perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data dan Objek Penelitian
Andrea Hirata terlahir dengan nama Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun (lahir di Belitung, 24 Oktober 1976; umur 37 tahun) adalah novelis yang telah merevolusi sastra Indonesia. Ia berasal dari Pulau Belitung, (Provinsi Bangka Belitung). Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi. Novel karyanya:
Laskar Pelangi (2005)
Sang Pemimpi (2006)
Edensor (2007)
Maryamah Karpov
Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas (2010)
Sebelas Patriot (2011)
Laskar Pelangi Song Book (2012). Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk
tahun 2006 - 2007. Selain Tetralogi Laskar Pelangi, Andrea juga menghasilkan karya lain, yaitu Padang Bulan & Cinta di Dalam Gelas yang terbit tahun 2010, Sebelas Patriot terbit tahun 2011, dan Laskar Pelangi Song Book terbit tahun 2012. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains fisika, kimia, biologi, astronomi, dan tentu saja sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya. Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam commit userekonomi telekomunikasi pertama Bahasa Indonesia dan merupakan buku toteori
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
yang ditulis oleh orang
Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi
Ilmiah. Saat ini Andrea tinggal di Bandung dan masih bekerja di kantor pusat PT Telkom. Penghargaan yang pernah didapat di antaranya Winner of Buch Awards Germany 2013, dan Winner of New York Book Festival 2013 (general fiction category).
B. Deskripsi Temuan Penelitian Maryamah Karpov bercerita tentang pencarian Ikal kepada A Ling. Novel ini diawali dengan ayah Ikal yang mendapat surat pemberitahuan gaji oleh Mandor Djuasin. Ternyata surat tersebut salah alamat, tetapi ayah Ikal tetap memaafkan Mandor Djuasin dengan ketulusan sehingga membuat Ikal berjanji untuk sekolah yang tinggi agar bisa menaikkan martabat ayahnya. Setelah itu cerita berpindah ke Sorbonne, Perancis ketika Ikal sedang ujian tesis dan lulus dengan nilai yang baik. Ikal kemudian pulang ke Belitong, keadaan Belitong sudah berubah. Ada Ketua Karmun yang merupakan seorang Kepala Kampung yang arif dan bijaksana, selain itu ada Dokter Gigi baru di kampung tersebut. Cerita mencapai klimaks ketika beberapa nelayan menemukan mayat di laut yang ternyata mempunyai rajah yang sama dengan milik A Ling. Pencarian kembali Ikal untuk menemukan A Ling pun dimulai. Ikal membuat sendiri kapal untuk mengarungi lautan mencari A ling, sebelas anggota Laskar Pelangi muncul di novel ini untuk membantu
Ikal membuat kapal. Setelah kapal selesai Ikal
Bersama Mahar dan dua awak kapal mengarungi lautan mencari A Ling. Dengan bantuan Tuk Bayan Tula yang disogok Mahar dengan televisi yang penuh dengan semut akhirnya Ikal berhasil menemukan A Ling di Batuan. Setelah kepulangan A Ling ke Belitong sakit gigi Ikal semakin parah sehingga harus diperiksa oleh Dokter Diaz. Ikal ternyata punya trauma masa kecil waktu dibius saat khitan, sehingga saat sakit gigi Ikal bersikeras untuk tidak pergi ke dokter gigi Diaz. Ending novel ini adalah Ikal akan melamar A Ling, tetapi tidak di setujui oleh ayahnya. Hal menarik lain dari novel ini adalah cerita tentang commit to user masyarakat kampung Gantung, Belitong.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
1. Tokoh dan Penokohan Ikal: Di sini tokoh Ikal digambarkan sebagai orang yang penuh kasih sayang terutama kepada ayahnya. “Ayah, dengan penuh takzim menerima penjelasan itu. Beliau bahkan menyampaikan simpatinya akan betapa berat tugas Mandor Djuasin mengelola ribuan kuli, dan betapa Ayah berterima kasih pada Mandor karena mengiriminya surat yang bagus berlambang meskapai nan terhormat pula, serta menandatangani sendiri surat itu meski surat itu salah alamat. Aku tak dapat menahan perasaanku.
Air
mataku
berlinang-linang
saat
mengintip
Ayah
mengucapkan semua itu, karena dari balik pintu aku tahu makna ketulusan wajah ayahku. Sungguh bening hati lelaki pendiam itu, dan detik itu aku berjanji pada diriku sendiri, untuk menempatkan setiap kata ayahku di atas nampan pualam. Aku bersumpah akan sekolah setinggitingginya, ke negeri manapun, apapun rintangannya, apapun yang terjadi, demi martabat ayahku” Sifat lain yang menonjol adalah tidak mudah putus asa dan selalu bekerja keras. “Meski tubuhku remuk redam, tak dapat kupejamkan mata. Malam ini langit terang dan aku memandangi bintang gemintang. Tinggal sehari lagi kesempatan yang diberikan Tambok. Dalam sehari itu tak mungkin aku dapat menjelajahi seluruh sisa Pulau Batuan. Angin barat makin kencang menghadang perahu. Sepanjang malam aku berdoa agar dipertemukan dengan A Ling. Aku ingin mendengar berita tentangnya, berita buruk sekalipun. Aku telah mencarinya selama belasan tahun, rasanya aku telah mencarinya seumur hidupku. Aku telah mencarinya sampai ke Selatan Prancis, sampai ke Taiga Siberia di pelosok Rusia sana, sampai ke pedalaman Zaire di tengah-tengah Benua Afrika. Aku ingin sekali berjumpa dengannya. Aku harus berjumpa dengannya. Aku merindukannya sampai aku tak dapat bernafas. Jika ia mati di Selat Singapura, paling tidak di Batuan aku ingin berjumpa dengan orang yang tahu persis kejadian itu, biar aku tenang pulang‟. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Ayah: Tokoh ayah Ikal merupakan seorang yang tulus, family man sejati dan sangat pendiam. “Ayah, dengan penuh takzim menerima penjelasan itu. Beliau bahkan menyampaikan simpatinya akan betapa berat tugas Mandor Djuasin mengelola ribuan kuli, dan betapa Ayah berterima kasih pada Mandor karena mengiriminya surat yang bagus berlambang maskapai nan terhormat pula, serta menandatangani sendiri surat itu meski surat itu salah alamat. Aku tak dapat menahan perasaanku. Air mataku berlinang-linang saat mengintip Ayah mengucapkan semua itu, karena dari balik pintu aku tahu makna ketulusan wajah ayahku. Sungguh bening hati lelaki pendiam itu...” “Ayah masih saja pendiam. Sering aku bertanya pada diri sendiri mengapa ayahku begitu pendiam? Apakah ia sedang menjalani semacam ujian? Adakah sesuatu yang amat buruk pernah menimpanya? Ataukah
ia
sedang menebus satu perasaan
bersalah yang kuat? Tak pernah kutemukan jawaban, misterius”. Laskar Pelangi: Laskar Pelangi adalah teman-teman masa kecil Ikal, mereka adalah Mahar, Lintang, Trapani, A Kiong, Sahara, Samson, Syahdan, Kucai dan Harun. Dari para Laskar Pelangi inilah Ikal belajar tentang berbagai pelajaran kehidupan. Mereka adalah para sahabat sejati yang terikat oleh kasih sayang dan persamaan nasib. “Aku menghampiri mereka. Kami bersalaman erat dan berpelukan. Para Laskar Pelangi, sahabat-sahabat sejati yang tak lekang oleh waktu.” “Kini kami tertegun di depan balok bulin itu dan terisak-isak tak tertahankan melihat tak ada lagi nama Lintang dalam garis-garis tinggi badan kami terakhir di tiang itu. Samson, Sahara, dan Harun tersedu sedan sambil memeluk pundak Lintang.
Mata
Lintang berkaca-kaca.
Betapa menyakitkan hari
perpisahan itu bagi kami. Hari pedih yang terekam jelas pada tiang keramat perlambang kerasnya perjuangan kami demi pendidikan, dan hari pedih itu, tak kan pernah tersembuhkan oleh waktu sekalipun, sampai kapan pun.” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Arai: Arai adalah sahabat Ikal tapi masih terhitung sepupu jauh Ikal. Arai sebatang kara kemudian tinggal bersama keluarga Ikal. Arai adalah partner in crime Ikal. Arai sangat setia pada cintanya Zakiah Nurmala meskipun sudah belasan kali ditolak. Arai juga merupakan orang yang sering memiliki ide-ide gila. “Sekarang, yang membuatku makin penasaran, bagaimana Zakiah, yang hatinya selalu tertutup rapat bak benteng Fort Knox, yang tak pernah mengucapkan sepatah pun kata manis untuk Arai, selain kata-kata tampikan yang keras, bisa mengirim surat macam begitu? Firasat yang halus menyusup dalam hatiku. Tak dapat kujelaskan. It's just too easy.” Ibu: Tokoh ibu hanya sedikit dijelaskan dan diceritakan dalam novel ini. Meskipun begitu bisa ditangkap sedikit bahwa Ibu adalah orang yang berpendirian teguh, sabar dan sangat tegas. Ibu memberikan nama Hirata pada Ikal agar Ikal terus teringat pada akhirat. "Nah, kaudengar itu!? Itulah kalau kau mau tahu arti namamu. Aku bersusah-susah mengarang namamu Hirata agar kau selalu ingat pada akhirat!" “Sesudah BBC London menarik diri dari udara. Warta berita domestik pukul tujuh. Gawat, berita soal Tuk Bayan Tula pasti telah sampai ke telinga Ibu. Pertama-tama, ia sangat kecewa dengan lingkaran lebam di mataku dan wajahku yang pucat karena kurang tidur. Baginya, seorang pemuda, terutama pagi, harus selalu berada dalam keadaan segar bugar dan siap bekerja keras, membanting tulang, menebang, menggali, atau memikul. Tak ada seberkas pun kesan itu ia lihat padaku, dan itu membuatnya kecewa berat.” Ketua Karmun: Ketua Karmun adalah kepala kampung di Gantung, desa tempat tinggal Ikal. Ketua Karmun adalah seorang yang arif dan bijaksana. “Sudah banyak kukenal orang. Baru kutemukan yang model Ketua Karmun: saklek, humoris, tanpa tedeng aling-aling hemat kata, Ketua Karmun adalah pria yang dramatis. Tapi rakyatnya cinta setengah commit to user mati padanya. Karena di balik sikap yang menjengkelkan itu, tulusnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
tiada banding.” “Dua puluh tempat duduk paling depan adalah untuk VVIP (Very Very Important Person), orang-orang amat penting, dan duduklah di sana, dengan anggun, pendulang timah Tancap bin Seliman, yang berkali-kali pula menolak ke klinik. Subuh tadi Ketua Karmun secara pribadi menjemputnya. Didudukkannya Tancap di sadel belakang sepeda Sim King-nya. Lalu didudukkannya lagi di kursi VVIP yang terhormat. Tak ada, Kawan: di gedung-gedung DPR, di kantor-kantor kabinet, di kantor-kantor dinas, apalagi di kantor-kantor partai politik, pemimpin seperti ini. Carilah olehmu, tak kan ada”. Tokoh Lain: ada banyak tokoh pendukung yang ada dalam novel ini. Ada Dokter gigi Budi Ardiaz yang merupakan dokter gigi pertama di Gantung. Ada Eksyen dan komplotannya yang mempunyai nama-nama julukan unik. Orang-orang Sawang, Orang-orang bersarung. Mapangi yang membantu
Ikal membuat perahu, Mak Cik Maryamah yang
menjadi judul dari novel ini, Nurmi yang mengajari Ikal main biola, Tuk Bayan Tula dan Dayang Kaw yang membantu Ikal di Batuan dan banyak tokoh-tokoh pendukung lain. “Eksyen, empat puluh tujuh tahun, lakilaki paling menjengkelkan di kampung kami. Potongannya jangkung melengkung. Seringainya licik sarkastik, dan istrinya tiga. Jika ada julukan yang merendahkan martabat, pasti dia yang mengarang dan memulainya. Berahim Harap Tenang, Tancap bin Seliman, Muharam Buku Gambar sekaligus Muharam Ini Budi, Marhaban Hormat Grak, Mursyiddin 363, semuanya ciptaan Eksyen. Eksyen adalah orang yang dalam dirinya dijejali hasrat untuk menghina. Wajahnya selalu seperti orang ingin menyindir. Tak terbilang banyaknya gadis Melayu yang enggan
keluar
merendahkan
rumah
karena
tak
yang dilekat-lekatkan
tahan Eksyen
akan
julukan-julukan
pada mereka. Fatimah
Petai Cina, misalnya, hanya karena perempuan itu lebih jangkung daripada perempuan Melayu kebanyakan. Tinggi seperti pohon petai cina, kata Eksyen. Midah dihina jadi Midah Sesak Napas, lantaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
bentuk hidung perempuan itu memang mengharukan. Maka Eskyen tak lain adalah seorang pembunuh karakter.” “Nah, inilah hikayat orang Melayu Dalam sang mayoritas. Sikap mereka selalu moderat, berada di tengah karakter
kaum minoritas
Khek, Hokian, Tongsan, Ho Pho,
orang-orang bersarung, dan suku Sawang. Jika orang Melayu kaya cukuplah untuk sekali ke Tanah Suci. Umpama miskin, selalu merasa dirinya beruntung. Maka tak pernah ada yang melarat. Jika baik, tanggung, jika jahat, tak kan lebih dari bromocorah pencuri setandan pisang, itu pun pisang mentah. Jika pintar jadi carik kantor desa, jika bodoh bahkan tak bisa membedakan huruf B dengan M. Tak tahu kalau Purwakarta dan Purwokerto itu berbeda. Komedi orang Melayu Dalam bersifat artifisial dan politikal. Karena itu, salah satu bentuk klasik humor mereka adalah membual. Mereka sering sekali membualkan bahwa semua orang yang dikenalnya, semua artis sobatnya, bahwa menteri A itu kerabatnya. Padahal, hanya karena ia bertetangga dengan ipar menteri itu dan ayam mereka pernah ketahuan kawin. Sang menteri sendiri tak mengaku iparnya yang berengsek itu sebagai saudara. Harapan si pembual tentu saja agar dia disegani karena banyak mengenal pejabat. Inilah yang kumaksud sebagai humor artifisial humor palsu dan humor politikal.” 2. Setting/Latar Setting atau latar cerita dalam novel ini pertama-tama adalah di Prancis ketika Ikal sidang ujian tesis, kemudian dilanjutkan dengan kepulangan Ikal ke Belitong. Latar tempat paling banyak adalah di Belitong di desa Gantung, setelah Ikal menyelesaikan kuliah masternya. “Ruang ujian sidang tesis itu sendiri terletak di ujung selasar dalam bangunan yang terpisah semacam paviliun, tapi atapnya menjulang mancung mirip atap gereja-gereja Ang-likan. Lumut tumbuh di tepi-tepi atap akibat air hujan yang tergenang karena tersumbat daun busuk Cecille Oak yang tak rimbun tapi tua dan tinggi. Lantainya, mozaik eksotis yang akan mengingatkan siapa saja pada commit to useratau Casablanca, atau kisah-kisah tempat-tempat seperti Iskandaria, Granada,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
tentang para pengembara di bawah langit Sahara, tentang perjuangan hamba sahaya, dan asmara terlarang. Motif lantai atau kaca warna bernada serupa selalu kutemui di lembaga-lembaga intelek Prancis, sebagai refleksi rasa hormat mereka pada para cendekiawan masa lampau dari Jazirah.” Untuk latar waktu pada bab awal diceritakan tentang masa kecil Ikal bersama ayahnya. Setelah itu memakai latar waktu setelah kepulangan Ikal ke Indonesia, ditaksir sekitar akhir 90an. 3. Alur/Plot a. Jenis alur : Campuran Bukti : “Sungguh menyedihkan keadaan sekolah kami sekarang. Dulu ia dikucilkan zaman, sekarang ia masih senyam sendirian. Kami tertegun bergandengan tangan. Tak seorang pun bicara karena kami terlena mendengar suara Bu Muslimah dari dalam kelas itu, gelak tawa, sedan tangis, bait-bait puisi, dan dialog sandiwara kami dulu. Lalu mengalun suara kecil Lintang menyanyikan lagu Padamu Negeri, hanya untuk menyanyikan satu lagu itu saja ia dengan gagah berani mengayuh sepeda empat puluh kilometer. Dari rumahnya di pinggir laut: Di kelas itu, meski suaranya sumbang, ia bersenandung sepenuh jiwa.” (halaman 139)
b.
Tahapan Alur 1) Tahap perkenalan ( persuasi ) “Sesuatu kembali menyesaki dadaku. Aku ingin mengayuh sepeda kencang-kencang melewati toko itu, tetapi aku tak mampu beranjak. Hatiku terendam air mata rindu, sungguh rindu, sampai rasanya aku membeku. Ke mana lagi aku harus mencari A Ling? Semua tempat telah kutempuh, semua orang telah kutanya, tak ada kabar beritanya, tak tahu rimbanya.” (halaman 195). 2) Tahap awal konflik ( konflik mulai muncul ) “Pisang-pisang kipas bernyawa, tiang-tiang bendera bertelinga. Tak tahu dari siapa, berita aku akan membuat perahu menyebar ke manacommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
mana, dan aku dituduh sakit jiwa. Sampai-sampai aku tak berani melintas di pasar karena tak tahan berhari-hari dicela.” (halaman 237) 3) Konflik mulai berkembang “Dengan aba-aba dari Lintang, pompa dihidupkan. Percobaan pertama, dan ternyata gagal. Sebab, ternyata sangat susah menggosongkan drum secara simultan. Empat drum melonjak ke permukaan, jelas tak mampu menggerakkan perhu sedikitpun. Perahu itu sangat berat seperti sebuah panser yang terbenam. Eksyen dan komplotannya berteriak-teriak girang melihat kami gagal.” (halaman 343) 4) Klimaks ( puncak konflik ) “Sementara perahu-perahu anak buah Tambok makin dekat. Lalu kudengar letupan-letupan senapan. Merekan menembaki perahu kami dengan senapan rakitan. Mahar menaikkan layar dan aku memutar haluan. Tujuan kami adalah timur dan angin barat serta merta mendorong kami.” (halaman 430) 5) Konflik menurun “Rupanya nelayan-nelayan yang kami temui di karang lampu telah mengabarkan bahwa kami pulang dari Batuan dan membawa anak gadis Tionghoa
itu. Dermaga
Perahu merapat.
ramai
Lintang
seperti
berseru
kami
sambil
berangkat
dulu.
melambai-lambaikan
tangannya. "Galilei, Admiral Hook! Selamat datang!" (halaman 232) 6) Penyelesaian “Di tengah hamparan ilalang, A Ling berdiri sendirian menunggu. Kami hanya diam, tapi A Ling tahu apa yang telah terjadi. Ia terpaku lalu luruh. Ia bersimpuh dan memeluk lututnya. Matanya semerah Saga. Ia sesenggukan sambil meremas ilalang tajam. Seakan tak ia rasakan darah mengucur di telapaknya. Ia menarik putus kalungnya, menggulungkan lengan bajunya, dan memperlihatkan rajah kupu-kupu hitam di bawah sinar bulan. Kukatakan padanya bahwa aku tak‟kan menyerah pada apapun untuknya dan akan ada lagi perahu berangkat ke Batuan. Ku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
katakan padanya, aku akan membawanya naik perahu itu dan kami akan melintasi Selat Singapura.” (halaman 269) Alur cerita ini pada awalnya menggunakan alur mundur, menceritakan tentang masa kecil Ikal. Kemudian memakai alur maju tentang proses perjuangan Ikal di Belitong setelah menyelesaikan kuliah. “Satu-satunya berita yang pernah melanda ayahku hanyalah soal naik pangkat. Aku kelas tiga SD waktu itu. Bukan main senangnya Ayah waktu menerima surat dari Pak Djuasin bin Djamalludin Ansori, mandor kawat Meskapai Timah, bahwa akan ada promosi bagi kaum kuli tukang cedok pasir diwasrai. Wasrai dimelayu-kan dari kata Belanda wasserijk, yang artinya 'bengkel pencucian timah'. Kuli yang akan naik pangkat salah satunya Ayah. Surat itu, pagi tadi dibaca ibuku, sebab kawan juga tentu sudah mafhum betapa mengharukannya pengetahuan ayahku soal huruf-huruf Latin.” 4. Sudut Pandang Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama. Ikal sebagai tokoh utama, yang bercerita, berubah-ubah. “Suara hiruk pikuk dalam bioskop sontak reda waktu lampu dimatikan. Sejurus kemudian cahaya dan teks hitam putih menyambar-nyambar layar. Film dimulai. Aku terpesona, tak mau duduk. Aku berdiri terkesima melihat layar besar berwarna-warni, gambar-gambar bergerak cepat, suara musik dan orang bicara bercampurcampur. Lalu, di layar munculah para pemain film. Wajah mereka tak seperti wajah orang Melayu, kulitnya bersih-bersih, bajunya bagus-bagus, dan bahasa Indonesianya lancar. Banyak kata yang tak kupahami.”
C. Pembahasan
1. Nilai Edukatif Novel Maryamah Karpov a. Nilai Pendidikan Religius Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan commit to user Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak sebagai pemacu faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan perangsang atau pemberi makna kehidupan. Melalui agama, manusia pun dapat mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik. 1) Jangan musyrik “Hal-hal mustahil kadangkala mampu ditakluk ilmu: ilmiah maupun musyrik. Namun, kesaktian sang waktu tak tertekuk apa pun, siapa pun. Waktu bertindak sepasti ganjaran Tuhan.” (halaman 213) 2) Mengaji “Sesudah shalat subuh dan mengaji, ia duduk di kursi goyang sambil mendengar siaran radio Malaysia.” (halaman 4) b. Nilai Pendidikan Moral Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam segala hal, sikap yang penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan kebaikan. Seperti halnya jika dalam agama, seorang hamba jika menjalankan shalat tepat waktu akan mendapat pahala lebih banyak, demikian juga jika disiplin dijalankan pada pekerjaan lainnya dan tanpa memandang siapa yang berperan dalam melakukan perbuatan disiplin tersebut. Seperti pada kutipan berikut mengandung nilai moral yang sangat penting. 1) Tidak mudah menyerah “Angin semilir meningkahi pucuk-pucuk pohon bintang. Kucoba lagi lagu itu, untuk kali keenam ratus sepuluh. Nurmi melirikku.” (halaman 165) 2) Berusaha mencapai cita-cita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
“Kenyataan ini meyakinkanku bahwa ekspedisi ke Batuan tak kan sekadar perjalanan berbahaya menghadapi badai dan bajak laut Selat Malaka demi mencari A Ling, tapi di negeri laut dan kepulauan ini, akan
pula
aku
bertemu
hal-hal
baru
yang
misterius
dan
mencengangkan.” (halaman 200) 3) Optimis “Aku bertekad
membuktikan
kepada
Eksyen
dan
orang-orang
sekampung bahwa aku bisa membangun perahu, dan aku lelah karena tekad konyol itu.” (halaman 132) c. Nilai Pendidikan Sosial Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang juga termasuk di dalamnya. Karya sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat pula bersumber dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Nilai sosial yang dimaksud adalah kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian tersebut dapat berupa perhatian maupun berupa kritik. seperti yang terdapat dalam kutipan berikut. 1) Rukun Orang kampung melepaskan apa pun yang sedang dikerjakan, menunda semua rencana, dan berbondong-bondong ke rumah Lao Mi yang sederhana. Tak pernah aku melihat orang melayat sebanyak itu. (halaman 233) 2) Solidaritas persahabatan TAK dapat kusembunyikan gembiraku mendapatkan dukungan para sahabat lama. Rupanya kejadian aku dihina dina Eksyen dan gengnya di Warung Kopi „Usah Kau Kenang Lagi‟ sampai ke telinga mereka. (halaman 138) d. Nilai Pendidikan Budaya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Nilai pendidikan budaya adalah tingkat yang paling tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai., berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakatnya. Walaupun nilai-nilai budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas, dan tidak konkret itu, maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional dari alam jiwa para individu yang menjadi warga dari kebudayaan bersangkutan. Kebiasaan dalam daerah tertentu juga memengaruhi tata cara dalam kehidupan seharihari, terlihat seperti kutipan di bawah ini. 1) Ritual Tarik Perahu “Aku diminta mengunyah sirih dan gambir bersama tetua orang-orang bersarung waktu tamborin dan tabja mulai dibunyikan, seorang perempuan tua, orang bersarung menaburkan bunga dan beras di sepanjang jalur kayu-kayu bulat, dan Rafiqi berteriak memberi aba-aba agar puluhan lelaki bertubuh kekar menjejakkan kaki dengan tegas ke bumi, menarik napas, dan membuangnya sambil menyentak perahu.” (halaman 191) 2) Memakai sarung “Orang-orang penting dari suku Sawang lima kepala suku yang masih hidup, orang-orang bersarung, melayu, Tionghua semua variasi suku dan dukun semua urusan diundang.” (halaman 246)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
3) Taruhan “Bentuk lain humor bagi subetnik Ho Pho yang unik ini adalah taruhan. Taruhan merupakan salah satu guyonan favorit mereka, dan taruhan mereka selalu gila-gilaan.” (halaman 72) 2. Stilistika dalam Novel Maryamah Karpov a. Nilai Seni Suatu karya sastra dianggap mempunyai nilai seni jika mempunyai lima unsur yang terdapat dalam analisis ilmu jiwa modern, jiwa manusia itu terdiri dari lima tingkatan, begitu juga pengalaman jiwa terdiri dari lima tingkatan atau niveaux. Tingkatan pertama: niveau anorganis, yaitu tingkatan jiwa yang terendah, yang sifatnya seperti benda mati, mempunyai ukuran, tinggi, rendah, panjang, dalam, dapat diraba, didengar, pendeknya dapat diindera. Tingkatan ini terjelma dalam karya sastra, berupa pola bunyi, irama, baris sajak, alinea, kalimat, perumpamaan, gaya bahasa, dan sebagainya. Tingkatan kedua: niveau vegetatif, yaitu tingkatan seperti tumbuh-tumbuhan, seperti pohon mengeluarkan bunga, mengeluarkan daunnya yang muda, gugur daun dan sebagainya. Segala pergantian itu menimbulkan bermacam-macam suasana. Misalnya bila musim bunga suasana
yang
ditimbulkan
adalah
romantis,
menyenangkan,
menggembirakan. Bila musim gugur menimbulkan suasana tertekan, menyedihkan, dan keputusasaan. Tingkatan yang ketiga: niveau animal, yaitu tingkatan seperti yang dicapai binatang, yaitu sudah ada nafsu-nafsu jasmaniah. Dalam kata atau karya sastra maka tingkatan ini berupa hasrat untuk makan, minum, nafsu seksual, nafsu untuk membunuh dan sebagainya. Tingkatan yang keempat: niveau human, yaitu tingkatan jiwa yang hanya dapat dicapai oleh manusia, berupa perasaan belas kasihan, dapat membedakan baik buruk, berjiwa gotong royong, saling membantu dan sebagainya. Tingkatan yang kelima: niveau religius atau filosofis, ini adalah tingkatan kejiwaan yang tertinggi, tingkatan ini dialami hanya saat sembahyang, dzikir, berdoa, dan tosebagainya. Bila dalam bentuk kata commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
tingkatan ini berupa renungan-renungan batin sampai pada hakikat, hubungan manusia dengan Tuhan, seperti doa-doa, pengalaman mistik, renungan-renungan filsafat. Novel
Maryamah Karpov ini
memiliki
unsur-unsur
yang
disebutkan di atas hal ini tercermin dalam kalimat dan paragraf yang terdapat dalam novel. 1) Niveau Anorganis atau tingkatan pertama: pada tingkatan ini kita bisa melihat setiap diksi atau pemilihan kata yang dipakai dalam penulisan novel ini. “Maka, paling tidak di Tanah Melayu, tidaklah mudah menjadi pembual. Mesti kreatif dan imajinatif. Karena itu, pembual merupakan jabatan informal yang penting. Biasanya pembual memiliki keterampilan generik lain, yakni jago pantun. Jasanya selalu diperlukan oleh rombongan mempelai pria untuk upacara berebut pintu. Sang jago pantun mengadu pantunnya dengan wakil mempelai perempuan. Jika menang, mempelai perempuan baru mau keluar lewat pintu. Karena itu, saat musim kawin tiba, pada bulan-bulan Agustus atau September sebelum musim hujan, para pembual sentosa berjaya.” 2) Niveau Vegetatif atau tingkatan kedua: membaca novel ini kita bisa merasakan suasana ynag tercermin dalam setiap kalimat yang dituliskan dalam novel. Misalnya dalam paragraf berikut kita bisa membayangkan berada pada suasana sore hari yang cerah tapi berangin seolah menggambarkan perasaan menyenangkan tapi terasa sendu. “Tiba di pinggir lapangan sekolah, kami tertegun melihat lapangan itu telah berubah menjadi ladang ilalang. Tumbuh subur meliuk-liuk setinggi lutut. Sore yang sendu. Dan aneh, Belitong Barat pasti hujan, karena nun di tepi langit Selatan, melingkar terang selendang-selendang pelangi, lengkap tujuh warna, berangkat dari hulu Sungai Sambar dan terjun di hutan pandan, seakan menyambut kami pulang kembali ke sekolah gudang kopra itu. Tak ada apapun, tak ada siapapun, selain lautan ilalang dan sekolah kami yang teronggok di tengah lapangan. Lapuk, renta, dan commit to user pohon filicium yang sejak dulu kesepian. Sekolah itu hanya ditemani
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
selalu setia di situ, meneduhi kami, membiarkan kami bertengger di lengan-lengan dahannya. Jika angin bertiup, sekolah usang dan pohon fihcium itu seakan ikut berayun-ayun seirama ilalang kuning. Sebagian atap sekolah telah runtuh, bilah-bilah sirap berserakan di tanah, papanpapan pelepak dindingnya banyak yang terlepas dari pakunya. Balok panjang wuwungannya telah patah, tiang-tiang penyangganya terpancang merana.” 3) Niveau Human: unsur yang paling terasa dalam novel ini adalah unsur kemanusiaan. Kita bisa ikut merasakan kegembiraan, kesedihan, haru dan menyenangkan ketika membaca novel ini. ““Kau tak sendiri, Boi." Aku tak mengerti maksud Samson, tapi kemudian aku terharu tak tertahankan melihat mereka masuk satu per satu dari pintu belakang hangar. Mereka adalah pahlawan-pahlawanku, para pemangku sumpah setia persahabatan para Laskar Pelangi: A Kiong, Syahdan, Sahara, Kucai, Flo, Trapani, dan Harun.” “Aku terkesiap Ayah yang tak pernah mengatakan tidak untuk apapun yang kuminta. Ayah, yang mau memetikkan buah delima di bulan untukku, telah mengatakan tidak, untuk sesuatu yang paling kuinginkan melebihi apapun. Ayah mengepalkan tangannya erat-erat untuk menguatkan dirinya. Air matanya mengalir deras sampai berjatuhan ke lantai. Tak pernah seumur hidupku melihatnya menangis. Aku tak mampu berkata-kata. Ruh seperti tercabut dari jasadku. Aku terkulai.” “Di pojok pelataran parkir, mobil omprengan menunggu. Tapi, bangku kosong tinggal dua. "Tonto, kau tinggal saja dulu, bangku tak cukup." Aku tercekat, kampungku sangat jauh. Tinggal saja dulu itu berarti aku baru bisa pulang besok, atau harus ke Tanjung Pandan menumpang truk terasi. Begitulah, selalu aku, selalu saja aku yang sial jadi tumbal. Mobil omprengan melaju. Di dalamnya kulihat para penumpang memandang sedih padaku. Namun, tak dapat kupercaya penglihatanku,
Muhammad
Arai
tertawa
melambai-lambaikan tangannya padaku.” commit to user
menggigil-gigil
sambil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
4) Niveau Religius: tidak banyak novel yang bisa membuat kita merasakan lebih dekat pada Tuhan. Pada kesimpulannya novel ini membuat kita lebih optimis, bahwa ketika kita memiliki mimpi setinggi apapun bukan tidak mungkin kita akan bisa menggapainya dengan sebuah usaha dan keyakinan terus menerus. “Perahu ini tak bernama. Tapi ada masanya dulu, ketika orang sepanjang pesisir Sumatra hanya berani menyebut perahu ini dengan umpama. Ketika ia dianggap tabu, bahkan dengan menyebut namanya, mulut harus ditabur beras sebab dianggap telah mengundang bencana. Tiba-tiba, setelah malang melintang melegenda, perahu Lanun itu muncul di kampung kami, laksana terlempar dalam lorong waktu. Sore ini, setelah berabad terkubur, ruhnya dibangkitkan oleh Dahi Lintang, dibangkitkan oleh ilmu, untuk bernapas kembali.” “Jika dulu aku tak pernah berani bermimpi sekolah ke Prancis, jika dulu aku tak menegakkan sumpah untuk sekolah setinggi-tingginya demi martabat ayahku, aku dapat melihat diriku dengan terang sore ini: sedang berdiri dengan tubuh hitam kumal, yang kelihatan hanya mataku, memegang sekop menghadapi gunungan timah, mengumpulkan napas, menghela tenaga, mencedokinya dari pukul delapan pagi sampai magrib, menggantikan tugas ayahku, yang dulu menggantikan tugas ayahnya, turun-temurun menjadi kuli kasta terendah. Aku menolak semua itu! Aku menolak perlakuan buruk nasib pada ayahku dan pada kaumku. Kini Tuhan telah memeluk mimpiku. Detik ini di jantung Paris, di hadapan tonggak penjara Bastile, perlambang kebebasan telah merdeka, tak goyah, tak pernah sedetik pun menyerah. Di sini, atas nama harkat kaumku, martabat ayahku, kurasakan dalam aliran darahku saat nasib membuktikan sifatnya yang hakiki bahwa ia akan memihak para pemberani.” b. Gaya Bahasa 1) Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimatnya a) Klimaks commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Klimaks berarti gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari hal-hal yang kurang penting ke hal-hal yang penting. Contoh penggunaan gaya bahasa klimaks dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut. (1) “---merebak berita tentang seorang pria keriting yang dilarikan ke rumah sakit, ambulans meraung-raung, tergopoh-gopoh menuju ruang tanggap darurat, sebab pria itu ketika makan buah duku, tak tahu kenapa, biji duku melenceng masuk ke lubang hidungnya, hingga ia tersengal-sengal sampai nyaris lunas nyawanya.” (MK: 2) Pengklimakskan terjadi pada kalimat “ia tersengal-sengal sampai nyaris lunas nyawanya” sebagai puncak urutan peristiwa penderitaan yang menunjukkan gejala kesakitan yang akhirnya memuncak dan menjadi klimaks sebuah penderitaan. b) Paralelisme Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal sama. Contoh penggunaan gaya bahasa paralelisme dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut. (2) “ …… Sampai batas akhir tenagaku, sampai tandas napasku, sampai tumpas harta bendaku.” (MK: 235) Pada kutipan tersebut diketahui adanya gaya bahasa paralelisme. Hal ini dapat diketahui dari kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal sama, yaitu pada kata “sampai batas akhir tenagaku, sampai tandas napasku, sampai tumpas harta bendaku” yang mempunyai arti sama yaitu habis tak tersisa. c) Antitesis Antitesis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
yang berlawanan. Contoh penggunaan gaya bahasa antitesis pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (3) Perdamaian, perdamaian .... Banyak yang cinta damai Tapi perang semakin ramai Banyak yang cinta damai Tapi perang semakin ramai Bingung-bingung ku memikirnya (MK: 78) Pada kutipan di atas, gaya bahasa antitesis ditunjukkan oleh gagasan yang bertentangan dengan menggunakan sekelompok kata, yaitu banyak yang cinta damai, tapi perang semakin ramai. d) Repetisi Repetisi adalah gaya bahasa yang menggunakan perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Adapun gaya bahasa repetisi dalam novel Maryamah Karpov adalah sebagai berikut. (4) “Aku pun mandi lebih pagi, lalu dinaikkan ayah ke boncengan sepeda. Diikatnya kakiku dengan sapu tangan biar tak celaka kena jari-jari ban. Ayah akan naik pangkat, sungguh istimewa. Ayah akan mengambil rapel gajinya! Lalu pulangnya kami akan singgah di Pasar Jenggo. Ayah akan membelikanku hok lo pan, tas sekolah yang tak pernah ku punya, dan kebaya encim baru untuk ibu.” (MK: 8) Pada kutipan tersebut gaya bahasa repetisi terdapat pada frasa “Ayah akan” merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. Serta frasa tersebut mempunyai arti bahwa ayah itu baru akan melakukan sesuatu sesuai dengan konteks tersebut, dan ayah akan melakukan segala sesuatu seperti sesuai dengan konteksnya tersebut bila ayah naik pangkat, maka dari itu kutipan tersebut mengandung gaya bahasa repetisi. 2) Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna dikelompokkan menjadi dua, yaitu sebagai berikut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
a) Gaya Bahasa Retoris Macam-macam gaya bahasa retoris adalah sebagai berikut. (1) Aliterasi Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. Contoh penggunaan gaya bahasa alitersi pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (5) Maka pondok itu adalah sebuah tempat pengintaian, penyamaran, penyerangan, sekaligus bagian dari sebuah mekanisme pertahanan. (MK: 395) Pada kutipan tersebut gaya bahasa Alitersi terdapat pada frasa yang diawali dengan awalan ‟pe‟ yang menunjukkan suatu tempat. (2) Asonansi Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekadar keindahan. Contoh penggunaan gaya bahasa asonansi pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (6)”Tunggu saja...” penuh penghayatan. ”Tengah malam, pelan dan diam-diam, seakan diisap oleh caya rembulan...,” dramatis. ”Perahu itu akan timbul dengan sendirinya!” (MK: 325) Pada kutipan tersebut gaya bahasa Asonansi terdapat pada frasa” Tengah malam, pelan dan diam-diam, seakan diisap oleh caya rembulan...,” merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. (3) Anastrof Anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh commit to userkata yang biasa dalam kalimat. dengan pembalikan susunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Contoh penggunaan gaya bahasa anastrof pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (7) Tak buang tempo, aku meminjam underwater torch dari petugas dok Maskapai Tambang Timah. Setengah berlari aku menuju ke jembatan. Permukaan Sungai Linggang diam seperti kaca. Pertanda laut tenang karena jembatan itu tak jauh dari muara (MK: 315). Pada kutipan tersebut gaya bahasa repetisi terdapat pada frasa “Setengah berlari aku menuju ke jembatan”. Frasa tersebut mempunyai arti bahwa dengan berjalan agak cepat. (4) Elipsis Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. Contoh penggunaan gaya bahasa elipsis pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (8) Tiba-tiba, tak tahu dari mana, kudengar suara yang riang gembira. “Ikal!. Kau bisa membuatnya, percayalah…..”. Aku terperanjat menoleh kiri-kanan, tak ada siapa-siapa. (MK: 249) Pada kutipan tersebut gaya bahasa repetisi terdapat pada frasa ““Ikal!. Kau bisa membuatnya, percayalah…..””. Frasa tersebut mempunyai arti bahwa Ikal pasti bisa membuat Kapal. (5)
Hiperbol Hiperbol adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pemyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan sesuatu hal. Contoh
penggunaan gaya bahasa Hiperbol
pada novel
Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut.
(9) Bak sekeluarga lumba-lumba, kami beradu berenang sampai ke ujung Semenanjung. Kawanku, tempat ini, bak miniatur nirwana. Eksotika tropikana. Tahan air kata para jelata, tanah tumpah darah pekik para patriot,commit ibu pertiwi to usersyair sajak pujangga, tanah akar ilalang bagiku (MK: 81).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Pada kutipan tersebut gaya bahasa hiperbola terdapat pada frasa “Bak…” merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. Frasa terbut mengnadung arti bahwa mereka seolah-olah ikan lumba-lumba yang sangat ahli berenang mengarungi lautan. b) Gaya Bahasa Kiasan (1) Metafora Metafora adalah perbandingan yang implisit tidak menggunakan kata pembanding. Di sini perbandingan dilakukan secara langsung tanpa kata sejenis bagaikan, ibarat, laksana, dan semacamnya. Contoh penggunaan gaya bahasa metafora pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut.
(10) Minar yang menor, hulu ledak gosip kampung kami itu. Ia girang lantaran beritanya akan segera jadi topic hangat (MK: 95). Pada kutipan tersebut gaya bahasa metafora terdapat pada frasa “hulu ledak gosip kampung kami itu.” merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. Frasa tersebut mengandung arti bahwa Minar sebagai seorang yang suka mengawali suatu gosip. (2) Parabel (Parabola) Parabel (Parabola) adalah gaya bahasa berupa cerita-cerita fiktif dengan tokoh manusia dengan tema moral yang kental. Contoh penggunaan gaya bahasa Parabel pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut.
(11) Atau, seandainya hujan lebat, petir menyambar tiang listrik, tiang listrik roboh menimpa pohon sempret, pohon sempret tumbang menimpa pohon mengkudu, pohon mengkudu terjungkal menabrak atap rumah, atap rumah ambrol menimpa belandar, belandar ambruk menghamtam televise, televisi meledak dan commit user manis menonton acara TVRI seorang lelaki yang tenahto duduk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
“Aneka Ria Safari” kena sambar listrik televisi, televisi hitam putih lagi. Rambut dan alisnya hangus sehingga ia seperti pendekar Shaolin. Dapat dipastikan, lelaki itu bukan aku, bukan pula ayahku (MK: 2). (3) Fabel Fabel adalah metafora berbentuk cerita dengan tokoh-tokoh binatang yang esensinya menggambarkan perilaku dan karakter manusia. Contoh
penggunaan gaya bahasa Fabel pada novel
Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (12) Malangnya, hampir seluruh hewan menggemari jambu mawar, bahkan sejak bunganya bersemi. Burung kerucuk- sepupu burung matahari yang tak tahu tatakrama itu, seringkali menghancurkan putiknya dan mengacak-acak serabut bunganya (MK: 111-116). Pada kutipan tersebut gaya bahasa fabel terdapat pada frasa dari mulai halaman 111 sampai dengan 116 yang menceritakan buah jambu mawar yang perlu berebut untuk mendapatkannya dengan para hewan serta Lutung yang mempunyai seorang pemimpin. (4) Personifikasi/Penginsanan Personifikasi/Penginsanan
adalah
gaya
bahasa
yang
mempersamakan benda-benda dengan manusia, punya sifat, kemampuan, pemikiran, perasaan, seperti yang dimiliki dan dialami oleh manusia. Contoh penggunaan gaya bahasa Personifikasi pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (13) Bus Dendang Gembira Suka-suka terbatuk-batuk mendaki bukit Selumar. Penumpang ruang tamunya memandang lurus ke depan, kaku, karena setiap melihatku, mereka terkikik (MK: 79) Pada kutipan tersebut gaya bahasa personifikasi terdapat pada frasa “Bus Dendang Gembira Suka-suka terbatuk-batuk mendaki bukit Selumar”. Dalam hal ini bus dianggapnya seperti manusia yang mendaki bukit dengan hampir tidak kuat sampai terbatuk-batuk. (5) Alusio
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Alusio adalah gaya bahasa yang menampilkan adanya persamaan dari sesuatu yang dilukiskan yang sebagai referen sudah dikenal pembaca. Contoh penggunaan gaya bahasa Alusio pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (14) Sebagaimana kawan telah tahu. Aku ini paling tidak menurutku sendiri, adalah lelaki yang berikhtiar untuk berbuat baik, patuh pada petuah orangtua, sejak dulu. Rupanya, begitu pula pada ayahku yang sederhana itu. Katanya, ia selalu menempatkan setiap kata ayah-bundanya di atas nampan pualam, membungkusnya dengan tilam (MK: 1) Pada kutipan tersebut gaya bahasa alusio terdapat pada frasa “Katanya, ia selalu menempatkan setiap kata ayah-bundanya di atas nampan pualam, membungkusnya dengan tilam” merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. Frasa tersebut mengandung arti bahwa nasehat orang tuanya bena-benar merupakan hal yang sangat berharga dan harus di jaga dan dijunjung tinggi. (6) Eponim Eponim adalah gaya bahasa berupa penyebutan nama-nama tertentu untuk menyatakan suatu sifat atau keberadaan. Contoh penggunaan gaya bahasa Eponim pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (15) Misalnya, mereka dengan sengaja memelihara anjing yang dari waktu ke waktu diberi makan kumbang hitam sehingga galaknya seperti Firaun. Jika mereka berburu mendapat babi hutan, sebelum babi hutan itu dilungsurkan ke penggorengan, sang anjing didandani seperti gladiator, diadu dengan babi hutan tadi, yang mereka dandani seperti kopral kumpeni. Babi hutan menguik-nguik, mereka terbahak-bahak di luar kandang (MK: 133). Pada kutipan tersebut gaya bahasa alusio terdapat pada frasa “…….sehingga galaknya seperti Firaun. ……. sebelum babi hutan itu dilungsurkan ke penggorengan, sang anjing commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70 didandani seperti gladiator, diadu dengan babi hutan tadi, yang mereka dandani seperti kopral kumpeni.
(7) Epitet Epitet
adalah
gaya
bahasa
berupa
frasa
reskriptif
untuk
menggantikan nama seseorang, binatang, atau suatu benda. Contoh penggunaan gaya bahasa Epitet pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (16) Dalam hatiku berteriak. Aku telah menemukan makhluk Pleistosen, raksasa penguasa dasar sungai seperti kata Mahar (MK: 316). Pada kutipan tersebut gaya bahasa epitet terdapat pada frasa “Aku telah menemukan makhluk Pleistosen” merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. Frasa tersebut mengandung arti telah ditemukan kapal tenggelam yang sedang dicari. (8) Ironi / Sindiran Ironi / Sindiran adalah gaya bahasa berupa penyampaian kata-kata berbeda yang maksud dengan sesungguhnya, tapi pembaca / pendengar, di harapkan memahami maksud penyampaian itu. Contoh penggunaan gaya bahasa Ironi / sindiran pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (17)”Begitulah kawan-kawan, sekolah aman sekarang, tak lagi bikin orang pintar, tapi bikin orang sakit ingatan,” tawa meledak-ledak. Aku diam saja (MK: 238). (9) Sinisme Sinisme hakikatnya sama dengan ironi namun biasanya lebih keras dan kasar. Contoh penggunaan gaya bahasa Sinisme pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (18) ”Membuat perahu? Ha! Membetulkan rantai sepeda lepas saja kau tak becus!” (MK: 238) Pada kutipan tersebut gaya bahasa sinisme
terdapat pada
frasa “membuat perahu? Membetulkan rantai sepeda lepas saja kau tak becus!”, merupakan bagian kalimat yang commit to user dianggap untuk memberi tekanan menyindir yang lugas pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71 sebuah konteks tersebut. Frasa tersebut mengandung arti menyindir
secara
jelas
dan
pedas
dengan
memberi
perbandingan
(10) Sarkasme Sarkasme merupakan gaya bahasa berupa pengucapan-pengucapan yang kasar, caci maki sebagai ekspresi, amarah yang membuat sakit hati orang yang diajak bicaranya. Contoh penggunaan gaya bahasa Sarkasme pada novel Maryamah Karpov karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut. (19)”Ayahmu, keluargamu itu, turun-temurun kuli tambang, mana bisa kalian bikin perahu.” (MK: 238) Pada kutipan tersebut gaya bahasa sarkasme terdapat pada frasa “Ayahmu, keluargamu itu, turun-temurun kuli tambang, mana biaskalian bikin perahu.”, merupakan bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan pada sebuah konteks tersebut. Frasa tersebut mengandung arti menyindir dengan melibatkan nama orang tua dan keluarga.
commit to user