38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDIP H. Soebandi Kec. Bawen Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. SDIP H. Soebandi merupakan sekolah dasar swasta dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al Ma’arif Bawen. Letak SDIP H. Soebandi yang agak jauh dari jalan raya membuat suasana sekolah tenang dan nyaman untuk proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di SDIP H. Soebandi sesuai dengan visi dan misi sekolah yaitu selaras antara IMTAQ dan IPTEK. Hal itu terbukti dari berbagai program sekolah dalam bidang keagamaan maupun umum. Program-program keagamaan seperti hafalan surat-surat setiap pagi, istighosah setiap jumat pertama dan jumat ketiga, ekstrakurikuler tilawah, sholawat dan lain-lain. Program-program umum antara lain jumat sehat pada minggu kedua dan jumat bersih pada minggu keempat. Selain itu berbagai ekstrakurikuler seperti marching band, tari tradisional dan lainlain. Selanjutnya mengenai proses pembelajaran di SDIP H. Soebandi. Proses pembelajaran berorientasi pada visi misi sekolah dan bersumber pada kurikulum yang ditetapkan (KTSP) yang dijabarkan dalam Silabus, Program Semester, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran, guru wajib melakukan persiapan meliputi menyusun dan melaporkan rencana harian kepada kepala sekolah sebelum pembelajaran dilakukan, menyiapkan materi dan media yang diperlukan. Sekolah tidak akan maju jika gurunya tidak disiplin. Berikut tata tertib untuk guru di SDIP H. Soebandi yaitu: (1) Guru dan karyawan datang di sekolah paling lambat pukul 06.50 WIB, (2) Guru berbaris di samping gerbang sekolah dan menyalami setiap murid, (3) Setiap pagi semua guru apel pagi dianjutkan berdoa bersama.
38
39
Sebagaimana dengan guru, berikut peraturan untuk siswa, antara lain : (1) berangkat sekolah maksimal 10 menit sebelum bunyi bel yaitu pukul 06.50 WIB, (2) memakai seragam sesuai ketentuan sekolah, (3) siswa tidak diperkenankan berambut panjang bagi laki-laki dan harus berjilbab bagi perempuan, (4) kuku tidak boleh panjang, (5) siswa berbaris di depan kelas dan berdoa bersama sebelum masuk kelas, (6) hafalan doa sehari-hari, surat pendek dan sholat dhuha sampai pukul 07.30 WIB, (7) proses pembelajaran diakhiri pukul 14.00 WIB untuk kelas I-II dan pukul 15.00 WIB untuk kelas III-VI. Bagi siswa yang melanggar tentunya akan dikenai sanksi dari pihak sekolah dibawah kewenangan bagian kesiswaan. Selanjutnya akan dibahas mengenai sarana dan prasarana sekolah. Sekolah ini berdiri 9 tahun yang lalu. Secara umum sarana dan prasarana sekolah cukup memadai. Hal tersebut dilihat dari ruang kelas yang telah berkeramik, alat peraga yang cukup lengkap, lapangan olahraga, perpustakaan dan lain lain. Namun ada kelas yang kelebihan kuota seperti kelas 2 dikarenakan ruangan terbatas. Saat ini ada 13 ruang kelas, ruang komputer, kantor, UKS, mushola, kantin dan lima toilet. Sarana dan prasarana yang memadai tidak akan maksimal jika tidak diimbangi dengan sumber daya ahli untuk mengolah, dalam hal ini guru. SDIP haji Soebandi memiliki seorang kepala sekolah, 13 guru kelas dan 4 guru mata pelajaran. Latar belakang guru sebagian besar telah sarjana dan sebagian lainnya dalam proses S1. Latar belakang siswa yang bersekolah di SDIP H. Soebandi berasal dari golongan keluarga berkecukupan. Orangtua siswa kebanyakan adalah PNS, karyawan swasta, pengusaha dan wiraswasta. Hal tersebut terbukti dengan pemenuhan fasilitas belajar untuk siswa di sekolah. Salah satu unsur dinamis yang dapat dillihat dalam sekolah ini yaitu tata pergaulan guru dengan murid, guru dengan guru dan murid dengan murid. Bukan jamannya lagi guru merupakan sosok yang otoriter. Guru di SDIP H. Soebandi dapat berperan sebagai teman namun tetap menjadi sosok panutan bagi siswanya.
40
Guru di SDIP H. Soebandi berjumlah 18 orang dan 2 staf TU. Data guru SDIP H. Soebandi dapat dilihat dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Guru SDIP Haji Soebandi NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
NAMA Solikhah, S.Ag Rofiqoh Any Maskanah, S.Pd.I Tatimatun Alfiyah Anis Mahsunah, S.Pd.I Sri Walyati Istirochah, S.Pd Isaroh Epri Kurniawati, S.Ag Syamsodin, S.Pd.I Anita, S.Pd Dhiana Nastitia, S.Pd Sri Handayani, S.Pd Ahmad Fajar K, S.Pd.I Setyawan Ari Dani Rahman Linta Rahmawatiningrum Ericca Fudyarina, A.Md Sa’adah
JABATAN Kepala Sekolah Guru Kelas IA Guru Kelas IB Guru Kelas IC Guru Kelas IIA Guru Kelas IIB Guru Kelas IIIA Guru Kelas IIIB Guru Kelas IVA Guru Kelas IVB Guru Kelas VA Guru Kelas VB Guru Kelas VIA Guru Kelas VIB Guru Bahasa Arab Guru Olahraga Guru TIK Guru B. Inggris TU TU
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa latar belakang guru di SDIP H. Soebandi 10 guru tela S1 sedangkan guru yang lain masih proses untuk meraih gelar sarjana. Berdasarkan data yang telah dikemukakan pada 3.3 yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDIP H. Soebandi yang terdiri dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Kelas IVA dijadikan Kelas Eksperimen dan Kelas IVB sebagai Kelas Kontrol. Pemilihan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol didasarkan pada latar belakang guru. Guru pada kelas kontrol telah S1 sedangkan guru pada Kelas Eksperimen masih proses kuliah untuk meraih gelar sarjana namun guru yang sudah sarjana masa baktinya sekitar satu tahun. Kelas IVA sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 siswa dan kelas IVB sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 siswa. Jadi jumlah seluruh subjek
41
penelitian sebanyak 62 siswa. Subjek penelitian berdasarkan data siswa tahun pelajaran 2011/2012. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Subjek Penelitian SDIP H. Soebandi Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Jenis Kelas IVA Kelas IVB Kelamin Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Laki-laki 15 47 % 12 40% Perempuan 17 53 % 18 60% Jumlah 32 100% 30 100% Beberapa alasan peneliti dalam menentukan subyek penelitian adalah keperluan peneliti itu sendiri yaitu membutuhkan data tentang efektivitas penggunaan metode Hypnoteaching. Selain itu beban mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik lebih banyak karena ditambah berbagai mata pelajaran keagamaan. Mata pelajaran keagamaan yang dimaksud seperti Qur’an Hadist, Fiqih, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, SKI, PAI dan lain-lain. Di SDIP H. Soebandi juga belum pernah diadakan penelitian yang serupa, sehingga diharapkan penelitian ini menjadi pengalaman yang baru bagi siswa di SDIP H. Soebandi khususnya kelas IV. 4.1.2 Gambaran Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan 8 kali pertemuan. Dua pertemuan diataranya adalah diskusi metode Hypnoteaching dengan guru. Penjelasan mengenai pelaksanaan penelitian tercantum dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pelaksanaan Penelitian Penggunaan Metode Hypnoteaching No
Hari/Tanggal
1.
Selasa, 14 Februari 2012
2.
Jumat, 9 Maret 2012
3.
Sabtu, 10 Maret 2012
4.
Jumat, 16 Maret 2012
5.
Senin, 2 April 2012
Uraian Kegiatan Ijin penelitian di SDIP H.Soebandi dan diskusi dengan Guru Matematika kelas IV Diskusi Metode Hypnoteaching dengan guru Kelas IV tahap I Diskusi Metode Hypnoteaching dengan guru Kelas IV tahap II Latihan penggunaan Metode Hypnoteaching pada mata pelajaran IPA Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama di kelas eksperimen yang dilakukan treatment
42
6.
Selasa, 3 April 2012
7.
Kamis, 5 April 2012
8.
Jumat, 6 April 2012
indikator 1-4 Kegiatan pembelajaran kelas kontrol KBM seperti biasa yang dilakukan guru tentang mengenal pecahan indikator 1-4 Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada kelas eksperimen yang dilakukan treatment indikator 4-8 diakhiri pemberian post-test. Pembelajaran kelas kontrol dengan metode ceramah seperti biasa yang dilakukan guru tentang mengenal pecahan indikator 4-8 diakhiri dengan pemberian post-test.
Pelaksanaan penelitian dilakukan 4x35 menit (dua kali pertemuan) baik di Kelas Eksperimen maupun Kelas Kontrol. Pelaksanaan penelitian tersebut dibatasi sesuai dengan materi yang dipelajari. Sebelumnya, kedua kelas teah diuji kesetaraan dan hasil menunjukkan bahwa kedua kelas merupakan kelas yang setara. Selanjutnya kelas eksperimen dilakukan treatment dengan menggunakan metode hypnoteaching dan kelas kontrol melakukan pembelajaran biasa yaitu dengan menggunakan metode konvensional. Selanjutnya kedua kelas diukur hasil belajarnya menggunakan post-test. Pertemuan pertama di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Senin, 2 April 2012 pada pukul 08.20-09.30 WIB. Pada pertemuan pertama di kelas ekspperimen, semua langkah-langkah Metode Hypnoteaching terlaksana. Suasana pembelajaran di Kelas Eksperimen saat penelitian terlihat lebih menyenangkan. Para siswa terlihat bersemangat apalagi saat guru menyuruh maju kedepan mengerjakan soal di papan tulis. Pertemuan pertama di kelas kontrol diaksanakan pada hari Selasa, 4 April 2012 pukul 0950-11.00 WIB. Pembelajaran berlangsung seperti biasa. Guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Dalam kelas kontrol ini, terlihat guru sesekali bertanya jawab dan juga menyuruh siswa maju kedepan mengerjakan tugas. Selanjutnya, pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari kamis, 5 April 2012 pukul 07.00-08.20. Pada pertemuan kedua, terdapat sedikit kesalahan pemahaman. Pada langkah Reward and Punishment yaitu menggunakan Tabel Senyum seharusnya tabel tersebut untuk klasikal namun guru menggunakanny untuk individu. Jadi ada beberapa siswa yang istirahat lebih dulu
43
dan yang lainnya tetap di dalam kelas. Pertemuan kedua di kelas kontrol dilaksanakan hari Jumat, 6 April 2012. Pada pertemuan kedua ini, terdapat beberapa siswa yang menguap selama pembeajaran berlangsung. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan guru selama proses pembelajaran maka dilakukan observasi yang kisi-kisinya telah dibahas pada Bab III. Observasi digunakan untuk mengukur keteraksanaan dari langkah-langkah penggunaan metode hypnoteaching. Kriteria penilaian dalam lembar observasi yaitu sangat baik untuk skor 4, baik, untuk skor 3, cukup, untuk skor 2 dan kurang untuk skor 1. Berikut adalah sajian hasil observasi pelaksanaan treatment. Tabel 4.4 Hasil Observasi Penggunaan Metode Hypnoteaching Total Skor No Aspek yang diamati F Persentase Butir Item Pertemuan Pertama I PRA PEMBELAJARAN 3 12 11% A Niat dan Motivasi dalam 2 8 7% diri II KEGIATAN PEMBUKA 4 10 9% PELAJARAN B Pacing 2 6 5% III KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN C Leading 5 16 14% D Penggunaan Kata Positif 6 11 10% E Reward and Punishment 3 10 9% IV KEGIATAN PENUTUP PEMBELAJARAN F Modelling 3 10 9% JUMLAH 28 83 74% Pertemuan Kedua I PRA PEMBELAJARAN 3 10 10% A Niat dan Motivasi dalam 2 8 8% diri II KEGIATAN PEMBUKA 4 13 13% PELAJARAN B Pacing 3 11 11% III KEGIATAN INTI 1 4 4% PEMBELAJARAN C Leading 3 11 11% D Penggunaan Kata Positif 6 16 16% E Reward and Punishment 1 2 2%
44
IV
KEGIATAN PENUTUP PEMBELAJARAN F Modelling 3 11 11% JUMLAH 25 73 86% Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasi observasi kelas eksperimen pada pertemuan pertama dari skor maksimal 112 tercapai skor 83. Artinya pada pertemuan pertama keberhasilan guru sebesar 74%. Sedangkan pada pertemuan kedua dari 25 item dengan skor maksimal 100 tercapai skor 73. Artinya pada pertemuan kedua persentase keberhasilan guru sebesar 86%. Jadi rata-rata keberhasilan guru yaitu persentase pertemuan pertama ditambahkan persentase pertemuan kedua kemudian dibagi 2. Dari penghitungan didapatkkan rata-rata persentase keberhasilan guru dalam menggunakan metode hypnoteaching sebesar 80%. Lembar observasi penelitian dapat dilihat dalam lampiran. 4.2 Analisis Data Analisis data dibagi menjadi dua yaitu analisis deskriptif data dan analisis parametrik. Analisis prametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Uji t. Analisis deskriptif digunakan untuk mempermudah cara membaca hasil penelitian. Sedangkan analisis Uji t digunakan untuk memaparkan data utama hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah pada 1.2. 4.2.1 Analisis Deskriptif Data Menurut Duwi Prayitno (2010:12) Analisis deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, maksimum, minimum. Dari analisis deskriptif dapat diketahui nilai minimum, maksimum dan mean dalam Kelas Eksperimen maupun Kelas Kontrol. Penjelasan lebih lanjut mengenai hasil analisis derkriptif dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Descript ive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Kelas Eksperimen
32
60.00
100.00
84.1250
9.89542
Kelas Kontrol
30
40.00
73.00
55.1000
10.68789
Valid N (listwise)
30
45
Berdasarkan 4.1.2 bahwa skor maksimum adalah 100 dapat diketahui bahwa skor minimum Kelas Eksperimen 60 sedangkan skor minimum Kelas Kontrol yaitu 40. Skor maksimum dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol berturut-turut adalah 100 dan 73. Standar defiasi (ukuran persebaran) dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol berturut-turut 1,47561 dan 1,61743. Semakin kecil standar defiasi dalam analisis deskriptif berarti semakin kecil pula persebarannya. Dengan kata lain skor yang diperoleh siswa tidak jauh dari rata-rata kemampuan siswa satu kelas. Setelah skor maksimum dan minimum dapat diketahui, selanjutnya dibuat tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar matematika dari hasil post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Untuk itu, perlu ditentukan interval dari kedua kelas penelitian yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk menentukan interval kelas digunakan rumus sebagai berikut: Banyaknya kategori Sturges (k)
= 1 + 3,322 log n
Interval kelas
=
Banyaknya subjek penelitian adalah 62 siswa, berdasarkan rumusan dari interval kelas dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Banyaknya kategori Sturges (k)
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (62) = 1 + 3,3 (1,8) = 1 + 5,94 = 6,94
Interval kelas
=
Dapat dilihat bahwa kategori Kelas Eksperimen yaitu 6,94 kemudian daat dibulatkan menjadi 7 kategori. Sedangkan interval distribusi frekensi yaitu 8,57 dibulatkan menjadi 9. Distribusi frekuensi berguna untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai hasil post-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. Untuk sajian lebih lengkap mengenai distribusi frekuensi hasil post-test dapat dilihat dalam Tabel 4.5.
46
No. 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Interval Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase 40-48 49-56 57-65 66-73 74-82 83-90 91-100
Jumlah
0 0 1 7 7 8 9
0% 0% 3% 22% 22% 25% 28%
3 5 7 12 3 0 0
32
100%
30
37% 17% 27% 20% 0% 0% 0% 100%
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa skor minimum antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol terdapat perbedaan yang cukup jauh begitu pula dengan skor maksimumnya. Jika distribusi frekuensi dalam Tabel 4.5 digambarkan dalam bentuk diagram batang maka akan terlihat seperti Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil belajar pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol tidak dalam posisi yang seimbang. Padahal kondisi awal saat dilakukan uji setara, kedua kelas berada dalam kondisi yang setara. Namun setelah
47
Kelas Eksperimen diberikan treatment menghasilkan frekuensi skor yang lebih tinggi. 4.2.2 Analisis Parametrik Uji t Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
perbedaan
efektivitas
pembelajaran
yang
signifikan
antara
penggunaan Metode Hypnoteaching maka diperlukan analisis untuk mengukur apakah perbedaan tersebut benar-benar signifikan. Perbedaan dikatakan signifikan jika hasil penelitian sudah diuji melalui pengukuran. Hasil penelitian diukur menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows melalui teknik Independent Samples T-Test. Namun perlu dilakukan uji normalitas dan homogenitas dahulu sebagai prasyarat. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa temuan data berdistribusi normal. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig .
Statistic
Df
Sig.
Kelas Eksperimen
.147
30
.097
.933
30
.060
Kelas Kontrol
.150
30
.084
.916
30
.022
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dillihat bahwa Signifikasi pada Kelas Eksperimen sebesar 0,97 dan signifikansi pada Kelas Kontrol sebesar 0,84. Distribusi dikatakan normal jika signifikan > 0,05. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kedua kelas memiliki signifikan > 0,05. Hal tersebut berarti data berdistribusi normal. Distribusi temuan data digambarkan dalam Gambar 4.3
48
Gambar 4.3 Q-Q Plot Uji Normalitas Post-test Kelas Ekperimen Distribusi data dalam gambar 4.3 menunjukkan bahwa data hasil post-test
tersebar Kelas Eksperimen disekitar garis pusat. Hal ini berarti kemampuan siswa di Kelas Eksperimen tidak begitu jauh rentangnya dengan kemampuan rata-rata kelas. Sedangkan kemampuan siswa Kelas Kelas Kontrol dapat dilihat dalam Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Q-Q Plots Post-test Kelas Kontrol
Persebaran data Kelas Kontrol dalam Gambar 4.4 juga menunjukkan bahwa data tersebar di sekitar garis pusat. Skor yang diperoleh memang tidak
49
setinggi Kelas Eksperimen. Namun kemampuan siswa memiliki rentang yang tidak terlalu jauh dari kemampuan rata-rata siswa Kelas Kontrol. Sehingga dapat dikatakan bahwa meskipun skor tidak setinggi Kelas Eksperimen namun kemampuan siswa Kelas Kontrol berdistribusi normal. Seteah uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas dan Uji t. Karena menggunakan teknik Independent Samples T-Test, selain mengetahui hasi Uji t juga sekaligus mengetahui Homogenitas kedua kelas. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat dalam Tabel 4.7 Tabel 4.7 Hasil Uji T dan Homogenitas Post-test Independent Samples Test Skor
Levene's Test for Equality of Variances
Equal
Equal
variances
variances not
assumed
assumed
F
.438
Sig.
.511
t-test for Equality of
T
Means
Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence
Lower
Interval of the
Upper
Difference
11.095
11.061
60
58.560
.000
.000
4.35833
4.35833
.39283
.39401
3.57255
3.56979
5.14412
5.14688
Dalam Tabel 4.7 dapat dilihat hasil uji homogenitas menunjukkan signifikansi 0,511. Kelas Eksperimen dikatakan homogen dengan Kelas Kontrol jika memiliki signifikan > 0,05. Dengan demikian Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol merupakan kelas yang homogen. Kemudian dilihat dari hasil uji dua sisi (sig. 2-tailed) pada kolom Equal variances assumed menunjukkan signifikansi 0,000.
50
4.3 Uji Hipotesis Analisis hasil post-test uji Independent Samples T-Test disajikan dalam Tabel 4.7. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian. Dalam penelitian ini pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan efektivtas pembelajaran. Oleh karena itu untuk menguji hipotesis sebagaimana dirumuskan dalam 2.3, maka dirumuskan hipotesis nol untuk diuji signifikansinya. Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 =
tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dengan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika Kelas IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec. Bawen Kab. Semarang.
Ha =
ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika Kelas IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec. Bawen Kab. Semarang. Pengambilan keputusan hasil uji hipotesis berdasarkan pada kriteria
pengujian uji Independent Samples T-Test yaitu H0 diterima jika signifikansi > 0,05 dan jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Hasil uji Independent Samples T-Test tercantum dalam Tabel 4.7. Pada pengujian 2 sisi dalam tabel 4.7 diketahui bahwa signifikansi 0,000. Hal ini berarti signifikansi < 0,05 sehingga H0 ditolak. Karena H0 ditolak (signifikansi < 0,05), maka Ha yang menyatakan ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika Kelas IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec. Bawen Kab. Semarang diterima. 4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas IV Semester II SDIP H. Soebandi Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa Kelas IV A sebagai Kelas Eksperimen berjumlah 32 orang sedangkan siswa Kelas IV B sebagai Kelas Kontrol berjumlah 30 orang. Kedua kelas merupakan kelas yang setara karena telah diuji kesetaraannya. Karena kedua kelas merupakan kelas yang setara,
51
efekvitas pembelajaran kedua kelas diukur dari post-test yang telah diberikan kepada siswa. Post-test diberikan setelah Kelas Eksperimen diberi treatment menggunakan metode hypnoteaching dan Kelas Kontrol diberi pembelajaran seperti biasa dengan menggunakan metode konvensional. Seteah dilakukan penelitian, didapatkan hasil post-test pada kedua kelas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for widows. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Independent Sample t-test. Namun sebeumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat. Seperti yang telah dicantumkan pada Tabe 4.7, hasi uji normalitas pada kelas eksperimen memiliki signifikansi 0,97. Sedangkan pada hasi uji normalitas pada Kelas Kontrol memiliki signifikansi 0,84. Dengan demikian kedua kelas dapat dikatakan berdistribusi normal karena signifikansinya lebih dari 0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Dari uji homogenitas dapat diketahui bahwa kedua kelas memiliki signifikansi 0,511. Suatu data dapat dikatakan homogen jika memiliki signifikansi lebih dari 0,05. Dari uji homogenitas yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa kedua kelas merupakan kelas yang homogen. Karena kedua kelas sudah diketahui merupakan kelas yang berdistribusi norma dan homogen maka langkah selanjutnya dilakukan uji-t. Uji t dilakukan menggunakan teknik Independent Sample t Test. Dari uji t dapat diketahui bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,000. Sebagaimana hipotesis yang telah dibahas pada BAB III, pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode hypnoteaching dengan metode konvensional. Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : H0 =
tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dengan Metode Konvensional.
Ha =
ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional Pengambilan keputusan hasil uji hipotesis berdasarkan pada kriteria
pengujian uji Independent Samples T-Test yaitu H0 diterima jika signifikansi >
52
0,05 dan jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Hasil uji Independent Samples T-Test tercantum dalam Tabel 4.7. Pada pengujian 2 sisi dalam tabel 4.7 diketahui bahwa signifikansi 0,000. Hal ini berarti signifikansi < 0,05 sehingga H0 ditolak. Karena H0 ditolak (signifikansi < 0,05), maka Ha yang menyatakan ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika Kelas IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec. Bawen Kab. Semarang diterima. Hal ini sesuai dengan teori James Braid yang menyatakan tentang keyakinan akan kekuatan sugesti. Sugesti-sugesti dalam metode hypnoteaching selama pembelajaran berlangsung mempengaruhi hasil belajar dan motivasi siswa. Selama
pembelajaran
berlangsung,
siswa
terlihat
antusias
mengikuti
pembelajaran. Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Rudy Aryanto yang dilaksanakan pada tahun 2012. Dari penelitian Rudy Ariyanto yang berjudul “Pengaruh Metode hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Sd Negeri Begalon Ii No.241 Surakarta Tahun 2011 /2012” setelah diuji hipotesis diperoleh hasil a symp sig = 0,00. Artinya signifikansi < 0,005 sehingga H0 ditolak. Kesimpulan dari penelitian Rudy adalah Metode Hypnoteaching mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa di SDN Begalon II No.241 Surakarta Tahun 2011 / 2012. Penggunaan Metode Hypnoteaching ini dapat berhasil karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu : (1) guru mampu bekerja sama dan semangat mempelajari Metode Hypnoteaching, (2) siswa menjadi antusias mengikuti pelajaran karena pembelajaran berbeda dari biasanya, (3) sarana dan prasarana sekolah mendukung terlaksananya penerapan Metode Hypnoteaching ini. Perbedaan efektivitas antara kedua metode pembelajaran dapat dilihat dari perbedaan rata-rata kedua kelas. Kelas eksperimen memiiki 32 siswa. Rata-rata skor hasil belajar untuk kelas eksperimen adalah 84. Skor minimal sebesar 60 dan maksimal 100. KKM mata pelajaran matematika di SDIP H. Soebandi adalah 65. Dari hasil belajar di kelas eksperimen dapat diketahui terdapat satu orang yang tidak mencapai KKM. Kelas kontrol memiliki 30 siswa. Rata-rata hasil belajar
53
sebesar 64. Skor minimal 40 dan skor maksimal 80. Dari hasil belajar kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat diketahui ada 14 orang siswa yang tidak mencapai KKM. Rincian perbedaan rata-rata hasil belajar kedua kelas disajikan dalam Tabel 4.9 Tabel 4.9 Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kotrol Subjek Kelas Jumah siswa KKM Rata-rata Kelas Eksperimen IVA 32 65 84 Kelas Kontrol IVB 30 65 64 Perbedaan 20 Dari Tabel 4.9 dapat diketahui perbedaan rata-rata nilai post-test dengan seish skor sebesar 20. Artinya dapat dikatakan bahwa penggunaan metode hypnoteaching lebih efektif dibandingkan metode konvensional.