BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa selama ± 1 minggu. Sampel dihitung dengan menggunakan tabel penentuan besarnya sampel menurut Yount, yaitu (Anonim, 2009). Besarnya Populasi
Besar Sampel
0 ─ 100
100 %
101─ 1000
10 %
1001─5000
5%
5001 ─ 10000
2%
>10000
1%
Dengan jumlah penduduk 1.566 sampel diambil dengan teknik cluster sampling , maka sampel yang diambil menjadi 78 orang. Proses pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden yang kemudian hasilnya dikumpulkan dan diolah, sehingga hasilnya dapat disajikan di bawah ini. 4.1.1 Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas 4.1.1.1 Hasil Uji Validasi Kuesioner
Validasi adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini uji validasi menggunakan software SPSS 17,0. Dalam uji validasi ini dinyatakan bahwa butirbutir pertanyaan pada kuesioner seluruhnya valid karena koefisien korelasinya > 0,3. 4.1.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Pengujian reliabilitas ini menggunakan software SPSS 17,0. Dalam uji reliabilitasi ini dinyatakan bahwa butir-butir pertanyaan pada kuesioner seluruhnya reliabel karena koefisien alpha adalah 0,6. 4.1.2 Analisa Data Data yang diambil dari masyarakat Kecamatan Limboto Barat Desa Daenaa yang meliputi data demografi jenis kelamin, pekerjaan, umur, dan pendidikan. Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Presentase (%)
Laki-Laki
27
34,62 %
Perempuan
51
65,38 %
Total
78
100%
Sampel yang diperoleh 78 orang dari masyarakat Desa Daenaa dengan lakilaki berjumlah 27 orang (34,62 %) dan perempuan 51 orang ( 65,38 % ).
Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan
Frekuensi
Presentase (%)
PNS
14
17,95 %
Mahasiswa
7
8,97 %
Aparat Desa
12
15,38 %
Polri
1
1,28 %
Perawat
1
1,28 %
Petani
13
16,67 %
URT
24
30,77%
Pedagang
4
5,13%
Tidak bekerja
2
2,57 %
Total
78
100 %
Sampel yang diperoleh berdasarkan pekerjaan PNS berjumlah 14 orang (17,95 %) , Mahasiswa berjumlah 7 orang (8,97 %), Aparat Desa berjumlah12 orang (15,38 %), Polri berjumlah 1 orang (1,28 %), Perawat berjumlah 1orang (1,28 %) , Petani berjumlah 13orang (16,67 %), URT berjumlah 24 orang (30,77 %), Pedagang berjumlah 4 orang (5,13 %), dan tidak bekerja 2 orang (2,57%). Tabel 3 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Presentase (%)
20 - 29
13
16,67 %
30 - 39
24
30,77 %
40 - 49
24
30,77 %
50 - 59
10
12,82 %
60 - 70
7
8,97 %
Total
78
100 %
Berdasarkan tabel diatas diperoleh responden yang berumur 20-29 berjumlah 13 orang (16,67 %) , umur 30-39 berjumlah 24 orang (30,77 %), umur 40-49 berjumlah 24 orang (30,77%), umur 50-59 berjumlah 10 orang (12,82%), dan umur 60-70 berjumlah 7 orang (8,97 %).
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan pendidikan Pendidikan
Frekuensi
Presentase (%)
SD
24
30,77 %
SMP
12
15,39 %
SMA
17
21,79%
Perguruan Tinggi
25
32,05 %
Total
78
100 %
Berdasarkan tabel 4 diatas diperoleh responden yang berpendidikan SD sebanyak 24 orang (30,77%), berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (15,39%), berpendidikan SMA sebanyak 17 orang (21,79%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 25 orang (32,05%) Tabel 5: Distribusi pertanyaan terbuka masyarakat yang menjadi sampel penelitian dari 78 responden di Desa Daenaa No 1
Pertanyaan
Jumlah (n = 78)
Apakah anda pernah
Semua responden menjawab
mendengar obat
pernah
% 100 %
antibiotik?
Dari mana anda 2
mendengar obat antibiotik ?
Responden yang menjawab dari
65,38%
Petugas Kesehatan yaitu sebanyak 51 orang , Dari penyuluhan sebanyak 7 orang dari media Cetak sebanyak 7 orang
8,98%
dari media Elektronik sebanyak 10
8,98%
orang, dari tetangga sebanyak 1
12,82%
orang,
1,28%
dari keluarga sebanyak 2 orang dan Tidak pernah mendapat informasi tidak ada. Apakah anda mengerti 3
membeli obat 4
antibiotik ?
0%
Semua responden menjawab ya
tentang antibiotik ?
Pernakah anda
2,56%
100 %
74 responden yang menjawab pernah 3 responden yang menjawab tidak
94,87 %
pernah 5,13 % Dimana biasanya anda membeli obat antibiotik ? 5
Responden yang menjawab di Apotek sebanyak 50 orang, yang menjawab di Puskesmas sebanyak 11 orang dan yang
64,10 %
menjawab di warung sebanyak 17 orang
Responden yang menjawab ya Apakah dalam pembelian obat
sebanyak 26 orang. dan Responden yang menjawab tidak
14,11 %
21, 79
antibiotik , anda 6
sebanyak 52 orang
mendapatkan
33,33 %
informasi tentang cara minumnya ? 66,67 % Obat sejenis apa yang
Responden yang menjawab
masuk dalam golongan Amoxilin dan Ampisislin sebanyak antibiotik yang biasa
46 orang, yang menjawab
anda konsumsi ?
Ampisilin sebanyak sebanyak 6 orang, yang menjawab amoxilin sebanyak
7
10 orang,
58,97 %
Yang menjawab ciproloxasin sebanyak 3 orang Dan menjawab tidak tahu sebanyak
Apakah anda mengerti
13 orang.
7,69 %
Responden yang menjawab ya
12,82 %
sebanyak 72 orang dan
tentang resistensi
Responden yang menjawab tidak
antibiotik ?
sebanyak 6 orang.
3,85 %
16,67 %
8 92, 31 %
7,69 %
Total
78
100
Dari 78 responden pada butir pertanyaan terbuka nomor pertama menjawab pernah mendengar tentang obat antibiotik yaitu semua (100 %). Untuk pertanyaan kedua yang menjawab dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 51 orang (65,38%) , dari penyuluhan sebanyak 7 orang (8,98%), dari media cetak sebanyak 7 orang (8,98%), dari media elektronik sebanyak 10 orang (12,82%), dari tetangga sebanyak 1 orang (1,28%), dari keluarga sebanyak 2 orang (2,56%) dan tidak pernah mendapat informasi tidak ada (0%). Untuk pertanyaan ketiga yang menjawab mengerti tentang antibiotik yaitu semua (100 %)). Untuk pertanyaan keempat yang menjawab pernah menjawab pernah membeli antibiotik yaitu
sebanyak 74
(94,87 %) dan yang
menjawab tidak pernah membeli yaitu 4 orang (5,13 %). Untuk pertanyaan kelima yang menjawab membeli antibiotik di apotek sebanyak 50 orang (64,10%), di puskesmas sebanyak 11 orang (14,11% ) dan di warung sebanyak 17 orang (21,79%).
Untuk pertanyaan keenam yang menjawab mendapatkan informasi tentang cara minum obat antibiotik yaitu sebanyak 26 orang (33,33%). dan yang menjawab tidak mendapatkan informasi tentang cara minum obat antibiotik yaitu sebanyak 52 orang (66,67%). Untuk pertanyaan ketujuh yang menjawab jenis obat yang masuk dalam golongan antibiotik yang biasa dikonsumsi yaitu obat Amoksilin dan Ampisilin sebanyak 46 orang (58,97%), yang menjawab ampisilin sebanyak 6 orang (7,69%), yang menjawab amoksilin sebanyak 10 orang (12,82%), yang menjawab ciproloxasin sebanyak 3 orang (3,85%) dan menjawab tidak tahu sebanyak 13 orang (16,67%). Untuk pertanyaan kedelapan yang mengerti tentang resistensi antibiotik yaitu sebanyak 72 orang (92,31%) dan yang menjawab tidak mengerti tentang resistensi antibiotik yaitu sebanyak 6 orang (7,69%). Tabel 6: Distribusi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik di Desa Daenaa No Pengetahuan Jumlah % 1
Baik
31
39,75%
2
Cukup
35
44,87%
3
Kurang
12
15,38%
78
100
Jumlah
Tabel 6 menujukkan bahwa persentase terbesar responden masyarakat Desa Daenaa yang dijadikan sampel, memiliki pengetahuan baik tentang penggunaan antibiotik sebanyak 31 orang (39,75 %), pengetahuan cukup 35 orang (44,87 %), dan 12 orang (15,38 %) yang pengetahuan kurang. Tabel 7 : Distribusi tingkat pengetahuan masyarakat tentang resistensi antibiotik di Desa Daenaa No
Pengetahuan
Jumlah
%
1
Baik
30
38,46%
2
Cukup
40
51,28%
3
Kurang
8
10,26%
78
100
Jumlah
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari 78 responden masyarakat Desa Daenaa yang dijadikan sampel, yang memiliki pengetahuan baik mengenai resistensi antibiotik sebanyak 30 orang (38,46%), pengetahuan cukup sebanyak 40 orang (51,28%) dan pengetahuan kurang sebanyak 8 orang (10,26%). 4.2 Pembahasan Responden untuk penelitian ini diperoleh dari Tiga Dusun Dari Satu Desa yang sebagai lokasi untuk penelitian dipilih wilayah Desa Daenaa yang memiliki 1.566 warga. Untuk penelitian ini peneliti hanya mengambil 78 orang responden. Penentuan jumlah sampel ini didasarkan atas teori yount yakni jika besar populasi 1001─5000 maka sampel yang diambil adalah 5 % dari populasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat berupa kuesioner yang sebagian pertanyaannya di ambil dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hardiana Binti Hamzah seorang mahasiswa Universitas Sains Malaysia untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik, kuesioner tersebut dibagikan kepada masyarakat dengan cara mengantar ke rumah – rumah, kuesioner tersebut terdiri dari 7 pertanyaan terbuka dan 11 pertanyaan obyektif, dan disetiap pertanyaan telah ditentukan skor yang sesuai dengan jawabannya, jadi responden yang sudah di tentukan dapat mengisi kuesioner yang sudah disediakan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa sebagian besar responden membeli
obat antibiotik dari apotik tetapi mereka sering kali tidak
mendapatkan tentang cara penggunaannya. Responden tersebut sebanyak 50 orang (64,10%) , responden yang memperoleh obat antibiotik dari puskesmas sebanyak 11 orang (14,11%), adapun responden yang memperoleh obat antibiotik dari warung sebanyak 17 orang (21,79 %). Sedangkan yang memperoleh informasi tentang cara minumnya yaitu sebanyak 26 orang (33,33%) dan yang tidak memperoleh tentang cara minumnya sebanyak 52 orang ( 66,67%). Pada tabel 2 sampel yang diperoleh berdasarkan pekerjaan yaitu PNS berjumlah 14 orang (17,95 %) , Mahasiswa berjumlah 7 orang (8,97 %), Aparat Desa berjumlah 12 orang (15,38 %), Polri berjumlah 1 orang (1,28 %), Perawat berjumlah 1 orang (1,28 %) , Petani berjumlah 13 orang (16,67 %), URT berjumlah 24 orang (30,77 %), Pedagang berjumlah 4 orang (5,13 %), dan tidak bekerja 2 orang (2,57%). Manusia memerlukan suatu pekerjaan untuk dapat berkembang dan berubah.
Seseorang yang bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih dari keadaan sebelumnya. Dengan bekerja seseorang dapat berubah sesuatu yang bernilai, bermanfaat dan memperoleh berbagai pengetahuan. Dalam hal ini responden masih mempunyai ruang lingkup pengetahuan yang cukup karena sebagian besar masyarakat bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga mereka jarang mendapatkan informasi tentang cara penggunaan antibiotik karena waktu mereka lebih banyak dihabiskan dengan mengurus keluarga. Pada tabel 3 sampel yang diperoleh berdasarkan umur yaitu responden yang berumur 20-29 berjumlah 13 orang (16,67%) , umur 30-39 berjumlah 24 orang (30,77%), umur 40-49 berjumlah 24 orang (30,77%), umur 50-59 berjumlah 10 orang (12,82%), dan umur 60-70 berjumlah 7 orang (8,97%). Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Hal ini dapat mencerminkan bahwa pengetahuan masyarakat masih tergolong baik karena dilihat dari sebagian besar umur responden masih tergolong umur yang produktif yang masih kuat daya tangkap dan pola pikirnya. Pada tabel 4 sampel yang
diperoleh responden yang berpendidikan SD
sebanyak 24 orang (30,77%), berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (15,39%), berpendidikan SMA sebanyak 17 orang (21,79%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 25 orang (32,05%). Makin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat
pengetahuannya ( notoadmodjo, 2002). Responden dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk menerima dan memahami informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan demikian sebaliknya jika responden mempunyai pendidikan yang rendah maka sulit untuk memahami informasi yang diberikan. Latar belakang pendidikan pada penelitian ini sebagian besar adalah perguruan tinggi. Walaupun pendidikan seseorang tersebut tinggi belum tentu ia mengerti dan paham tentang suatu hal. Pada
tabel 5 diatas pada pertanyaan terbuka diperoleh responden yang
menjawab butir pertanyaan nomor pertama yaitu “Apakah anda pernah mendengar obat antibiotik? “ yaitu semua pernah mendengar antibiotik
( 100 %) . Untuk
pertanyaan kedua yakni “Dari mana anda mendengar obat antibiotik ?” yaitu Responden yang menjawab dari Petugas Kesehatan yaitu sebanyak 58 orang (65,38%) , dari penyuluhan sebanyak 7 orang (8,98%), dari media Cetak sebanyak 7 orang (8,98%), dari media elektronik sebanyak 10 orang (12,82%), dari tetangga sebanyak 1 orang (1,28%), dari keluarga sebanyak 2 orang (2,56%) dan tidak pernah mendapat informasi tidak ada (0%). Untuk pertanyaan ketiga yakni “Apakah anda mengerti tentang antibiotik ? ” yaitu semua mengerti tentang antibiotik tapi sebanyak 16 orang (20,51%) yang sebenarnya belum mengerti tentang penggunaan antibiotik karena mereka tidak ingin mencari tahu dan tidak lagi membutuhkan informasi yang lebih tentang penggunaan antibiotik, mereka sudah merasa bahwa pengetahuan mereka sudah baik. Untuk pertanyaan keempat “Pernakah anda
membeli obat
antibiotik ? “ yaitu responden yang menjawab pernah sebanyak 74 orang (94,87%)
dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 4 orang (5,13%). Untuk pertanyaan kelima“Dimana biasanya anda membeli obat antibiotik ? “ yaitu responden yang menjawab di Apotek sebanyak 50 orang (64,10%), yang menjawab di Puskesmas sebanyak 11 orang (14,11%) dan yang menjawab di warung sebanyak 17 orang (21,79%). Untuk pertanyaan keenam “Apakah dalam pembelian obat antibiotik , anda mendapatkan informasi tentang cara minumnya ?” yaitu responden yang menjawab ya sebanyak 26 orang (33,33%) dan responden yang menjawab tidak sebanyak 52 orang (66.67%) Untuk pertanyaan ketujuh “Obat sejenis apa yang masuk dalam golongan antibiotik yang biasa anda konsumsi ? “ yaitu responden yang menjawab Amoksilin dan Ampisilin sebanyak 46 orang (58,97%), yang menjawab Ampisilin sebanyak sebanyak 6 orang (7,69%), yang menjawab amoksilin sebanyak 10 orang (12,82%), yang menjawab ciproloxasin sebanyak 3 orang (3,85%) dan menjawab tidak tahu sebanyak 13 orang (16,67%). Untuk pertanyaan kedelapan “Apakah anda mengerti tentang resistensi antibiotik ?” yaitu responden yang menjawab ya sebanyak 72 orang (92,31%) dan responden yang menjawab tidak sebanyak 6 orang (7,69%). Pada tabel 6 menujukkan bahwa persentase terbesar responden masyarakat Desa Daenaa yang dijadikan sampel, memiliki pengetahuan baik tentang penggunaan antibiotik
sebanyak 31 orang (39,75%), pengetahuan cukup sebanyak 35 orang
(44,87 %), dan yang pengetahuan kurang sebanyak 12 orang (15,38%). Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat Desa Daenaa tentang penggunaan antibiotik dikategorikan cukup, karena mereka belum begitu mengerti dan paham tentang penggunaan antibiotik. Pengetahuan yang cukup ini dipengaruhi
oleh kurangnya penyuluhan oleh Dinas Kesehatan dan juga banyaknya masyarakat yang memperoleh obat antibiotik dari apotek tapi banyak masyarakat yang tidak memperoleh tentang cara penggunaannya. Pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang penggunaan antibiotik sangat diperlukan mengingat banyak masyarakat yang menggunakan antibiotik tidak sesuai dengan jenis kumannya sehingga akan menimbulkan resistensi, dengan timbulnya resistensi maka akan menbutuhkan antibiotik yang lebih mahal, hal ini akan merugikan masyarakat itu sendiri. Pada tabel 7 menujukkan bahwa persentase responden masyarakat Desa Daenaa yang dijadikan sampel, responden yang memiliki pengetahuan baik tentang resistensi antibiotik sebanyak 30 orang (38,46%), pengetahuan cukup 40 orang (51,28%), dan 8 orang
(10,26%) yang berpengetahuan kurang. Sebagian besar
masyarakat Desa Daenaa belum tahu dan paham tentang akibat yang ditimbulkan jika tidak menggunakan antibiotik secara tepat. Obat yang sering di konsumsi oleh responden sebagian besar adalah amoksilin dan ampisilin karena kedua obat itu mereka bisa peroleh dari warung. Dengan pengetahuan yang cukup tentang penggunaan antibiotik maka masyarakat lebih banyak mengikuti penyuluhan atau lebih banyak bertanya tentang penggunaan obat antibiotik, terlebih lagi jika mereka tidak memperoleh informasi tentang penggunaan antibiotik dari tenaga kesehatan. Pengetahuan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pendidikan, umur dan pekerjaan tetapi dari informasi dan wawasan responden dari pengalaman sendiri, keluarga atau tetangga. Responden juga memperoleh informasi dari membaca artikel dari koran, majalah atau mendengar dari radio dan melihat televisi. Seseorang yang tamat SD belum tentu memiliki pengetahuan yang kurang dalam hal penggunaan obat yang baik terutama obat antibiotik dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan
yang lebih tinggi karena bila orang tersebut rajin membaca, rajin mendengar informasi dan selalu turut serta dalam penyuluhan atau sering bertanya kepada petugas kesehatan tidak mustahil pengetahuan orang tersebut akan bertambah menjadi lebih baik ( Anonim, 2011).