan bermain sepak bola bersama, mengenang tingkah laku buruk didepan orang, semuanya itu termasuk sosial. Dalam pengertian lain sosial merupakan segala perilaku manusia yang menggambarkan dan merujuk kepada hubungan manusia dalam kemasyarakatan yaitu hubungan antara sesama individu, hubungan antar individu dengan masyarakat dan hubungan antar individu dengan kelompok masyarakat. Hubungan yang terjadi pada penelitian ini adalah hubungan antara Dewan Masjid Indonesia dengan Masyarakat Dhuafa dalam rangka melaksanakan kegiatan Bhakti Sosial berupa santunan anak yatim dan pembagian sembako. Anak yatim merupakan salah satu kelompok masyarakat yang perlu bahkan wajib dibantu karena dengan kondisi yang menimpanya mereka hidup dalam kondisi yang kekurangan. Anak yatim merupakan seorang anak yang ditinggal oleh ayahnya karena ayahnya meninggal dunia sehingga dengan tidak adanya ayah, praktis tidak ada yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
Walaupun
79
dengan
sangat
terpaksa
ibunya
menggantikan posisi ayahnya sebagai pencari nafkah namun besarnya penghasilan yang didapatkan tidak sebesar penghasilan ayahnya sehingga mereka tetap masih berada dalam kondisi yang serba kekurangan. Bahkan didalam Agama Islam menyantuni anak yatim sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW dan beliau menggambarkan siapa saja yang menyantuni, peduli bahkan memelihara anak yatim maka orang tersebut akan sangat dekat kedudukannya dengan Rosulullah di Surga nanti bagaikan kedekatan antara jari tengah dan jari manis. Seperti telah diketahui bahwa peranan hubungan masyarakat (humas) yang paling penting adalah membangkitkan opini publik yang positif kepada suatu institusi, perusahaan atau organisasi lainnya. Tentunya dalam membangkitkan opini publik yang positif ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yang berurutan dan berkesinambungan. Dari ilmu manajemen secara garis besar terdapat tiga tahapan yang paling mendasar yang harus diikuti oleh setiap organisasi untuk melakukan suatu pekerjaan. Ketiga tahapan yang dimaksud adalah : a. Tahapan Perencanaan b. Tahapan Pelaksanaan c. Tahap Evaluasi A. Tahapan Perencanann Dalam tahap perencanaan ini humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia melakukan perencanaan tentang semua aktifitas yang berhubungan atau terkait dengan pelaksanaan Kegiatan Bhakti Sosial Santunan anak Yatim dan Pembagian Sembako kepada kaum Dhuafa. Dalam hal ini peran humas sebagai Penentu Ahli yang sangat menentukan dan berhubungan langsung. Berdasarkan hasil penelitian
80
yang telah disampaikan pada bab sebelumnya diperoleh informasi bahwa pihak manajemen Dewan Masjid Indonesia sudah menyerahkan seluruhnya atau segala sesuatu yang berhubungan dengan Pelaksanaan Kegiatan Bhakti Sosial Santunan Anak Yatim dan Pembagian Sembako kepada Bagian Humas. Pihak humas mempunyai wewenang penuh dalam untuk memutuskan cara apa yang digunakan, kegiatan apa yang akan dilaksanakan, siapa-siapa yang akan diundang dalam acara tersebut, tempatnya dimana yang akan digunakan untuk kegiatan yang dimaksud dan tidak kalah penting adalah membuat Rencana Anggaran Biayanya. Secara ringkasnya Pihak Humas sudah menentukan atau menetapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Nama Kegiatan
: Kegiatan Bhakti Soaial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako Periode Oktober 2012.
2. Waktu Pelaksanaan
: Minggu 7 Oktober 2012.
3. Tempat
: Halaman Mesjid Akbar Kemayoran, Jakarta Pusat
4. Peserta
: Anak Yatim dan Kaum Dhuafa yang berada
disekitar Kemayoran. Dalam tahap perencanaan ini Masjid
Indonesia
melakukan
juga pihak Humas Korps Da’i Dewan
identifikasi
masalah
secara
rinci
serta
merumuskannya sehingga jelas akar masalah yang sebenarnya. Masalah tentang pelaksanaan kegiatan bhakti sosial ini diidentifikasi untuk dicarikan solusinya agar masalah tersebut dapat teratasi. Untuk mewujudkan kegiatan ini agar sukses maka sejumlah koordinasi telah dilakukan diantaranya koordinasi dengan Kementerian Agama, koordinasi dengan panti asuhan yang mengelola anak yatim
81
dan aparat pemerintahan setempat yang mengetahui kondisi para dhuafa disekitar wilayah Kemayoran. Juga pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia menentukan cara-cara dalam pengumpulan dana atau barang apa saja yang akan diberikan kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Setelah semua hal sudah diidentifikasi selanjutnya pihak Humas Korps Da’i akan memberikan masukan kepada manajemen Dewan Masjid Indonesia. Walaupun sudah diberi wewenang penuh tetapi pihak Humas tetap diminta memberikan masukan dari hasil identifikasi yang dilakukan karena peran humas sebagai Penentu Ahli adalah dalam memberikan masukan kepada pihak manajemen harus diberi wewenang penuh dalam menggali atau mendapatkan semua
informasi
yang
dibutuhkan.
Selain
itu
Humas
juga
selalu
mengkoordinasikan pihak penyelenggara dan juga pihak-pihak terkait. Hubungannya ini baik antar panitia, maupun dengan pihak luar. Jadi dalam setiap kegiatan acara, humas adalah sebagai ujung tombak organisasi untuk mensukseskan suatu acara. Yang jelas humas sendiri termasuk dalam kepanitiaan dalam berbagai kegiatan-kegiatan acara. Artinya, pihak luar yang diundang sebagai peserta atau tamu undangan lainnya ditangani oleh humas dan itu memang sudah ada di bawah tanggung jawab kepanitiaan, selain organisasi. Masukan berupa saran atau rekomendasi dari pihak humas ke manajemen harus dipertimbangkan dari segi positif dan negatifnya. Ketika segi positifnya lebih banyak, maka organisasi akan menyetujui apa yang disampaikan atau disarankan oleh humas. ”Kalau untuk pihak organisasi atau
82
sekretariat menerima usul atau saran yang diberikan humas, itu fleksibel ya, tidak bisa dikatakan 100% tetapi semua pertimbangan memang selalu diberikan oleh humas. Walaupun misalkan ada yang disetujui, tetapi itu tidak semata-mata apa yang disarankan humas, artinya mungkin ada pihak-pihak lain yang memang idenya sama kemudian juga mendukung. Seperti misalnya didalam menentukan siapa yang akan diundang, pihak panitia (yang dibentuk oleh organisasi) juga menentukan pihak-pihak mana yang akan diundang. Jadi, humas sebagai penghubung antara perusahaan (organisasi) dengan publiknya.” Kesemuanya itu dilaksanakan untuk membentuk opini publik tentang Dewan Masjid Indonesia khususnya Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia. Opini publik terbentuk melalui proses kominikasi berupa publikasi ke publik sehingga publik tahu apa yang sebelumnya mereka tidak tahu. Dalam kondisi seperti ini humas sebagai biro dakwah dan humas organisasi dalam memberikan sebuah pemberitaan-pemberitaan. Pihak organisasi mengadakan sebuah hubungan dengan pihak-pihak terkait dalam proses perencanaan program-program untuk memperkenalkan dan meningkatkan citra organisasi. Mengenai kegiatan keorganisasian yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat, maka humas diikutsertakan, kemudian bersinergi dengan bidang lain yang terkait dengan organisasi. Humas sendiri sifatnya adalah terus menjalin hubungan ke pihak publik, baik internal maupun eksternal. Untuk publik eksternal jelasnya akan kita kembangkan lebih luas, seperti mungkin ada hal-hal yang berkaitan dengan kemasyarakatan seperti yang kita adakan ini
83
santunan yatim dan bhakti sosial dan sebagainya, itu adalah upaya-upaya untuk memperkenalkan organisasi kepada masyarakat lebih intens lagi. Dalam perannya sebagai Fasilitator Pemecah Masalah pihak Humas terjun langsung ke lapangan dan ikut berpartisipasi didalamnya. Dalam hal ini Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia wajib melibatkan diri ataupun dilibatkan dalam proses pemecahan persoalan yang dihadapi oleh organisasi, karena Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia merupakan bagian tim penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan yang sedang dihadapi organisasi. Selama dalam proses kegiatan dan pihak humas sudah dilibatkan pihak humas tidak mengalami kesulitan dan dapat dikatakan berhasil.
karena pada dasarnya keterkaitan
antara pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia
dengan pihak
pimpinan organisasi yaitu Dewan Masjid Indonesia sudah berjalan dengan baik dan lancar. Pihak humas yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai kompetensi yang tinggi, tim yang bagus dan kondisinya juga cukup memungkinkan untuk bertemu dan duduk bersama untuk saling memberikan saran, nasihat-nasihat yang diperlukan, untuk memotivasi kepercayaan masyarakat dalam rangka membentuk opini publik
akan
Dewan
Masjid
Indonesia.
Semuanya
berembuk
dalam
menghadapi dan mengatasi serta menangani permasalahan-permasalahan yang ada dan selalu berusaha memecahkan masalah yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan Bhakti Sosial tersebut. Pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid
84
Indonesia juga terkait dengan kebijaksanaan organisasi dimana dalam pembuatan kebijakan tersebut selalu memberikan ide dan saran, karena humas sendiri disini termasuk dalam kesekretariatan organisasi, artinya dalam strukturalnya sendiri diberi kewenangan dan memang tugasnya memberi saran. Dalam setiap kegiatan pasti ada saja masalah yang timbul artinya jelas yang namanya permasalahan dalam sebuah lembaga organisasi itu pasti ada, tapi yang akan menjadi pemecah masalah dan menentukan kebijakan, yaitu jelas ada dibawah pimpinan organisasi yang dalam hal ini adalah pimpinan Dewan Masjid Indonesia dimana pimpinan tersebut sudah diberikan masukanmasukan oleh humas yang pada dasarnya bersifat membantu pimpinan organisasi. Dari kegiatan yang telah dilakukan. Dapat dikatakan tidak ada insiden yang dapat membuat organisasi mengalami krisis kepercayaan dari masyarakat kepada organisasi. Seiring bertambahnya waktu dan banyaknya bhakti sosial yang diadakan saat ini kepercayaan masyarakat terhadap Dewan Masjid Indonesia semakin meningkat. Dewan Masjid Indonesia bukan saja dikenal sebagai suatu organisasi yang fokusnya hanya dengan masjid tetapi cakupannya lebih luas lagi kepada kepedulian masyarakat. Ditinjau dari peran humas sebagai Fasilitator Komunikasi pada intinya humas disini berperan sebagai mediator antara organisasi dengan publik dengan membuat komunikasi dua arah dan membangun saluran komunikasi yang terbuka, transparan, penuh keakraban dan dapat dipertanggungjawabkan. Disisi lain peran ini sebagai penghubung dan menterjemahkan segala sesuatu yang terjadi khususnya dalam hal komunikasi antara organisasi yang diwakili
85
manajemen dan publik. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah memberikan informasi yang diperlukan manajemen organisasi maupun publik, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat dan menguntungkan ke dua belah pihak. Salah satu agenda suatu organisasi untuk memberikan komunikasi yang baik kepada publik adalah adanya program kegiatan pertemuan dengan publik sehingga dengan terselenggaranya acara tersebut secara periodik akan menjaga dan meningkatkan hubungan baik antara organisasi dengan masyarakat. Pada acara pertemuan tersebut organisasi melalui pihak humasnya mempunyai kesempatan memberikan arahan-arahan dan rencana perusahaan baik rencana jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Karena komunikasi yang tercipta komunikasi dua arah maka pada pertemuan itu masyarakat bisa memberikan usulan-usulan yang sifatnya membangun hubungan yang lebih baik lagi. Ke dua belah pihak saling mendukung dan membantu satu sama lain sehingga merupakan suatu sinergi yang kuat. Sinergi yang menghasilkan produk komunikasi yang baik sehingga dengan sendirinya akan berdampak kepada terciptanya hubungan yang semakin mesra, harmonis dan berkualitas. Setelah terciptanya hubungan yang diharapkan oleh kedua belah pihak maka secara perlahan-lahan akan terbentuk citra atau image bagi organisasi tersebut. Dalam penelitian ini pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah berhasil untuk membina hubungan yang baik dengan publik dan hubungan ini membawa nama Dewan Masjid Indonesia semakin baik dengan kata lain Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia khususnya dan Dewan
86
Masjid Indonesia pada umumnya mempunyai citra atau image yang baik dimata publik. Untuk selalu menjaga citra yang telah melekat pihak humas selalu menganalisis opini masyarakat yang sedang terjadi.
Ketika opini
masyarakat dianggap hal yang positif dan akan memberikan keuntungan sebuah organisasi maupun lingkungan masyarakat dan kemungkinan besar pihak humas akan mengajukan kepada pihak organisasi untuk menindaklanjuti opini masyarakat. Kalau sifatnya tidak akan memberikan nilai positif, organisasi mungkin hanya akan diberitahukan kepada pihak organisasi tapi tidak ditindaklanjuti. Peran humas sebagai penghubung dan penerjemah menuntut untuk terjun langsung ke lapangan atau lokasi untuk memberikan pengarahan serta mengundang warga sekitar, mengundang media cetak untuk memberikan informasi tentang bagaimana humas mempromosikan acara ini agar acara yang akan dilaksanakan dapat berjalan sukses. Itu semua merupakan bagian dari peran
humas sebagai
fasilitator
komunikasi. Jika
dilihat
dari
hasil
penelitiannya maka pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sudah melaksanakan semuanya dengan baik sehingga diharapkan hasil dari acara kegiatan yang akan dilaksanakan juga berlangsung dengan baik. Dapat diperjelas disini bahwa Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia berperan aktif dalam menjembatani komunikasi antara publik dengan media dan jika terjadi miss comunication .maka pihak Humas akan berperan sebagai penengah agar komunikasi yang benar akan terwujud.
87
Sebagai fasilitator komunikasi maka kompetensi personal humas dalam berkomunikasi harus tinggi bahkan dapat dikatakan sebagai praktisi komunikasi disebabkan karena selain berpengalaman juga menguasai seluk beluk ilmu komunikasi. Dengan demikian maka personal komunikasi tersebut bisa bertindak sebagai sumber informasi dan Person In Charge (PIC) organisasi dengan publik. Dengan posisi humas sebagai bagian dari organisasi keberadaan humas selalu dikaitkan dengan organisasi itu sendiri karena humas adalah suatu bagian yang dibentuk oleh pihak organisasi. Jadi ketika terjadi sesuatu yang mungkin tidak bisa disampaikan langsung kepada pimpinan organisasi, maka bisa melalui humas. Dengan demikian terlihat jelas wewenang dan peran humas yang berhubungan erat dengan organisasi tersebut dan perannya yang penting dalam menjembatani aspirasi publik dan keinginan organisasi sehingga masing-masing akan mendapatkan keuntungan. Yang terakhir adalah peran humas sebagai Teknisi Komunikasi menjadikan Humas menjadi salah satu bagian yang sangat penting. Dikatakan penting karena peran ini menuntut dan mengharuskan personal humas bisa mengoperasikan alat-alat komunikasi dalam berhubungan dengan media massa untuk menyebarkan informasi yang dibutuhkan. Disamping itu juga humas bertanggung jawab dalam penulisan feature, membuat newsletter dan aktifitas lainnya. Termasuk juga aktifitas sehari-hari yang penting dalam memberikan informasi yaitu menyediakan contact person, e-mail dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kontak dengan media.
88
Media sebagai salah satu alat dan sarana huamas untuk menyampaikan informasi, publikasi dan promosi kepada publik internal dan eksternal. Humas mengembangkan isi situs web, dan berurusan dengan kontak media. Humas juga menyediakan layanan teknis komunikasi dan sistem komunikasi dalam organisasi. Dimana dalam hal ini dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat diketahui bahwa Humas Organisasi Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah melaksanakan perannya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan yang disampaikan oleh bagian humas itu sendiri membantu mengkomunikasikan program-program, acara, kegiatan organisasi kepada publiknya sehingga nantinya akan ada timbal balik dari apa yang telah dikomunikasikan sesuai dengan komunikasi yang telah diatur oleh organisasi. Walaupun sebenarnya peran teknisi komunikasi seolah-olah tumpang tindih dengan peran sekretariat tetapi diantara keduanya yang paling menonjol adalah peran humas dan ini yang lebih dikenal orang dalam suatu organisasi. Seiring dengan peran humas yang begitu penting maka peran ini jangan sampai lupa akan tugas utamanya dan perlu mempunyai strategi yang tepat dalam menjalankan perannya. Salah satu kunci sukses berhubungan dengan pers (media cetak maupun elektronik) adalah sikap yang proaktif praktisi humas sebagai sumber berita untuk mengundang stakeholder. Sikap ini sangat penting karena dengan sikap proaktif stakeholder khususnya wartawan yang akan meliput berita yang akan diinformasikan oleh pihak humas akan menimbulkan kesan yang baik, serius , sungguh-sungguh dan beritikad baik untuk menjalin hubungan yang mengarah kepada pencapaian tujuan bersama.
89
Dengan demikian dibutuhkan strategi atau teknik yang tepat dalam berhubungan dengan media atau pers. Ada banyak teknik yang digunakan untuk berhubungan dengan pers, yakni membuat siaran pers (press release), mengadakan konferensi pers atau temu pers, wawancara khusus, perjalanan pers dan lain sebagainya. Dalam rangka melakukan strategi tersebut diatas maka pihak humas akan menyediakan segala sesuatunya yang dibantu oleh tenaga ahli dibidang IT dan bagian lainnya. Untuk bagian IT pihak humas telah membuat dan mengembangkan web organisasi yang berisi tentang kegiatan organisasi tersebut. Web organisasi di update terus agar selalu menarik perhatian publik dalam memberikan dan menyediakan informasi yang dibutuhkan. Masyarakat dengan mudah mengakses web tersebut dan akhirnya mengetahui informasi terbaru yang dibutuhkan melalui web tersebut. Untuk bagian lainnya selain IT maka perannya dalam menyebarkan informasi adalah menyediakan spandukspanduk dan membagikan selebaran-selebaran yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian publik. Dengan pemasangan spandukspanduk diberbagai tempat yang strategis sehingga banyak orang mengetahui informasi yang disampaikan melalui spanduk tersebut apalagi ditambah dengan banyaknya selebaran-selebaran yang dibuat, menambah banyaknya orang yang tahu akan informasi yang disampaikan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sudah melakukan semua aktifitas-
90
aktifitasnya sesuai dengan pemahaman keilmuan tentang humas dan dilakukan dengan semaksimal mungkin. Walaupun dalam pelaksanaannya pasti terdapat kendala dan halangan tetapi dengan berbekal semangat yang tinggi, tekad yang bulat dan penguasaan ilmu komunikasi yang benar menurut kaidah keilmuan maka semua kendala dan halangan dapat diatasi sehingga pelaksanaan Kegiatan Bhakti Sosial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako dapat berjalan dengan sukses. Pembagian sembako merupakan bentuk santunan khusus yang diberikan kepada kaum dhuafa karena barang yang diberikannya merupakan barang yang dibutuhkan sehari-hari oleh setiap manusia. Barang sembako tersebut merupakan barang kebutuhan primer bagi setiap manusia. Pembagan ini dimaksudkan untuk membantu dan meringankan beban sesama khususnya kaum dhuafa agar beban yang dialami berkurang dan dengan demikian mereka dapat melangsungkan kehidupan sehari-harinya dengan baik. Pembagian sembako sangat dinanti-nantikan oleh kaum dhuafa dan dampaknya sangat tinggi terhadap masyarakat khususnya kaum dhuafa yang memang mereka sangat membutuhkan karena keadaan ekonominya yang sangat kurang. Dalam kajian teori yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, menurut J H Wright menyebutkan bahwa untuk membangkitkan opini public yang positif terhadap sesuatu badan, public harus diberi peneranganpenerangan
lengkap
dan
obyektif
mengenai
kegiatan-kegiatan
yang
menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian akan timbul pengertian. Dalam konsep diatas dapat dikatakan bahwa humas dalam setiap
91
pelaksanaan kegiatan-kegiatannya harus diketahui atau disebarluaskan melalui media kepada masyarakat. Dimana kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan diperuntukkan atau mempunyai kepentingan bagi masyarakat. Sehingga nanti masyarakat mengetahui dan mempunyai pemikiran bahwa ternyata mereka diperhatikan dan dihargai oleh perusahaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan ini pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah memberikan semua informasi beserta keterangan-keterangan
yang
diperlukan
publik
dengan
tujuan
untuk
membentuk opini publik tentang Dewan Masjid Indonesia. Pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah menyebarkan sebanyak-banyaknya selebaran-selebaran dan spanduk-spanduk yang dibutuhkan dalam penyebaran informasi sehingga masyarakat mengetahui tentang informasi yang diberikan yang tercantum pada spanduk tersebut. Jadi disini jelas terjadinya keterkaitan antara teori dan kenyataan dilapangan. Menurut kamus Fund and wagnal, American Standard Desk Dictionary terbitan 1994, istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. Salah satu definisi menyebutkan humas adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Pada fase ini pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah berhasil dalam membentuk opini publik terhadap Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia atas serangkaian kegiatan sosial yang dilakukannya seperti yang
92
telah diteliti dalam penelitian ini yaitu Kegiatan Bhakti Sosial Santunan Yatim dan Pembagian Sembako Periode Oktober 2012. Menurut teori lain adalah dari Asosiasi Public Relation di seluruh dunia menyebutkan bahwa praktik kehumasan adalah suatu seni sekaligus suatu disiplin
ilmu
sosial
yang
menganalisa
berbagai
kecenderungan,
memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensi darinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan programprogram tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya. Dikatakan seni karena ilmu humas ini tidak baku dalam menjalankannya tetapi lebih kepada mengamati secara jernih dilapangan dan menguasainya sehingga semua permasalahan yang akan timbul nantinya dapat diselesaikan. Sedangkan menurut
Scott Cutlip dan Allan
Center dalam Iriantara mendefinisikan Humas dengan, Upaya terencana mempengaruhi opini publik melalui karakter yang baik dan kinerja yang bertanggung jawab, yang didasarkan pada komunikasi dua arah yang memuaskan kedua belah pihak. Dalam hal ini Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sudah menunjukkan kinerja yang baik, bertanggungjawab dalam segala hal, dan mempunyai karakter yang kuat dalam setiap aktifitas yang dilakukan. Dengan karakter yang kuat dan positif akan mencerminkan gambaran sebenarnya tentang Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia. Menurut Jefkins dalam Yadin mendefinisikan Humas adalah Semua bentuk komunikasi yang terencana baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-
93
tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah merencanakan semua bentuk komunikasi dengan sebaik-baiknya. Komunikasi yang dibentuk antara organisasi dengan publik melalui media yang tepat. Sedangkan menurut Rumanti definisi Humas adalah merupakan fungsi manajemen dari sikap budi yang direncanakan dan di jalankan secara berkesinambungan oleh organisasi-organisasi, lembagalembaga umum dan pribadi dipergunakan untuk memperoleh dan membina saling pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada hubungan dan diduga akan ada kaitannya, dengan cara menilai opini publik mereka, dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan, guna mencapai kerjasama yang lebih produktif, dan dengan kegiatan penerangan yang terencana dan tersebar luas. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, maka terdapatlah pengertian di dalam humas itu secara umum adalah suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan dan penghargaan dari publik serta badan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Dalam humas terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publik yang memberikan kesan yang menyenangkan sehingga timbul opini yang menguntungkan bagi kelangsungan perusahaan atau organisasi tersebut. Dan faktanya pihak Humas Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia telah berhasil menanamkan kepada publik suatu informasi yang positif melalui pemilihan media yang tepat. Dengan demikian publik akan merespon informasi yang positif itu dengan memberikan penghargaan dan kepercayaan kepada
94
Korps Da’i Dewan Masjid Indonesia sebagai humas dari Dewan Masjid Indonesia yang dengan kepercayaan dan penghargaan ini akan menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik.
95