BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 4.1.1
Diskripsi Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 yang
beralamat di Gamping Kidul, Ambarketawang Gamping Sleman, Yogyakarta. Subyek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping-Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 dengan jumlah 29 siswa. Terdiri atas 19 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki, dengan usia antara 7 sampai 8 tahun. Rata-rata orang tua mereka adalah pedagang, hanya sebagian kecil saja yang menjadi swasta.
4.1.2
Diskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bisa terlihat dari nilai
hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka yang telah dilakukan dimana sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65). Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1.
31
32
Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Pra Siklus Skor
Frekuensi
Persentase (%)
Keterangan
≤ 49
11
38
Tidak Tuntas
50-64
7
24
Tidak Tuntas
65-79
5
17
Tuntas
≥80
6
21
Tuntas
Jumlah
29
100
Nilai Rata-rata
56
Nilai tertinggi
100
Nilai terendah
0
Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran matematika pembagian dua angka siswa kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 pada pra siklus pembelajarannya belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya (KKM=65). Diketahui pada skor nilai ≤ 49 frekuensinya ada 11 siswa (38% dari jumlah keseluruan siswa tidak tuntas), skor nilai anatara 50-64 frekuensinya ada 7 siswa (24% dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas), skor nilai antara 65-79 frekuensinya ada 5 siswa (17% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas), dan skor nilai ≥80 frekuensinya ada 6 siswa (21% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas). Jumlah keseluruhan siswa 29 dengan rata-rata siswa 56, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 0. Sehingga peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 pada mata pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka. Berdasarkan Tabel 4.1 dapat digambarkan dalam gambar 4.1 dan 4.2
33
Frekuensi 15 10 5 0 Frekuensi
50-64 7
≤ 49 11
65-79 5
≥80 6
Gambar 4.1 Diagram Batang Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Pra Siklus
Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai pelajaran matematika pembagian dua angka pada skor nilai ≤ 49 frekuensinya ada 11 siswa, skor nilai anatara 50-64 frekuensinya ada 7 siswa, skor nilai antara 65-79 frekuensinya ada 5 siswa, dan skor nilai ≥80 frekuensinya ada 6 siswa.
Persentase 21% Tuntas 17% Tuntas
24% Tidak Tuntas
38% Tidak Tuntas
≤ 49 50-64 65-79 ≥80
Gambar 4.2. Diagram Lingkaran Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Pra Siklus
34
Berdasarkan gambar 4.2 pada skor nilai ≤49 presentasenya 38% dari jumlah keseluruan siswa tidak tuntas, skor nilai anatara 50-64 presentasenya 24% dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas, skor nilai antara 65-79 presentasenya 17% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas, dan skor nilai ≥80 presentasenya 21% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas.
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman tentang konsep pembagian, siswa kurang serius dalam menerima pembelajaran dari guru, siswa kurang bisa membagikan dua angka. Hal ini sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran matematika. Selain itu proses pembelajaran matematika kurang menekankan pada aspek suatu pembelajaran yang melibatkan pada pengalaman siswa. Faktor dari guru juga mempengaruhi hasil belajar siswa, faktor tersebut antara lain, pembelajaran yang dilakukan cenderung monoton menyebabkan siswa jenuh dengan pembelajaran yang sedang berlangsung, dengan menjelaskan materi guru tidak memberikan conto-contoh konkrit yang lebih mudah dipahami siswa, pembelajaran yang dilakukan hanya menuntut unuk menghafal tanpa mengetahui konsepnya. Kedua faktor tersebut menimbulkan miskonsepsi atau beda persepsi antara kedua belah pihak sehingga terjadi hambatan dalam transformasi ilmu pengetahuan yang menimbulkan pembelajaran berjalan kurang efektif.
35
4.1.3
SIKLUS I Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini diawali dengan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang terjadi sampai pada siklus II. Dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas peneliti sebagai observer dan dibantu oleh guru kelas dan 1 guru sebagai observer. Praktek pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui 3 pertemuan dengan rincian sebagai berikut: 4.1.3.1 Perencanaan Siklus I Setelah diperoleh informasi pada tahap observasi, maka dilakukan diskusi dengan guru kelas II mengenai materi pembelajaran yang akan disajikan serta alat penunjang lain yang perlu digunakan. Sebelum mengajar, maka peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pokok bahasan “Pembagian Dua Angka” kemudian menentukan tujuan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung yang akan dilaksanakan di kelas II dan menyiapkan instrument setelah pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. 4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, 19 Maret 2012, pertemuan 2 dilaksanakan pada hari selasa, 20 Maret 2012 dan pertemuan 3 dilaksanakan pada hari rabu, 21 Maret 2012. Dalam siklus I, proses pembelajaran menggunakan metode bermain peran. Pertemuan 1, guru menjelaskan tentang arti pembagian yaitu pembagian merupakan pengurangan yang berulang untuk bilangan yang sama. Pertemuan 2, guru menjelaskan tentang membagi bilangan dua angka dengan bilangan satu angka. Pertemuan 3, guru menjelaskan tentang mengenal pembagian sebagai lawan dari perkalian. Siklus I dikatakan berhasil jika Pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya yaitu 75% dari seluruh siswa kelas II Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping, semester II yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah yaitu 65.
36
4.1.3.3 Observasi a. Pertemuan I Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan menggunakan metode bermain peran dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi siswa. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru yang diterapkan guru pada siklus I pertemuan I pada kegiatan pembelajaran masih kurang baik dalam penerapannya. Hal ini dapat dilihat pada lembar hasil observasi pada siklus I pertemuan I (terlampir), guru belum menyampaikan materi sesuai dengan hierarki belajar, guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode bermain peran, tetapi belum maksimal, masih ada beberapa siswa yang berbicara sendiri. Dilihat dari lembar observasi siswa masih ada yang memperoleh skor 2. Hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain peran belum terbiasa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru masih mengalami kesulitan dalam mengarahkan siswa ke dalam penerapan mengunakan metode bermain peran. Berdasarkan indikator yang ditentukan bahwa skor yang ditargetkan 4 dengan pernyataan bahwa 75% indikator penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain telah diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi pada siklusi I pertemuan I penerapan menggunakan metode bermain peran belum mencapai indikator yang ditentukan penulis. Dalam penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain peran dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I kurang dari skor 4 dengan pernyataan masih kurang dari 75% baru diterapkan atau dilakukan siswa. b. Pertemuan II Hasil tindakan pada siklus I pertemuan II yang diperoleh berdasarkan lembar hasil observasi dalam penerapan menggunakan metode bermain peran yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran yang di ukur sama dengan pada siklus I pertemuan I dan merupakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang
37
telah dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan I. Dalam penerapan pembelajaran pada siklus I petemuan II berdasarkan hasil observasi, penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain peran sudah baik dibandingkan pada siklus I pertemuan I. Pada lembar hasil observasi (terlampir) pada siklus I pertemuan II dapat dilihat kegiatan pembelajaran guru sudah menyampaikan materi sesuai dengan herarki pembelajaran, guru sudah menerapkan secara maksimal dengn menggunakan metode bermain peran, masih ada beberapa siswa yang berbicara sendiri. Dilihat dari lembar observasi siswa, pertemuan II sudah mengalami peningkatan. Dibuktikan bahwa tidak ada skor 2 dengan pernyataan tersebut dilakukan antara 26% - 50 % dari seluruh siswa yang ada dan sudah ada skor 4 di pertemuan ke-2 ini. Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi siswa pada siklusi I pertemuan II sudah mengalami peningkatan dibandingkan pertemuan 1 dan akan diperbaiki pada siklus pertemuan III c.
Pertemuan III Hasil tindakan pada siklus I pertemuan III berdasarkan lembar hasil
observasi aktivitas guru dan lembar observasi siswa yang di ukur sama dengan pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II, merupakan perbaikan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus I pertemuan II. Dalam penerapan pembelajaran pada siklus I petemuan III berdasarkan hasil observasi, penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain peran sudah baik dibandingkan pada siklus I pertemuan I dan pertemuan II. Pada lembar hasil observasi aktivitas guru (terlampir) pada siklus I pertemuan III dapat dilihat kegiatan guru sudah menerapkan pembelajaran menggunakan metode bermain peran secara maksimal dan sudah tidak ada siwa yang berbicara sendiri. Sedangkan dilihat dari lembar observasi siswa ( terlampir) secara keseluruhan memperoleh skor 3 dengan pernyataan tersebut dilakukan antara 51 % - 75 % dari seluruh siswa yang ada dan skor 4 dengan pernyataan tersebut dilakukan diatas 75 % dari seluruh siswa yang ada.
38
Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi pada siklus I pertemuan III penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain peran sudah mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I pertemuan II. Selanjutnya sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II. 4.1.3.4 Refleksi Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan diskusi dengan observer yang telah melakukan pengamatan selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran siklus I. Selanjutnya digunakan untuk menyusun perbaikan pebelajaran siklus II. Setelah selesai pembelajaran pada siklus I maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai 65 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 29 siswa dalam belajarnya sebanyak 19 siswa yang tuntas dengan mendapat nilai ≥65 dan 10 siswa tidak tuntas dengan mendapatkan nilai dibawah KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan patokan 75% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai ≥65 berdasarkan hasil evaluasi siswa . Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 38% menjadi 66% dari jumlah keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 100 dan minimal 40, rata-rata sumula 56 menjadi 70. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode bermain peran pada setiap kegiatan pembelajaran. Diketahui hasil pengamatan dari observer pada siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:
39
Hambatan -
Penerapan model bermain peran belum terbiasa dilaksanakan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga dalam mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan metode bermain peran, masih sulit untuk dilakukan.
Penyelesaian -
Dalam proses pembelajaran memerlukan pengarahan yang maksimal dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan siswa.
4.1.4
SIKLUS II
4.1.4.1 Perencanaan Siklus II Setelah mengetahui hambatan pada siklus I perencanaan pembelajaran pada siklus II ini sebagai penyempurnaan dan tindak lanjut dari hambatan yang terjadi pada siklus I. Siklus II akan dilaksanakan satu kali pertemuan, kegiatan pembelajaran pada siklus II ini masih sama dengan siklus I. sebelum mengajar pada siklus dua ini peneliti menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran, diantaranya RPP, lembar kerja siswa, lembar kerja kelompok, lembar observasi, buku pembelajaran, serta ruang/lokasi yang akan digunakan saat pembelajaran berlangsung yang akan dilaksanakan di kelas II dan menyiapkan instrument setelah pembelajaran yang digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
4.1.4.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Maret 2012. Guru menjelaskan tentang membagi dengan bilangan 1 yaitu bilangan dibagi 1 hasilnya bilangan itu sendiri dan membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri yaitu : bilangan dibagi bilangan itu sendiri hasilnya satu. Siklus I dikatakan berhasil jika Pemahaman konsep siswa dengan kriteria keberhasilannya daitu 75% dari seluruh siswa kelas II Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping, semester II yang ditunjukkan dengan hasil belajar siswa sudah dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah yaitu 65.
40
4.1.4.3 Observasi Hasil tindakan pada siklus II yang terdiri I pertemuan yang merupakan pemantapan dan tidak lanjut dari siklus I. Berdasarkan lembar hasil observasi guru dan siwsa yang di ukur sama dengan pada siklus I yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus I. Dilihat dari lembar observasi aktivitas guru (terlampir) sudah mengalami peningkatan yang cukup baik dibandingkan pada siklus I. Guru sudah menerapkan pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan maksimal dan guru sudah bisa menguasai kelas. Pada lembar hasil observasi siswa (terlampir) pada siklus II dapat dilihat keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran yang diterapkan secara keseluruhan memperoleh skor 3 dan 4 dengan pernyataan tersebut dilakukan 75% dari seluruh siswa yang ada. Oleh karena itu, berdasarkan hasil observasi pada siklus II penerapan pembelajaran menggunakan metode bermain peran sudah mencapai indikator yang ditentukan penulis dan mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. 4.1.4.4 Refleksi Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II yang terdiri dari 1 pertemuan sebagai pemantapan dari siklus I maka selanjutnya diadakan refleksi atas segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada pertemuan 1 siklus II dan hasil nilai siswa pada pertemuan I siklus II. Refleksi ini digunakan sebagai bahan pemantapan dengan membandingkan apakah hasil tindakan
dalam proses
pembelajaran indikator kinerja siklus I mengalami perbaikan pada siklus II. Setelah selesai pembelajaran pada pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam penguasaan materi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar dengan nilai 65 maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 29 siswa dalam belajarnya sebanyak 27 siswa tuntas dengan mendapat nilai diatas 65 dan 2 siswa yang tidak
41
tuntas. Dengan demikian pembelajaran pembagian dua angka menggunakan metode bermain peran yang dilakukan pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa penulis memberikan patokan 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Dari hasil evaluasi, hasil belajar siswa meningkat dengan mencapai nilai ≥65 dan 75% dari jumlah keseluruhan siswa mencapai ketuntasan belajar siswa dengan memperoleh nilai ≥65 sesuai dengan KKM. Berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat. Pada siklus I yaitu 66% siswa menjadi 93% dari jumlah keseluruhan siswa mendapat nilai ≥65 dengan nilai maksimal 100 dan minimal 60. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. 4.2 Hasil Analisis Data 4.2.1
SIKLUS I Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Metode Bermain
Peran yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus I pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 4.2. Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus I Skor
Frekuensi
Persentase (%)
Keterangan
≤ 49
3
10
Tidak Tuntas
50-64
7
24
Tidak Tuntas
65-79
8
28
Tuntas
≥80
11
38
Tuntas
Jumlah
29
100
Nilai Rata-rata
70
Nilai tertinggi
100
Nilai terendah
40
42
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode bermain peran untuk adanya peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk skor nilai ≤ 49 terdapat 3 siswa dengan presentase 10%, skor nilai 50-64 terdapat 7 siswa dengan presentase 24%, skor nilai 65-79 terdapat 8 siswa dengan presentase 28%, dan skor nilai ≥80 terdapat 11 siswa dengan presentase 38%. Jadi ketuntasan belajar dengan nilai 65 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 10 siswa dari jumlah keseluruhan siswa 29 dengan rata-rata siswa 70, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 40. Untuk lebih jelasnya data nilai frekuensi pada tabel 4.2 dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.3
Frekuensi 12 10 8 6 4 2 0 Frekuensi
≤ 49 3
50-64 7
65-79 8
≥80 11
Gambar 4.3 Diagram Batang Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus I
43
Ketuntasan belajar siswa perolehan nilai siklus I dapat siketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari (KKM=65) sebanyak 10 siswa yang tidak tuntas, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 19 siswa. Presentase belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.4.
10% Tidak Tuntas
Persentase
24% Tidak Tuntas
38% Tuntas
≤ 49 50-64
28% Tuntas
65-79 ≥80
Gambar 4.4. Diagram Lingkaran Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus I
Berdasarkan
pada
gambar
4.4
kegiatan
pembelajaran
dengan
menggunakan metode bermain peran siswa yang belum tuntas (KKM=65) adalah sebanyak 10 siswa dengan presentase 34%, sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya sebanyak 19 siswa atau 66%. Untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa agar nilai belajar siswa diatas KKM diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan metode bermain peran dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
44
4.2.2
SIKLUS II Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan Metode Bermain
Peran pada siklus II diperoleh hasil belajar di akhir siklus II seperti pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II Skor
Frekuensi
Persentase (%)
Keterangan
≤ 49
0
0
Tidak Tuntas
50-64
2
7
Tidak Tuntas
65-79
13
45
Tuntas
≥80
14
48
Tuntas
Jumlah
29
100
Nilai Rata-rata
82
Nilai tertinggi
100
Nilai terendah
60
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode bermain peran hasil belajar siswa lebih meningkat dibandingkan dengan hasil perolehan nilai pada siklus I. Pada skor nilai ≤ 49 frekuensinya ada 0 dengan presentase 0% dari jumlah keseluruan siswa tidak tuntas, skor nilai anatara 50-64 frekuensinya ada 2 dengan presentase 24% dari jumlah keseluruhan siswa tidak tuntas, skor nilai antara 65-79 frekuensinya ada 13 dengan presentase 45% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas, dan skor nilai ≥80 frekuensinya ada 14 dengan presentase 48% dari jumlah keseluruhan siswa sudah tuntas atau mencapai KKM yang ditentukan dapat dilihat pada daftar nilai siswa (terlampir). Jumlah keseluruhan siswa 29 dengan rata-rata siswa 82, nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60.
45
Untuk lebih jelasnya data nilai frekuensi pada tabel 4.3 dapat dibuat diagram batang seperti pada gambar 4.5
Frekuensi
Jumlah Siswa
14 12 10 8 6 4 2 0 Frekuensi
≤ 49 0
50-64 2
65-79 13
≥80 14
Gambar 4.5 Diagram Batang Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II
Berdasarkan gambar 4.5 bisa dilihat bahwa frekuensi nilai pelajaran matematika pembagian dua angka pada skor nilai ≤ 49 frekuensinya ada 0 siswa, skor nilai anatara 50-64 frekuensinya ada 2 siswa, skor nilai antara 65-79 frekuensinya ada 13 siswa, dan skor nilai ≥80 frekuensinya ada 14 siswa. Secara lebih rinci, presentase belajar siswa pada tabel 4.2 dapat dilihat pada gambar 4.6.
46
Persentase 0% tTidak Tuntas
7% Tidak Tuntas
48% Tuntas
≤ 49 50-64
45% Tuntas
65-79 ≥80
Gambar 4.6. Diagram Lingkaran Nilai Pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka Siswa Kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 Siklus II
Dari gambar diagram lingkaran 4.6 dapat dilihat bahwa ada 2 siswa yang nilainya belum mencapai ketuntasan dengan persentase 7 % dan ada 27 siswa yang nilanya sudah mencapai batas tuntas dengan persentase 93 %. Berarti indikator kinerja pada penelitian pada siklus II telah tercapai dengan baik. Hubungan dengan ketuntasan belajar dapat ditunjuknkan perbandingannya pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II Sebelum Tindakan
Siklus II
Siklus I
No
Nilai
Jumlah Siswa
Persen (%)
Jumlah Siswa
Persen (%)
Jumlah Siswa
Persen (%)
1.
Tuntas
11
38
19
34
27
93
2.
Tidak Tuntas
18
62
10
66
2
7
29
100
29
100
29
100
Jumlah
47
Berdasarkan tabel diatas dapat diklasifikasikan mrnjasi: Klasifikasi A nilai ≥ 65 artinya tuntas Klasifikasi B nilai ≤ 65 artinya tidak tuntas Dari tabel distribusi frekuensi nilai pada tabel 4.4 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka terbukti untuk klasifikasi Tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 11 orang. Sedangkan setelah siklus I yang tuntas 19 siswa dan siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 27 siswa. Ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan metode Bermain Peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada klasifikasi Tidak Tuntas, sebelum diadakan tindakan terdapat 18 siswa yang belum tuntas pada mata pelajaran Matematika Pembagian Dua Angka, setelah siklus I yang belum tuntas 10 siswa dan siklus II yang belum tuntas 2 siswa. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.7.
Frekuensi
30
Jumlah Siswa
25 20 15 10 5 0
Tuntas Tidak Tuntas
Sebelum Tindakan 11
Siklus I
Siklus II
19
27
18
10
2
Gambar 4.7 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Nilai Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
48
Pada Tabel 4.7 dan diagram batang 4.7 menunjukkan pembelajaran Menggunakan metode Bermain Peran dapat meningkatkan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. 4.3
Pembahasan Dari hasil observasi sebelum tindakan yang dilakukan di kelas II SD
Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman ditemukan bahwa tingkat hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini disebabkan rendahnya hasil belajar siswa tentang konsep pembagian, siswa kurang serius dalam menerima pembelajaran dari guru, siswa kurang bisa membagikan dua angka. Proses pembelajaran sebelum tindakan menunjukkan bahwa siswa masih pasif, sedangkan guru masih banyak berceramah sehingga siswa jenuh dengan pembelajaran. Materi guru tidak memberikan contoh-contoh konkrit yang lebih mudah dipahami siswa, pembelajaran yang dilakukan hanya menuntut untuk menghafal tanpa mengetahui konsepnya sehingga nilai rata-rata pelajaran matematika rendah, khususnya pada materi “Pembagian Dua Angka”. Nilai ratarata yang didapatkan siswa sebelum tindakan adalah 56. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=65) hanya 11 siswa atau 38% sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyak 18 siswa atau 62%. Nilai tertinggi yang berhasil di dapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 100 sedangkan nilai terendahnya adalah 0. Adanya perbandingan yang signifikan antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai ketuntasan sudah dapat menangkap materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan ceramah saja, karena ke-11 siswa ini memang mempunyai daya tangkap yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain walaupun hanya dengan mendengarkan saja, sedangkan 18 siswa yang lain belum bisa menangkap materi yang disajikan oleh guru hanya dengan ceramah saja karena daya tangkap mereka rendah jika hanya mendengarkan saja, sehingga diperlukan tindakan yang sesuai yaitu meningkatkan hasil belajar Matematika Pembagian Dua Angka dengan
49
menggunakan Metode Bermain Peran. Siswa akan lebih paham bila siswa dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata dan dapat terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukan hasil belajar siswa meningkat setelah pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode bermain peran. Metode bermain peran dapat meningkatkan aspek kognitif siswa, karena setelah melakukan praktik bermain peran, siswa lebih memahami tentang suatu konsep pembagian. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil perolehan nilai pada siklus I dan II 1. Siklus I Siklus I dengan menggunakan metode bermain peran siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 19 siswa atau 66% dan 10 siswa atau 34% yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 70 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 40. 2. Siklus II Siklus II dengan menggunakan metode bermain peran siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 27 siswa atau 93% dan 2 siswa atau 7% mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 82 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 60. Hal yang menyebabkan kedua siswa mendapat nilai di bawah KKM adalah kedua siswa lamban dalam pengerjaan soal pada waktu tes evaluasi. Tes evaluasi itu sendiri diberikan waktu 30 menit untuk pengerjaannya, sehingga ada beberapa soal yang belum dijawab oleh siswasiswa tersebut. Pada aspek afektif metode bermain peran sangat efektif diberikan kepada siswa kelas II karena pada tahap perkembangannya siswa kelas II masih senang bermain, hal ini akan menyebabkan siswa tidak merasa bosan dan tertekan dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
50
Menurut Uno Hamzah (2009) bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dalam lingkungan sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Dalam kenyataannya proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk: 1. Menggali perasaannya 2. Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya 3. Mengembangkan ketrampilan dan sikap memecahkan masalah 4. Mendalamai mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karaena ia akan mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dll. Aktivitas dan kreatifitas siswa meningkat saat pembelajaran diberikan dengan menggunakan metode bermain peran, hal tersebut dapat dilihat pada hasil lembar obeservasi aktivitas siswa dalam menggunakan metode bermain peran. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rianta Agus Prabawa (2010) dengan judul penelitian “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Bermain Peran Pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Campuran Untuk Siswa Kelas II SD N Winong”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui bermain peran dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada pokok bahasan operasi hitung campuran. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang telah diteliti maka dengan adanya pembelajaran matematika operasi hitung campuran melalui bermain peran terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa menggunakan metode bermain peran dengan melalui kegiatan memperagakan permainan yang telah disediakan dalam skenario Matematika
51
Pembagian Dua Angka lebih mudah dipahami sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Muhammadiyah Ambarketawang 3 Gamping Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.