BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Validitas dan Realibilitas Instrumen Tes a. Soal Posttest Soal Posttest dibuat berdasarkan indikator pemahaman konsep. Setelah dibuat soal Posttest tersebut divalidasi dengan cara dikonsultasikan ke para validator untuk mengetahui tingkat kevalidan soal Posttest. Saran dan hasil validasi soal Posttest dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Saran Validator mengenai Soal Posttest Validator
Saran
Riza Agustiani, M.Pd (Dosen Matematika IAIN Raden Fatah Palembang) Sarnubi, M. Pd (Guru Matematika kelas X SMA Ethika Palembang) Evi Diana, S. Pd (Guru Matematika kelas XI SMA Ethika Palembang)
-Buat rubrik penskoran -Sesuaikan antara indikator pemahaman konsep dengan jawaban. -Soal disesuaikan dengan kemampuan anak SMA -Tambah soal -Sudah valid baik dalam aspek isi, muka dan konstruk
Tabel 10. Hasil Validasi Soal Posttest No
Aspek
1
Validitas Isi
2
Validitas muka
Indikator
Skor 2* 3* 4 4 4 3
Ratarata 3,6 3,3
Sangat Valid Sangat Valid
Ket.
1. Sesuai dengan kompetensi dasar 2. Sesuai dengan indikator pembelajaran
1* 3 3
3. Sesuai dengan kurikulum KTSP
3
3
4
3,3
Sangat Valid
4. Sesuai dengan sumber belajar
3
4
4
3,6
Sangat Valid
5.
Kebenaran konsep dari materi telah sesuai
4
3
4
3,6
Sangat Valid
6.
Materi yang diujikan relevan
3
3
4
3,3
Sangat Valid
7. 8. 9. 1. 2.
Sesuai dengan alokasi waktu Memuat jenjang kognitif Tingkat kesukaran bervariasi Keabsahan susunan kalimat Font huruf berukuran normal
3 3 3 3 4
4 3 3 3 4
4 4 3 4 3
3,6 3,3 3 3,3 3,6
Sangat Valid Sangat Valid Valid Sangat Valid Sangat Valid
48
49
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kejelasan tanda baca Kebenaran penulisan simbol matematika Kalimat tidak menimbulkan tafsiran lain Kalimat soal mudah difahami Menggunakan jenis huruf yang formal Kesesuaian penggunaan kata yang di Bold/Italic/Underline/normal 9. Penggunaan gambar yang proporsional 10. Kejelasan petunjuk cara mengerjakan soal 3 Validitas 1. Kalimat yang digunakan tidak Konstruk menyinggung emosi seseorang 2. Sesuai dengan perkembangan siswa 3. Sesuai dengan situasi nyata 4. Mencakup berbagai macam materi yang cukup luas dan bersifat komprehensif 5. Ada keterkaitan antar konsep 6. Memberikan penguatan 7. Memiliki lebih dari satu cara penyelesaian 8. Melibatkan logika dan penalaran Skor rata-rata Kriteria Kevalidan Posttest
4 4 4 3 4 4
3 3 4 3 3 3
4 4 4 3 4 4
3,6 3,6 4 3 3,6 3,6
Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid Valid Sangat Valid Sangat Valid
4 3 4
4 4 4
3 4 3
3,6 3,6 3,6
Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
3 3 3
3 4 4
4 4 3
3,3 3,6 3,3
Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
3 3 3
4 4 3
3 4 4
3,3 3,6 3,3
Sangat Valid Sangat Valid Sangat Valid
3
4
4
3,6 3,47
Sangat Valid Sangat Valid
(Modifikasi dari Anas Sudijono) Keterangan : Rr : rata – rata validitas 1* : Riza Agustiani, M. Pd. (Dosen Matematika) 2* : Sarnubi, M. Pd. (Guru matematika kelas X SMA Ethika Palembang) 3* : Evi Diana, S. Pd. (Guru matematika kelas XI SMA Ethika Palembang)
Skor 1 2 3 4
Interval 0,1 < Rr < 1,0 1,1 < Rr < 2,0 2,1 < Rr < 3,0 3,1 < Rr < 4,1
Kriteria Sangat tidak valid Tidak valid Valid Sangat Valid
Dari hasil perhitungan didapat nilai rata-rata total validasi yang diberikan oleh para validator terhadap soal posttest sebesar 3,47 (Sangat valid). Sehingga soal posttest pada materi fungsi, fungsi sederhana dan fungsi kuadrat telah memenuhi aspek kevalidan.
50
Setelah divalidasi oleh para validator, soal posttest tersebut diujicobakan kepada 10 orang siswa kelas XI SMA Ethika Palembang yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Peneliti memilih siswa dengan melihat nilai siswa yang didapat peneliti dari guru matematika kelas XI SMA Ethika Palembang. 1) Hasil Uji Validitas Posttest Uji validitas dilakukan dengan cara menghitung korelasi masingmasing pertanyaan (item) dengan skor totalnya. Rumus korelasi yang digunakan adalah Korelasi Product Moment. Hasil validasi soal posttest dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 11. Hasil Validitas Butir Soal Posttest No Soal 1
Validitas 0,9313
2
Keterangan
0,632
Kriteria Valid
Soal dipakai
0,7996
0,632
Valid
Soal dipakai
3
0,6330
0,632
Valid
Soal dipakai
4
0.7996
0,632
Valid
Soal dipakai
5
0,9217
0,632
Valid
Soal dipakai
Dari hasil uji coba validasi dan perhitungan korelasi didapat yang dapat dilihat pada tabel diatas dan signifikan 5%, maka
>
,
=
0,632 dengan taraf
disimpulkan bahwa soal post-test
pada materi fungsi, fungsi sederhana dan fungsi kuadrat pada penelitian ini adalah berkriteria valid.
51
2) Hasil Uji Reliabilitas Posttest Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga terlebih dahulu melakukan reliabilitas pada soal posttest, reliabilitas ini digunakan untuk melihat apakah instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengukur data, maka dilakukan uji reliabilitas. Rumus yang digunakan adalah rumus Alpha. Dari perhitungan harga rhitung sebesar 0,6807 lebih besar dari rtabel yaitu 0,632 dengan jumlah n = 10 untuk taraf signifikan α = 5% atau rhitung > rtabel sehingga dapat disimpulkan soal tes akhir pemahaman konsep pada materi fungsi dan fungsi kuadrat adalah reliabilitas.
3. Hasil Validitas Perangkat Pembelajaran a. RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam penelitian ini divalidasi dengan membuat lembar validasi, kemudian RPP dikonsultasikan ke pakar matematika (validator) untuk mendapatkan saran dari pakar tersebut. Pakar yang terlibat dalam validasi RPP ini adalah 1 orang dosen matematika yaitu Ibu Riza Agustiani, M. Pd. dan 2 orang Guru Matematika (Bapak Sarnubi, M. Pd. dan Ibu Evi Diana, S. Pd.). Diantara penilaian yang diberikan oleh para validator mengenai kevalidan RPP dalam penelitian ini, dari 24 komponen yang harus dinilai validator pertama memberikan “ya” sebanyak 24 dan penilaian “tidak” sebanyak 0, ini berarti 100% RPP yang peneliti gunakan sudah dalam kategori valid. Sedangkan validator kedua memberikan penilaian “ya” sebanyak 23 dan penilaian “tidak” sebanyak 1,
52
ini berarti 95,84% RPP yang peneliti gunakan sudah dalam kategori valid. Sementara validator ketiga memberikan penilaian “ya” sebanyak 22 dan penilaian “tidak” sebanyak 2, ini berarti 91,67% RPP yang peneliti gunakan sudah dalam kategori valid. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 13. Tabel 12. Hasil Validasi RPP Penilaian Validator % No Ya Tidak 1 Riza Agustiani, M. Pd. 24 24 100% 2 Sarnubi, M. Pd. 23 1 95,84% 3 Evi Diana, S. Pd 22 2 91,67% % Rata-rata 95,83% Hasil validasi RPP bisa dilihat dilampiran.
Keterangan Valid Valid Valid Valid
b. LKS (Lembar Kerja Siswa) Pada LKS terdapat tiga orang validator, yaitu Ibu Riza Agustiani, M.Pd. (Dosen Matematika UIN Raden Fatah Palembang), Bapak Sarnubi, M. Pd. (Guru Matematika kelas X SMA Ethika Palembang) dan Ibu Evi Diana, S. Pd. (Guru Matematika kelas XI SMA Ethika Palembang). Hasil perhitungan dari lembar validasi ketiga validator dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 13. Hasil Validasi LKS Aspek Nama Validator
Riza Agustiani, M.Pd Sarnubi, M. Pd Evi Diana, S. Pd.
Isi
Konstruk
bahasa
3 4 3
3 4 3
4 3 3
Rata-Rata Total Kriteria Kevalidan LKS
Skor Rata-rata
Ket
3,3 3,3 3
Sangat valid Sangat valid Valid
3,2
Sangat Valid
Berdasarkan hasil perhitungan dari lembar validasi ketiga validator, diperoleh hasil rata-rata skor 3,2 dengan keterangan sangat valid.
53
Jadi, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian lembar kerja siswa (LKS) telah mencapai kategori sangat valid.
4. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ethika Palembang terhitung mulai tanggal 17 Agustus 2015 sampai dengan 12 September 2015. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu tahap pertama tahap perencanaan, kemudian tahap kedua ialah tahap pelaksanaan, dan tahap ketiga adalah tahap pelaporan. Rincian kegiatan penelitian dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 14. Jadwal Penelitian Kegiatan Penelitian Tahap Perencanaan
Tanggal 17 Agustus 2015 19 Agustus 2015 20-24 Agustus 2015 28 Agustus 2015 2 September 2015
4 September 2015
3 September 2015
5 September 2015 Tahap Pelaksanaan 9 September 2015
11 September 2015
10 September 2015 12 September 2015 Tahap Pelaporan
13 September 2015
Rincian Kegiatan Observasi ke sekolah Meminta izin penelitian di Sekolah Validasi instrumen penelitian Uji coba ke siswa Memberikan perlakuan model quantum teaching di kelas eksperimen materi memahami konsep fungsi Memberikan perlakuan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol materi memahami konsep fungsi Memberikan perlakuan model quantum teaching di kelas eksperimen materi menggambar grafik fungsi sederhana Memberikan perlakuan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol materi menggambar grafik fungsi sederhana Memberikan perlakuan model quantum teaching di kelas eksperimen materi menggambar grafik fungsi kuadrat Memberikan perlakuan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol materi menggambar grafik fungsi kuadrat Melakukan posttest di kelas eksperimen Melakukan posttest di kelas kontrol Menganalisis data yang diperoleh Mendeskripsikan hasil pengolahan data Menyusun laporan penelitian
54
Berikut deskripsi kegiatan penelitian: Tahap perencanaan dimulai pada Senin 17 Agustus 2015, Pada tahap ini peneliti melakukan observasi ke sekolah tempat meneliti untuk mengetahui jumlah siswa kelas X SMA Ethika Palembang. Dari hasil observasi yang diperoleh, populasi pada penelitian ini sebanyak 3 kelas yaitu kelas X1 berjumlah 33 siswa, kelas X2 berjumlah 35 siswa, kelas X3 berjumlah 33 siswa dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas X1 dan X2. Kelas X1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 33 siswa, sedangkan kelas X2 sebagai kelas kontrol berjumlah 35 siswa. Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 68 siswa. Selanjutnya, pada hari Rabu tanggal 19 Agustus 2015 peneliti meminta izin ke kepala sekolah untuk dapat melakukan penelitian di kelas X SMA Ethika Palembang. Kemudian peneliti melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran matematika atau yang bersangkutan guna mengetahui jadwal mulai penelitian. Penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pada tahap ini, peneliti juga membuat perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, soal tes akhir (posttest), kunci jawaban, dan pedoman penskoran. Selanjutnya, pada tanggal 20 - 24 Agustus 2015 peneliti terlebih dahulu melakukan validasi instrumen penelitian, validasi ini digunakan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang berkriteria valid. Sebagai validator instrumen penelitian adalah ibu Riza Agustiani, M. Pd. (Dosen matematika UIN Raden Fatah Palembang), Bapak Sarnubi, M. Pd. dan Ibu
55
Evi, S. Pd (Guru Matematika SMA Ethika Palembang). Selanjutnya pada tanggal 28 Agustustus 2015, instrumen yang sudah divalidasikan ke pakar diujicobakan kepada siswa. Untuk tahap pelaksanaan, pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan selama 4 kali pertemuan. Adapun pelaksanaan model quantum teaching pada kelas eksperimen adalah sebagai berikut: Alokasi waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 7 jam pelajaran atau 4 x tatap muka pada kelas eksperimen dengan perincian sebagai berikut: a. Dua jam pelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan dengan model quantum teaching dilaksanakan pada tanggal 2 September 2015. Materi 1: memahami konsep fungsi b. Dua jam pelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan dengan model quantum teaching dilaksanakan pada tanggal 3 September 2015. Materi 2: menggambar grafik fungsi sederhana. c. Dua jam pelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan dengan model quantum teaching dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015. Materi 3: menggambar grafik fungsi kuadrat. d. Satu jam pelajaran digunakan untuk tes akhir (posttest) dengan 5 soal essay yang disesuaikan dengan indikator kemampuan pemahaman konsep matematika, dilaksanakan pada tanggal 10 September 2015. Begitu pula dengan kelas kontrol, alokasi waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 7 jam pelajaran atau 4 x tatap muka pada kelas kontrol, dengan perincian sebagai berikut:
56
a. Dua jam pelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional dilaksanakan pada tanggal 4 September 2015. Materi 1: memahami konsep fungsi b. Dua jam pelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional dilaksanakan pada tanggal 5 September 2015. Materi 2: menggambar grafik fungsi sederhana. c. Dua jam pelajaran digunakan untuk memberikan perlakuan dengan model pembelajaran konvensional dilaksanakan pada tanggal 11 September 2015. Materi 3: menggambar grafik fungsi kuadrat. d. Satu jam pelajaran digunakan untuk tes akhir (posttest) dengan 5 soal essay yang disesuaikan dengan indikator kemampuan Pemahaman Konsep matematika, dilaksanakan pada tanggal 10 September 2015.
5. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kelas Kontrol a. Pertemuan pertama Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 4 September 2015 pukul. Pada tahap pendahuluan (pertemuan pertama), diawali dengan salam dan do’a untuk seluruh siswa yang telah duduk, kemudian peneliti mengecek kehadiran siswa sebagai sikap disiplin kemudian peneliti memperkenalkan diri kepada siswa kelas X2 dan menyampaikan maksud untuk mengadakan penelitian dan memulai pelajaran dengan menyampaikan apersepsi.
57
Pada tahap kegiatan inti, peneliti menjelaskan materi fungsi. Setelah itu peneliti memberikan contoh soal dan soal di papan tulis dan memilih siswa secara acak untuk mendemonstrasikan hasil jawabannya di papan tulis. Peneliti mengoreksi jawaban siswa di papan tulis. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan. Selanjutnya peneliti memberikan tugas sebanyak 2 soal. Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugas, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil jawabannya. Selanjutnya peneliti meminta salah satu siswa mengerjakan tugas di papan tulis dan bersamasama membahasnya.
Gambar 1. Siswa Memperhatikan Penjelasan yang diberikan Peneliti Pada tahap penutup, peneliti meminta siswa membuat kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya yaitu menggambar grafik fungsi sederhana. Peneliti mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pada pertemuan pertama di kelas kontrol rata-rata tugas siswa yaitu 60,95.
58
b. Pertemuan kedua Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 05 September 2015. Tahap pendahuluan, terlebih dahulu peneliti mengucapkan salam serta menyapa siswa siswi. Dilanjutkan peneliti mengecek kehadiran siswa sebagai sikap disiplin, kemudian peneliti membahas pekerjaan rumah (PR) pada pertemuan sebelumnya dan peneliti menyampaikan apersepsi kepada siswa dengan cara mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya yaitu materi fungsi. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada tahap kegiatan inti, peneliti menjelaskan materi menggambar grafik fungsi sederhana. Setelah itu peneliti memberikan contoh soal dan soal di papan tulis dan memilih siswa secara acak untuk mendemonstrasikan hasil jawabannya di papan tulis. Peneliti mengoreksi jawaban siswa di papan tulis. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan. Selanjutnya peneliti memberikan tugas sebanyak 3 soal. Setelah semua siswa selesai mengerjakan
tugas,
peneliti
meminta
siswa
mengumpulkan
hasil
jawabannya. Selanjutnya peneliti meminta salah satu siswsa mengerjakan tugas di papan tulis dan bersama-sama membahasnya.
Gambar 2. Siswa Menuliskan Pekerjaannya di Papan tulis
59
Pada tahap penutup, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dan meminta agar siswa mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari di rumah. Selanjutnya peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menginformasikan materi selanjutnya yaitu menggambar grafik
fungsi
kuadrat.
Peneliti
mengakhiri
pembelajaran
dengan
mengucapkan salam. Pada pertemuan kedua di kelas kontrol rata-rata nilai tugas siswa yaitu 61,43. c. Pertemuan ketiga Pada pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 11 September
2015.
Tahap
pendahuluan,
terlebih
dahulu
peneliti
mengucapkan salam serta menyapa siswa siswi. Dilanjutkan
peneliti
mengecek kehadiran siswa sebagai sikap disiplin, kemudian peneliti membahas pekerjaan rumah (PR) pada pertemuan sebelumnya dan peneliti menyampaikan apersepsi kepada siswa dengan cara mengingatkan kembali tentang materi sebelumnya yaitu materi menggambar grafik fungsi sedehana. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Pada tahap kegiatan inti, peneliti menjelaskan materi menggambar grafik fungsi kuadrat. Setelah itu peneliti memberikan contoh soal dan soal di papan tulis dan memilih siswa secara acak untuk mendemonstrasikan hasil jawabannya di papan tulis. Peneliti mengoreksi jawaban siswa di papan tulis. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dijelaskan. Selanjutnya peneliti memberikan tugas sebanyak 2 soal. Setelah semua siswa selesai
60
mengerjakan tugas, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil jawabannya. Selanjutnya peneliti meminta salah satu siswa mengerjakan tugas di papan tulis dan bersama-sama membahasnya.
Gambar 3. Siswa Mengerjakan Tugas di Papan Tulis Pada tahap penutup, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dan meminta agar siswa mengulang kembali pelajaran yang telah dipelajari di rumah. Selanjutnya peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) dan menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan posttest. Peneliti mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. d. Pertemuan keempat Pada pertemuan keempat dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 September 2015. Pada pertemuaan keempat ini diadakan tes akhir (posttest). Soal posttest terdiri dari 5 soal essay yang harus dikerjakan siswa dalam waktu 45 menit. Peneliti memberikan soal posttest kepada siswa di mana soal posttest tersebut telah divalidasi sebelumnya. Peneliti mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal dengan seksama. Setelah selesai mengerjakan soal, siswa diminta mengumpulkan jawaban yang telah dikerjakan kepada peneliti. Hasil posttest ini merupakan
61
hasil belajar siswa pada pembelajaran matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran konvensional pada kelas kontrol yaitu kelas X2 di SMA Ethika Palembang.
Gambar 4. Suasana Posttest Kelas Kontrol
6. Deskripsi Pelaksanaan Model Quantum Teaching di Kelas Eksperimen a. Pertemuan pertama Pertemuan pertama di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Rabu, 02 September 2015. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama berpedoman pada RPP-1 dan LKS 1. Pertemuan diawali dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan siswa dengan meminta ketua kelas untuk memimpin salam dan do’a sebelum belajar. Selanjutnya peneliti mengecek kehadiran siswa sebagai sikap disiplin, peneliti memperkenalkan diri kepada siswa kelas X1 dan menyampaikan maksud untuk mengadakan penelitian tersebut dengan tujuan untuk melihat kemampuan pemahaman konsep matematika siswa mengenai materi pelajaran matematika tentang fungsi. Selanjutnya peneliti
62
meminta siswa memperhatikan keadaan kelas yang sudah dihiasi dengan poster afirmasi yang berisi kata-kata motivasi yang berguna agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya peneliti meminta siswa agar duduk secara rileks dan nyaman. Kemudian, peneliti menerangkan langkahlangkah pembelajaran TANDUR dan menuliskan judul materi dan sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini di papan tulis. Selanjutnya peneliti membimbing siswa melakukan apersepsi. Peneliti bertanya kepada siswa tentang materi relasi yanng sudah dipelajari di kelas VIII SMP semester 1. Dalam hal ini tidak ada siswa yang menjawab. Peneliti mencoba mengajak siswa untuk mengutarakan apa yang mereka tahu dan apa yang mereka ingat. Setelah
dibimbing barulah siswa bersama peneliti
menyebutkan pengertian relasi. Kemudian peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan kata-kata positif “selamat datang di kelas juara, kalian yang berada di kelas ini adalah juaranya”
Gambar 5. Poster Afirmasi di Kelas Eksperimen Selanjutnya pada tahap tumbuhkan minat, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan memutar musik mozart sebagai penerapan dari
63
model quantum teaching. Setelah itu peneliti memberikan games kepada siswa yaitu berupa permainan menara hanoi. Permainan ini terdiri dari tiga tiang dan sejumlah cakram dengan ukuran yang berbeda-beda yang bisa dimasukkan ketiang mana saja. Permainan dimulai dengan cakram-cakram yang tertumpuk rapi berurutan berdasarkan urutannya dalam salah satu tiang, cakram terkecil diletakkan keatas sehingga membentuk kerucut. Tujuan dari permainan ini adalah untuk memindahkan seluruh tumpukan ke tiang yang lain dengan mengikuti aturan hanya satu cakram yang boleh dipindahkan dalam satu waktu, setiap perpindahan berupa pengambilan cakram teratas dari satu tiang dan memasukkannya ke tiang lain di atas cakram lain yang mungkin sudah ada di tiang tersebut serta tidak boleh meletakkan cakram di atas cakram lain yang lebih kecil. Menara hanoi adalah permainan yang digunakan untuk menanamkan konsep fungsi, dimana setelah melakukan permainan ini siswa secara tidak langsung telah memahami konsep fungsi yaitu memasangkan anggota himpunan A tepat satu ke anggota himpunan B. Pada tahap alami, peneliti meminta siswa memperhatikan dalam kehidupan sehari-hari penerapan fungsi untuk kegiatan donor darah (Dari data diketahui Andi bergolongan darah A, Budi bergolongan darah B, Ahmad bergolongan darah A, Anton bergolongan darah O, Abdul bergolongan darah AB dan Bagus bergolongan darah B. Jika suatu saat dibutuhkan pendonor golongan darah A, siapakah yang dapat jadi pendonor ?). Selanjutnya peneliti yang bertindak sebagai guru membagi siswa menjadi 8 kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Kelompok
64
dibagi secara heterogen di mana dalam setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Peneliti membagi kelompok dengan melihat nilai yang diberikan oleh guru matematika di SMA Ethika palembang. Setelah itu peneliti memeriksa apakah siswa telah duduk dengan teman sekelompoknya. Selanjutnya peneliti membagikan LKS-1 kepada setiap kelompok dan bertanya apa yang telah mereka ketahui tentang materi fungsi. Sebagian siswa hanya diam dan hanya beberapa orang yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti yaitu Angga Malhabadin dari kelompok 3 dan Radatul Alifa dari kelompok 6. Kemudian peneliti mengajak siswa memperhatikan LKS-1 yang telah ada pada mereka. Kemudian pada tahap namai, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pengisian LKS-1. Selama kegiatan pengisian LKS-1, peneliti menyajikan materi dan menguji pemahaman siswa (menanyakan beberapa hal tentang materi yang telah dijelaskan) dan menanyakan kesulitan apa yang siswa alami dalam mengisi LKS-1. Beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan peneliti diantaranya Robi Gusti dari kelompok 8, Sri Hartati dari kelompok 4 dan ada sebagian siswa belum mengerti/siswa bertanya bagaimana cara membedakan relasi yang merupakan fungsi dan yang bukan fungsi. Selanjutnya peneliti meminta siswa memberikan nama pada buku masing-masing mengenai informasi yang diperoleh baik rumus, pemikiran, konsep dan sebagainya. Selanjutnya peneliti meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan latihan terbimbing yang ada di LKS-1. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada pada LKS-1. Sedangkan peran peneliti dalam
65
penelitian ini adalah sebagai fasilitator atau membimbing kelompok yang sedang mengalami kesulitan.
Gambar 6. Siswa Berdiskusi Bersama Teman Sekelompoknya Kemudian pada tahap demonstrasikan, setelah berdiskusi peneliti meminta perwakilan kelompok 1 yaitu Supriyanto untuk mempresentasikan jawaban dari permasalahan yang mereka temukan. Selanjutnya peneliti meminta siswa tersebut kembali ke kelompoknya dan kemudian peneliti membimbing siswa jika ada jawaban yang kurang tepat dari setiap kelompok. Setelah siswa menyampaikan hasil kerja mereka, peneliti mengajak siswa untuk bertepuk tangan untuk teman yang telah menunjukkan kemampuannya dan juga peneliti menanyakan kepada siswa materi yang siswa masih tidak atau kurang mengerti. Selanjutnya pada tahap ulangi, peneliti meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing. Selanjutnya peneliti memberikan evaluasi berupa tugas secara mandiri. Kemudian peneliti berkeliling mengamati pekerjaan siswa. Pada saat menjawab tugas 1 peneliti menjumpai siswa yang menyalin pekerjaan temannya yaitu Tomi Suwandi. Peneliti menegur siswa tersebut dan memintanya untuk bekerja secara
66
mandiri dan bertanya kepada peneliti jika ada hal yang kurang dimengerti. Setelah waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tugas 1 berakhir, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Selanjutnya pada tahap rayakan, peneliti mengucapkan ucapan terima kasih dan memberikan hadiah berupa permen kepada Supriyanto, siswa yang mendemonstrasikan hasil pekerjaannya di depan kelas. Selanjutnya pada akhir pertemuan peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dengan tanya jawab secara klasikal yaitu membedakan relasi yang merupakan fungsi dan bukan fungsi, menentukan domain, kodomain dan range dari suatu fungsi. Selanjutnya peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) dan peneliti mengingatkan siswa bahwa pelajaran selanjutnya masih menerapkan model pembelajaran yang sama, peneliti meminta siswa mempelajari cara menggambar grafik fungsi sederhana dan mengingatkan siswa untuk mengulang pelajaran yang telah diberikan. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen rata-rata nilai tugas 1 siswa yaitu 81,31 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 66,66. b. Pertemuan kedua Pertemuan kedua di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Kamis, 03 September 2015. Proses pembelajaran pada pertemuan kedua berpedoman pada RPP-2 dan LKS-2. Pada pertemuan kedua ini kegiatan pembelajaran adalah menggambar grafik fungsi sederhana. Pertemuan diawali dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan siswa dengan meminta ketua untuk memimpin salam dan
67
do’a
sebelum
belajar.
Kemudian
peneliti
meminta
siswa
untuk
mengeluarkan semua alat tulis yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Selanjutnya peneliti mengecek kehadiran siswa sebagai sikap disiplin, pada pertemuan kedua ini semua siswa hadir. Selanjutnya peneliti meminta siswa memperhatikan keadaan kelas yang sudah dihiasi dengan poster afirmasi yang berisi kata-kata motivasi yang berguna agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya peneliti meminta siswa agar duduk secara rileks dan nyaman. Kemudian, menuliskan judul materi dan sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini di papan tulis dan mengingatkan kembali langah-langkah pembelajaran TANDUR. Selanjutnya peneliti membimbing siswa melakukan apersepsi. Peneliti bertanya kepada siswa tentang materi fungsi yang sudah dipelajari sebelumnya. Beberapa siswa memberi tanggapan terhadap apersepsi yang disampaikan oleh guru. Kemudian peneliti membahas PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan kata-kata positif “yo ayo, kita pasti bisa. Mari bergabung bersama para juara”. Selanjutnya pada tahap tumbuhkan minat, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengajak siswa untuk bertepuk tangan sebagai penerapan dari model quantum teaching. Selanjutnya peneliti memberikan stimulus kepada siswa melalui sebuah permainan perang-perangan. Permainan ini berisi tentang sumbu koordinat yang berguna untuk materi menggambar grafik fungsi sederhana. Permainan ini dimulai dengan meminta dua orang siswa maju kedepan kelas. Orang pertama mulai bermain dengan menempatkan kapalnya pada suatu tempat dibidang
68
cartesius, penempatan ini dirahasiakan terhadap orang ke dua yang akan menebak posisi kapal itu. Hubungan permainan perang-perangan dengan materi grafik fungsi sederhana yaitu siswa bisa menggambar grafik fungsi sederhana melalui koordinat cartesius, dimana dalam menentukan titik koordinat terdiri dari sumbu x dan sumbu y (orang pertama dan orang kedua dalam permainan perang-perangan). Pada tahap alami, peneliti meminta siswa memperhatikan dalam kehidupan sehari-hari penerapan fungsi sederhana. “Dalam kehidupan sehari-hari konsep fungsi sederhana banyak digunakan. Khususnya fungsi linier. Anak-anak apakah kalian pernah melihat sebuah pabrik ? Apakah kalian pernah juga melihat main-mainan ? Contohnya, ketika sebuah pabrik ingin memproduksi mainan anak-anak dengan biaya variabel Rp. 4.000, 00perbuah, dan biaya tetap tiap bulannya Rp . 12.000.000,00-. Jika mainan itu dijual seharga Rp. 10.000,00- per buah, tentukan titik pulang pokok pabrik tersebut ? nah untuk menjawab masalah ini, kalian harus mempelajari materi hari ini. Materi hari ini sangatlah menantang untuk dipelajari”. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk berkumpul bersama teman sekelompoknya yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu peneliti memeriksa apakah siswa telah duduk dengan teman sekelompoknya. Selanjutnya peneliti membagikan LKS-2 kepada setiap kelompok dan bertanya apa yang telah mereka ketahui tentang materi fungsi sederhana. Sebagian siswa hanya diam dan hanya beberapa orang yang menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti yaitu Rizki Kurliani,
69
Ni’mal Maula dan Robi Gusti. Kemudian peneliti mengajak siswa memperhatikan LKS-2 yang telah ada pada mereka. Kemudian pada tahap namai, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pengisian LKS-2. Selama kegiatan pengisian LKS-2, peneliti menyajikan materi dan menguji pemahaman siswa (menanyakan beberapa hal tentang materi yang telah dijelaskan) dan menanyakan kesulitan apa yang siswa alami dalam mengisi LKS-2. Beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan peneliti yaitu Rahmat Kurniawan, Junita dan ada sebagian siswa belum mengerti/siswa bertanya bagaimana cara menggambar grafik fungsi sederhana. Selanjutnya peneliti meminta siswa memberikan nama pada selembar kertas mengenai informasi yang diperoleh baik rumus, pemikiran, konsep dan sebagainya dan menempelkan pada karton di belakang dinding yang sudah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya peneliti meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan latihan terbimbing yang ada di LKS-2. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada pada LKS-2 tersebut. Sedangkan peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai fasilitator atau membimbing kelompok yang sedang mengalami kesulitan.
Gambar 7. Siswa Menempelkan Nama di Karton Belakang Dinding
70
Kemudian pada tahap demonstrasikan, setelah berdiskusi peneliti meminta
perwakilan
kelompok
5
yaitu
Rina
Kartika
untuk
mempresentasikan jawaban dari permasalahan yang mereka temukan. Selanjutnya
peneliti
meminta
perwakilan
kelompok
kembali
ke
kelompoknya dan kemudian peneliti membimbing siswa jika ada jawaban yang kurang tepat dari setiap kelompok. Setelah siswa menyampaikan hasil kerja mereka, peneliti mengajak siswa untuk bertepuk tangan untuk teman yang telah menunjukkan kemampuannya dan juga peneliti menanyakan kepada siswa materi yang siswa masih tidak atau kurang mengerti. Selanjutnya pada tahap ulangi, peneliti meminta siswa untuk kembali ke tempat duduk masing-masing. Selanjutnya peneliti memberikan evaluasi berupa tugas secara mandiri. Kemudian peneliti berkeliling mengamati pekerjaan siswa. Setelah waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tugas 1 berakhir, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Selanjutnya pada tahap rayakan, peneliti mengucapkan ucapan terima kasih dan memberikan hadiah berupa permen kepada siswa yang mendemonstrasikan hasil pekerjaan nya di depan kelas yaitu Rina Kartika. Selanjutnya pada akhir pertemuan peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dengan tanya jawab secara klasikal yaitu menggambar grafik fungsi sederhana. Selanjutnya peneliti memberikan pekerjaan rumah (PR) dan peneliti mengingatkan siswa bahwa pelajaran selanjutnya masih menerapkan model pembelajaran yang sama, peneliti
71
meminta siswa mempelajari cara menggambar grafik fungsi kuadrat dan mengingatkan siswa untuk mengulang pelajaran yang telah diberikan. Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen rata-rata tugas 2 siswa yaitu 83,94 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60. c. Pertemuan ketiga Pertemuan ketiga di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Rabu, 09 September 2015. Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga berpedoman pada RPP-3 dan LKS-3. Pada pertemuan ketiga ini kegiatan pembelajaran adalah menggambar grafik fungsi kuadrat. Pertemuan diawali dengan mengucapkan salam, kemudian dilanjutkan dengan mempersiapkan siswa dengan meminta ketua kelas untuk memimpin salam dan do’a sebelum belajar. Kemudian peneliti meminta siswa untuk mengeluarkan semua alat tulis yang berkaitan dengan pelajaran matematika. Selanjutnya peneliti mengecek kehadiran siswa sebagai sikap disiplin, pada pertemuan ketiga ini semua siswa hadir. Selanjutnya peneliti meminta siswa memperhatikan keadaan kelas yang sudah dihiasi dengan poster afirmasi yang berisi kata-kata motivasi yang berguna agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya peneliti meminta siswa agar duduk secara rileks dan nyaman. Kemudian, menuliskan judul materi dan sub materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini di papan tulis dan mengingatkan kembali langah-langkah pembelajaran TANDUR. Selanjutnya peneliti membimbing siswa melakukan apersepsi. Peneliti bertanya kepada siswa tentang materi fungsi sederhana yang sudah dipelajari sebelumnya. Beberapa siswa memberi tanggapan terhadap apersepsi yang disampaikan oleh guru.
72
Kemudian peneliti membahas PR yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya peneliti memberikan motivasi kepada siswa dengan kata-kata positif “fungsi kuadrat is the best. Akulah sang juara”. Selanjutnya pada tahap tumbuhkan minat, peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dan membimbing siswa membuat yel-yel untuk menumbuhkan minat belajar siswa. Siswa sempat bertanya kepada peneliti apakah yang dimaksud dengan yel-yel. Siswa terlihat bingung saat itu, kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada siswa bahwa yel-yel adalah kata-kata yang dibuat sebagai penyemangat dan menumbuhkan minat seperti waktu kegiatan pramuka. Setelah mendengar penjelasan tersebut siswa menganggukkan kepala pertanda bahwa siswa telah faham. Peneliti dan siswa kemudian bersama-sama membuat yel-yel tersebut. Ketika peneliti meneriakkan “matematika” siswa menjawab “bisa”, ketika peneliti meneriakkan “fungsi kuadrat” siswa menjawab “okey”, ketika peneliti meneriakkan “ada soal” siswa menjawab “siap kerjakan”. Pembuatan yel-yel ini merupakan bagian dari penerapan kerangka rancangan pembelajaran quantum teaching. Setelah itu peneliti memberikan games berupa lempar bola keatas. Peneliti meminta dua orang siswa untuk melempar bola ke atas hingga bola jatuh lagi ke bumi. Hubungan permainan ini dengan materi fungsi kuadrat adalah permainan yang mengajak siswa untuk berfikir bagaimana lintasan yang akan terjadi jika bola dilempar ke atas ? dalam fungsi kuadrat ketika bola berada pada ketinggian atas artinya bola tersebut telah mencapai titik puncak dan membentuk lintasan parabola.
73
Pada tahap alami, peneliti meminta siswa memperhatikan dalam kehidupan sehari-hari penerapan fungsi kuadrat. “Peneliti menghampiri salah satu siswa kemudian menyapa ‘naik to mit you ! (sorak-sorak siswa mendengar pengucapan salah yang dilakukan peneliti) kemudian peneliti bertanya ‘apakah kamu pernah melihat soal UN dan mencoba menjawab soal tersebut ? Siswa menjawab “pernah”. Kemudian peneliti bertanya lagi”pernahkah menemukan soal UN yang soalnya ada gambar grafik fungsi kuadratnya kemudian soal tersebut meminta kita untuk menentukan rumus fungsi kuadratnya?” Siswa menjawab “pernah bu, saya melihat nya di buku UN”. Kemudian peneliti bertanya lagi “bagaimana kamu dapat menjawab soal tersebut ?” (siswa tidak menjawab) berarti kamu dan kalian semua haruslah mempelajari materi ini karena tidak kalah pentingnya dengan materi lainnya. Selanjutnya peneliti meminta siswa untuk berkumpul bersama teman sekelompoknya yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu peneliti memeriksa apakah siswa telah duduk dengan teman sekelompoknya. Selanjutnya peneliti membagikan LKS-3 kepada setiap kelompok dan bertanya apa yang telah mereka ketahui tentang materi fungsi kuadrat. Kemudian peneliti mengajak siswa memperhatikan LKS-3 yang telah ada pada mereka. Kemudian pada tahap namai, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pengisian LKS-3. Selama kegiatan pengisian LKS-3, peneliti menyajikan materi dan menguji pemahaman siswa (menanyakan beberapa hal tentang materi yang telah dijelaskan) dan menanyakan kesulitan apa yang siswa alami dalam mengisi LKS-3. Beberapa siswa dapat menjawab
74
pertanyaan peneliti yaitu Zuweng dan Zulaiha, dan ada sebagian siswa belum mengerti atau siswa bertanya bagaimana cara menggambar grafik fungsi kuadrat yaitu Sandeli. Selanjutnya peneliti meminta siswa memberikan nama pada buku masing-masing mengenai informasi yang diperoleh baik rumus, pemikiran, konsep dan sebagainya. Selanjutnya peneliti meminta setiap kelompok untuk mendiskusikan latihan terbimbing yang ada di LKS-3. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing untuk menemukan jawaban dari permasalahan yang ada pada LKS-3 tersebut. Sedangkan peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai fasilitator atau membimbing kelompok yang sedang mengalami kesulitan.
Gambar 8. Peneliti Membimbing Siswa Dalam Pengerjaaan LKS Kemudian pada tahap demonstrasikan, setelah berdiskusi peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan jawaban dari permasalahan yang mereka temukan. Dalam hal ini kelompok yang mendemonstrasikan jawabannya ada dua kelompok yaitu kelompok 7 yaitu Nova Ariansyah dan kelompok 5 yaitu Nur Suci. Selanjutnya peneliti meminta perwakilan kelompok kembali ke kelompok masing-masing dan kemudian peneliti membimbing siswa jika ada jawaban yang kurang tepat dari setiap kelompok. Setelah siswa menyampaikan hasil kerja mereka, peneliti mengajak siswa untuk bertepuk tangan untuk teman yang telah
75
menunjukkan kemampuannya dan juga peneliti menanyakan kepada siswa materi yang siswa masih tidak atau kurang mengerti.
Gambar 9. Siswa mendemonstrasikan Pekerjaannya di Papan Tulis Selanjutnya pada tahap ulangi, peneliti meminta siswa untuk kembali ketempat duduk masing-masing. Selanjutnya peneliti memberikan evaluasi berupa tugas secara mandiri. Kemudian peneliti berkeliling mengamati pekerjaan siswa. Setelah waktu yang ditentukan untuk mengerjakan tugas 3 berakhir, peneliti meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Selanjutnya pada tahap rayakan, peneliti mengucapkan ucapan terima kasih dan memberikan hadiah berupa permen kepada siswa yang mendemonstrasikan hasil pekerjaan nya di depan kelas. Selanjutnya pada akhir pertemuan peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran dengan tanya jawab secara klasikal yaitu menggambar grafik fungsi kuadrat. Selanjutnya peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan posttest. Pada pertemuan ketiga di kelas eksperimen rata-rata nilai tugas 3 siswa yaitu 87,23 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 71,42. Berikut hasil perbandingan tugas siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
76
RATA-RATA NILAI TUGAS SISWA 100 90 80 Rata-rata
70 60 50
Eksperimen
40
Kontrol
30 20 10 0 PERTEMUAN PERTEMUAN PERTEMUAN 1 2 3
Grafik 1. Rata-Rata Nilai Tugas Siswa Dari grafik di atas, terlihat bahwa pada kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran model quantum teaching lebih tinggi rata-rata pada setiap pertemuannya dibandingkan dengan kelas kontol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terjadi, dikarenakan pada kelas eksperimen siswa dituntut lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran berdasarkan dengan model quantum teaching. d. Pertemuan keempat Pertemuan keempat pada kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 September 2015. Pada pertemuan keempat ini diadakan tes akhir (posttest). Soal posttest terdiri dari 5 soal essay yang harus dikerjakan siswa dalam waktu 45 menit. Peneliti memberikan soal posttest kepada siswa dimana soal posttest tersebut telah divalidasi sebelumnya. Setelah selesai mengerjakan soal, siswa diminta mengumpulkan jawaban yang telah dikerjakan kepada peneliti.
77
7. Deskripsi Hasil Tes a. Deskripsi Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan hasil posttest siswa diperoleh nilai rata-rata siswa kelas eksperimen yaitu 61,32 dengan nilai tertinggi 87,5 dan nilai terendah 18,75. Untuk lebih jelasnya, hasil posttest siswa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 15. Data Hasil Posttest Siswa Kelas Eksperimen Rata-rata nilai Nilai tertinggi Nilai terendah
61,32 87,5 18,75
Selanjutnya, untuk mengetahui hasil kemampuan pemahaman konsep setelah posttest dilakukan pada kelas eksperimen, berikut rangkuman hasil perhitungan rata-rata per indikator dan rata-rata per soal posttest. Tabel 16. Rata-rata siswa mencapai indikator pemahaman konsep posttest siswa di kelas ekperimen No soal
Skor soal 2
1 2
2 2
3
2
4
2 2
2
5
2
Indikator pemahaman konsep Memberi contoh dan noncontoh dari suatu konsep Menyatakan ulang sebuah konsep. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Mengaplikasikan konsep Algoritma pemecahan masalah.
Rata-rata per indikator
1,78
Rata-rata per soal
3,47
1,69 1,63
1,63
1,12
1,12
1,18 1,24
3,2
0,78 0,42
0,42
78
4
3.47
3.2
3 1.63
2
1.12 1
0.42
0 soal 1
soal 2
soal 3
soal 4
soal 5
Skor rata-rata tiap soal
Grafik 2. Rata-Rata Siswa Mencapai Indikator Pemahaman Konsep Posttest Siswa di Kelas Eksperimen
Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa skor per indikator pada soal nomor 5 dengan indikator pemahaman konsep yaitu mengaplikasikan konsep algoritma ke pemecahan masalah (indikator ke 7) lebih rendah dibandingkan dengan skor per indikator pada soal lainnya. Hal ini dikarenakan pada soal nomor 5 materinya cukup sulit untuk dipahami oleh siswa yaitu pada pertemuan ketiga.
Rata-rata tertinggi yaitu soal
nomor 1 dengan indikator memberi contoh dan noncontoh dari suatu konsep.
b. Deskripsi Hasil Posttest Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan hasil posttest siswa diperoleh nilai rata-rata siswa kelas kontrol yaitu 50,59 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 6,25. Untuk lebih jelasnya, hasil posttest siswa kelas kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
79
Tabel 17. Data Hasil Posttest siswa kelas Kontrol Rata-rata nilai Nilai tertinggi Nilai terendah
50,59 75 6,25
Selanjutnya, untuk mengetahui hasil kemampuan pemahaman konsep setelah posttest dilakukan pada kelas kontrol, berikut rangkuman hasil perhitungan rata-rata per indikator dan rata-rata per soal posttest.
Tabel 18. Rata-rata siswa mencapai indikator pemahaman konsep posttest siswa di kelas kontrol No soal 1
Skor soal 2
2
2 2
3
2
4
2 2
2
5
2
Indikator pemahaman konsep Memberi contoh dan noncontoh dari suatu konsep . Menyatakan ulang sebuah konsep. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Mengaplikasikan konsep Algoritma pemecahan masalah.
Rata-rata per indikator
1,62
Rata-rata per soal
3,19
1,57 1,51
1,51
1,02
1,02
1,05 0,71
2,07
0,31 0,17
0,17
80
4
3.19
3
2.07 1.51
2
1.02 1
0.17
0 Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
soal 5
Skor rata-rata tiap soal
Grafik 3. Rata-Rata Siswa Mencapai Indikator Pemahamn Konsep Posttest Siswa di Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan grafik di atas terlihat bahwa skor per indikator pada soal nomor 5 dengan indikator pemahaman konsep yaitu mengaplikasikan konsep algoritma ke pemecahan masalah (indikator ke 7) lebih rendah dibandingkan dengan skor per indikator pada soal lainnya. Rata-rata tertinggi yaitu soal nomor 1 dengan indikator memberi contoh dan noncontoh dari suatu konsep.
c. Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji-t Posttest Skor kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran yang merupakan hasil
posttest baik
kelas
eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal. Setelah dilakukan pengujian menggunakan rumus statistik Chi-Kuadrat ( 2), pada setiap kelas hasil perhitungan
2
kurang dari nilai Xtabel. Selengkapnya uji
normalitas skor tes akhir kemampuan pemahaman konsep matematika siswa (posttest) setelah mengikuti pembelajaran dirangkum dalam Tabel 19 berikut.
81
Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest Kelas
2
2 hitung
tabel
(∝= ". "$)
Kesimpulan
Eksperimen
2,4
11,1
Data berdistribusi normal
Kontrol
5,56
11,1
Data berdistribusi normal
Sedangkan dari uji homogenitas varians yang menggunakan statistik F dapat disimpulkan bahwa data kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang merupakan hasil posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen. Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh yaitu varians (s2)
kelas
eksperimen dengan n = 33 sebesar 343,09 dan varians (s2) kelas kontrol dengan n = 35 sebesar 223,14. Sehingga didapatkan nilai Fhitung sebesar 1,54 jika dk pembilang 32 dan dk penyebut 34, dengan taraf signifikan 5% maka &1)
2∝(+1 ,+2 )
=1,78. Jadi Fhitung < &1)
, 2∝(+1 ,+2 )
maka Ho diterima bahwa
varians data posttest homogen. Dari hasil uji t, diperoleh thitung = 2,64 dengan dk = 66 dengan taraf signifikan 5%, maka ttabel adalah 1,67. Sehingga didapat thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan kriteria pengujian uji t dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model quantum teaching terhadap pemahaman konsep matematika siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan penelitian eksperimen kuantitatif. Penelitian eksperimen ini meneliti tentang ada atau tidaknya pengaruh perlakuan, dengan cara memberi
82
perlakuan tertentu pada kelas eksperimen dan menyediakan kelas kontrol sebagai pembandingnya. Dalam menentukan kelas eksperimen dan kelas kotrol, peneliti memberikan perlakuan. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran
dengan
menggunakan
model
quantum
teaching
dan
pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan secara konvensional dengan metode ceramah. Setelah diberikan perlakuan, selanjutnya diberikan posttest untuk mengetahui apakah ada pengaruh pada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang telah diberikan perlakuan. Posttest dilakukan pada pertemuan keempat. Pada hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan perolehan nilai siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai siswa. Setelah perlakuan pada kelas eksperimen, diperoleh rata-rata posttest siswa yaitu 61,32 dengan nilai tertinggi 87,5 dan nilai terendah 18,75. Sedangkan pada kelas kontrol, diperoleh rata-rata posttest siswa yaitu 50,59 dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 6,25. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep yang diajarkan dengan menggunakan model quantum teaching lebih tinggi dan berpengaruh dari pada rata-rata pemahaman konsep yang diajarkan secara konvensional. Berdasarkan uji statistik (uji-t) yang telah dilakukan, harga thitung = 2,64. Harga ini lebih besar dari harga ttabel = 1,67 dengan taraf signifikan -= 5% sehingga didapat thitung > ttabel. .Maka kesimpulannya adalah hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Artinya, ada pengaruh model quantum teaching terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas X di
83
SMA Ethika Palembang. Berikut rangkuman perbandingan hasil analisis data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator pemahaman konsep per butir soal: Tabel 20. Hasil analisis data posttest kelas ekperimen dan kelas kontrol No soal
Skor soal
1
2
2
2 2
3
2
4
2 2
2
5
2
Indikator pemahaman konsep Memberi contoh dan noncontoh dari konsep Menyatakan ulang sebuah konsep. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis Mengaplikasikan konsep Algoritma pemecahan masalah.
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Skor per indikator kelas eksperimen
Skor per indikator kelas kontrol
3,47
3,19
1,63
1,51
1,12
1,02
3,2
2,07
0,42
0,17
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Grafik 4. Skor Tiap Indikator Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan tabel dan grafik di atas, tampak bahwa dari setiap soal pada kelas eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Ini menunjukkan
84
bahwa ada pengaruh model quantum teaching terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Berikut ini akan dijelaskan hasil pekerjaan siswa : 1. Hasil Tes (Posttest) Soal No. 1 Pada posttest soal no. 1, indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang muncul adalah indikator ke-3 yaitu kemampuan memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep dan indikator ke 1 yaitu kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep. Dari hasil analisis posttest, diperoleh rata-rata soal no. 1 pada kelas eksperimen yaitu 3, 47 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya 3, 19. Berikut ini soal test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada soal no. 1.
85
Dari soal tersebut, setelah diperiksa pada jawaban siswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol pada indikator kemampuan pemahaman konsep matematika yang muncul adalah kemampuan memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep dengan deskriptor membedakan contoh dan non contoh dari suatu konsep. Rata-rata skor indikator memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep di kelas eksperimen 1,78 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya 1,62 dengan 27 orang siswa di kelas eksperimen dan 23 orang siswa di kelas kontrol yang telah mencapai indikator memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep.
Hal itu berarti
kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal nomor 1 tersebut. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen adalah siswa tertukar dalam membedakan relasi yang merupakan fungsi dan bukan fungsi. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti selama proses pembelajaran. Sedangkan pada kelas kontrol kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah siswa tidak bisa membedakan relasi mana yang merupakan fungsi dan bukan fungsi. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran siswa dalam keadaan ribut karena masih dalam pertemuan pertama sehingga pemahaman konsepnya kurang. Berikut disajikan salah satu pekerjaan siswa.
86
Gambar 10. Jawaban siswa di kelas eksperimen pada soal 1 indikator ke 3
posttest no
Siswa tidak bisa membedakan relasi yang merupakan fungsi dan bukan fungsi
Gambar 11. Jawaban siswa di kelas kontrol indikator ke 3
pada soal posttest no 1
Kemudian pada soal no. 1, indikator pemahaman konsep yang muncul adalah indikator ke-1 yaitu kemampuan menyatakan ulang sebuah konsep. Rata-rata skor indikator pertama soal nomor 1 pada kelas eksperimen 1,69 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya 1,57 dengan 24 orang siswa dikelas eksperimen dan 23 orang siswa dikelas kontrol yang telah mencapai indikator menyatakan ulang sebuah konsep. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu menyatakan ulang sebuah konsep kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Namun masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan
87
soal nomor 1 tersebut baik di kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen adalah siswa memberikan alasan yang kurang tepat dalam menjelaskan pengertian fungsi. Sedangkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol adalah siswa kurang mampu menjelaskan atau menyatakan ulang sebuah konsep yang sudah dipelajari dari maksud jawaban soal tersebut. Hal ini bisa dilihat dari jawaban siswa yang tidak bisa menuliskan pengertian fungsi menggunakan bahasa mereka sendiri. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran
siswa dalam keadaan ribut karena masih dalam pertemuan
pertama sehingga pemahaman konsepnya kurang. Berikut disajikan salah satu pekerjaan siswa.
Gambar 12. Jawaban siswa di kelas eksperimen pada soal posttest no 1 indikator ke 1 Siswa tidak bisa menuliskan pengertian fungsi menggunakan kalimat sendiri
Gambar 13. Jawaban siswa di kelas kontrol pada soal posttest no 1 indikator ke 1
88
2. Hasil Tes (Posttest) Soal No. 2 Pada soal no 2 indikator kemampuan pemahaman konsep yang muncul adalah
indikator ke 2 yaitu kemampuan mengklasifikasikan objek-objek
menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya). Berikut ini soal test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada soal no 2. f 1 2 3 4
5 6 7 8 9
A
B
Perhatikan gambar di atas. a. Tentukan daerah asal (domain) dari fungsi f b. Tentukan daerah kawan (kodomain) dari fungsi f c. Tentukan daerah hasil (range) dari fungsi f Dari jawaban siswa, setelah dianalisis rata-rata soal nomor 2 pada kelas eksperimen yaitu 1,63 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya 1,51 dengan 24 orang siswa di kelas eksperimen dan 23 orang siswa dikelas kontrol yang telah mencapai indikator mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal nomor 2 tersebut. Kesalahan yang
89
dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen adalah siswa tidak menuliskan angka 9 dalam menentukan domain. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti dalam melihat soal yang diberikan. Sedangkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol adalah siswa terlihat kebingungan menentukan antara domain, kodomain dan range dari suatu fungsi sehingga siswa tertukar dalam menentukan domain, kodomain dan range dari suatu fungsi. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran siswa dalam keadaan ribut karena masih dalam pertemuan pertama sehingga pemahaman konsepnya kurang. Berikut disajikan salah satu pekerjaan siswa.
Gambar 14. Jawaban siswa pada soal posttest no 2 indikator ke 2 di kelas eksperimen Siswa bingung menentukan domain dan range sehingga jawaban tertukar.
Gambar 15. Jawaban siswa di kelas kontol pada soal posttest no 2 indikator ke 2
90
3. Hasil Test (Posttest) Soal No 3 Pada soal no 3 indikator kemampuan pemahaman konsep yang muncul adalah kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep.
Berikut ini soal test kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa pada soal no 2. Diketahui fungsi linier f : x → f(x) = ax + b nilai f(0) = 4 dan nilai f(4) = -4. Gambarlah grafik fungsi f pada bidag Cartesius. Dari jawaban siswa setelah dianalisis, rata-rata soal nomor 3 pada kelas eksperimen yaitu 1,12 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya 1,02 dengan 11 orang siswa di kelas eksperimen dan 9 orang siswa di kelas kontrol yang telah mencapai indikator mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal nomor 3 tersebut. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen adalah siswa kurang tepat dalam menyimpulkan rumus f(x) nya. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti dalam menjawab soal tersebut. Sedangkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol adalah siswa tidak menuliskan syarat perlunya yaitu f : x → f(x) = ax + b dengan nilai f(0) dan nilai f(4) = -4. Syarat cukupnya yaitu siswa harus menentukan terlebih dahulu nilai a dan b, kemudian menuliskan rumus untuk fungsi f(x) nya, menentukan titik-titik potong fungsi f dengan sumbu X maupun dengan sumbu Y sebelum menggambarkan fungsi f tersebut
91
kedalam bidang Cartesius. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang memahami materi dengan melihat syarat-syarat yang diperlukan dan syarat-syarat cukupnya. Berikut disajikan salah satu pekerjaan siswa.
Gambar 16. Jawaban siswa di kelas eksperimen pada soal posttest no 3 indikator ke 5
Kesalahan yang dilakukan siswa adalah siswa tidak menjelaskan syarat yang diperlukan (mendapatkan nilai a, b dan rumus f(x) terlebih dahulu.
Gambar 17. Jawaban siswa di kelas kontrol pada soal posttest no 3 indikator ke 5
4. Hasil Test (Posttest) Soal no. 4 Pada posttest soal No. 4, indikator kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang muncul
yaitu kemampuan mengembangkan syarat
perlu dan syarat cukup dari suatu konsep (Indikator ke 5); kemampuan menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu (Indikator ke 6)
92
dan kemampuan menyajikan konsep ke dalam berbagai macam bentuk representatis (Indikator ke 4). Dari hasil analisis posttest, diperoleh rata-rata soal no 4 pada kelas eksperimen yaitu 3, 2 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya 2,07. Berikut ini soal test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada soal no 4. Gambarlah grafik fungsi kuadrat dari f(x) = x2 -2x -8. Dari soal tersebut setelah diperiksa, pada jawaban siswa di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol indikator yang muncul yaitu indikator mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. Rata-rata indikator tersebut yang terdapat pada soal nomor 4 pada kelas eksperimen yaitu 1,12 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 1,05 dengan 13 orang siswa dikelas eksperimen dan 12 orang siswa dikelas kontrol yang telah mencapai indikator mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. Kemudian pada soal no 4, indikator yang muncul adalah menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur operasi tertentu. Rata-rata indikator ke-6 yang terdapat pada soal nomor 4 pada kelas eksperimen yaitu 1,24 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 0,71 dengan 13 orang siswa di kelas eksperimen dan 7 orang siswa dikelas kontrol yang telah mencapai indikator menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu menggunakan,
93
memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal. Kesalahan yan dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen adalah siswa kurang tepat dalam menuliskan kembali grafik fungsi f(x). Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran siswa sudah memahami langkah-langkah dan prosedur dalam menjawab soal namun kurang teliti dalam menjawabnya. Sedangkan pada kelas kontrol, kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah siswa menuliskan jawaban tidak sesuai prosedur. Siswa menggambar grafik terlebih dahulu, seharusnya siswa menentukan titik potong sumbu x dan y, koordinat titik puncak terlebih dahulu baru bisa menggambarkan grafik. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa kurang teliti bahwa pada soal no 4 ini pengerjaannya berdasarkan langkah-langkah dan prosedurnya dari suatu konsep. Berikut disajikan salah satu pekerjaan siswa.
Gambar 18. Jawaban siswa pada soal posttest no 4 indikator ke 6 di kelas eksperimen.
94
Kesalahan yang dilakukan siswa adalah siswa menuliskan jawaban tidak sesuai prosedur. Siswa menggambar grafik terlebih dahulu, seharusnya siswa menentukan titik potong sumbu x dan y, koordinat titik puncak terlebih dahulu baru bisa menggambarkan grafik
Gambar 19. Jawaban siswa pada soal posttest no 4 indikator ke 6 kelas kontrol Selanjutnya, Indikator pemahaman konsep matematika yang muncul pada soal no. 4 yaitu kemampuan menyajikan konsep ke dalam berbagai bentuk reprsentasi matematis. Rata-rata indikator ke-4 yang terdapat pada soal nomor 4 pada kelas eksperimen yaitu 0,78 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 0,31 dengan 7 orang siswa dikelas eksperimen dan 3 orang siswa dikelas kontrol yang telah mencapai indikator menyajikan konsep kedalam berbagai bentuk representasi matematis. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas eksperimen adalah siswa kurang tepat dalam menentukan sumbu x dan y dalam menggambar grafik, sedangkan gambarnya sudah benar. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti dlam
95
menjawab soal. Sedangkan pada kelas kontrol, kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah siswa salah dalam menggambarkan grafik fungsi kuadrat f(x) = x2 -2x – 8. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami dengan sistematis langkah-langkah penyelesaian dari soal tersebut. Berikut disajikan salah satu pekerjaan siswa
Gambar 20. Jawaban siswa di kelas eksperimen pada soal posttest no 4 indikator ke 4
Siswa salah dalam menggambar grafik fungsi kuadrat, kesalahannya yaitu gambar grafiknya berbentuk parabola terbuka ke atas, sedangkan jawaban
Gambar 21. Jawaban siswa di kelas kontrol pada soal posttest no 4 indikator ke 4
5. Hasil Tes (Posttest) Soal No. 5 Pada posttest soal no 5, indikator pemahaman konsep matematika yang muncul adalah kemampuan mengklasifikasikan konsep atau algoritma ke
96
pemecahan masalah (Indikator ke 7). Rata-rata indikator ketujuh yang terdapat pada soal nomor 5 pada kelas eksperimen yaitu 0,42 lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 0,17 dengan 3 orang siswa di kelas eksperimen yang telah mencapai indikator mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Sedangkan pada kelas kontrol tidak ada siswa yang mencapai mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah. Hal itu berarti kemampuan pemahaman konsep matematika yang diukur yaitu mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah pada kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen masih banyak siswa yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal nomor 5 tersebut. Kesalahan yang dilakukan siswa pada kelas eksperimen adalah siswa kurang tepat dalam menyimpulkan jawaban pada soal no 5. Hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti dalam menjawab soal tersebut. Sedangkan kesalahan yang dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol adalah siswa tidak bisa menentukan waktu dan tinggi maksimum sebuah peluru. Hal ini disebabkan siswa belum bisa menganalisis soal berupa pemecahan masalah dengan menggunakan konsep matematika.
Gambar 22. Jawaban siswa yang benar pada soal posttest no 5 indikator ke 7
97
Kesalahan yang dilakukan siswa adalah siswa salah dalam menyimpulkan jawaban.
Gambar 23. Jawaban siswa yang salah/kurang tepat pada soal posttest no 5 indikator ke 7
Berikut ini akan diuraikan hasil pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol : Tabel 21. Hasil Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Data
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Jumlah siswa
33
35
Nilai Tertinggi
87,5
75
Nilai terendah
18,75
6,25
Mean
61,32
50,59
343,09
223,14
18,52
14,94
Varians Simpangan Baku
98
Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kontrol 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Jumlah siswa
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean
Varians
Simpanga n Baku
Eksperimen
33
87.5
18.75
61.32
343
18.52
Kontrol
35
75
6.25
50.59
223.14
14.94
Grafik 5. Grafik Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Dalam proses pembelajarannya, beberapa kelebihan penelitian atau keberhasilan penelitian yang didapat adalah : 1. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. 2. Karena model pembelajaran quantum teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berpikir kreatif setiap harinya. 3. Adanya unsur kemampuan dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak dalam bentuk konsep, teori, model, rumus dan sebagainya. 4. Adanya unsur demonstrasi dalam pengajaran, sehingga menjadikan siswa lebih aktif, berani mengungkapkan ide yang dapat dipertanggungjawabkan. 5. Pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan tinggi melalui tahap ulangi
99
6. Adanya kepuasan pada diri anak didik.
Dalam proses pembelajarannya ada beberapa faktor yang sulit dikendalikan sehingga membuat beberapa keterbatasan berikut : 1. Pada tahap tumbuhkan minat di pertemuan pertama yaitu pemutaran musik sebagai penerapan dari quantum teaching, peneliti melihat suasana kelas menjadi tidak kondusif karena siswa tidak terbiasa mendengarkan musik sebelum belajar sehingga pada pertemuan kedua dan ketiga peneliti menggunakan cara lain untuk menumbuhkan minat siswa yaitu dengan cara bertepuk tangan, bermain dan membuat yel-yel. 2. Pada tahap namai, siswa diminta untuk berdiskusi bersama kelompok masing-masing untuk menyelesaikan perrmasalahan yang ada di LKS (latihan terbimbing). Pada pertemuan pertama ada beberapa anggota kelompok tidak ikut serta menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS. Kelompok yang kurang bekerja sama pada pertemuan pertama adalah kelompok
1.
Kelompok
ini
masih
banyak
bermain-main
dalam
menyelesaikan permasalahan yang ada di LKS. Hal ini terlihat dari hasil diskusi mereka yang tidak menyimpulkan jawaban dari permasalahan 1 dan 2.
Untuk
mengatasinya,
peneliti
meminta
kelompok
1
untuk
mendemonstrasikan hasil pekerjaannya di depan kelas sehingga kelompok ini tidak bermain-main lagi. Kemudian kelompok lainnya dapat mengikuti walaupun masih banyak bimbingan dari peneliti karena mereka belum terbiasa belajar secara berkelompok. Kesulitan yang muncul pada pertemuan pertama yang dialami peneliti adalah membimbing siswa untuk terbiasa belajar matematika secara berkelompok. Pada pertemuan kedua
100
siswa sudah dapat menyesuaikan diri dengan anggota kelompoknya dan siswa sudah mulai terbiasa dengan permasalahan yang ada di LKS. 3. Pada tahap ulangi, pada pertemuan pertama peneliti menjumpai siswa yang menyalin jawaban temannya dalam pengerjaan tugas secara individu, untuk mengatasi masalah ini peneliti menegur siswa tersebut kemudian membimbing siswa jika ada kesulitan dalam pengerjaan soal. 4. Pada tahap demonstrasikan, pada pertemuan pertama peneliti menjumpai setiap kelompok aktif untuk mendemonstrasikan jawabannya kecuali kelompok 1 yang masih bermain-main, sehingga kelas menjadi gaduh. Kemudian peneliti mengatasinya dengan cara memilihkan perwakilan kelompok 1 untuk maju ke depan kelas. Pada pertemuan selanjutnya, keadaan kelas makin membaik karena siswa sudah mulai terbiasa dengan aturan yang dibuat oleh peneliti. 5. Tidak adanya buku penunjang matematika lainnya sehingga membuat siswa kesulitan belajar.