BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan awal sama. Uji keseimbangan dilakukan terhadap ketiga kelas, yaitu kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas eksperimen 3. Data yang digunakan sebagai uji keseimbangan adalah data dokumentasi berupa nilai UN matematika SMP siswa Tahun Pelajaran 2013/2014 (Lampiran 5), deskripsi data nilai awal disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Awal Siswa Kelompok
N
Rataan
Mo
Me
Min
Maks
S
PBL
86
7,34
8,75
7,75
3,75
10,00
1,75
TPS
89
7,30
8,00
7,50
3,75
9,75
1,75
Klasikal
89
7,01
5,25
7,00
4,00
10,00
1,77
Uji keseimbangan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Anava satu jalan dengan sel tak sama. Sebelum dilakukan uji keseimbangan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk mengetahui data berdistribusi normal dan variansi kelompok yang dibandingkan homogen. 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data pada sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas digunakan metode Lilliefors. Rangkuman hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Kelas
π³πππ
π³πΆ
PBL TPS Klasikal
0,0936 0,0807 0,0891
0,0955 0,0939 0,0939
Keputusan Uji π»π diterima π»π diterima π»π diterima
66
Kesimpulan Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal
67
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa πΏπππ untuk masing-masing kelas lebih kecil dari πΏπΌ dengan π·πΎ = πΏ πΏ > πΏ0,05;π , sehingga πΏπππ β π·πΎ dan H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa populasi memiliki distribusi normal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 18. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan membandingkan variansi pada kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua, dan kelas eksperimen tiga dengan kemampuan awal matematika siswa. Dalam penelitian ini digunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas diperoleh π2 πππ = 0,0091 dengan π·πΎ = 2
{π2 |π > π2 0,05;3β1 } = {π2 |π2 > 5,9915}, karena π2 πππ berada di luar daerah
kritis maka π»0 diterima. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ketiga populasi mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan uji homogenitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 18. 3. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah kemampuan awal kelas eksperimen satu, kelas eksperimen dua, dan kelas eksperimen tiga ketiga berada dalam tingkatan yang sama. Dalam penelitian ini statistik uji yang digunakan adalah uji F. Berdasarkan uji prasyarat pada uji normalitas dan uji homogenitas, telah diperoleh bahwa populasi berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen). Rangkuman hasil uji keseimbangan dengan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Kemampuan Awal Siswa Sumber
JK
Dk
RK
ππππ
ππΆ
Keputusan Uji
Populasi Galat Total
3,3381 806,9905 810,3286
2 261 -
1,6690 3,0919 -
0,5398
3,0304
π»π diterima
68
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat πΉπππ sebesar 0,5398 dengan daerah kritis DK = πΉ πΉ > πΉπΌ;πβ1;πβπ = {πΉ|πΉ > 3,0304} sehingga πΉπππ β π·πΎ dan H0 diterima, sehingga disimpulkan bahwa ketiga populasi mempunyai kemampuan awal yang sama (seimbang). Perhitungan uji keseimbangan selengkapnya dapat ditetapkan pada Lampiran 19.
B. Hasil Uji Coba Instrumen 1. Tes Prestasi Belajar Matematika Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes terdiri dari 30 soal dalam bentuk pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban dengan materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Uji coba dilakukan di kelas XI IPA1 SMA Negeri 5 Madiun pada bulan Oktober 2014. Soal tes diujicobakan untuk mengetahui daya beda, tingkat kesukaran serta reliabilitas tes prestasi belajar matematika. a. Uji Validitas Isi Validitas isi meliputi segi materi, segi konstruksi, dan segi bahasa. Pada penelitian ini validitas dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh tiga orang validator, yaitu Dr. Rudi Santoso Yohanes, M.Pd., beliau menjabat sebagai Rektor Universitas Widya Mandala Madiun, validator kedua adalah Mustaβin, M.Pd., beliau menjabat sebagai instruktur nasional Kurikulum 2013, dan validator ketiga adalah Wahyu Astuti Budi, M.Pd., beliau menjabat sebagai guru senior di kota Madiun. Ketiga validator memvalidasi 30 butir soal serta memberikan saran perbaikan, seperti yang terlampir pada Lampiran 11. Selanjutnya peneliti memperbaiki kembali instrumen tes prestasi belajar berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh validator. b. Daya Beda Setelah dilakukan perhitungan daya beda instrumen tes prestasi belajar matematika (Lampiran 12) diperoleh rangkuman seperti pada Tabel 4.4.
69
Tabel 4.4 Rangkuman Uji Daya Beda Tes Prestasi Belajar Matematika Kriteria Daya Beda (D)
Butir Soal
Keputusan
Jumlah Butir Soal
1
π· β₯ 0,30
1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28
Daya Beda Baik
25
2
π· < 0,30
6, 7, 17, 29, 30
Daya Beda jelek
5
No
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari 30 butir soal tes prestasi belajar terdapat 25 butir soal yang mempunyai daya beda baik. c. Tingkat Kesukaran Setelah dilakukan perhitungan analisis tingkat kesukaran instrumen tes prestasi belajar matematika (Lampiran 13) diperoleh rangkuman seperti pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Rangkuman Uji Tingkat Kesukaran Tes Prestasi Belajar Matematika No
Kriteria Tingkat Kesukaran (P)
1
0,00 β€ π < 0,30
2
0,30 β€ π β€ 0,70
3
0,70 < π β€ 1,00
Butir Soal
Kategori Soal
1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 6, 30
Sukar
Jumlah Butir Soal 0
Sedang
28
Mudah
2
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui dari 30 butir soal yang di ujicobakan, terdapat 28 butir termasuk kategori sedang dan 2 butir termasuk kategori mudah. Soal yang digunakan adalah soal dengan kategori tingkat kesukaran sedang, sehingga terdapat 28 butir soal yang dapat digunakan untuk tes prestasi. Butir soal digunakan yaitu butir soal yang valid berdasarkan uji validitas isi, mempunyai daya beda baik dan tingkat kesukaran sedang, sehingga diperoleh 25 butir soal yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, dan 28. Selanjutnya 25 soal tersebut diuji reliabilitasnya dengan rumus KR-20.
70
d. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20. Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes prestasi belajar matematika, diperoleh indeks reliabilitas tes π11 = 0,8434. Berdasarkan kriteria, instrumen dikatakan reliabel jika π11 β₯ 0,70. Hasil perhitungan diperoleh π11 β₯ 0,70 maka instrumen tes prestasi belajar matematika reliabel dan dapat digunakan untuk tes prestasi belajar matematika. Perhitungan selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 14. 2. Angket Motivasi Berprestasi Siswa Angket motivasi berprestasi siswa disusun oleh peneliti terdiri dari 40 item pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), sangat tidak sesuai (STS). Setelah angket disusun, angket diujicobakan untuk mengetahui validitas, konsistensi internal, dan reliabilitas. a. Validitas Isi Validitas isi uji coba angket motivasi berprestasi siswa terdiri dari 40 butir pernyataan. Kriteria penelaahan validitas isi instrumen angket motivasi berprestasi ini meliputi aspek isi, konstruksi, dan bahasa. Pada penelitian ini validitas dilakukan dengan menggunakan daftar check list oleh tiga orang validator, yaitu Erma Kumala Sari, M.Psi., beliau menjabat sebagai dosen pada program studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Sebelas Maret, validator kedua adalah Anang Kusherminto, M.Pd., beliau sebagai guru inti Bahasa Indonesia kota Madiun, dan validator ketiga adalah Estu Dwitanto, S.Pd., beliau sebagai guru senior BK dan tim pendamping kurikulum pelajaran BK kota Madiun. Ketiga validator memvalidasi 40 butir pernyataan serta memberikan saran perbaikan, seperti yang terlampir pada Lampiran 6. Selanjutnya peneliti memperbaiki kembali instrumen angket motivasi berprestasi berdasarkan saran-saran yang diberikan oleh validator.
b. Konsistensi Internal Setelah dilakukan perhitungan konsistensi internal angket motivasi berprestasi diperoleh rangkuman seperti pada Tabel 4.6.
71
Tabel 4.6. Rangkuman Uji Konsistensi Internal Indeks Konsistensi Internal ππ₯π¦ < 0,3
ππ₯π¦ β₯ 0,3
Butir Soal
Keputusan
Jumlah Butir
10, 16, 33, 39, 40 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38
Jelek
5
Baik
35
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui pernyataan dengan konsistensi internal jelek sebanyak 5 butir dan pernyataan dengan konsistensi internal baik sebanyak 35 butir. Pernyataan yang digunakan adalah yang mempunyai konsistensi internal baik, sehingga ada 35 butir pernyataan yang layak dipakai untuk angket motivasi berprestasi siswa. Perhitungan selengkapnya ditetapkan dalam Lampiran 7. Pernyataan yang digunakan yaitu butir yang valid berdasarkan uji validitas isi serta mempunyai konsistensi internal baik, sehingga diperoleh 35 butir soal yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, dan 38. Selanjutnya 35 pernyataan tersebut
diuji reliabilitasnya dengan rumus Alpha.
c. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas angket dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Hasil perhitungan reliabilitas yang dilakukan terhadap 35 butir pernyataan diperoleh π11 = 0,9197. Berdasarkan kriteria, instrumen dikatakan reliabel jika π11 β₯ 0,70. Hasil perhitungan diperoleh π11 β₯ 0,70 maka instrumen angket motivasi berprestasi dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. Perhitungan selengkapnya ditetapkan dalam Lampiran 8.
C. Deskripsi Data Penelitian Data penelitian yang digunakan untuk uji hipotesis meliputi data motivasi berprestasi siswa dan data nilai tes prestasi belajar siswa materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.
72
1. Data Motivasi Berprestasi Siswa Data
tingkat motivasi berprestasi siswa diperoleh dari angket motivasi
berprestasi siswa dengan responden sebanyak 264 siswa dari 9 kelas pada ketiga SMA Negeri di Kota Madiun yang dijadikan sebagai sampel penelitian. Selanjutnya, data tersebut dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan skor yang diperoleh dari masing-masing siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Perhitungan lengkap untuk menentukan tingkat motivasi berprestasi siswa dapat dilihat pada Lampiran 15. Deskripsi dari data tingkat motivasi berprestasi siswa disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Deskripsi Data Tingkat Motivasi Berprestasi Siswa Skor Angket Skor Maks Skor Min PBL N Skor Maks Skor Min TPS N Skor Maks Skor Min Klasikal N Jumlah Siswa Kelas
Tingkat Motivasi Berprestasi Tinggi Sedang Rendah 134 105 93 107 94 75 27 32 27 119 106 93 108 94 80 27 30 32 123 105 93 108 94 70 28 32 29 82 94 88
Jumlah Siswa 86
89
89 264
Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi berjumlah 82 siswa, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang berjumlah 94 siswa, sedangkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah berjumlah 88 siswa. 2. Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Data yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah data prestasi belajar matematika siswa pada materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Data prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari hasil tes prestasi belajar matematika yang dilakukan setelah dikenai pembelajaran. Deskripsi data prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing kategori model pembelajaran disajikan dalam Tabel 4.8.
73
Tabel 4.8 Deskripsi Data Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas PBL TPS Klasikal Tinggi Sedang Rendah
N 86 89 89 82 94 88
Nilai Min 48,00 36,00 28,00 40,00 44,00 28,00
Nilai Maks 96,00 92,00 80,00 96,00 92,00 86,00
πΏ 71,01 66,30 61,44 71,54 67,02 60,39
S 13,16 14,24 11,67 13,44 12,36 12,86
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui nilai maksimal, nilai minimal, rerata, dan standar deviasi yang diperoleh dari hasil tes prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing model pembelajaran dan masing-masing tingkat motivasi berprestasi siswa. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17. 3. Data Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Masing-Masing Model Pembelajaran dengan Masing-Masing Kategori Motivasi Berprestasi Pengujian hipotesis melibatkan interaksi antar masing-masing model pembelajaran dengan masing-masing tingkat motivasi berprestasi. Deskripsi data tes prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing model pembelajaran dengan setiap tingkat motivasi berprestasi disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Deskripsi data tes prestasi belajar matematika siswa pada masingmasing model pembelajaran dengan setiap tingkat motivasi berprestasi Motivasi berprestasi Model N Pemb. Nilai Min Nilai Maks PBL π S N Nilai Min Nilai Maks TPS π S N Nilai Min Nilai Maks Klasikal π S Rerata Marginal
Tinggi
Sedang
Rendah
27 56 96 81,1111 10,01 27 56 92 71,8519 11,66 28 40 76 62,0000 11,28 71,5366
32 48 86 66,7500 12,21 30 48 92 69,4667 14,15 32 44 80 65,0000 10,56 67,0213
27 48 86 66,1481 11,57 32 36 80 58,6250 13,31 29 28 76 56,9655 12,07 60,3864
Rerata Marginal
71,0698
66,2921
61,4382
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan deskripsi data tes prestasi belajar matematika materi pokok sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Dari data
74
tersebut dapat diketahui rerata setiap sel serta rerata marginal pada masing-masing model pembelajaran dan masing-masing tingkat motivasi berprestasi.
D. Hasil Analisis Data 1. Hasil Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis Uji prasyarat untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama meliputi uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi populasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas populasi dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing kelompok model pembelajaran, kelompok tingkat motivasi berprestasi, dan kelompok model pembelajaran dengan masing-masing tingkat motivasi berprestasi, sehingga uji normalitas dilakukan sebanyak lima belas kali dengan menggunakan uji Lilliefors. Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan, diperoleh hasil uji dengan taraf signifikansi 0,05 pada masing-masing sampel disajikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kelompok PBL TPS Klasikal Motivasi Berprestasi Tinggi Motivasi Berprestasi Sedang Motivasi Berprestasi Rendah PBL β Tinggi PBL β Sedang PBL β Rendah TPS βTinggi TPS β Sedang TPS β Rendah Klasikal β tinggi Klasikal β Sedang Klasikal β Rendah
π³πππ 0,0790 0,0557 0,0610 0,0729 0,0904 0,0610 0,0696 0,1382 0,1099 0,1200 0,1248 0,0828 0,1074 0,1155 0,0721
π³πΆ 0,0955 0,0939 0,0939 0,0978 0,0914 0,0944 0,1682 0,1566 0,1682 0,1682 0,1610 0,1566 0,1828 0,1566 0,1634
Keputusan Uji π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima π»π diterima
Kesimpulan Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal Populasi Normal
75
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa πΏπππ untuk masing-masing kelas lebih kecil dari πΏπΌ dengan π·πΎ = πΏ πΏ > πΏ0,05;π , sehingga πΏπππ β π·πΎ dan H0 diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa populasi memiliki distribusi normal.
Perhitungan uji normalitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 20-26. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas variansi populasi dilakukan untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) atau tidak. Uji homogenitas variansi populasi dilakukan terhadap 8 kelompok sampel dengan taraf signifikansi 0,05. Rangkuman hasil uji homogenitas variansi populasi dengan menggunakan uji Bartlett disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar Keputusan
Kelompok
πππππ
πππΆ;πβπ
Model Pembelajaran
3,4790
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
Motivasi Berprestasi
0,6128
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
PBL
1,0420
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
TPS
1,0156
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
Klasikal
0,5251
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
0,5955
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
2,5264
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
3,3541
5,9915
π»π diterima
Populasi Homogen
Motivasi Berprestasi Tinggi Motivasi Berprestasi Sedang Motivasi Berprestasi Rendah
Uji
Kesimpulan
Berdasarkan Tabel 4.11 hasil uji homogenitas variansi populasi setiap sampel
diperoleh
2 π 2 πππ < ππΌ;πβ1
dengan
π·πΎ = π 2 π 2 > ππΌ2 ;πβ1
= π 2 π 2 > 5,9915 , karena π2 πππ berada di luar daerah kritis maka π»0 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi yang dibandingkan mempunyai variansi yang sama (homogen). Perhitungan uji homogenitas selengkapnya ditetapkan pada Lampiran 23 dan 27.
76
2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh antar masing-masing model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi serta interaksinya terhadap prestasi belajar matematika siswa. Pada uji prasyarat menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan populasi-populasi merupakan populasi yang mempunyai variansi yang sama (homogen), maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. a. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Untuk menguji hipotesis digunakan analisis variansi (Anava) dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05. Rangkuman hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Anava Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Keputusan
Sumber
JK
dk
RK
ππππ
ππΆ
Model (A)
4396,26
2
2198,1281
15,3352
3,0312
Ditolak
5422,35
2
2711,1759
18,9144
3,0312
Ditolak
Interaksi (AB)
2628,20
4
657,0488
4,5839
2,4070
Ditolak
Galat
36551,41
255
143,3389
-
-
-
Total
48998,22
263
-
-
-
-
Uji
Motivasi Berprestasi (B)
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) π»0π΄ ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa. 2) π»0π΅ ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efek tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. 3) π»0π΄π΅ ditolak, hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ditetapkan dalam Lampiran 28.
77
b. Uji Lanjut Pasca Anava Uji lanjut pasca Anava dilakukan dengan uji komparansi ganda. Uji komparansi ganda dilakukan untuk mengetahui kategori manakah yang secara signifikan memberikan rerata yang berbeda dengan kategori lainnya. Berdasarkan keputusan uji pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh bahwa π»0π΄ ditolak, π»0π΅ ditolak, dan π»0π΄π΅ ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi ganda dengan metode Scheffeβ. Untuk melakukan komparasi ganda ditentukan dahulu rerata masing-masing sel dan rerata marginal, yang hasilnya disajikan dalam Tabel 4.13. Tabel 4.13 Rerata Sel dan Rerata Marginal Prestasi Belajar Matematika Model Pembelajaran PBL TPS Klasikal Rerata Marginal
Motivasi Berprestasi Tinggi Sedang Rendah
81,1111 71,8519 62,0000 71,5366
66,7500 69,4667 65,0000 67,0213
66,1481 58,6250 56,9655 60,3864
Rerata Marginal
71,0698 66,2921 61,4382
Rerata sel diperoleh dari rerata data yang terdapat pada masing-masing sel tersebut, sedangkan rerata marginal merupakan rerata yang diperoleh dari rerata keseluruhan data pada baris atau kolom tanpa memperhatikan rerata setiap selnya. 1) Komparasi Rerata Antar Baris π»0π΄ ditolak, maka terdapat perbedaan efek model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik, dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui perbedaan efek tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar baris. Rangkuman hasil uji rerata antar baris disajikan pada Tabel 4.14. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris π―π π1β = π2β π2β = π3β π1β = π3β
ππππ 6,9649 7,3145 28,3061
π. ππ,ππ;π,πππ 6,0624 6,0624 6,0624
Keputusan Uji Ditolak Ditolak Ditolak
78
Berdasarkan Tabel 4.14 hasil dari uji komparasi rerata antar baris dapat disimpulkan: a) π»π : π1β = π2β ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan
saintifik.
Dengan
memperhatikan
rerata
marginal
model
pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik sebesar 71,0698 dan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik sebesar 66,2921 disimpulkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik. b) π»π : π2β = π3β ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata marginal model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik sebesar 66,2921 dan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik sebesar 61,4382 disimpulkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. c) π»π : π1β = π3β ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan
saintifik.
Dengan
memperhatikan
rerata
marginal
model
pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik sebesar 71,0698 dan model pembelajaran
Klasikal
dengan
pendekatan
saintifik
sebesar
61,4382
disimpulkan bahwa siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar
79
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 2) Komparasi Rerata Antar Kolom π»0π΅ ditolak, maka terdapat perbedaan efek tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui perbedaan efek tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar kolom. Rangkuman hasil uji rerata antar kolom disajikan pada Tabel 4.15. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom π―π πβ1 = πβ2 πβ2 = πβ3 πβ1 = πβ3
π. ππ,ππ;π,πππ
ππππ
6,2210 13,6668 37,9362
6,0624 6,0624 6,0624
Keputusan Uji Ditolak Ditolak Ditolak
Berdasarkan Tabel 4.15 hasil dari uji komparasi rerata antar kolom dapat disimpulkan: a) π»π : πβ1 = πβ2 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dengan siswa tingkat motivasi berprestasi sedang. Dengan memperhatikan rerata marginal motivasi berprestasi tinggi sebesar 71,5366 dan motivasi berprestasi sedang sebesar 67,0213 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang. b) π»π : πβ2 = πβ3 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah. Dengan memperhatikan rerata marginal motivasi berprestasi sedang sebesar 67,0213 dan motivasi berprestasi rendah sebesar 60,3864 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. c) π»π : πβ1 = πβ3 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Dengan memperhatikan rerata marginal motivasi
80
berprestasi tinggi sebesar 71,5366 dan motivasi berprestasi rendah sebesar 60,3864 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. 3) Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama π»0π΄π΅ ditolak, maka terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui interaksi tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar sel pada baris yang sama. Rangkuman hasil uji rerata antar sel pada baris yang sama disajikan pada Tabel 4.16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama π―π π11 = π12 π11 = π13 π12 = π13 π21 = π22 π21 = π23 π22 = π23 π31 = π32 π31 = π33 π32 = π33
ππππ
π. ππ,ππ;π,πππ
21,0705 21,0865 0,0370 0,5640 17,8735 12,6972 0,9376 2,5190 6,8513
15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985
Keputusan Uji Ditolak Ditolak Diterima Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima
Berdasarkan Tabel 4.16 hasil uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama dapat disimpulkan: a) π»π : π11 = π12 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi
berprestasi
sedang
pada
siswa
yang
diberi
pembelajaran
menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata sel baris pertama - kolom pertama sebesar 81,1111 dan baris pertama - kolom kedua sebesar 66,7500 disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat
81
motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang. b) π»π : π11 = π13 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata sel baris pertama - kolom pertama sebesar 81,1111 dan baris pertama kolom ketiga sebesar 66,1481 disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. c) π»π : π12 = π13 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik. d) π»π : π21 = π22 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan tingkat motivasi berprestasi sedang pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. e) π»π : π21 = π23 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata sel baris kedua - kolom pertama sebesar 71,8519 dan baris kedua - kolom ketiga sebesar 58,6250 disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. f) π»π : π22 = π23 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan
82
tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. g) π»π : π31 = π32 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan tingkat motivasi berprestasi sedang pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. h) π»π : π31 = π33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi dan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. i) π»π : π32 = π33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan tingkat motivasi berprestasi rendah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. 4) Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama π»0π΄π΅ ditolak, maka terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Untuk mengetahui interaksi tersebut dilakukan uji komparasi ganda antar sel pada kolom yang sama. Rangkuman hasil uji rerata antar sel pada kolom yang sama disajikan pada Tabel 4.17. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 31. Tabel 4.17 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Sel pada Kolom yang Sama π―π π11 = π21 π11 = π31 π21 = π31 π12 = π22 π12 = π32 π22 = π32 π13 = π23 π13 = π33 π23 = π33
ππππ
π. ππ,ππ;π,πππ
8,0746 35,0241 9,3075 0,7972 0,3418 2,1552 5,7823 8,2252 0,2923
15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985 15,7985
Keputusan Uji Diterima Ditolak Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima Diterima
83
Berdasarkan Tabel 4.17 hasil uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama dapat disimpulkan: a) π»π : π11 = π21 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. b) π»π : π11 = π31 ditolak, maka terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi. Dengan memperhatikan rerata sel baris pertama - kolom pertama sebesar 81,1111 dan baris ketiga - kolom pertama sebesar 62,0 disimpulkan bahwa siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. c) π»π : π21 = π31 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik. d) π»π : π12 = π22 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. e) π»π : π12 = π32 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
84
PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. f) π»π : π22 = π32 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi sedang, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. g) π»π : π13 = π23 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi rendah, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. h) π»π : π13 = π33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi rendah, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. i) π»π : π23 = π33 diterima, maka tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat tingkat motivasi berprestasi rendah, baik pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik maupun dengan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik.
E. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dengan memperhatikan rerata marginalnya, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang
85
diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik lebih baik jika dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Dalam pembelajaran model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik pelajaran dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa serta dapat memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Dalam model pembelajaran PBL menggunakan kelompok kecil dan menuntut siswa untuk mendemonstrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar. Model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Pada model Think-Pair-Share (TPS) dengan pendekatan saintifik siswa dibimbing
secara
mandiri,
berpasangan,
dan
saling
berbagi
untuk
menyelesaikan permasalahan. Lie (2007:57) menyatakan bahwa pendekatan struktural TPS dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri serta
bekerjasama
dengan
orang
lain,
siswa
saling
berdiskusi
untuk
mengungkapkan idenya. Model pembelajaran TPS dapat membangun siswa untuk melatih proses berpikir, berperilaku dan tanggung jawab. Model ini selain dapat menjebatani dan mengarahkan proses belajar mengajar siswa juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Pada model pembelajaran Klasikal dengan pendekata saintifik siswa cenderung kurang aktif dan berinteraksi dengan temannya serta sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan mengutamakan hasil daripada proses. Karena terdapat perbedaan tahapan serta proses pembelajarannya antara model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik, dan model pembelajaran Klasikal dengan pendekatan saintifik sehingga prestasi belajar yang dihasilkan juga berbeda secara signifikan.
86
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari Hariyati (2013:721) yang menyatakan bahwa PBL learning model βproduces better performance over the conventional learningβ yang berarti model pembelajaran PBL lebih baik dibandingkan model pembelajaran konvensional, selain itu hasil di atas juga relevan dengan penelitian dari Budiastuti (2013) yang menyatakan bahwa prestasi siswa yang diberi model pembelajaran TPS lebih baik dari pada siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka hasil penelitian ini sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti.
2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Dengan memperhatikan rerata marginalnya, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang dan rendah. Temuan lain dalam penelitian adalah prestasi belajar siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Hasil dari penelitian sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti, hal ini dikarenakan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih mampu dengan mudah mengatasi semua permasalahan pembelajaran yang dialami, dengan semangat, kerja keras dan daya juang yang dimilikinya siswa akan belajar lebih keras, mendiskusikan masalah tersebut kepada guru maupun siswa lain sehingga memperoleh solusinya dan lebih banyak ide, gagasan dan informasi baik dari guru maupun teman sebayanya. Hal ini sesuai dengan pendapat McClelland (dalam Thoha 2008:209) yang mengemukakkan 6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu: 1) mempunyai tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, 2) berani mengambil dan memikul resiko, 3) memiliki tujuan yang realistik, 4) memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, 5) memanfaatkan umpan
87
balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan, 6) mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang kurang aktif dalam mengatasi masalah pembelajaran yang dialami, kurang dalam belajar dan bertanya kepada guru maupun berdiskusi dalam kelompoknya dan hanya sesekali bertanya maupun berinteraksi dengan temannya sehingga ide, gagasan dan informasi yang diperoleh dari guru maupun temannya tidak begitu banyak. Siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah cenderung sulit mengatasi masalah pembelajaran yang dialami, sulit bertanya kepada guru, tidak dapat mendiskusikan permasalahan belajar dalam kelompok dan cenderung pasif dalam belajar/berdiskusi sehingga siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah hanya mengandalkan kemampuannya sendiri, sehingga ide, gagasan, dan informasi yang diperoleh dari guru maupun temannya pun sangat kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Huda (2015:189) yang menyatakan siswa dengan motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa dengan siswa dengan motivasi sedang dan motivasi berprestasi rendah. Dan prestasi belajar siswa dengan motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi berprestasi rendah.
3. Hipotesis Ketiga Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk sumber variansi interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa disimpulkan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hipotesis keempat ini merupakan hasil uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama. a. Kolom tingkat motivasi berprestasi tinggi Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi, prestasi belajar matematika sama baiknya antara yang menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik dan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
88
TPS dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik dari pada siswa yang menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, dan siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik sama baiknya dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan hasil penelitian terdapat ketidak sesuaian dengan hipotesis yang diajukan peneliti, pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi jika dikenai model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik siswa akan lebih aktif dalam berdiskusi dengan kelompoknya, sehingga diskusi kelompok dapat berjalan dengan efektif dan informasi yang diperoleh setiap individu akan lebih banyak. Pada model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi masih dapat mengikuti pembelajaran dengan baik karena siswa masih aktif bertanya kepada guru jika ada permasalahan dalam pembelajaran. Ketidak sesuaian dengan hipotesis dimungkinkan karena kurangnya waktu selama proses pembelajaran sehingga mengakibatkan pembelajaran berjalan tidak begitu optimal serta banyak anggota kelompok yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. McClelland (dalam Thoha 2008:209) menyatakan terdapat 6 karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu mempunyai tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi, berani mengambil dan memikul resiko, memiliki tujuan yang realistik, memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, memanfaatkan umpan balik yang konkret dalam semua kegiatan yang dilakukan, serta mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan. Pada siswa dengan motivasi berprestasi tinggi saat pembelajaran kurang bisa rencana kerja yang baik serta memanfaatkan umpan balik dari kegiatan, sehingga hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. b. Kolom tingkat motivasi berprestasi sedang Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada siswa tingkat motivasi berprestasi sedang, prestasi belajar matematika siswa yang
89
diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran
PBL dengan
pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, dan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dibandingkan siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Berdasarkan uraian di atas maka hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. Hal ini dikarenakan pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang jika diberi model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik diskusi masih berjalan dengan baik dan pertukaran informasi yang terjadi masih cukup baik, sedangkan jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan saintifik diskusi yang dilakukan dengan berpasangan kurang berjalan dengan baik dan jika diberi model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik cenderung bersikap pasif serta kurang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Hal ini memungkinkan tidak adanya perbedaan prestasi belajar yang signifikan. McClelland dan Liberman (dalam Thoha 2008:211) menemukan bahwa kelompok siswa dengan motivasi berprestasi sedang (atribute), berpikir tentang jaminan atau keamanan dan terutama mengenai cara menghindari kegagalan, atau dengan keinginan minimal untuk mencapai keberhasilan. Pada saat pembelajaran baik dengan model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, TPS dengan pendekatan saintifik, maupun klasikal dengan pendekatan saintifik siswa dengan motivasi berprestasi sedang cenderung kurang memikirkan tingkat keberhasilan dari setiap tugas dan permasalahan yang diberikan, sehingga hal ini berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
90
c. Kolom tingkat motivasi berprestasi rendah Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah, prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL pendekatan saintifik sama baiknya dengan dengan siswa yang diberi model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik. Selanjutnya prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL pendekatan saintifik sama baiknya dengan dengan siswa yang diberi model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, dan prestasi belajar siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS pendekatan saintifik sama baiknya dengan dengan siswa yang diberi model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah jika diberi model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik diskusi tidak dapat berjalan dengan baik karena siswa dengan tipe ini lebih suka menyelesaikan permasalahan secara individu dari pada berkelompok, sedangkan jika diberi model pembelajaran kooperatif tipe TPS maupun klasikal siswa cenderung bersikap pasif, jarang bertanya serta kurang bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. Atkinson (2009:138) yang menyebutkan ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah yaitu individu termotivasi oleh ketakutan akan kegagalan, lebih senang menghindari kegagalan, senang melakukan tugas-tugas yang mempunyai taraf-taraf kesulitan yang rendah, individu senang menghindari kegagalan dan akan menunjukkan performance terbaik pada tugas-tugas dengan kesulitan yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil penelitian yang tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, hal tersebut karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah ketidakstabilan motivasi yang dimiliki siswa, masalah kesehatan, serta kejujuran siswa saat pengisian angket motivasi berprestasi, dan sebagainya.
91
4. Hipotesis Keempat Hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk sumber variansi interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa disimpulkan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat motivasi berprestasi siswa terhadap prestasi belajar matematika. Hipotesis ketiga ini merupakan hasil uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama. a. Baris model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik, prestasi belajar matematika siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi lebih baik daripada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah, dan prestasi belajar matematika pada siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang sama baiknya dengan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Model pembelajaran PBL dengan pendekatan saintifik merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme. Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga siswa harus memahami konsep yang relevan dengan masalah. Pada sebagian siswa pembelajaran belum menjadi pusat perhatian untuk memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan ketrampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hasil penelitian yang tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, hal tersebut karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah ketidakstabilan motivasi yang dimiliki siswa, masalah kesehatan, serta kejujuran siswa saat pengisian angket motivasi berprestasi, dan sebagainya.
92
b. Baris model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada model pembelajaran kooperatif TPS dengan pendekatan saintifik, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi sedang, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa tingkat motivasi berprestasi rendah, dan pada siswa tingkat motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah. Setiap siswa dituntut berperan aktif dalam pembelajaran, dalam pelaksanaan diskusi dengan pasangannya. Siswa dengan tingkat motivasi tinggi lebih mudah mengatasi semua masalah dan tuntutan belajar,namun sebagian siswa dengan tingkat motivasi sedang dan rendah kesulitan mengatasi semua rintangan dan tuntutan belajar dibandingkan siswa dengan tingkat motivasi tinggi, karena siswa dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki keinginan untuk mencapai keberhasilan. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, hal tersebut dimungkinkan karena pada saat pengisian angket motivasi berprestasi masih terdapat sebagian siswa yang tidak mengisi secara obyektif sehingga hasil pengisian angket tidak sesuai dengan kriteria motivasi berprestasi siswa sehingga mempengaruhi nilai siswa dalam pembelajaran. c. Baris model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa pada model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, siswa tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan tingkat motivasi berprestasi sedang, siswa dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah, dan siswa tingkat motivasi berprestasi sedang mempunyai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa tingkat motivasi berprestasi rendah.
93
Model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik masih didominasi dengan passive learning, interaksi di antara siswa kurang, lebih mengutamakan hafalan serta sumber belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku. Pada sebagian siswa model pembelajan ini membuat kurang semangat belajar dan cenderung masa bodoh terhadap materi matematika yang dipelajarinya. Hal ini menyebabkan ketidakakuratan data, sehingga hasil dari penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan peneliti, ketidaksesuaian ini karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah ketidakstabilan motivasi yang dimiliki siswa, masalah kesehatan, dan sebagainya.
F. Keterbatasan Penelitian Ketidaksesuaian hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian disebabkan oleh beberapa kenyataan di lapangan karena terdapat keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan dalam penelitian perlu dijelaskan agar tidak terjadi persepsi yang salah dalam penggunaan hasilnya. Keterbatasan yang dimaksud menyangkut beberapa aspek seperti data prestasi dan angket motivasi berprestasi, pelaksanaan penelitian, serta model pembelajaran. Keterbatasan pada penelitian yang dilakukan antara lain sebagai berikut. 1. Pelaksanaan penelitian Waktu pelaksanaan pelaksanaan eksperimen yang singkat dan sering terpotong dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah mengakibatkan pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan kontinu dan maksimal. Sampel penelitian yang terdiri dari 3 kelompok sekolah, yaitu sekolah yang mewakili kelompok tinggi, sedang, dan rendah mengakibatkan beberapa jadwal pelajaran tidak mendukung penelitian. Jadwal pelajaran matematika tiap sekolah ada yang sama, sehingga ada beberapa kali pertemuan peneliti menyerahkan pada guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk melakukan
94
eksperimen dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah peneliti persiapkan meliputi RPP, LKS dan evaluasi. 2. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang baru diterapkan, sehingga masih banyak guru yang belum sepenuhnya menguasai kurikulum tersebut, dalam hal ini peneliti menggunakan model pembelajaran PBL, kooperatif TPS, dan klasikal yang merupakan model pembelajaran yang masih dianggap baru jika dilakukan dengan pendekatan saintifik. Oleh sebagian guru matematika, dalam pelaksanaan penelitian ini siswa belum terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 yang berakibat siswa masih kesulitan mengikuti instruksi dari guru selama proses pembelajaran sehingga ketrampilan siswa untuk bekerja dalam kelompok masih kurang.