BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yang dimulai dengan gambaran responden penelitian, gambaran tingkat pengetahuan, gambaran kesiapan, dan diakhiri dengan pembahasan.
4.1 GAMBARAN RESPONDEN PENELITIAN Penelitian dilakukan pada 6 Sekolah Dasar Negeri, antara lain: SDN Sidorejo Lor 01, SDN Sidorejo Lor 02, SDN Sidorejo Lor 03, SDN Sidorejo Lor 04, SDN Sidorejo Lor 06, SDN Sidorejo Lor 07, dan 2 Sekolah Menengah Pertama Swasta, antara lain: SMP Pangudi Luhur, dan SMP Islam Sultan Fattah yang semuanya terletak di daerah Kelurahan Sidorejo Lor, Salatiga. Subyek penelitian terdiri dari 197 orang siswi remaja awal yang berusia 10-14 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. Berikut ini ditampilkan distribusi responden berdasarkan usia.
53
54 Frekuensi
72
Persentase
66 46
36,5%
33,5%
23,4% 11
10 tahun
11 tahun
12 tahun
5,6%
2 1%
13 tahun
14 tahun
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Responden Berdasarkan Usia (n=197) Tabel di atas menunjukkan bahwa responden paling muda berusia 10 tahun dan responden paling tua berusia 14 tahun. Responden terbanyak adalah yang berusia 10 tahun dengan persentase sebesar 36,5%.
4.2 TINGKAT
PENGETAHUAN
TENTANG
KEBERSIHAN
GENITALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI Dalam variabel tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia
eksterna
pertanyaan.
Berikut
saat hasil
menstruasi analisis
terdapat tingkat
18
item
pengetahuan
responden per item yang akan disajikan dalam tabel 4.1.
55 Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi (n=197) Pertanyaan 1. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Diri 2. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Diri Saat Menstruasi 3. Pengetahuan Responden Terhadap Tujuan Menjaga Kebersihan Organ Kewanitaan Pada Saat Menstruasi 4. Pengetahuan Responden Terhadap Hal Yang Dilakukan Sebelum Membersihkan Alat Kelamin 5. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Pembalut Wanita 6. Pengetahuan Responden Terhadap Bahan Pembalut yang Sebaiknya Digunakan 7. Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Tidak Mengganti Pembalut 8. Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Penggunaan Pembalut Kotor Bagi Kesehatan 9. Pengetahuan Responden Terhadap Intensitas Mengganti Pembalut Ideal 10. Pengetahuan Responden Terhadap Pengertian Kebersihan Alat Kelamin 11. Pengetahuan Responden Terhadap Intensitas Mengganti Celana Dalam Saat Menstruasi 12. Pengetahuan Responden Terhadap Bahan Celana Dalam yang Baik 13. Pengetahuan Responden Terhadap Cara Penjagaan Alat Kelamin 14. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit yang Timbul Akibat Alat Kelamin Tidak Dijaga Dengan Bersih 15. Pengetahuan Responden Terhadap Alasan Mengganti Pembalut
Benar 154 (78,2%) 105 (53,3%)
Salah 43 (21,8%) 92 (46,7%)
Total 197 (100%) 197 (100%)
139 (70,6%)
58 (24,9%)
197 (100%)
134 (68,0%)
63 (32,0%)
197 (100%)
173 (87,8%) 192 (97,5%)
24 (12,2%) 5 (2,5%)
197 (100%) 197 (100%)
166 (84,3%) 158 (80,2%)
31 (15,7%) 39 (19,8%)
197 (100%) 197 (100%)
35 (17,8%) 141 (71,6%) 77 (39,1%)
162 (82,2%) 56 (28,4%) 120 (60,9%)
197 (100%) 197 (100%) 197 (100%)
92 (46,7%) 15 (7,6%) 113 (57,4%)
105 (53,3%) 182 (92,4%) 84 (42,6%)
197 (100%) 197 (100%) 197 (100%)
86 (43,7%)
111 (56,3%)
197 (100%)
56 16. Pengetahuan Responden Terhadap Penggunaan Pantyliner 17. Pengetahuan Responden Tterhadap Cara Mencuci Alat Kelamin yang Benar 18. Pengetahuan Responden Terhadap Hal yang Dilakukan Setelah Membersihkan Alat Kelamin
136 (69,0%) 99 (50,3%)
61 (31,0%) 98 (49,7%)
197 (100%) 197 (100%)
172 (87,3%)
25 (12,7%)
197 (100%)
Berdasarkan hasil jawaban responden untuk variabel tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi di atas maka dapat diinterpretasikan hasil rekapitulasi tingkat pengetahuan responden adalah sebagai berikut:
Frekuensi 83
Persentase
79 42,1%
40,1%
35 17,8%
Rendah
Cukup
Baik
Gambar 4.2 Hasil Analisis Tingkat Pengetahuan Tentang Kebersihan Genitalia Eksterna Saat Menstruasi (n=197)
57 4.3 KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE Dalam variabel kesiapan menghadapi menarche terdapat 10 item pernyataan. Berikut hasil analisis kesiapan menghadapi menarche responden per item yang akan disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Analisis Kesiapan Responden Menghadapi Menarche (n=197)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pertanyaan Kesiapan Responden Terhadap Penerimaan Terhadap Perubahan Primer Pada Usia Pubertas Kesiapan Responden Terhadap Sebutan Untuk Keluarnya Darah Dari Alat Kelamin yang Terjadi Secara Periodik Kesiapan Responden Terhadap Persepsi Bahwa Wanita Akan Mengalami Menstruasi Kesiapan Responden TerhadapKemauan Mencari Informasi Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Menstruasi Melalui Orang Lain Kesiapan Responden TerhadapKemauan Mencari Informasi Mengenai Hal-Hal yang Berhubungan Dengan Menstruasi Melalui Media Informasi Kesiapan Responden Terhadap Salah Satu Tanda Terjadinya Menstruasi Pada Remaja Putri Kesiapan Responden Terhadap Ketakutan Terhadap Terjadinya Menstruasi Kesiapan Responden Terhadap Persepsi Bahwa Menstruasi Adalah Hal Yang Kotor dan Menjijikkan
Benar Salah 150 47 (76,1%) (23,9%)
Total 197 (100%)
146 51 (74,1%) (25,9%)
197 (100%)
186 (94,4%)
11 (5,6%)
197 (100%)
130 67 (66,0%) (34,0%)
197 (100%)
128 69 (65,0%) (35,0%)
197 (100%)
53 144 (26,9%) (73,1%)
197 (100%)
41 156 (20,8%) (79,2%)
197 (100%)
67 130 (34,0%) (66,0%)
197 (100%)
58 9. Kesiapan Responden Terhadap Persiapan Dengan Membawa Pembalut Untuk Menghadapi Menstruasi Pertama 10. Kesiapan Responden Terhadap Cara Pakai Pembalut yang Benar
53 144 (26,9%) (73,1%)
197 (100%)
143 54 (72,6%) (27,4%)
197 (100%)
Berdasarkan hasil jawaban responden untuk variabel kesiapan menghadapi menarche di atas, maka dapat diinterpretasikan
kesiapan
responden
adalah
berikut:
Frekuensi
Persentase
81
72 44 22,3%
Rendah
36,5%
Sedang
41,1%
Tinggi
Gambar 4.3 Hasil Analisis Kesiapan Menghadapi Menarche (n=197)
sebagai
59 4.5 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.4.1
Tingkat pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa sebanyak 42,1% responden di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tergolong pengetahuan rendah. Dalam penelitian ini sebagian
besar
responden
menjawab
benar
pada
pengetahuan terkait perubahan biologis. Namun, responden sebagian
besar
menjawab
salah
pada
pengetahuan
mengenai praktik dalam menjaga kebersihan genitalia. Dalam penelitian Fetohy di Riyadh (2007) didapatkan bahwa rata-rata skor tingkat pengetahuan tentang menstruasi yang mencakup aspek fisiologi dan menstrual hygiene masih rendah.
Hasil
mengindikasikan
penelitian
Marvan
bahwa
hygiene
&
Bejarano
dan
fungsi
(2005) tubuh
merupakan topik yang paling banyak diperbincangkan. Kecenderungan ini hanya berfokus pada hal-hal yang biologis dan aspek kehigienisan saat menstruasi yang menghasilkan pengetahuan perempuan pengetahuan
sebuah dan itu
ketidaksinambungan
pengalaman
sendiri.
mengenai
biologis
Dengan praktik
pada
rendahnya menjaga
antara anak tingkat
kebersihan,
60 responden berpotensi memiliki praktik hygiene yang rendah pula. Hal ini selaras dengan penelitian Omidvar & Begum (2010) di India Selatan yang menyatakan bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi perilaku dan praktik dalam menstrual hygiene adalah kesadaran. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa salah satu proses seseorang sebelum mengadopsi perilaku baru adalah awareness (kesadaran). Kesadaran berhubungan langsung dengan pengetahuan, oleh karena itu apabila responden memiliki kesadaran
yang
baik
maka
respondenpun
akan
menunjukkan praktik menjaga kebersihan genitalia yang baik pula. Menurut Azwar (2000), pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga
informasi
yang
diterima
akan
menjadi
pengetahuan. Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pengetahuan tentang kebersihan genitalia eksterna saat menstruasi yang dimiliki oleh remaja awal yang belum mengalami menarche akan mempengaruhi sikapnya dalam menghadapi menarche dan apa yang seharusnya dilakukan jika sudah menstruasi nantinya.
61 Sesuai dengan hasil penelitian Nagar dan Aimol di Meghalaya,
India
(2010)
yang
menyatakan
bahwa
pengetahuan yang diperoleh remaja tentang menstruasi akan mempengaruhi persepsi remaja tentang menstruasi pertama (menarche). Jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menstruasi pertama (menarche) positif, maka hal ini akan berpengaruh pada kesiapan remaja dalam berperilaku dalam menjaga kebersihan organ genitalianya. Mayoritas responden belum mendapatkan informasi mengenai
pengetahuan
praktis
dalam
memelihara
kebersihan genitalia saat menstruasi. Hal ini disebabkan oleh
belum
adanya
materi
pembelajaran
kesehatan
reproduksi mengenai kebersihan genitalia saat menstruasi. Fetohy (2007) menyatakan bahwa meskipun perubahan perilaku
merupakan
tujuan
utama
dalam
program
pendidikan kesehatan, namun setiap kenaikan tingkat pengetahuan tidak selalu berdampak pada perubahan perilaku. Dalam penelitian Dasgupta & Sarkar (2008) di Bengal Selatan diperoleh hasil bahwa persepsi yang salah, dan praktis yang buruk terhadap menstruasi masih sangat jauh dari memuaskan. Dalam penelitian Anibue & Nwankwo (2009) diperoleh hasil bahwa pelatihan pre-menarche dalam
62 kurikulum
sekolah
dasar
sangat
diharapkan
dapat
menyediakan guru yang ditujukan untuk aspek praktis dalam manajemen menstruasi di kelas formal. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan Kumcagiz & Avci (2011) di Samsun City yang menyatakan bahwa perawat atau tenaga kesehatan yang bekerja di sekolah sangat dibutuhkan dalam memandu dan memberikan informasi mengenai menstruasi dan kebersihannya sehingga siswi dapat mengarah pada perilaku yang positif. Terkait
pengetahuan
kebersihan
genitalia
menstruasi, penelitian ini menyatakan bahwa
saat tingkat
pengetahuan tentang kebersihan genitalia saat menstruasi ini masih tergolong rendah. Pengetahuan ini dipengaruhi oleh faktor aspek fisiologi dan kehigienisan saat menstruasi Remaja memilki pengetahuan yang baik dari segi aspek fisiologi, namun belum memiliki informasi yang adekuat yang ditinjau dari aspek praktis atau kehigienisan saat menstruasi. Kurangnya sumber informasi mengenai praktis dalam kehigienisan saat menstruasi menjadi penyebab rendahnya pengetahuan remaja. Seorang anak perempuan yang
memiliki
pengetahuan
yang
rendah
terhadap
kebersihan genitalia akan secara potensial berpengaruh terhadap perilakunya dalam menghadapi menstruasi, dan
63 dalam hal ini akan mempengaruhi bagaimana remaja memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan genitalianya. Kesadaran dapat dibentuk dengan pengetahuan yang baik, yang secara langsung mengacu pada perolehan informasi yang didapatkan mengenai kehigienisan saat menstruasi. Partisipasi dari ibu, kakak, atau saudara perempuan dalam memberikan
informasi
mengenai
menstruasi
dan
kehigienisan saat menstruasi sangatlah dibutuhkan. Namun hal itu saja tidak cukup, berdasarkan pada hasil ini keberadaan dan partisipasi tenaga kesehatan atau perawat yang bekerja di area sekolah sangat penting dalam memberikan informasi yang signifikan seperti fisiologi menstruasi, karakteristik perkembangan seksual sekunder, pemilihan pembalut, dan teknik perawatan alat genital dibutuhkan oleh seorang remaja sesuai dengan tahap perkembangannya.
4.4.2
Kesiapan Menghadapi Menarche Yusuf (2002) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek mengenai kesiapan, yaitu: aspek pemahaman, aspek penghayatan, dan aspek kesediaan. Ditinjau dari aspek pemahaman, sebanyak 76,1%
responden menyadari
bahwa perubahan fisik yang dialami oleh responden
64 merupakan
hal
yang
normal.
Ditinjau
dari
aspek
penghayatan, sebanyak 74,1% responden berada pada kondisi psikologis dimana mereka siap bahwa menarche akan terjadi pada setiap wanita dan datangnya menarche merupakan sesuatu yang wajar dan normal. Sedangkan ditinjau dari aspek kesediaan, sebanyak 66,0% responden berada pada kondisi psikologis dimana mereka berusaha bertanya atau mencari tahu mengenai menstruasi pertama (menarche) sebagai bentuk persiapan mereka dalam menghadapi menarche. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa sebanyak 41,1% responden tergolong ke dalam
kategori tingkat kesiapan tinggi.
Maka dapat
dikatakan bahwa rata-rata responden merasa memiliki kondisi yang siap untuk memberikan respon yang positif terhadap
terjadinya
menarche.
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa sebesar 76,1% dari total keseluruhan responden
memiliki
penerimaan
yang
baik
terhadap
perubahan kelamin primer pada usia pubertas. Begitupula dengan persepsi bahwa wanita akan mengalami menstruasi (94,4%), responden yang merasa ketakutan terhadap terjadinya menstruasi hanya sebesar 20,8%, dan responden
65 yang memiliki persepsi bahwa menstruasi adalah hal yang kotor dan menjijikkan hanya 34,0% dari total keseluruhan. Hal ini sesuai dengan Santrock (2003) yang mengemukakan bahwa reaksi yang paling sering muncul dalam respon anak perempuan terhadap menarche adalah positif. Hal ini dapat diartikan bahwa menarche dijadikan indeks
kedewasaan
mereka.
Reaksi
yang
positif
mengindikasikan bahwa anak perempuan yang telah menstruasi diasumsikan telah mampu memiliki anak, mengalami sesuatu yang membuat mereka menjadi wanita yang lebih dewasa, dan menjadikan mereka lebih mirip dengan
teman-temannya
yang
sudah
mengalami
menstruasi. Aspek negatif dari menarche yang paling sering dilaporkan
oleh
anak
perempuan
adalah
kerepotan
(membawa pembalut pengganti) dan rasa kotor pada daerah alat kelamin akibat darah menstruasi. Sebagian kecil anak perempuan juga mengindikasikan bahwa menarche melibatkan ketidaknyamanan fisik
yang menyebabkan
keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional. Anak perempuan yang tidak siap menghadapi menarche mengindikasikan perasaan negatif terhadap menstruasi daripada mereka yang lebih siap menghadapi dimulainya siklus menstruasi (Santrock, 2003).
66 Hendrik (2006) menyatakan bahwa selain informasi yang diperoleh remaja dari keluarga (ibu atau saudara kandung),
kesiapan
menghadapi
menstruasi
pertama
(menarche) juga dipengaruhi oleh paparan informasi yang didapatkan dari televisi, radio, majalah atau jurnal. Pada masa remaja beberapa media informasi tersebut menjadi media sumber informasi yang dapat menjawab rasa keingintahuan remaja. Dengan demikian, remaja mulai dapat mengenal dan menerima berbagai perubahan yang akan terjadi pada tubuhnya sehingga remaja dapat memiliki citra diri yang baik saat menstruasi pertama (menarche). Dari
hal-hal
tersebut
menandakan
bahwa
pemahaman yang mendalam mengenai proses menstruasi sangat diperlukan sehingga remaja awal dapat siap menerima dan pada akhirnya mengalami menstruasi pertama (menarche) yang diartikan sebagai sebuah tahap perkembangan yang normal. Remaja yang tidak diberitahu atau tidak dipersiapkan dengan baik sejak awal tentang bagaimana cara menjaga kebersihan genitalia saat menstruasi, maka pengalaman akan adanya perubahan fisik tersebut dapat menjadi suatu kebiasaan yang salah. Hal ini sesuai dengan penelitian Anibue & Nwankwo (2009) di Nigeria bahwa ketiadaan
67 persiapan pre-menarche akan menghasilkan pengalaman menstruasi yang salah dan minimnya praktik kehigienisan saat menstruasi. Terkait
kesiapan
menghadapi
menarche,
hasil
penelitian ini menyatakan bahwa responden memiliki kesiapan yang tergolong tinggi. Remaja berespon positif terhadap
datangnya
menstruasi
dengan
mulai
dapat
mengenal dan menerima perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri akibat perubahan primer pada usia pubertas dan siap menghadapi menstruasi. Kesiapan ini juga akan berpengaruh terhadap perilaku atau praktik dalam menghadapi
menstruasi.
Remaja
sebaiknya
diberikan
pemahaman yang mendalam sejak dini mengenai fisiologi menstruasi
dan
menstrual
hygiene
sebagai
bentuk
persiapan dalam menerima perubahan dan membentuk perilaku yang positif dalam menghadapi menarche.
4.5 KETERBATASAN PENELITIAN Dalam
aspek religi agama Islam,
darah menstruasi
merupakan hal yang kotor dan termasuk ke dalam najis. Pandangan seperti ini sudah diberikan dari orang tua ataupun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sejak dini. Sedangkan mayoritas
responden
adalah
beragama
Islam.
Hal
ini
68 menyebabkan sulitnya menyamakan persepsi bahwa darah merupakan sesuatu yang menjijikkan dan sudah tentu tergolong najis atau hanya darah merupakan sesuatu yang menjijikkan.