46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Umum Penelitian
4.1.1. Gambaran Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Sidorejo Lor 02 dan SD Negeri Sidorejo Lor 06 yang berada di Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Kedua SD ini berada pada satu gugus yaitu Gugus Imam Bonjol serta status sekolah dan kelompok sekolah SD Negeri Sidorejo Lor 02 dan SD Negeri Sidorejo Lor 06 sama yaitu sekolah negeri dan sekolah imbas. Subjek pada penelitian ini yaitu semua siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 02 yang berjumlah 21 siswa sebagai kelompok eksperimen dan semua siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 06 yang berjumlah 25 siswa sebagai kelompok kontrol. Jadi, jumlah keseluruhan subjek penelitian yaitu 46 siswa. 4.1.2. Gambaran Pelaksanaan Penelitian Sebelum penelitian dilakukan tahap pra penelitian, yaitu melakukan uji validitas instrumen soal pilihan ganda dan uji kesetaraan. Uji coba soal untuk mengetahui validitas soal yang akan digunakan dilakukan pada tanggal 22 Februari 2012 dilakukan. Uji coba soal ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Salatiga dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa. Hasil dari uji validitas soal ini diketahui bahwa semua indikator sudah terwakili terdapat paling sedikit 1 soal yang valid. Hal ini berarti instrumen soal dapat digunakan untuk melakukan uji kesetaraan dan penelitian. Uji kesetaraan digunakan untuk menentukan desain penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini. Uji kesetraan yang dilakukan menggunakan instrumen soal pilihan ganda dengan materi pesawat sederhana. Uji kesetaraan dilakukan pada dua sekolah, yaitu SD Negeri Sidorejo Lor 02 yang dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2012 dan SD Negeri Sidorejo Lor 06 yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2012. Setelah dilakukan uji kesetaraan didapatkan hasil bahwa SD Negeri Sidorejo Lor 02 dan SD Negeri Sidorejo Lor 06, berdistribusi normal, mempunyai varian yang sama, tetapi tidak setara. Oleh karena itu, pada
46
47
penelitian ini menggunakan desainPretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design. Penerapan desainPretest-Posttest, Non-Equivalent Control Group Design, yaitu sebelum diberikan perlakuan, pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretest. Pretest pada kelompok eksperimen diberikan pada tanggal 5 Maret 2012, sedangkan pretes pada kelompok kontrol diberikan pada tanggal 8 Maret 2012. Pretest digunakan untuk mengukur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan. Setelah diberikan pretest maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan perlakuan (treatment). Pada penelitian ini, pelaksanaan perlakuan (treatment) telah sesuai dengan sintak yang dibuat. Untuk mengetahui hasil observasi pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran. Pada akhir pembelajaran diberikan posttest untuk mengetahui hasil belajar IPA pada siswa setelah diberikan perlakuan (treatment). Dalam pemberian perlakuan ini yang bertindak sebagai guru (pengajar) adalah guru kelas V pada kedua SD. Sebelumnya guru telah berlatih menerapkan metode yang akan digunakan untuk memberikan perlakuan atau treatment. Hasil dari latihan memperlihatkan bahwa kedua guru telah memahami dan dapat menerapkan metode yang akan digunakan pada saat penelitian sesuai dengan sintak. Tabel 4.1 Hasil Observasi Latihan Treatment Metode Investigasi Kelompok No.
Sintak
1.
Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Melaksanakan investigasi. Menyiapkan laporan akhir. Mempresentasikan laporan akhir. Evaluasi Penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Jumlah
2. 3. 4. 5. 6.
Total Item
Item Terlaksana
Persentase
6
6
35%
1
1
6%
2 4 2
2 4 1
12% 24% 6%
2
2
12%
17
16
94%
Dari hasil observasi latihan perlakuan atau treatment pada kelompok eksperimen yang menggunakan metode investigasi kelompok dapat diketahui
48
bahwa presentase keterlaksanaan perlakuan atau treatment adalah 94% berarti 6% dari pelaksaan treatment tidak terlaksana. Oleh karena itu, perlakuan atau treatment dengan menggunakan metode investigasi kelompok dapat digunakan dalam penelitian. Untuk hasil observasi latihan perlakuan atau treatment dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Observasi Latihan Treatment Metode Demonstrasi No.
Sintak
A.
Persiapan 1. Guru mengkaji kesesuaian metode dengan tujuan yang akan dicapai. 2. Memilih, memilah peralatan yang akan dipakai. 3. Memperkirakan waktu yang akan diperlukan. 4. Mencoba peralatan terlebih dahulu. Pelaksanaan 1. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan demonstrasi tersebut. 2. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti demonstrasi dengan menjelaskan prosedur atau cara kerja peralatan yang dipakainya. 3. Memperagakan suatu proses atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi, pertanyaan-pertanyaan yang diikuti oleh seluruh siswa secara seksama. Tindak Lanjut 1. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan, menanyakan terhadap suatu proses atau urutan langkah-langkah yang baru saja selesai didemonstrasikan. 2. Siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan ulang, bila belum tepat atau salah guru dapat memperagakan ulang.
B.
C.
Total Item
Item Terlaksana
Presentase
1
1
4%
1
1
4%
1
1
4%
1
1
4%
2
2
7%
1
0
0%
16
16
59%
1
1
4%
1
1
4%
49
3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk lebih memperjelas terhadap bahan yang baru saja didemonstrasikan. 4. Guru mengadakan evaluasi. Jumlah
1
1
4%
1 27
1 26
4% 96%
Pemberian perlakukan yang dilanjutkan dengan pemberian posttest pada kelompok eksperimen dilakukan pada tanggal 13 dan 15 Maret 2012, sedangkan perlakuan pada kelas kontrol diberikan pada tanggal 16 dan 17 Maret 2012. Posttest untuk mengukur variabel terikat setelah diberikan perlakuan. Hasil observasi pelaksanaan treatment pada kedua kelompok sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Observasi Treatment dengan Metode Investigasi Kelompok No.
Sintak
1.
Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok. Merencanakan tugas yang akan dipelajari. Melaksanakan investigasi. Menyiapkan laporan akhir. Mempresentasikan laporan akhir. Evaluasi Penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Jumlah
2. 3. 4. 5. 6.
Total Item
Item Terlaksana
Persentase
6
6
35%
1
1
6%
2 4 2
2 4 2
12% 24% 12%
2
2
12%
17
17
100%
Dari hasil observasi treatment dengan menggunakan metode ivestigasi kelompok dapat diketahui bahwa pelaksanaan treatment 100% terlaksana. Hal ini berarti semua komponen sintak telah dilakukan pada saat pembelajaran. Hasil observasi pelaksanaan treatment dengan menggunakan metode demonstrasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
50
Tabel 4.4 Hasil Observasi Treatment Metode Demonstrasi No.
Sintak
A.
Persiapan 1. Guru mengkaji kesesuaian metode dengan tujuan yang akan dicapai. 2. Memilih, memilah peralatan yang akan dipakai. 3. Memperkirakan waktu yang akan diperlukan. 4. Mencoba peralatan terlebih dahulu. Pelaksanaan 1. Guru menjelaskan tujuan yang akan dicapai dengan demonstrasi tersebut. 2. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti demonstrasi dengan menjelaskan prosedur atau cara kerja peralatan yang dipakainya. 3. Memperagakan suatu proses atau prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi, pertanyaan-pertanyaan yang diikuti oleh seluruh siswa secara seksama. Tindak Lanjut 1. Siswa diberi kesempatan untuk mendiskusikan, menanyakan terhadap suatu proses atau urutan langkah-langkah yang baru saja selesai didemonstrasikan. 2. Siswa diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan ulang, bila belum tepat atau salah guru dapat memperagakan ulang. 3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa untuk lebih memperjelas terhadap bahan yang baru saja didemonstrasikan. 4. Guru mengadakan evaluasi. Jumlah
B.
C.
Total Item
Item Terlaksana
Presentase
1
1
3%
1
1
3%
1
1
3%
1
1
3%
2
2
6%
1
1
3%
20
20
65%
1
1
3%
1
1
3%
1
1
3%
1 31
1 31
3% 100%
51
Dari hasil observasi treatment dengan menggunakan metode demonstrasi dapat diketahui bahwa pelaksanaan treatment 100% terlaksana. Hal ini berarti bahwa keseluruhan komponen sintak metode demonstrasi telah dilakukan. 4.2. Analisis Data Analisis data hasil belajar IPA pada siswa yang didapat dari hasil selisihposttest-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu analisis diskriptif dan analisis parametik. Analisis data pada penelitian ini menggunakan SPSS window’s version 16. 4.2.1.Analisis Deskriptif Tes hasil belajar IPA pada siswa menghasilkan skor pretest dan posttest. Dari skor pretest dan posttest dapat diketahui selisihnya dengan cara mengurangkan skor posttest dengan skor pretest. Hasil pretest, posttest, dan selisih posttest dan pretest kelompok eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari skor maksimum dan minimum pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi skor pretest hasil belajar IPA. Oleh karena itu, perlu ditentukan interval kelas yang akan digunakan. Untuk menentukan interval kelas digunakan rumus: Range/ jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 60 – 27 = 33 Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 33 = 1 + 5,011 = 6,011 dibulatkan menjadi 6 interval =
Range Banyaknya kategori
= 33 6 = 5,5 dibulatkan menjadi 6 Dari perhitungan dapat diketahui bahwa interval kelas adalah 5,5 yang kemudian dibulatkan menjadi 6. Jadi, interval kelas yang digunakan dalam
52
penelitian ini adalah 6. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA dari pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval 1 27 − 32 2 33 − 38 3 39 − 44 4 45 − 50 5 51 − 56 6 57 − 62 Jumlah
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase 3 14% 0 0% 4 19% 3 12% 4 19% 7 28% 5 24% 4 16% 3 14% 7 28% 2 10% 4 16% 21 100% 25 100%
Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi skor pretest pada kelompok eksperimen dengan jumlah frekuensi 21 dan total presentase 100%, pada interval 27 – 32 frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 33 – 38 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 19%. Pada interval 39 – 44 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 19%. Pada interval 45 – 50 nilai frekuensinya 5 dengan presentase 24%. Pada interval 51 – 56 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 57 – 62 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 10%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest kelompok eksperimen yaitu 10% yang berada pada interval 57 – 62 dengan frekuensi 2, sedangkan presentase tertinggi yaitu 24% yang berada pada interval 45 – 50 dengan frekuensi 5. Distribusi frekuensi skor pretest pada kelompok kontrol dengan jumlah frekuensi 25 dan total presentase 100%, pada interval 27 – 32 frekuensinya 0 dengan presentase 0%. Pada interval 33 – 38 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada interval 39 – 44 nilai frekuensinya 7 dengan presentase 28%. Pada interval 45 – 50 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Pada interval 51 – 56 nilai frekuensinya 7 dengan presentase 28%. Pada interval 57 –
53
62 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen yaitu 0% yang berada pada interval 27 – 32 dengan frekuensi 0, sedangkan presentase tertinggi yaitu 28% yang berada pada interval 39 – 44 dan 51 – 56 dengan frekuensi 7. Untuk lebih jelas mengetahui distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar diagram distribusi frekuensi skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Gambar 4.1. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dariPretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sedangkan untuk mengetahui distribusi frekuensi skor posttest hasil belajar IPA, maka perlu ditentukan interval kelas yang akan digunakan. Dalam menentukan interval kelas digunakan skor maksimum dan minimum posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menentukan interval kelas digunakan rumus: Range/ jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 93 – 53 = 40 Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 40
54
= 1 + 5,286 = 6,286 dibulatkan menjadi 6
interval =
Range Banyaknya kategori
= 40 6 = 6,666 dibulatkan menjadi 7 Dari perhitungan dapat diketahui bahwa interval kelas adalah 6,666 yang kemudian dibulatkan menjadi 7. Jadi, interval kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA dari skor posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Posttest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No. Interval 1 53 − 59 2 60 − 66 3 67 − 73 4 74 − 80 5 81 − 87 6 88 − 94 Jumlah
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase 1 5% 3 12% 1 5% 3 12% 10 48% 11 44% 6 29% 3 12% 2 10% 3 12% 1 5% 2 8% 21 100% 25 100%
Dari Tabel 4.6. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi skor posttest pada kelompok eksperimen dengan jumlah frekuensi 21 dan total presentase 100%, pada interval 53 – 59 frekuensinya 1 dengan presentase 5%. Pada interval 60 – 66 nilai frekuensinya 1 dengan presentase 5%. Pada interval 67 – 73 nilai frekuensinya 10 dengan presentase 48%. Pada interval 74 – 80 nilai frekuensinya 6 dengan presentase 29%. Pada interval 81 – 87 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 10%. Pada interval 88 – 94 nilai frekuensinya 1 dengan presentase 5%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor posttest kelompok eksperimen yaitu 5% yang berada pada interval 53 – 59,60 – 66, dan 88
55
– 94 dengan frekuensi 1, sedangkan presentase tertinggi yaitu 48% yang berada pada interval 67 – 73dengan frekuensi 10. Distribusi frekuensi skor posttest pada kelompok kontrol dengan jumlah frekuensi 25 dan total presentase 100%, pada interval 53 – 59 frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada interval 60 – 66 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada interval 67 – 73 nilai frekuensinya 11 dengan presentase 44%.Pada interval 74 – 80 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada interval 81 – 87 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 12%. Pada interval 88 – 94 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 8%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor posttest kelompok kontrol yaitu 8% yang berada pada interval 88 – 94 dengan frekuensi 2, sedangkan presentase tertinggi yaitu 44% yang berada pada interval 67 – 73 dengan frekuensi 11. Untuk lebih jelas mengetahui distribusi frekuensi skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada gambar diagram distribusi frekuensi skor posttest kelompok kontrol dan kelompok kontrol.
Gambar 4.2. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dariPretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sedangkan untuk mengetahui distribusi frekuensi skor selisih pretestposttest hasil belajar IPA, perlu ditentukan interval kelas terlebih dahulu.
56
Penentuan interval kelas menggunakan skor maksimum dan minimum selisisih posttest dan pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perhitungan untuk menentukan interval kelas sebagai berikut: Range/ jangkauan = skor maksimal – skor minimal = 47 – 0 = 47 Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 47 = 1 + 5,517 = 6,517 dibulatkan menjadi 7 Range Banyaknya kategori
interval = = 47 7
= 6,714 dibulatkan menjadi 7 Dari perhitungan dapat diketahui bahwa interval kelas adalah 6,714 yang kemudian dibulatkan menjadi 7. Jadi, interval kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 7. Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar IPA dari selisih posttest-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Selisih Posttest-Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. 1 2 3 4 5 6 7
Interval 0−6 7 − 13 14 − 20 21 − 27 28 − 34 35 − 41 42− 48 Jumlah
Kelompok Eksperimen Frekuensi Presentase 0 0% 2 10% 3 14% 3 14% 5 24% 4 19% 4 19% 21 100%
Kelompok Kontrol Frekuensi Presentase 2 8% 2 8% 6 24% 7 28% 4 16% 4 16% 0 0% 25 100%
57
Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest pada kelompok eksperimen dengan jumlah frekuensi 21 dan total presentase 100%, pada interval 0 – 6 frekuensinya 0 dengan presentase 0%. Pada interval 7 – 13 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 10%. Pada interval 14 – 20 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 21 – 27 nilai frekuensinya 3 dengan presentase 14%. Pada interval 28 – 34 nilai frekuensinya 5 dengan presentase 24%. Pada interval 35 – 41 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 19%. Pada interval 42 – 48 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 19%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest kelompok eksperimen yaitu 0% yang berada pada interval 0 – 6 dengan frekuensi 0, sedangkan presentase tertinggi yaitu 24% yang berada pada interval 28 – 34 dengan frekuensi 5. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest pada kelompok kontrol dengan jumlah frekuensi 25 dan total presentase 100%, pada interval 0 – 6 frekuensinya 2 dengan presentase 8%. Pada interval 7 – 13 nilai frekuensinya 2 dengan presentase 8%. Pada interval 14 – 20 nilai frekuensinya 6 dengan presentase 24%. Pada interval 21 – 27 nilai frekuensinya 7 dengan presentase 28%. Pada interval 28 – 34 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Pada interval 35 – 41 nilai frekuensinya 4 dengan presentase 16%. Pada interval 42 – 48 nilai frekuensinya 0 dengan presentase 0%. Hal ini berarti presentase terendah pada distribusi frekuensi skor selisih posttest-pretest kelompok eksperimen yaitu 0% yang berada pada interval 42 – 48 dengan frekuensi 0, sedangkan presentase tertinggi yaitu 28% yang berada pada interval 21 – 27 dengan frekuensi 7. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram distribusi frekuensi skor selisih posttestpretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
58
Gambar 4.3. Diagram Batang Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA dari Selisih Posttest-Pretest pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Hasil analisis deskriptif skor selisih posttest-pretest antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang dilihat dari skor minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Skor Selisih Posttest-Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Dari hasil uji deskriptif dapat dilihat bahwa pada kelompok eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 21 siswa dihasilkan skor minimum 7,00, skor maksimum 47,00, mean 32,0476, dan standar devisiasi 11,39946. Pada kelompok kontrol dengan siswa yang berjumlah 25 menghasilkan skor minimum 0, skor maksimum 40, mean 25,0800, dan standar deviasi (ukuran persebaran) 10,80478. Semakin kecil standar deviasi berarti semakin kecil persebarannya atau semakin tidak terlalu jauh dari rata-rata berarti data tersebar disekitar rata-rata.
59
4.2.2.Analisis Parametrik Analisisparametik yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji t dengan independent sample t-test. Independent sample t-test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Data yang digunakan pada analisis uji t yaitu selisih antara skor posttest dengan skor pretest (skor posttest-skor pretest). Setelah diketahui selisih skor posttest-pretest, kemudian dilakukan uji prasyarat sebelum uji t, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan program SPSS window’s version 16. Kriterianya yaitu apabila signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari > 0,05 berarti data berdistribusi normal. Hasil normalitas skor selisih posttest dengan pretest dapat dilihat pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Skor Selisih Pretest dengan Posttest
Dari hasil analisis normalitas pada Tabel 4.9.diketahui bahwa skor signifikasi kelompok eksperimen sebesar 0,200 dan skor signifikasi kelompok kontrol 0,103, berarti skor signifikasi kedua kelompok lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa skor selisih posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Pada Gambar 4.4. ditampilkan gambar plot yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen berdistribusi normal.
60
Gambar 4.4. Grafik Hasil Uji Normalitas Skor Selisih Posttest-Pretest Kelompok Eksperimen Sedangkan pada Gambar 4.5.ditampilkan gambar plot yang menunjukkan bahwa kelompok kontrol berdistribusi normal.
Gambar 4.5. Grafik Hasil Uji Normalitas Skor Selisih Posttest-Pretest Kelompok Kontrol
61
Setelah diketahui normalitas data, maka dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui kesamaan varian. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Skor Selisih Posttest-Pretest
Hasil uji homogenitas dapat dilihat dari output Test of Homogeneity of Variances. Dapat diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,721. Karena signifikasi lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama. Angka Levene Statistic menunjukkan semakin kecil nilainya maka semakin besar homogenitasnya. df1= jumlah kelompok data-1 atau 2-1=1, sedangkan df2= jumlah data-jumlah kelompok data atau 46-2=44. Setelah diketahui bahwa skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varian yang sama, maka dilakukan uji t dengan independent sample t-test. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Hasil Uji t
Karena kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki varian sama atau dengan kata lain kedua kelas homogen, maka analisis uji beda t-test menggunakan asumsi equal variance assumed. Pada hasil uji t dapat diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,039 dan perbedaan rata-rata (mean
62
difference) sebesar 6,96762 dengan perbedaan rata-ratanya berkisar antara 0,35831 sampai 13,57693. 4.3.Uji Hipotesis Tahap yang dilakukan setelah melakukan uji beda pada kelompok penelitian yaitu uji hipotesis. Pengujian dilakukan untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang sudah diajukan. Uji hipótesis pada penelitian ini didasarkan pada uji t dengan independent sample t-test. Menurut Priyatno (2010), H0 diterima jika signifikansi lebih besar dari 0,05 dan H0 ditolak jika signifikansi lebih kecil dari 0,05. Pada hasil uji beda sebagaimana yang telah disajikan pada Tabel 4.11. diketahui bahwa nilai t adalah 2,125 dengan signifikasi sebesar 0,039. Karena signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulannya H0 ditolak, ini berarti bahwa H1 diterima. Secara empirik, hasil dari pengujian hipotesis yaitu terbukti ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan metode investigasi kelompok dengan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga semester II tahun ajaran 2011/2012. Nilai t positif menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan metode investigasi kelompok lebih tinggi daripada rata-rata penggunaan metode demonstrasi. 4.4. Pembahasan Hasil penelitian Treatment atau perlakuan yang diterapkan pada dua kelompok dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kotrol sudah sesuai dengan sintak pada metode pembelajaran yang digunakan. Sebelum kedua kelompok diberikan perlakuan atau treatment, kedua kelompok diberikan pretest. Setelah kedua kelompok diberikan treatment, maka diberikan posttest. Dari skor pretest dan posttest yang telah didapatkan, kemudian diketahui selisihnya. Selisihposttest dan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontroldilakukan pengujian perbedaan ratarata dengan uji t yang dilakukan dengan bantuan SPSS window’s version 16. Teknik ini digunakan untuk menguji perbedaan mean hitung dari kelompok kelas eksperimen dan kelas kontrol (untuk mencari efektivitas). Teknik uji t yang dipilih
63
yaitu uji Independent Samples Test. Sebelum data diuji t, dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu yaitu uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Pada uji normalitas ini menggunakanskor selisih pretest dengan posttest. Dari hasil uji normalitas skor selisih pretest dengan posttest dengan menggunakan one-sample kolmogorovsmirnov test, diketahui bahwa signifikasi pada kelompok eksperimen adalah 0,200 dan signifikasi pada kelompok kontrol adalah 0,103. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikasi lebih besar dari 0,05, maka dapat diartikan bahwa skor selisih posttest dengan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal.Dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah dilakukan uji normalitas dan hasilnya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal, maka dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama atau tidak. Pada uji homogenitas ini menggunakan skor selisih pretest dengan posttest. Hasil uji homogenitas dapat dilihat dari output Test of Homogeneity of Variances. Dapat diketahui bahwa signifikasi sebesar 0,721. Karena signifikasi lebih besar dari 0,05 (0,721>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukan bahwa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan mempunyai varian yang sama, sehingga dapat dilakukan uji t. Dari nilai t hitung selanjutnya dilihat dengan signifikasi atau probabilitas. Jika diperoleh signifikasi > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Akan tetapi, apabila signifikasi < 0,05 maka H1 diterima dan H0 ditolak. Pada hasil uji beda diketahui bahwa nilai t adalah 2,125 dengan signifikasi sebesar 0,039. Karena signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka kesimpulannya H0 ditolak, ini berarti bahwa H1 diterima. Secara empirik, hasil dari pengujian hipotesis yaitu memang ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan metode investigasi kelompok dengan metode
64
demonstrasi dalam pembelajaran IPA di kelas V SD Imbas Gugus Imam Bonjol Salatiga semester II tahun ajaran 2011/2012. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa antara metode investigasi kelompok dan metode demonstrasi lebih bagus metode investigasi kelompok. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis deskriptif skor selisih posttest-pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang menunjukkan bahwa mean kelompok eksperimen sebesar 32,0476 dan mean kelompok kontrol 25,0800. Hal ini berarti bahwa mean atau rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dari pada mean kelompok kontrol. Melalui ketercapaian kriteria kentutasan minimum (KKM) juga dapat diketahui metode mana yang lebih bagus. Sesuai dengan KKM mata pelajaran IPA yaitu 64, dapat diketahui bahwa dari 21 siswa pada kelompok eksperimen hanya 2 siswa yang tidak lulus KKM, sedangkan pada kelompok kontrol dari 25 siswa ada 6 siswa yang tidak lulus KKM. Hal ini berarti bahwa ketercapaian KKM yang lebih banyak yaitu pada kelompok eksperimen. Sehingga dapat diketahui bahwa metode investigasi kelompok lebih bagus daripada metode demonstrasi. Antara metode investigasi kelompok dan metode demonstrasi lebih bagus metode investigasi kelompok dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari penerapan pembelajaran dengan metode investigasi kelompok yang telah dipaparkan pada kajian teori, ada pada saat pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran yang terlaksana berpusat pada siswa, membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, siswa memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Pembelajaran menggunakan metode investigasi kelompok melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan sub topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Hal ini berarti siswa lebih aktif dalam pencarian pengetahuan dan guru hanya berlaku sebagai fasilitator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran. Melalui metode investigasi kelompok, siswa akan mendapatkan pengalaman langsung
65
dengan menemukan sendiri. Belajar akan lebih bermakna apabila menemukan sendiri. Hasil penelitian pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endarini Sudarmono pada tahun 2009 dengan judul ”Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Melalui Penerapan Metode Group Investigations pada Pembelajaran IPAdi SD Sidorejo Lor 02 Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2009/2010”. Kesimpulan penelitian dari Ratih Endarini Sudarmono, yaitu aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 02 Salatiga dapat ditingkatkan melalui metode group investigations yang di dalamnya meliputi 6 tahap yaitu: tahap pengelompokan, tahap perencanaan, tahap penyelidikan, tahap pengorganisasian, tahap presentasi, dan tahap evaluasi.