BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Pada pembelajaran larutan penyangga dengan metode praktikum untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, perlu terlebih dahulu dilakukan pengembangan prosedur praktikum. Pengembangan prosedur praktikum ini didasarkan pada beberapa aspek, yaitu kemudahan pengerjaannya, kecukupan waktunya, ketersediaan alat dan bahan, keekonomisan alat dan bahan, serta kesesuaian dengan tujuan praktikum. Terdapat tujuh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini. Ketujuh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sub indikator keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini merujuk pada kurikulum berpikir kritis dari Ennis (1985) yang seluruhnya terdiri atas lima kelompok keterampilan berpikir kritis yang dapat dijabarkan lagi menjadi 12 indikator dan 51 sub indikator. Sub-sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam pembelajaran ini, dipilih sesuai dengan konsep-konsep yang ada dalam pokok bahasan larutan penyangga. Dalam hal ini dibatasi hanya pada mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga pada larutan garam dapur, soda kue dan cairan dalam buah kaleng melalui metode praktikum berbasis material lokal. Selain beberapa aspek yang dikemukakan sebelumnya, prosedur praktikum yang dikembangkan juga dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini diantaranya
46
47
dilakukan dengan cara membuat deskripsi terhadap praktikum yang akan dilakukan yaitu identifikasi larutan penyangga. Prosedur tersebut juga dirancang untuk memuat hal-hal utama saja, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Tabel 4.1 Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Larutan Penyangga melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal No. 1.
Kelompok Memberikan penjelasan sederhana
Indikator Memfokuskan pertanyaan
Bertanya dan menjawab pertanyaan 2.
Membangun keterampilan dasar
Sub Indikator Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan Memberikan penjelasan sederhana
Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak
Mempertimbangkan kesesuaian sumber
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
Melaporkan hasil observasi
3.
Menyimpulkan
Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi
Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki
4.
Memberikan pertimbangan lanjut
Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja
5.
Mengatur strategi dan taktik
Menentukan suatu tindakan
Merumuskan solusi alternatif
Untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan waktu yang diperlukan siswa dalam mengerjakan LKS, terlebih dahulu LKS tersebut diujicobakan kepada siswa. Adapun siswa yang dipakai untuk uji coba tersebut adalah siswa-siswa
48
diluar subjek yang akan diteliti tetapi mempunyai karakteristik yang serupa dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kelompok kemampuan siswa. Pengelompokkan siswa tersebut didasarkan pada data nilai rata-rata dua kali nilai ulangan harian kimia pada materi sebelumnya. Dari ke-32 siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu siswa kelompok tinggi sebanyak 6 orang (19%), kelompok sedang 20 orang (62%), dan kelompok rendah 6 orang (19%). Selama praktikum siswa dibimbing agar dapat melakukan praktikum dengan baik dan benar. Beberapa permasalahan yang muncul diselesaikan oleh siswa itu sendiri melalui arahan dan diskusi bersama antara siswa dengan guru. Siswa
pun
diajak
untuk
berpikir
mengenai
faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi hasil praktikum. Setelah pembelajaran dilakukan siswa dihadapkan pada soal-soal tes untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa, yakni berupa soal-soal tes keterampilan berpikir kritis. Indikator yang diujikan adalah soal tes keterampilan berpikir kritis yang berjumlah 14 soal dari 7 sub indikator (masing-masing sub indikator terdiri dari 2 soal) dengan bentuk soal pilihan ganda beralasan yang diberikan sebelum dan sesudah praktikum agar dapat terlihat perubahan kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Soal-soal tes keterampilan berpikir kritis diberikan kepada siswa untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan
49
siswa melalui metode praktikum sebelum dan sesudah pembelajaran, kemudian dianalisis peningkatannya. B. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal 1. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Untuk data peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing kelompok tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat pada gambar 4.1 90
83 77
Nilai Persentase (%)
80 70
69
65 60
60
57
51
50
Pretes
42
40 28
30
Postes N-Gain
20 10 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Kategori Kelompok Siswa
Gambar 4.1 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada MasingMasing Kelompok Siswa
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai N-Gain untuk siswa kelompok tinggi sebesar 51% dan ditafsirkan bahwa siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam tingkat sedang. Pada siswa kelompok sedang nilai N-Gain yang didapatnya yaitu sebesar 42% dan termasuk dalam kategori peningkatan sedang. Sedangkan pada siswa kelompok rendah nilai N-Gain diraih sebesar 28% yang termasuk
50
dalam kategori peningkatan rendah. Hal ini menggambarkan siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan yang cukup besar didukung oleh kemampuan kognitifnya yang tinggi sehingga dapat lebih mudah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Begitu pula dengan siswa kelompok sedang yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dengan baik. Meskipun kelompok rendah tafsirannya berada pada kategori peningkatan rendah, namun hal ini tetap menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dicapai. Keadaan ini menggambarkan adanya kemampuan kelompok rendah untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kogut (1995)
yang menyatakan
dikembangkan.
Schafersman
bahwa kemampuan
berpikir kritis
(1991) mengemukakan
dapat
bahwa kegiatan
praktikum merupakan wahana pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Ia mengatakan “science laboratory exercise are all excelent for teaching critical thinking”. Hal senada dikemukakan Jones (1996) yang mengatakan berpikir kritis salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum. Dengan melihat persentase nilai rata-rata skor pretes dan postes, maka peningkatan keterampilan berpikir seluruh siswa dapat dilihat pada Gambar 4.2
51
90 77
80
Nilai Persentase (%)
70
60
60 50
41
40 30 20 10 0
Pretes
Postes
N-Gain
Gambar 4.2 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Seluruh Siswa Data tersebut menggambarkan bahwa secara keseluruhan siswa mengalami peningkatan dari nilai pretes ke postesnya. Peningkatan tersebut ditafsirkan dari nilai N-Gainnya sebesar 41% dan termasuk pada kategori sedang. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan. Untuk mengetahui apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan siswa tersebut bermakna atau tidak, dan merupakan dampak pembelajaran atau bukan, maka dilakukan uji statistik berupa uji t, dengan maksud untuk mengetahui signifikansi antara skor pretes dan postes. Namun, uji t baru dapat dilakukan apabila skor pretes dan postes berdistribusi normal. Dengan demikian, sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data pretes dan postes melalui uji chi-square.
52
Hasil uji-square dan uji t dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18 diketahui hasil uji chi square dikatakan berdistribusi normal apabila X2 hitung
< X2 tabel pada taraf signifikansi (α) = 0,05 dengan derajat kebebasan (db)
= n-1. Sementara itu hasil uji chi-squre terhadap skor pretes menunjukkan bahwa X2
hitung
= 17,50 dengan derajat kebebasannya sebesar 11 dan taraf
sigifikansi 0,05, diperoleh X2 tabel(0,95) = 19,7 dan hasil uji chi-square terhadap skor postes memiliki harga X2
hitung
= 7,81. Pada db 12 dan taraf signifikasi
0,05 diperoleh harga X2tabel (0.95) = 21,0. Karena kedua data skor pretes dan postes mempunyai harga X2
hitung
< X2
tabel,
maka berarti kedua data tersebut
berdistribusi normal. Dengan demikian uji t dapat dilakukan. Setelah dilakukan uji t didapat nilai thitung sebesar -12,776. Melalui uji kesamaan rata-rata dua ujung, dengan N = 32, db = 32-1 = 31, pada α = 0,05 diperoleh t tabel(0,95) = 1,70. Melalui kurva normal diketahui bahwa nilai |t hitung| berada di daerah penolakan Ho. Hal ini menunjukkan bahwa skor pretes memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata skor pretes. Dari hasil uji t diperoleh bukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum
berbasis
material
lokal
dapat
membantu
meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa terhadap materi larutan penyangga secara signifikan. 2. Peningkatan Indikator
Keterampilan
Berpikir
Kritis
pada
Masing-masing
Untuk setiap indikator keterampilan berpikir kritis yang diujikan, data peningkatan kelas yang diperoleh dari hasil tes sebelum dan sesudah pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 4.3
53
120 100
96
93
Nilai Persentase (%)
83 80
77
89
80
77 65
70 63
58
56
60
73 57 51
48 36
40
Pretes 42
39
Postes 26
N-Gain
20 20 0 1
2
3
4
5
6
7
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif
Gambar 4.3 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa untuk Setiap Sub Indikator
Gambar 4.3 tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada semua indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dengan persentase N-Gain yang berbeda-beda. Data tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik di setiap sub indikator keterampilan berpikir kritis. Bila dilihat dari kenaikan per-indikator, maka peningkatan yang paling tinggi terdapat pada indikator mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dengan persentase N-Gain sebesar 83% dan yang paling
rendah
adalah
indikator
mengidentifikasi
dan
menangani
54
ketidakbenaran yang disengaja dengan N-Gain sebesar 20% dan indikator merumuskan solusi alternatif sebesar 26%, sedangkan keempat indikator lainnya berada pada tingkat sedang, yaitu keterampilan memberikan penjelasan sederhana dengan nilai N-Gain sebesar 65%, keterampilan mempertimbangkan
kesesuaian
sumber
sebesar
63%,
keterampilan
melaporkan hasil observasi sebesar 48% dan keterampilan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikkan sebesar 36%. Keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan diketahui banyak mengalami peningkatan, sedangkan keterampilan mengidentifikasi dan
menangani
ketidakbenaran
yang
disengaja
mengalami
tingkat
peningkatan yang paling rendah. Jika dilihat dari segi pemahamannya, keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja merupakan sub indikator yang paling sulit untuk dipahami karena menuntut siswa untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain berikut alasannya sekaligus dapat memberikan gagasan-gagasan dalam memperbaikinya. Pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, siswa mengalami peningkatan yang paling tinggi karena dalam keterampilan ini siswa memiliki kemampuan yang bagus untuk mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan
yang
sesuai
dengan
pernyataan
dalam
soal.
Hal
ini
menggambarkan bahwa hampir seluruh siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang cukup baik untuk dapat menguasai keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.
55
C. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Selain menilai tingkat peningkatan yang dicapai pada setiap kelompok siswa maupun pada masing-masing sub indikator keterampilan berpikir kritis, juga dilakukan analisis terhadap penguasaan keterampilan berpikir kritis untuk setiap masing-masing sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan maupun untuk setiap kategori kemampuan siswa. 1. Penguasan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap kelompok untuk masing-masing indikatornya diwakili oleh dua soal dan dapat dilihat dari pencapaian skor untuk setiap nomor soal postes. Setelah postes dilaksanakan, maka hasil pencapaian skor pada setiap kelompok dapat ditunjukkan oleh Gambar 4.4. Gambar 4.4 memberikan informasi bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian keterampilan berpikir kritis yang baik. Terdapat satu sub indikator yang mencapai persentase sebesar 100% yaitu pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, tiga sub indikator yang telah mencapai kategori sangat baik yaitu, memberikan penjelasan sederhana, mempertimbangkan kesesuaian sumber, dan melaporkan hasil observasi, dua sub indikator keterampilan berpikir kritis mencapai kategori baik, yaitu menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki dan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja serta satu sub indikator keterampilan berpikir kritis yang mencapai kategori cukup, yaitu merumuskan solusi alternatif.
56
Hal ini menegaskan bahwa siswa kelompok tinggi rata-rata memiliki keterampilan berpikir kritis yang tinggi pula. Salah satu indikator mencapai nilai yang sempurna, yaitu indikator mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan karena indikator tersebut mudah diterapkan dan dimengerti oleh siswa. 120 100
Nilai Persentase (%)
100
97
97 89 75
80
61
59
6
7
60 40 20 0
1
2
3
4
5
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif
Gambar 4.4 Pengusaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Tinggi Gambar 4.5 menggambarkan bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa kelompok sedang mencapai hasil yang baik, bahkan tiga sub indikator mencapai hasil yang sangat baik, yaitu pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan
pertanyaan,
memberikan
penjelasan
sederhana,
dan
mempertimbangkan kesesuaian sumber, dua diantaranya mencapai kategori
57
pencapaian yang baik, yaitu pada keterampilan melaporkan hasil observasi dan menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki. Dua sub indikator lainnya seperti mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja dan merumuskan solusi alternatif memiliki kategori cukup. 120
Nilai Persentase (%)
100
97
94
91 77
80
73 57
60
50
40 20 0
1
2
3
4
5
6
7
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif
Gambar 4.5 Pengusaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Sedang Gambar 4.6 menunjukkan pencapaian keterampilan berpikir kritis yang baik pada siswa kelompok rendah. Terdapat dua sub indikator yang mencapai hasil yang sangat baik, yaitu pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan memberikan penjelasan sederhana, tiga sub indikator berada pada kategori baik, yaitu pada keterampilan mempertimbangkan kesesuaian sumber,
58
melaporkan hasil observasi, dan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikkan. Keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja dan keterampilan merumuskan solusi alternatif berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa kelompok sedang dan kelompok rendah hanya memiliki perbedaan yang tipis, walaupun tetap berada di bawah siswa kelompok sedang terutama dalam keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja. Hal ini mungkin disebabkan karena baik siswa kelompok sedang maupun rendah kurang dapat menangani ketidakbenaran yang dilakukan dalam praktikum. 100
Nilai Persentase (%)
90
89
86
80
72
70
67
72
60
53
50
44
40 30 20 10 0
1
2
3
4
5
6
7
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif
Gambar 4.6 Pengusaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Rendah
59
Dari ketiga kelompok kategori siswa, semuanya mencapai kategori yang sangat baik dalam keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan
keterampilan
memberikan
penjelasan
sederhana.
Keadaan
ini
menggambarkan bahwa baik siswa kelompok tinggi, sedang, maupun rendah menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan mengidentifikasi pertanyaan serta memberikan penjelasan sederhana dalam kegiatan praktikum yang dilakukan. Bila dilakukan studi komparatif dari ketiga kelompok tersebut, maka rata-rata nilai dari postes masing-masing dapat digambarkan pada Gambar 4.7. 90
83 77
Nilai Persentase (%)
80
69
70 60 50 40 30 20 10 0 Tinggi
Sedang
Rendah
Kategori Kelompok Siswa
Gambar 4.7 Penguasaan Keteranpilan Berpikir Kritis pada Setiap Kelompok Siswa
Gambar di atas memperlihatkan bahwa rata-rata penguasaan keterampilan berpikir kritis yang memiliki skor tertinggi adalah kelompok tinggi sebesar 83%, kemudian kelompok sedang mencapai 77%, dan kelompok rendah mencapai 69%. Dari data tersebut diketahui bahwa kelompok tinggi mempunyai tingkat
60
keterampilan berpikir kritis yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok sedang dan kelompok rendah, namun kelompok sedang dan kelompok rendah berada pada kriteria yang sama, yaitu baik. Keadaan ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir kritis yang dikembangan berpengaruh pada kelompok rendah sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan yang baik. Penulis berasumsi bahwa tingkat kognitif yang rendah tetap dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dengan baik. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Piaget dalam Dahar (1996) bahwa dengan meningkatnya kemampuan berpikir dari kemampuan dasar ke jenjang berpikir kompleks, maka tingkatan intelektual juga akan meningkat, karena setiap individu mengalami perkembangan tingkatan-tingkatan intelektual, dimana tingkatan sebelumnya terintegrasi dalam tingkatan intelektual berikutnya.
2. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis pada Masing-masing Sub Indikator Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat tujuh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini. Dari ketujuh indikator tersebut ternyata pencapaian siswa dalam memperoleh nilai dari setiap indikator sangat bervariasi. Di bawah ini akan dijelaskan lebih rinci tentang penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator. 1)
Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan Penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa pada sub indikator
mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dilihat melalui pertanyaan nomor
61
1 dan 2 pada tes keterampilan berpikir kritis. Adapun sebaran penguasaan siswa pada sub indikator ini setelah pembelajaran diperlihatkan pada Gambar 4.8.
120 100100100
Nilai Persentase (%)
100 80 Tinggi
60
Sedang 40
Rendah
20 0
SB
0 0 0
0 0 0
B
C
0 0 0 K
0 0 0 SK
Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.8 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mengidentifikasi atau Merumuskan Pertanyaan
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa seluruh siswa baik pada kelompok tinggi, sedang maupun rendah memiliki kemampuan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan keterampilan mengidenfikasi atau merumuskan pertanyaan setiap siswa sangat baik, berarti indikator ini pada dasarnya tergolong mudah untuk setiap kelompok.
62
Dalam hal ini, sebagian besar mampu menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2 dengan baik berikut dengan alasannya, dibuktikan pada jawaban siswa terhadap pertanyaan nomor 1 dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah di bawah ini : a) Jawaban siswa nomor absen 16 (Kelompok Tinggi) Jawaban : B (benar) Alasan : Karena tujuan siswa tersebut melakukan percobaan adalah untuk mengetahui kapasitas larutan penyangga b) Jawaban siswa nomor absen 23 (Kelompok Sedang) Jawaban : B (benar) Alasan : Karena hal yang menentukan dalam percobaan tersebut adalah jumlah larutan asam yang mempengaruhi pH. c) Jawaban siswa nomor absen 32 (Kelompok Rendah) Jawaban : B (benar) Alasan : Karena siswa ingin mengetahui kapasitas Ketiga kelompok tersebut mampu menguraikan alasan dengan jelas dan mudah dimengerti. Hal ini membuktikan bahwa ketiga kelompok siswa mampu mencerna bahasa soal dengan sangat baik dan menguasai keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan yang dikembangkan.
2) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Memberikan penjelasan sederhana Pada sub indikator memberikan penjelasan sederhana ini dapat dilihat dari tes kemampuan keterampilan berpikir kritis nomor 3 dan 4. Secara lebih rinci, sebaran sub indikator tersebut digambarkan pada Gambar 4.9. Dari Gambar 4.9 dapat terlihat ternyata sama seperti pada sub indikator sebelumnya, yaitu mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dimana hampir seluruhnya nilai siswa dari masing-masing kategori kelompok berada pada kategori yang sangat baik, dan sedikit dari kelompok sedang dan kelompok
63
rendah yang berada pada kategori baik. Keadaan ini menggambarkan bahwa ketiga kelompok kategori siswa tersebut mampu dengan baik menguasai keterampilan memberikan penjelasan sederhana. 120
Nilai Persentase (%)
100
100 90 83
80 Tinggi
60
Sedang 40
Rendah 17
20
10 0
0 0 0
0 0 0
0 SB
B
C
K
0 0 0 SK
Kategori Kemampuan
Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.9 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana
Pengembangan sub indikator memberikan penjelasan sederhana dapat dilihat melalui jawaban siswa untuk pertanyaan nomor 3 dan 4, yaitu : 3) Seorang siswa ingin membuktikan tentang materi larutan penyangga yang baru saja ia pelajari di sekolah. Cairan pada minuman kaleng sari buah diuji pH nya, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan soda api (NaOH), setelah itu ia menguji kembali pH minuman kaleng tersebut, ternyata hasilnya tidak jauh beda dari yang sebelum ditambahkan larutan soda api. Manakan uraian yang dapat menjelaskan kejadian tersebut? a. Terdapat kesalahan pada alat ukur pH yang digunakan karena tidak mengubah pH minuman kaleng setelah penambahan larutan soda api b. Minuman kaleng sari buah bukan merupakan larutan penyangga
64
c. Penambahan larutan soda api tidak menimbulkan reaksi untuk minuman kaleng sari buah d. Minuman kaleng sari buah masih dapat diminum setelah penambahan larutan soda api karena pH nya tidak berubah secara signifikan e. Minuman kaleng sari buah merupakan larutan penyangga yang dapat mempertahankan pH dari penambahan larutan soda api Alasan : .................................................................................................... 4) Guru ingin menunjukkan percobaan identifikasi larutan penyangga untuk menentukan kapasitas larutan penyangga. Pada larutan NaHCO3 dengan konsentrasi tertentu ditambahkan beberapa tetes indikator bahan alam ekstrak kol merah, warna larutan NaHCO3 menjadi hijau. Setelah penambahan 10 tetes larutan basa, larutan NaHCO3 tetap berwarna hijau, dan pada penambahan 20 tetes larutan basa larutan NaHCO3 berubah menjadi warna kuning. Manakah uraian yang dapat menjelaskan percobaan tersebut? a. Larutan NaHCO3 tersebut telah terbukti sebagai larutan penyangga karena pH-nya tidak dapat berubah dengan penambahan basa b. Larutan NaHCO3 tersebut merupakan larutan penyangga dengan kapasitas kurang dari 20 tetes larutan basa c. Larutan NaHCO3 tersebut bukan merupakan larutan penyangga yang dapat mempertahankan pH pada penambahan sejumlah basa d. Larutan NaHCO3 tersebut merupakan larutan penyangga yang bersifat basa e. Larutan NaHCO3 tersebut merupakan larutan penyangga yang sangat baik dalam mempertahankan pH Alasan : ................................................................................................... Pada pertanyaan nomor 3, keterampilan memberikan penjelasan sederhana diteliti melalui cara siswa memberikan penjelasan mengenai penambahan basa ke dalam larutan yang bersifat asam. Sedangkan pada pertanyaan nomor 4, menuntut siswa untuk memberikan penjelasan mengenai penambahan basa ke dalam larutan yang bersifat basa. Siswa yang mengerti akan konsep larutan penyangga akan dapat dengan baik memberikan penjelasan mengenai hal ini. Di bawah ini merupakan jawaban nomor 3 pada setiap kategori kelompok siswa. a) Jawaban siswa nomor absen 16 (Kelompok Tinggi) Jawaban : E (benar) Alasan : Karena pH minuman buah kaleng tidak berubah banyak. Soda api yang ditambahkan dinetralisir oleh asam lemah yang terdapat pada minuman kaleng.
65
b) Jawaban siswa nomor absen 23 (Kelompok Sedang) Jawaban : E (benar) Alasan : Karena pH pada minuman kaleng sari buah setelah ditambahkan beberapa tetes NaOH hasilnya tidak jauh beda, sehingga merupakan larutan penyangga. c) Jawaban siswa nomor absen 32 (Kelompok Rendah) Jawaban : E (benar) Alasan : Karena pH buah kaleng hampir tidak berubah. Dari ketiga jawaban masing-masing kelompok tersebut, menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa dapat memberikan jawaban serta alasan yang jelas pada sub indikator keterampilan berpikir kritis yang satu ini. Keadaan ini juga dapat menggambarkan bahwa ketiga kelompok siswa tersebut menguasai konsep materi larutan penyangga.
3) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Mempertimbangkan kesesuaian sumber Pada sub indikator mempertimbangkan kesesuaian sumber dari soal nomor 5 dan 6 menggambarkan bahwa kemampuan siswa hampir seluruhnya berada pada kategori sangat baik, namun masih terdapat siswa yang berada pada kategori cukup dan kurang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10. Dari Gambar 4.10 terlihat bahwa sama seperti dua sub indikator sebelumnya, pada kelompok tinggi seluruh siswa dapat menguasai keterampilan berpikir kritis mempertimbangkan kesesuaian sumber, sedangkan pada kelompok sedang terdapat hampir seluruh siswa berada pada kategori sangat baik dan sebagian kecil berada pada kategori cukup. Sementara itu siswa kelompok rendah sebagian besar berada pada kategori sangat baik dan hampir separuhnya berada pada kategori kurang.
66
Penyebaran katerampilan mempertimbangkan kesesuaian sumber ini dapat dikatakan kurang merata, karena terdapat hampir separuh dari kelompok rendah yang berada dalam kategori kurang. Keadaan ini menggambarkan bahwa dari kemampuan kognitif yang kurang masih belum dapat menguasai keterampilan berpikir kritis dalam mempertimbangkan kesesuaian sumber. 120 100
Nilai Persentase (%)
100 85 80 67 Tinggi 60 Sedang 40 15
20 0 0 0 0
Rendah
33
SB
B
0
0
0 0
C
0 0 0 K
SK
Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.10 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mempertimbangkan Kesesuaian Sumber Perbedaan ini diantaranya disebabkan karena hampir separuh dari siswa kelompok rendah ini kurang dapat memberikan jawaban benar dalam memilih alternatif jawaban dan memberikan alasan. Di bawah ini adalah petikan wawancara dalam menggali alasan untuk jawaban nomor 3.
67
P : “OK. Kalau nomor 5, kenapa kamu pilih option A?” S : “Kan H2SO4 dapat teruarai menjadi ion-ion nya.” Dari jawaban tersebut tampak bahwa siswa kelompok rendah mengalami kesulitan dalam memahami soal keterampilan berpikir kritis tersebut. Hal ini senada seperti yang diungkapkan oleh Hanaswati (2000) yang menyatakan bahwa dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.
4) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Melaporkan Hasil Observasi Penguasaan sub indikator melaporkan hasil observasi diketahui melalui jawaban siswa pada pertanyaan nomor 7 dan 8. Untuk lebih jelasnya, terlihat pada Gambar 4.11. Pada Gambar 4.11 terlihat bahwa pada keterampilan melaporkan hasil observasi ini, sebaran pada kelompok tinggi, sedang dan rendah terlihat lebih merata. Kelompok tinggi hampir seluruh siswa tetap berada di kategori sangat baik, walaupun terdapat sebagian kecil berada pada kategori baik. Kelompok sedang sebagian besar berada pada kategori sangat baik, sebagian kecil berada pada kategori baik, cukup serta kurang. Sementara itu, siswa kelompok rendah sebagian kecil berada pada kategori sangat baik, separuhnya berada pada kategori baik, dan hampir separuhnya berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan melaporkan hasil observasi siswa setiap siswa cukup memadai. Namun dibandingkan dengan kelompok rendah,
68
masih terdapat siswa kelompok sedang yang berada pada kategori kurang serta hampir separuh kelompok rendah berada pada kategori baik. Keadaan ini menggambarkan bahwa minat siswa kelompok rendah dalam keterampilan melaporkan hasil observasi lebih baik dibandingkan pada kelompok sedang. 90
83
Nilai Persentase (%)
80 70
60
60
50
50
Tinggi
40
33
30 20
17
17
Rendah
20 15 5
10 0
Sedang
0 SB
B
0 C
0 K
0 0 0 SK
Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.11 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Melaporkan Hasil Observasi
Pada keterampilan melaporkan hasil observasi ini, siswa yang sungguhsungguh memperhatikan dan aktif dalam kegiatan praktikum sesuai petunjuk praktikum akan mengetahui hal-hal yang harus diamati oleh siswa. Selain melalui jawaban siswa terhadap tes keterampilan berpikir kritis, digali pula kemampuan berpikir kritis siswa melalui wawancara. Di bawah ini adalah petikan wawancara dalam menggali alasan untuk jawaban nomor 3.
69
P : “Sekarang kalau nomor 7, kenapa kamu pilih option A?” S1 : “Karena menurut saya bu, option A tuh yang paling penting bu untuk mengidentifikasi larutan penyangga atau bukan, bener ga sih bu?” P : “Memang option yang lain gak penting yah?” S1 : “Penting sih bu, tapi kan ada kata harus bu, jadi option A tuh memang yang sangat menentukan untuk mengidentifikasi larutan penyangga.” S2 : “Sebenarnya saya bingung bu karena kalau menurut saya semua data itu penting, tapi karena untuk mengidentifikasi berarti option A yang paling penting.” S3 : “Kan perubahan warna menunjukkan adanya perubahan pH, jadi kalo warnanya berubah drastis berarti bukan larutan penyangga.”
5) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Menarik Kesimpulan dari Hasil Penyelidikan Pada sub indikator menarik kesimpulan dari hasil penyelidikkan dapat diketahui dari soal no 9 dan 10. Secara lebih rinci sebaran siswa pada sub indikator menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan diperlihatkan seperti pada Gambar 4.12. Gambar 4.12 menggambarkan bahwa sebagian besar dari siswa kelompok tinggi berada pada kategori sangat baik, akan tetapi justru hampir separuhnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Hal ini terlihat sangat mencolok mengingat pada sub indikator sebelumnya, siswa kelompok tinggi hampir selalu berada di dalam kategori sangat baik dan baik. Keadaan ini memberi gambaran bahwa beberapa siswa kelompok tinggi masih belum dapat menguasai keterampilan menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki. Pada siswa kelompok sedang, terlihat lebih beragam dan tersebar untuk semua kategori. Separuh siswa kelompok sedang memiliki kemampuan dengan kategori sangat baik, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori baik, sebagian kecil lagi memiliki
70
kemampuan dengan kategori cukup dan sebagian kecil lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. 80
Nilai Persentase (%)
70
67
60 50 50 50 Tinggi
40
33
30
33
Sedang
25
Rendah 15 17
20 10 10 0 0
SB
0 B
0 C
0 0 0 K
SK
Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.12 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Menarik Kesimpulan dari Hasil Penyelidikan Pada kelompok rendah, separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori sangat baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik, dan sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Kenyataan ini menunjukkan bahwa baik kelompok tinggi, sedang maupun rendah, terdapat beberapa siswa yang masih kurang mampu untuk menguasai keterampilan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan. Dalam keterampilan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan ini siswa dituntut untuk mengamati dengan sungguh-sungguh, dan dapat menghubungkan fenomena yang satu
71
dengan yang lainnya dalam melakukan praktikum. Hal ini senada seperti yang dikatakan oleh Sutrisno (dalam Asriyani, 2008), bahwa definisi dari menarik kesimpulan (inferring) adalah kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clus) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Sebagian besar siswa dari kelompok tinggi, sedang maupun rendah berada dalam kategori yang sangat baik, meskipun ada beberapa siswa dari masingmasing kelompok yang memiliki kemampuan kategori kurang. Hal ini tergambar dari hasil wawancara beberapa orang siswa yang mampu dengan baik menjawab benar dan memberikan alasan yang jelas dan mudah dimengerti pada tes keterampilan berpikir kritis untuk soal nomor 9. P : “Lalu nomor 9 mengapa kamu pilih option A?” S1 : “Dari hasil perhitungan bu, ada sisa di asam lemah pada siswa A.” S2 : “Dihitung bu, ada sisa di asam lemah punya yang siswa A.” S3 : “Karena larutan yang dicampurkan siswa A punya sisa di asam lemah bu, itu artinya dia yang dapet larutan penyangga bu.”
6) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Mengidentifikasi dan Menangani Ketidakbenaran yang Disengaja Penguasaan indikator ini diketahui melalui jawaban siswa pada pertanyaan nomor 7 dan 8, dimana penguasaan dari setiap kelompok cukup tersebar dari setiap kategori. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada Gambar 4.13. Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa separuh dari kelompok tinggi memiliki kemampuan dengan kategori baik, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori sangat baik, sebagian kecil lagi memiliki kemampuan cukup, dan sebagian kecil lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Pada
72
siswa kelompok sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki kemampuan dengan kategori sangan baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuhnya lagi memliki kemampuan dengan kategori cukup, hampir separuh lainnya memiliki kategori kurang dan sebagian kecil dengan kemampuan kategori sangat kurang. 60 50
50
Nilai Persentase (%)
50 40 33 30
30
30
Tinggi
30
Sedang 20 10
17
16
17
17
Rendah
5
5 0
0
SB
0 B
C
K
0 SK
Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.13 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mengidentifikasi dan Menangani Ketidakbenaran yang Disengaja Pada kelompok rendah, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori cukup dan separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Dengan tersebarnya kategori yang diperoleh siswa, menunjukkan minat siswa yang
73
beragam terhadap aktivitas praktikum pada sub indikator mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja. Pada keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja ini memang membutuhkan penalaran yang cukup tinggi, maka untuk mencapai kemampuan yang memadai dibutuhkan pengalaman belajar yang baik. Jadi pada umumnya hanya siswa-siswa yang tekun belajar yang mampu melakukannya, sedangkan dengan kemampuan kognitif rendah, kurang mempunyai potensi dalam menangani masalah yang dihadapi dan biasanya cenderung menyerahkan solusinya kepada siswa kelompok tinggi atau kelompok sedang. Sub indikator mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja ditunjukkan oleh soal nomor 11 dan 12, yaitu : 10. Seorang siswa sedang melakukan percobaan identifikasi larutan penyangga pada cairan dalam buah kaleng. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan indikator fenoftalein sebanyak 2 tetes. Larutan tersebut tetap tidak berwarna. Setelah itu ditambahkan larutan asam untuk menguji apakah cairan dalam buah kaleng dapat mempertahankan pH atau tidak. Diketahui trayek pH indikator fenoftalein 8,3 – 10,0 (tak berwarna – merah jambu) Bagaimana pendapatmu terhadap langkah-langkah percobaan yang dilakukan siswa tersebut? a. Setuju dengan langkah-langkah percobaan tersebut b. Seharusnya sampel diuji juga dengan penambahan larutan basa untuk lebih akurat c. Larutan penyangga tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan penambahan larutan asam saja d. Indikator yang digunakan tidak tepat karena tidak dapat membedakan warna larutan asam dengan netral e. Sampel larutan penyangga yang digunakan kurang jenisnya, seharusnya minimal tiga jenis larutan agar dapat dibandingkan dengan baik Alasan : ................................................................................................... 11. Seorang siswa mendapatkan tugas untuk mengidentifikasi larutan penyangga. Ia ingin memeriksa sampel cairan yang ia temukan. Ia menempatkan sampel tersebut ke dalam dua gelas (gelas A dan gelas B) masing-masing sebanyak 10 mL. Setelah itu, siswa tersebut langsung meneteskan larutan asam ke dalam sampel dalam gelas A sebanyak 20 tetes dan larutan basa ke dalam gelas B sebanyak 20 tetes. Kemudian ia menguji
74
pH sampel pada gelas A ternyata pH-nya 8,7 dan menguji pH isi gelas B ternyata pH-nya 8,9. Bagaimana pendapatmu terhadap langkah-langkah percobaan yang dilakukan siswa? a. Setuju dengan langkah-langkah percobaan tersebut b. Seharusnya pH awal sampel diuji juga agar diketahui perubahan pH sebelum dan sesudah penambahan larutan asam atau basa c. Seharusnya sampel yang didapat dilarutkan dahulu dengan air agar menjadi sampel siap uji d. Sampel tersebut tidak dapat diidentifikasi sebagai larutan penyangga dengan menggunakan percobaan tersebut e. Perbandingan pH yang tidak signifikan pada penambahan larutan asam dan larutan basa tersebut menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan larutan penyangga Alasan : ................................................................................................... Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja ini menyulitkan separuh dari kelompok rendah dan sebagian kecil dari kelompok sedang dengan kategori sangat kurang. Di bawah ini adalah cuplikan jawaban tes kemampuan keterampilan berpikir kritis nomor 11 dari salah seorang siswa kelompok sedang dan kelompok rendah. a) Jawaban siswa nomor absen 15 (kelompok sedang) Jawaban : A (salah) Alasan : Langkah-langkahnya sudah benar, saya setuju. b) Jawaban siswa nomor absen 4 (kelompok rendah) Jawaban : D (benar) Alasan : Bingung.
7) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Merumuskan Solusi Alternatif Kemampuan siswa dalam merumuskan solusi alternatif ditunjukkan berdasarkan pertanyaan nomor 13 dan 14. Seperti pada sub indikator keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja, maka jawaban siswa yang diperoleh juga sangat bervariasi, yaitu tersebar hampir
75
pada semua kategori kemampuan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 4.14. 40
Nilai Persentase (%)
35
35
33
33
33
33
30 30 25 20 20 15
17
17
17
Tinggi
17 Sedang
15 Rendah 10 5 0 0 0 0 SB
B
C
K
SK
Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang
Gambar 4.14 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Merumuskan Solusi Alternatif Dari Gambar 4.14 terlihat bahwa pada kelompok tinggi hampir separuh siswa memiliki kemampuan merumuskan solusi alternatif dengan kategori sangat baik, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori baik, sebagian kecil lagi memiliki kemampuan dengan kategori cukup dan hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Pada siswa kelompok sedang, sebagian kecil memiliki kemampuan merumuskan solusi alternatif dengan kategori sangat baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuhnya lagi memiliki kemampuan dengan
76
kategori cukup, dan sebagian kecil lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Pada kelompok rendah sebagian kecil memiliki kemampuan merumuskan solusi alternatif dengan kategori sangat baik, sebagian kecil lagi memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori cukup dan separuh lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Keadaan ini menggambarkan bahwa dari masingmasing kelompok kategori siswa, tidak yang dominan dalam menguasai keterampilan merumuskan solusi alternatif. Pertanyaan nomor 13 dalam tes keterampilan berpikir kritis menuntut siswa untuk mendapatkan bahan pengganti yang dapat dijadikan sebagai larutan penyangga. Sedangkan pada pertanyaan nomor 14, siswa diharapkan mampu menentukan alternatif dalam percobaan idenfikasi larutan penyangga. Berikut ini, cuplikan jawaban dari siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. a) Jawaban siswa nomor absen 16 (Kelompok Tinggi) Jawaban : C (benar) Alasan : Karena memang harus ada sisa di yang lemahnya. b) Jawaban siswa nomor absen 14 (Kelompok Sedang) Jawaban : C (benar) Alasan : Ada sisa di asam lemahnya. c) Jawaban siswa nomor absen 32 (Kelompok Rendah) Jawaban : C (benar) Alasan : Harus ada sisa di asam lemah. Dari ketiga jawaban masing-masing kelompok tersebut, sebenarnya siswa memahami apa yang harus dilakukan, namun pada kenyataanya masih terdapat banyak jawaban yang salah, hal ini dikarenakan adanya salah melakukan perhitungan dalam menentukan larutan yang merupakan larutan penyangga.
77
Dari ketujuh indikator yang telah dijelaskan di atas, diperoleh bahwa seluruh siswa
kelompok
tinggi,
sedang
dan
rendah
menguasai
keterampilan
mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dengan kategori yang sangat baik. Untuk membuktikan hal itu, dapat terlihat lebih jelas melalui skala perbandingan dari setiap sub indikator keterampilan berpikir kritis yang ditunjukkan oleh Gambar 4.15.
Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan Mempertimba kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif
Gambar 4.15 4. Nilai Rata-Rata Rata Siswa pada Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Gambar
tersebut
menunjukkan
bahwa
sub
indikator
keterampilan
mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan mencapai persentase tertinggi yaitu sebesar 96%, sedangkan sub indikator keterampilan mengidentifikasi dan
78
menangani ketidakbenaran yang disengaja mencapai persentase terendah yaitu sebesar 51%. Sementara itu, tingkat pencapaian siswa pada setiap indikator adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan memiliki kategori sangat baik (2) Memberikan penjelasan sederhana memiliki kategori sangat baik (3) Mempertimbangkan kesesuaian sumber memiliki kategori sangat baik (4) Melaporkan hasil observasi memiliki kategori baik (5) Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan memiliki kategori baik (6) Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja memiliki kategori cukup (7) Merumuskan solusi alternatif memiliki kategori cukup