BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini melakukan kajian tentang perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan kelas unggulan. Subyek yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan. Sementara itu, sebagai lokasi penelitiannya adalah di SMA Negeri 1 Cawas. Penentuan
kancah
penelitian
ini
berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain: a.
Penelitian mengenai “perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan kelas unggulan” belum pernah dilakukan sebelumnya.
b.
Peneliti beranggapan bahwa learned helplessnes berperan penting dalam pengembangan motivasi belajar siswa yaitu kesediaan untuk bertahan ketika menghadapi sebuah kegagalan.
56
57
2. Penyusunan Alat Ukur Persiapan awal yang dilakukan oleh peneliti adalah membuat alat ukur berupa skala yang bertujuan untuk mengukur learned helplessnes siswa SMA yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan kelas unggulan. Skala learned helplessnes yang disusun oleh peneliti merupakan hasil modifikasi oleh penulis dari helpless attribution style menurut Seligman (NolenHoeksema et al, 1986) yang terdiri dari tiga komponen yaitu: locus of control, globalitas dan stabilitas. Jumlah item yang diujicobakan sebanyak 24 item dimana penyusunan item-item dari alat ukur yang akan diuji coba tersebut dilakukan berdasarkan pada bentuk favorable dan unfavorable. Skala yang digunakan adalah skala Likert dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pemberian skor pada item favorabel adalah skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 3 untuk jawaban Sesuai, skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai dan skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Sedangkan bagi item unfavorabel, subyek mendapatkan skor 1 untuk jawaban Sangat Sesuai, skor 2 untuk jawaban Sesuai, skor 3 untuk jawaban Tidak Sesuai dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai
58
3. Permohonan Ijin Penelitian Perijinan penelitian merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan penelitian. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti mengajukan permohonan
ijin
untuk
melakukan penelitian
dan
penyebaran skala di SMA Negeri 1 Cawas. Peneliti mendapatkan surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi UKSW pada tanggal 11 Juli 2013 Nomor 52/PU-F.Psi/VII/2013, (lihat pada Lampiran tentang Surat Ijin Penelitian) yang digunakan peneliti sebagai surat pengantar penelitian atau pengambilan data.
4. Uji Coba Alat Ukur Setelah ditentukan bentuk skala yang sesuai, maka dilakukan uji coba yang bertujuan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas skala sehingga hasil pengukuran dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode try out terpakai, yang artinya data yang digunakan dalam try out juga digunakan sebagai data penelitian. Hal tersebut dilakukan guna menghemat waktu, tenaga dan biaya yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penggunaan metode ini mengacu pada Hadi (2000) yang menyatakan bahwa uji coba terpakai adalah data yang digunakan untuk uji coba
59
sekaligus digunakan untuk data penelitian, guna lebih menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan terhadap 40 orang siswa SMA Negeri 1 Cawas yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas regular dan 40 orang siswa lainnya di kelas unggulan. Dengan demikian, total subjek penelitian ini adalah sebanyak 80 orang siswa. Jumlah kelas regular SMA Negeri 1 Cawas ada empat kelas yaitu kelas XII IPA 1, kelas XII IPA 2, kelas XII IPA 3, dan kelas XII IPS 3. Setiap kelasnya diambil 10 orang siswa yang masuk pada peringkat 10 terbawah di kelasnya tersebut. Jumlah kelas unggulan juga ada empat kelas yaitu kelas XI Unggulan 1, kelas XI Unggulan 2, kelas XI Unggulan 3, dan kelas XII Unggulan 1. Setiap kelasnya juga diambil 10 orang siswa yang masuk pada peringkat 10 terbawah di kelasnya tersebut.
2. Pelaksanaan Penelitian Setelah mendapatkan ijin dari sekolah yang dituju, maka peneliti segera melakukan konfirmasi kepada pihak sekolah tentang waktu yang bisa digunakan untuk memberikan angket kepada para siswa. Pengambilan data
60
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cawas pada tanggal 25 Juli 2013 s/d 31 Juli 2013. Pengambilan data di SMA Negeri 1 Cawas peneliti terjun langsung untuk menemui responden karena pihak sekolah memberikan waktu satu jam pelajaran untuk peneliti agar peneliti bisa menjelaskan hal-hal yang tidak dimengerti oleh responden berkaitan dengan angket yang akan mereka isi.
3. Penskoringan data Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya melakukan skoring untuk keperluan analisis data. Pemberian skor skala learned helplessnes didasarkan pada alternatif jawaban yang dipilih subjek dengan nilai 1 sampai 4 untuk masing-masing item.
C. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas a. Hasil Uji Validitas Pengujian
validitas
alat
ukur
dengan
menggunakan program komputer SPSS versi 16.00. Uji validitas menggunakan teknik corrected item-total correlation. Dasar pengambilan keputusan item yang valid didasarkan pada ketentuan bahwa, apabila nilai r
61
hitung > 0,30 maka item dikatakan valid (Azwar, 1999). Skala learned helplessnes terdiri dari 24 item. Dari uji validitas menunjukkan bahwa pada pengujian tahap pertama diperoleh nilai corrected item-total correlation antara -0,006 s/d 0,627 dan ternyata terdapat empat item gugur karena nilai corrected itemtotal correlation-nya < 0,30. Karena ada item yang gugur maka pengujian validitas dilakukan kembali pada tahap kedua dengan tidak mengikutsertakan item yang gugur. Setelah diuji kembali, nilai corrected itemtotal correlation bergerak antara 0,328 s/d 0,648 dan semua item dinyatakan valid karena nilai corrected item-total correlation-nya > 0,30. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran. Item yang valid dan yang gugur pada skala learned helplessnes ditampilkan pada Tabel. 4.1. Tabel. 4.1 Sebaran Item Valid Skala Learned Helplessnes Berdasarkan Hasil Uji Validitas Komponen
Item Favorable
Locus of Control 1, 3, 12*, 14 Globalitas 4, 6, 11, 19 Stabilitas 8, 18, 15*,21 Jumlah item valid 10 Keterangan: * = item gugur
Item Unfavorable
Jumlah item valid
2, 7, 5, 22* 24, 9, 16, 23 10, 20*, 13, 17 11
5 6 6 21
62
b. Hasil Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach's Alpha.
Hasil uji reliabilitas ditunjukkan
pada tabel .2. berikut ini Tabel. 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Skala Learned Helplessnes Reliability Statistics Cronbach's Alpha .881
N of Items 20
Berdasarkan hasil analisis diperoleh koefisien alpha sebesar 0,881 yang > 0,60 sebagaimana dikemukakan oleh Ghozali (2005) sehingga skala learned helplessnes tersebut dikatakan reliabel.
2. Hasil Uji Asumsi a. Uji Asumsi Normalitas Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan menggunakan uji beda rata-rata, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi normalitas. Pengujian terhadap normalitas menggunakan SPSS versi 16.00 Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji One Sample-Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil pengujian normalitas terhadap variabel learned helplessnes ditunjukkan pada tabel 4.3. berikut ini.
63
Tabel. 4.3 Uji Normalitas Variabel Penelitian One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Learned Helplessness Kelas Regular N a Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Learned Helplessness Kelas Unggulan
40 42.8250 9.65265 .202 .202 -.106 1.275 .078
40 37.6000 4.97068 .077 .066 -.077 .487 .972
a. Test distribution is Normal.
Apabila angka signifikansi < 0,05 maka distribusi datanya adalah tidak normal, sebaliknya apabila angka signifikansi > 0,05 maka distribusi datanya
adalah
helplessnes
normal.
kelas
regular
Data
variabel
learned
berdistribusi
normal
ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 1,275 dengan angka signifikansi 0,078 yang lebih besar dari 0,05. Demikian halnya data variabel learned helplessnes kelas unggulan berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai Kolmogorov-Smirnov (KS Z) sebesar 0,487 dengan angka signifikansi 0,972 yang lebih besar dari 0,05.
64
b. Uji Asumsi Homogenitas Selain dilakukan
melakukan
juga
uji
uji
asumsi
asumsi
normalitas,
homogenitas
untuk
mengetahui apakah varian dari kelompok sampel yang diujikan adalah identik atau tidak. Pengujian asumsi kesamaan varian atau uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji Levene’s.
Hasil pengujiannya
ditampilkan pada tabel 4.4. berikut ini.
Tabel. 4.4 Uji Homogenitas Variabel Penelitian Test of Homogeneity of Variances Learned Helplessness Levene Statistic
df1
8.797
df2 1
Sig. 78
.004
Apabila angka signifikansi < 0,05 maka varian kedua kelompok sampel untuk variabel learned helplessnes adalah berbeda, sebaliknya apabila angka signifikansi > 0,05 maka varian kedua kelompok sampel untuk variabel learned helplessnes adalah identik (sama). Karena angka signifikansinya adalah sebesar 0,004 yang lebih kecil dari 0,05 maka varian kedua kelompok sampel untuk variabel learned helplessnes adalah berbeda. Dengan demikian variabel learned
helplessnes
homogenitas.
tidak
memenuhi
asumsi
65
3. Hasil Analisis Data a. Analisis Pengukuran Variabel Penelitian Pengukuran
variabel
learned
helplessnes
menggunakan 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Perhitungan dilakukan berdasarkan item yang valid yaitu sebanyak 20 item. Dengan demikian skor tertinggi adalah 4 X 20 = 80 dan skor terendah 1 X 20 = 20. Perhitungan lebar interval adalah sebagai berikut: skor tertinggi – skor terendah i= Banyaknya kategori = 80 – 20 / 4 = 15 Dengan demikian, kategori variabel learned helplessnes untuk setiap jenis kelas adalah sebagai berikut: Tabel. 4.5 Pengukuran Variabel Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Regular Interval Skor
Kategori
f
%
66 - 80 51 - 65 36 - 50 20 - 35
Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah
2 4 26 8
5,0 10,0 65,0 20,0
Mean
Std. Deviasi
42,8
9,6
66
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa 65,0% responden pada kelas regular menilai learned helplessness-nya berada pada kategori rendah. Sementara itu ada juga sebanyak 10% responden menilai learned helplessness-nya berada pada kategori tinggi bahkan 5% lainnya berada pada kategori sangat tinggi. Nilai rata-rata skor learned helplessnes sebesar 42,8 yang termasuk dalam kategori rendah.
Nilai
standar deviasi sebesar 9,6 yang menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang kecil diantara nilai skor learned helplessnes tertinggi dengan nilai skor learned helplessnes terendah pada siswa di kelas regular. Untuk
setiap
item
pernyataan
learned
helplessnes, nilai skor terendah adalah 1 dan nilai skor tertinggi adalah 4. Sehingga perhitungan lebar interval adalah sebagai berikut: skor tertinggi – skor terendah I= Banyaknya kategori = 4–1/4 = 0,75 Dengan demikian, kategori penilaian rata-rata skor untuk masing-masing item pernyataan variabel learned helplessnes pada siswa di kelas regular adalah sebagai berikut:
67
Tabel. 4.6 Kategori Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Regular per Item Pernyataan Interval Skor 3,25 < 4,00 2,50 < 3,25 1,75 < 2,50 1,00 < 1,75
Kategori Favorable Unfavorable Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai Tidak Sesuai Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Sesuai Sangat Tidak Sesuai
Berikut
adalah
hasil
penilaian
learned
helplessnes pada siswa di kelas regular untuk setiap item pernyataan. Tabel. 4.7 Hasil Penilaian Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Regular per Item Pernyataan Pernyataan 1. Kegagalan saya mendapatkan nilai yang bagus karena kemampuan saya dalam memahami pelajaran tergolong rendah 2. Keberhasilan saya dalam menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru bukan disebabkan karena soalnya yang terlalu mudah 3. Ketidakmampuan saya dalam menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru terjadi karena saya lambat dalam memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah 4. Jika saya mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada satu mata pelajaran, maka hal tersebut juga akan terjadi pada mata pelajaran lainnya
Rata-rata
Kategori
2.65
Sesuai
2.45
Sesuai
2.70
Sesuai
2.43
Tidak Sesuai
68
Pernyataan Rata-rata Kategori 5. Kemampuan saya dalam menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, hal itu terjadi bukan karena pertanyaannya 2.05 Sesuai terlalu mudah, tapi karena saya memang mengetahui jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut 6. Ketidakpahaman saya pada salah satu mata pelajaran disebabkan karena 2.33 Tidak Sesuai secara umum saya memiliki kecerdasan yang rendah 7. Keberhasilan saya dalam mengerjakan seluruh soal tes/ ulangan bukan karena saya hanya sedang beruntung bisa 2.10 Sesuai mengerjakannya melainkan karena kemampuan saya 8. Kesulitan dalam menyelesaikan tugas rumah sebelumnya, membuat saya 2.63 Sesuai kurang bersemangat saat mengerjakan tugas rumah berikutnya 9. Saya tetap merasa yakin mampu mengerjakan soal tes/ ulangan mata 1.98 Sesuai pelajaran lainnya jika saya gagal di salah satu mata pelajaran 10.Saya tetap berani menjawab pertanyaan dari guru meskipun sebelumnya pernah beberapa kali 1.98 Sesuai salah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru 11.Jika saya tidak berhasil melakukan presentasi tugas di depan kelas, hal itu menunjukkan bahwa saya memang 2.45 Tidak Sesuai tidak mempunyai keberanian untuk tampil bicara di depan orang lain 12.Kurang baiknya presentasi tugas yang pernah dialami sebelumnya, memacu saya untuk tampil lebih baik jika suatu ketika diminta untuk 1.68 Sangat Sesuai mempersentasikan tugas di depan kelas
69
Pernyataan Rata-rata Kategori 13.Jika mendapatkan nilai yang bagus, saya mempunyai keyakinan bahwa itu terjadi karena secara kebetulan 2.08 Tidak Sesuai jawaban-jawaban yang saya berikan adalah benar 14.Ketika pemikiran atau ide saya ditolak oleh anggota kelompok tugas lainnya saat mengerjakan tugas kelompok, 1.75 Sangat Sesuai saya tidak merasa sebagai siswa yang bodoh 15.Saya akan tetap tekun mengerjakan tugas rumah meskipun nilai kurang 1.68 Sangat Sesuai memuaskan yang saya peroleh pada tugas rumah sebelumnya 16.Jika saat ini saya mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal tes/ ulangan dari guru maka kesulitan yang 2.18 Tidak Sesuai sama akan saya alami dalam tes/ ulangan selanjutnya 17.Jika saya salah dalam menjawab pertanyaan dari guru, maka saya 2.05 Tidak Sesuai merasa tidak ada yang bisa saya banggakan dari diri saya 18.Ketidakpahaman saya atas materi pelajaran yang diberikan guru hari ini, 2.25 Tidak Sesuai diyakini akan berulang kembali pada materi pelajaran berikutnya 19.Saya tidak akan menganggap sebagai siswa yang bodoh hanya karena 1.80 Sesuai kurang menguasai salah satu mata pelajaran 20.Jika kemampuan berhitung saya kurang baik bukan berarti kemampuan 1.65 Sangat Sesuai menghafal saya juga kurang baik
Sedangkan
kategori
variabel
learned
helplessnes siswa pada kelas unggulan adalah sebagai berikut:
70
Tabel. 4.8 Pengukuran Variabel Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Unggulan Interval Skor
Kategori
f
%
66 - 80 51 - 65 36 - 50 20 - 35
Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat rendah
0 0 27 13
0,0 0,0 67,5 32,5
Mean
Std. Deviasi
37,6
5,0
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa 67,5% responden pada kelas unggulan menilai learned helplessness-nya berada pada kategori rendah dan 32,5% lainnya berada pada kategori sangat rendah. Tidak ada satupun responden yang menilai learned helplessness-nya berada pada kategori tinggi atau bahkan sangat tinggi. Hal ini didukung dengan nilai rata-rata skor learned helplessness sebesar 37,6 yang termasuk dalam kategori rendah. Nilai standar deviasi sebesar 5,0 yang menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan yang kecil diantara nilai skor learned helplessness tertinggi dengan nilai skor learned helplessness terendah pada siswa di kelas unggulan. Sementara
itu
hasil
penilaian
learned
helplessnes pada siswa di kelas unggulan untuk setiap item pernyataan ditampilkan pada tabel 4.9.
71
Tabel. 4.9 Hasil Penilaian Learned Helplessnes Siswa pada Kelas Unggulan per Item Pernyataan Pernyataan Rata-rata 1. Kegagalan saya mendapatkan nilai yang bagus karena kemampuan saya 2.15 dalam memahami pelajaran tergolong rendah 2. Keberhasilan saya dalam menyelesaikan seluruh soal tugas 2.13 rumah dari guru bukan disebabkan karena soalnya yang terlalu mudah 3. Ketidakmampuan saya dalam menyelesaikan seluruh soal tugas 2.20 rumah dari guru terjadi karena saya lambat dalam memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah 4. Jika saya mendapatkan nilai yang tidak memuaskan pada satu mata 1.70 pelajaran, maka hal tersebut juga akan terjadi pada mata pelajaran lainnya 5. Kemampuan saya dalam menjawab pertanyaan dari guru dengan benar, hal itu terjadi bukan karena 1.85 pertanyaannya terlalu mudah, tapi karena saya memang mengetahui jawaban yang benar dari pertanyaan tersebut 6. Ketidakpahaman saya pada salah satu mata pelajaran disebabkan 1.95 karena secara umum saya memiliki kecerdasan yang rendah 7. Keberhasilan saya dalam mengerjakan seluruh soal tes/ ulangan bukan karena saya hanya 1.75 sedang beruntung bisa mengerjakannya melainkan karena kemampuan saya
Kategori Tidak Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Tidak Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
72
Pernyataan Rata-rata 8. Kesulitan dalam menyelesaikan tugas rumah sebelumnya, membuat 2.20 saya kurang bersemangat saat mengerjakan tugas rumah berikutnya 9. Saya tetap merasa yakin mampu mengerjakan soal tes/ ulangan mata 1.65 pelajaran lainnya jika saya gagal di salah satu mata pelajaran 10.Saya tetap berani menjawab pertanyaan dari guru meskipun 1.93 sebelumnya pernah beberapa kali salah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru 11.Jika saya tidak berhasil melakukan presentasi tugas di depan kelas, hal itu menunjukkan bahwa saya 1.95 memang tidak mempunyai keberanian untuk tampil bicara di depan orang lain 12.Kurang baiknya presentasi tugas yang pernah dialami sebelumnya, memacu saya untuk tampil lebih baik 1.48 jika suatu ketika diminta untuk mempersentasikan tugas di depan kelas 13.Jika mendapatkan nilai yang bagus, saya mempunyai keyakinan bahwa 2.08 itu terjadi karena secara kebetulan jawaban-jawaban yang saya berikan adalah benar 14.Ketika pemikiran atau ide saya ditolak oleh anggota kelompok tugas 1.85 lainnya saat mengerjakan tugas kelompok, saya tidak merasa sebagai siswa yang bodoh 15.Saya akan tetap tekun mengerjakan tugas rumah meskipun nilai kurang 1.73 memuaskan yang saya peroleh pada tugas rumah sebelumnya
Kategori Tidak Sesuai
Sangat Sesuai
Sesuai
Tidak Sesuai
Sangat Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
73
Pernyataan Rata-rata 16.Jika saat ini saya mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal 1.65 tes/ ulangan dari guru maka kesulitan yang sama akan saya alami dalam tes/ ulangan selanjutnya 17.Jika saya salah dalam menjawab pertanyaan dari guru, maka saya 1.95 merasa tidak ada yang bisa saya banggakan dari diri saya 18.Ketidakpahaman saya atas materi pelajaran yang diberikan guru hari 2.05 ini, diyakini akan berulang kembali pada materi pelajaran berikutnya 19.Saya tidak akan menganggap sebagai siswa yang bodoh hanya karena 1.93 kurang menguasai salah satu mata pelajaran 20.Jika kemampuan berhitung saya kurang baik bukan berarti 1.45 kemampuan menghafal saya juga kurang baik
Kategori Sangat Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak Sesuai
Sesuai
Sangat Sesuai
b. Hasil Uji Beda Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel 4.3. tampak bahwa data variabel learned helplessnes baik pada kelas regular maupun kelas unggulan berdistribusi normal. Namun demikian, dari hasil pengujian homogenitas pada tabel 4.4 tampak bahwa variabel learned helplessness mempunyai varian yang berbeda.
Oleh karena datanya terdistribusi
normal maka untuk pengujian perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan
74
menggunakan uji beda yang parametrik berupa independent sample t test.
Sementara itu karena
asumsi homogenitas tidak terpenuhi maka untuk menentukan ada
tidaknya
perbedaan dari
hasil
independent sample t test akan dilihat dari nilai t hitung dan nilai signifikansi pada baris Equal variances not assumed. Dari hasil independent sample t test yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 didapat hasil yang tampak pada tabel 4.10 sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil Uji Perbedaan Tingkat Learned Helplessness Siswa yang Memiliki Prestasi Akademik Terendah di Kelas Regular dan Kelas Unggulan Group Statistics Jenis Kelas
N
Learned Helplessness Kelas Reguler Kelas Unggulan
Std. Deviation
Mean
Std. Error Mean
40
42.8250
9.65265
1.52622
40
37.6000
4.97068
.78593
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Learned Helplessness
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. 8.797
t-test for Equality of Means
t .004
Sig. (2tailed)
df
3.044
78
.003
3.044
58.325
.004
75
Berdasarkan tabel 4.10. di atas menunjukkan nilai t hitung pada baris Equal variances not assumed sebesar 3,044 dengan tingkat signifikan 0,004 < 0,05 yang berarti ada perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan.
D. Pembahasan Hasil analisis independent sample t test sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.10. di atas membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dan kelas unggulan.
Dengan demikian Ha diterima dan Ho
ditolak. Memperhatikan nilai mean learned helplessness siswa dari masing-masing kelas pada Tabel 4.10 di atas, tampak bahwa mean skor learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler adalah sebesar 42,8 sedangkan mean skor learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan adalah sebesar 37,6.
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler mempunyai learned helplessness yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan.
76
Lebih tingginya learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas reguler dapat disebabkan karena para siswa tersebut menilai kegagalan sebagai sesuatu yang menetap yang disebabkan karena ketidakmampuan mereka. Sebagai akibatnya, mereka merasa frustrasi ketika mengalami kegagalan dan hanya melihat sedikit alasan untuk mencoba memperbaikinya. Sebaliknya, mereka menilai keberhasilan mereka bukan sebagai hasil dari kerja
keras
melainkan
keberuntungan,
mereka
tidak
merasakan kebanggaan karena tidak mengenal kemampuan yang mereka miliki. Henry (2005) menyatakan bahwa anak yang merasa tidak berdaya (helpless) menggunakan strategi pemecahan masalah yang kurang efektif dan lebih terfokus pada hasil yang telah didapat sebelumnya. Pendapat yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan Sunawan (2005) bahwa siswa yang tinggi learned helplessness, saat mengalami kegagalan maka ia akan merespon kegagalan tersebut dengan kurang atau tidak termotivasi untuk lebih giat dalam belajar. Dweck (2000) menjelaskan bahwa pada individu yang memiliki orientasi helpless saat dihadapkan pada kegagalan akan cenderung melakukan atribusi internal yang bersifat permanen yaitu memberikan atribusi bahwa kegagalannya disebabkan karena ketidakmampuan pribadinya. Dalam penelitian ini, lebih tingginya learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah
77
di kelas regular tampak dalam beberapa pernyataan. Seperti misalnya pada aspek locus of control, rata-rata siswa menyatakan
bahwa
ketidakmampuannya
dalam
menyelesaikan seluruh soal tugas rumah dari guru terjadi karena ia lambat dalam memahami apa yang telah diajarkan oleh guru di sekolah. Pada aspek globalitas, rata-rata siswa menyatakan bahwa jika ia tidak berhasil melakukan presentasi tugas di depan kelas, hal itu menunjukkan bahwa dirinya memang tidak mempunyai keberanian untuk tampil bicara di depan orang lain.
Sementara itu pada aspek
stabilitas, rata-rata siswa menyatakan bahwa kesulitan dalam menyelesaikan tugas rumah sebelumnya, membuat dirinya kurang
bersemangat
saat
mengerjakan
tugas
rumah
berikutnya. Kondisi berbeda diperlihatkan oleh siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan, dimana mereka mempunyai tingkat learned helplessness yang lebih rendah. Hal tersebut bisa disebabkan karena siswa tersebut berupaya mempertahankan gambaran diri positif. Jika dirinya berhasil dalam suatu kegiatan, maka ia cenderung
menghubungkan
keberhasilan
itu
dengan
kemampuannya, sedangkan bila menemui kegagalan maka ia percaya bahwa kegagalan itu dikarenakan kesalahannya sendiri, kelengahnnya sendiri, kelemahan motivasi atau atensi (minat) sesaat dan bukan sifatnya permanen. Hal ini
78
sebagaimana dikemukakan oleh Dweck dan Repucci (1972) bahwa
individu
yang
tidak
mengalami
helplessness
cenderung lebih melihat kegagalannya dari atribusi internal yang bersifat tidak permanen, yaitu menilai kegagalannya terjadi karena kurangnya usaha yang dilakukannya. Oleh karena itu maka siswa dengan tingkat learned helplessness yang rendah akan lebih berfokus pada usaha menemukan solusi bagi problem yang tadinya gagal dipecahkan. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh Sumawan (2005) bahwa siswa yang rendah learned helplessness ketika mengalami sebuah kegagalan, ia akan merespon kegagalan tersebut sebagai motivasi untuk lebih giat dalam belajar, tetap berpikir positif dan menghadapi kegagalan sebagai sebuah tantangan dan sebagai kesempatan. Dalam penelitian ini, lebih rendahnya learned helplessness siswa yang memiliki prestasi akademik terendah di kelas unggulan tampak dalam beberapa pernyataan. Seperti misalnya pada aspek locus of control, rata-rata siswa menyatakan bahwa keberhasilannya dalam mengerjakan seluruh soal tes/ ulangan bukan karena ia hanya sedang beruntung
bisa
mengerjakannya
melainkan
karena
kemampuan yang dimilikinya. Pada aspek globalitas, ratarata siswa menyatakan bahwa jika kemampuan berhitungnya kurang baik bukan berarti kemampuan bernalarnya juga kurang baik. Sementara itu pada aspek stabilitas, rata-rata
79
siswa menyatakan bahwa kurang baiknya presentasi tugas yang pernah dialami sebelumnya, memacu dirinya untuk tampil
lebih baik jika
suatu ketika
mempersentasikan tugas di muka kelas.
diminta
untuk