62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di dua desa yaitu Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.
4.1.1. Desa Cisolok Desa Cisolok merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 330 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wangun sari b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cikahuripan d. Sebelah Timurberbatasan dengan Desa Karang Papak Rata-rata Suhu udara di Desa Cisolok adalah 27-33 C, dengan curah hujan 3000-3300 mm/thn.Desa Cisolok berpenduduk 5.265 orang dengan pembagian 2.622 Laki-laki dan 2.643 perempuan, dan dibagi menjadi 1.403 KK.Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai wiraswasta dan petani.
63
4.1.2 Desa Sirnaresmi Desa Sirnaresmi merupakan desa yang mempunyai luas wilayah 4.917 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sirnagalih b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cicadas c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cihamerang Rata-rata Suhu udara di Desa Sirnaresmi adalah 27-30 C, Desa Cisolok berpenduduk 5.313 orang dengan pembagian 2.619 Laki-laki dan 2.694 perempuan, dan dibagi menjadi 1.537 KK. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kondisi sarana dan prasarana perhubungan di Desa Sirnaresmi kurang baik, karena sebagian besar jalan belum diaspal dan berbatu, sehingga bila musim hujan tiba, akan mengalami gangguan kelancaran transportasi karena jalannya becek yang berpengaruh terhadap kelancaran roda pengangkutan hasil pertanian ke pasar yang memberikan dampak perekonomian kepada masyarakatnya. Secara resmi agama yang dianut oleh penduduknya adalah Agama Islam, Namun demikian kita masih akan menemukan pemberian sesajian pada Dewi Sri.
64
4.1.3. Pemerintahan desa. Dalam mengkaji masalah pemerintahan di Kecamatan Cisolok di fokuskan pada pemerintahan desa. Hal ini sejalan dengan sasaran penelitian yang ingin mengungkapkan hubungan antara kepemimpinan Kepala Desa dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Pemerintah desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa atau lebih sering disebut Kades. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Desa oleh seorang Sekretaris desa dan 4 orang Kepala Urusan. Selain itu, secara hirarkis Kepala Desa membawahi kepala dusun. Adapun Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa adalah sebagai berikut:
Kepala Desa Sekretaris Desa
Bendahara
Ka. Urusan Pembangunan
Ka.Urusan Ekbang
Ka.Urusan Kesos
Kepala Dusun
Gambar 4.1. Struktur Pemerintahan Desa
Ka. Urusan Trantib
65
Susunan Struktur organisasi Pemerintahan Desa ialah Kepala Desa, sekretaris desa, kepala-kepala urusan, bendahara dan kepala dusun. 1. Tugas pokok A. Kepala Desa : Kepala
Desa
mempunyai
tugas
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; Kepala desa menjalankan tugas di samping berdasarkan kewenangan jabatan, juga berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama antara Pemerintah
Desa
dan
Badan
Permusyawaratan
Desa.
B. Sekretaris Desa : Membantu Kepala Desa di bidang pembinaan administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepada seluruh perangkat Pemerintah Desa dan masyarakat; Mewakili Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan; Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa; C. Kepala Urusan Kepala Urusan mempunyai tugas pokok membantu kepala desa menjalankan kegiatan sesuai dengan urusan yang dibidanginya. Kepala urusan pembangunan membidangi urusan kependudukan dan pertanahan Kepala urusan Ekonomi pembangunan membidangi urusan ekonomi
66
dan pembangunan, Kepala urusan kesejahteraan sosial membidangi urusan kesejahteraan dan sosial Kepala urusan trantib membidangi urusan barang-barang inventaris desa juga keamanan dan ketertiban D. Bendahara : Mengadministrasikan yang berkaitan dengan keuangan desa Memberikan laporan kepada kepala desa E. Kepala Dusun : membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan rw dan rt diwilayah kerjanya Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa
4.2. Pengumpulan Data Dalam penelitian di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok, diambil sampel sebanyak 318 KK dan 312 KK. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden dapat dilihat melalui klasifikasi dan penggelompokan identitas responden sebagaimana yang terdapat
67
pada instrumen penelitian. Dipandang sangat penting untuk dipaparkan karena dimungkinkan bahwa setiap responden memiliki refleksi dan apresiasi yang berbeda. Perbedaan setiap responden dalam memberikan pernyataan sikap atas pertayaan dari data yang disampikan relatif terkait erat dengan latar belakang masing-masing responden baik tentang tingkat pendidikan, usia, mata pencaharian, dan lain-lain. Penelitian ini pada prinsipnya terdiri dari dua variabel vang terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat.Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu tentang variabel penelitian, maka yang menjadi variabel bebas yaitu Kepemimpinan Kepala Desa (X), serta variabel terikat adalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y).Secara internal, setiap variabel dibangun dari beberapa dimensi dan indikator. Dalam Bab III telah dikemukakan bahwa untuk memperoleh data kuntitatif, peneliti menggunkan daftar pertanyaan (angket), dimana keseluruhan variabel masing-masing terdiri dari 10 pertayaan untuk variabel X dan 9 pertanyaan untuk variabel Y, sehingga jumlah pertanyaan untuk kedua variabel adalah 19 butir pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan, responden memilih lima altematif jawaban yang disediakan, dengan penentuan skor yaitu : (1) sangat tinggi, (2) tinggi, (3) sedang, (4) rendah, (5) sangat rendah. Setelah angket diedarkan kepada responden, distribusi jawaban atas kuesioner penelitian untuk setiap variabel dapat dilihat dalam lampiran pada tesis ini. Untuk keperluan analisis distribusi jawaban responden disederhanakan dalam
68
bentuk tabel (X) dan (Y).
4.2.1 Uji Validitas Uji Validitas bertujuan untuk menguji sejauh mana kevalidan dari suatu alat ukur. Dengan menggunakan rumus teknik “Korelasi Produk Moment", korelasi antara setiap pertanyaan dengan skor total dihitung, untuk mengetahui pertanyaan-pertanyaan mana yang valid dan yang tidak valid. Untuk pertanyaan yang tidak sahih selanjutnya dibuang, dan untuk pertanyaan yang valid dilanjutkan pada tahap selanjutnya. Pengujian validitas dengan menggunakan rumus korelasi Pearson yang dihitung melalui persamaan berikut : n
n
n
xi y i i 1
r n
n i 1
dimana: r Xi Yi XiYi
yi
i 1
2 i
xi i 1
i 1
2
n
x
n
xi n
n
yi2
n i 1
yi i 1
= Angka Korelasi = Skor Pertanyaan (ke-j) = Skor Total (responden ke-i = Skor pertanyaan (ke-j) kall Skor total (ke-i)
Selanjutnya "Angka Korelasi" yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai korelasi yang diperoleh dari tabel korelasi nilai- r, dengan derajat bebas (n - 2), dan taraf signifikansi yang dipilih, Bila angka korelasi yang diperoleh berdasarkan perhitungan nilainya lebih besar dari angka korelasi dari tabel, maka pertanyaan dikatakan valid, dan bila angka korelasi di bawah nilai korelasi dari tabel, maka pertanyaan dikatakan tidak valid Dengan Menggunakan Program SPSS 21, maka didapatkan hasil uji
69
validasi seperti yang terdapat pada table dibawah ini : Tabel 4.1 Uji Validasi Variable Kepemimpinan (x) Desa Cisolok No
Nomor Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Butir Pertanyaan 1 Butir Pertanyaan 2 Butir Pertanyaan 3 Butir Pertanyaan 4 Butir Pertanyaan 5 Butir Pertanyaan 6 Butir Pertanyaan 7 Butir Pertanyaan 8 Butir Pertanyaan 9 Butir Pertanyaan 10
Nilai Korelasi (r-hitung) 0.600 0.408 0.764 0.547 0.734 0.748 0.765 0.538 0.744 0.751
Nilai r-tabel
Keterangan
0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.2 Uji Validasi Variable Partisipasi Masyarakat (Y) desa Cisolok
No
Nomor Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Butir Pertanyaan 1 Butir Pertanyaan 2 Butir Pertanyaan 3 Butir Pertanyaan 4 Butir Pertanyaan 5 Butir Pertanyaan 6 Butir Pertanyaan 7 Butir Pertanyaan 8 Butir Pertanyaan 9
Nilai Korelasi (r-hitung) 0.672 0.670 0.815 0.706 0.432 0.677 0.402 0.793 0.526
Nilai r-tabel
Keterangan
0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan table, maka dapat terlihat bahwa semua hasil uji korelasi (r-hitung) dibandingkan dengan nilai r-tabel, nilai r-hitung lebih besar daripada nilai r-tabel. Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan sudah valid atau sahih, maka selanjutnya dilakukan uji Reliabilitas.
70
Tabel 4.3 Uji Validasi Variable Kepemimpinan (x) Desa Sirnaresmi No
Nomor Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Butir Pertanyaan 1 Butir Pertanyaan 2 Butir Pertanyaan 3 Butir Pertanyaan 4 Butir Pertanyaan 5 Butir Pertanyaan 6 Butir Pertanyaan 7 Butir Pertanyaan 8 Butir Pertanyaan 9 Butir Pertanyaan 10
Nilai Korelasi (r-hitung) 0.642 0.482 0.503 0.658 0.647 0.522 0.497 0.486 0.669 0.658
Nilai r-tabel
Keterangan
0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tabel 4.4 Uji Validasi Variable Partisipasi Masyarakat (Y) Desa Sirnaresmi No
Nomor Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Butir Pertanyaan 1 Butir Pertanyaan 2 Butir Pertanyaan 3 Butir Pertanyaan 4 Butir Pertanyaan 5 Butir Pertanyaan 6 Butir Pertanyaan 7 Butir Pertanyaan 8 Butir Pertanyaan 9
Nilai Korelasi (r-hitung) 0.780 0.400 0.769 0.427 0.487 0.708 0.551 0.691 0.667
Nilai r-tabel
Keterangan
0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Berdasarkan table, maka dapat terlihat bahwa semua hasil uji korelasi (r-hitung) dibandingkan dengan nilai r-tabel, nilai r-hitung lebih besar daripada nilai r-tabel. Hal itu menunjukkan bahwa pernyataan sudah valid atau sahih, maka selanjutnya dilakukan uji Reliabilitas.
71
4.2.2 Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Dengan kata lain bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat pengukur tersebut digunakan dua kali, untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperbolehkan relatif konsisten. Teknik perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teknik Belah Dua. Cara yang dilakukan berikut: 1. Membagi item yang valid menjadi dua belahan, dalam penelitian cara yang diambil adalah berdasarkan nomor ganjil-genap. Nomor ganjil belahan pertama dan nomor genap belahan kedua. 2. Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden, yaitu skor total belahan pertama dan skor total belahan kedua. 3. Mengkorelasikan skor belahan pertama dengan skor belahan kedua dengan menggunakan teknik korelasi produk moment. 4. Mencari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah, dengan cara mengoreksi angka korelasi yang diperoleh dengan memasukannya ke dalam rumus sebagai berikut:
rtot Keterangan: r.tot r.n
2 rn 1 rn
= Angka Reliabilitas Keseluruhan Item. = Angka Korelasi Belahan Pertama dan belahan Kedua.
72
Dalam menghitung reliabilitas, rumus untuk menghitung korelasi antar belahan genap dan ganjil digunakan rumus korelasi Pearson. Suatu instrument dikatakan reliable bila koefesien reliabilitasnya minimal 0.6
No
Nama Desa
1 Cisolok 2 3 Sirnaresmi 4
Tabel 4.5 Uji Reliabilitas Variable Nilat Koefesien Reliabilitas Kepemimpinan 0.983 (X) Partisipasi 0.952 Masyarakat (Y) Kepemimpinan 0.891 (X) Partisipasi 0.964 Masyarakat (Y)
Nilai minimal
Keterangan
0.6
Reliabel
0.6
Reliabel
0.6
Reliabel
0.6
Reliabel
Berdasarkan 4.12, maka terlihat bahwa setiap variable adalah dinyatakan reliable . Berdasarkan uji Validitas dan Reliabilitas, bahwa semua pertanyaan dinyatakan valid dan reliable, maka instrument dapat digunakan untuk pengumpulan dalam rangka pengumpulan data.
4.2.3 Hasil Penelitian Variabel Kepemimpinan Kepala Desa. Hasil penelitian dalam lampiran tesis ini dapat dijabarkan kepada penyebaran jawaban dari 312 responden untuk desa cisolok dan 318 untuk desa sirnaresmi. Hasil dari angket ini diperlukan untuk mendapatkan data untuk menganalisis variable kepemimpinan (X). Variable ini dijabarkan ke dalam 4 dimensi. Dimensi tersebut adalah idealized
influence,
inspirational
motivation, intelectual stimulation, individualized consideration. Dari
73
keempat dimensi tersebut, masing-masing dijabarkan lagi ke dalam indicator-indikator yang dapat diukur. 4.2.3.1 Dimensi idealized influence (X1) Tabel 4.6 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Dimensi idealized influence (X1) Skor (S) 5 4 3 2 1 Jml
Pertanyaan 1 F 13 83 183 24 9 312
2 % 4.17% 26.60% 58.65% 7.69% 2.88% 100.00%
F 17 72 133 84 6 312
% 5.45% 23.08% 42.63% 26.92% 1.92% 100.00%
∑F
%
R
30 155 316 108 15 624
4.81% 24.84% 50.64% 17.31% 2.40% 100.00%
4 2 1 3 5
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel 4.13, hasil jawaban responden terhadap dimensi idealized influence (X 1 ) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 1 dan 2, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 50.64 %. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 24.84 %. Tabel 4.11 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi Terhadap Dimensi idealized influence (X1) Skor (S) 5 4 3 2 1 Jml
Pertanyaan 1 F 23 111 124 52 8 318
% 7.23% 34.91% 38.99% 16.35% 2.52% 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
2 F 18 46 142 99 13 318
% 5.66% 14.47% 44.65% 31.13% 4.09% 100.00%
∑F
%
R
41 157 266 151 21 636
6.45% 24.69% 41.82% 23.74% 3.30% 100.00%
4 2 1 3 5
74
hasil jawaban responden terhadap dimensi idealized influence (X 1 ) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 1 dan 2, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 41.82%. Dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 24.69%.
4.2.3.2 Dimensi inspirational motivation (X2) Tabel 4.7 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Dimensi inspirational motivation (X2) Pertanyaan Skor ∑F % 5 3 4 (S) F % F % F % 5 11 3.53% 7 2.24% 17 5.45% 35 3.74% 4 71 22.76% 48 15.38% 28 8.97% 147 15.71% 3 156 50.00% 150 48.08% 134 42.95% 440 47.01% 2 56 17.95% 74 23.72% 112 35.90% 242 25.85% 1 18 5.77% 33 10.58% 21 6.73% 72 7.69% Jm 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00 936 100.00% l % Sumber : diolah dari kuesioner 2013
R 4 3 1 2 5
hasil jawaban responden terhadap dimensi inspirational motivation (X 2 ) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 3, 4, dan 5, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 47.01%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 25.85%. Tabel 4.13 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi Terhadap Dimensi inspirational motivation (X2) Pertanyaan Skor ∑F % 5 3 4 (S) F % F % F % 5 24 7.55% 49 15.41% 23 7.23% 96 10.06% 4 91 28.62% 22 6.92% 79 24.84% 192 20.13% 3 124 38.99% 181 56.92% 176 55.35% 481 50.42% 2 74 23.27% 62 19.50% 33 10.38% 169 17.71% 1 5 1.57% 4 1.26% 7 2.20% 16 1.68% Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00% Sumber : diolah dari kuesioner 2013
R 4 2 1 3 5
75
hasil jawaban responden terhadap dimensi inspirational motivation (X 2 ) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 3, 4, dan 5, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 50.42%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 20.13%.
4.2.3.3 Dimensi intelectual stimulation(X3) Tabel 4.8 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Dimensi intelectual stimulation(X3) Skor (S) 5 4 3 2 1 Jml
6 F 9 45 158 90 10 312
% 2.88% 14.42% 50.64% 28.85% 3.21% 100.00%
Pertanyaan 7 F % 15 4.81% 26 8.33% 141 45.19% 109 34.94% 21 6.73% 312 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
F 11 43 104 149 5 312
8
∑F
%
R
% 3.53% 13.78% 33.33% 47.76% 1.60% 100.00 %
35 114 403 348 36 936
3.74% 12.18% 43.06% 37.18% 3.85% 100.00%
4 3 1 2 5
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi intelectual stimulation(X3) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 6, 7, dan 8, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 43.06 %. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 37.18 %. Tabel 4.9 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi Terhadap Dimensi intelectual stimulation(X3) Pertanyaan Skor ∑F % 8 6 7 (S) F % F % F % 5 19 5.97% 24 7.55% 17 5.35% 60 6.29% 4 45 14.15% 39 12.26% 48 15.09% 132 13.84% 3 163 51.26% 167 52.52% 94 29.56% 424 44.44% 2 82 25.79% 75 23.58% 134 42.14% 291 30.50% 1 9 2.83% 13 4.09% 25 7.86% 47 4.93% Jm 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00% l Sumber : diolah dari kuesioner 2013
R 4 3 1 2 5
76
hasil jawaban responden terhadap dimensi intelectual stimulation(X3) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 6, 7, dan 8, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 44.44 %. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 30.50%.
4.2.3.4. Dimensi individualized consideration(X4) Tabel 4.10 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Dimensi individualized consideration (X4) Pertanyaan Skor ∑F % 9 10 (S) F % F % 5 10 3.21% 15 4.81% 25 4.01% 4 47 15.06% 54 17.31% 101 16.19% 3 130 41.67% 119 38.14% 249 39.90% 2 98 31.41% 93 29.81% 191 30.61% 1 27 8.65% 31 9.94% 58 9.29% Jml 312 100.00% 312 100.00% 624 100.00%
R 5 3 1 2 4
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi individualized consideration (X4) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 9, dan 10, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 39.90 %. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 30.61%. Tabel 4.11 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi Terhadap Dimensi individualized consideration (X4) Pertanyaan Skor ∑F % 9 10 (S) F % F % 5 21 6.60% 20 6.29% 41 6.45% 4 176 55.35% 116 36.48% 292 45.91% 3 60 18.87% 130 40.88% 190 29.87% 2 42 13.21% 40 12.58% 82 12.89% 1 19 5.97% 12 3.77% 31 4.87% Jml 318 100.00% 318 100.00% 636 100.00% Sumber : diolah dari kuesioner 2013
R 4 1 2 3 5
77
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi individualized consideration (X4) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 9, dan 10, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 45.91%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 29.87%.
4.2.4. Variabel Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y). Hasil penelitian dalam lampiran tesis ini dapat dijabarkan kepada penyebaran jawaban dari 312 responden untuk desa cisolok dan 318 untuk desa sirnaresmi. Hasil dari angket ini diperlukan untuk mendapatkan data untuk menganalisis variable Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Y). Variable ini dijabarkan ke dalam 3 dimensi. Dimensi tersebut adalah partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan Dari keempat dimensi tersebut, masing-masing dijabarkan lagi ke dalam indicator-indikator yang dapat diukur.
4.2.4.1. Dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1).
Skor (S) 5 4 3 2 1
F 12 60 173 43 24 J 312
Tabel 4.12 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Partisipasi dalam perencanaan (Y1). Pertanyaan ∑F % 13 11 12 % F % F % 3.85% 10 3.21% 15 4.81% 37 3.95% 19.23% 47 15.06% 45 14.42% 152 16.24% 55.45% 126 40.38% 119 38.14% 418 44.66% 13.78% 110 35.26% 96 30.77% 249 26.60% 7.69% 19 6.09% 37 11.86% 80 8.55% 100.00% 312 100.00% 312 100.00% 936 100.00%
ml Sumber : diolah dari kuesioner 2013
R 4 3 1 2 5
78
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 11, 12, dan 13, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 44.66%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 26.60%.
Skor (S) 5 4 3 2 1 Jml
Tabel 4.13 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi Terhadap Partisipasi dalam perencanaan (Y1). Pertanyaan ∑F % 13 11 12 F % F % F % 13 4.09% 25 7.86% 41 12.89% 79 8.28% 173 54.40% 82 25.79% 101 31.76% 356 37.32% 98 30.82% 154 48.43% 117 36.79% 369 38.68% 30 9.43% 46 14.47% 53 16.67% 129 13.52% 4 1.26% 11 3.46% 6 1.89% 21 2.20% 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
R 4 2 1 3 5
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 11, 12, dan 13, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 38.68%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 37.33%.
4.2.4.2. Dimensi Partisipasi dalam pelaksanaan(Y2). Tabel 4.14 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2). Skor (S) 5 4 3 2 1 Jml
F 14 72 104 97 25 312
Pertanyaan 14 15 % F % 4.49% 20 6.41% 23.08% 47 15.06% 33.33% 173 55.45% 31.09% 61 19.55% 8.01% 11 3.53% 100.00% 312 100.00%
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
16
F % 13 4.09% 45 14.15% 127 39.94% 102 32.08% 31 9.75% 318 100.00%
∑F
%
47 4.99% 164 17.41% 404 42.89% 260 27.60% 67 7.11% 942 100.00%
R 5 3 1 2 4
79
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 14, 15 dan 16, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 42.89%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 sebesar 27.60%. Tabel 4.15 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sirnaresmi Terhadap Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2). Pertanyaan Skor ∑F % 16 14 15 (S) F % F % F % 5 31 9.75% 22 6.92% 36 11.32% 89 9.33% 4 107 33.65% 103 32.39% 97 30.50% 307 32.18% 3 121 38.05% 87 27.36% 122 38.36% 330 34.59% 2 47 14.78% 85 26.73% 48 15.09% 180 18.87% 1 12 3.77% 21 6.60% 15 4.72% 48 5.03% Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
R 4 2 1 3 5
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam pelaksanaan (Y2) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 14, 15 dan 16, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 34.59%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 32.18%. 4.2.4.3.
Partisipasi
dalam
Partisipasi
dalam
Pelestarian
hasil
pembangunan (Y3). Tabel 4.16 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Cisolok Terhadap Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3). Pertanyaan Skor ∑F % 19 17 18 (S) F % F % F % 5 54 17.31% 46 14.74% 14 4.49% 114 12.18% 4 147 47.12% 128 41.03% 74 23.72% 349 37.29% 3 65 20.83% 105 33.65% 113 36.22% 283 30.24% 2 36 11.54% 31 9.94% 92 29.49% 159 16.99% 1 10 3.21% 2 0.64% 19 6.09% 31 3.31% J 312 100.00% 312 100.00% 312 100.00% 936 100.00% ml Sumber : diolah dari kuesioner 2013
R 4 1 2 3 5
80
Dari tabel, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3) di Desa Cisolok yang tergambar pada butir pertanyaan 17, 18 dan 19, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 37.29%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 30.24%. Tabel 4.17 Distribusi Skor Jawaban Responden di Desa Sinaresmi Terhadap Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3). Pertanyaan Skor ∑F % 19 17 18 (S) F % F % F % 5 78 24.53% 63 19.81% 38 11.95% 179 18.76% 4 112 35.22% 132 41.51% 103 32.39% 347 36.37% 3 65 20.44% 71 22.33% 116 36.48% 252 26.42% 2 56 17.61% 48 15.09% 49 15.41% 153 16.04% 1 7 2.20% 4 1.26% 12 3.77% 23 2.41% Jml 318 100.00% 318 100.00% 318 100.00% 954 100.00%
R 3 1 2 4 5
Sumber : diolah dari kuesioner 2013
Dari tabel 4.17, hasil jawaban responden terhadap dimensi Partisipasi dalam pelestarian hasil pembangunan (Y3) di Desa Sirnaresmi yang tergambar pada butir pertanyaan 17, 18 dan 19, jawaban yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 sebesar 36.37%. Yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 sebesar 26.42%.
4.3. Pengujian Hipotesis Analisis distribusi frekuensi jawaban responden menurut perolehan skor dari variabel kepemimpinan Kepala Desa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa sebagaimana yang telah diuraikan hanya dapat memberikan
81
informasi pendahuluan bahwa distribusi proporsi pada variabel X dan Y, selanjutnya untuk mengetahui dan menguji kepastian apakah antar variabel terdapat pengaruh, berikut ini akan dianalisis kedua variabel tersebut secara statistik menurut hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diajukan oleh peneliti. Untuk memeriksa apakah ada hubungan antara variabel X dan Y digunakan korelasi Produk Momen.
4.3.1. Koefisien Korelasi dari Variabel X ke Variabel Y Untuk memeriksa tingkat keeratan hubungan antara variabel X dengan variabel Y, dengan tingkat pengukuran interval, maka Sugiyono (2011:206) menyatakan bahwa untuk menguji hipotesis asosiatif
bila datanya berbentuk
interval atau ratio, digunakan Korelasi Produk Momen. Pengujian ini untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variable independen dengan satu variable dependen. Pendapat tersebut bila dirumuskan dalam bentuk persamaan metematik adalah sebagai berikut : n
n
n
xi y i
xi
i 1
r n
n x dimana: i 1 r Xi Yi XiYi
n
yi
i 1 2
n 2 i
xi i 1
i 1 n
n
yi2
n i 1
yi i 1
= Angka Korelasi = Skor Pertanyaan (ke-i) = Skor Total (responden ke-i) = Skor pertanyaan (ke-i) kall Skor total (ke-i)
Dengan menghitung menggunakan program SPSS 21, maka didapat kofesien
82
korelasi untuk desa Cisolok adalah 0.761, sedangkan Desa Sirnaresmi adalah 0,601. Hasil perhitungan korelasi diatas menunjukkan bahwa korelasi Variabel X dan Variable Y untuk Desa Cisolok adalah tergolong Erat (High Correlation) sedangkan Desa Sirnaresmi tergolong Agak Erat (Moderate). Berdasarkan hasil pengujian keeratan hubungan variabel di atas dan dikaitkan dengan kenyataan di lokasi penelitian dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kepala Desa di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok turut berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, atau dengan kata lain bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan baik apabila ditunjang dengan kepemimpinan Kepala Desa yang baik pula
4.3.2. Koefisien Determinasi Analisa determinasi ditujukan untuk mengetahui besamya persentase pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dalam hal ini, Al Rasyid (1994 : 47) menyatakan bahwa : Menarik kesimpulan mengenai keeratan hubungan antara variabel X dan variabel Y semata-mata didasarkan pada harga r, kurang memberikan keterangan.keterangan akan diperoleh lebih baik apabila kesimpulan keeratan didasarkan pada koefisien determinan.
Disamping
itu,
aturan
Guilford
hanya
membantu
dalam
mengimplementasikan tinggi rendahnya tingkat korelasi antara Y terhadap X, tetapi kurang memberikan penjelasan mengenai seberapa besar persentase perubahan-perubahan Y dipengaruhi oleh X. Oleh karenanya analisis determinasi dapat menjelaskan hal itu.
83
Sejalan dengan itu maka analisis korelasi akan dilanjutkan dengan analisis determinasi. Nilai koefisien determinasi adalah r2 menurut Nugroho (1990 : 452) "koefisien determinasi (coefficient of determination) diberi lam bang r2, yaitu koefisien yang menunjukan (to determine = menceritakan berapa besar peranan faktor X dalam menentukan besar Y)”. Sesuai perhitungan dalam penelitian ini, diketahui koefesien korelasi untuk desa Cisolok adalah 0.761 maka koefisien determinasi (r)2 = (0,761)2 adalah 0,5791. Untuk mengetahui persentase dilakukan dengan cara : 0,5791 x 100 % = 57,91 %. Dengan demikian maka dapat pula diketahui berapa persen pengaruh variabel lain diluar variabel X terhadap variabel Y. Apabila variabel atau faktor-faktor lain diberi simbol Z, maka perhitungannya sebagai berikut : Z = 1 - r2 Z = 1 - 0,5791 Z = 0,4209 Bila dipresentasikan berarti pengaruh variabel atau faktor-faktor lain (yang tidak
diteliti
dalam
penelitian)
terhadap
variabel
Y
adalah
sebesar 0,4209 x 100 % = 42,09 %. Dengan menggunakan cara yang sama, didapat koefesien determinasi untuk Desa Sirnaresmi adalah 0,3612, sedang Znya sebesar 0,6388. Tabel 4.18 Hasil Uji Korelasi dan uji determinasi No 1 2
Nama Desa Cisolok Sirnaresmi
Nilai Uji Korelasi (r) 0.761 0.601
Nilai koefesien determinasi (r2) 0.5791 0.3612
Nilai koefesien lainnya (Z) 0.4209 0.6388
84
4.3.3. Uji Signifikansi (Kemaknaan) Dari pengujian korelasi diatas, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif antara kepemimpinan dengan partisipasi masyarakat di Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi, Tetapi nilai korelasi tersebut belum bisa diinterpretasikan, oleh karena itu perlu dilakukan uji signifikansi. Menurut Siagian (2011 : 245) bahwa : "apakah harga koefesien korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka perlu diuji dulu siginifikansinya". Oleh karena itu hasil atau koefisien korelasi tersebut belum dapat diinterpretasikan sebelum dilakukan uji signifikansi. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah dengan menggunakan Statistik uji :
t=r
n 2 1 rs 2
Keterangan : t = t hitung r = koefisien korelasi n = jumlah sampel Hasil perhitungan tes signifikansi ini, kemudian dikonsumsikan dengan nilai t tabel pada tabel distribusi studen t, degree of freedom atau df n – 2, tingkat signifikansi untuk tes satu sisi, (one tailed test) α = 0,05 (tingkat kpercayaan) 95% dengan ketentuan : 1. H1 : thitung > ttabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak, atau ada hubungan signifikan antara variabel X dan Y. 2. H0 : thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, atau tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y.
85
Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat t-hitung untuk desa Cisolok Adalah 20.653, sedangkan t-tabelnya adalah 1,659, karena t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, Artinya koefisien korelasi (r) sebesar 0.761 yang diperoleh meialui penelitian terhadap sampel, adalah signifikan. Sehingga dapat digeneralisirkan untuk populasi dimana sampel diambil Dengan menggunakan rumus diatas, maka didapat t-hitung untuk desa Sirnaresmi Adalah 13,367, sedangkan t-tabelnya adalah 1,659, karena t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, Artinya koefisien korelasi (r) sebesar 0.601 yang diperoleh meialui penelitian terhadap sampel, adalah signifikan. Sehingga dapat digeneralisirkan untuk populasi dimana sampel diambil. Tabel 4.19 Hasil Uji signifikansi nilai Korelasi No 1 2
Nama Desa Cisolok Sirnaresmi
4.3.4.
Nilai Uji Korelasi (r) 0.761 0.601
Nilai t-hitung 20.653 13,367
Nilai t-tabel 1,659 1,659
Keterangan Signifikan Signifikan
Analisis Regresi Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
hubungan kausal yang dipakai untuk menguji hubungan sebab akibat antara kepemimpinan terhadap partisipasi masyarakat. Untuk menguji hipotesis ada tidaknya hubungan (pattern of relation) antara Y dan X dan berapa besar perubahan pada Y apabila X berubah maka digunakan analisis Regresi.
86
Adapun analisis regresi yang digunakan untuk memprediksi hubungan keterpengaruhan antara dua variabel tersebut, ditetapkan dengan menggunakan rumus persamaan regresi sederhana yakni : Y=a+bX Keterangan : a b X Y n
: : : : :
Nilai Konstanta Koefisien regresi. Nilai variabel bebas. Nilai variabel terikat Jumlah responden
Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus : α = Y – bx n n
Yi
i 1
XiYi b
n
Xi i 1
n
i 1
2
n
Xi
n
Xi
2
i 1
i 1
n
Keterangan : a = koefisien intercep b = koefisien regresi Xi = nilai variabel bebas Yi = nilai variabel tergantung n = jumlah sampel
Dengan perhitungan menggunakan program SPSS 21, maka didapat persamaan regresi linear untuk desa Cisolok Adalah Y=5.976+0.791X sedangkan untuk desa Sirnaresmi adalah Y= 11.074+0.594X Sebagai
langkah
akhir
dari
perhitungan
perolehan
hubungan
keterpengaruhan kedua variabel penelitian, maka penarikan kesimpulan koefisien
87
regresi dilaksanakan dengan pengujian koefesien regresi tersebut dengan rumus sebagai berikut :
t = Se( )
; df
=n–2
b ; df t = Se(b) = n – 2
1. H1 : thitung > ttabel berarti H1 diterima dan H0 ditolak, signifikan 2. H0 : thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 tidak signifikan. dimana :
Syx 2
X2
1 n
Xi
Xi n
2
se (α) =
n
Syx 2 n i 1
2
n
Xi
sb (b1) =
2
2
Xi i 1
Dengan menggunakan Rumus diatas, maka didapat nilai T-hitung untuk Desa Cisolok adalah 25.9318, apabila dibandingkan dengan t-tabel (1,659) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sedangkan untuk desa Sirnaresmi, didapat thitungnya adalah 17.06975 apabila dibandingkan dengan t-tabel (1,659) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga hasil dari pengujian ini bersifat signifikan.
88
4.4.
Pembahasan
4.4.1.Dimensi idealized influence (X1) Dimensi Pengaruh Ideal (idealized influence) adalah digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus memercayainya, dan mempunyai visi yang jelas sehingga para pengikutnya mau mengambil resiko dalam pencapaian tujuan. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dimensi idealized influence dalam variable kepemimpinan, maka digunakan 2 (dua) item untuk mengukurnya. Kedua item itu adalah : Teladan dan Visi. Dari table diatas, maka dapat dilihat, secara umum untuk Desa Cisolok, Desa Sirnaresmi, pada dimensi idealized influence sebagian besar menjawab pada kategori dengan skor 3 (cukup). Pada item 1 untuk indicator keteladanan kepala desa, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (58.65%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (26.60%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempun yai skor 3 (38.99%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (34.91%), Dari hasil kuisioner diatas, dapat terlihat bahwa kepala desa di desa cisolok dan desa Sirnaresmi,
menurut
masyarakatnya
masing-masing,
sudah
cukup
memberikan teladan, bahkan cenderung baik, karena seperti yang terlihat pada table, bahwa yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4. Kepala
Desa
sebagai
penggerak
dan
mediator
pembangunan
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan setiap
89
program pembangunan, oleh karena itu kepala desa harus menjadi teladan didepan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai panutan yang bisa diikuti yang dengan sendirinya akan mempermudah dalam proses kepemimpinan sebagai kepala desa. Menurut Siagian (2010 : 105) menyatakan bahwa : Efektivitas kepemimpinan seseorang akan lebih besar lagi apabila keteladanannya tiak hanya tercermin dalam kehidupan organisasionalnya, akan tetapi juga dalam kehidupan pribadinya, seperti kehidupan keluarga yang harmonis, gaya hidup yang sesuai dengan kemampuan dengan memperhitungkan keadaan lingkungan dan kepekan terhadap kondisi social sekitarnya. Keteladanan sangat penting karena yang dipimpinnya sesunggunya melihat criterion yang sangat sederhana saja, tetapi mempunyai makna yang mendalam, yaitu : keteladanan seseorang terlihat dari apa yang dilakukan oleh seseorang dan bukan apa yang dikatakannya.
Dari penjelasan keteladanan diatas, maka ketika seseorang sudah dipilih menjadi seorang pemimpin desa, sesungguhnya bukan hanya sekedar pejabat yang sedang melaksanakan tugas, tetapi disampng itu seorang kepala desa juga harus dijadikan panutan oleh masyarakat sehingga apa yang diinstruksikan oleh kepala desa mejadi lebih didengar dan diikuti oleh masyarakat. Di kedua desa yang dilakukan penelitian, kepala desa mempunyai track record yang dianggap baik oleh masyarakat, kepala desa mampu menjadi teladan di desanya, tutur katanya santun dan apabila sedang ada di tempat mudah untuk ditemui tanpa harus merasakan ada jarak antara kepala desa dan masyarakat, kemudian belum ada perbuatan mereka yang dianggap aib oleh masyarakat, sehingga berdasarkan contoh-contoh diatas, masyarakat mengangap masih dianggap cukup baik. Apabila memang mereka mempunyai track record yang kurang baik, maka agak sulit mereka bisa
90
dipilih secara langsung oleh masyarakat. Tetapi kekurangannya memang kepala desa agak jarang ada di tempat,sehingga agak sulit ditemui. Oleh karena itu, untuk hal ini nampaknya kepala desa harus lebih baik lagi. Pada item yang kedua tentang visi kepala desa, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (42.63%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 (26.92%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (44.65%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2 (31.13%), artinya masyarakat di kedua desa menganggap sudah cukup, dengan adanya visi dan misi kepala desa di kantor kepala desa, maka menurut masyarakat dianggap sudah mempunyai visi. Selain teladan (yang ditunjukkan pada item nomor 1), seorang kepala desa harus mempunyai visi bagaimana pembangunan desa ke depan, juga harus bisa mengkomunikasikan visi tersebut kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa mengetahui dan mengikuti kemana arah pembangunan desa ke depan. Visi merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena dengan jelasnya visi seorang pemimpin maka akan dapat dijadikan rujukan oleh bawahanny. Menurut Bennis (2003:30) yang menyatakan bahwa : Visi adalah penciptaan focus, dimana setiap orang senantiasa berorientasi pada apa yang ingin dicapai. Visi yang disampaikan oleh sorang pemimpin harus membangun kepercayaan disertai keyakinan yang dipimpinnya bahwa mereka mampu melaksanakan tindakan atau kegiatan tugas dan fungsinya. Visi yang digagas oleh seorang pemimpin harus mampu memberikan inspirasi bagi tumbuhnya visi tersebut, artinya visi diketahui, dipahami dan dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Kepemimpinan kepala desa harus mampu merumuskan visi organisasi yang
91
dipimpinnya, kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat, sehingga visi tersebut diketahui dan diyakini oleh sebagian masyarakat. Karena itu visi merupakan mimpi atau cita-cita dari seorang pemimpin atas organisasi yang dipimpinya dalam kurun waktu tertentu. Visi lahir dari filosofi atau nilai-nlai yang diaut dan diyakini oleh kepemimpinan seseorang, kemuidan visi itu dijabarkan melalui misi yang memuat langkah-langkah strategis untuk mewujudkan visi tersebut.. Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi idealized influence ini, dikarenakan masih banyak ruang yang bisa dilakukan oleh seorang kepala desa untuk meningkatkannya. Seperti misalnya mendiskusikan kembali bersama-sama masyarakat mengenai visi kepala desa dan apa saja sasaran-sasaran yang ingin dicapai, sehingga setelah sasaran disepakati, maka akan mempermudah dalam penyusunan program-program desa kedepan. Selain itu keteladanan perlu kembali ditingkatkan, karena sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh siagian, bahwa dengan keteladanan yang baik ketika menjadi seorang kepala yang sedang desa menjalankan tugasnya ataupun dalam kehidupan sehari-hari diluar tugas jabatannya, maka seorang kepala desa akan lebih mudah menggerakkan masyarakan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, karena masyarakat akan melihat dan percaya bahwa segala tindakan kepala desa adalah untuk kepentingan masyarakat.
92
4.4.2. Dimensi inspirational motivation (X2) Motivasi adalah pendorong (penggerak) yang ada dalam diri seseorang untuk bertindak. Konsep motivasi dalam berbagai literature seringkali ditekankan pada rangsangan yang muncul dari seseorang baik dari dalam (motivasi intrinsic), maupun dari luar (motivasi ekstrinsik). Dalam penelitian ini ditekankannya pada aspek motivasi yang datangnya dari luar yaitu factor kepemimpinan. Dari pemimpin itu diharapkan muncul sesuatu yang sifatnya inspirasional yang bisa menginspirasikan untuk memberikan motivasi terhadap masyarakat sehingga tujuan pembangunan bisa tercapai. Dalam dimensi inspirational motivation ini, pemimpin digambarkan sebagai
pemimpin yang mampu meningkatkan
menularkan semangatnya dan mendemonstasikan komitmennya untuk pencapaian tujuan. Dalam dimensi inspirational motivation ini, seorang pemimpin digambarkan sebagai pemimpin yang mampu meningkatkan motivasi dan mendemonstasikan komitmennya untuk pencapaian tujuan Dalam penelitian ini, Dimensi inspirational motivation diukur melalui indicator-indikator yaitu semangat, penghargaan dan komitmen Dari item nomor 3 yaitu semangat, untuk Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (50.00%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 4 (22.76%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (38.99%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (28.62%), dari hasil jawaban kuisioner, maka dapat terlihat bahwa di desa cisolok dan desa Sirnaresmi kepala desanya dianggap cukup mampu menularkan semangatnya kepada masyarakatnya. Fakta di lapangan
93
memang menunjukan Kepala Desa Cisolok dan Kepala Desa Sirnaresmi, walaupun tidak terlalu sering, tetapi kadang-kadang suka mengajak langsung kepada masyarakat desa terutama sekitar kantor desa untuk melakukan kegiatan yang telah diprogramkan di desanya, seperti misalnya kerja bakti untuk perbaikan jalan, ketika memang si kepala desa sudah bersemangat, maka mau tidak mau masyarakat jadi ikut semangat untuk turun. Tapi memang hal ini perlu di tingkatkan lagi, agar kepala desa lebih sering untuk turun langsung ke kegiatan, karena dengan begitu maka masyarakat akan dengan sangat mudah digerakkan untuk ikut turun dalam kegiatan. Item nomor 4 yaitu penghargaan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (48.08%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (23.72%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (56.92%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2 (19.50%). Dari hasil kuisioner diatas terlihat bahwa kepala desa, baik di Kepala Desa Cisolok ataupun Kepala Desa Sirnaresmi, dalam pemberian penghargaan masih berada dalam kategori cukup (3), hal ini terjadi karena kepala desa tidak terlalu sering memantau langsung ke lapangan, sehingga kepala desa tidak dapat memantau siapa-siapa saja yang aktif dalam kegiatan sehingga kepala desa dapat memberikan reward untuk warga yang memang terlibat aktif untuk mengikuti kegiatan. Masyarakat tidak selalu memerlukan materi untuk diberikan penghargaannya, dengan adanya perhatian kepala desa dalam memantau kegiatan dan memberikan bahasa yang baik dalam memberikan penghargaan, masyarakat sudah cukup terhargai tetang apa yang mereka kerjakan.
94
Item nomor 5 yaitu komitmen, dari table 4.15 dan 4.16, terlihat komposisi jawaban dimana Desa Cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (42.95%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (35.90%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (55.35%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (24.84%). Dari hasil diatas dapat terlihat bahwa Kepala Desa Sirnaresmi mempunyai komitmen yang lebih kuat dalam pencapaian tujuan pembangunan yang telah disepakati bersama daripada Kepala Desa Cisolok. Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi inspirational motivation ini,masih banyak hal yang bias dilakukan. Seperti misalnya
memberikan
penghargaan
kepada
masyarakat
apabila
telah
menyelesaikan tugasnya, baik materi atapun imateri, kemudian kepala desa lebih menunjukan komitmennya dalam pencapaian tujuan pembangunan dengan lebih bersemangat dan lebih sering turun langsung dalam setiap kegiatan pembangunan di desa.
4.4.3. Dimensi intelectual stimulation (X3) Dalam dimensi ini seorang pemimpin digambarkan mampu membimbing dalam menemukan
solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi,
juga
menumbuhkan ide-ide baru dalam menghadapi tantangan ke depan Dalam penelitian ini,, dimensi intelectual stimulation diukur melalui indicator-indikator yaitu bimbingan, solutif, dan inovatif.
95
Item nomor 6 yaitu bimbingan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (50.64%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (28.85%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (51.26%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2 (25.79%). Dari hasil gambaran hasil diatas dapat diketahui bahwa masyarakat memberi persepsi kepada kedua kepala desa pada item ini kurang lebih sama. Hal ini disebabkan karena kepala desa belum terlalu intens dalam mengikuti setiap kegiatan yang terjadi di desa, sehingga masyarakat merasa kepala desa belum terlalu memberikan bimbingan, hal ini ditunjukkan dengan skor yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2. Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), yang mendefinisikan: “Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anakanak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangan berdasarkan norma-norma yang berlaku.” Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Prayitno dan Erman Amti tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan merupakan proses seorang ahli dalam memberikan bantuan terhadap individu atau beberapa individu baik anak-anak, remaja atau orang dewasa agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri serta mandiri sehingga dapat mencapai perkembangan yang optimal dan mencapai kesejahteraan hidup.. Bimbingan merupakan hal yang sangat penting untuk masyarakat. dengan bimbingan masyarakat bisa merasa lebih tenang dalam melaksanakan setiap kegiatan pembangunan, karena dengan bimbingan pulalah
96
masyarakat bisa bertanya bila ada sesuatu yang kurang difahami, bimbingan ini diperlukan agar pembangunan berjalan sesuai dengan apa yang telah diharapkan bersama. Item nomor 7 yaitu solutif,
Desa cisolok masyarakatnya dominan
memilih skor 3 (45.19%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (34.94%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (52.52%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2 (23.58%). Dari hasil kuisioner terlihat bahwa masyarakat di kedua memberikan persepsi cukup terhadap item ini, sehingga bisa dianggap bahwa kedua kepala desa mempunyai nilai yang cukup dalam memberkan solusi terhadap setiap permasalahan yang terjadi di masyarakat. Walaupun apabila dilihat dari kuisioner jawaban masyarakat cenderung tidak terlalu apresiatif penilaiannya terhadap kepala desa pada item ini, terlihat pada skor yang tertinggi kedua adalah yang skor 2. Item nomor 8 yaitu inovatif,
Desa cisolok masyarakatnya dominan
memilih skor 2 (47.76%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 3 (33.33%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (42.14%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 2 (29.56%). Dari nilai di atas dapat dilihat bahwa masyarakat di kedua desa menganggap bahwa kepala desanya kurang memberikan inovasi, hal ini memang terlihat pada fakta dilapangan, bahwa kepala desa pada saat menjalankan jabatannya, masih terpaku terhadap kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, kalaupun ada perubahan atau sesuatu yang baru, kebanyakan memang program
97
baru yang harus dilaksanakan atas perintah dari pemerintahan yang ada diatasnya. Dalam pembangunan, inovasi sangatlah diperlukan, hal ini disebabkan karena zaman terus berkembang sehingga tantangan sosial akan makin beragam, sehingga diperlukan inovasi dari kepemimpinan seorang kepala desa untuk menjawab tantangan tersebut. Menurut Ibrahim (1988:40), inovasi adalah : “suatu ide, barang, kejadian, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil invention ataupun discovery. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu” Definisi diatas menyatakan bahwa inovasi adalah sesuatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang buatan manusia, yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang ataupun sekelompok orang (masyarakat). Hal yang baru tersebut dapat berupa hasil invention ataupun discovery syang dipergunakan untuk pencapaian tujuan tertentu ataupun pemecahan masalah. Invention adalah sesuatu hal yang benar-benar baru dan belum ada sebelumnya, sedangkan discovery adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada tetapi belum diketahui/disadari oleh orang sekitarnya. (Ibrahim, 1988:40). Oleh karena itu kepala desa diharapkan harus bisa lebih berinovasi
utnuk
dapat
menjawab
segala
tantangan
yang ada
dalam
masyarakatnya. Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi intelectual stimulation ini, tetapi memang memerlukan kerja keras dalam meningkatkan persepsi masyarakat dalam dimensi ini. Dalam dimensi ini seorang kepala desa harus lebih meningkatkan keilmuannya tentang pembangunan desa, dan harus bisa melihat lebih menyeluruh setiap permasalahan yang terjadi di desa,
98
dengan keilmuan yang telah di-upgrade, si kepala desa dapat menjadi pembimbing bagi masyarakat desa sehingga dapat mengambil peran sebagai problem solving bagi setiap permasalahan di desa dengan pertimbangan berbagai sudut pandang yang nantinya akan mempermudah dalam penyelesaian suatu masalah.
4.4.4. Dimensi individualized consideration (X4) Dimensi yang keempat adalah dimensi individualized consideration Dalam dimensi ini pemimpin digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya, juga mampu berinteraksi dengan baik dengan orang-orang yang ada disekelilingnya. Dalam penelitian ini dimensi individualized consideration diukur melalui indicator-indkator mendengarkan masukan dan pengambilan keputusan bersama yang hasilnya bisa dilihat pada table 4.19 dan 4.20. Item nomor 9 yaitu mendengarkan masukan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (41.67%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (31.41%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (55.35%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 3 (18.87%). Pada hasil kuisioner diatas, terlihat bahwa kepala desa Sirnaresmi lebih mau mendegarkan masukan dibandingkan dengan kepala desa Cisolok, hal ini dapat terlihat dengnan hasil-hasil keputusan yang terjadi di Desa Cisolok didominasi oleh kepentingan segelintir orang terdekat dengan
99
kepala desa. sehingga masyarakat banyak yang mengangap bahwa kepala desa kurang mendengarkan masukan. Sedangkan untuk desa Sirnaresmi dalam fakta di lapangan masyarakat sebelum memberikan masukan dalam forum resmi, masyarakat sudah lebih dulu sering diajak berdiskusi oleh kepala adat dalam membicarakan berbagai permasalahan desa, sehingga ketika dalam forum resmi setiap keputusan yang diambil didominasi oleh kepala adat dan kepala desa, persepsi masyarakat sudah merupakan hasil dari masukan masyarakat yang telah diinventarisir jauh sebelumnya. Item nomor 10 yaitu pengambilan keputusan bersama,
Desa cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (38.14%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (29.81%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (40.88%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (36.48%). Dari hasil kuisioner diatas, dapat terlihat bahwa kepala Desa Sirnaresmi lebih mempunyai kecenderungan mengedepankan pengambilan keputusan bersama disbanding dengan kepala Desa Cisolok. Hal ini disebabkan perbedaan sudut pandang dari kedua masyarakat tersebut. Masyarakat di Desa Cisolok menganggap bahwa kepala desanya kurang mengedepankan keputusan bersama karena kebanyakan keputusan yang diambil memang selalu berkaitan dengan orang-orang terdekatnya, sehingga pada saat suatu keputusan terjadi, terkadang sebagian masyarakat menganggap itu bukan keputusan bersama. Untuk di desa Sirnaresmi agak berbeda sudut pandangnya, dalam setiap keputusan tentang program pembangunan, hampir selalu didominasi oleh kepala adat, bahkan apabila ada suatu program pemerintah yang tidak sesuai
100
dengan persepsi kepala adat, maka program tersebut dapat ditolak. Tetapi masyarakat sudah menganggap bahwa setiap keputusan yang diambil oleh kepala adat adalah semata-mata untuk kepentingan masyarakat, sehingga masyarakat dapat menerimanya, dan menganggap bahwa keputusan yang diambil pada saat itu merupakan keputusan bersama, memang dalam fakta di lapangan masyarakat sebelum memberikan masukan dalam forum resmi, masyarakat sudah lebih dulu sering
berdiskusi
dengan
kepala
adat
dalam
membicarakan
berbagai
permasalahan desa, sehingga memang keputusan yang diambil kepala adat bersama kepala desa sudah dianggap oleh masyarakat merupakan hasil dari masukan masyarakat. Kepala Desa masih sangat mungkin untuk meningkatkan Dimensi individualized consideration ini, yaitu dengan menjadi kepala desa lebih menjadi pendengar yang baik bagi masyarakatnya dan mengajak seluruh elemen masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan tanpa berat ke elemen tertentu, agar setiap keputusan yang diambil adalah suatu keputusan yang merupakan pencerminan keinginan masyarakat, sehingga nantinya akan lebih mudah menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi dalam pembangunan.
4.4.5. Dimensi Partisipasi dalam perencanaan (Y1) Partisipasi masyarakat secara terpadu (dari partisipasi dalam perencanaan, partisipasi dalam pelaksanaan sampai partisipasi dalam melestarikan hasil pembangunan) merupakan sesuatu hal yang sangat penting utnuk mensukseskan agenda pembangunan, partisipasi masyarakat diperlukan tidak hanya pada
101
pelaksanaan saja, tetapi juga partisipasi mulai dari perencanaan juga sangat diperlukan, agar supaya program yang dilaksanakan di desa merupakan program yang memang dibutuhkan dan diinginkan oleh desa, sehingga apabila masyarakat sudah terlibat aktif dalam partisipasi dalam perencanaan, maka diharapkan pada saat pelaksanaan dan pelestarian hasil pembangunan juga masyarakat dapat terlibat aktif, karena ada rasa memiliki terhadap pembangunan di desa., Kesediaan masyarakat untuk mengambil bagian perencaaan suatu program pembangunan adalah merupakan indikasi adanya kemampuan awal dari masyarakat untuk berkembang
secara
mandiri.
Dalam
hubungannya
dengan
partisipasi,
Tjokroamidjojo (1983 : 207) mengemukakan bahwa : keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Dalam penelitian ini Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator yaitu : Ikut serta dalam perencanaan kegiatan pembangunan, ikut serta dalam perencanaan pembiayaan kegiatan pembangunan, Pemberian saran dan pendapat. Item nomor 11 yaitu Ikut serta dalam perencanaan kegiatan pembangunan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (55.45%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 4 (19.23%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (54.60%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (30.82%). Dari hasil kuisioner diatas, maka dapat terlihat bahwa keikutsertaan dalam kegiatan perencanaan pembangunan masyarakat desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi adalah relative
102
sama. Keikutsertaan masyarakat di kedua desa dalam kategori cukup untuk item ini. Kehadiran masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan merupakan hal yang sangat penting. Karena dengan hadirnya masyarakat dalam perencanaan, maka, bisa menjadi indicator bahwa masyarakat sudah siap dan mau untuk ikut dalam kegiatan pembangunan di desanya. Oleh karena itu, kepala desa harus bisa menangkap setiap keinginan masyarakat, yang apabila telah dilakukan, dengan sendirinya nanti partisipasi masyarakat dalam perencanaan akan meningkat. Item nomor 12 yaitu ikut serta dalam perencanaan pembiayaan kegiatan pembangunan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (40.38%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (35.26%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (48.43%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (25.79%). Dari hasil kuisioner diatas, maka dapat terlihat bahwa keikutsertaan dalam kegiatan perencanaan pembiayaan pembangunan masyarakat Desa Sirnaresmi lebih baik daripada Desa Cisolok, Oleh karena itu, partisipasi masyarakat di desa cisolok harus lebih ditingkatkan lagi, dengan cara kepala desa mengajak semua elemen masyarakat secara langsung dalam perencanaan pembiayaan pembangunan, dan pengambilan keputusannya, sudah berdasarkan kebersamaan dengan semua pihak. Item nomor 13 yaitu pemberian saran dan pendapat, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (38.14%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 (30.77%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (36.79%), dan yang tertinggi kedua
103
adalah yang mempunyai skor 4 (31.76%). Dari hasil kuisioner diatas, dapat terlihat bahwa pemberian saran masyarakat desa Sirnaresmi lebih baik daripada Desa Cisolok. Pemberian saran dalam perencanaan pembangunan sangat baik agar supaya pemerintah tahu apa yang memang dibutuhkan oleh masyarakat desa pada saat itu. Dari kedua desa bisa disimpulkan bahwa mereka cukup rajin dalam memberikan saran dan pendapat, tinggal bagaimana pemerintah desa bisa menangkap gejala ini dengan baik, sehingga terjadi sinergi antara pemerintah dan masyarakat, gejala menurunnya pemberian saran dan pendapat dari masyarakat bisa disebabkan sikap apatis mereka terhadap proses perencanaan pembangunan, karena tidak diakomodirnya pendapat mereka.
4.4.6. Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan (Y2) Pemerintah tidak dapat berdiri sendiri, karena keberadaaan pemerintah bisa ada, dikarenakan adanya masyarakat. Pelaksanaan pembangunan desa tidak bisa diserahkan hanya kepada pemerintah desa saja. Tetapi memang dapat difahami, dalam
ketika
masyarakat
pelaksanaan
tidak
terlalu
antusias
dalam
ikut
serta
pembangunan, mungkin disebabkan karena berbagai
faktor. Menurut Sudriamunawar (2006:56) hal itu terjadi disebabkan oleh : 1. Pembangunan hanya menguntungkan segelintir orang tertentu 2. Maksud dan tujuan program pembangunan tidak dimengerti oleh masyarakat banyak 3. Pembangunan dimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dan masyarakat memahaminya, tetapi cara pelaksanaannya tidak sesuai dengan pemahaman masyarakat. 4. Pembangunan dipahami akan menguntungkan masyarakat, tetapi sejak awal masyarakat tidak diikut sertakan.
104
Sehingga dapat dimaklumi ketika pemerintah desa diindikasikan melakukan hal-hal yang telah ditulis diatas, maka masyarakat akan menarik diri dalam partisipasinya. Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator yaitu : Kesediaan secara fisik, kesediaan secara materiil, dan kesediaan secara moril. Item nomor 14 yaitu Kesediaan secara fisik, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (33.33%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (31.09%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (38.05%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (33.65%). Dari hasil kuisioner diatas dapat diketahui bahwa masyarakat
Sirnaresmi
lebih
mau
berpartisipasi
fisik
dalam
kegiatan
pembangunan dibandingkan desa Cisolok, hal ini disebabkan karena di desa Cisolok sudah mulai skeptic, sebagian masyarakat menganggap bahwa pembangunan hanya untuk kepentingan kelompok tertentu saja atau kepentingan pemerintah saja, walaupun disisi lain ketidakterlibatan secara fisik masyarakat Desa Cisolok bias saja disebabkan oleh berbenturan waktunya dengan kegiatan rutin mereka, seperti misalnya ada pekerjaan di luar desanya. Item
nomor
15
yaitu
Kesediaan
secara
materi,
Desa
cisolok
masyarakatnya dominan memilih skor 3 (55.45%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (19.55%), sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (32.39%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (27.36%). Dari kuisioner diatas dapat diketahui
105
bahwa Desa Sirnaresmi Lebih baik partisipasi materiilnya dibandingkan dengan desa Cisolok. Hal ini disebabkan karena di Desa Sirnaresmi semangat kebersamaannya
masih
tinggi,
juga
semangat
bahwa
setiap
kegiatan
pembangunan adalah untuk kepentingan bersama juga masih tinggi, apalagi ditambah kalau program tersebut didukung penuh oleh kepala adat, maka akan dengan mudah kepala desa untuk menggerakkan masyarakat. Kesediaan materiil tidak selalu harus berkaitan dengan uang, tetapi bisa juga berkaitan dengan pemberian makanan, meminjamkan alat-alat untuk bekerja dan lain-lain. Item nomor 16 yaitu Kesediaan secara moril, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (39.94%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunyai skor 2 (32.08%) , sedangkan untuk Desa Sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (38.36%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 3 (30.50%). Partisipasi masyarakat di desa Sirnaresmi dalam kesediaan secara moril masih lebih baik dari desa Cisolok. Kesediaan moril bisa diwujudkan dengan tidak menghalang-halangi pada saat pelaksanaan, juga ikut memberikan semangat pada saat masyarakat yang lain sedang melaksanakan kegiatan desa.
4.4.7. Dimensi partisipasi dalam dalam Melestarikan hasil pembangunan (Y3) Dimensi partisipasi dalam pelaksanaan diukur melalui indicator-indikator yaitu : memanfaatan hasil pembangunan, menjaga hasil pembangunan, memperbaiki bila ada kerusakan
106
Item nomor 17 yaitu memanfaatan hasil pembangunan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 4 (47.12%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 3 (20.83%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (35.22%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 5 (24.53%). Hal diatas menunjukan bahwa masyarakat di Desa Sirnaresmi dalam memanfaatkan hasil pembangunan masih lebih banyak daripada Desa Cisolok. Antusiasme masyarakat dalam pemanfaatan hasil pembangunan, menunjukan adanya kesesuaian antara program yang dijalankan pemerintahan desa dengan kebutuhan masyarakat, yang menunjukan bahwa kepala desa dapat menangkap kebutuhan masyarakat itu. Item nomor 18 yaitu menjaga hasil pembangunan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 4 (41.03%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 3 (33.65%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 4 (41.51%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 3 (22.33%). Dari hasil kuisioner diatas, keadaan masyarakat Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok relative sama, terlihat bahwa skor yang tertinggi pertama dan kedua, untuk kedua desa hampir sama . Hal ini menunjukan bahwa kedua desa memiliki semangat dalam menjaga hasil pembangunan,
sehingga
bisa
ditarik
kesimpulan
bahwa
ketika
suatu
pembangunan telah bisa diambil manfaatnya oleh masyarakat, maka masyarakat akan dengan sendirinya akan menjaganya, walaupun tidak selalu sesuai dengan keinginannya, tetapi apabila suatu pembangunan tidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, maka masyarakat relative akan tidak terlalu peduli .
107
Item nomor 19 yaitu memperbaiki bila ada kerusakan, Desa cisolok masyarakatnya dominan memilih skor 3 (36.22%), dan yang kedua tertinggi adalah yang mempunya skor 2 (29.49%) , sedangkan untuk desa sirnaresmi, yang tertinggi adalah yang mempunyai skor 3 (36.48%), dan yang tertinggi kedua adalah yang mempunyai skor 4 (32.39%) dari hasil kuisioner diatas dapat terlihat, bahwa keinginan untuk memperbaiki bila ada kerusakan masyarakat Desa Sirnaresmi masih lebih baik dari pada Desa Cisolok. Hal ini terjadi karena rasa memiliki terhadap hasil pembangunan masyarakat Sirnaresmi masih lebih baik daripada masyarakat Cisolok. Hal ini merupakan konsekwensi logis, dimana masyarakat Sirnaresmi dari mulai partisipasi dalam perencanaan sampai pelaksanaan sebagian besar menerima dan mengikutinya, sehingga secara langsung hal ini meningkatkan rasa memiliki terhadap hasil pembangunan.
4.4.8. Pengaruh kepemimpinan terhadap Partisipasi masyarakat Untuk memperoleh dasar argumentasi yang memadai guna menerima atau menolak kausalitas teoritik pengaruh variabel kepemimpinan Kepala Desa terhadap variabel partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, perlu dilakukan analisis untuk membuktikan apakah perubahan nilai Y (partisipasi masyarakat dalam pembangunan) dapat diprediksi oleh perubahan pada nilai X (kepemimpinan Kepala Desa). Jika terbukti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) terhadap variabel Y (partisipasi masyarakat dalam pembangunan). Selanjutnya untuk memperoleh penjelasan mengenai tingkat keeratan
108
hubungan antara variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) dengan variabel Y (partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa), maka perlu dilakukan analisis korelasi.Oleh karena tingkat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval maka digunakan analisis Korelasi Produk Moment. Berdasarkan hasil pengujian analisis statistik, yang telah dilakukan pada pengujian hipotesis pada Bab ini, diperoleh nilai koefisien korelasi Produk Moment untuk desa Cisolok adalah sebesar 0.761, sedangkan Desa Sirnaresmi adalah 0,601. Besamya nilai koefisien korelasi ini, menunjukan adanya pengaruh variabel bebas (independent variabel) terhadap variabel tergantung (dependent variabel). Artinya, berdasarkan hasil analisis uji korelasi tersebut dapat dikatakan bahwa kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Dengan demikian, keadaan yang berkaitan dengan partisipasi
masyarakat
dapat
diterangkan
dengan
jalan
menganalisis
kepemimpinan Kepala Desa. Lebih lanjut, secara statistik langkah uji analisis korelasi tersebut perlu dilanjutkan dengan uji signifikansi. Langkah uji signifikansi, dilakukan dengan maksud untuk menguji apakah pengaruh yang terjadi dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung, terjadi secara signifikansi (bermakna), ataukah hanya terjadi secara kebetulan belaka. Dalam kaitan ini, uji signifikansi yang digunakan adalah uji perbandingan antara nilai t-hitung dengan nilai t-tabel.Nilai yang dihasilkan oleh analisis signifikansi mempunyai nilai signifikan karena thitung lebih besar dari t-tabel. Berdasarkan hasil perhitungan maka nilai t-hitung dalam konteks ini untuk desa Cisolok adalah 20.653, sedangkan Desa Sirnaresmi
109
adalah 13,367 dan nilai t-tabel adalah sebesar 1.659. Dengan demikian hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa nilai t-tabel berada dibawah nilai thitung. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi ini, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung yang meneerminkan koefisien korelasi adalah pengaruh yang signifikan, dan bukan terjadi secara kebetulan. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa pengaruh kepemimpinan Kepala Desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi merupakan pengaruh yang signifikan. Lebih lanjut melalui analisis determinasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh variabel X (kepemimpinan Kepala Desa) terhadap variabel Y (partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa), diperoleh nilai koefisien determinasi untuk Desa Sirnaresmi adalah 0,3612, sedang Z-nya sebesar 0,6388, sedangkan di Desa Cisolok adalah 0.5791 dengan Z-nya sebesar 0,4209. Hasil ini mendeskripsikan bahwa kepemimpinan Kepala Desa mempunyai pengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa di Desa Cisolok dan Desa Sirnaresmi Kecamatan, Cisolok Kabupaten Sukabumi. Analisis regresi dilakukan untuk memperoleh informasi analisis hubungan kausal yang dipakai untuk menguji hubungan sebab akibat antara kepemimpinan terhadap partisipasi masyarakat. Untuk menguji hipotesis ada tidaknya hubungan (pattern of relation) antara Y dan X dan berapa besar perubahan pada Y apabila X berubah Aplikasi metode analisis regresi terhadap data penelitian, secara lengkap dapat dilihat pada pengujian hipotesis diatas didapat persamaan regresi linear
110
untuk untuk desa Cisolok Adalah Y=5.976+0.791X sedangkan untuk desa Sirnaresmi adalah Y= 11.074+0.594X Persamaan ini memberi makna bahwa terdapat pola hubungan yang positif, misalnya dimana perubahan-perubahan pada Y (desa Cisolok) sebesar 0,791 merupakan akibat dari perubahan-perubahan pada nilai X. Artinya jika X = 0 maka nilai Y = 5.976. Dan jika X = 1 maka nilai Y = 6.767 dan seterusnya. Hal ini berarti pertambahan nilai X sebesar satu satuan maka nilai Y akan bertambah sebesar 0,791. Sedangkan desa di Desa Srinaresmi penambahan satu nilai X berarti nilai Y akan bertambah 0.594. Analisis di atas menggambarkan bahwa ada hubungan linier bersifat posistif antara kepemimpinan Kepala Desa dengan partisipasi masyarakat.Hubungan demikian memberi makna bahwa semakin baik kepemimpinan Kepala Desa, maka akan semakin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa Selain hasil analisis statistik itu banyak fakta empiris yang menunjukkan adanya kepemimpinan Kepala Desa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa mempunyai pengaruh, dimana kepemimpinan Kepala Desa berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Tetapi ada factor lain yang memberikan pengaruh selain kepala desa, misalnya oleh kepala adat, ulama setempat, atau orang yang dituakan. Pengaruh kualitas kepemimpinan kepala desa dipengaruhi oleh berbagai faktor baik tingkat pendidikan, pengalaman, maupun proses penyeleksian pada saat pemilihan kepala desa. Kepemimpinan yang sesungguhnya diinginkan oleh masyarakat adalah
111
kepemimpinan yang mampu menggerakan partisipasi masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan oleh masyarakat ataupun oleh Kepala Desa. Berkaitan dengan hal tersebut menurut teori kepemimpinan, Covey (dalam Rivai, 2003 : 156) menyatakan bahwa : pemimpin itu adalah Pathfinding (pencaraian alur), Aligning (penyelaras), Empowering (pemberdaya). Melihat kondisi secara empirik di desa yang dijadikan objek penelitian konsep tersebut diatas masih belum dilaksanakan secara optimal. Sehubungan dengan kedudukan Kepala Desa yang cukup dominan maka Kepala Desa mempunyai peluang untuk menggerakan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Kepala Desa sebagai penggerak dan mediator pembangunan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap keberhasilan setiap program pembangunan, oleh karena itu kepala desa harus menjadi teladan didepan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai panutan yang bisa diikuti yang dengan sendirinya akan mempermudah dalam proses kepemimpinan sebagai kepala desa. Selain keteladanan, seorang kepala desa juga harus mempunyai visi yang jelas dan dikomunikasikan dengan masyarakatnya. Visi merupakan sesuatu hal yang sangat penting, karena dengan jelasnya visi seorang pemimpin maka akan dapat dijadikan rujukan oleh pengikutnya. Visi yang digagas oleh seorang pemimpin harus mampu memberikan inspirasi bagi tumbuhnya visi tersebut, artinya visi diketahui, dipahami dan dijadikan rujukan oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Apabila seorang kepala desa sudah mempunyai visi yang jelas maka akan dengan mudah dalam menentukan
112
langkahnya dalam pencapaian tujuan, dan apabila masyarakat yang dipimpinnya sudah paham maka akan lebih mudah dalam menggerakkannya. Selain hal-hal diatas, seorang kepala desa juga harus dapat menjadi seorang pendengar yang baik. Walaupun memang terkadang menjadi pendengar yang baik bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi seseorang yang karena status, posisi dan wewenangnya basa didengar dan bukan mendengar. Menurut Siagian (2010 : 107), ada sepuluh hal berikut yang diperlukan agar seseorang menjadi pendengar yang efektif : a. Berhentilah bicara karena seseorang tidak dapat mendengarkan dengan baik pada waktu ia bicara b. Timbulkan suasana yang memungkinkan orang yang berbicara melakukannya dalam suasana bebas tanpa diliputi oleh rasa takut. c. Tunjukkan kepada orang yang sedang berbicara bahwa anda ingin mendengarkanhal-hal yang ingin disampaikannya d. Jauhkan hal-hal yang mungkin menjadi distraksi e. Tumbuhkan rasa empati, dalam arti bahwa anada dapat menempatkan diri pada posisi orang yang sedang bicara itu. f. Bersikap sabar dalam arti sediakan waktu yang ckup untuk mendengarkannya dan pendengar hendaknya jangan melakukan interupsi dalam bentuk apapun. g. Pendengar hendaknya jangan emosional, apalagi maah, karena seseorang yang sedang marah akan menginterpretasikan kata-kata orang lain dengan saah atau tidak tepat. h. Pendengar yang baik tidak akan beradu argument dengan pembicaraan dan tidak akan melemparkan kritik terhadap apa yang dikatakannya. Berbuat demikian akan menempatkan pembicara berada pada posisi defensive yang mungkin akan mengakibatkan berhenti bicara. i. Pendengar sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya, untuk kejelasan yang sekalgus berarti ia adalah seorang pendengar yang betul-betul menaruh minat pada hal yang sedang dibicarakan. j. Berhenti bicara, sebagai pedoman pertama dan terakhir untuk menjadi pendengar yang efektif. Dari kedua desa yang diteliti, kepala desa sudah cukup bisa menjadi pendengar yang baik dari apa yang disampaikan oleh masyarakat, tetapi
113
kelemahannya terkadang hasil dengar pendapat tersebut kurang bisa diaplikasikan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh yang berbicara. Seorang kepala desa juga harus mampu memberikan bimbingan kepada masyarakat dan menjadi solusi bagi setiap permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satu ciri dari suatu daerah yang sudah maju dan mandiri adalah terciptanya peranserta masyarakat yang tinggi dalam pelaksanaan pembangunan. Masyarakat makin terbuka dan makin tinggi kesadarannya, serta semakin tanggap dan kritis terhadap segala hal yang menyangkut kehidupannya. Sudriamunawar (2006:54) menyatakan : Bahwa keberhasilan penyelenggaraan pembangunan nasional menuntut adanya partisipasi masyarakat, karena partisipasi masyarakat akan menunjang dalam pengelolaan potensi daerah, sehingga proses pembangunan akan berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna. Secara sederhana, partisipasi masyarakat adalah peran serta atau keikutsertaan masyarakat. Untuk mendorong masyarakat mau berpartisipasi dalam proses pembangunan itu sendiri masih merupakan masalah yang perlu dicari pemecahannya. berpartisipasi;
Mendorong,
bukan
mengharuskan
masyarakat
dalam
Tidak cukup dikatakan bahwa karena pembangunan itu untuk
masyarakat, maka masyarakat akan mengikuti, tetapi seorang kepala desa juga harus mampu menjelaskan arti pentingnya pembangunan dan manfaatnya buat masyarakat.
Pengalaman
pembangunan
membuktikan
bahwa
seringkali
pembangunan yang dikatakan untuk kepentingan rakyat ternyata tidak sesuai dengan harapan rakyat. Kesediaan masyarakat untuk mengambil bagian penyelenggaraan suatu program pembangunan adalah merupakan indikasi adanya modal awal dari
114
masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Dalam hubungannya dengan partisipasi, Tjokroamidjojo (1983 : 207) mengemukakan bahwa : keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tersebut dapat berarti keterlibatan dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Pelaksanaan pembangunan desa akan efektif apabila Kepala Desa mampu menerima, menyerap dan menterjemahkan setiap program pembangunan, baik yang datang dari pemerintah maupun dari masyarakat. Disisi lain program pembangunan yang dilaksanakan mendapat dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi masyarakat harus dartikan secara luas, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, samapai menjaga hasil pembangunan. Sudriamunawar (2006 : 49) menyebutkan bahwa partisipasi masyarakat dalam praktiknya mengandung beberapa pengertian, yaitu : 1. 2. 3.
Keterlibatan dalam proses; penentuan arah strategi dan kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah. Keterlibatan dalam memikul beban dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan. Keterlibatan memetik hasil dan manfaat pembangunan secara adil dan merata.
Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa tidak terlepas dari adanya pemberian kesempatan untuk masyarakat terlibat secara langsung dalam setiap pengambilan keputusan menyangkut program kegiatan dan proyek pembangunan di desa. kemudian dengan apabila keputusan diambil bersama, maka masyarakat akan merasa bertanggung jawab dan akan ikut dalam pelaksanaan kegiatan program desa. Dengan demikian masyarakat akan merasa bahwa hasil pembangunan yang dilaksanakan juga merupakan milik mereka sendiri, sehingga bila dituntut agar masyarakat menjaga hasil tersebut, maka
115
dengan senang hati masyarakat akan menjaganya. Secara emosional orang akan dengan senang hati mau menjaga, memelihara, sesuatu yang mereka buat sendiri. Artinya jika mereka dilibatkan atau terlibat dalam perencanaan sampai pelaksanaan maka besar kemungkinan mereka pun akan dengan sukarela memanfaatkan dan menjaganya. Hanya dengan melibatkan sebanyak mungkin masyarakat sebagai subjek pembangunan maka keberlangsungan {sustainable) dari program kegiatan dan proyek pembangunan desa tersebut dapat terwujud dengan baik. Dan untuk itu sejak awal masyarakat sudah dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatannya. Kalaupun memang itu merupakan program yang langsung dari pemerintah diatasnya Banyak masyarakat yang tidak peduli apakah pemerintah mau melaksanakan pembangunan atau tidak, mereka juga kurang peduli apakah mereka dilibatkan atau tidak. Apa pun penyebabnya semestinya masyarakat tidak boleh menolak untuk ikut memberikan kontribusi dalam pembangunan. Pada saat yang sama pemerintah desa harus mengambil inisiatif untuk menyelesikan masalah tersebut efektif dan efisien. Keterlibatan moral, fisik maupun materi, adalah kepercayaan terhadap pemerintah dapat mengerjakan sesuatu sesuai dengan harapan masyarakat. Harus diakui secara empirik bahwa tingkat kepercayaan masyarakat masih harus ditingkatkan. Ketika masyarakat mempercayakan kepada pemerintah untuk mengelola dana masyarakat ternyata hasilnya terkadang masih tidak sesuai harapan. Konsekuensinya kepercayaan warga masyarakat terhadap pemerintah akan menurun. Apabila pemerintah sudah tidak dapat dipercaya, maka agak sulit
116
bagi pemerintah untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi langsung dalam berbagai program dan proyek pembangunan desa yang berasal dari pemerintah. Pembangunan sebagai bagian dari kegiatan pemerintahan adalah merupakan tanggung jawab antara pemerintah dan yang diperintah. Masyarakat sebagai kelompok terbesar, suka ataupun tidak suka harus tetap bertanggung jawab terhadap seluruh aktivitas pembangunan yang terjadi di wilayahnya. Karena dampak dari semua itu tetap akan terpulang kepada masyarakat. Jika ada sebagian masyarakat hanya dapat berpartisipasi melalui kontribusi biaya maka yang lainnya dapat memberikan kontribusi berupa tenaga atau pemikiran. Setiap pihak harus memahami akan kekurangan dan keterbatasan masing-masing sehingga dapat saling take and give untuk saling melengkapi kekurangan masingmasing, baik itu pemerintah dengan masyarakatnya ataupun anatara suatu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.