BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses komunikasi merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan De Vito (Onong, 1986). Sebagai sumber penerimanya, masing-masing orang bisa bertindak sebagai sumber ataupun sebagai penerima ketika proses encoding-decoding atau yang disebut sebagai tindakan memproduksi pesan atau memahami isi pesan ketika sedang berlangsung. Dalam pembahasan kali ini penulis menggunakan pesan tersebut melalui komunikasi interpersonal. Pesan tersebut dilakukan komunikator dalam sebuah media yang mendukung. Media yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah komunitas dance. Komunitas dance tersebut merupakan sebuah sarana atau media yang digunakan komunikator untuk menghantarkan sebuah pesan guna untuk mendapatkan feedback dengan segera dari komunikan. Tasikmalaya merupakan sebuah kota yang memiliki banyak penduduk remaja dan dewasa yang cukup berbakat di bidang entertainment terutama dance. Dalam kesempatan penelitian kali ini penulis meneliti sebuah fenomena dimana dancer laki-laki di Tasikmalaya adalah seorang gay. Dari hasil pra penelitian beberapa data menyebutkan gay yang berada di Tasikmalaya terlibat dalam dunia dance, dan untuk saat ini rata-rata rentan umur mereka adalah remaja dan dewasa. Meskipun banyak profesi lain yang dapat dilakukan seperti menjadi pekerja salon, fashion designer, dan menjadi model, mereka lebih memilih terjun di dunia dance dengan alasan dancer pasti akan sering tampil diberbagai acara dan pastinya ditonton
oleh banyak
masyarakat
yang dengan
secara bebas
mereka
mengekspresikan identitas mereka secara terang-terangan. Tasikmalaya memiliki sebuah komunitas dancer yang terdata ada 17 group yang aktif hingga saat ini. Group tersebut terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ada group dance yang anggotanya hanya laki-laki saja dan ada pula group dance yang anggotanya semua perempuan. Selain itu ada pula gabungan dari laki-laki dan perempuan dalam beberapa group dance.
30
NO
Nama Group
Lama Berdiri
Masa Aktif
Jumlah Personil
Gender
Terindikasi
L
P
Gay
1
Bandidas Dance Crew
9 thn
2005-sekarang
9 orang
5
4
5
2
Breakin Beat’z Dance
9 thn
2005-sekarang
8 orang
3
5
3
3
Vennom Dance
2 thn
2012-sekarang
8 orang
3
5
3
4
Femmous Dance
2 thn
2012-sekarang
5 orang
-
5
-
5
Fun 2 Winner Dance
7 thn
2007-sekarang
6 orang
3
3
3
6
Pussy Cat Dolls Dance
1 thn
2013-sekarang
5 orang
5
-
5
7
Senor Dance
5 thn
2009-sekarang
4 orang
4
-
4
8
I am me Dance
3 thn
2011-sekarang
3 orang
3
-
3
9
Foreva Dance
3 thn
2011-sekarang
3 orang
3
-
3
10
Liberty Dance
7 thn
2007-sekarang
7 orang
3
4
3
11
Papukis Dance
4 thn
2010-sekarang
6 orang
3
3
3
12
E4F Dance
6 thn
2008-sekarang
3 orang
3
-
3
13
Glow Dance
4 thn
2010-sekarang
3 orang
-
3
-
14
Anonymous Dance
2 thn
2012-sekarang
7 orang
4
3
4
15
King Jack Queen Crew Dance
1 thn
2013-sekarang
3 orang
3
-
3
16
Sexy Ladies
1 thn
2013-sekarang
4 orang
-
4
-
17
Zet Dance
2 thn
2010-sekarang
3 orang
-
3
-
Tabel 1 : Data Group Dance di Tasikmalaya
Dari hasil penelitian yang dilakukan terlampir data group dance Tasikmalaya yang didalamnya terdapat anggota dancer gay. Seperti yang terlihat pada tabel diatas terdapat 45 laki-laki yang terindikasi gay. Dapat dilihat dalam
31
tabel tersebut setiap group dance yang memiliki anggota laki-laki mereka semua terindikasi gay. Perekrutan seorang anggota pun tidak mengharuskan anggota seorang gay. Pada awalnya mereka juga tidak semua gay, namun karena penyimpangan seksual akibat pergaulan yang menjadikan mereka seorang gay. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh dancer gay tersebut merangsang mereka untuk berpikiran menambah banyak teman dengan memeletekkan anggota dancer baru yang masih normal agar menjadi gay. Melalui sebuah proses komunikasi yang panjang dancer gay berhasil merubah seorang dancer normal menjadi seorang gay. Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran mengenai bagaimana proses komunikasi yang terjadi melalui sebuah komunikasi interpersonal pada seorang dancer gay yang memeletekkan seorang dancer normal. Sebelum lebih jauh memperhatikan prosesnya, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang bagaimana profil dancer yang penulis amati.
4.1 Profil Dancer 4.1.1 Dancer Gay (X)1 4.1.1.1 Yudistira2 Yudistira (bukan nama sebenarnya) yang lahir pada 12 Februari 1994 adalah seorang laki-laki muda yang tergabung dalam sebuah group dance bernama Vennom Dance. Laki-laki yang berperawakan tinggi kurus dengan kulit putih tersebut memiliki keahlian lain sebagai model yang sering mendapatkan prestasi. Yudistira adalah anak bungsu yang hanya mempunyai satu kakak perempuan yang sudah menikah. Orang tuanya meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Awalnya Yudistira hanya seorang anak laki-laki biasa yang hanya mengerjakan kewajibannya sebagai seorang siswa. Yudistira mulai tertarik dengan dunia entertaint karena 1
X = Dancer gay yang mempengaruhi
2
Yudistira merupakan nama samaran berdasarkan kesepakatan pada saat wawancara Selasa, 30 Juni 2015
32
memiliki hobi menari dan bergaya, sehingga akhirnya Yudistira menjadi seorang model yang tergabung dalam sebuah agency model ternama di Tasikmalaya. Biaya yang didapatkan dari hasil menjadi model tersebut dia gunakan untuk membiayai sekolahnya. Pada tahun 2010 Yudistira memutuskan untuk menggeluti hobinya dibidang seni tari yaitu modern dance. Kesehariannya Yudistira bekerja disebuah perusahaan garment di Tasikmalaya terhitung sejak tahun lalu, namun masih tetap disambi dengan hobinya menjadi seorang dancer. Yudistira menjadi gay pada tahun 2009 karena dipeletekkan oleh teman agency modelnya. Alasan seorang Yudistira memilih menjadi seorang homoseks karena faktor ekonomi, meskipun lebih dominan karena akibat faktor pergaulan. Dia terbawa pada dunia gay sejak menjadi anggota model karena bergaul
dengan
banyak
gay
di
dunia
entertainment
Tasikmalaya. Sejauh ini Yudistira masih terbilang baru di dunia homoseksual karena belum banyak pengalaman lebih tentang dunia homoseksual. Yudistira baru memeletekkan 2 orang lakilaki normal dalam hidupnya. Salah satunya adalah anggota dance baru dalam group Vennom Dance. Yudistira adalah gay yang berperan sebagai top dengan berpenampilan menggunakan kaos dan celana panjang yang cuek dan bersepatu bila perlu. Potongan rambut juga rapi, karena memang Yudistira memiliki hubungan yang tertutup dengan masyarakat, dalam arti masyarakat tidak mengetahui bahwa dia adalah seorang gay karena kesehariannya dia berpenampilan layaknya laki-laki pada umumnya tanpa memperlihatkan 3
sisi
ngondek3-nya.
Yudistira
hanya
Ngondek feminim, genit, merupakan bahasa yang digunakan oleh kaum LGBT dengan bahasa yang telah
disepakati bersama dengan kaumnya.
33
berpenampilan seperti perempuan pada saat di stage ketika sedang dance. Dia menganggap dance sebagai sarana aji mumpung untuk memperlihatkan sisi keperempuanannya tanpa diketahui
masyarakat
bahwa dia seorang
gay, karena
masyarakat hanya menganggap dance sebagai hiburan. Mengenai Yudistira yang berdandan seperti perempuan masyarakat
hanya
menganggap
sebatas
keprofesionalan
Yudistira dalam dance. Dalam dunia dance, Yudistira merupakan orang yang rajin dalam latihan. Dia selalu datang membawa inspirasi baru mengenai koreografi baru ataupun keunikan-keunikan lain dalam dance. Walaupun Yudistira punya kesibukan lain dengan pekerjaannya di garment, Yudistira selalu menyediakan waktu luang untuk latihan dance atau sekedar nongkrong bareng teman-teman komunitasnya. Yudistira menemukan kenyamanan dalam komunitas dance dibandingkan ketika dia menjadi seorang model. Menurutnya selain untuk menyalurkan hobinya komunitas dance adalah tempat dia belajar dari kaum gay yang senior. Belajar dalam dance itu sendiri maupun tentang dunia gay. 4.1.1.2 Vania Vania adalah nama panggilannya saat di komunitas dan bukan merupakan nama aslinya. Laki-laki berusia 29 tahun ini telah tergabung dengan group Bandidas Dance Crew sejak tahun 2006. Vania memiliki saudara kembar laki-laki yang mirip dengannya. Selain itu Vania memiliki 2 orang adik perempuan dan 2 orang kakak laki-laki. Keluarganya hingga saat ini tidak mengetahui bahwa dirinya merupakan seorang gay. Vania menjadi gay sejak tahun 2007. Pergaulan dan lingkungan yang menyeretnya ke dunia
34
homoseksual. Bergabungnya dengan group dance membuat dia semakin
menemukan
dunianya.
Dia
telah
banyak
memeletekkan laki-laki normal dan akhirnya menjadi gay seperti dirinya baik dalam lingkungan komunitas dance nya maupun laki-laki yang tidak tergabung dengan komunitasnya. Berbagai macam cara dilakukannya untuk merubah seseorang menjadi gay. Vania orang yang supel dan sangat mudah bergaul. Pada awalnya vania adalah seorang Top4 yaitu laki-laki homoseksual yang memposisikan dirinya sebagai laki-laki. Sesuai berjalannya waktu dia mencoba untuk menjadi seorang Bot
atau
bottom5
yaitu
laki-laki
homoseksual
yang
memposisikan dirinya sebagai seorang perempuan. Karena dia memiliki kepribadian yang sedikit maskulin dan kebanyakan feminine dia menjadi seorang Versatile/Vers6 yaitu laki-laki homoseksual
yang
memposisikan
dirinya
bisa
sebagai
untuk
korban
perempuan bisa juga sebagai laki-laki. Vania
biasanya
mencari
mangsa
peleteknya dari anggota dancer baru yang tergabung dalam sebuah komunitas dance di Tasikmalaya dari berbagai group.
4
Top adalah orang yang terlibat dalam peran penetrasi dalam hubungan seksual dengan penisnya selama
seks anal dan oral seks. Top juga digunakan sebagai kata kerja yang berarti "untuk menembus yang lain (Wikipedia, diunduh pada 26 Agustus 2015) For a celebration of the un- or pre-modern exogamy between “queers” and “real man” willing to penetrate them. (Stephen O. Murray, American Gay:1996-88) 5
Bottom adalah salah satu orang yang menerima penetrasi dalam hubungan seksual. (Wikipedia, diunduh
pada 26 Agustus 2015) The Bottom version may enjoy the all the above but their main emphasis is to be penetrated. (Jonathan. L. Charles, SPANISH For Gay Man:2012-279) 6
Versatile adalah orang tersebut dalam kedua kegiatan itu. (Wikipedia, diunduh pada 26 Agustus 2015)
Being versatile is enjoying both roles. As well as this three roles is also the oral preference with their major emphasis only the oral pleasures that the he enjoy with little interest in the of sexual adventure. (Jonathan. L. Charles, SPANISH For Gay Man:2012-279)
35
Selain itu dia juga mencari korban lain dari pelajar SMA yang memang sudah ada naluri untuk menjadi seorang gay. Kesehariannya vania menggunakan baju seperti lakilaki pada umumnya namun dengan warna yang sedikit berani. Tanpa lupa vania selalu menggunakan bedak atau krim pada wajahnya dan juga lotion pada tubuhnya setiap akan berpergian. Ketika bergabung dengan komunitasnya dia bisa menjadi seorang yang keayahan atau sosok orang tua bagi yang lain, namun dia juga bisa menjadi orang yang centil bila sudah bergabung dengan teman-teman genk-nya. Bahasa yang digunakan Vania sehari-hari adalah bahasa binan7 yang mereka pahami antara gay satu dengan lainnya. Menurut Vania dance merupakan salah satu media yang berhubungan dengan dunia gay. Melalui dance dia menemukan teman-teman yang juga gay dari kota-kota lain. Bahkan dengan tergabungnya Vania dalam komunitas dance menjadikannya tidak memalukan saat bergabung dengan teman-temannya di tempat dugem. Hingga saat ini Vania masih aktif dan menggeluti dunia dance walaupun frekuensi tampilnya tidak begitu sering seperti halnya dancer-dancer yang baru. Menurutnya mungkin rencananya jika sudah berumur kepala 3 baru dia akan berhenti menjadi seorang dancer dan akan lebih serius pada masa depannya yaitu menikah untuk memiliki calon pendamping.
7
Binan banci, waria, merupakan bahasa yang disepakati bersama kaum LGBT dan digunakan oleh kaum
LGBT sehari-hari.
36
4.1.2 Dancer Normal (Y)8 4.1.2.1 Teguh9 Teguh (bukan nama sebenarnya) merupakan anggota baru dari group Vennom Dance sejak tahun 2013. Sebelum tergabung dengan Vennom Dance Teguh tergabung dalam sebuah group dance sekolah sejak dia duduk di bangku kelas 2 SMA. Laki-laki berperawakan tinggi ini tertarik dengan dunia seni tari modern karena dia merasa dengan menari dan mendengarkan musik akan membuat hidupnya tenang dan bisa mengapresiasikan apa yang dirasakannya. Teguh memiliki kulit yang putih dan sangat halus. Wajar saja karena Teguh adalah anak tunggal yang tidak memiliki
satupun
saudara
kandung.
Teguh
sangatlah
mendapatkan perhatian lebih dari orang tuanya. Dia sangat dimanja sehingga apa yang diinginkannya selalu dikabulkan oleh orang tuanya. Saat ini Teguh berusia 20 tahun. Ketika usia Teguh beranjak 17 tahun dia sedang sibuk-sibuknya di dunia dance dan di masa itu pula juga Teguh sedang mengalami masa pencarian jati diri untuk kedewasaannya. Karena kecintaannya terhadap dance Teguh tidak peduli orang berkata apa mengenai anak dancer Tasikmalaya yang kebanyakan homoseksual. Teguh akhirnya bergabung dengan komunitas dance Tasikmalaya dan dia sangat dekat dengan para senior karena dia orang yang mudah berbaur dan humble. Teguh pun sangat terbuka dengan teman-teman dancer lainnya sehingga sangat memudahkan Teguh untuk lebih cepat menyamakan strata kedudukannya dalam group dance tersebut. Pemuda berkacamata tersebut memiliki masa lalu yang agak suram dalam percintaannya. Mantan kekasihnya bernama 8
Y = Dancer normal yang dipengaruhi
9
Teguh merupakan nama samaran berdasarkan kesepakatan pada saat wawancara Minggu, 28 Juni 2015
37
Bunga10 adalah seorang lesbian11. Ketika berpacaran dengan Teguh dia sudah menjadi seorang lesbian namun masih memiliki hasrat terhadap lelaki dalam kata lain Bunga merupakan
biseksual12.
Teguh
memang
memiliki
rasa
kekecewaan terhadap mantan pacarnya tersebut, namun baginya hidup harus tetap berjalan karena jalan hidupnya masih panjang apalagi diusianya yang dulu baru menginjak 17 tahun. Pemuda dengan tinggi badan 175 cm ini berpenampilan K-Pop. Kesehariannya dia ingin selalu terlihat rapi, bersih dan unik. Dengan style K-pop yang digunakanya, dia terlihat seperti anak gaul masa kini yang disenangi kaum wanita. Di Vennom Dance dia merupakan dancer dengan aliran all styles, dalam arti bisa menari apa saja termasuk tradisional dan modern dance. Saat ini Teguh adalah seorang mahasiswa. Walaupun Teguh mempriorotaskan kuliah nomor satu, baginya dance juga penting, hingga saat ini Teguh masih serius menggeluti dunia dance dan sangat pintar baginya untuk tetap membagi waktu antara kuliah dan dance agar tidak mengganggu satu sama lain. Seperti motto Teguh dalam komunitas dance yang berbunyi, “Dance is my life style and music is my reason to life”, dia sangat mencintai dunia seni tari dan apapun dia lakukan demi dance dan teman-teman dancer-nya, karena baginya komunitas dancer adalah keluarga kedua selain keluarganya dirumah.
10
Bunga adalah nama samaran dari mantan kekasih Teguh sesuai dengan kesepakatan ketika wawancara,
Minggu 28 Juni 2015 11
Lesbian merupakan sebuah hubungan emosional yang melibatkan rasa, cinta dan kasih sayang dua
manusia yang memiliki jenis kelamin sama yakni perempuan. (Zastrow, 2004:248). 12
Biseksual didefinisikan sebagai orang yang memiliki ketertarikan secara psikologis,emosional dan seksual
kepada laki-laki dan perempuan (Robin & Hammer, 2000 dalam Matlin, 2004).
38
4.1.2.2 Purin Purin (bukan nama sebenarnya) adalah seorang laki-laki yang
lahir pada 7 Februari 1992. Pemuda asal Rajapolah
Kabupaten Tasikmalaya ini kini tidak melanjutkan pendidikan kuliah melainkan hanya bekerja sebagai dancer. Selama 6 tahun Purin menjadi seorang gay dan selama itu pula Purin berprofesi sebagai dancer. Purin adalah sebuah nama panggilan yang digunakan ketika dia telah dipeletekkan oleh seorang dancer gay bernama Vania. Seorang anak laki-laki berusia 23 tahun ini memasuki komunitas dancer pada tahun 2007 dan menjadi gay pada tahun 2009. Purin anak laki-laki satu-satunya dan memiliki seorang adik perempuan yang usianya 5 tahun lebih muda darinya. Sejak kecil dia sudah mengalami masa kehidupan yang sulit dengan keluarganya. Ibunya merupakan istri kedua ayahnya. Orang tuanya berpisah rumah sejak usianya 4 tahun. Purin tinggal bersama Ibunya di Kota Ciamis sedangkan ayahnya kembali kerumah istri pertamanya di Kota Tasikmalaya. Ketika masuk SMP Purin seperti anak-anak lainnya dia mudah berbaur. Di sekolahnya dia merupakan komandan upacara. Purin cukup gagah ketika SMP bahkan tidak sedikit wanita yang mengejarnya. Namun dia tidak pernah berani untuk mendekati seorang wanita dengan alasan dia tidak ingin pacaran dan nantinya putus. Dalam arti lain Purin tidak ingin menyakiti wanita seperti Ibunya yang ditinggal ayahnya. Ketika memasuki bangku SMA Purin juga mengalami kondisi beban hati yang berbeda dengan teman-teman sebayanya. Dia minder karena teman-temannya yang lain memiliki kendaraan. Pada suatu hari Purin berpacaran dengan seorang wanita, namun tidak lama mereka putus hanya karena wanita tersebut tidak ingin melanjutkan hubungan dikarenakan
39
Purin tidak memiliki kendaraan untuk bisa mengantar jemputnya ke sekolah. Hal tersebut berulang ketika Purin berpacaran dengan wanita lainnya. Sejak
kecil
Purin
memiliki
hobi
menari
dan
berolahraga. Dia mulai tertarik dengan dance karena kebetulan di Tasikmalaya tahun 2007 adalah masa-masanya banyak dancer yang eksis di dunia entertaint. Purin pun pada akhirnya bergabung dengan sebuah group dance bernama Bandidas Dance Crew pada bulan September 2007, dengan alasan dia ingin eksis dan ingin mengembangkan bakatnya dibidang yang ia minati, sehingga dia bisa menjadi kebanggaan orang tua dan orang-orang disekitarnya. Saat ini Purin merupakan seorang ketua dalam group Bandidaas Dance Crew. Purin juga
tergolong anggota
Bandidas Dance Crew terlama yang aktif hingga saat ini. Purin orang yang pendiam namun bisa juga menjadi yang palinng berisik jika ada suatu pembicaraan yang memuji dirinya. Purin orang yang sabar ketika melatih para anggota. Maka tak banyak dari mereka para anggota dance perempuan maupun laki-laki yang lebih memilih diajari olehnya. Laki-laki berkulit coklat dan tinggi badan sekitar 163 cm dan berat badan 50 kg itu membuat dirinya tampak imut mungil. Purin memiliki cara berpakaian K-pop style. Dengan kaos bermodel v-neck dan celana jeans panjang bermodel pensil serta sepatu bootnya Purin selalu menjadi bahan perbincangan masyarakat karena dirinya yang terlihat keren, bahkan para wanita sesekali pernah tertipu olehnya. Para wanita tersebut menyukainya yang padahal Purin sendiri tidak tertarik dengan lawan jenis. Dalam dunia gay Purin berperan sebagai top. Dirinya yang lucu membuat para gay bot yang lain lebih tertarik kepadanya daripada anggota dancer lainnya.
40
Purin juga bukan seorang gay yang setia, karena dia memiliki lebih dari satu pasangan.
4.2
Proses Komunikasi Dancer Gay Dancer Normal Proses komunikasi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut, pertama pelaku komunikasi pertama kali mengambil inisiatif sebagai komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya melalui saluran komunikasi tertentu misalnya via telepon, SMS, BBM, atau bertatap muka secara langsung kepada lawan komunikasinya yang bertindak sebagai komunikan. Kedua pihak komunikan setelah menerima pesan akan mengartikan dan menginterpretasikan apa yang ditangkapnya. Apabila komunikan memiliki reaksi atau tanggapan maka akan dengan segera komunikan tersebut memberikan umpan balik atau feedback dengan memberikan pesan balik kepada komunikator. Yang ketiga adalah dimana komunikator akan bertindak menjadi penerima pesan atau penerima feedback. Apabila ada reaksi atau feedback lagi maka akan dengan segera disampaikan kembali pada lawan komunikasinya. Begitulah komunikasi tersebut akan berlangsung secara terus menerus dan akan menjadi proses tarik ulur yang panjang dari pembentukan pesan (encoding), penafsiran pesan (interpreter), dan pemecahan kode pesan (decoding). Hal tersebut terlihat dalam proses peletek Yudistira terhadap Teguh maupun Vania terhadap Purin. Masing-masing pasangan memiliki cara tersendiri untuk memeletekkan lawannya, tergantung dari pesan yang diberikan dan feedback segera dari masing-masing komunikan. Seperti yang telah dijelaskan dalam latar belakang seorang Yudistira dan Teguh pada profil diatas mereka berdua sama-sama tergabung dalam sebuah group Vennom Dance. Yudistira yang merupakan senior dalam group tersebut telah memeletekkan seorang anggota dance baru yang tadinya normal bernama Teguh. Proses yang terjadi berlangsung selama 10 bulan.
41
Berawal dari sebuah pertemuan dalam ajang Dance Competition, Teguh memiliki rasa penasaran dan ingin bergabung menjadi seorang dancer. Salah satu anggota Vennom Dance mencoba mendekati Teguh dan mengajaknya berbincang sebentar saja. Yudistira merasa mulai menyukai Teguh saat dia bercengkrama bersama, sehingga akhirnya Yudistira mencoba menghubunginya kembali melalui via media sosial facebook dan bertukar nomor telepon. Yudistira mengajak Teguh untuk bergabung bersama groupnya di Vennom Dance. Setelah percakapan yang dilalui melalui via telepon dan sms Teguh pun akhirnya bergabung dengan sebuah group Vennom Dance.
“Dari awal melihatnya Saya merasa saya menyukainya, tapi dia bukan seorang gay. Jadi bagaimanapun juga saya harus bisa memeletekkan anak itu.” (Yudistira)
Kode yang diberikan Yudistira terhadap Teguh sangatlah jelas bahwa Yudistira menyukai Teguh dan membentuk sebuah strategi untuk memeletekkan Teguh dengan cara mengajak Teguh bergabung dengan group dance-nya Dari cerita yang didapatkan dapat dilihat bahwa Yudistira sebagai komunikator akan melakukan proses pendekatan pada Teguh karena Yudistira merasa mulai menyukai Teguh yang bukan seorang gay. Melalui sebuah media yaitu komunitas dance mereka bisa bertatap muka lebih sering satu sama lainnya. Proses komunikasi tak lepas dari pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Yudistira merupakan tipe orang yang berusaha keras dan tidak mudah putus asa, walaupun pengalamannya dalam memeletekkan laki-laki normal masih terbilang jarang karena Yudistira baru memeletekkan laki-laki satu kali. Yudisitra berharap Teguh
42
bisa menjadi kekasihnya, jika tidak pun Yudistira tetap ingin bisa dekat dengan Teguh. Begitupula dengan pasangan Vania dan Purin yang memiliki latar belakang seperti yang dipaparkan di halaman sebelumnya. Mereka tergabung dalam group yang sama yakni Bandidas Dance Crew. Vania yang merupakan komunikator membentuk pesan terhadap Purin sebagai proses pendekatan yang dijalani. Berawal dari kedekatan mereka disetiap latihan yang dilaksanakan Bandidas Dance Crew Vania memberikan kode bahwa Vania mendekati Purin dengan alasan kenyamanan yang dirasakan berbeda, namun berbeda dengan Yudistira dan Teguh, Vania menganggap Purin sebagai adiknya. Kedekatan Vania dan Purin sebatas kakak-adik baik di dunia dance dan dalam kehidupan sehari-hari. “Aku anggap Purin adik. Aku tidak berharap Purin akan menjadi gay sepertiku. Yang aku inginkan hanyalah Purin nyaman berada didekatku dan kita bisa saling berbagi cerita karena aku merasa cocok saja dekat dengan Purin tidak peduli apa status kita.” (Vania)
Pesan yang diberikan Vania tidak sejelas seperti yang diberikan Yudistira terhadap Teguh. Vania membuat semuanya mengalir hingga akhirnya Purin bisa mencerna arti pesan dari Vania berdasarkan apa yang ditangkap dan dirasakan Purin. 4.2.1 Proses Peletek Yudistira Teguh melalui Komunikasi Interpersonal Untuk mengetahui komunikasi interpersonal seorang gay yang sedang memeletekkan lawannya, peneliti harus mengetahui dulu kepribadian dan hakikat gay tersebut terlebih dahulu, serta melakukan in-depth interview agar mengetahui lebih banyak
43
mengenai proses peletek dancer gay terhadap dancer normal tersebut. Proses pendekatan tersebut tak lepas dari komunikasi yang diberikan komunikator terhadap komunikan melalui sebuah pendekatan komunikasi Interpersonal. Menurut Devito, komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan
berbagai
dampaknya
dan
dengan
peluang
untuk
memberikan umpan balik segera (De Vito,1997:231). Dalam kasus peletek Yudistira terhadap Teguh hal tersebut dimulai dengan bergabungnya Teguh pada komunitas dance dalam group Vennom Dance. “Karena aku tertarik dengan dunia dance, dan aku suka banget sama dance akhirnya aku memutuskan untuk bergabung bersama Vennom Dance sesuai permintaan ajakan dari Yudistira saat kita bercakap melalui telepon. Aku ingin menjadi seorang penari professional dan ingin lebih tau seperti apa dunia dancer itu.” (Teguh)
Sesuai dengan tujuan dari komunikasi interpersonal Devito poin pertama dan poin kedua yakni untuk mencari jati diri dan untuk menemukan/mengenal dunia luar, Teguh memutuskan untuk bergabung dengan sebuah komunitas dance dalam group Vennom Dance untuk mengetahui jati dirinya. Teguh menerima tawaran Yudistira ketika Yudistira menawarkan beberapa pernyataan yang menggiurkan mengenai dunia dance. Yudistira merasa mulai menyukai Teguh dan sangat ingin memeletekkan Teguh. Akhirnya Yudistira melakukan sebuah pendekatan
yang
dilakukannya
secara
bertahap
untuk
memenangkan hati Teguh
44
“Saya memberikan perhatian yang lebih untuk Teguh sebagaimana laki-laki yang sedang melakukan PDKT dengan perempuan agar Teguh nyaman berada didekat saya dan bisa menganggap saya sebagai teman spesialnya.” (Yudistira)
Diawali dengan pemberian perhatian yang lebih, Yudistira telah menaruh harapan agar Teguh bisa lebih membuka diri dan menganggap Yudistira sebagai sahabatnya. “Aku ga sadar kalo dia itu gay soalnya selama ini kalo smsan juga biasa aja. Tapi selang beberapa bulan setalah aku masuk management Vennom Yudistira punya perhatian yang lebih dan dilihat dari perhatianya makin kaya orang yang lagi PDKT gitu. Aku juga orangnya iseng kan ya aku ladenin aja toh dia juga senior dance aku.” (Teguh)
Teguh yang memiliki kepribadian polos menganggap bahwa itu hanya sebatas pendekatan antara senior dan junior. Karena memiliki rasa tidak enak dalam arti karena Teguh merupakan junior di Vennom Dance akhirnya Teguh tetap melanjutkan kedekatannya yang awalnya masih menganggap sebatas teman biasa. Seiring berjalannya waktu mereka mulai dekat dan saling terbuka satu sama lain. “Saya merasa sangat nyaman berada didekat Teguh jadi saya sangat percaya untuk membuka jati diri saya dan bagaimana kondisi keluarga saya. Saya juga berharap Teguh akan terbuka kepada saya.” (Yudistira)
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila adanya saling keterbukaan seperti dalam konsep Devito mengenai
45
Efektivitas
Komunikasi
Interpersonal
(Devito,1997:259-264).
Adanya rasa saling terbuka dan sikap mendukung satu sama lain akhirnya membuat kedekatan Yudistira dan Teguh semakin erat. Teguh memberikan feedback yang sangat tepat dengan memiliki rasa empati atas apa yang terjadi pada Yudistira. Saat itu Ayah dari Yudistira meninggal dunia dan Teguh selalu men-support Yudistira dan menjadi teman terbaiknya. Teguh selalu ada disamping Yudistira dan hal tersebut membuat Yudistira semakin merasa adanya perhatian yang lebih pula dari Teguh. “Saya mencoba untuk mengungkapkan rasa kasih sayang saya terhadap Teguh dengan cara memeluknya sesekali atau mencoba mengelus rambutnya dan mengusap keringatnya ketika kita sedang latihan.” (Yudistira)
Kedekatan mereka tak akan berjalan tanpa adanya komunikasi verbal dan juga non verbal. Dalam kutipan tersebut secara tidak langsung Yudistira melakukan beberapa kali gerakan nonverbal kepada Teguh sebagai caranya untuk mengambil perhatian Teguh. Begitulah cara Yudistira mengungkapkan melalui pesan nonverbal dengan cara memeluk, mengelus, dan mengusap. Pesan verbal dan nonverbal yang diberikan Yudistira sedikit membuat Teguh diam dan merasa ada yang memperhatikannya seperti layaknya saudara. Efek dari Teguh yang tidak memiliki saudara kandung itu pun akhirnya membuat Teguh merasa nyaman berada didekat Yudistira. “Suka sih belum tapi rasa nyaman ada setelah beberapa bulan bareng, karena dia selalu menjadikan aku seperti seorang adik dan memperhatikan aku dengan lebih, dia memperlakukan aku sangat baik dan sangat manis seperti ke cewek gitu sampe aku dikenalin ke orangtuanya. Ya
46
meskipun dikenalin sebagai teman tapi ibunya baik banget sama aku sampe nganggap aku kaya anaknya. Terus dia mulai berani pegang tangan aku, awalnya aku takut soalnya itu terkesan aneh saat cowok memegang tangan cowok”. (Teguh)
Teguh adalah pribadi orang yang iseng sehingga semua perkataan atau perbuatan Yudistira yang mengarah seperti ranah pembicaraan laki-laki pada perempuan pun ditanggapinya. Adanya kontak fisik yang dilakukan itu merupakan komunikasi yang terjadi secara nonverbal. Teguh mulai merasakan kenyamanan setelah beberapa bulan bersama. Adanya rasa saling percaya, keterbukaan satu sama lain, sikap saling mendukung baik itu ketika dance maupun dalam kehidupan sehari-hari. Teguh mulai merasa adanya kesetaraan antara dirinya dan Yudistira. Kesetaraan dalam dunia dance karena kegigihan Teguh dalam latihan membuat Teguh disetarakan dengan senior lainnya. Teguh sudah bisa mengimbangi senior lainnya sehingga Teguh dan Yudistira selalu perform bersamaan diacara yang sama. Ketika Teguh mulai merasakan kesetaraan dan rasa percaya pada Yudistira akhirnya Yudistira mulai mengungkapkan rasa sukanya kepada Teguh melalui bahasa verbal yaitu secara lisan. Tidak
peduli
apapun
reaksinya,
Yudistira
dengan
yakin
mengatakan bahwa dia menyayangi Teguh. “Saya mengungkapkan bahwa saya menyayangi Teguh setalah beberapa bulan bersama, Saya mengajak Teguh kerumah agar kita bisa lebih berdekatan satu sama lain melalui kedekatan secara fisik.” (Yudistira)
47
Seperti kutipan yang diungkapkan oleh Yudistira kepada peneliti, terlihat jelas bahwa Yudistira mulai memancarkan kode kepada Teguh untuk meyakinkannya. “Saat itu saya berkata: Teguh, aku ga peduli kamu anggap aku apa, mau benci aku nantinya seperti apa tapi inilah aku. Ini kenyataan aku. Kamu tahu aku seorang gay, dan aku menyukai kamu. Saat itu saya sangat berhati-hati dalam bicara dan memperhatikan kata-kata saya takut ada salah kata yang nantinya malah merusak mood si Teguh. Saya sambil
menggenggam
tangan
Teguh
dan
langsung
memeluknya.” (Yudistira)
Kata-kata yang diucapkan Yudistira secara verbal sangat diperhatikan. Bahasa menciptakan komunikasi yang efektif agar lebih dekat dan membina hubungan yang baik. Ketika seseorang ingin menciptakan hubungan yang baik antara satu sama lain bahasa verbal yang digunakan pun perlu diperhatikan, sehingga hal tersebut membuat Teguh menjadi enggan untuk menolak. Diperlakukan seperti itu Teguh awalnya merasa risih dan takut karena selama ini dia memang merasakan kenyamanan, namun masih menganggap Yudistira hanya sebatas teman, namun karena perlakuan Yudistira yang menurut Teguh sangat istimewa akhirnya Teguh mulai merasakan sesuatu yang tidak umum dirasakan oleh laki-laki pada umumnya. “Pada awalnya aku cuma diam aja karena aku punya rasa penasaran kok aku udah mulai ngerasa nyaman dan biasa aja waktu dia pegang tangan aku, ngelusin aku kalo aku cerita tentang apa saja yang terjadi dan cerita hal-hal yang sedih, jadi aku terbawa suasana nyaman. Sesekali kalo kita pergi nonton bareng gitu dia sering banget melukin sama
48
megang tangan aku. Aku bingung gabisa nolak soalnya ngerasa gaenak takut dia jadi marah. Mengingat kita adalah satu tim, satu group dance. Dan ketika dia menyatakan dia suka sama aku dan dia berani cium kening sama pipi aku, aku ngerasa risih. Awalnya aku berpikiran kok cowok cium cowok, tapi setiap aku berusaha menghindar dia selalu meyakinkan aku kalo dia itu suka dan sayang sama aku. Aku mulai ngerasa jantung aku deg-degan bergetar kencang sekali yang akupun ga tau kenapa bisa kaya gitu.” (Teguh)
Rasa penasaran yang dirasakan Teguh muncul sejak keanehan-keanehan yang terjadi disekitarnya bersama Yudistira. Berawal dari rasa penasaran tersebut yang dibantu dengan adanya kedekatan interpersonal Teguh mulai terbawa pengaruh Yudistira. Yudistira mengartikan diamnya Teguh sebagai respon balik atas perlakuannya. Yudistira semakin antusias untuk lebih membuat Teguh jatuh dalam rencananya, karena respon positif yang diberikan Teguh merupakan sinyal bagi Yudistira bahwa Teguh bisa meletek. Proses tarik ulur terus berjalan dan pergantian pesan antara Yudistira dan Teguh juga membuat hubungan mereka semakin dekat. “Karena saya yakin Teguh merespon apa yang saya lakukan akhirnya saya mencoba untuk mulai melakukan hal yang lebih ekstrim lagi padanya seperti menciumnya dan membuat dia merasakan indahnya bercinta, selain itu akan saya lihat apakah dia bisa dipeletekkan menjadi Top atau Bot. Disaat waktu yang tepat pula saya pasti akan melakukannya, menunggu moment tertentu.” (Yudistira)
49
Ketika posisi Teguh sedang dalam masa sulit, Yudistira hadir sebagai sosok penyemangat bagi Teguh dan menunjukkan sikap empatinya melalui bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal seperti ucapan kalimat motivasi agar Teguh bersemangat yang disertai bahasa nonverbal seperti raut wajah bersedih yang dilakukannya seolah Yudistira ikut terlibat dan mengalaminya. Mimik wajah yang memelas, kontak mata, gerak gerik yang menunjukkan rasa empatinya semua dilakukannya agar bisa lebih bisa berdekatan secara fisik. Yudistira mengajak Teguh kerumahnya agar bisa istirahat dan menenangkan pikirannya. Disaat waktu yang tepat Yudistira kembali melakukan kontak fisik seperti memberikan pelukan dan belaian agar menenangkan hatinya. Teguh yang terlihat hanya diam menandakan kenyamanan atas apa yang dilakukan Yudistira. Hal tersebut membuat Yudistira yakin bahwa Teguh memiliki sifat manja dan perlu kasih sayang. “Pada saat itu momentnya pas, saya memperlakukan Teguh seperti seorang Pangeran/Putri dan berusaha menjadi orang yang selalu membuatnya nyaman. Saat itu saya yakin lambat laun Teguh bakal meletek dan menyukai saya juga. Saya melakukan dengan perlahan dari mulai melakukan sentuhan hingga kearah yang lebih lanjut, dan saya akan lihat apakah Teguh tetap diam saja atau menolak ketika saya mengajaknya berhubungan seksual.” (Yudistira)
Bagi Yudistira sebelum hubungan intim dilakukan itu belum menandakan bahwa Teguh meletek. Baginya, rasa suka bisa saja hanya sebatas ucapan yang siapapun bisa melakukannya untuk menghindari pertikaian. Apabila dianalisis dan dikaitkan dengan komunikasi interpersonal hal tersebut termasuk dalam kelebihan komunikasi
50
interpersonal. Kelebihan tersebut terdapat dalam tujuan komunikasi interpersonal DeVito poin ke-3 dan ke-4 yaitu untuk memelihara hubungan dan untuk mengubah perilaku dan sikap seseorang. Apa yang telah dilakukan Yudistira menggambarkan bahwa Yudistira berusaha mengubah perilaku Teguh. “Aku ngga ngerti waktu itu apa yang udah terjadi sama aku, mungkin aku terlalu berlarut dalam kesedihan jadi aku cuma diam aja diperlakukan aneh seperti itu sama Yudistira karena aku nyaman. Dia mulai peluk aku, cium aku, dan melakukan sentuhan mesra yang aku pun merasa aku nyaman seperti aku akan bercinta dengan seorang perempuan. Dari keisengan aku dan rasa penasaran itu akhirnya membuat aku larut terlena. Aku mulai berpikir mungkin memang aku lebih nyaman sama cowok daripada sama cewek, karena bagi aku cowok bisa lebih care daripada cewek. Jadi waktu itu aku ga pikir panjang dan aku kebawa horny, dan akhirnya saat itu tiba kita melakukan hubungan intim.” (Teguh)
Karena kepintaran Yudistira dalam mengatur strategi mengatur kata-kata dan berhati-hati dalam melakukan tindakan maka komunikasi yang dilakukan Yudistira dikatakan berhasil tanpa adanya gangguan (noise) atau kesalahpahaman terlebih dahulu. Sentuhan demi sentuhan, bahasa nonverbal yang lebih mendominasi pesan Yudistira telah berefek pada Teguh sehingga Teguh dianggap meletek setelah melakukan hubungan intim tersebut. Alasan yang diambil Teguh untuk menjadi seorang gay adalah karena rasa nyaman yang didapatkan dari laki-laki berbeda dengan kenyamanan yang dia dapatkan dari seorang perempuan. Proses demi proses yang telah mereka alami akhirnya mencapai titik puncak pengakuan.
51
Pada dasarnya hal tersebut merupakan suatu proses yang wajar dan manusiawi karena dilihat dari penyampaian pesan yang diinginkan oleh seorang sumber kepada penerima dan dengan proses yang panjang pula maka hal tersebut bisa masuk diakal. “Setelah saya berhasil melakukan hubungan intim, dapat saya pastikan bahwa saat itu Teguh sudah meletek dan saya berhasil memeletekkannya. Dia saya jadikan Bot, karena pada saat itu saya yang berbuat sebagai Top. Saat itu juga kita jadian dan hubungan itu berlangsung hanya 8 bulan saja.” (Yudistira)
Kutipan dari Yudistira diatas telah memastikan bahwa Teguh sudah meletek dan menjadi gay, hal itu terbukti dengan Teguh mulai menyukai Yudistira dan mau berhubungan intim dengannya. Pengakuan Teguh pun memastikan bahwa dia telah memilih jalannya sebagai gay karena lingkungan dan perlakuan Yudistira yang telah mencuci otaknya dan merubahnya menjadi seorang gay. Lingkungan dalam hal ini adalah komunitas dancer Tasikmalaya yang memang semua anggota laki-lakinya adalah gay. Teguh memilih jalan sebagai gay bot yang tertutup karena Teguh masih baru menjadi gay dan tidak ingin masyarakat serta keluarganya mengetahui statusnya sebagai seorang gay. Teguh mempunyai pemikiran bahwa dia merasakan seperti ini hanya sementara, tidak untuk selamanya. Teguh terbawa suasana emosi hatinya yang tidak stabil akibat perlakuan Yudistira yang selalu menjadikannya istimewa. Meskipun dalam ajaran agama dengan jelas melarang hubungan homoseksual dan perbuatan sodom Teguh tetap menjadi seseorang yang beragama.
52
“Mungkin karena dulu aku jauh dari agama dan gapernah sholat jadinya aku ga mikir panjang, aku cuma mikirin kebahagiaan aku saat itu tanpa mikir kedepan. Apalagi aku sama si Yudistira itu satu hobi dan akupun agak sedikit ga peduli tentang si Yudistira yang punya banyak gebetan toh nyatanya dia seringnya hidup bareng aku. Kalo tentang keluarga aku cuma mikir gimana caranya mereka ga tau tentang aku yang jadi gay, harus tertutup. Dulu aku mikirnya aku gini ga akan lama, cuma sekarang aja lagi ngerasain kasmaran paling besok juga balik suka sama cewek lagi (mungkin) kan toh nanti kita nikah sama cewek. Karena di Indonesia ngebolehin nikah sesama jenis. Hubungan sama Yudistira mau diudahin, cuma aku ngerasa nyaman tapi kalo diterusin takut banyak yang tau dan nantinya banyak yang ngucilin aku. Tapi aku mikir lagi yaudah jalanin aja dulu toh aku udah ngambil keputusan ini kalo soal resiko itu pasti ada.” (Teguh)
4.2.2 Proses
Peletek
Vania
Purin
melalui
Komunikasi
Interpersonal Sama halnya dengan Yudistira dan Teguh, pasangan ini terjadi pada tahun 2009. Vania dan Purin berada dalam group Bandidas Dance Crew. Awalnya Purin bergabung dengan Bandidas Dance Crew karena merasa memiliki kemampuan di bidang seni terutama dance. Selain bisa mengembangkan bakatnya, Purin juga bisa menjadi selebriti di Kota Tasikmalaya, hal itu dilakukannya agar dirinya digemari oleh kaum hawa. “Awalnya sih aku cuma ingin gabung soalnya dulu aku pengen eksis dihadapan para wanita dan mengembangkan bakat yang aku punya. Aku juga pengen jadi selebritis di kota Tasikmalaya biar bisa diseganin sama cewek-cewek. Aku
53
ingin dibanggakan oleh teman-teman juga. Daripada aku kesepian sekalian nambah teman.” (Purin)
Melalui Komunikasi Interpersonal dapat membuka peluang bagi seseorang untuk “menampakkan” dirinya pada orang lain. Dengan kata lain, melalui Komunikasi Interpersonal seseorang dapat membentuk persepsi tentang dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. (DeVito:1997) Hal tersebut digunakan oleh Purin dalam masa pencarian jati dirinya. Purin ingin membentuk persepsi mengenai siapa dirinya dihadapan semua orang. Dengan
gabungnya
Purin
pada
komunitas
dancer
Tasikmalaya membuat dirinya lebih mengenal dunia luar serta mengenal dekat satu dengan lainnya atau dengan kata lain saling memantapkan hubungan dengan para anggota lainnya. Salah satu anggota dancer yang dekat dengan Purin ketika pertama kali Purin memasuki Bandidas Dance Crew adalah dancer bernama Vania. ”Dari awal ekeu13 lihat si Purin tu gatau kenapa lucu aja gitu supel orangnya. Ya ga ada niat apa-apa sih, ekeu cuma suka aja sama itu anak. Hubungan kita pun hanya sebatas partner kerja di dance, ya tapi mungkin kita lebih deket gitu lah dari yang lain. Kalo kata bahasa sekarang mah kaka-adean lah. Tapi insting seorang gay yang mengatakan bahwa Purin akan menjadi gay juga nantinya” (Vania)
Berbeda dengan Yudistira, Vania tidak memiliki niat untuk memeletekkan Purin pada awalnya. Vania hanya suka dengan kepribadian Purin begitu pula sebaliknya Purin merasa Vania adalah sosok orang yang mudah berbaur dengan para juniornya.
13
Ekeu Saya, aku, merupakan bahasa yang disepakati bersama oleh kaum LGBT
54
Diawali dengan pertemanan akhirnya Vania merasa dia ingin melindungi Purin sebagai adiknya. Purin sedikit demi sedikit menceritakan kisah hidupnya kepada Vania dengan alasan Vania merupakan sosok orang yang mengerti dirinya. Vania bisa menempatkan sebagai kakak ataupun orang yang lebih tua darinya. Seseorang yang gay memiliki insting tersendiri untuk membedakan bahwa orang itu adalah gay atau bukan dengan kata lain sesama gay akan mengenali satu sama lainnya. Selain itu seorang gay juga memiliki insting yang kuat untuk menebak bahwa orang tersebut (objek) nantinya akan menjadi gay juga. “Sikapnya Vania yang beda dari yang lain buat aku jadi enak aja buat curhat dan deket sama dia. Dia orangnya berisik apapun yang dia lakukan bisa membuat orang jadi senang. Aku ngerasain kenyamanan yang berbeda aja dari dia. Dia bisa menempatkan sebagai seorang kakak, saudara, teman dan juga orangtua. Aku gabisa sedih kalo lagi sama Vania, karena Vania punya 1001 cara buat bikin aku kembali tersenyum lagi.” (Purin)
Salah satu konsep DeVito (DeVito:1997) poin pertama yaitu
“keterbukaan”
merupakan
salah
satu
faktor
utama
komunikasi interpersonal agar kedua pelaku komunikasi bisa mengalami proses pendekatan untuk saling memberi dan menerima pesan. Komunikasi akan efektif apabila komunikator terbuka untuk mulai berinteraksi dengan lawan bicaranya. Adanya kesediaan untuk membuka diri menceritakan mengenai kisah hidupnya yang menurutnya patut untuk diceritakan akan bisa mengundang stimulus respon yang positif terhadap lawannya. Dengan demikian keterbukaan akan memelihara sebuah hubungan. Purin terbuka kepada Vania dan begitu pula sebaliknya akan mengundang perasaan untuk saling merasakan apa yang
55
dirasakan satu sama lain. Hal tersebut akan dengan segera mengundang empati. Orang yang empatik akan mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. “Waktu itu ekeu cuma dengerin curhatan Purin, dia cerita tentang keluarganya. Orang tuanya bercerai karena Ibu Purin itu istri kedua ayahnya, dan dia merasa situasinya menjadi sangat sulit gitu. Pernah waktu itu Purin sempet diusir dari rumahnya karena ga pulang hampir selama sebulan. Waktu itu kita lagi ada kompetisi dance di Bandung dan sepulang dari Bandung dia tidur di kosan ekeu. Dia cerita dia stress sama masalah keluarganya. Ya ekeu dengerin aja curhatannya, ekeu teh ngerasa kasian sama Purin makanya ekeu menawarkan Purin untuk tinggal di kosan ekeu. Pastinya ekeu berbahasa yang halus pake bahasa aku kamu gitu biar ke dianya juga jadi lebih terlihat care.” (Vania)
Dengan mereka tinggal bersama semakin terjadinya proses tarik menarik keduanya mengenai perasaan masing-masing. Purin yang mengetahui Vania seorang gay pun baginya tak menjadi masalah dan bukan sesuatu yang harus dipemasalahkan. Dengan rasa empati Vania kepada Purin mengenai latarbelakang Purin bersama keluarganya semakin membuka celah bagi Vania bisa diterima lebih dekat dikehidupan Purin. Melalaui bahasa yang sederhana Vania menggunakan kata ganti orang pertama tunggal menjadi Aku dan Kamu sebagai simbol verbal yang diucapkannya. Adanya keterbukaan satu sama lain akhirnya menimbulkan rasa empati dan adanya sikap positif untuk saling mendukung. Dorongan yang diberikan seorang teman dekat akan lebih berguna dalam hal memotivasi diri. Ketika rasa empati itu
56
telah timbul ada keinginan dalam diri Purin untuk menjadikan dirinya setara dengan Vania, agar tidak ada yang lebih menonjol baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam dunia dancer itu sendiri. Ketika waktu demi waktu telah dilalui bersama dengan aktivitas yang telah dilakukan pun semakin menambah intensitas kedekatan kedua pelaku komunikasi. Semakin sering mereka berkomunikasi secara intens dengan perlakuan khusus seperti halnya pemberian simbol nonverbal dari pelaku maka semakin besar peluang Vania menjadikan Purin sama dengannya. “Semua
dilakuin
bareng-bareng.
Pergi
latihan
bareng, makan bareng, main bareng. Berangkat sekolah juga dianter, pas istirahat jajan bareng. Pulang sekolah dijemput terus kita keliling-keliling kota Tasik walaupun ga jelas tapi menyenangkan. Waktu itu aku mulai ngerasain nyaman aja aku kemana-mana ada temennya. Dia memperlakukan aku seperti seorang adik yang halus, lembut, tidak pernah membentak, bahasanya sopan. Walaupun Vania itu orangnya nyeleneh tapi dia ga pernah bikin aku sakit hati, udah gitu dia selalu bertingkah lucu kaya anak-anak cewe yang centil. Jadi lucu aja seneng lihatnya.” (Purin)
Aktivitas yang dilalui bersama telah memelihara hubungan baik mereka. Komunikasi yang mereka jalin telah berhasil sesuai dengan tujuannya. Setelah hubungan menjadi lebih baik akhirnya muncul celah bagi Vania mulai merasakan adanya perasaan yang lebih terhadap Purin dan memiliki rasa ingin merubah Purin menjadi gay. Perubahan tersebut dimulai dari perilaku dan gaya hidup yang dialami Purin. Step by step dilakukan Vania untuk memeletekkan Purin dengan rayuan mautnya berupa “sentuhan”.
57
“Sampe sekarang ekeu masih inget dulu ekeu memeletekkan purin itu pake jurus jitu. Dia lagi bagus moodnya dan dia lagi berdua sama ekeu, kesempatan ekeu buat beraksi. Rangkul badannya, belai rambutnya. Biasanya binan-binan yang pernah ekeu peletekkin sih pada suka digituin. Soalnya kalo momentnya pas dan kita juga udah ngerasa dekat satu sama lain apalagi dia udah merespon positif lebih mudah buat memeletekkannya. Dengan dia merespon apapun perbuatan ekeu berarti dia sudah mulai terpengaruh oleh rayuan ekeu.” (Vania)
Bahasa nonverbal yang digunakan Vania adalah sentuhan atau belaian. Vania sudah berpengalaman dalam hal memeletekkan laki-laki sehingga lebih mudah baginya memeletekkan Purin yang menurutnya mulai merespon positif atas semua perlakuannya. Saat moment yang tepat Vania mendekati Purin dikamar kosnya dan mulai memanjakannya seperti adiknya. Vania memberikan sentuhan demi sentuhan yang menurut Purin masih dalam taraf wajar seperti seorang kakak pada adiknya, setelah itu Vania maju kearah yang lebih sensitif. Dia diam-diam mulai meraba bagian tubuh yang sensitif. Karena mengalami
kenyamanan
kebingungan
yang
dalam
dirasakan batinnya.
Purin, Dalam
Purin hatinya
bergejolak penuh pertanyaan pada dirinya sendiri mengapa Purin merasa nyaman didekap Vania dan tidak menolak sedikitpun bahkan tidak ada perasaan risih atau jijik. “Waktu itu aku diajak ke kosannya dan kita samasama tiduran bareng. Aku mulai tinggal di kosannya 2 bulan. Sampe minggu ke-5 kita cuma pelukan aja. Mungkin aku kebawa suasana kali. Pas bulan kedua dia mulai melakukan sentuhan-sentuhan khusus. Aku cuma diam aja karena entah
58
kenapa aku nyaman aja sama si Vania. Terkadang aku merasa Vania itu sosok ayah, sosok ibu, maupun kakak, tapi kadang aku merasakan kenyamanan karena perlakuan, dengan cara dia memperlakukan aku seperti seseorang yang sangat berharga sehingga aku merasa dia seperti seorang pacar. Saat itu kita sama-sama lagi horny dan disitu kita ga ada top – bot nya. Kita saling. Sama-sama melakukan seks oral saling bergantian.” (Purin)
Akibat perasaan nyaman yang dimiliki Purin, akhirnya Purin pun luluh dengan segala perlakuan Vania kepadanya. Sentuhan memang selalu membuat seseorang luluh, namun tetap dengan proses yang panjang. Butuh setahun lamanya hingga Purin meletek menjadi seorang gay. Tepat bulan kedua setelah Purin tinggal di kosan Vania, mereka melakukan hubungan seks oral saling bergantian. Hal tersebut telah menjadikan salah satu bukti bagi Vania bahwa Purin telah meletek menjadi seorang gay. Kendati demikian sebelum melakukan hubungan intim seksual Purin belum dikatakan meletek sepenuhnya. Bagi Vania seks oral belumlah menjadi tindakan puncak untuk merubah Purin menjadi seorang gay, dengan begitu semakin bertambah semangat Vania untuk memeletekkan Purin sepenuhnya menjadi gay karena hingga saat ini telah banyak respon positif yang diberikan Purin. “Ekeu ngerasa Purin belum menjadi gay sepenuhnya kalo belum ditempong14. Ekeu ya cuma menunggu aja waktunya tiba dia bakal ditempong sama ekeu. Kan memang butuh proses dan aku harus lebih pintar mengatur strategi lagi biar Purin mau ekeu tempong. Waktu itu ekeu ajak Purin 14
Tempong , tempi seks anal (melalui dubur, semburit); n- melakukan semburit, menyemburit (s.o.); - -an
seks anal (semburit), saling menyemburit.
59
buat nonton film porno di kosan ekeu dan tanpa basa basi setelah melakukan beberapa trik khusus seperti sentuhan, rayuan, berbicara ke ranah seks, ekeu langsung aja buat dia horny dan mengajaknya berfantasi ria.” (Vania) “Waktu itu aku masih ingat, saat itu aku laper teruas makan indomie rebus sambil nonton blue film tentang film gay gitu. Terus aku ngerasa lagi pengen juga dan kita gulinggulingan di kasur dan tiba-tiba aja dia menengkurapkan aku dan melakukannya. Aku keringetan sambil menggigit karena ga kuat kesakitan. Ya udah gitu deh aku jadi bot nya padahal dia yang centilnya. Tapi emang kaya udah syarat kali yah kalo ngerubah laki-laki gay itu ya harus digitu dulu.” (Purin)
Proses demi proses, hari demi hari, dan dari waktu ke waktu akhirnya Vania berani melakukan hubungan seksual terhadap Purin dan menjadikan Purin sebagai bot. Hal itu dilakukannya sebagai syarat bahwa Purin telah sepenuhnya meletek menjadi gay. “Saat itu juga dapat aku pastikan bahwa Purin telah menjadi
seorang
gay,
karena
laki-laki
yang
telah
berhubungan intim dengan laki-laki tetap saja dikatakan gay karena memiliki kelainan seksual yaitu mencintai sesama jenis dan berhubungan intim sesama jenis.” (Vania)
Hal tersebut tidaklah mudah karena butuh proses yang panjang dan cara berkomunikasi yang baik dengan objek pelaku. Dalam buku Devito:1997 dikatakan dalam tujuan komunikasi interpersonal poin ke 4 yaitu untuk mengubah perilaku atau sikap. Dinyatakan bahwa seseorang lebih sering terpengaruh terhadap suatu hal melalui komunikasi interpersonal dibandingkan melalui media massa. Komunikasi yang kuat juga akan membawa 60
pengaruh yang kuat, sehingga dalam prosesnya komunikasi akan efektif bila sesama pelaku komunikasi cepat memberikan tanggapan atau umpan balik segera sebagai respon. Pesan yang disampaikan dengan jelas dan diterima dengan jelas pula akan membuat suatu efek yang berdampak. Efek tersebut yakni adalah suatu perubahan sikap atau perilaku Purin yang menjadi menyimpang. “Betah yang berlebih ternyata bisa menimbulkan rasa sayang. Apalagi lingkungan juga sangat berpengaruh ke pikiran kita. Pergaulan dan juga perlakuan terlebih ke perlakuan khusus dari Vania juga yang selalu berbicara dengan halus, baik, selalu mengerti aku jadi aku bener-bener nyaman sama dia. Tanpa aku sadari aku udah sama kaya dia. Aku mulai sayang sama Vania. Sayang ke laki-laki.aku sendiri belum paham betul apakah aku juga udah jadi gay kaya Vania atau hanya perasaan sesaat aja.” (Purin)
Pengakuan dari Purin pun telah membuktikan bahwa Purin telah melakukan hubungan seksual dengan Vania dan dia pun menerimanya.
Hal
tersebut
merupakan
sebuah
efek
dari
komunikasi interpersonal yang dilakukan Vania terhadap Purin sehingga Purin telah berubah menjadi seorang gay (meletek). Alasan yang diambil Purin saat mengambil jalan menjadi seorang gay adalah karena kenyamanan yang dirasakannya tidak ia dapatkan ditempat lain dan dari orang lain. Sebuah pesan memiliki dampak begitu pula dengan dampak pasti memiliki resiko. Dengan Purin memutuskan pilihannya sebagai gay, tentunya akan memiliki dampak pada keluarga, teman, dan masyarakat. Faktor resiko akan selalu ada saat seseorang membuat suatu pilihan dengan kesulitan yang pasti dirasakannya.
61
“Kesulitannya waktu aku ngomong sama diri sendiri. Aku ngerasa takut gimana kalo nanti banyak orang yang tau aku gay apalagi keluarga, bahkan mantan-mantan cewe. Apalagi kalo dunia dan masyarakat tau, aku takut dihujat dan dihina, tapi ya aku sendiri bingung aku ingin mencoba seperti ini jalannya karena aku benar-benar nyaman. Kalopun sekarang sedikitnya masyarakat udah tau tentang aku yang gay yaudah lah dibiarin aja cuma didiemin aja. Toh lambat laun semua akan baik-baik aja dan kembali seperti semula karena aku yakin aku gini pasti ada masanya dan suatu saat aku bakalan tetep nikah sama perempuan.” (Purin)
Dengan demikian Vania telah berhasil memeletekkan Purin dengan berbagai cara yang telah dilakukannya. Komunikasi interpersonal yang digunakan Vania untuk memeletekkan Purin dikatakan berhasil meskipun prosesnya berlangsung lama yaitu selama 1 tahun. Purin telah berubah menjadi gay akibat pergaulan dan lingkungan. Kebiasaan yang dilakukan Purin bersama Vania secara
bersama-sama
secara
berkala
juga
menjadi
faktor
pendukung penyimpangan seksual tersebut. Meskipun Purin dan Vania sama-sama mengetahui mengenai ajaran agama yang dengan jelas sangat melarang dan menentang adanya perbuatan homoseksual, namun hal tersebut bukanlah menjadi sebuah penghalang bagi mereka untuk tetap menjalin hubungan, karena bagi Purin dirinya yang homoseksual hanya bersifat sementara tidak untuk selamanya. Jadi, baginya tidak ada kata terlambat untuk bertaubat, karena Tuhan maha mengampuni kaumnya yang banyak berdosa.
62
4.3
Analisis Umum dan Pembahasan Pada akhirnya dari hasil penelitian yang dilakukan, sudah dapat diketahui bagaimana proses komunikasi dancer gay dengan anggota dancer baru yang masih normal, bagaimana tahapan komunikasi interpersonal yang dilakukan secara berkala oleh keduabelah pihak, dan bagaimana respon yang diberikan oleh komunikan yaitu anggota dancer baru yang masih normal menanggapi perlakuan komunikator yaitu dancer gay seniornya, sehingga dapat menjawab bagaimana proses komunikasi yang dilakukan dancer gay dalam komunitas dancer Tasikmalaya dengan menggunakan komunikasi interpersonal untuk merubah (memeletekkan) setiap laki-laki normal yang masuk ke dalam komunitas tersebut menjadi seorang gay. Secara keseluruhan, dapat dipastikan bahwa proses komunikasi yang dilakukan oleh kedua pasangan yakni Yudistira dan Teguh serta Vania dan Purin melalui komunikasi interpersonal berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Hal tersebut dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian mengenai teori komunikasi interpersonal yaitu efektivitas komunikasi interpersonal De Vito dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). (Devito,1997:259-264) 1. Keterbukaan (openness) Keterbukaan merupakan kunci utama agar komunikasi dikatakan efektif dan bisa berjalan sempurna. Dilihat dari data kedua pasangan yang dijadikan objek penelitian, mereka samasama memenuhi aspek keterbukaan yang pertama yakni “terbuka satu sama lain”. Mereka saling terbuka satu sama lain sehingga interaksi yang dilakukan berjalan sesuai tujuan. Aspek keterbukaan yang kedua yakni bereaksi secara jujur telah dilakukan oleh masing-masing pelaku komunikasi. Dengan mereka bereaksi secara
63
spontan terhadap stimulus yang datang lebih memudahkan jalannya proses peletek yang diharapkan oleh dancer gay. Aspek yang ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran bahwa keduabelah pihak saling mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan memang milik pribadi dan siap untuk dipertanggungjawabkan. Kedua pasangan yakni Yudistira dan Teguh maupun Vania dan Purin sama-sama bereaksi secara spontan tanpa adanya sikap saling diam dan tidak merespon satu sama lain. Hal demikian membuat aspek keterbukaan menjadikan mereka semakin erat. Ketika pesan yang disampaikan berhasil diterima dengan baik oleh komunikan, maka ketika itu pula akan mengundang timbal balik atau efek
mengenai apa yang
didapatkannya dan apa yang dirasakannya. Perasaan yang didapatkan dari komunikasi yang dijalankan telah menjadi milik pribad. Teguh dan Purin akhirnya memiliki perasaan dan pemikiran mengenai dirinya yang telah berubah menjadi gay. Hal tersebut pun bisa mereka pertanggungjawabkan sesuai dengan aspek ketiga yakni kepemilikan perasaan dan pikiran dalam konsep efektivitas komunikasi interpersonal De Vito. 2. Empati (empathy) Keterlibatan aktif sesama pelaku komunikasi menjadi hal yang penting. Ketika lawan bicara mengetahui apa yang sedang dialami pada saat tertentu, dan merasakan apa yang dirasakan pasangan maka orang tersebut telah memenuhi syarat untuk komunikasi interpersonal yang efektif. Dalam kasus Yudistira, ketika Yudistira mendapatkan musibah yaitu meninggalnya orang tua Yudistira, Teguh mensuport penuh Yudistira dan memberikan rasa empati kepada Yudistira dengan menunjukkan ekspresi wajah dan gerak-gerik yang menunjukkan rasa berempati. Tak beda dengan Yudistira dan Teguh, ketika Purin menceritakan hal pribadinya kepada Vania mengenai perceraian orang tua Purin,
64
Vania merespon positif. Vania dengan cepat tanggap membiarkan Purin tinggal di kosannya daripada kabur tanpa tujuan. Vania juga mensuport Purin dengan beberapa sentuhan yang pantas dengan membelai rambutnya dan juga melakukan kontak mata untuk menandakan bahwa Vania berempati kepada Purin. 3. Sikap Mendukung (supportiveness) Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan yang terdapat sikap saling mendukung, karena komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung jika suasana tidak mendukung.
Yudistira
sepenuhnya
mendukung
apa
yang
diinginkan dan diharapkan Teguh. Dari mulai keinginan Teguh untuk masuk dalam dunia dancer, hingga apa yang diinginkan Teguh bisa dirasakan pula oleh Yudistira. Sikap saling mendukung demikian yang mempererat kedekatan mereka. Sama hal nya dengan Vania dan Purin mereka saling mendukung tentang apa yang diinginkan secara spontan tidak dengan secara strategic. Ketika mendapatkan tanggapan secara spontan, maka proses komunikasi akan terjadi secara tarik ulur. Walaupun demikian jika pesan ditangkap dan dimengerti dan dengan segera menjawab pesan maka komunikasi menjadi efektif dan semakin mempercepat tujuan yang hendak dicapai. 4. Sikap Positif (positiveness) Kedua pasangan sama-sama menunjukkan sikap positif ketika berada dalam suasana yang intensif. Teguh memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri, maupun terhadap situasi yang dilaluinya. Ketika Teguh ditempatkan dalam situasi yang sulit, Teguh tetap bisa menyikapi semuanya dengan positif. Teguh memiliki pemikiran bahwa Yudistira baik kepadanya, Yudistira memenuhi segala kebutuhannya. Begitu pula dengan Purin, Purin selalu beranggapan bahwa Vania sosok yang baik, Vania hanya menganggapnya sebatas adik, Vania melakukan perbuatan yang
65
menurutnya masih dalam taraf wajar. Sikap positif seperti itu yang membuat keduabelah pihak tidak memiliki kesalahpahaman. Selain itu karena sikap positif yang mereka tanamkan pada situasi tertentu menjadikan segala sesuatunya menjadi positif dan berjalan sesuai harapan komunikator. Purin dan Teguh sama-sama merespon positif setiap perlakuan Vania dan Yudistira sehingga komunikasi berjalan efektif sesuai dengan teori De Vito. 5. Kesetaraan (equality). Komunikasi interpersonal akan lebih efektif apabila suasananya setara. Adanya pengakuan yang sama-sama berharga dan bernilai membuat keduanya merasa adanya kesetaraan. Yudistira walaupun dia senior dalam Vennom Dance dia tetap memposisikan dirinya setara dengan Teguh. Dalam hal keseharian Yudistira pun selalu berusaha sependapat dengan apapun yang dilakukan Teguh. Teguh walaupun tidak sependapat dengan apa yang diinginkan Yudisitra dia menanggapinya bahwa konflik tersebut merupakan upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada dan bukan untuk menjatuhkan pihak lain. Walaupun diawal Teguh tidak setuju dengan perlakuan verbal maupun nonverbal Yudistira, teguh tidak menjadikan hal tersebut sebagai masalah. Hanya saja proses secara berkala yang pada akhirnya Teguh mau menerima perlakuan Yudistira terhadapnya. Begitu pula dengan Purin, pada awalnya meskipun Purin tidak setuju dengan perlakuan nonverbal Vania, pada akhirnya Purin tetap menerima meskipun keputusan tersebut seperti penghargaan positif tak bersyarat. Tanpa syarat Purin menerima perlakuan Vania agar tetap menjaga kesetaraan. Ketika Teguh dan Purin memilih jalannya menjadi gay, mereka telah menjadikan kesetaraan sempurna. Mereka setara sama-sama seorang dancer gay. Tidak ada perbedaan seperti
66
halnya lebih senior ataupun junior, lebih tampan atau lebih jelek, yang satu gay yang satu normal, sehingga kini semuanya setara.
Dari kelima Efektivitas Komunikasi Interpersonal De Vito tersebut tidak selamanya kelima poin tersebut berurutan. Dari data yang didapatkan bahwa poin tersebut bisa saja terjadi secara acak. Selain dikaitkan dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal De Vito, penelitian ini juga sesuai dengan tujuan dari komunikasi interpersonal dimana hal tersebut dapat dikatakan sebagai kelebihan yang terdapat dalam proses komunikasi interpersonal. Tujuan komunikasi interpersonal ada 6, yakni: untuk menemukan jati diri (to disclosure oneself), untuk menemukan/mengenal dunia luar (to discover the external world), untuk memelihara dan memantapkan hubungan (to establish and maintain meaningful relationship), untuk mengubah perilaku dan sikap (to change attitudes and behaviors), untuk hiburan dan kesenangan (to play and entertain), dan untuk membantu (to help). Ketika Purin dan Teguh masuk dalam komunitas dancer Tasikmalaya disitu sudah terlihat bahwa mereka ingin menemukan jati diri, dan ketika Teguh dan Purin sama-sama menerima semua perlakuan Vania dan Yudistira disitu terlihat bahwa baik Purin maupun Teguh ingin mengenal dunia luar, yaitu dunia homoseksual. Berbagai pertemuan yang dilakukan Teguh dan Yudistira maupun Vania dan Purin semakin mempengaruhi satu sama lain dalam menumbuhkan keyakinan pada diri mereka untuk menjalin hubungan yang lebih. Sebagian besar waktu yang digunakan mereka untuk melakukan komunikasi interpersonal pun terpusat untuk memelihara hubungan dan lebih memantapkan hubungan. Yudistira dan Vania selaku komunikator selalu berusaha mengatur waktunya agar frekuensi pertemuan dengan komunikannya lebih intensif dan sering guna lebih memantapkan hubungan yang diinginkan mereka.
67
Suatu proses komunikasi interpersonal sangat berpengaruh pada keduabelah pihak yang melakukan komuniaksi tersebut. Intensitas pertemuan mereka juga sangat mempengaruhi perubahan sikap dan perilaku komunikannya. Teguh telah terpengaruh oleh pesan verbal dan nonverbal Yudistira dan Purin telah terpengaruh oleh pesan verbal dan nonverbal Vania. Hal tersebut sesuai dengan tujuan komunikasi interpersonal yaitu untuk mengurah perilaku dan sikap. Hal-hal yang bersifat serius seperti hubungan intim yang dilakukan kedua pasangan baik pasangan Yudistira dan Teguh maupun Vania dan Purin semata-mata untuk hiburan dan kesenangan pribadi mereka masing-masing. Dengan telah melakukan hubungan intim hal tersebut merupakan tindakan puncak yang telah memberikan jawaban bahwa mereka telah meletek menjadi gay. Saat melakukan komunikasi interpersonal semua memiliki tujuan yang salah satunya adalah untuk membantu. Bantuan atau pertolongan yang diberikan kedua pasangan masing-masing adalah sebagian dari proses komunikasi interpersonal untuk tujuan tertentu. Ketika Teguh dan Purin telah meletek, mereka memiliki rasa dilema yang dirasakan ketika akan mengambil jalan sebagai gay yang termasuk kedalam penyimpangan seksual. Mereka berdua sama-sama membutuhkan ruang privasi untuk melakukan seperangkat komunikasi dalam diri mereka masing-masing. Mereka berpikir, merasa, mengamati, menginterpretasikan, dan bereaksi terhadap apa yang telah mereka alami. Adanya rangsangan dari luar telah mempengaruhi proses berpikir Purin maupun Teguh. Hal tersebut sesuai dengan tahapan komunikasi yakni sensasi, persepsi, memori, dan yang terakhir adalah berpikir. Proses sensasi terjadi ketika Purin dan Teguh menerima informasi melalui alat indera mereka lalu kemudian informasi tersebut berubah menjadi bahasa yang dipahami oleh otak. Setelah itu persepsi yang merupakan pengalaman tentang suatu peristiwa yang telah dialami Purin dan Teguh ditarik kedalam otak untuk merekam peristiwa tersebut, kemudian
68
barulah mereka berpikir untuk mengambil sebuah keputusan yang berat bagi mereka dan menghasilkan sesuatu yang baru yakni mereka memilih jalannya sebagai gay.
69