BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Pra Siklus Sebelum
dilaksanakan
penelitian,
guru
lebih
banyak
melakukan
pembelajaran dengan menggunakan model konvesional yaitu ceramah. Model konvesional ini lebih berpusat pada guru daripada siswa, guru lebih aktif menerangkan dan menjelaskan materi yang disampaikan dan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas III SDN Sidorejo Lor 06 semester II tahun 2013/2014, pada pembelajaran matematika terlihat bahwa hasil tes siswa masih dirangking bawah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh melalui skor non tes dan skor tes, nampak dari seluruh siswa tidak ada yang tuntas dengan KKM > 65, hal ini didukung oleh skor tertinggi 50, skor terendah 10 dan skor rata-rata yang diperoleh adalah 33,06.
4.1.2 Siklus I Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan materi pecahan sederhana. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan pada siklus I ini terdiri dari dua perencanaan pertemuan yaitu pertemuan I dan pertemuan II. A. Pertemuan I Pada tahap observasi yang dilakukan di SDN Sidorejo Lor 06 Salatiga bekerjasama dengan guru kelas III. Dalam diskusi mengenai materi pembelajaran yang akan diteliti dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka yang dipilih adalah materi pecahan dengan KD mengenal bilangan pecahan sederhana dengan benar. Selanjutnya membuat RPP dengan kegiatan inti sebagai berikut:
37
38
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 orang, 2. Setiap siswa dalam kelompok masing-masing mendapat nomor. 3. Guru memberikan LKS untuk dikerjakan didalam kelompok. 4. Kelompok mendiskusikan jawaban dan tiap anggota dalam timnya dapat mengerjakan dan mengetahui jawabannya. 5. Guru memanggil salah satu nomor tertentu secara acak. 6. Siswa yang dipanggil nomornya maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, kemudian kelompok lain menanggapi dan begiitu seterusnya. Guru perlu mempersiapkan media belajar berupa gambar apel yang dipotong-potong yang dapat menunjang pengetahuan siswa dan benda konkrit lain seperti roti yang dipotong menjadi beberapa bagian. 7. Guru memberi penghargaan 8. Guru memberikan soal tes 9. Guru dan siswa melaksanakan reflleksi pembelajaran
2. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan Pada tahap pelaksanaan dan observasi yang dilakukan pada siklus I ini terdiri dari dua pertemuan, yaitu pertemuan I dan pertemuan II. Dan setiap pertemuan ada 70 menit (2x35 menit) dua jam pelajaran. a. Kegiatan Awal Pada pelaksanaan pertemuan I guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, doa, presensi siswa dan mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Kegiatan inti Semua siswa memperhatikan pertanyaan guru yaitu apakah siswa pernah diberi roti yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian? Kemudian siswa mengamati gambar roti yang dipotong-potong dipapan tulis, dari pengamatan tersebut siswa menyebutkan bagian-bagian potongan roti yang ada dipapan tulis dalam bentuk pecahan. Selanjutnya pelaksanaan
39
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran pembelajaran koperatif tipe NHT dengan membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Tiap siswa mendapat nomor 1-5 yang berbentuk mahkota yang dipakai di kepala masing-masing siswa dalam kelompok. Siswa mendengarkan prosedur mengerjakan tugas kelompok. Siswa bersama kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan guru dalam bentuk soal uraian yang harus diselesaiakan secara bekerjasama dalam kelompok, disamping itu guru juga mendampingi siswa pada saat siswa mengalami kesulitan dalam proses mengerjakan tugas kelompok. Setelah semua siswa pada masing-masing kelompok sudah selesai berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor secara acak untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya kemudian kelompok lain menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh siswa yang membacakan hasil diskusi begitu seterusnya sehingga semua kelompok membacakan hasil diskusi siswa. Kemudian guru memberikan konfirmasi hasil dari pembelajaran siswa dalam bentuk tulisan dan memberikan penghargaan atau umpan balik kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas dengan baik serta memberi pelurusan pemahaman konsep siswa yang salah tangkap terhadap materi dan memberi penguatan. c. Kegiatan penutup Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. Dan mengemukakan materi yang akan dipelajari selanjutnya, kemudian memberikan tindak lanjut berupa PR. Pada tahap pembelajaran siklus I pertemuan I sedang berlangsung, dilaksanakan observasi untuk mengamati jalannya pembelajaran kooperatif tipe NHT dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Lembar observasi berisikan poin-poin yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengamati aktifitas pembelajaran. Hasil observasi tersebut dapat menjadi gambaran guru dan siswa yang menjadi kelemahan atau kelebihannya selama pembelajaran. Siswa masih belum siap dalam mengikuti pembelajaran, siswa masih belum aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, hanya
40
sebagian saja yang aktif dalam proses pembelajaran, siswa sudah cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru. Kelebihan siswa dalam pembelajaran antara lain siswa menanggapi jawaban kelompok lain, beberapa siswa sudah dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, beberapa siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Adapun kekurangan atau kelebihan dalam pertemuan I yang sudah dilakukan. Perbaikan akan dilaksanakan ada pertemuan ke II oleh guru. A. Pertemuan II Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2014 melalui kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan Awal Pada pelaksanaan pertemuan II guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, doa, presensi siswa dan mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah melaksanakan model pembelajaran tipe
NHT yang
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Kegiatan inti Mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan I dengan melakukan tanya jawab. Kemudian guru menjeaskan materi baru yaitu menulis lambang bilangan dan menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar. Guru menanyakan kepada siswa “Apakah pernah disuruh ibu untuk membeli gula di warung?” Banyak siswa yang menjawab
pernah tetapi
ada juga yang tidak. Guru bertanya kembali, “Berapa banyak gula yang dibeli?” siswapun sangat antusias untuk menjawab, ada yang menjabab 1 bungkus, kg, 1 kg dan sebagainya. Kemudian guru mennyampaikan materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan membagi siswa dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5 siswa. Siswa mendengarkan prosedur mengerjakan tugas kelompok. Siswa berdiskusi tentang lambang bilangan pecahan, disamping itu guru juga mendampingi siswa pada saat siswa mengalami kesulitan dalam proses mengerjakan tugas kelompok.
41
Setelah semua siswa pada masing-masing kelompok sudah selesai berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor secara acak untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya kemudian kelompok lain menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh siswa yang membacakan hasil diskusi begitu seterusnya sehingga semua kelompok membacakan hasil diskusi siswa. Kemudian guru memberikan konfirmasi hasil dari pembelajaran siswa dalam bentuk tulisan dan memberikan penghargaan atau umpan balik kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas dengan baik serta memberi pelurusan pemahaman konsep siswa yang salah tangkap terhadap materi dan memberi penguatan. c. Kegiatan penutup Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. Dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi, setelah selesai guru mengucapkan salam penutup. Kegiatan observasi yang dilakukan pada: a. Pertemuan pertama Pada pertemuan pertama ini, pembelajaran berjalan dengan lancar, pada manajemen kelas dan tata tertib kelas diterapkan dengan baik, kelas ditata dengan baik sehingga memudahkan mobilitas, interaksi antar siswa dan komunikasi di dalam kelas. Semua langkah yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan oleh guru dengan baik. Langkah-langkah itu meliputi membentuk kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor, mendapat LKS pecahan sederhana, diskusi mengerjakan LKS dalam kelompok, menerima panggilan nomor tertentu pada setiap kelompok, masingmasing nomor yang dipanggil dalam setiap kelompok melakukan presentasi, sedangkan nomor lain yang tidak dipanggil dalam kelompok memberikan tanggapan, siswa berprestasi menerima penghargaan, mengerjakan butir soal dan melakukan refleksi pembelajaran. Pada pembelajaran diberikan umpan
42
balik terhadap hasil belajar, penghargaan siswa berupa pujian. Sedangkan yang menjadi kelemahan dan hambatan yaitu ada beberapa siswa yang masih ramai sendiri ketika ada kelompok lain maju presentasi sehingga mengganggu teman yang lainnya. Saat berdiskusi, belum semua anggota kelompok ikut andil dalam pengelolaan tugas dan pengaturan waktu belum maksimal. Berdasarkan
kelemahan dalam pembelajaran pada pertemuan pertama,
maka pada pertemuan kedua perlu suatu cara untuk mengatasi permasalahan yang dapat memperbaiki proses pembelajaran. Usaha yang dilakukan adalah dengan berdiskusi dengan guru kelas III mengenai kelemahan-kelemahan selama pembelajaran, hasil diskusi berupa pemberian kesimpulan bersamasama dan pengelolaan waktu yang dikelola dengan baik. b. Pertemuan kedua Dalam proses pembelajaran, dari hasil lembar pengamatan implementasi RPP peneliti sudah melaksanakan semua kegiatan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Seluruh siswa sudah berkonsentrasi dan memperhatikan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran berjalan dengan baik. Waktu dikelola dengan baik, ruangan sudah di persiapkan dengan baik, adanya umpan balik dalam pembelajaran, pemberian penghargaan berupa pujian terhadap siswa. Siswa aktif dalam pembelajaran, aktif dalam kegiatan kelompok, setiap kelompok antusias dalam presentasi di depan kelas. Semua langkah yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan oleh guru dengan baik. Langkah-langkah itu meliputi membentuk kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 siswa, masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor, mendapat LKS pecahan sederhana, diskusi mengerjakan LKS dalam kelompok, menerima panggilan nomor tertentu pada setiap kelompok, masing-masing nomor yang dipanggil dalam setiap kelompok melakukan presentasi, sedangkan nomor lain yang tidak dipanggil dalam kelompok memberikan tanggapan, siswa berprestasi menerima penghargaan, mengerjakan butir soal dan melakukan refleksi pembelajaran.
43
3. Refleksi Berdasarkan hasil observasi, kelemahan dan kekurangan guru dalam mengajar antara lain pengaturan waktu masih perlu diperbaiki. Sedangkan kelebihan guru pada saat mengajar adalah guru sudah lebih siap dan kompeten pembelajaran dan dapat mengarahkan siswa saat diskusi kelompok, tegas saat menegur siswa yang asik sendiri dalam pembelajaran ataupun dalam kegiatan berkelompok. Selama pembelajaran sebagian besar siswa sudah terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan aktif dalamdiskusi kelompok dan presentasi kelompok. Hasil penelitian hasil belajar siswa yang di dapat dari siklus I terdapat 25 siswa (80,65%) dari 31 siswa yang tuntas dan 6 siswa (19,35%) dari 31 siswa belum tuntas belajar, dengan rata-rata kelas 71,96, sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan kekurangan dan hambatan yang terjadi, serta masih ada 19,35% siswa dari 31 siswa yang skornya belum mencapai KKM >65, maka dlakukan perbaikan belajar dan pengoptimalan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, sehingga semua siswa tuntas dan mencapai skor diatas KKM >65. Untuk itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus kedua antara lain dengan cara guru membatasi waktu untuk berdiskusi dalam kelompok dan presentasi kelompok, memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya kerjasama saat berdiskusi, dan sebagai guru perlu menambah ketegasan agar dalam pembelajaran siswa lebih fokus dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan implementasi tindakan, nampak bahwa semua langkah yang ada dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan oleh guru dengan baik. Langkah-langkah itu meliputi membentuk kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor, mendapat LKS pecahan sederhana, diskusi mengerjakan LKS dalam kelompok, menerima panggilan nomor tertentu pada setiap kelompok, masing-masing nomor yang dipanggil dalam setiap kelompok melakukan presentasi, sedangkan nomor lain yang tidak dipanggil dalam
44
kelompok memberikan tanggapan, siswa berprestasi menerima penghargaan, mengerjakan butir soal dan melakukan refleksi pembelajaran.
4.1.3 Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Siklus II pelaksanaannya dilakukan 2 kali pertemuan, kegiatan pembelajaran siklus II ini masih sama dengan siklus I tetapi yang membedakan antara pembelajaran siklus I dan II adalah materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini, guru dan penulis bekerjasama untuk menyiapkan segala sesuatu yang menunjang proses pembelajaran. Praktek pembelajaran dalam siklus II dilakukan dengan materi pecahan sederhana. Siklus II ini dilakukan melalui dua kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut: 2. Pelaksanaan dan Observasi Tindakan A. Pertemuan I a. Kegiatan Awal Pada pelaksanaan pertemuan I guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, doa, presensi siswa dan mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran. Kemudian guru menunjukan potongan pita yang tidak sama panjang, setelah itu siswa dapat melihat serta menjawab pertanyaan dari guru yaitu “Pita manakah yang paling panjang, pita A atau pita B?” siswa menjawab pita A karena pita A lebih panjang dari pita B. Kemudian guru
menyampaikan
tujuan
pembelajaran
dan
langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Kegiatan Inti Semua siswa mengamati pita yang sudah dipotong-potong oleh guru, tetapi panjang pita bebeda-beda. Dari pengamatan tersebut siswa membandingkan potongan pita yang lebih panjang atau lebih pendek dari pita yang lain. Selanjutnya pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
45
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Tiap siswa mendapat nomor 1-5 yang berbentuk mahkota yang
dipakai dikepala masing-masing siswa dalam
kelompok. Siswa mendengarkan prosedur mengerjakan tugas kelompok. Siswa bersama kelompok mendiskusikan tugas yang diberikan guru dalam bentuk soal uraian yang harus diselesaiakan secara bekerjasama dalam kelompok, disamping itu guru juga mendampingi siswa pada saat siswa mengalami kesulitan dalam proses mengerjakan tugas kelompok. Setelah semua siswa pada masing-masing kelompok sudah selesai berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor secara acak untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya kemudian kelompok lain menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh siswa yang membacakan hasil diskusi begitu seterusnya sehingga semua kelompok membacakan hasil diskusi mereka. Kemudian guru memberikan konfirmasi hasil dari pembelajaran siswa dalam bentuk tulisan dan memberikan penghargaan atau umpan balik kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas dengan baik serta memberi pelurusan pemahaman konsep siswa yang salah tangkap terhadap materi dan memberi penguatan. c. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. Dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Mengerjakan soal evaluasi, salam penutup. Pada tahap pembelajaran siklus I pertemuan I sedang berlangsung dilakukan observasi untuk mengamati jalannya pembelajaran kooperatif tipe NHT dari awal hingga akhir pembelajaran dengan mengisi lembar observasi yang sudah disediakan. Lembar observasi berisikan poin-poin yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengamati aktifitas pembelajaran. Hasil observasi tersebut dapat menjadi gambaran guru dan siswa yang menjadi kelemahan atau kelebihannya selama pembelajaran. Siswa masih belum siap dalam mengikuti pembelajaran, siswa masih belum aktif dalam menjawab
46
pertanyaan dari guru, hanya sebagian saja yang aktif dalam proses pembelajaran, siswa sudah cukup baik dalam memperhatikan penjelasan guru. Kelebihan yang diperoleh dari pelaksanaan implementasi tindakan antara lain siswa dapat menanggapi jawaban kelompok lain, beberapa siswa sudah dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan baik, beberapa siswa sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Adapun kekurangan atau kelebihan dalam pertemuan I yang sudah dilakukan. Perbaikan akan dilaksanakan ada pertemuan ke II oleh guru.
B. Pertemuan II a. Kegiatan Awal Pada pelaksanaan pertemuan II guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, doa, presensi siswa dan mengkondisikan siswa siap menerima pelajaran. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. b. Kegiatan Inti Mengulang kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan I dengan melakukan Tanya jawab. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan membagi siswa dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5 orang. Siswa mendengarkan prosedur mengerjakan tugas kelompok. Siswa berdiskusi tentang lambang bilangan pecahan, disamping itu guru juga mendampingi siswa pada saat siswa mengalami kesulitan dalam proses mengerjakan tugas kelompok. Setelah semua siswa pada masing-masing kelompok sudah selesai berdiskusi, guru memanggil salah satu nomor secara acak untuk membacakan hasil diskusi kelompoknya kemudian kelompok lain menanggapi hasil diskusi yang disampaikan oleh siswa yang membacakan hasil diskusi begitu seterusnya sehingga semua kelompok membacakan hasil diskusi mereka. Kemudian guru memberikan konfirmasi hasil dari pembelajaran siswa dalam bentuk tulisan dan memberikan penghargaan atau umpan balik kepada siswa yang
47
telah menyelesaikan tugas dengan baik serta memberi pelurusan pemahaman konsep siswa yang salah tangkap terhadap materi dan memberi penguatan. c. Kegiatan Penutup Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. Dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Mengerjakan soal evaluasi, salam penutup. 3. Observasi a. Pertemuan pertama Pada pertemuan pertama, pembelajaran sudah berjalan lancar. Siswa sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa juga sudah mulai aktif selama pembelajaran yaitu dalam diskusi kelompok dan dalam presentasi di depan kelas. Semua siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Semua langkah yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan oleh guru dengan baik. Langkah-langkah itu meliputi membentuk kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapat nomor, mendapat LKS pecahan sederhana, diskusi mengerjakan LKS dalam kelompok, menerima panggilan nomor tertentu pada setiap kelompok, masingmasing nomor yang dipanggil dalam setiap kelompok melakukan presentasi, sedangkan nomor lain yang tidak dipanggil dalam kelompok memberikan tanggapan, siswa berprestasi menerima penghargaan, mengerjakan butir soal dan melakukan refleksi pembelajaran. b. Pertemuan kedua Pada pertemuan kedua secara keseluruhan semua sudah berjalan dengan baik dan lancar. Siswa sudah bisa berdiskusi berkelompok dengan baik tanpa bermain dengan teman kelompoknya, lancar dalam menerangkan presentasi di depan kelas, aktif dalam pembelajaran, bisa memberikan kesimpulan dengan baik.Semua langkah yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan oleh guru dengan baik. Langkah-langkah itu meliputi membentuk kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Masing-masing siswa
48
dalam kelompok mendapat nomor, mendapat LKS pecahan sederhana, diskusi mengerjakan LKS dalam kelompok, menerima panggilan nomor tertentu pada setiap kelompok, masing-masing nomor yang dipanggil dalam setiap kelompok melakukan presentasi, sedangkan nomor lain yang tidak dipanggil dalam kelompok memberikan tanggapan, siswa berprestasi menerima penghargaan, mengerjakan butir soal dan melakukan refleksi pembelajaran. 4. Refleksi Pada pembelajaran siklus II telah dilaksanakan, selanjutnya diadakan refleksi rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan dengan berdasarkan pengamatan dari observer pada siklus II ini. Observer mengamati aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran siklus II dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Berdasarkan pengamatan dan hasil observasi dari pelaksanaan siklus II, selama proses pembelajaran siswa sudah cukup aktif dibandingkan saat pembelajaran siklus I. Pada mulanya dalam siklus I saat presentasi, masih ada yang bermain, menggoda teman ketika di depan kelas, suaranya pelan-pelan karena takut atau grogi, akan tetapi pada siklus II ini siswa sudah dapat menerangkan presentasi dengan baik, lancar dan suara yang lantang. Berdasarkan hasil analisis hasil belajar di dalam siklus II sebanyak 29 siswa atau dalam persentase 93,55% sudah mencapai KKM >65, sedangkan yang belum mencapai KKM sebanyak 2 siswa (6,45%) dengan skor rata-rata sebesar 87,81 yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar siswa, sehingga tidak perlu dilakukan tindakan pada siklus berikutnya. Hasil pelaksanaan, semua langkah yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT dilaksanakan oleh guru dengan baik. Langkah-langkah itu meliputi membentuk kelompok dan tiap kelompok beranggotakan 5 siswa, masingmasing siswa dalam kelompok mendapat nomor, mendapat LKS pecahan sederhana, diskusi mengerjakan LKS dalam kelompok, menerima panggilan nomor tertentu pada setiap kelompok, masing-masing nomor yang dipanggil dalam setiap kelompok melakukan presentasi, sedangkan nomor lain yang tidak dipanggil dalam kelompok memberikan tanggapan, siswa berprestasi
49
menerima penghargaan, mengerjakan butir soal dan melakukan refleksi pembelajaran.
4.2
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil belajar dalam penelitian yang dilakukan dapat diketahui
keberhasilan melalui proses pembelajaran dari pra siklus sampai dengan siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar. Hasil belajar pra siklus sebelum dilakukan tindakan dalam mata pelajaran matemtika kelas III menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan, pada pembelajaran belum dilakukan tindakan dan skor hasil belajar yang diperoleh hanya dari skor tes saja. Seharusnya hasil belajar diukur dari skor non tes dan skor tes. Oleh karena itu, hasil belajar yang diperoleh pra siklus seluruh siswa tidak tuntas, hal ini nampak pada skor hasil belajar seluruh siswa dibawah KKM >65, dengan skor tertinggi 50, skor terendah 10 dan skor rata-rata yang diperoleh adalah 31,06. Distribusi frekuensi skor hasil belajar siswa siklus I dengan menggunakan model pembelajaran NHT dalam mata pelajaran Matematika kelas III dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar berdasarkan Skor Matematika Siklus I Skor Hasil Belajar ≤ 65 66-75 76-85 86-95 ≥ 96 Total
Frekuensi 6 12 6 3 4 31
Persentase (%) 19,35 38,75 19,35 9,68 12,90 100,03
Sumber. Data primer
Berdasarkan tabel 4.1 hasil belajar siswa kelas III pada siklus I menunjukkan peolehan skor minimal adalah ≤ 65 , skor maksimal adalah 100, sedangkan rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa adalah 91. Siswa yang memperoleh skor terendah pada interval ≤ 65 sebanyak 6 siswa atau 19,35%, sedangkan siswa yang memperoleh skor tertinggi pada interval ≥96 sebanyak 4
50
siswa atau 12,90%. Persebaran distribusi skor hasil belajar dapat disajikan dalam bentuk histogram 4.1 berikut ini.
Sumber. Data primer Gambar 4.1 Diagram Batang Skor Hasil Belajar Matematika Siklus I
Berdasarkan KKM > 65 hasil belajar matematika pada siklus I, persentase ketuntasan belajar yang telah dicapai disajikan dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Belajar Matematika berdasarkan Ketuntasan Belajar Matematika Siklus I No Skor 1 > 65 2 ≤ 65 Jumlah
Ketuntasan Tuntas Tidak tuntas
Frekuensi 25 6 31
Persentase (%) 80,65 19,35 100
Sumber. Data primer
Berdasarkan tabel 4.2
tentang distribusi hasil belajar berdasarkan
ketuntasan, nampak bahwa pada siklus 1 terdapat 6 siswa atau 19,35% dari 31 siswa memperoleh skor ≤ 65 yang berarti sejumlah siswa tersebut belum tuntas, dan sebanyak 25 siswa atau 80,65% dari 31 siswa dinyatakan tuntas. Disamping tabel 4.2 tentang hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar,
juga dapat
digambarkan dengan diagram lingkaran distribusi hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar seperti disajikan melalui gambar 4.2 di bawah ini.
51
Tuntas
Tidak tuntas
19,35% 80,65%
Sumber: Data primer
Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Distribusi Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Siklus 1
Dari gambar 4.2 diagram lingkaran distribusi hasil belajar Matematika berdasarkan ketuntasan siklus 1 diatas, nampak bahwa siswa yang tuntas lebih besar persentasenya dibanding siswa yang tidak tuntas yakni 80,65 : 19,35. Penilaian hasil belajar siklus 1 menggunakan tes berupa kuis dan penilaian non tes berupa unjuk kinerja siswa dengan bobot skor tes adalah 50% dan bobot skor non tes 50%. Hasil belajar siswa pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran tipe NHT dalam mata pelajaran Matematika kelas III disajikan secara rinci melalui tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Skor Matematika Siklus II Skor Hasil Belajar ≤65
Frekuensi 2
Persentase (%) 6,45
66-75
4
12,90
76-85
12
38,71
86-95
4
12,90
≥ 96
9
29,03
Total
31
100
Sumber. Data primer
52
Tabel 4.3 dapat diuraikan bahwa siswa yang berada di skor >65 sebanyak 29 siswa (93,55%), skor antara 66-75 sebanyak 4 siswa (12,90%), dan skor antara 76-85 sebanyak 12 siswa (38,72%), skor antara 86-95 sebanyak 4 (12,90%), skor ≥ 96 sebanyak 9 siswa (29,03%). Dengan demikian, hasil belajar matematika berdasarkan KKM > 65, nampak sebanyak 29 siswa (93,55%) dari 31 siswa tuntas belajar, dengan skor rata-rata 87,81, skor tertinggi adalah 100 dan skor terendahnya adalah 36,6. Distribusi hasil belajar matematika siklus II dapat dibuat diagram seperti pada gambar 4.3 berikut.
Sumber: Data primer Gambar 4.3 Histogram Distribusi Hasil Belajar Matematika Siklus II
Berdasarkan KKM > 65 skor hasil belajar yang diperoleh dari siklus II, persentase ketuntasan dengan KKM >65 sebanyak 29 siswa (93,55 %) dari seluruh siswa. Sedangkan yang belum tuntas sebanyak 2 siswa (6,45 %) dari seluruh siswa. Perbandingan hasil belajar berdasarkan ketuntasan belajar dari pra siklus sampai siklus II dapat ditunjukkan melalui tabel 4.4 berikut ini.
53
Tabel 4.4 Distribusi Perbandingan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Belajar Matematika Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II No
Nilai (x)
Kategori
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1
x < 65
Belum tuntas
31
100
6
19,35
2
6,45
2
x ≥65
Tuntas
0
-
25
80,65
29
93,55
31
100
31
100
13
100
Jumlah Sumber. Data primer
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada pra siklus, jumlah siswa yang skornya belum mencapai target KKM >65 ada 31 siswa (100%) belum tuntas dalam pembelajaran matematika. Pada siklus I, jumlah siswa yang skornya belum mencapai target KKM >65 ada 6 siswa (19,35%) dan siklus II, jumlah siswa yang skornya belum mencapai target KKM >65 ada 2 siswa (6,45%). Selain persentase ketuntasan belajar, peningkatan hasil belajar, dapat ditunjukkan melalui skor maksimal, skor minimal dan skor rata-rata pada pra siklus, siklus I dan siklus II. Distribusi perbandingan skor maksimal, skor minimal dan skor rata-rata pada pra siklus, siklus I, dan siklus II, lebih jelas dapat disajikan dengan menggunakan tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Distribusi Perbandingan Skor Maksimal, Skor Minimal dan Skor Rata-rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Skor
Pra siklus
Siklus 1
Siklus 2
Maksimal
50
100
100
Minimal
10
36,6
36,6
Rata-rata
33,06
71,96
87,81
Sumber: Data Primer
Tabel 4.5 perbandingan skor maksimal, skor minimal, dan skor rata-rata pada pra siklus, siklus I, dan siklus II nampak bahwa skor maksimal pra siklus :
54
siklus I: siklus II adalah 50:100:100. Skor maksimal sudah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari pra siklus ke siklus I. Oleh karena siklus I skor maksimalnya sudah mencapai optimal maka di siklus II capaian skor maksimalnya tetap 100. Di sisi lain peningkatan skor juga terjadi pada skor minimal yang di peroleh siswa. Perbandingan skor minimal pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 10:36,6:36,6. Apabila dibandingkan dengan skor minimal yang diperoleh siswa pada pra siklus, skor minimal yang diperoleh pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan yakni 26,26. Tetapi peningkatan skor minimal tidak terjadi dari siklus I ke siklus II, dan ini dialami oleh siswa yang lain. Hal ini dimungkinkan terjadi oleh siswa yang tidak serius atau tidak mau terlibat dalam mengikuti pembelajaran siklus I maupun siklus II. Peningkatan hasil belajar yang berdasarkan skor rata-rata yang diperoleh siswa pra siklus, siklus I, dan siklus II adalah 33,06:71,96:87,81. Nampak terjadi peningkatan rata-rata skor dari pra siklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II yang signifikan. Hal ini ditunjukkan oleh kenaikan skor rata-rata dari pra siklus k siklus I sebesar 38,90 dan kenaikan skor rata-rata dari siklus I ke siklus II sebesar 15,85. Dalam implementasi model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang dirancang dalam penelitian, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ananta, Wahyu Nugroho Sandi pada tahun 2011, dengan judul penelitian “Penerapan model Number Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan pecahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri pitrosari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri pitrosari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung.