67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Data hasil belajar siswa yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 16. Data Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Nilai
Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Pretest
Posttest
Pretest
Posttest
Skor Total
636.3
1111.5
684.5
1652.0
Rata-rata
24.47
42.8
26.3
63.5
Kemajuan Belajar
0.24
0.51
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Perbedaan ini ditunjukan melalui skor rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan keunggulan yang dimiliki oleh kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan penggunaan media pembelajaran animasi Swishmax karena memiliki kemajuan hasil belajar yang lebih tinggi sebesar. Perbedaan antara pretest dan posttest dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut :
67
68 A. Hasil belajar Pretest dan Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol Skor Rata-rata Hasil Belajar Siswa
70.00%
63.50%
60.00% 50.00%
42.80%
40.00%
30.00%
Kelas Kontrol
24.47%26.30%
Kelas Eksperimen
20.00% 10.00% 0.00% Pretest
Posttets
Gambar 13. Distribusi rata-rata skor hasil belajar antara Pretest dan Posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan gambar 13, dapat dilihat bahwa rata-rata skor hasil belajar untuk pretest kelas eksperimen lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol, sedangkan rata-rata skor hasil belajar untuk posttest kelas kontrol lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas eksperimen. Selisih rata-rata skor hasil belajar untuk pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar 5%, sedangkan selisih rata-rata skor hasil belajar untuk posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebesar 20,7%. Untuk perolehan hasil belajar siswa pada masing-masing aspek kognitif yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis dapat dilihat pada distribusi hasil belajar siswa di bawah ini :
69 B. Hasil belajar siswa (Pretest) ranah kognitif di kelas Eksperimen dan kelas Kontrol 60.00%
53.46% 55.29%
50.00% 40.00% 30.00%
36.23% 34.14% 28.43% 26.92%
kelas Eksperimen kelas Kontrol
20.00% 10.00%
7.25%
4.28%
0.00% C1
C2
C3
C4
Gambar 14. Distribusi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk ranah kognitif Berdasarkan gambar 14 di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa untuk pretest pada kedua kelas tersebut tidak terdapat kesenjangan yang begitu besar karena kedua kelas tersebut belum mendapatkan perlakuan yang berbeda sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh siswa pada kedua kelas tersebut dianggap homogen oleh peneliti. Namun melalui persentase yang didapatkan dari ranah kognitif C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan C4 (Analisis) terlihat bahwa siswa sudah dianggap mampu dalam menjawab soal yang diberikan, terutama pada soal tipe C2 (Pemahaman) walaupun masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal 75%. Selain itu, berdasarkan gambar 14, terlihat bahwa kedua kelas tersebut sulit
70 untuk menjawab soal tipe C4 yaitu analisis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa pada kedua kelas tersebut untuk daya analisis mereka masih jauh dibawah standar kriteria ketuntasan minimal, sehingga membutuhkan penelitian setelah diberikan perlakuan yang dapat kita ketahui melalui pemberian Posttest. C. Hasil belajar siswa (Posttest) ranah kognitif di kelas Eksperimen dan kelas Kontrol 90.00% 80.00%
84.13% 74.25%
70.00%
70.43% 58.65%
60.00% 50.00%
47.12%
44.06%
47.86%
kelas Eksperimen
40.00%
kelas Kontrol
30.00% 20.00%
12.52%
10.00% 0.00% C1
C2
C3
C4
Gambar 15. Distribusi hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk ranah kognitif Berdasarkan gambar 15 di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan perlakuan yang berbeda untuk kedua kelas tersebut, hasil belajar posttest siswa pada soal C1, C2, C3 maupun C4 untuk kelas eksperimen lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Perbedaan antara kedua kelas ini dapat dilihat dari tingginya tingkat analisis siswa pada kelas eksperimen bila dibandingkan dengan kelas kontrol dengan selisih nilai 35,34%.
71 Selain itu, terdapat perbedaan yang begitu besar pada daya analisis siswa di kelas eksperimen sebelum dan setelah mendapatkan perlakuan. Perbedaan ini diperlihatkan melalui jawaban dari siswa yang pada awalnya belum dapat menjawab soal tipe C1 (Analisis) dengan rata-rata 28,43% dan bahkan beberapa siswa tidak dapat menjawab soal tersebut, namun setelah diberikan perlakuan siswa sudah dapat menjawab soal dengan rata-rata 74,25%, walaupun jawabannya belum sempurna. Selanjutnya untuk tipe hasil belajar C2 (Pemahaman) dan C3 (Penerapan) pada kedua kelas tersebut mengalami kemajuan yang dapat dilihat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan setelah diberikan perlakuan yang menghasilkan selisih nilai sebesar 15,53 % dan 9,44%. Berbagai perbedaan yang diperlihatkan oleh kedua kelas tersebut, yaitu kelas eksperimen maupun kelas kontrol selain dilihat dari berbagai indikator seperti C1 (Pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3 (Penerapan) dan C4 (Analisis), dapat pula dilihat dari perbedaan kemajuan belajar antara kedua kelas tersebut.
72 Perbedaan kemajuan hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut : D. Kemajuan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas Kontrol 0.60% 0.51% 0.50% 0.40% 0.30%
Kelas Kontrol
0.24%
Kelas Eksperimen
0.20% 0.10% 0.00% Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Gambar 15. Distribusi kemajuan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Gambar diatas menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut mengalami kemajuan hasil belajar yang dihitung melalui rumus Gain-score atas dasar nilai pretest dan nilai posttest. Namun dengan melihat grafik yang dihasilkan oleh nilai dari kemajuan hasil belajar kedua kelas tersebut, dapat dilihat bahwa kelas eksperimen mengalami kemajuan hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari selisih nilai kemajuan hasil belajar yang ditunjukan oleh kelas eksperimen jauh lebih tinggi sebesar 0,27%, sehingga tampak jelas bahwa kelas
73 eksperimen lebih unggul karena mengalami kemajuan hasil belajar yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. 4.1.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi ini hanya dimaksudkan untuk mendukung pembahasan tentang proses pembelajaran, sehingga kemajuan hasil belajar yang dihasilkan oleh kedua kelas tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Data hasil observasi aktivitas siswa di kelas eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat pada tabel sebagai berikut. Tabel 17. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Eksperimen No
1
2
3
Aspek / Indikator
Aktivitas Siswa
Siswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Siswa menyimak dengan seksama media pembelajaran yang ditampilkan oleh guru Perhatian siswa terpusat pada media pembelajaran animasi yang Perhatian ditampilkan oleh guru Siswa menunjukkan sikap antusias selama pembelajaran berlangsung Siswa menunjukkan ketertarikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang diajarkan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Keaktifan Siswa menyatakan pendapatnya sesuai dengan materi yang diajarkan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Siswa tidak mengganggu siswa lainnya dalam mengerjakan tugas Ketekunan Siswa tidak mengganggu kelompok siswa lain selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
74 Berdasarkan tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa siswa memiliki perhatian yang lebih pada media pembelajaran animasi selama penyajian media tersebut. Hal ini disebabkan oleh perhatian siswa yang tidak terbagi pada guru dan hanya terpusat pada media pembelajaran yang disajikan. Melalui hasil observasi yang didapatkan, terlihat bahwa siswa aktif didalam kelas karena siswa selalu mengajukan pertanyaan kepada guru dan menyatakan pendapatnya apabila siswa lainnya bertanya kepada guru. Sedangkan untuk aspek ketekunan yang dimiliki oleh siswa di kelas eksperimen, mereka selama mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tampak siswa tidak mengganggu siswa lainnya dalam mengerjakan tugas tersebut. Tabel 18. Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Di Kelas Kontrol No
1
2
3
Aspek / Indikator
Aktivitas Siswa
Siswa mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Siswa menyimak dengan seksama media pembelajaran yang ditampilkan oleh guru Perhatian siswa terbagi pada media pembelajaran animasi dan Perhatian guru Siswa menunjukkan sikap antusias selama pembelajaran berlangsung Siswa menunjukkan ketertarikan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Siswa mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi yang diajarkan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Keaktifan Siswa menyatakan pendapatnya sesuai dengan materi yang diajarkan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung Siswa tidak mengganggu siswa lainnya dalam mengerjakan tugas Ketekunan Siswa tidak mengganggu kelompok siswa lain selama kegiatan belajar mengajar berlangsung
75 Berdasarkan tabel 18 di atas, berbeda dengan media pembelajaran animasi Swishmax yang telah didesain sedemikian rupa sehingga guru tidak perlu menjelaskan materi yang ditampilkan, namun untuk media pembelajaran animasi PowerPoint masih membutuhkan guru dalam menjelaskan materi yang disajikan sehingga perhatian siswa terbagi pada media PowerPoint dan guru sebagai tutor untuk menjelaskan materi Atmosfer. Lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 11. 4.2 Pengujian persyaratan analisis Pengujian persyaratan analisis data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol meliputi uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan uji chi kuadrat pada taraf nyata α = 0,05. Pengujian normalitas data dilakukan untuk melihat normal atau tidaknya data hasil penelitian yang telah dilaksanakan, sedangkan untuk homogenitas data dilakukan untuk melihat sama tidaknya sampel yang terdapat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 4.2.1 Uji Normalitas Data Kelas Eksperimen Rata-rata hasil pengujian normalitas data untuk kelas eksperimen yaitu x2 hitung
= 6,5207 sedangkan x2tabel =11,070. Maka dengan demikian dapat dikatakan
bahwa x2 hitung lebih kecil dari x2tabel , hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk kelas eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian Normalitas Data Kelas Kontrol dapat dilihat pada lampiran 13.
76 4.2.2 Uji Normalitas Data Kelas Kontrol Rata-rata hasil pengujian normalitas data untuk kelas eksperimen yaitu x2 hitung
= 9,2843 sedangkan x2tabel =11,070. Maka dengan demikian dapat dikatakan
bahwa x2 hitung lebih kecil dari x2tabel , hal ini menunjukkan bahwa data hasil penelitian untuk kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian Normalitas Data Kelas Kontrol dapat dilihat pada lampiran 13. 4.2.3
Pengujian Homogenitas Varians Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh rata-rata x2 hitung = 0,7935 dan
nilai yang ditunjukan oleh tabel distribusi x2(1-α) (K-1) adalah x2tabel = 3,841. Hal ini menunjukan bahwa x2hitung
2 ≤ X tabel,
maka data tersebut berasal dari populasi yang
homogen. Pengujian homogenitas dihitung bertujuan untuk menentukan teknik uji hipotesis yang akan digunakan. Oleh karena data dari kedua kelas homogen maka uji hipotesis yang akan digunakan adalah statistik uji t. Pengujian Homogenitas Varians dapat dilihat pada lampiran 14. 4.3 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media Swishmax dengan yang menggunakan media PowerPoint. Pengujian hipotesis dilakukan setelah melakukan uji normalitas data dan uji homogenitas varians pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
77 Berdasarkan perhitungan yang diperoleh t hitung = 3,677 dan ttabel = 2,009 untuk dk = (n1 + n2-2) = 50 dan taraf nyata α = 0,05. Karena thitung > ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 16. Kurva Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Berdasarkan gambar kurva di atas dapat dilihat bahwa daerah penerimaan hipotesis H1 tepatnya berada pada daerah dengan nilai 3,677 sesuai dengan harga t hitung yang didapatkan. Namun karena harga t hitung lebih besar dari harga t tabel yaitu 3,677 > 2,009 maka daerah penerimaan hipotesis H1 dapat dimulai dari nilai 2,009 hingga 3,677. Penolakkan hipotesis H0 tentu saja menyebabkan hipotesis H1 diterima dan hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media Swishmax dengan yang menggunakan media PowerPoint. Pengujian Hipotesis dapat dilihat pada lampiran 15.
78 4.4 Pembahasan Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 4 Gorontalo yang memiliki beberapa permasalahan seperti kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran dikarenakan kurangnya media pendukung yang dimiliki oleh SMA Negeri 4 Gorontalo, sehingga hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran geografi belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal 75% sesuai dengan ketetapan yang ada disekolah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi siswa dalam belajar yang dikarenakan oleh perasaan jenuh setiap kali mata pelajaran geografi disampaikan dengan menggunakan media PowerPoint yang hanya berupa gambar diam dan disertai dengan tulisan-tulisan yang merupakan penjelasan dari gambar yang ditampilkan. Selain itu media PowerPoint masih membutuhkan suara guru dalam menyalurkan pesan yang dimaksudkan oleh media PowerPoint sehingga perhatian siswa terbagi pada media PowerPoint dan pada guru. Melalui hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 4 Gorontalo dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media Swishmax dengan yang menggunakan media PowerPoint pada materi atmosfer. Materi atmosfer dipilih sebagai materi yang akan dipadukan dengan media pembelajaran animasi karena konsepnya yang sesuai dengan karakteristik dan penggunaan dari media pembelajaran animasi Swishmax dan PowerPoint itu sendiri.
79 Kesesuaian media pembelajaran animasi Swishmax dalam menyalurkan materi atmosfer dianggap sesuai oleh peneliti karena materi atmosfer memiliki berbagai pokok bahasan yang membutuhkan penjelasan yang lebih intensif bila hanya dijelaskan melalui media seperti chart yang dianggap kurang menarik perhatian siswa, sehingga materi atmosfer disajikan dalam bentuk media pembelajaran animasi Swishmax dan PowerPoint. Beberapa pokok bahasan pada materi atmosfer yang membutuhkan penjelasan lebih intensif melalui media pembelajaran animasi menurut peneliti adalah lapisan atmosfer, cuaca, iklim dan klasifikasi iklim. Berbagai pokok bahasan tersebut akan disajikan dalam bentuk animasi melalui media Swishmax dan media PowerPoint yang telah dirancang oleh peneliti. Namun nantinya pada hasil yang dihasilkan oleh kedua media tersebut terdapat perbedaan dikarenakan keunggulan yang dimiliki oleh media Swishmax. Hasil yang dihasilkan oleh media Swishmax memiliki Timeline yang memungkinkan peneliti mengatur jarak waktu antar animasi, sehingga lebih menarik bila dibandingkan dengan media PowerPoint yang tidak memiliki Timeline. Pada media Swishmax, materi atmosfer dirancang menjadi animasi-animasi yang menarik dan dilengkapi dengan suara/audio dari peneliti, sedangkan untuk media PowerPoint dirancang pula menjadi animasi-animasi yang menarik sesuai dengan animasi yang berada dalam custom animation PowerPoint sehingga animasi yang dihasilkan pun terbatas dan pergerakan dari animasi hanya terdiri dari tiga jenis yaitu fast, medium dan slow.
80 Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yaitu bulan Mei hingga Juni tahun pelajaran 2012/2013 di kelas X-6 sebagai kelas yang mendapatkan perlakuan penggunaan media pembelajaran animasi Swishmax dan kelas X-2 sebagai kelas yang mendapatkan perlakuan penggunaan media pembelajaran animasi PowerPoint pada materi atmosfer. Sebelum peneliti melakukan penelitian di sekolah SMA Negeri 4 Gorontalo, segala perangkat berupa instrument yang dibutuhkan ketika pelaksanaan penelitian yang telah dibuat oleh peneliti seperti instrument tes, RPP, LKS dan Media pembelajaran animasi perlu di uji validitasnya oleh dosen yang telah dipercayakan oleh pembimbing sebagai tim validator. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat keselarasan antara instrument yang satu dengan lainnya sehingga ketika pelaksanaan penelitian nanti, peneliti tidak akan mengalami kesulitan yang berarti. Adapun maksud lain dari uji validitas instrument ini adalah seperti pada RPP, tim validator akan memeriksa apakah susunan dari RPP yang telah dibuat oleh peneliti sesuai dengan kaidah penyusunan RPP yang semestinya, baik dari segi penulisan, bahasa yang digunakan, kesesuaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan indikator serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh peneliti. Selain itu keselarasan antara tes hasil belajar yang digunakan nantinya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sehingga penelitian yang akan dilaksanakan tercapai dengan sempurna. Penentuan skor pada setiap butir soal yang tertera didalam kisi-kisi maupun marking scheme haruslah disesuaikan pula dengan tingkat kognitif
81 yang akan diteliti, yaitu C4 haruslah lebih tinggi nilainya bila dibandingkan dengan C3 dan seterusnya hingga soal yang berindikasikan C1. Setelah semua perangkat telah disetujui dan dianggap valid oleh tim validator, maka peneliti melanjutkan penelitian yang tentu saja setelah persetujuan dari pembimbing. Sebelum soal diberikan pada sampel, terlebih dahulu dilakukan pengujian instrument tes yang dimaksudkan untuk menguji kualitas dari instrument penelitian yang digunakan pada kelas diluar sampel yaitu kelas X-5. Setelah pengujian soal telah dilaksanakan dan diperiksa validitas maupun realibilitasnya, maka selanjutnya peneliti menghitung taraf kesulitan dari setiap butir soal yang telah dikerjakan oleh siswa kelas X-5. Taraf kesulitan ini dilakukan untuk mengukur tingkat kesukaran atau kesulitan yang dimiliki oleh setiap butir soal yang ada dalam tes menurut siswa kelas X-5 yang sudah pernah mendapatkan materi atmosfer sebelumnya. Sesuai dengan tabel 6 yang ada, dapat dilihat bahwa terdapat 1 butir soal sukar (7,69%), 7 butir soal sedang (53,85%) dan 5 butir soal mudah (38,46%) menurut skor dari hasil belajar yang didapatkan oleh seluruh siswa kelas X-5. Berdasarkan hasil dari taraf kesukaran yang telah didapatkan dapat disimpulkan bahwa siswa merasa kesulitan untuk menjawab soal nomor 13 karena butir soal ini memiliki taraf kesukaran paling terkecil yaitu 0,103. Tidak jauh berbeda dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum mendapatkan perlakuan, siswa pada kedua kelas ini merasa kesulitan untuk menjawab soal nomor 13 karena memiliki taraf kesukaran paling terkecil yaitu kurang dari 0,3 sehingga dikatakan
82 sebagai soal dengan indeks tingkat kesukaran yang sangat sukar. Hal ini dapat dilihat dari pengujian taraf kesukaran yang dilakukan pada kelas eksperimen mendapatkan nilai sebesar 0,02 dan untuk kelas kontrol mendapatkan nilai sebesar 0,017. Namun setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan, tingkat taraf kesukaran untuk soal nomor 13 berubah menjadi 0,44 untuk kelas eksperimen dengan kriteria interpretasi sedang, dan untuk kelas kontrol mendapatkan nilai sebesar 0,099 dengan kriteria interpretasi sukar. Soal nomor 13 merupakan butir soal C4 yang merupakan soal tingkat analisis siswa akan manfaat pengklasifikasian iklim fisis. Pada soal ini siswa dapat menjawab beberapa jenis iklim fisis disertai dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh iklim tersebut, namun sedikit siswa yang dapat menjawab dengan baik dan benar secara keseluruhan. untuk interpretasi sedang yang dimiliki oleh soal nomor 2, 3, 4, 5, 9, 10 dan 12 dapat dilihat dari jawaban siswa yang menjawab benar dan disertai pula dengan siswa yang menghampiri jawaban yang benar. Namun untuk soal yang memiliki interpretasi mudah dimiliki oleh soal nomor 6 dengan taraf kesukaran sebesar 0,995 yang menghampiri nilai 1. Apabila suatu taraf kesukaran soal mencapai nilai 1 maka soal tersebut dapat dijawab dengan benar oleh seluruh siswa dalam kelas. Butir soal ini merupakan soal pada tingkat C2 yang merupakan tingkat pemahaman siswa akan perbedaan antara cuaca dan iklim. Pengujian taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada lampiran 8.
83 Selain itu untuk secara keseluruhan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan pada jawaban siswa di kelas eksperimen sebelum diberikan perlakuan, terdapat 8 butir soal sukar (61,54%) dan 5 butir soal sedang (38,46%), sedangkan setelah dilakukan perlakuan, terdapat 7 butir soal sedang (53,85%) dan 6 butir soal mudah (46,15%). Melalui hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebelum mendapatkan perlakuan siswa di kelas eksperimen merasa sulit untuk mengerjakan 8 butir soal pada tes yang diberikan oleh peneliti, namun ketika setelah mendapatkan perlakuan, siswa sudah tidak merasa kesulitan lagi dalam mengerjakan soal tersebut. Berbeda dengan kelas kontrol, melalui perhitungan yang dilakukan pada jawaban siswa sebelum diberikan perlakuan, terdapat 11 butir soal sukar (84,62%) dan 2 butir soal sedang (15,38%), sedangkan setelah silakukan perlakuan, terdapat 3 butir soal sukar (23,08%), 9 butir soal sedang (69,23%) dan 1 butir soal mudah (7,69%) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebelum mendapatkan perlakuan siswa di kelas kontrol merasa sulit untuk mengerjakan soal pada butir 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12 dan 13, namun setelah mendapatkan perlakuan taraf kesukaran dari soal tersebut berubah menjadi meningkat sehingga terlihat dari kedua kelas tersebut bahwa terdapat peningkatan dalam mengerjakan setiap butir soal pada tes berdasarkan perhitungan taraf kesukarannya. Jika ditinjau sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa pada kedua kelas baik eksperimen maupun kontrol masih jauh dari nilai kriteria ketuntasan minimal 75%. Namun setelah diberikan perlakuan
84 kepada kedua kelas, terlebih pada kelas eksperimen tampak jelas bahwa siswa begitu antusias mengamati serta menyimak materi atmosfer yang telah disajikan oleh peneliti. Perhatian siswa ini tidak luput dari keunikan yang ditampilkan oleh media Swishmax yang telah didesain sedemikian rupa oleh peneliti sehingga dapat meminimalisir ketidakperhatian siswa akan media pembelajaran yang sering digunakan oleh guru. Keunggulan dari media Swishmax dalam menyampaikan materi atmosfer dapat dilihat dari kemajuan hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa setelah mendapatkan perlakuan. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan nilai rata-rata siswa di kelas eksperimen pada saat mengerjakan soal untuk pertama kalinya yang hanya mendapatkan nilai sebesar 42,80%. Namun setelah mendapatkan perlakuan, nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat dengan nilai sebesar 63,50%. Salah satu contoh menariknya media Swishmax ini adalah siswa tampak begitu tertarik dan antusias dalam belajar materi atmosfer pokok bahasan cuaca dan iklim sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa pada soal yang membahas tentang cuaca dan iklim mengalami kemajuan yang tinggi dibandingkan sebelum mendapatkan perlakuan. Terlebih lagi pada peningkatan hasil belajar yang diperlihatkan
oleh
siswa
dalam
menjawab
soal
yang
berkaitan
dengan
mengklasifikasikan iklim fisis yang memiliki kategori sukar sesuai perhitungan dari pengujian taraf kesukaran yang dilakukan.
85 Melalui perhitungan taraf kesukaran yang dilakukan terlihat bahwa pada awalnya siswa merasa kesulitan menjawab pertanyaan tentang mengklasifikasikan iklim fisis berdasarkan ciri-cirinya. Jawaban dari siswa di kelas eksperimen maupun kelas kontrol ini begitu minim dan bahkan terdapat beberapa siswa yang tidak mampu menjawab soal ini. Salah satu contoh jawaban siswa sebelum mendapatkan perlakuan tersebut adalah iklim laut memiliki suhu yang rendah, banyak awan dan sering terjadinya hujan, iklim darat terjadi hujan yang sedikit, iklim dataran tinggi memiliki udara yang lembab dan iklim gunung berada didaerah yang sedang. Sedangkan setelah mendapatkan perlakuan, jawaban siswa tersebut adalah iklim laut berada di daerah tropis, sub tropis dan daerah sedang dengan ciri-ciri suhu rata-rata tahunan rendah, memiliki suhu yang rendah,banyak awan dan sering terjadinya hujan lebat, iklim darat memiliki curah hujan yang sedikit, iklim dataran tinggi memiliki udara yang lembab dan jarang turun hujan dan iklim gunung berada didaerah yang sedang dan banyak turun salju. Walaupun jawaban ini belum sempurna, akan tetapi sudah menghampiri jawaban yang benar untuk iklim laut, iklim darat dan iklim dataran tinggi. Sedangkan untuk iklim gunung masih terdapat kekurangan karena jawaban yang tepat adalah iklim gunung terdapat di daerah sedang, hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sering kali turun hujan salju yang banyak. Namun untuk siswa lainnya tidak dapat menjawab soal tersebut ketika sebelum mendapatkan perlakuan. Tetapi ketika
86 setelah mendapatkan perlakuan mereka dapat menjawab soal tersebut walaupun belum sempurna. Melalui hasil jawaban yang dituliskan oleh siswa, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa siswa merasa kesulitan menjawab pertanyaan tentang pokok bahasan klasifikasi iklim sehingga perlu adanya perlakuan dengan menggunakan media pembelajaran seperti Swishmax . Keunggulan lain yang diperlihatkan oleh media ini terlihat pada pelaksanaan pembelajaran yang mana selama media pembelajaran animasi Swishmax dijalankan perhatian siswa tertuju pada media tersebut seperti sedang melihat video pembelajaran, karena media Swishmax memiliki kelebihan dalam menyajikan suara/audio tentang penjelasan materi Atmosfer yang ditampilkan sehingga siswa perhatian siswa terpusat pada media pembelajaran tersebut. Berbeda dengan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas kontrol yang menggunakan media pembelajaran PowerPoint, melalui hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan aspek perhatian dan keaktifan, tampak perhatian siswa tidak fokus pada media PowerPoint yang disajikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh guru yang menjelaskan materi Atmosfer turut serta menarik perhatian siswa sehingga selama penyajian media pembelajaran animasi PowerPoint, perhatian siswa terbagi pada media PowerPoint dan guru sekaligus. Namun apabila dicermati melalui pengamatan yang ada bahwa siswa cenderung lebih memperhatikan peneliti yang bertindak sebagai guru didalam kelas bila dibandingkan dengan media
87 PowerPoint yang menyajikan materi Atmosfer. Tetapi walaupun perhatian siswa tidak fokus pada media pembelajaran yang disajikan oleh guru, kemajuan hasil belajar tetap diperlihatkan oleh kelas kontrol sebagaimana dilihat dari perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. Kemajuan hasil belajar siswa pada kelas kontrol sejatinya tidak sebesar kemajuan hasil belajar yang diperlihatkan oleh kelas eksperimen, akan tetapi tetap saja terjadi peningkatan walaupun hanya sebesar 0,24%. Berdasarkan gambar 13 dan gambar 15 dapat dilihat bahwa baik rata-rata nilai hasil belajar, kemajuan hasil belajar siswa dan tipe hasil belajar C1, C2, C3 dan C4 untuk kelas eksperimen jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol dengan selisih rata-rata kemajuan hasil belajar sebesar 0,27%. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Apabila di kelas eksperimen guru membiarkan siswa yang menyimak secara langsung animasi yang telah didesain oleh guru tanpa membutuhkan tenaga guru (suara) dalam menyampaikan materi sehingga siswa dapat mengkontruksi sendiri pengetahuannya, sedangkan untuk kelas kontrol guru masih menyampaikan materi kepada siswa karena media animasi yang dihasilkan oleh PowerPoint tidak memiliki suara berupa penjelasan dari materi yang telah di desain oleh guru melalui media PowerPoint. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran animasi Swishmax pada kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol dan mempengaruhi hasil belajar siswa sehingga hipotesis yang telah dirumuskan yaitu “Terdapat
88 perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media Swishmax dengan yang menggunakan media PowerPoint” dapat diterima. Hal ini sesuai dengan pengujian hipotesis yang dilakukan setelah melakukan pengujian normalitas dan homogenitas yaitu berdasarkan perhitungan yang diperoleh t hitung yang lebih besar dari ttabel. Menurut uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika t hitung > atau ttabel sesuai dengan hipotesis statistiknya, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Ternyata berdasarkan perhitungan yang diperoleh bahwa t hitung > ttabel (3,677 > 2,009), dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak. Kesimpulannya adalah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan media Swishmax dengan kelas yang menggunakan media PowerPoint. Mengacu dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka terdapat beberapa hal yang dapat peneliti rekomendasikan yaitu : 1. Perlunya menggunakan media pembelajaran animasi seperti animasi Swishmax dalam kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan respon siswa agar lebih antusias dalam belajar didalam kelas karena selama menggunakan media pembelajaran animasi Swishmax, siswa lebih senang sehingga mereka aktif didalam kelas. 2. Perlunya kesesuaian antara media pembelajaran yang digunakan didalam kelas dengan materi yang akan diajarkan selama kegiatan belajar mengajar sehingga penggunaan media pembelajaran tepat sasaran.
89 3. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan media pembelajaran ini dengan kreasi dan inovasi yang baru sehingga hasil penelitian lebih baik dari penelitian sebelumnya.